Modul Psikologi Perkembangan 1 [TM8]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Modul 8
Teori Sigmund Freud
Sejarah Hidup, Sruktur Kepribadian dan
Perkembangan Psikoseksual
Fakultas
Program Studi
Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
08
Kode MK
Disusun Oleh
MK61013
Wahidah Fitriani, S. Psi., MA.
Abstract
Kompetensi
Sigmund Freud membagi
perkembangan psikoseksual individu
dalam beberapa tahap yaitu: tahap
oral, tahap anal, tahap phalik, tahap
latency dan tahap genital
Mahasiswa mampu menjelaskan dan
mengkomunikasikan teori Freud dan
dan dapat menggunakan dalam
aplikasi/ kasus
Latar Belakang
Sejarah Hidup
Sigmund Freud dilahirkan 6 mei 1856 dari sebuah keluarga Yahudi di Freiberg,
Moravia sebuah kota kecil di Austria (kini menjadi bagian dari Cekoslowakia). Setelah
menamatkan sekolah menengah di kota Wina, Freud masuk fakultas kedokteran Universitas
Wina dan lulus sebagai dokter pada tahun 1881. Adapun minat ilmiah Freud adalah pada
neurologi, sebuah minat yang menyebabkan Freud menekuni penanganan ganguanganguan neurotic, khususnya hysteria.
Semasa muda ia merupakan anak favorit ibunya. Dia adalah satu-satunya anak (dari
tujuh bersaudara) yang memiliki lampu baca (sementara yang lain hanya menggunakan lilin
sebagai penerang) untuk membaca pada malam hari dan satu-satunya anak yang diberi
sebuah kamar dan perabotan cukup memadai untuk menunjang keberhasilan sekolahnya.
Freud dikenal sebagai seorang pelajar yang jenius, menguasai 8 (delapan) bahasa dan
menyelesaikan sekolah kedokteran pada usia 30 tahun. Setelah lulus ia memutuskan untuk
membuka praktek di bidang neurologi.
Ketika Freud masih menjadi mahasiswa, seorang ahli saraf ternama dari Wina, Dr.
Joseph Breur, telah mengunakan metode khusus untuk menangani hysteria, yakni metode
hipnotis. Freud sempat mengadakan kerjasama dengan Breur, yang menghasilkan
penanganan atas sejumlah kasus histeris yang dibukukan dengan judul Studien uber
Hysterie (1895). Setelah meninggalkan metode hipnotis. Freud mencoba metode lain, yakni
metode sugesti yang dipelajarinya dari Bernheim pada tahun 1889. Dan metode yang
terakhir
ini
pula
pun
ternyata
tidak
memuaskan
Freud,
sehingga
ia
akhirnya
mengembangkan dan menggunakan metode sendiri yang disebut metode asosiasi bebas
(free association method). Hal yang paling penting dari pengembangan asosiasi bebas ini
adalah, metode asosiasi bebas dengan prinsip atau anggapan yang mendasarinya telah
membawa Freud kepada suatu kesimpulan bahwa ketaksadaran memiliki sifat dinamis, dan
memegang peranan dalam terjadinya ganguan neurotic seperti hysteria.
Sejak Freud menempuh jalannya sendiri, mengembangkan gagasan dan metode
terapinya sendiri, Freud sesungguhnya tengah berada dalam usaha membangun landasan
bagi pengajaran psikoanalisanya yang unik. Dapat dikatakan bahwa metode asosiasi bebas
merupakan tonggak yang menandai dimulainya psikoanalisa.
Pada periode awal dari psikoanalisa Freud mengembangkan analisis mimpi (drem
analysis) atau penafsiran mimpi. Freud berdasarkan anggapannya bahwa isi mimpi adalah
symbol dari keinginan-keinginan tertentu yang direpres di alam tak sadar. Mimpi itu sendiri
via regia (jalan utama) menuju alam tak sadar.
2014
2
Psikologi Perkembangan
Wahidah Fitriani, S. Psi., MA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dalam buku pertamanya yang diberi judul The Interpretiation of Dream (Die
Traumdeutung,1900), Freud menunjukan bagaimana mimpi-mimpinya sendiri ia telaah dan
ia tafsirkan. Melalui buku ini dan tiga buah buku lainnya yang menyusul, Psychothology of
Everyday Life (1901), Three Essay on Sexuality (1905) dan Case of Dora (1905), freud telah
menetapkan dasar-dasar yang kokoh bagi psikoanalisa, sekaligus telah memperlihatkan
dirinya sebagai seorang inovator yang jenius dan gagasan yang brilian.
Ia meninggal dunia pada tanggal 23 september 1939 di London. Freud telah berhasil
menjadikan psikoanalisa satu aliran yang kuat, berpengaruh, dan tetap tegar menghadapi
serangan dari mana pun.
STRUKTUR KEPRIBADIAN
Struktur Kepribadian adalah susunan yang menggambarkan hubungan antar unsur
kepribadian dalam membentuk entitas kedirian seseorang. Dalam teori psikoanalisis yang
dipakainya, Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga
unsur dan sistem, yakni Id (Das Es), Ego (Das Ich), dan Superego (Das Uber Ich). Ketiga
sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas dan tingkah
laku manusia yang tak lain merupakan produk interaksi ketiganya.
1. Id
Id adalah segi kepribadian tertua, sistem kepribadian pertama, ada sejak lahir
(bahkan mungkin sebelum lahir), diturunkan secara genetic, langsung berkaitan dengan
dorongan-dorongan biologis manusia dan merupakan sumber / cadangan energi manusia,
sehingga dikatakan juga oleh Freud sebagai jembatan antara segi biologis dan psikis
manusia. Id bekerja berdasarkan prinsip-prinsip yang amat primitive sehingga bersifat kaotik
(kacau,tanpa aturan), tidak mengenal moral,tidak memiliki rasa benar-salah. Salah-satunya
yang diketahui Id adalah perasaan senang-tidak senang, sehinga dikatakan bahwa Id
bekerja berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle). Ia selalu mengejar
kesenangan dan menghindar dari ketegangan. Teori Freud sebagai keselurahan juga
dikenal sebagai teori penurunan ketegangan (drive reduction theory). Untuk menjalankan
fungsinya Id memiliki dua mekanisme dasar, yaitu: gerakan-gerakan refleks dan proses
primer. Dalam keadaan lapar mulut bayi akan langsung mengatup pada puiting ibunya dan
menghisap susu, bila terkena debu mata akan langsung berkedip dan seterusnya.
Walaupun demikian refleks tidak selalu efesian dalam meredakan ketegangan, sehingga
diperlukan proses dimana manusia membentuk citra dari obyek yang berguna bagi
pemuasan suatu kebutuhan mendasar. Proses pembayangan ini disebut proses primer yaitu
penerjemahan dari kebutuhan menjadi keinginan dan ini memiliki ciri: tidak logis, tidak
rasional, tidak dapat membedakan antara khayalan dan realitas, tidak dapat membedakan
2014
3
Psikologi Perkembangan
Wahidah Fitriani, S. Psi., MA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
antara saya dan bukan saya. Untuk dapat bertahan hidup seorang bayi mutlak harus dapat
membedakan mana yang khayal mana yang kenyataan, maka berkembanglah sistem
kepribadian kedua, yaitu Ego.
2. Ego
Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada
dunia objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (the
reality principle). Menurut Freud, ego terbentuk pada struktur kepribadian hasil kontak dunia
luar. Ego adalah segi kepribadian yang harus tunduk pada Id dan harus mencari dalam
realitas apa yang dibutuhkan Id sebagai pemuas kebutuhan dan pereda ketegangan.
Dengan demikian Ego adalah segi kepribadian yang dapat membedakan antara khayalan
dan kenyataan serta mau menanggung ketegangan dalam batas tertentu. Berlawanan
dengan Id yang bekerja berdasarkan prinsip kesenangan, Ego bekerja berdasarkan prinsip
realitas (reality principle), artinya ia dapat menunda pemuasan diri atau mencari bentuk
pemuasan lain yang lebih sesuai dengan batasan lingkungan (fisik maupun sosial ) dan hati
nurani. Ego menjalankan proses sekunder (secondary process), artinya ia menggunakan
kemampuan berpikir secara rasional dalm mencari pemecahan masalah terbaik. Proses
sekunder adalah berpikir realistik yang bersifat rasionnal, realistik, dan berorientasi kepada
pemecahan masalah. Ke dalam proses sekunder ini termasuk pula fungsi – fungsi persepsi,
belajar, memori, dan yang sejenisnya. Melalui proses sekunder ini pula, ego merumuskan
suatu rencana untuk memuaskan kebutuhan atau dorongan dan kemudian menguji rencana
itu. Orang yang lapar merencanakan untuk mencari makan dan mengujinya ditempat mana
makanan itu berada. Kegiatan ini dinamakan “reality testing” (pengujian keberadaan objek
pemuasan di dunia nyata). Ego senantiasa berupaya mencegah dampak negatif dari
masyarakat (seperti hukuman dari orang tua atau guru). Dalam upaya memuaskan
dorongan, ego sering bersifat pragmatis, kurang memperhatikan nilai/norma, atau bersifat
hedonis. Namun begitu ego juga berupaya untuk mencapai tujuan – tujuan jangka panjang
dengan cara menunda kesenangan/kepuasan sesaat.
Hal yang harus diperhatikan dari ego ini adalah bahwa :
ego merupakan bagian dari id yang kehadirannya bertugas untuk memuaskan kebutuhan id,
bukan untuk mengecewakannya, seluruh energi (daya) ego berasal dari id, sehingga ego
tidak terpisah dari id, peranan utamanya menengahi kebutuhan id dan kebutuhan
lingkungan sekitar, ego bertujuan untuk mempertahankan kehidupan individu dan
pengembangbiakannya.
3. Superego
2014
4
Psikologi Perkembangan
Wahidah Fitriani, S. Psi., MA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Superego merupakan perwakilan dari nilai dan norma yang ada dalam masyarakat
dimana individu itu hidup. Anak mengembangkan Superegonya melalui berbagai perintah
dan larangan dari orang-tuanya. Dengan kata lain, superego adalah buah hasil internalisasi,
sejauh larangan-larangan dan perintah-perintah yang tadinya merupakan sesuatu yang
asing bagi anak, akhirnya dianggap sebagai sesuatu yang berasal dari anak sendiri.
Superego adalah wewenang moral dari kepribadian, superego mencerminkan yang ideal
dan bukan yang real, serta memperjuangkan kesempurnaan dan bukan kenikmatan.
Perhatian yang utamanya adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah dengan
demikian superego dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh
wakil-wakil masyarkat.
Superego sebagai wasit tingkah laku yang diinternalisasikan bekembang dengan
memberikan respon terhadap hadiah-hadiah dan hukuman-hukuman yang diberikan
orangtua. Untuk memperoleh hadiah-hadiah dan menghindari hukuman-hukuman, anak
belajar mengarahkan tingkah lakunya menurut garis-garis yang diletakkan orang tuanya.
Apapun juga yang mereka katakan salah dan menghukum anak karena melakukannya akan
cenderung menjadi suara hatinya (Conscience), yang merupakan salah satu dari dua
subsistem superego. Apapun juga yang meeeka setujui dan menghadiahi anak karena
melakukannya, akan cenderung menjadi ego-ideal anak, yang merupakan subsistem lain
dari superego. Mekanisme yang menyebabkan penyatuan tersebut disebut introyeksi. Anak
menerima atau mengintroyeksikan norma-norma moral dari orang tua. Suara hati
menghukum orang dengan membuatnya merasa salah, ego-ideal menghadiahi orang
dengan membuatnya merasa bangga. Dengan terbentuknya superego ini maka kontrol diri
menggantikan kontrol orang tua .
Jadi, aktifitas dari superego menyatakan diri dalam konflik dengan ego yang
dirasakan dengan emosi-emosi seperti rasa bersalah, rasa menyesal, dan lain sebagainya.
Sikap-sikap seperti observasi diri, kritik diri, dan inhibisi berasal dari superego. Bahkan
menurut Freud, kompleks oedipus memainkan peranan besar dalam pembentukan
superego.
Berikut ini adalah fungsi-fungsi dari superego, yaitu:
1) Merintangi impuls-impuls id, terutama impuls-impuls seksual dan agresif, karena inilah
impuls-impuls yang pernyataannya sangat dikutuk oleh masyarakat.
2) Mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistis dengan tujuan-tujuan
moralistis
3) Mengajarkan kesempurnaan. Jadi, superego cenderung untuk menentang baik id
maupun ego, dan membuat dunia menurut gambrannya sendiri. Akan tetapi superego
sama seperti id bersifat tidak rasional dan sama seperti ego, superego melaksanakan
2014
5
Psikologi Perkembangan
Wahidah Fitriani, S. Psi., MA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kontrol atas insting-insting. Tidak seperti ego, superego tidak hanya menunda pemuasan
insting, akan tetapi superego tetap berusaha untuk merintanginya
DINAMIKA KEPRIBADIAN
Sebagai ilmuwan abad ke-19, freud juga berpikir dalam kerangka ilmu fisika dan
fisiologi abad tersebut. Ia memandang manusia sebagai sebuah ssstem energi yang
kompleks dan dikuasai oleh hukum konservasi energi yang mengatakan: energi dapat
berubah bentuk tapi jumlahnya akan tetap sama. Bagi Freud hukum ini juga berlaku bagi
kehidupan psikis. Seluruh energi psikis berasal dari ketegangan neurofisiologis. Berbagai
kebutuhan badaniah manusia menimbulkan berbagai ketegangan atau kegairahan dan akan
terungkap melalui sejumlah perwakilan mental dalam bentuk dorongan / keinginan yang
dinamakan naluri.
Naluri adalah representasi psikologis bawaan dari eksitas (keadaan yang tegang dan
terangsang) pada tubuh yang diakibatkan oleh munculnya suatu kebutuhan tubuh. Menurut
Freud, naluri akan menghimpun sejumlah energy psikis apabila suatu kebutuhan muncul,
dan pada gilirannya naluri ini akan menekan atau mendorong individu untuk bertindak ke
arah pemuasan kebutuhan yang nantinya bisa mengurangi tegangan yang ditimbulkan oleh
tekannan energy psikis itu. Menurut Freud, sumber dan upaya naluri adalah tetap. Tetapi
dengan adanya kematangan fisik pada individu, akan tumbuh kebutuhan-kebutuhan atau
naluri-naluri baru. Jadi naluri (instinct) adalah perwujudan ketegangan badaniah yang
berusaha mencari pengungkapan dan peredaan ketegangan, dan merupakan bawaan tiap
mahluk hidup.
Sekitar tahun 1990 ia mengemukakan teori naluri pertama, yang mengatakan bahwa
walaupun jumlah naluri banyak, kita dapat mengelompokkannya dalam dua naluri utama:
naluri untuk mempertahankan hidup dan naluri untuk berkembang-biak. Setelah perang
dunia pertama (sekitar tahun 1920) dimana ia melihat banyak agresi manusia, Freud
mengemukakan teori naluri kedua yang mengatakan bahwa terdapat dua naluri utama
manusia yaitu: naluri hidup (Eros) dan naluri mati (Thanatos).
Naluri hidup meliputi kedua naluri utama dalam teori naluri pertamanya. Energi yang
mendasari naluri hidup ini adalah libido. Libido tidak saja merupakan dorongan seksual tapi
merupakan dasar bagi seluruh dorongan untuk hidup. Istilah seks dan seksual bagi freud
tidak melulu diasosialisasikan dengan seggama, tapi tiap kenikmatan badaniah yang dapat
kita rasakan. Daerah badaniah yang bila dirangsang menimbulkan kenikmatan disebut
daerah erogen(erogenous zone). Bila cinta dan seks merupakan perwujudan naluri hidup,
maka benci dan agresivitas merupakan perwujudan naluri mati .
2014
6
Psikologi Perkembangan
Wahidah Fitriani, S. Psi., MA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Untuk mencapai pemuasan dan peredaan ketegangan, energi kita kaitkan atau
investasikan dalam objek pemuas tertentu. Proses ini disebut kateksis. Sebaliknya objek
yang tidak dapat memuaskan dorongan naluri kita atau bila terjadi hambatan dalam upaya
mencapai pemuasan naluri dinamakan anti-kateksis. Sifat energi yang lentur atau cair
memungkinkan kita untuk selalu mencari objek pemuas pengganti. Proses ini disebut
pemindah (displacement). Freud yakin bahwa seluruh peradaban manusia sebagaimana
terwujud dalam seni, ekonomi, politik, agama dan sebagainya adalah hasil dari proses
pemindahan naluri hidup dan naluri mati. Pada tataran individu, proses kateksis-anti kateksis
serta berbagai keberhasilan dan kegagalan yang disertai pemindahan, merupakan dinamika
kepribadian manusia. Hambatan terhadap libido dan ketegangan yang tak tersalurkan
menimbulkan kecemasan (anxiety) dan ini merupakan dasar berkembangnya neurosa pada
manusia. Pandangan ini ia ubah pada tahun 1926 dengan mengatakan bahwa kecemasan
adalah fungsi ego yg memberi peringatan akan datangnya bahaya dan yang harus dihadapi
dengan cara melawan atau menghindar. Dengan demikian kecemasan tidak selalu menjadi
dasar berkembangnya neurosa, tetapi juga memungkinkan dikembangkannya perilaku
adaptif.
Perkembangan Psikoseksual
Sigmund Freud berfikir bahwa kepribadian orang dewasa ditentukan oleh cara-cara
mengatasi konflik antara sumber-sumber kesenangan oral, anal, alat kelamin, serta
tuntutan-tuntutan realitas. Bila konflik ini tidak diatasi, individu dapat mengalami perasaan
yang mendalam pada tahapan perkembangan psikoseksual tertentu.
Teori Psikoanalitis dari Freud menekankan pentingnya pengalaman masa kanakkanak awal dan motivasi dibawah sadar dalam mempengaruhi perilaku. Freud berpikir
bahwa dorongan seks dan instink dan dorongan agresif adalah penentu utama dari perilaku,
atau bahwa orang bekerja menurut prinsip kesenangan. Teorinya menyatakan bahwa
kepribadian tersusun dari tiga komponen, yaitu: id, ego dan superego.
Freud percaya bahwa orang dilahirkan dengan dorongan biologis yang harus
diarahkan kembali agar dapat hidup dalam masyarakat. Ia berpendapat bahwa karakteristik
dibentuk pada masa kanak-kanak, ketika anak-anak berhadapan dengan konflik bawah
sadar antara dorongan bawaan dan tuntutan hidup budaya.
Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi 3 tahapan yakni tahap infantil (0
- 5 tahun), tahap laten (5 - 12 tahan) dan tahap genital (> 12 tahun). Tahap infantil yang
faling menentukan dalam membentuk kepribadian, terbagi menjadi 3 fase, yakni fase oral,
fase anal, dan fase phalis. Perkembangan kepribadian ditentukan oleh perkembangan
insting seks, yang terkait dengan perkembangan bilogis, sehingga tahap ini disebut juga
2014
7
Psikologi Perkembangan
Wahidah Fitriani, S. Psi., MA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tahap seksual infatil. Perkembangan instink seks berarti perubahan kateksis seks dan
perkembangan bilogis menyiapkan bagian tubuh untuk dipilh menjadi pusat kepuasan
seksul (erogenus zone). Pemberian nama fase-fase perkembangan infatil sesuai dengan
bagian tubuh – daerah erogen – yang menjadi kateksis seksual pada fase itu. Pada tahap
laten, impuls seksual mengalami represi, perhatian anak banyak tercurah kepada
pengembangan kognitif dan keterampilan. Baru sesudah itu, secara bilogis terjadi
perkembangan pubertas yang membangunkan impuls seksual dari represinya untuk
berkembang mencapai kemasakan. Pada umumnya kemasakan kepribadian dapat dicapai
pada usia 20 tahun.
·
Dalam
perkembangan
psikoseksual,
Freud
mengemukakan
bahwasannya,
perkembangan anak dibagi dalam beberapa tahap atau fase, yaitu:
1. Tahap oral
Tahapan ini berlangsung dari lahir sampai 18 bulan pertama kehidupan. Mulut
merupakan sumber kenikmatan utama. Dua macam aktivitas oral di sini, yaitu menggigit dan
menelan makanan, merupakan prototype bagi banyak ciri karakter yang berkembang di
kemudian hari. Kenikmatan yang diperoleh dari inkorporasi oral dapat dipindahkan ke
bentuk-bentuk inkorporasi lain, seperti kenikmatan setelah memperoleh pengetahuan dan
harta. Contoh: Bayi yang meminum ASI, ia akan menghisap puting ibu.
2. Tahap Anal
Tahapan ini berlangsung antara usia 18 bulan sampai dengan 3 tahun. Kenikmatan
akan dialami anak dalam fungsi pembuangan, misalnya menahan dan bermain-main dengan
feces, atau juga senang bermain-main dengan lumpur dan kesenangan melukis dengan jari.
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada
pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini adalah
pelatihan toilet – anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya.
Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara di mana orang
tua memberikan pelatihan toilet (toilet training).
Contoh: Anak sudah bisa mengatur kapan ia ingin buang air.
3. Tahap Phallic
Tahapan ini berlangsung antara usia 3 dan 6 tahun. Tahap ini sesuai dengan nama
genital laki-laki (phalus), sehingga meupakan daerah kenikmatan seksual laki-laki.
Sebaliknya pada anak wanita merasakan kekurangan akan penis karena hanya mempunyai
klitoris, sehingga terjadi penyimpangan jalan antara anak wanita dan laki-laki. Lebih lanjut,
pada tahap ini anak akan mengalami Oedipus complex, yaitu keinginan yang mendalam
untuk menggantikan orang tua yang sama jenis kelamin dengannya dan menikmati afeksi
dari orang tua yang berbeda jenis kelamin dengannya. Misalnya anak laki-laki akan
2014
8
Psikologi Perkembangan
Wahidah Fitriani, S. Psi., MA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mengalami konflik oedipus, ia mempunyai keinginan untuk bermain-main dengan penisnya.
Dengan penis tersebut ia juga ingin merasakan kenikmatan pada ibunya.
Contoh:

kateksis obyek kepada orang tua yang berlawanan jenis serta permusuhan terhadap
orang tua sejenis. Anak laki-laki ingin memiliki ibunya dan menyingkirkan ayahnya;
sebaliknya anak perempuan ingin memilki ayahnya dan menyingkirkan ibunya yang
disebut oedipus kompleks.
4. Tahap Latency
Tahapan ini berlangsung antara kira-kira usia 6 tahun dan masa pubertas. Periode
laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke daerah
lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam
pengembangan keterampilan social, komunikasi dan kepercayaan diri.
5. Tahap Genital
Tahapan ini berlangsung antara kira-kira dari masa pubertas dan seterusnya.
Bersamaan dengan pertumbuhannya, alat-alat genital menjadi sumber kenikmatan dalam
tahap ini, sedangkan kecenderungan-kecenderungan lain akan ditekan.
Daftar Pustaka
Atkinson, Rita. L. Pengantar Psikologi. 2000. Erlangga:Jakarta.
Hall, Calvin. S. & Gardner Lindzey. 2000. Psikologi Kepribadian 1 Teori-Teori Psikodinamik
(Klinis). Kanisius: Yogyakarta
Miller. P.H. (1993). Theories of Developmental Psychology. Third edition. New York:
Freeman and Company
Papalia, D.E. & Olds, S.W., (2008). Human Development. Edisi Terjemahan. Jakarta:
Kencana
2014
9
Psikologi Perkembangan
Wahidah Fitriani, S. Psi., MA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download