Nashārā dalam al-Qur`an - 12-30-2016

advertisement
Nash?r? dalam al-Qur’an - 12-30-2016
iT's Me - Kembali ke Fitrah - https://www.itsme.id
Nashārā dalam al-Qur’an
Friday, December 30, 2016
https://www.itsme.id/nashara-dalam-al-quran/
Kata “nashārā” (bentuk jamak dari nashrānī) muncul empat belas kali dalam al-Qur’an. Kata ini biasanya
diterjemahkan sebagai “orang-orang Kristen”. Dari bahasa al-Qur’an inilah kaum Muslim menyapa atau
memanggil kaum Kristiani dengan sebutan “kaum Nasrani”.
Persoalannya, umat Kristiani tidak menyebut diri mereka sebagai “kaum Nasrani”. Kata “nashārā” tidak
digunakan oleh orang-orang Kristen Arab dalam mengidentifikasi diri mereka, melainkan “masihiyyun”
(pengikut al-Masih). Orang-orang Kristen non-Arab juga tidak menggunakan istilah “nashārā” dan
padanannya. Di kalangan Kristen berbahasa Suriah (syriac-Aramaic), kata “nasraya” tidak mereka
gunakan. Mereka menggunakan mshihaya, yang juga berarti para pengikut al-Masih. Dalam bahasa
Yunani umat Kristiani juga dikenal dengan istilah “kristyana” (pengikut Kristus).
Lalu, siapakah nashārā (kaum Nasrani) dalam al-Qur’an?
Jawaban standar terhadap pertanyaan di atas ialah sekte Kristen yang dianggap bid’ah oleh Gereja. Pada
abad ke-5, St. Epiphanius menulis karya heresiografi yang mengaitkan nashārā dengan sekte YahudiKristen kuno yang ditolak oleh Gereja. Karya Epiphanius yang berjudul Panarion memang dimaksudkan
untuk mendiskusikan sekte-sekte Kristen yang dianggap penyimpang, termasuk nashārā itu.
Kita sulit melacak lebih jauh keberadaan sekte nashārā tersebut karena Panarion merupakan satu-satunya
karya heresiografi yang mencatatnya. Namun demikian, kata “nasrani” muncul sekali dalam Perjanjian
Baru, yakni dalam Kisah Para Rasul (24:5) ketika Tertulus menghakimi Paulus dan menuduhnya sebagai
“seorang tokoh dari sekte Nasrani”. Dari ayat Perjanjian Baru ini istilah “nashārā” memperoleh konotasi
negatif dan tak digunakan oleh kaum Kristiani.
Jika kita melihat kristologi al-Qur’an, kesan nashārā sebagai sekte heretik (bid’ah) dapat dibenarkan. AlQur’an merekam keyakinan kelompok nashārā yang sebenarnya juga ditolak oleh orang-orang Kristen
sendiri. Misalnya, al-Qur’an menuduh kaum nashārā meyakini tiga Tuhan. Dalam surat al-Ma’idah ayat
171, al-Qur’an menyebut “telah kafir mereka yang mengatakan Allah itu satu dari tiga”. Artinya, alQur’an mengasumsikan kaum nashārā meyakini tiga Tuhan. Keyakinan ini jelas berbeda dari keyakinan
kaum Kristiani yang beriman pada keesaan Tuhan dengan tiga hipostasis. Konsep tiga Tuhan itu disebut
triteisme, bukan Trinitas sebagaimana diimani orang-orang Kristen.
Ayat lain yang juga banyak dikutip oleh kelompok Muslim polemisis ialah dua ayat dalam surat alMa’idah 17 dan 71, “telah kafir mereka yang mengatakan Allah itu al-Masih putera Maryam”. Keyakinan
yang sering dinisnatkan kepada kaum nashārā ini tidak dikemukan dalam Bible dan juga tidak diimani
oleh orang-orang Kristen. Ada perbedaan subtil antara keyakinan kaum nashārā bahwa Tuhan adalah
Yesus dan keimanan kaum Kristen bahwa Yesus adalah Tuhan. Yang pertama bersifat eksklusif dalam
arti membatasi ketuhanan pada Yesus, sementara yang kedua memberi ruang bagi keyakinan pada Tuhannya Nabi-nabi sebelum Yesus, termasuk Tuhan-nya kaum Yahudi.
1/2
Nash?r? dalam al-Qur’an - 12-30-2016
iT's Me - Kembali ke Fitrah - https://www.itsme.id
Karena itu, sudah saatnya kata “nashārā” tidak digunakan untuk merujuk kepada umat Kristiani karena
mereka bukan kaum Nasrani (nashārā).
_______________________________________________
WWW.ITSME.ID
2/2
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Download