BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga 1. Pengertian Keluarga Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Baylon & Maglaya di kutip oleh Arita Murwani, 2007). Sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan di kutip oleh Setiadi 2008). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unit terkecil masyarakat terdiri atas dua orang atau lebih, adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga dan dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga serta berinteraksi di antara sesama anggota keluarga dan setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing. Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 2. Fungsi Keluarga Friedman (1998) mengidentifikasikan Lima Fungsi Dasar Keluarga, sebagai berikut (dikutip oleh Arita Murwani, 2007) : 1. Fungsi Afektif Fungsi yang berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif. Komponen keluarga yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah : a) Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Maka, kemampuan untuk memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim di dalam keluarga merupakan Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diluar keluarga atau masyarakat. b) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak anggota setiap keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai. c) Ikatan dan identifikasi keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga di kembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anakanak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang tuanya. 2. Fungsi Sosialisasi Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, sejak anak yang baru lahir dia mampu menatap ayah, ibu dan orang-orang disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga tercapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga. 3. Fungsi Reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan. 4. Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian. 5. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan. Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Friedman 1998 dikutip oleh Setiadi 2008) 1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya. 2) Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. 3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit. Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 pertama atau ke pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. 4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat. 5) Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan masyarakat. 3. Tipe dan Bentuk Keluarga Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga. Berikut ini akan disampaikan berbagai tipe keluarga (Arita Murwani, 2007). 1. Tipe Keluarga Tradisional a) Keluarga Inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak (kandung maupun angkat). b) Keluarga Besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, keponakan, paman dan bibi. c) Keluarga Dyad, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak. d) Single Parent, yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ ibu) dengan anak (kandung/ angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian. Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 e) Single Adult, yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah). 2. Tipe Keluarga non Tradisional a) The unmarried teenage mather Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama Ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah. b) The stepparent family Keluarga dengan orang tua tiri. c) Commune family Lebih dari satu keluarga hidup serumah tanpa pertalian darah. d) The non matial heterosexual cohiburang family Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan. e) Gay and lesbian family Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami istri. f) Cohabiting family Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu. Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 g) Group marriage family Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anaknya. h) Group network family Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan anaknya. i) Foster family Keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya. j) Homeless family Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental. k) Gang Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal kehidupannya. Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 4. Tahap Perkembangan Keluarga dan Tugas Perkembangan Perlu juga dipahami bahwa keluarga berkembang melalui suatu tahapan perkembangan tertentu yang menurut Duvall (1997) dalam Friedman ( 2010 ) yaitu : 1. Tahap Keluarga Pasangan Baru Pada tahap ini dimulai dari pasangan yang baru menikah dan membentuk suatu keluarga inti. Pada tahap ini keluarga memiliki tugas yaitu : a) Membentuk perkawinan yang memuaskan bagi kedua belah pihak. b) Berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan. c) Merencanakan sebuah keluarga. 2. Tahap Childbearing Family Pada tahap ini adalah menantikan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Pada tahap ini keluarga memiliki tugas yaitu : a) Mempersiapkan diri menjadi orang tua. b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan seksual dan kegiatan keluarga. c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan kedua belah pihak. Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 3. Tahap Keluarga dengan Anak Prasekolah Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini keluarga memiliki tugas perkembangan yaitu : a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa nyaman. b) Membantu bersosialisasi. c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi. d) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik didalam maupun diluar keluarga. e) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga. f) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak. 4. Tahap Keluarga dengan Anak Sekolah Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar usia 13 tahun. Pada tahap ini keluarga mempunyai tugas perkembangan yaitu: a) Mensosialisasikan anak pada saat sekolah. b) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan. c) Meningkatkan komunikasi terbuka dan mendukung hubungan pasangan. Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 5. Tahap Keluarga dengan Anak Remaja Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun berlangsung selama 6 sampai 7 tahun, anak akan meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama tinggal di rumah. Pada tahap ini keluarga mempunyai tugas perkembangan yaitu : a) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja sudah bertambah dewasa mengikuti otonominya. b) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga. c) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga. 6. Tahap Keluarga Melepas Anak Dewasa Muda Tahap ini ditandai dengan perginya anak pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan kosongnya rumah sampai anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Pada tahap ini keluarga memiliki tugas yaitu : a) Membantu anak tertua terjun dalam dunia luar. b) Membantu anak yang terkecil agar mandiri. c) Memasukkan anggota keluarga baru dari pernikahan anak pertama dan menerima gaya hidup dan nilai pasangan itu sendiri. Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 7. Tahap Keluarga Usia Pertengahan Tahap ini adalah tahap pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian salah satu pasangan. Biasanya tahap ini dimulai ketika orang tua berusia 45 sampai 55 tahun. Pada tahap ini keluarga memiliki tugas perkembangan yaitu : a) Menciptakan lingkungan yang sehat. b) Menemukan hubungan yang memuaskan dan bermakna dengan anak pada saat anak dewasa dan orang tua mereka yang lansia. c) Mempertahankan keakraban pasangan. 8. Tahap Keluarga Lansia dan Pensiunan Tahap ini dimulai pada saat salah satu atau keduanya memasuki masa pensiun, berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan yang lainnya. Pada tahap ini keluarga mempunyai tugas perkembangan yaitu : a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan. b) Mempertahankan kehidupan yang memuaskan. c) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, kekuatan fisik dan pendapatan. d) Melakukan life review (merenungkan kehidupan). Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 5. Struktur Keluarga Struktur keluarga terdiri atas (Friedman, 1998 di kutip oleh Arita Murwani 2007) : 1. Pola dan Proses Komunikasi Pola interaksi keluarga yang berfungsi : (1) Bersifat terbuka dan jujur. (2) Selalu menyelesaikan konflik keluarga. (3) Berpikir positif, dan (4) Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk : a. Karakteristik Pengirim 1) Yakin dalam mengemukakan sesuatu pendapat. 2) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas. 3) Selalu meminta dan menerima umpan baik. b. Karakteristik Penerima: 1) Siap mendengarkan. 2) Memberikan umpan balik. 3) Melakukan validasi. 2. Struktur Peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 3. Struktur Kekuatan Kekuatan merupakan kemampuan dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain. 4. Nilai-nilai Keluarga Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. 6. Struktur Peran Keluarga Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing dengan baik. Ada beberapa anak yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri dirumah. (Arita Murwani, 2007). 7. Stressor dan Koping Keluarga a. Stressor-stressor yang dialami oleh keluarga yang berkaitan dengan ekonomi dan sosialnya, apakah keluarga bisa memastikan lamanya Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 dan kekuatan dari stressor-stressor yang dialami oleh keluarga, apakah keluarga dapat mengatasi stressor dan ketegangan seharihari. b. Apakah keluarga mampu bertindak berdasarkan penelitian yang objektif dan realistis terhadap situasi yang mengandung stres. c. Bagaimana keluarga bereaksi terhadap situasi yang penuh dengan stress, strategi koping yang bagaimana yang diambil oleh keluarga, apakah anggota keluarga mempunyai koping yang berbeda-beda, koping internal dan eksternal yang diajarkan apakah anggota keluarga berbeda dalam cara-cara koping, strategi koping internal keluarga, kelompok kepercayaan keluarga, penggunaan humor, self evaluasi, penggunaan ungkapan, pengontrolan keluarga terhadap masalah, pemecahan masalah secara bersama, fleksibilitas peran, normalisasi. Strategi koping eksternal : mencari informasi, memelihara hubungan dengan komunitas, mencari dukungan sosial. 8. Keluarga sebagai Klien Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga, (Friedman 1998 dikutip oleh Setiadi 2008) yang membagi keluarga kedalam bagian kesehatan yang dapat dilakukan, yaitu : a. Dapat mengenal masalah kesehatan disetiap anggotanya yang mengalami masalah. b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga yang bermasalah dengan kesehatannya. Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 c. Memberikan perawatan terhadap anggota keluarganya yang mengalami gangguan kesehatan dan dapat membantu dirinya sendiri yang cacat atau usianya yang terlalu muda. d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan untuk kesehatan anggota keluarga yang lainnya. e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada). 9. Peran Perawat dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Kesehatan Keluarga Menurut Arita Murwani (2007) Ada banyak peran perawat dalam membantu keluarga dalam menyelesaikan masalah atau melakukan perawatan kesehatan keluarga, diantaranya sebagai berikut: 1. Pendidik Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga dengan tujuan sebagai berikut: keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga. Dengan diberikan pendidikan kesehatan atau penyuluhan diharapkan keluarga mampu mengatasi dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatannya. 2. Koordinator Koordinator diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komperhensif dapat tercapai. Koordinasi juga Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan. 3. Pelaksana Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dirumah, klinik maupun dirumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontrak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit. 4. Pengawas Kesehatan Sebagai pengawasan kesehatan perawat harus melakukan home visit atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga. Perawat tidak hanya melakukan kunjungan tetapi diharapkan ada tindak lanjut dari kunjungan ini. 5. Konsultan Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat pada perawat maka hubungan perawat dan keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 dipercaya. Maka dengan demikian, harus ada bina hubungan saling percaya (BHSP) antara perawat dan keluarga. 6. Kolaborasi Sebagai perawat di komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit, puskesmas dan anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal. Kolaborasi tidak hanya dilakukan sebagai perawat di rumah sakit tetapi juga di keluarga dan komunitas pun dapat dilakukan. 7. Fasilitator Peran perawat komunitas di sini adalah membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Kendala yang sering dialami keluarga adalah keraguan didalam menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi, dan sosial budaya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan, misalnya sistem rujukan dan dana sehat. 8. Penemu Kasus Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi kesehatan secara dini (Case Finding), sehingga tidak terjadi ledakan atau Kejadian Luar Biasa (KLB). Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 9. Modifikasi Lingkungan Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan yang sehat. B. Konsep Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Smeltzer, 2013). Hipertensi secara umum didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Palmer, 2007). Menurut WHO batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan hipertrofi ventrikel kanan untuk otot jantung (Bustan, 2007). Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 Jadi berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah yang tinggi dengan sistolik >140 mmHg dan diastolik >90 mmHg. 2. Anatomi Fisiologi 1. Anatomi Jantung Gambar II.I Anatomi Jantung Sumber : Pearson Education, inc 2. Fisiologi Jantung a) Jantung Ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan tangan, jantung orang dewasa beratnya antara 220 sampai 260 gram. Jantung terbagi oleh sebuah septum (sekat) menjadi dua belah yaitu kiri dan kanan. Setiap belahan kemudian dibagi lagi Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 dalam dua ruang, yang atas disebut atrium dan yang bawah disebut ventrikel. Disetiap sisi ada hubungan antara atrium dan ventrikel melalui lubang atrio-ventrikuler dan pada setiap lubang tersebut terdapat katup : yang kanan bernama katup trikuspidalis dan yang kiri disebut katup mitral atau bikuspidalis (Evelyn, 2007). Terdapat tiga lapis jaringan jantung : - Epicardium : lapisan luar dari jantung. - Miocardium : lapisan tengah dari jantung, terdiri dari otot berserat, yang bertanggung jawab atas kontraksi jantung. - Endocardium : lapisan dalam dari jantung yang melapisi sebelah dalam dari bilik-bilik dan katup-katup. Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung selama peredaran darah. Gerakan jantung terdiri dari dua jenis yaitu konstriksi (sistole) dan pengendoran (diastole) konstriksi dari kedua atrium terjadi secara serentak yang disebut sistole atrial dan pengendorannya disebut diastole atrial. Lama konstriksi ventrikel ± 0,3 detik dan tahap pengendoran selama 0,5 detik. Konstriksi kedua atrium pendek. Sedangkan konstriksi ventrikel lebih lama dan kuat. Daya dorong ventrikel kiri harus lebih kuat karena harus mendorong darah keseluruh tubuh, meskipun ventrikel kanan juga memompakan Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 darah yang sama tetapi tugasnya hanya mengalirkan darah kesekitar paru-paru ketika tekanannya lebih rendah (Syaifuddin, 2006) b) Peredaran darah besar Darah meninggalkan ventrikel kiri jantung melalui aorta, yaitu arteri terbesar dalam tubuh. Aorta ini bercabang menjadi arteri lebih kecil yang mengantarkan darah keberbagai bagian tubuh. Arteri-arteri ini bercabang dan beranting lebih kecil lagi hingga sampai pada arteriola. Arteri-arteri ini mempunyai dinding yang sangat berotot yang menyempitkan salurannya dan menahan aliran darah. Fungsinya adalah mempertahankan tekanan darah arteri dengan jalan mengubahubah ukuran saluran untuk mengatur aliran darah dalam kapiler. Dinding kapiler sangat tipis sehingga dapat berlangsung pertukaran zat antara plasma dan jaringan interstisiil. Kemudian kapiler-kapiler ini bergabung dan membentuk pembuluh lebih besar yang disebut venula, yang kemudian juga bersatu menjadi vena, untuk mengantarkan darah kembali ke jantung. Semua vena bersatu dan bersatu lagi hingga terbentuk dua batang vena, yaitu vena kava inferior yang mengumpulkan darah dari badan dan anggota gerak bawah. Dan vena kava superior yang mengumpulkan darah dari kepala dan anggota gerak atas. Kedua pembuluh darah ini Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 menuangkan isinya kedalam atrium kanan jantung (Evelyn, 2007) c) Peredaran darah kecil Darah dari vena kemudian masuk ke ventrikel kanan yang berkonstraksi dan memompanya kedalam arteri pulmonalis. Arteri ini bercabang dua untuk mengantarkan darah ke paru-paru kanan dan kiri. Darah tidak sukar memasuki pembuluh-pembuluh darah yang mengaliri paru-paru. Didalam paru-paru arteri-arteri ini membelah menjadi arteriola dan akhirnya menjadi kapiler pulmonal yang mengitari alveoli didalam jaringan paru-paru untuk memungut oksigen dan melepaskan karbondioksida. Kemudian kapiler pulmonal bergabung menjadi vena dan darah dikembalikan ke jantung oleh empat vena pulmonalis, dan darahnya dituangkan kedalam atrium kiri. Darah ini kemudian mengalir masuk kedalam ventrikel kiri. Ventrikel ini berkontraksi dan darah dipompa masuk kedalam aorta (Evelyn, 2007). 3. Etiologi Menurut Palmer (2007) berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu : Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 a) Hipertensi esensial (primer) Tipe ini terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi sekitar 95%. Penyebabnya tidak diketahui, walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. b) Hipertensi sekunder Tipe ini lebih jarang terjadi hanya sekitar 5% dan seluruh kasus tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi tipe ini disebabkan oleh kondisi medis lain misalnya penyakit ginjal atau reaksi terhadap obat-obatan tertentu misalnya pil KB. Menurut Palmer (2007) faktor resiko hipertensi antara lain : 1. Usia. 2. Riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga. 3. Jenis kelamin (hipertensi sedikit lebih sering terjadi pada pria daripada wanita). 4. Kelebihan berat badan. 5. Kurang berolahraga. 6. Mengkonsumsi makanan berkadar garam tinggi (lebih dari 6 gr/hari). 7. Kurang mengkonsumsi buah dan sayuran segar. 8. Alkohol dan merokok. 9. Emosi/ stress. Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 Klasifikasi Hipertensi Tabel II.I Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Berusia 18 Tahun Keatas Kategori Normal Normal tinggi Hipertensi Stadium 1 (ringan) Stadium 2 (sedang) Stadium 3 (berat) Stadium 4 (sangat berat) Sumber : (Smeltezer, 2013) Sistolik mmHg < 130 130-139 Diastolik mmHg <85 85-89 140-159 160-179 180-209 ≥ 210 90-99 100-109 110-119 ≥ 120 4. Patofisiologi Menurut Sarwono (2001) pada stadium awal sebagian besar pasien hipertensi menunjukkan curah jantung yang meningkat dan diikuti dengan kenaikan perifer yang mengakibatkan kenaikan darah perifer yang menetap. Hipertensi terjadi perubahan autoregulasi dan sebagai penyebab awal perubahan ini adalah retensi garam oleh ginjal. Selain faktor tersebut faktor lingkungan seperti stress, obesitas, psikososial dan kurang berolahraga juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi. Adapun mekanisme hipertensi menimbulkan kelumpuhan dan kematian berkaitan langsung dengan pengaruhnya pada jantung dan pembuluh darah. Peningkatan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah pada ventrikel kiri akibatnya beban kerja jantung bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertensi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Akan tetapi kemampuan Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 ventrikel untuk mempertahankan curah jantung dengan hipertensi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi dan payah jantung. Jantung menjadi semakin terancam oleh semakin parahnya aterosklerosis koroner. Bila proses aterosklerosis berlanjut maka suplai oksigen miokardium berkurang, kebutuhan miokardium akan oksigen meningkat akibat hipertensi ventrikel dan peningkatan beban kerja jantung. Akhirnya menyebabkan angina atau miokardium. Sekitar separuh kematian karena hipertensi adalah akibat infark miokardium atau payah jantung. Kerusakan vaskular akibat hipertensi terlihat jelas diseluruh perifer. Perubahan vascular dapat diketahui dengan mudah melalui pemeriksaan oftalmoskopik yang berguna untuk menilai perkembangan penyakit dan respon terhadap terapi yang dilakukan. Perubahan struktur dalam arteri kecil ariola menyebabkan penyumbatan pembuluh progresif. Bila pembuluh menyempit maka aliran arteri terganggu dan dapat menyebabkan mikro infark jaringan. Akibat yang ditimbulkan perubahan vascular ini paling nyata pada otak dan ginjal. Obstruksi atau rupture pembuluh darah otak merupakan penyebab sekitar sepertiga kematian akibat hipertensi. Sklerosis progresif pembuluh darah ginjal mengakibatkan disfungsi dana dan ginjal yang juga dapat menimbulkan kematian. Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 5. Tanda dan Gejala Menurut Hardhi (2013) pada penderita hipertensi sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai adalah nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Beberapa tanda hipertensi antara lain : 1. Mengeluh sakit kepala, pusing. 2. Rasa berat pada tengkuk. 3. Lemas, kelelahan. 4. Sesak nafas. 5. Gelisah. 6. Mual. 7. Muntah. 8. Kesemutan. 9. Epistaksis. 10. Sulit tidur. 11. Kesadaran menurun. 6. Penatalaksanaan Umum Hipertensi adalah masalah yang relatif terselubung silent killer tetapi mengandung potensi yang besar untuk masalah yang lebih besar. Hipertensi adalah awal untuk proses lanjut mencapai Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 target organ untuk memberi kerusakan yang lebih berat. Karena itu diperlukan manajemen yang tepat dalam upaya pencegahannya. a. Turunkan berat badan pada obesitas. b. Pembatasan konsumsi garam dapur (tidak lebih dari 6 gr/hari). c. Kurangi alkohol. d. Menghentikan merokok. e. Olahraga teratur. f. Diet rendah lemak. g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah) (Bustan, 2007). Tabel II.2 Rekomendasi Tindak lanjut Berdasarkan Penetapan Tekanan Darah Awal untuk Orang Dewasa Screening Awal Tekanan Darah, mmHg Rekomendasi Tindak Lanjut Sistolik Diastolik < 130 <85 Periksa ulang dalam 2 bulan 130-139 85-89 Periksa ulang dalam 1 tahun 140-159 90-99 Pastikan dalam 2 bulan 160-179 100-109 Evaluasi atau rujuk ke pusat asuhan dalam 1 bulan 180-209 110-119 Evaluasi atau rujuk ke pusat asuhan dalam 1 bulan ≥210 ≥ 120 Evaluasi atau rujuk ke pusat asuhan segera Sumber: (Smeltzer, 2013) Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 7. Gambar II.2 Pathways Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 8. Fokus Intervensi 1. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri kronis b.d ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi. b. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. c. Intoleransi aktifitas b.d ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan. d. Gangguan pola tidur b.d ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi. 2. Fokus Intervensi : 1) Nyeri kronis b.d ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi. Tujuan : Setelah dilakukan pertemuan selama 3 kali pertemuan gangguan rasa nyaman, nyeri dapat teratasi. Kriteria Hasil: Keluarga dan penderita mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan hipertensi Intervensi: a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi 1) Jelaskan pada keluarga mengenai nyeri. Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 2) Diskusikan dengan keluarga tentang penyebab nyeri. 3) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan pada keluarga. 4) Berikan reinforcement positif pada keluarga atas jawaban yang benar. b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dengan masalah kesehatan hipertensi. 1) Diskusikan dengan keluarga dalam mengambil keputusan dan tindakan tentang nyeri kepala. 2) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan untuk menangani nyeri kepala. 3) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan. 4) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar. c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi. 1) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan pada anggota keluarga dengan nyeri kepala. 2) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan. 3) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar. d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk anggota keluarga dengan masalah hipertensi. 1) Diskusikan dengan keluarga bagaimana lingkungan yang aman bagi penderita hipertensi. Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 2) Motifasi keluarga untuk mengatur pola makan bagi anggota keluarga yang mengalami nyeri kepala. 3) Motifasi kembali agar keluarga menerangkan kembali penjelasan yang telah disampaikan. 4) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar. e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan fasilitas kesehatan. 1) Diskusikan dengan keluarga tempat-tempat pelayanan kesehatan yang ada. 2) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehatan serta menyarankan supaya datang ke pelayanan kesehatan bila ada anggota keluarga yang sakit. 3) Evaluasi kembali tentang manfaat pelayanan fasilitas kesehatan yang ada. 4) Beri reinforcement positif atas tindakan keluarga. 2) Perubahan perfusi jaringan serebral b.d ketidakmampuan keluarga mengenal anggota keluarga dengan hipertensi. Tujuan : Setelah dilakukan pertemuan selama 3 kali pertemuan tidak terjadi kerusakan perfusi serebral. Kriteria Hasil : Keluarga dan penderita mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan hipertensi. Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 Intervensi : a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. 1) Jelaskan mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala dan komplikasi dari hipertensi. 2) Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. 3) Berikan pujian positif atas perhatian keluarga. b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat. 1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah hipertensi bila tidak segera ditangani. 2) Mencari tahu apakah keluarga sudah bisa mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat. 3) Bimbing dan motivasi keluarga untuk memutuskan tindakan kesehatan yang tepat. c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit 1) Jelaskan pada keluarga tentang cara perawatan hipertensi. 2) Jelaskan mengenai apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan untuk menjaga agar hipertensi tidak bertambah parah. 3) Kaji tingkat kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang sakit. d. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat. Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 1) Diskusikan dengan keluarga cara memodifikasi lingkungan yang aman bagi penderita hipertensi. 2) Anjurkan kepada keluarga untuk memodifikasi gaya hidup untuk mengatasi hipertensi dengan menggunakan sumbersumber yang ada di keluarga. e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga yang ada di masyarakat 1) Jelaskan kepada keluarga tentang pentingnya memeriksakan tekanan darah secara teratur pada klien dengan hipertensi. 2) Sebutkan fasilitas-fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan untuk memeriksakan kesehatan keluarga. 3) Intoleransi aktifitas b.d ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi. Tujuan : Setelah dilakukan pertemuan selama 3 kali pertemuan, intoleransi aktifitas dapat teratasi. Kriteria Hasil : Keluarga dan penderita mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan hipertensi Intervensi : a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 1) Jelaskan pada keluarga tentang pengertian istirahat. 2) Motivasi keluarga untuk mengulang pengertian istirahat. 3) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar. b. Ketidakmampuan keluarga dalam mengatasi masalah dengan hipertensi 1) Motivasi keluarga dalam mengambil keputusan untuk mengatasi intoleransi aktifitas. 2) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar. c. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi. 1) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan anggota keluarga dengan intoleransi aktifitas. 2) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan. 3) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar. d. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan untuk anggota keluarga dengan masalah hipertensi. 1) Diskusikan dengan keluarga bagaimana lingkungan yang sehat. 2) Motivasi keluarga untuk menjaga pola makan. 3) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan. 4) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar. e. Ketidakmampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan. Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 1) Diskusikan dengan keluarga tempat pelayanan kesehatan yang ada. 2) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehatan dan datang bila ada anggota keluarga yang sakit. 3) Evaluasi kembali tentang manfaat pelayanan kesehatan yang ada. 4) Gangguan pola tidur b.d ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan hipertensi. Tujuan : Setelah dilakukan pertemuan selama 3 kali pertemuan gangguan pola tidur dapat teratasi. Tujuan : Setelah dilakukan pertemuan selama 3 kali pertemuan gangguan pola tidur dapat teratasi. Kriteria Hasil : Keluarga dan penderita mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan hipertensi. Intervensi : a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah 1) Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian relaksasi. Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 2) Motivasi keluarga untuk mengulang pengertian relaksasi. 3) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar. b. Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan untuk mengatasi gangguan pola istirahat. 1) Diskusikan dengan keluarga dalam mengambil keputusan dan tindakan yang tepat. 2) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang tepat. 3) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar. c. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara relaksasi. 1) Diskusikan dengan keluarga untuk menyebutkan teknik relaksasi nafas dalam. 2) Ajak keluarga untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam. 3) Beri reinforcement positif. d. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan untuk menangani penyakit. 1) Jelaskan pada keluarga cara memodifikasi lingkungan untuk penderita hipertensi. 2) Evaluasi kembali tentang apa yang telah disampaikan. 3) Beri reinforcement positif. Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 e. Ketidakmampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan. 1) Diskusikan dengan keluarga tempat pelayanan kesehatan yang ada. 2) Tanyakan fasilitas kesehatan yang ada. 3) Evaluasi kembali mengenai manfaat pelayanan kesehatan yang ada. Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014