BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga 1. Pengertian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu
rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi.
Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai
peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
budaya (Baylon & Maglaya di kutip oleh Arita Murwani, 2007).
Sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya
dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial
dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan di kutip oleh Setiadi
2008).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga
adalah unit terkecil masyarakat terdiri atas dua orang atau lebih,
adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu rumah
tangga dan dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga serta
berinteraksi di antara sesama anggota keluarga dan setiap anggota
keluarga mempunyai peran masing-masing.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
2. Fungsi Keluarga
Friedman (1998) mengidentifikasikan Lima Fungsi Dasar
Keluarga, sebagai berikut (dikutip oleh Arita Murwani, 2007) :
1. Fungsi Afektif
Fungsi yang berhubungan erat dengan fungsi internal
keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif
berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling
mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari
dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga.
Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi
afektif seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri
positif.
Komponen keluarga yang perlu dipenuhi oleh keluarga
dalam melaksanakan fungsi afektif adalah :
a) Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima,
saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih
sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Maka,
kemampuan untuk memberikan kasih sayang akan meningkat,
yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling
mendukung. Hubungan intim di dalam keluarga merupakan
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diluar
keluarga atau masyarakat.
b) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai
dan mengakui keberadaan dan hak anggota setiap keluarga serta
selalu mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif
akan tercapai.
c) Ikatan dan identifikasi keluarga dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga di
kembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada
berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus
mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anakanak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang
tuanya.
2. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi
dimulai
sejak
manusia
lahir.
Keluarga
merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, sejak anak
yang baru lahir dia mampu menatap ayah, ibu dan orang-orang
disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia belajar bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap
berperan penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan
individu dan keluarga tercapai melalui interaksi atau hubungan
antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya
dan perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga.
3. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan
menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu
perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis
pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk
meneruskan keturunan.
4. Fungsi Ekonomi
Fungsi
ekonomi
merupakan
fungsi
keluarga
untuk
memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi
kebutuhan akan makanan, pakaian dan tempat tinggal. Banyak
pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak
seimbang antara suami dan istri menjadikan permasalahan yang
berujung pada perceraian.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan
praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya
gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.
Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan.
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Friedman
1998 dikutip oleh Setiadi 2008)
1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.
Perubahan sekecil apapun
yang dialami anggota
keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung
jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan
perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan
seberapa besar perubahannya.
2) Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk
mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,
dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga
maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah
kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga
memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
pertama atau ke pelayanan kesehatan untuk memperoleh
tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
5) Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas
kesehatan masyarakat.
3. Tipe dan Bentuk Keluarga
Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui
berbagai tipe keluarga. Berikut ini akan disampaikan berbagai tipe
keluarga (Arita Murwani, 2007).
1. Tipe Keluarga Tradisional
a) Keluarga Inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami,
istri dan anak (kandung maupun angkat).
b) Keluarga Besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga
lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,
keponakan, paman dan bibi.
c) Keluarga Dyad, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari
suami istri tanpa anak.
d) Single Parent, yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
tua (ayah/ ibu) dengan anak (kandung/ angkat). Kondisi ini
dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
e) Single Adult, yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari
seorang dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian
tinggal kost untuk bekerja atau kuliah).
2. Tipe Keluarga non Tradisional
a) The unmarried teenage mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama Ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa nikah.
b) The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c) Commune family
Lebih dari satu keluarga hidup serumah tanpa pertalian darah.
d) The non matial heterosexual cohiburang family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan
tanpa melalui pernikahan.
e) Gay and lesbian family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana suami istri.
f) Cohabiting family
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
g) Group marriage family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
h) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai hidup
bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling
menggunakan
barang-barang
rumah
tangga
bersama,
pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan anaknya.
i) Foster family
Keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat
orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal
kehidupannya.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
4. Tahap Perkembangan Keluarga dan Tugas Perkembangan
Perlu juga dipahami bahwa keluarga berkembang melalui suatu
tahapan perkembangan tertentu yang menurut Duvall (1997) dalam
Friedman ( 2010 ) yaitu :
1. Tahap Keluarga Pasangan Baru
Pada tahap ini dimulai dari pasangan yang baru menikah
dan membentuk suatu keluarga inti. Pada tahap ini keluarga
memiliki tugas yaitu :
a) Membentuk perkawinan yang memuaskan bagi kedua belah
pihak.
b) Berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan.
c) Merencanakan sebuah keluarga.
2. Tahap Childbearing Family
Pada tahap ini adalah menantikan kelahiran anak pertama
dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Pada tahap ini keluarga
memiliki tugas yaitu :
a) Mempersiapkan diri menjadi orang tua.
b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan seksual dan kegiatan keluarga.
c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan kedua belah
pihak.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
3. Tahap Keluarga dengan Anak Prasekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun
dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini keluarga
memiliki tugas perkembangan yaitu :
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan
tempat tinggal, privasi dan rasa nyaman.
b) Membantu bersosialisasi.
c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi.
d) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik didalam maupun
diluar keluarga.
e) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
f) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak.
4. Tahap Keluarga dengan Anak Sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah
dalam waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika
ia mencapai pubertas, sekitar usia 13 tahun. Pada tahap ini keluarga
mempunyai tugas perkembangan yaitu:
a) Mensosialisasikan anak pada saat sekolah.
b) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
c) Meningkatkan komunikasi terbuka dan mendukung hubungan
pasangan.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
5. Tahap Keluarga dengan Anak Remaja
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun
berlangsung selama 6 sampai 7 tahun, anak akan meninggalkan
keluarga lebih awal atau lebih lama tinggal di rumah. Pada tahap
ini keluarga mempunyai tugas perkembangan yaitu :
a) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung
jawab, mengingat remaja sudah bertambah dewasa mengikuti
otonominya.
b) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga.
c) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang
tua.
d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
6. Tahap Keluarga Melepas Anak Dewasa Muda
Tahap ini ditandai dengan perginya anak pertama dari rumah orang
tua dan berakhir dengan kosongnya rumah sampai anak terakhir
juga telah meninggalkan rumah. Pada tahap ini keluarga memiliki
tugas yaitu :
a) Membantu anak tertua terjun dalam dunia luar.
b) Membantu anak yang terkecil agar mandiri.
c) Memasukkan anggota keluarga baru dari pernikahan anak
pertama dan menerima gaya hidup dan nilai pasangan itu
sendiri.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
7. Tahap Keluarga Usia Pertengahan
Tahap ini adalah tahap pertengahan bagi orang tua, dimulai
ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan
pensiun atau kematian salah satu pasangan. Biasanya tahap ini
dimulai ketika orang tua berusia 45 sampai 55 tahun. Pada tahap
ini keluarga memiliki tugas perkembangan yaitu :
a) Menciptakan lingkungan yang sehat.
b) Menemukan hubungan yang memuaskan dan bermakna dengan
anak pada saat anak dewasa dan orang tua mereka yang lansia.
c) Mempertahankan keakraban pasangan.
8. Tahap Keluarga Lansia dan Pensiunan
Tahap ini dimulai pada saat salah satu atau keduanya
memasuki masa pensiun, berlanjut sampai kehilangan salah satu
pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan yang lainnya.
Pada tahap ini keluarga mempunyai tugas perkembangan yaitu :
a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b) Mempertahankan kehidupan yang memuaskan.
c) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, kekuatan
fisik dan pendapatan.
d) Melakukan life review (merenungkan kehidupan).
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
5. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri atas (Friedman, 1998 di kutip oleh
Arita Murwani 2007) :
1. Pola dan Proses Komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi :
(1) Bersifat terbuka dan jujur.
(2) Selalu menyelesaikan konflik keluarga.
(3) Berpikir positif, dan
(4) Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :
a. Karakteristik Pengirim
1) Yakin dalam mengemukakan sesuatu pendapat.
2) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
3) Selalu meminta dan menerima umpan baik.
b. Karakteristik Penerima:
1) Siap mendengarkan.
2) Memberikan umpan balik.
3) Melakukan validasi.
2. Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
3. Struktur Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang
lain.
4. Nilai-nilai Keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang
secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam
satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan.
6. Struktur Peran Keluarga
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status
adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri,
anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan
oleh masing-masing dengan baik. Ada beberapa anak yang mencari
nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain
sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri
dirumah. (Arita Murwani, 2007).
7. Stressor dan Koping Keluarga
a. Stressor-stressor yang dialami oleh keluarga yang berkaitan dengan
ekonomi dan sosialnya, apakah keluarga bisa memastikan lamanya
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
dan kekuatan dari stressor-stressor yang dialami oleh keluarga,
apakah keluarga dapat mengatasi stressor dan ketegangan seharihari.
b. Apakah keluarga mampu bertindak berdasarkan penelitian yang
objektif dan realistis terhadap situasi yang mengandung stres.
c. Bagaimana keluarga bereaksi terhadap situasi yang penuh dengan
stress, strategi koping yang bagaimana yang diambil oleh keluarga,
apakah anggota keluarga mempunyai koping yang berbeda-beda,
koping internal dan eksternal yang diajarkan apakah anggota
keluarga berbeda dalam cara-cara koping, strategi koping internal
keluarga, kelompok kepercayaan keluarga, penggunaan humor, self
evaluasi, penggunaan ungkapan, pengontrolan keluarga terhadap
masalah, pemecahan masalah secara bersama, fleksibilitas peran,
normalisasi. Strategi koping eksternal : mencari informasi,
memelihara hubungan dengan komunitas, mencari dukungan sosial.
8. Keluarga sebagai Klien
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga,
(Friedman 1998 dikutip oleh Setiadi 2008) yang membagi keluarga
kedalam bagian kesehatan yang dapat dilakukan, yaitu :
a. Dapat mengenal masalah kesehatan disetiap anggotanya yang
mengalami masalah.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga yang bermasalah dengan kesehatannya.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
c. Memberikan perawatan terhadap anggota keluarganya yang
mengalami gangguan kesehatan dan dapat membantu dirinya
sendiri yang cacat atau usianya yang terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan untuk
kesehatan anggota keluarga yang lainnya.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).
9.
Peran
Perawat
dalam
Pemberian
Asuhan
Keperawatan
Kesehatan Keluarga
Menurut Arita Murwani (2007) Ada banyak peran perawat
dalam membantu keluarga dalam menyelesaikan masalah atau
melakukan perawatan kesehatan keluarga, diantaranya sebagai berikut:
1. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga dengan tujuan sebagai berikut: keluarga dapat melakukan
program
asuhan
kesehatan
keluarga
secara
mandiri
dan
bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga. Dengan
diberikan pendidikan kesehatan atau penyuluhan diharapkan
keluarga mampu mengatasi dan bertanggung jawab terhadap
masalah kesehatannya.
2. Koordinator
Koordinator diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar
pelayanan yang komperhensif dapat tercapai. Koordinasi juga
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi
dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan
pengulangan.
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik
dirumah, klinik maupun dirumah sakit bertanggung jawab dalam
memberikan perawatan langsung. Kontrak pertama perawat
kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat
dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan
yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan
asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit.
4. Pengawas Kesehatan
Sebagai pengawasan kesehatan perawat harus melakukan
home
visit
atau
kunjungan
rumah
yang
teratur
untuk
mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan
keluarga. Perawat tidak hanya melakukan kunjungan tetapi
diharapkan ada tindak lanjut dari kunjungan ini.
5. Konsultan
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta
nasehat pada perawat maka hubungan perawat dan keluarga harus
dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
dipercaya. Maka dengan demikian, harus ada bina hubungan
saling percaya (BHSP) antara perawat dan keluarga.
6. Kolaborasi
Sebagai perawat di komunitas juga harus bekerja sama
dengan pelayanan rumah sakit, puskesmas dan anggota tim
kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga
yang optimal. Kolaborasi tidak hanya dilakukan sebagai perawat
di rumah sakit tetapi juga di keluarga dan komunitas pun dapat
dilakukan.
7. Fasilitator
Peran perawat komunitas di sini adalah membantu keluarga
dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan
yang optimal. Kendala yang sering dialami keluarga adalah
keraguan didalam menggunakan pelayanan kesehatan, masalah
ekonomi, dan sosial budaya. Agar dapat melaksanakan peran
fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui
sistem pelayanan kesehatan, misalnya sistem rujukan dan dana
sehat.
8. Penemu Kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah
mengidentifikasi kesehatan secara dini (Case Finding), sehingga
tidak terjadi ledakan atau Kejadian Luar Biasa (KLB).
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
9. Modifikasi Lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi
lingkungan, baik lingkungan rumah, lingkungan masyarakat dan
lingkungan sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.
B. Konsep Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di
atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg
(Smeltzer, 2013).
Hipertensi secara umum didefinisikan sebagai tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90
mmHg (Palmer, 2007).
Menurut WHO batas tekanan darah yang masih dianggap
normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau
diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang
memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke
untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung
dan hipertrofi ventrikel kanan untuk otot jantung (Bustan, 2007).
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Jadi berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah yang tinggi dengan
sistolik >140 mmHg dan diastolik >90 mmHg.
2. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi Jantung
Gambar II.I Anatomi Jantung
Sumber : Pearson Education, inc
2. Fisiologi Jantung
a) Jantung
Ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan tangan,
jantung orang dewasa beratnya antara 220 sampai 260 gram.
Jantung terbagi oleh sebuah septum (sekat) menjadi dua belah
yaitu kiri dan kanan. Setiap belahan kemudian dibagi lagi
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
dalam dua ruang, yang atas disebut atrium dan yang bawah
disebut ventrikel. Disetiap sisi ada hubungan antara atrium dan
ventrikel melalui lubang atrio-ventrikuler dan pada setiap
lubang tersebut terdapat katup : yang kanan bernama katup
trikuspidalis dan yang kiri disebut katup mitral atau
bikuspidalis (Evelyn, 2007).
Terdapat tiga lapis jaringan jantung :
-
Epicardium : lapisan luar dari jantung.
-
Miocardium : lapisan tengah dari jantung, terdiri dari otot
berserat, yang bertanggung jawab atas kontraksi jantung.
-
Endocardium : lapisan dalam dari jantung yang melapisi
sebelah dalam dari bilik-bilik dan katup-katup.
Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam
jantung selama peredaran darah. Gerakan jantung terdiri dari dua
jenis yaitu konstriksi (sistole) dan pengendoran (diastole)
konstriksi dari kedua atrium terjadi secara serentak yang disebut
sistole atrial dan pengendorannya disebut diastole atrial.
Lama konstriksi ventrikel ± 0,3 detik dan tahap
pengendoran selama 0,5 detik. Konstriksi kedua atrium pendek.
Sedangkan konstriksi ventrikel lebih lama dan kuat. Daya dorong
ventrikel kiri harus lebih kuat karena harus mendorong darah
keseluruh tubuh, meskipun ventrikel kanan juga memompakan
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
darah yang sama tetapi tugasnya hanya mengalirkan darah
kesekitar paru-paru ketika tekanannya lebih rendah (Syaifuddin,
2006)
b) Peredaran darah besar
Darah meninggalkan ventrikel kiri jantung melalui
aorta, yaitu arteri terbesar dalam tubuh. Aorta ini bercabang
menjadi arteri lebih kecil yang mengantarkan darah keberbagai
bagian tubuh. Arteri-arteri ini bercabang dan beranting lebih
kecil lagi hingga sampai pada arteriola. Arteri-arteri ini
mempunyai dinding yang sangat berotot yang menyempitkan
salurannya dan menahan aliran darah. Fungsinya adalah
mempertahankan tekanan darah arteri dengan jalan mengubahubah ukuran saluran untuk mengatur aliran darah dalam
kapiler.
Dinding
kapiler
sangat
tipis
sehingga
dapat
berlangsung pertukaran zat antara plasma dan jaringan
interstisiil. Kemudian kapiler-kapiler ini bergabung dan
membentuk pembuluh lebih besar yang disebut venula, yang
kemudian juga bersatu menjadi vena, untuk mengantarkan
darah kembali ke jantung. Semua vena bersatu dan bersatu lagi
hingga terbentuk dua batang vena, yaitu vena kava inferior
yang mengumpulkan darah dari badan dan anggota gerak
bawah. Dan vena kava superior yang mengumpulkan darah dari
kepala dan anggota gerak atas. Kedua pembuluh darah ini
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
menuangkan isinya kedalam atrium kanan jantung (Evelyn,
2007)
c) Peredaran darah kecil
Darah dari vena kemudian masuk ke ventrikel kanan
yang
berkonstraksi
dan
memompanya
kedalam
arteri
pulmonalis. Arteri ini bercabang dua untuk mengantarkan
darah ke paru-paru kanan dan kiri. Darah tidak sukar memasuki
pembuluh-pembuluh darah yang mengaliri paru-paru. Didalam
paru-paru arteri-arteri ini membelah menjadi arteriola dan
akhirnya menjadi kapiler pulmonal yang mengitari alveoli
didalam jaringan paru-paru untuk memungut oksigen dan
melepaskan karbondioksida. Kemudian kapiler pulmonal
bergabung menjadi vena dan darah dikembalikan ke jantung
oleh empat vena pulmonalis, dan darahnya dituangkan kedalam
atrium kiri. Darah ini kemudian mengalir masuk kedalam
ventrikel kiri. Ventrikel ini berkontraksi dan darah dipompa
masuk kedalam aorta (Evelyn, 2007).
3. Etiologi
Menurut Palmer (2007) berdasarkan penyebabnya hipertensi
dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
a) Hipertensi esensial (primer)
Tipe ini terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah
tinggi sekitar 95%. Penyebabnya tidak diketahui, walaupun
dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang
bergerak (inaktivitas) dan pola makan.
b) Hipertensi sekunder
Tipe ini lebih jarang terjadi hanya sekitar 5% dan seluruh
kasus tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi tipe ini
disebabkan oleh kondisi medis lain misalnya penyakit ginjal atau
reaksi terhadap obat-obatan tertentu misalnya pil KB.
Menurut Palmer (2007) faktor resiko hipertensi antara lain :
1. Usia.
2. Riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga.
3. Jenis kelamin (hipertensi sedikit lebih sering terjadi pada pria
daripada wanita).
4. Kelebihan berat badan.
5. Kurang berolahraga.
6. Mengkonsumsi makanan berkadar garam tinggi (lebih dari 6
gr/hari).
7. Kurang mengkonsumsi buah dan sayuran segar.
8. Alkohol dan merokok.
9. Emosi/ stress.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Klasifikasi Hipertensi
Tabel II.I Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Berusia 18 Tahun Keatas
Kategori
Normal
Normal tinggi
Hipertensi
Stadium 1 (ringan)
Stadium 2 (sedang)
Stadium 3 (berat)
Stadium 4 (sangat berat)
Sumber : (Smeltezer, 2013)
Sistolik mmHg
< 130
130-139
Diastolik mmHg
<85
85-89
140-159
160-179
180-209
≥ 210
90-99
100-109
110-119
≥ 120
4. Patofisiologi
Menurut Sarwono (2001) pada stadium awal sebagian besar
pasien hipertensi menunjukkan curah jantung yang meningkat dan
diikuti dengan kenaikan perifer yang mengakibatkan kenaikan
darah perifer yang menetap. Hipertensi terjadi perubahan
autoregulasi dan sebagai penyebab awal perubahan ini adalah
retensi garam oleh ginjal. Selain faktor tersebut faktor lingkungan
seperti stress, obesitas, psikososial dan kurang berolahraga juga
berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi. Adapun mekanisme
hipertensi menimbulkan kelumpuhan dan kematian berkaitan
langsung dengan pengaruhnya pada jantung dan pembuluh darah.
Peningkatan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap
pemompaan darah pada ventrikel kiri akibatnya beban kerja
jantung bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertensi ventrikel
untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Akan tetapi kemampuan
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
ventrikel untuk mempertahankan curah jantung dengan hipertensi
kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi dan payah
jantung. Jantung menjadi semakin terancam oleh semakin parahnya
aterosklerosis koroner. Bila proses aterosklerosis berlanjut maka
suplai oksigen miokardium berkurang, kebutuhan miokardium
akan
oksigen
meningkat
akibat
hipertensi
ventrikel
dan
peningkatan beban kerja jantung. Akhirnya menyebabkan angina
atau miokardium.
Sekitar separuh kematian karena hipertensi adalah akibat
infark miokardium atau payah jantung. Kerusakan vaskular akibat
hipertensi terlihat jelas diseluruh perifer. Perubahan vascular dapat
diketahui dengan mudah melalui pemeriksaan oftalmoskopik yang
berguna untuk menilai perkembangan penyakit dan respon
terhadap terapi yang dilakukan. Perubahan struktur dalam arteri
kecil ariola menyebabkan penyumbatan pembuluh progresif. Bila
pembuluh menyempit maka aliran arteri terganggu dan dapat
menyebabkan mikro infark jaringan. Akibat yang ditimbulkan
perubahan vascular ini paling nyata pada otak dan ginjal. Obstruksi
atau rupture pembuluh darah otak merupakan penyebab sekitar
sepertiga kematian akibat hipertensi. Sklerosis progresif pembuluh
darah ginjal mengakibatkan disfungsi dana dan ginjal yang juga
dapat menimbulkan kematian.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
5. Tanda dan Gejala
Menurut Hardhi (2013) pada penderita hipertensi sering
dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai adalah nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
Beberapa tanda hipertensi antara lain :
1. Mengeluh sakit kepala, pusing.
2. Rasa berat pada tengkuk.
3. Lemas, kelelahan.
4. Sesak nafas.
5. Gelisah.
6. Mual.
7. Muntah.
8. Kesemutan.
9. Epistaksis.
10. Sulit tidur.
11. Kesadaran menurun.
6. Penatalaksanaan Umum
Hipertensi adalah masalah yang relatif terselubung silent
killer tetapi mengandung potensi yang besar untuk masalah yang
lebih besar. Hipertensi adalah awal untuk proses lanjut mencapai
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
target organ untuk memberi kerusakan yang lebih berat. Karena itu
diperlukan manajemen yang tepat dalam upaya pencegahannya.
a. Turunkan berat badan pada obesitas.
b. Pembatasan konsumsi garam dapur (tidak lebih dari 6 gr/hari).
c. Kurangi alkohol.
d. Menghentikan merokok.
e. Olahraga teratur.
f. Diet rendah lemak.
g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah)
(Bustan, 2007).
Tabel II.2 Rekomendasi Tindak lanjut Berdasarkan Penetapan Tekanan
Darah Awal untuk Orang Dewasa
Screening Awal
Tekanan Darah, mmHg
Rekomendasi Tindak Lanjut
Sistolik
Diastolik
< 130
<85
Periksa ulang dalam 2 bulan
130-139
85-89
Periksa ulang dalam 1 tahun
140-159
90-99
Pastikan dalam 2 bulan
160-179
100-109 Evaluasi atau rujuk ke pusat asuhan dalam 1 bulan
180-209
110-119 Evaluasi atau rujuk ke pusat asuhan dalam 1 bulan
≥210
≥ 120
Evaluasi atau rujuk ke pusat asuhan segera
Sumber: (Smeltzer, 2013)
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
7. Gambar II.2 Pathways
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
8. Fokus Intervensi
1. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri kronis b.d ketidakmampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga dengan masalah hipertensi.
b. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan.
c. Intoleransi aktifitas b.d ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatan.
d. Gangguan pola tidur b.d ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi.
2. Fokus Intervensi :
1) Nyeri kronis b.d ketidakmampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga dengan masalah hipertensi.
Tujuan :
Setelah dilakukan pertemuan selama 3 kali pertemuan gangguan
rasa nyaman, nyeri dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
Keluarga dan penderita mampu merawat anggota keluarga dengan
masalah kesehatan hipertensi
Intervensi:
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi
1) Jelaskan pada keluarga mengenai nyeri.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
2) Diskusikan dengan keluarga tentang penyebab nyeri.
3) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan pada
keluarga.
4) Berikan reinforcement positif pada keluarga atas jawaban
yang benar.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dengan
masalah kesehatan hipertensi.
1) Diskusikan dengan keluarga dalam mengambil keputusan
dan tindakan tentang nyeri kepala.
2) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan untuk
menangani nyeri kepala.
3) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan.
4) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
masalah hipertensi.
1) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan pada anggota
keluarga dengan nyeri kepala.
2) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan.
3) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar.
d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk
anggota keluarga dengan masalah hipertensi.
1) Diskusikan dengan keluarga bagaimana lingkungan yang
aman bagi penderita hipertensi.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
2) Motifasi keluarga untuk mengatur pola makan bagi anggota
keluarga yang mengalami nyeri kepala.
3) Motifasi kembali agar keluarga menerangkan kembali
penjelasan yang telah disampaikan.
4) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar.
e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan fasilitas
kesehatan.
1) Diskusikan dengan keluarga tempat-tempat pelayanan
kesehatan yang ada.
2) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan
kesehatan serta menyarankan supaya datang ke pelayanan
kesehatan bila ada anggota keluarga yang sakit.
3) Evaluasi kembali tentang manfaat pelayanan fasilitas
kesehatan yang ada.
4) Beri reinforcement positif atas tindakan keluarga.
2) Perubahan perfusi jaringan serebral b.d ketidakmampuan
keluarga mengenal anggota keluarga dengan hipertensi.
Tujuan :
Setelah dilakukan pertemuan selama 3 kali pertemuan tidak terjadi
kerusakan perfusi serebral.
Kriteria Hasil :
Keluarga dan penderita mampu merawat anggota keluarga dengan
masalah kesehatan hipertensi.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Intervensi :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
1) Jelaskan mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala
dan komplikasi dari hipertensi.
2) Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan.
3) Berikan pujian positif atas perhatian keluarga.
b. Kemampuan
keluarga
mengambil
keputusan
mengenai
tindakan kesehatan yang tepat.
1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah hipertensi bila
tidak segera ditangani.
2) Mencari tahu apakah keluarga sudah bisa mengambil
keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.
3) Bimbing dan motivasi keluarga untuk memutuskan tindakan
kesehatan yang tepat.
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
1) Jelaskan pada keluarga tentang cara perawatan hipertensi.
2) Jelaskan mengenai apa yang boleh dan yang tidak boleh
dilakukan untuk menjaga agar hipertensi tidak bertambah
parah.
3) Kaji tingkat kemampuan keluarga untuk merawat anggota
keluarga yang sakit.
d. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
1) Diskusikan dengan keluarga cara memodifikasi lingkungan
yang aman bagi penderita hipertensi.
2) Anjurkan kepada keluarga untuk memodifikasi gaya hidup
untuk mengatasi hipertensi dengan menggunakan sumbersumber yang ada di keluarga.
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga yang ada
di masyarakat
1) Jelaskan kepada keluarga tentang pentingnya memeriksakan
tekanan darah secara teratur pada klien dengan hipertensi.
2) Sebutkan
fasilitas-fasilitas
kesehatan
yang
dapat
dimanfaatkan untuk memeriksakan kesehatan keluarga.
3) Intoleransi aktifitas b.d ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi.
Tujuan :
Setelah dilakukan pertemuan selama 3 kali pertemuan, intoleransi
aktifitas dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
Keluarga dan penderita mampu merawat anggota keluarga dengan
masalah kesehatan hipertensi
Intervensi :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
1) Jelaskan pada keluarga tentang pengertian istirahat.
2) Motivasi keluarga untuk mengulang pengertian istirahat.
3) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar.
b. Ketidakmampuan keluarga dalam mengatasi masalah dengan
hipertensi
1) Motivasi keluarga dalam mengambil keputusan untuk
mengatasi intoleransi aktifitas.
2) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar.
c. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
dengan masalah hipertensi.
1) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan anggota
keluarga dengan intoleransi aktifitas.
2) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan.
3) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan
untuk anggota keluarga dengan masalah hipertensi.
1) Diskusikan dengan keluarga bagaimana lingkungan yang
sehat.
2) Motivasi keluarga untuk menjaga pola makan.
3) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan.
4) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar.
e. Ketidakmampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas
kesehatan.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
1) Diskusikan dengan keluarga tempat pelayanan kesehatan
yang ada.
2) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan
kesehatan dan datang bila ada anggota keluarga yang sakit.
3) Evaluasi kembali tentang manfaat pelayanan kesehatan
yang ada.
4) Gangguan pola tidur b.d ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga dengan hipertensi.
Tujuan :
Setelah dilakukan pertemuan selama 3 kali pertemuan gangguan
pola tidur dapat teratasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan pertemuan selama 3 kali pertemuan gangguan
pola tidur dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
Keluarga dan penderita mampu merawat anggota keluarga dengan
masalah kesehatan hipertensi.
Intervensi :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
1) Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian relaksasi.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
2) Motivasi keluarga untuk mengulang pengertian relaksasi.
3) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar.
b. Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan untuk
mengatasi gangguan pola istirahat.
1) Diskusikan dengan keluarga dalam mengambil keputusan
dan tindakan yang tepat.
2) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang tepat.
3) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar.
c. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang sakit dengan cara relaksasi.
1) Diskusikan dengan keluarga untuk menyebutkan teknik
relaksasi nafas dalam.
2) Ajak keluarga untuk melakukan teknik relaksasi nafas
dalam.
3) Beri reinforcement positif.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan
untuk menangani penyakit.
1) Jelaskan pada keluarga cara memodifikasi lingkungan
untuk penderita hipertensi.
2) Evaluasi kembali tentang apa yang telah disampaikan.
3) Beri reinforcement positif.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
e. Ketidakmampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas
kesehatan.
1) Diskusikan dengan keluarga tempat pelayanan kesehatan
yang ada.
2) Tanyakan fasilitas kesehatan yang ada.
3) Evaluasi kembali mengenai manfaat pelayanan kesehatan
yang ada.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., ANISA MAYA ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Download