24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sruktural Fungsional Structural fungsional memunculkan asumsi tentang hakekat manusia. Didalam fungsionalisme, manusia di perlukan sebagai abstraksi yang menduduki status dan peranan yang membentuk stuktur social. Didalam perwujutannya, structural fungsional memperlakukan manusia sebagai pelaku yang memainkan ketentuan-ketentuan yang telah di rancang sebelumnya sesuai dengan norma-norma/ aturan-aturan masyarakat. Artinya manusia di bentuk oleh struktur social dimana ia hidup, yang didalam melakukan tindakannya manusia memiliki beberapa pilihan/alternative yang secara social di mantapkan oleh tuntutan-tuntutan normative. Dengan demikian manusia merupakan actor-aktor yang memiliki kebebasan yang luas untuk melakukan apa yang mereka inginkan dan bukan sebagai robot-robot otomatis yang tindakan-tindakannya benar-benar telah ditentukan sebelumnya, (poloma, 1987 :45) Pendekatan structural fungsional di bangun atas asumsi bahwa masyarakat merupakan organisasi. Karena itu penekanan dari pendekatan ini pada umumnya diberikan kepada institusi social, dan pendidikan merupakan salah satu institusi social. Disamping itu teori ini teori ini cendrung memusatkan perhatian pada fungsi yang harus dipenuhi oleh setiap system yang hidup untuk kelestariannya. Disamping menggunakan teori fugsional Parsons, peneliti juga menggunakan teori fungsional Robert K Merton yang menjelaskan bahwa analisis srtuktural fungsional memusatkan perhatian pada kelompok, organisasi, masyarakat dan kultur. Perbedaan analisa Parsons dan Merton terletak Pada Kajian Merton mengenai disfungsional serta 12 Universitas Sumatera Utara 25 fungsi manifest dan fungsi Latent, dimana semua itu belum di jelaskan oleh parsons. Merton dalam (Ritzer 2004: 142) menyatakan bahwa setiap objek yang dapat dijadikan sasaran analisis structural fungsional tentu mencerminkan hal yang standar ( artinya terpola dan berulang). Sasaran studi structural fungsional adalah : peran social, pola institusional, proses social, pola kultur, emosi yang terpola secara cultural, norma social. Organisasi kelompok, structural social, perlengkapan untuk pengendalian social dan sebagainya. Dimana struktur social lebih dipusatkan pada fungsi social dibandingkan motif individual. Fungsi itu sendiri didefenisikan sebagai konsekuensi-konsekuensi yang dapat diamati yang dapat menimbulkan adaptasi atau penyesuaian dari system itu. Dalam pembahasan mengenai struktur social, Merton dalam (Kamanto 2000:186) mengemukakan bahwa dalam struktur social dan baudaya di jumpai tujuan, sasaran dan kepentingan yang didefenisikan sebagai tujuan yang sah bagi seluruh atau sebagian anggota masyarakat. Institusi dan struktur budaya mengatur cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Merton structural social tidak hanya menghasilakan perilaku konformis, tetapi menghasilkan pula perilaku menyimpang nonkonform. Ketika menjelaskan teori fungsional Merton dalam (Ritzer 2004:142) menunjukan bahwa struktur mungkin bersifat disfungsional untuk system secara keseluruhan. Dengan demikian tidak semua srtuktur diperlukan untuk berfungsinya system social, dimana akibat yang tidak diharapkan tidak sama dengan fungsi yang tersembunyi. Fungsi tersembunyi adalah satu jenis dari akibat dari yang tidak diharapkan, satu jenis fungsional untuk jenis tertentu. Universitas Sumatera Utara 26 Parsons dalam (Doyle 1986 : 103) menyatakan bahwa kenyataan social dari suatu perspektif tidak terbatas pada tingkat struktur social saja. System social hanya salah satu dari system-sistem yang termaksuk dalam perspektif keseluruhan; system kepribadian dan system budaya merupakan system-sistem yang secar analitis dapat di bedakan, juga termaksuk di dalamnya seoperti halnya dengan organisme perilaku, system social terbentuk dari tindakan-tindakan social individu. Inti pemikiran parsons adalah bahwa : 1. tindakan itu di arahkan pada Tujuan ( memiliki suatu tujuan) 2. tindakan terjadi dalam situasi, dimana beberapa elemennya sudah pasti, sedangkan elemen-elemen lainnya digunakan oleh yang bertindak itu sebagai alat mencapai tujuan itu. 3. secara normative tindakan itu di atur sehubungan dengan penentuan alat dan tujuan. Singkatnya tindakan itu dilihat sebagai satuan kenyataan social yang paling kecil dan yang paling fundamental . komponen-komponen dasar dari satuan tindakan adalah tujuan , alat, kondisi dan norma. Alat dan kondisi berbeda dalam hal dimana orang yang bertindak itu mampu menggunakan alat dan usahanya mencapai tujuan ; kondisi merupakan aspek situasi yang tidak dapat dikontrol oleh yang bertindak itu. Ide-ide mengenai hakekat tindakan social sesuai dengan pikiran sehat dan pengalaman seharihari. Pasti banyak orang mengenal tindakannya sendiri sebagai tujuan yang di atur secara normative dan banyak pula yang mengakui bahwa situasi dimana tindakan itu terjadi dan juga penting. Universitas Sumatera Utara 27 2.2 Teori Pembelajaran 2.2.1 Pengertian Pembelajaran Dalam keseluruhan proses pendidikan, pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok di sekolah. Sebab itu dalam pembelajaran terdapat rangkaian perbuatan Guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi yang Edukatif untuk mencapai tujuan Tertentu. Dalam interaksi atau hubungan Timbal balik antara Guru dengan Peserta Didik tersebut merupakan syarat utama bagi berlangsungya pembelajaran. Oleh karena itu , dalam Pembelajaran tersirat adanaya suatu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan antara peserta didik yang belajar dengan Guru yang mengajar. Dan di antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang. Dan untuk pengertian dari pembelajaran itu sendiri, para ahli mendefenisikan bahwa, pembelajaran adalah Upaya membelajarkan siswa untuk Belajar.(Muhaimin,A.Ghafir,1996). Pembelajaran adalah sarana untuk memungkinkan terjadinya proses Belajar dalam arti perubahan perilaku individu melalui proses mengalami sesuatu yang diciptakan dalam rancangan Proses pembelajaran. Dari kedua pendapat di atas maka , dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses terjadinya interaksi Guru dengan Siswa melalui kegiatan Terpadu dari dua bentuk kegiatan, yakni belajar dan Mengajar yang di dukung Oleh sarana dan Prasarana untuk mencapai Tujuan Pendidikan. Hakekat mengajar bukanlah melakukan sesuatu bagi peserta didik , tetapi lebih berupa menggerakkan peserta didik melakukan hal-hal yang menjadi Tujuan pendidikan, Tugas Utama seorang guru bukan hanya saja menerangkan hal-hal yang terdapat di dalam buku tetapi juga mendorong memberikan inspirasi-inspirasi danmembimbing peserta Universitas Sumatera Utara 28 didik dalam usaha mereka mencapai tujuan yang di inginkan. Secara umum pembelajaran dilukiskan sebagai upaya seseorang yang tujuannya adalah membantu orang belajar. 2.2.2 Tujuan Pembelajaran Dalam system Operasinalisasi kelembagaan pendidikan , berbagai tingkat tujuan pendidikan di tetapkan secara berjenjang dalam struktur program instruksional, sehingga tergambarlah klasifikasi gradual yang semakin meningkat. Bila dilihat dari pendekatan system instruksional tertentu adalah sebagai berikut: 1. Tujuan instruksional khusus , diarahkan pada setiap bidang studi yang harus di kuasai dan di amalkan oleh anak didik. 2. Tujuan instuksional umum, diarahkan pada penguasaan atau pengalaman sesuatu bidang studi secara umum atau garis besarnya sebagai satu kebulatan. 3. Tujuan Kurikuler, adalah tujuan pendidikan yang akan di capai melalui bidang studi tertentu. Tujuan ini lebih mengarah pada pembentukan pribadi siswa. Di dalam rumusan tujuan kurikuler dapat diketahui bahwa aspek-aspek pribadi yang akan dibina dan dikembangkan melalui pendidikan bidang studi yang bersangkutan 4. Tujuan institusional, adalah tujuan yang di rumuskan dan hendak di capai oleh suatu lembaga pendidikan. Tujuan ini sudah bersifat khusus sesuai dengan apa yang akan di hasilkan oleh institusi atau lembaga tersebut. Tujuan Umum atau tujuan nasional , adalah tujuan yang hendak di capai melalui upaya pendidikan secara menyeluruh. Tujuan pendidikan ini merupakan tujuan umum yang telah di tentukan pemerintah dan tertera dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara ( GBHN). Tujuan yang sifatnya umum ini harus Universitas Sumatera Utara 29 menjiwai setiap gerak kegiatan pendidikan, walaupun tindakan-tindakan khusus harus dilakukan berdasakan atas jabaran dari tujuan umum 2.2.3 Motivasi Beprestasi Motivasi berasal dari kata motif, dimana “motif dapat di artikan sabegai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu” (sadirman, 1992). Sementara itu motivasi jg mempunyai peranan yang penting dalam menimbulkan gairah, merasa tenang dan bersemangat belajar untuk mencapai tujuan yaitu prestasi yang tinggi. Sedangkan menurut Winkel (1995), “motivasi adalah sebagai daya penggerak dalam pribadi seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan”. Mcchelland ( 1976), “motivasi beprestasi merupakan kecendrungan individu untuk menyeleksi aktifitas dengan usaha yang efektif sehingga memberikan hasil terbaik yang pada dasarnya berkaitan dengan harapan untuk sukses. Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu energi penggerak dalam diri siswa untuk memperoleh kelulusan UAN dan SNMPTN. Berbagai keingina atau kebutuhan akan memunculkan dorongan. Dorongan ialah desakan yang di alami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuha hidup dan merupakan kecendrungan untuk mempertahankan hidup, semua itu merupaka hal yang biasa kita jumpai. Namun terkadang kita melihat ada orang-orang yang bisa berhasil dalam tempo yang tidak terlalu lama , ada pula mereka yang judtru belum bisa mengubah nasib mereka. Banyak variable yang bisa menetukan semua hal itu , di antara variabel itu adalah berkaitan dengan motivasi individu. Universitas Sumatera Utara 30 Pada dasarnya motivasi mengandung tiga komponen pokok yaitu menggerakkan , mengrahkan, dan menopang tingkah laku manusia. Apabila ketiga komponen tersebut di rinci lebih lanjut dapat memberikan gambaran bahwa: 1. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan individu memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. 2. motivasi juga mengarahkan dan menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu di arahkan terhadap tujuan. 3. untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan interaksi, arah dorongan dan kekuatan-kekuatan individu. Motivasi berprestasi merupakan teori yang diperkenalkan oleh David McClelland. David McClelland mendefenisikan motivasi berprestasi sebagai kebutuhan yang mendorong manusia untuk berbuat lebih daripada orang lain, guna mencapai kesuksesan karir di masa yang akan datang sesuai dengan standar kehidupan yang ditetapka sendiri. Motivasi di bedakan menjadi motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik yaitu motivasi yang timbul dalam diri seseorang tampa ada ransangan dari luar. Sebagai contoh seorang mahasiswa rajin belajar karena betul-betul ingin mendapatkan pengetahuan,kecakapan,keterampilan, dan nilai bukan karena ingin mendapatkan pujian atau ganjaran dari orang lain. Sementara itu motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang timbul sebagai akibat adanya ransangan dari luar, dimana suatu kegiataan dimulai dan dilaksanakan karena adanya dorongan dari luar dirinya. Sebagai contoh mahasiswa termotivasi belajar karena ia ingin mendapatkan beasiswa atas prestasi yang telah dirainya. Universitas Sumatera Utara