bab ii uraian teoritis - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berkaitan dengan modal sendiri telah dilakukan oleh
beberapa peneliti, yaitu Rahmanto (2000), dan Yuniar Yanuar Rasyid (2004).
Mereka telah meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan modal
sendiri yaitu faktor Return on Assets, Debt to Equity Ratio, dan Plowback Ratio
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Handini hanya meneliti
perusahaan produk konsumsi, sedang Surwanti meneliti pada perusahaan
manufaktur
secara
keseluruhan.
Rahmanto
meneliti
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri pada industri perbankan tetapi tidak
tercatat di Bursa Efek Jakarta. Rasyid melakukan penelitian yang membandingkan
dua jenis industri, yaitu membandingkan industri manufaktur dan industri non
manufaktur, dengan faktor yang mempengaruhinya adalah Return on Assets, Debt
to Equity Ratio, dan Plowback Ratio.
Faktor-faktor yang diteliti oleh Rahmanto (2000) selain faktor Return to
Assets, Debt to Equity Ratio, dan Plowback Ratio, ditambah dengan faktor
Tingkat suku bunga pinjaman. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahmanto,
faktor yang berpengaruh secara signifikan adalah Return on Assets dan Tingkat
Bunga. Sedangkan Debt to Equity Ratio dan Plowback Ratio tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri.
Hasil peneltian yang dilakukan oleh Rasyid (2004) adalah untuk industri
manufaktur, faktor-faktor Return on Assets, Debt to Equity Ratio, dan Plowback
Universitas Sumatera Utara
Ratio berpengaruh secara signifikan, sedangkan untuk industri non manufaktur
terdapat variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan, yaitu variabel
Plowback Ratio.
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dengan penelitianpenelitian sebelumnya adalah dengan mempersempit objek penelitian yang hanya
satu objek penelitian, yaitu PT. Astra Agro Lestari Tbk Medan.
B. Landasan Teori
1. Laju Pertumbuhan Modal Sendiri
Sebelum diuraikan scara teoritis tentang laju pertumbuhan modal sendiri,
ada baiknya diketahui apa itu modal, struktur permodalan dan modal sendiri.
Atmaja (1999: 115) menyebutkan bawha modal adalah dana yang
digunakan untuk membiaya pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Modal
terdiri dari item – item yang ada disisi kanan suatu neraca, yaitu hutang, saham
biasa, saham preferen dan laba ditahan.
Harnanto (2001:301) mengklasifikasikan struktur permodalan atau sumber
permodalan dalam suatu perusahaan yang pokok dibedakan menjadi : (1) modal
dari pemilik – disebut juga modal sendiri dan (2) modal yang berasal dari kreditur
– disebut hutang dan modal asing.
Harnanto (2001 : 302) menyebutkan bahwa modal sendiri adalah modal
dalam suatu perusahaan yang dipertaruhkan untuk segala resiko, baik resiko usaha
maupun resiko kerugian – kerugian lainnya. Tiap – tiap perusahaan harus
memiliki sejumlah minimum modal yang diperlukan untuk menjamin
kelangsungan hidupnya.
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik utama modal dari modal sendiri terletak pada :
(a) Tidak adanya jaminan atau keharusan untuk pembayarannya kembali dalam
setiap keadaan, dan;
(b) Tidak adanya kepastian tentang jangka waktu pembayaran kembali modal
yang disetor.
IAI (2004 : 17), menyebutkan bahwa ekuitas atau modal sendiri adalah
hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.
Struktur Aktiva
Struktur Permodalan
Aktiva
Lancar
Hutang
Lancar
Investasi Jangka
Panjang
Hutang
Jangka Panjang
Aktiva Tetap
Berwujud
Modal sendiri
Saham Preferen
Saham Biasa
Laba yang ditahan
Aktiva Tetap Tak
Berwujud
Aktiva lain – lain
Gambar 2.1. : Struktur Aktiva dalam hubungannya dengan Struktur dan
Komposisi Sumber Premodalan
Sumber : Harnanto (2001). Analisa Laporan Keuangan. Edisi Kedua, Cetkan Keempat. YKPN,
Yogyakarta. Hal 303.
Struktur permodalan dan pengalokasian modal suatu perusahaan akan
sangat berperan penting didalam menjaga stabilitas financial dan going concern
perusahaan.
Peran penting permodal dan pengalokasian modal terutama
disebabkan oleh perbedaan karakteristik
di antara tiap – tiap sumber/jenis
Universitas Sumatera Utara
permodalan tersebut. Perbeadaan karakteristik di antara tiap – tiap jenis/sumber
permodalan itu secara umum mempunyai akibat atau pengaruh pada dua aspek
penting didalam kehidupan setiap perusahaan, yaitu :
(1) Terhadap kemampuannya untuk menghasilkan laba dan;
(2) Terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar kembali hutang/
kewajiban- kewajiban panjangnya (solvabilitas).
Berdasarkan urian di atas dapat dikatakan bahwa stabilitas financial dan
going concern suatu perusahaan dipengaruhi oleh pertumbuhan struktur
permodalanya, dimana salah satunya adalah modal sendiri. Bringham (1996 : 184)
menyebutkan berbagai faktor dapat mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri
suatu perusahaan. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui besarnya pengaruh
dari faktor-faktor tersebut dan menyertakannya dalam model yang akan digunakan
dalam penelitian.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan modal
sendiri dapat diamati dengan mengembangkan suatu model di mana pertumbuhan
modal sendiri merupakan variabel dependent dengan aspek-aspek keuangan
sebagai variabel independent.
Menurut Brigham (1996:184) metode pengukuran laju pertumbuhan
(g=growth rate) dijelaskan dengan menggunakan model laba ditahan:
g=bxr
dimana:
b = retention rate
b = (1 - dividend payout)
b = (1-d)
r = ROE
sehingga laju pertumbuhan dapat dituliskan sebagai:
g = (1-d) x ROE
Universitas Sumatera Utara
Model tersebut menyatakan bahwa laju pertumbuhan (g) merupakan
fungsi Return on Equity. Hubungan Return on Equity dengan komponen financial
lainnya dapat diuraikan sebagai berikut:
EBIT
Basic Earning Power =
Total Assets
dimana : Total Asset = Debt + Equity = D + E
sehingga :
EP 
EBIT
DE
atau :
EBIT = EP x (D+E)
Diketahui :
EBT = EBIT – Interest Paymenent
EBT = EBIT – (i x D)
Substitusi EBIT = EP x (D+E) :
EBT = [P x (D + E)]-(i x D)
Diketahui :
EAT = EBT – tax
EAT = EBT – (EBT x tax)
EAT = EBT x (1-tax)
definisi : ROE 
EAT
E
Substitusi EAT = EBT x (1-tax):
ROE 
EBTx(1  tax)
E
Universitas Sumatera Utara
 ( EPxD) ( EPxE ) (ixD) 
ROE  
X (1  tax)


E
E 
 E
( EPxD) (ixD) 

ROE   EP 
X (1  tax)

E
E 

D
Memisahkan  
E
ROE 
EPx( D )  (ixD)x(1  tax)
E

D 

ROE   EP  Ep  i x  x(1  tax)
E 


Akhirnya hubungan laju pertumbuhan (g) dengan komponen finansial
yang mempengaruhinya dapat diturunkan dengan melakukan penggabungan
persamaan (1) dan persamaan (5), sebagai berikut:
g = (1-d) x ROE

D 

g  (1  d ) x  EP  Ep  i x  x(1  tax)
E 


dimana:
g
= laju pertumbuhan
(1-d) = b = Plowback ratio
EP
= Basic Earning Power
i
= Interest Rate
D/E
= Debt to Equity Ratio
Model matematis pertumbuhan di atas menunjukkan bahwa laju
pertumbuhan equity (g) merupakan fungsi EP, D/E, b, i, dan t, sehingga dapat
dituliskan:
g   ( EP, D / E , b, i, t )
Laju pertumbuhan modal sendiri dihtiung sebagai berikut (Brigham 1996:
629) :
Jumlah modal sendiri pada tahun t - Jumlah modal sendiri pada tahun t-1
Universitas Sumatera Utara
g=
x 100%
Jumlah modal sendiri pada tahun t - 1
2. Basic Earning Power.
Basic
Earning
Power
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
memanfaatkan assetnya untuk menghasilkan keuntungan (profit). Rasio ini
membandingkan profit dengan asset yang digunakan untuk menghasilkan profit
tersebut.
Brigham (1996: 630), menghitung Basic Earning Power sebagai
berikut:
EBIT pada tahun t
Basic Earning Power =
x 100
Total Asset pada tahun t
Karenanya, Basic Earning Power dapat mengindikasikan efisiensi manajemen
dalam menggunakan asset perusahaan untuk mendapatkan profit.
Basic Earning Power yang positif menunjukkan bahwa total asset yang
digunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba perusahaan.
Sebaliknya, Basic Earning Power yang negatif menunjukkan bahwa total asset
yang digunakan memberikan kerugian bagi perusahaan. Pertumbuhan Basic
Earning Power memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pertumbuhan equity
karena profit yang diperoleh dan ditahan akan menambah jumlah equity, sehingga
pertumbuhan equity-pun meningkat. Apabila asset yang digunakan untuk operasi
perusahaan tidak memberikan laba bagi perusahaan, maka kerugian yang
diperoleh akan mengurangi jumlah equity, sehingga tingkat pertumbuhan equity
akan menurun.
3. Debt to Equity Ratio
Perusahaan memiliki pilihan untuk menentukan sumber pembiayaan
perusahaan. Hutang (debt) dan saham (stock) adalah sumber pembiayaan eksternal
Universitas Sumatera Utara
yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menyediakan keperluan finansial
perusahaan. Laba ditahan adalah sumber dana internal yang dapat digunakan oleh
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan financial perusahaan.
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan
antara total hutang dengan total equity. Rasio tersebut menunjukkan seberapa
besar perusahaan didanai oleh pihak kreditur. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio
berarti semakin besar dana yang diambil dari luar perusahaan.
Penggunaan hutang atau modal sendiri terhadap tingkat pertumbuhan
Equity pada tingkat bunga (i) yang berbeda digambarkan pada diagram berikut:
Gambar 2.2.
Hubungan antara Debt to Equity Ratio dengan Pertumbuhan modal.
Sumber :
Foster, George., 2001. Financial Statement Analysis. 2nd edition. Singapore:
Prentice-Hall International, Inc. pg. 311.
Pada posisi tingkat bunga pinjaman (i) lebih rendah dari tingkat Basic
Earning Power (EP), penggunaan hutang dalam pendanaan operasi perusahaan
akan meningkatkan pertumbuhan equity (g). Pada posisi ini, tambahan porsi
hutang akan memberikan penghematan pajak yang lebih besar dibanding beban
bunga yang ditanggung, sehingga Earning After Tax meningkat relatif lebih besar
terhadap equity-nya. Karenanya, pada posisi ini, penambahan porsi hutang akan
memberi dampak positif terhadap pertumbuhan equity. Karena tingkat
pertumbuhan equity (g) merupakan hasil perkalian tingkat laba yang ditahan (b)
Universitas Sumatera Utara
dengan Return on Equity, maka, pada posisi dimana i < EP, penambahan hutang
untuk membelanjai operasi perusahaan akan meningkatkan pertumbuhan equity
(g). Berarti pada posisi ini, Debt to Equity ratio berpengaruh positif terhadap
tingkat pertumbuhan equity.
Sebaliknya pada posisi dimana bunga pinjaman (i) lebih tinggi dari tingkat
EP, penggunaan hutang dalam pendanaan operasi perusahaan justru akan
menurunkan pertumbuhan equity (g). Pada posisi dimana i > EP, tambahan hutang
akan menimbulkan beban bunga yang lebih besar disbanding penghematan pajak,
sehingga Earning After Tax menurun relatif lebih besar terhadap equity-nya.
Karenanya, pada posisi ini, penambahan porsi hutang akan memberi dampak
negatif terhadap pertumbuhan equity. Maka, pada posisi ini, Debt to Equity Ratio
berpengaruh negatif terhadap tingkat pertumbuhan equity (g). Pada kondisi
tersebut, perusahaan akan dapat menaikkan tingkat pertumbuhan equity apabila
perusahaan menggunakan modal sendiri. Pada posisi dimana tingkat bunga
pinjaman (i) sama dengan EP, makin besarnya penggunaan hutang tidak akan
mempengaruhi EP.
Sebagaimana didefinisikan Brigham (1996: 632), Debt to Equity Ratio
dihitung sebagai berikut :
Jumlah seluruh debt pada tahun t
Debt to Equity Ratio =
x 100%
Jumlah seluruh equity pada tahun t
4. Plowback Ratio.
Plowback ratio merupakan rasio yang menunjukkan tingkat keuntungan
yang tidak dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen. Tingkat laba yang
Universitas Sumatera Utara
tidak dibagikan sebagai dividen tersebut akan menambah jumlah equity sehingga
memberi pengaruh yang positif terhadap tingkat pertumbuhan equity.
Karena plowback ratio merupakan bagian keuntungan yang tidak
dibagikan sebagai dividen, maka plowback ratio tergantung pada tingkat dividen
yang besarnya diusulkan oleh manajemen puncak dan ditetapkan oleh rapat umum
pemegang saham.
Brigham (1996: 635) memformulasikan Plowback Ratio sebagai berikut :
Plowback Ratio = (1- dividend payout ratio)
Dimana Dividend Payout Ratio adalah bagian atas laba yang dibagikan
dalam bentuk kas deviden kepada para pemegang saham. Rumus yang digunakan
untuk menghitung Dividend Payout Ratio adalah :
Dividend Payout Ratio =
Dividen Kas per Saham
EPS
x100%
5. Tingkat Bunga dan Pajak
Bunga adalah pembayaran bunga karena melakukan pinjaman dari pihak lain
(bunga hutang), sedangkan pajak merupakan pajak perseroan perusahaan yang harus
dibayar perusahaan, yang tarifnya telah ditetapkan pemerintah.
Menurut Brigham (1996: 641), Interest Rate dihitung sebagai berikut :
Interest Expense
Interest Rate =
Long term debt + Short term debt
Hubungan tingkat bunga dengan pertumbuhan modal sendiri adalah bersifat
negatif karena semakin besar tingkat bunga akan menurunkan laba bersih sesudah pajak.
Begitu pula dengan pembayaran pajak otomatis akan mengurangi laba bersih sesudah
pajak sehingga juga mempunyai hubungan yang negatif dengan pertumbuhan modal
sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat pajak di sini adalah prosentase dari pendapatan perusahaan yang harus
dibayarkan oleh perusahaan kepada pemerintah. Untuk menghitung tingkat pajak,
dipergunakan proxy, (Brigham ,1996: 643) yaitu:
Tax
Tax rate =
Earning Before Tax
Universitas Sumatera Utara
Download