BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar. Jumlah penduduk di Indonesia yang tercatat pada tahun 2015 adalah sebanyak 259.940.857 jiwa. Jumlah penduduk Indonesia menduduki peringkat keempat jumlah penduduk terbanyak di dunia. Peringkat pertama jumlah penduduk terbanyak di dunia adalah Republik Rakyat Tiongkok, disusul oleh India, dan peringkat ketiga diduduki oleh Amerika Serikat. Selain menyandang gelar sebagai peringkat keempat negara berpenduduk terbanyak di dunia, Indonesia juga merupakan negara berpenduduk terbanyak pertama di negara-negara yang tergabung dalam ASEAN (Daftar Negara Menurut Jumlah Penduduk, 2015). Banyaknya jumlah penduduk di Indonesia memberikan berbagai macam dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif dari banyaknya jumlah penduduk di Indonesia adalah tersedianya sumber daya manusia yang melimpah ruah. Selain melimpahnya sumber daya manusia, banyaknya penduduk di Indonesia juga menjadikan Indonesia sebagai pasar yang tepat untuk memasarkan produk-produk yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia maupun di luar Indonesia. Dampak negatif dari banyaknya penduduk di Indonesia adalah kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk yang tidak merata juga menimbulkan kesenjangan dalam perkembangan daerah. Dampak negatif lain yang akan timbul adalah apabila pertumbuhan penduduk tidak diiringi dengan pertumbuhan infrastruktur negara dan pertumbuhan lapangan pekerjaan, maka akan menjadikan lambatnya arus ekonomi yang kemudian tercipta banyak pengangguran. 1 2 Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan bahwa jumlah pengangguran pada bulan Februari 2015 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan bulan Agustus 2014 sebesar 210.000 jiwa. Jumlah pengangguran bulan Februari 2015 juga mengalami peningkatan sebesar 300.000 jiwa bila dibandingkan dengan bulan Februari 2014. Data dari BPS menunjukkan bahwa jumlah pengangguran ini mengalami peningkatan pada sumber daya manusia yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi, yaitu terdiri dari lulusan S1 sebesar 5,34%, lulusan diploma 7,49%, dan SMK 9,05%, yang mengalami peningkatan jumlah dari bulan Februari 2014. Lulusan dari SD, SMP, dan SMA mengalami penurunan prosentasi angka pengangguran bila dibandingkan dengan bulan Februari tahun 2014 (Sari, 2015). Menteri Ketenagakerjaan RI, M. Hanif Dhakiri, dalam pidatonya di hadapan semua pimpinan delegasi negara-negara anggota ILO pada puncak Konferensi Ketenagakerjaan Internasional di Jenewa, Swiss, menyampaikan bahwa salah satu inti masalah dalam dunia ketenagakerjaan adalah penciptaan lapangan kerja. Menaker mengatakan bahwa untuk mencari solusi yang tepat dibutuhkan kerja keras pemerintah serta dukungan dari kalangan pengusaha dan pekerja. Dikatakan juga oleh Menaker bahwa Indonesia telah melakukan upaya untuk mengurangi pengangguran usia muda dengan perbaikan layanan informasi lowongan pekerjaan, penyelenggaraan bursa kerja, pelatihan keterampilan kerja, pengembangan usaha kecil dan menengah, serta kewirausahaan (Dunia Internasional Diminta Serius Tangani Isu Pengangguran Global, 2015). Salah satu upaya pemerintah di bidang kewirausahaan adalah dengan diadakannya Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) yang diadakan di perguruan-perguruan tinggi di Indonesia.. Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) adalah program dari pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dilaksanakan dan dikembangkan oleh perguruan tinggi. Program Mahasiswa Wirausaha 3 (PMW) bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap atau jiwa wirausaha (entrepreneurship) berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi kepada para mahasiswa agar dapat mengubah pola pikir (mindset) dari pencari kerja (job seeker) menjadi pencipta lapangan pekerjaan (job creator) serta menjadi pengusaha yang tangguh dan sukses menghadapi persaingan global. Keberhasilan dari Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) ini setidaknya dilihat dari tiga indikator, yaitu jumlah mahasiswa yang berhasil menjalankan usaha sebagai wirausaha, terbentuknya model pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi, dan terbentuknya pengembangan pendidikan kewirausahaan yang tangguh dan mandiri yang mengkoordinasikan berbagai kegiatan terkait kewirausahaan di perguruan tinggi (Sailah, 2013). Dalam menjalankan usahanya, para mahasiswa wirausaha yang tergabung dalam Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) pertama-pertama mendapatkan pendampingan berupa kiat-kiat dalam membangun dan menjalankan sebuah usaha, serta pembekalan berupa modal usaha. Untuk kemudian, usaha dijalankan secara mandiri. Tak lepas, Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) juga kerap mengadakan kegiatan yang mengikutsertakan mahasiswa wirausaha untuk menawarkan produk usaha yang dijalananinya. Kegiatan-kegiatan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) tersebut tak lepas untuk memberikan dukungan agar mahasiswa wirausaha mencapai kesuksesan berwirausaha serta sarana untuk mengembangkan usaha mahasiswa. Kewirausahaan dimaknai sebagai semangat, sikap dan perilaku, atau kemampuan seseorang dalam melihat peluang, menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Kewirausahaan juga merupakan suatu proses kreativitas dan inovasi yang mempunyai resiko tinggi untuk menghasilkan nilai tambah 4 bagi produk yang bermanfaat bagi masyarakat dan mendatangkan kemakmuran bagi wirausahawan (Pedoman Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) Tahun 2015, 2015). Pencapaian keberhasilan dalam dunia wirausaha bukanlah hal yang mudah, namun juga bukanlah hal yang mustahil. Sejalan dengan makna dari kewirausahaan, yaitu semangat, untuk mencapai keberhasilan berwirausaha diperlukan semangat yang lebih, sikap pantang menyerah, dan perasaan selalu ingin maju. Menurut Fadiati dan Purwana ada beberapa karakteristik yang dimiliki oleh para wirausahawan sukses. Karakteristik-karakteristik tersebut antara lain adalah lebih menyukai resiko yang diperhitungkan; keinginan untuk selalu memperbaiki diri; yakin atas kemampuan untuk meraih sukses; memiliki energi yang tinggi; berorientasi masa depan; terampil berorganisasi; lebih mengutamakan prestasi daripada uang; pekerja keras, rajin, disiplin, dan jujur; dan yang terakhir adalah bertanggung jawab (Fadiati & Purwana, 2011). Menurut Fadiati dan Purwana (2011), suatu negara dikatakan sebagai negara maju dengan perekonomian yang kuat apabila memiliki jumlah wirausahawan minimal 2,5% dari jumlah total penduduk di negara tersebut. Indonesia hanya memiliki sekitar 0,18% dari penduduknya yang berwirausaha. Keberadaan para wirausahawan usaha kecil dan menengah berdampak pada peningkatan perekonomian dan kesejahteraan rakyat adalah fakta. Banyak penelitian telah dilakukan di berbagai negara dan hasil menunjukkan bahwa kemajuan teknologi dan revitalisasi ekonomi terdorong oleh keberadaan para wirausahawan usaha kecil dan menengah (Clark & Lee, 2006; Ireland & Webb, 2007; Junejo & Chand, 2008; Tambunan, 2008; Al-Wuyagan & Alshimmiri, 2009; Hadiyati, 2009; Henderson & Weiler, 2009; dalam Winta, 2015). Kewirausahaan merupakan sebuah kunci kemajuan bagi suatu bangsa karena kewirausahaan merupakan cara untuk mengurangi pengangguran, menciptakan lapangan kerja, serta mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan keterpurukan ekonomi 5 (Tanjung & Ardianti, 2014). Menurut Zuli Purnamawati (Mahanani, 2014), menjadi pengusaha merupakan alternatif pilihan yang tepat karena paling tidak, dengan berwirausaha berarti menyediakan lapangan kerja bagi diri sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Kewirausahaan memiliki peran untuk menambah daya tampung tenaga kerja, generator pembangunan, contoh bagi masyarakat lain, membantu orang lain, memberdayakan karyawan, hidup efisien, dan menjaga keserasian lingkungan (Azzahra, 2009). Hisrich, Peters & Sheperd (dalam Isna Sabela, Ariati, & Setyawan, 2014) menyebutkan bahwa berwirausaha merupakan salah satu pilihan rasional mengingat sifatnya yang mandiri, karena tidak tergantung pada ketersediaan lapangan kerja yang ada, serta mampu menjembatani kesenjangan antara ilmu pengetahuan dan pasar. Wirausaha juga merupakan penyumbang pajak bagi pemerintah. Jumlah wirausaha yang semakin banyak, akan menambah penerimaan negara dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Uno, dalam Isna Sabela, Ariati, & Setyawan, 2014). Besarnya peranan wirausaha terhadap pertumbuhan perekonomian dan peningkatan kesejahteraan rakyat di Indonesia menjadikan kesuksesan berwirausaha penting untuk diteliti karena eksplorasi untuk memahami faktor-faktor yang diprediksi berpengaruh terhadap kesuksesan wirausaha dapat memberikan kontribusi baik secara teoritis maupun praktis bagi peningkatan dan penguatan wirausaha di Indonesia. Belajar dari wirausahawan yang sukses tentang strategi bertahan dan sukses dalam pengelolaan usaha dapat membantu wirausahawan lainnya untuk mampu bertahan dan sukses (Winta, 2015). David McClelland (1961) dalam bukunya yang berjudul The Achieving Society mengungkapkan bahwa dorongan untuk mencapai kesuksesan merupakan motif yang penting, bukan saja untuk menentukan keberhasilan seseorang, tetapi juga keberhasilan suatu bangsa. McClelland dalam penelitiannya mengemukakan bahwa berhasil tidaknya suatu bangsa melaksanakan pembangunan, tergantung kepada jumlah penduduknya yang 6 mempunyai motif untuk sukses. Dorongan untuk mencapai kesuksesan masing-masing individu di suatu bangsa, akan membawa dampak positif bagi bangsa itu sendiri, yaitu kemajuan dalam pembangunan bangsa karena masing-masing individu tersebut ingin dirinya berhasil, serta membawa lingkungan sekitarnya menjadi lebih maju. Karena itu, jiwa kewirausahaan penting untuk kemajuan suatu bangsa. Secara teoritis kesuksesan adalah keadaan dicapainya tujuan dan sasaran yang ditetapkan sebelumnya dengan melewati serangkaian upaya-upaya, dan dipengaruhi oleh dinamika internal individu serta lingkungan dimana individu berada (Lewin, dalam Winta, 2015). Dalam menjelaskan bentuk kesuksesan berwirausaha, terdapat dua bentuk kesuksesan, yaitu kesuksesan non-finansial (kesuksesan objektif) dan kesuksesan nonfinansial (kesuksesan subjektif). Kesuksesan finansial telah lama menjadi tolok ukur utama dalam mengukur kesuksesan berwirausaha, meskipun demikian kesuksesan non-finansial juga dipandang relevan dengan kesuksesan wirausaha (Ahmad, 2007). Dalam penelitian psikologi khususnya, diperlukan tolok ukur di luar kepuasan finansial dalam mengukur kesuksesan berwirausaha, yaitu kesuksesan non-finansial yang berbentuk kepuasan. Kepuasan dapat dibagi menjadi kepuasan pelanggan, karyawan, dan pemilik usaha. Bentuk dari kepuasan itu sendiri terbagi menjadi berbagai macam, yaitu kepuasan atas usaha yang dijalankan, kepuasan peningkatan kualitas hidup, pertumbuhan pribadi, peningkatan keterampilan, dan peningkatan karir. Kesuksesan juga dijelaskan melalui berbagai pendekatan, salah satunya pendekatan kepribadian. Dalam pendekatan kepribadian, dijelaskan bahwa sekali seseorang dinyatakan memiliki karakter wirausahawan, maka selamanya adalah wirausahawan (Gartner, 1989). Karakter tidak terjadi secara otomatis, tetapi harus dibentuk. Peterson dan Park (dalam Soetjiningsih, 2013) menyatakan bahwa karakter adalah kualitas dalam diri seseorang yang memimpin mereka untuk memiliki keinginan dan mewujudkan hal yang baik. Bila 7 seseorang memiliki karakteristik wirausaha yang baik, maka akan berpengaruh baik pula terhadap kesuksesannya. Karakteristik yang dimiliki wirausaha yang sukses antara lain adalah authenticity, leadership, fairness, gratitude, dan zest (Peterson & Seligman, dalam Soetjiningsih, 2013). Selain pendekatan kepribadian, pendekatan lain menyatakan bahwa faktor eksternal juga memiliki pengaruh kuat tehadap kesuksesan berwirausaha. Seperti yang ditulis dalam forum Pengusaha Muda Indonesia (dalam Mahanani, 2014), lingkungan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan anak. Wiedy (Murtini, 2008) menyebutkan bahwa faktor-faktor eksternal yang mendukung kesuksesan wirausaha adalah dukungan orang tua, keluarga, jaringan kelompok bermain atau bekerja (networking), model yang ingin dicontoh, dan faktor sosial, ekonomi, dan politik. Pada kenyataannya, mahasiswa yang tergabung dalam Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) tidak semua mengalamai kesuksesan. Hal tersebut dilatar belakangi oleh beberapa faktor, yakni kesibukan dalam perkuliahan, terkendalanya modal, serta kurang solidnya tim wirausaha. Namun, tidak sedikit pula mahasiswa wirausaha tersebut yang masih bertahan dengan bisnis awalnya, atau berganti usaha. Hal tersebut tidak lepas dari latar belakang masing-masing mahasiswa wirausaha yang mengikuti Program Mahasiswa Wirausaha (PMW). Dari 25 mahasiswa yang mengikuti Program Mahasiswa Wirausaha (PMW), sebanyak 11 orang (44%) masih menjalankan usahanya sesuai proposal awal yang diajukan ke Program Mahasiswa Wirausaha (PMW), 5 orang (20%) berganti usaha dan masih berjalan, sedangkan 9 orang (36%) sudah tidak menjalankan usahanya lagi. Dari 16 mahasiswa yang masih menjalankan usahanya, 7 mahasiswa (43.75%) memiliki orang tua dengan profesi kerja sebagai wirausahawan, dan 9 mahasiswa (56.25) memiliki profesi kerja sebagai non-wirausaha. 8 Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa untuk mencapai kesuksesan berwirausaha bukanlah hal yang mudah namun bukan juga merupakan hal yang mustahil. Hal yang dibutuhkan dalam mencapai kesuksesan adalah semangat yang lebih, sikap pantang menyerah, dan karakteristik wirausaha. Kesuksesan berwirausaha dapat dilihat dari terciptanya kepuasan dalam diri pelaku usaha. Kesuksesan dalam berwirausaha dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu kepribadian yang dimiliki seorang wirausaha, dan faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri individu. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan ketangguhan (grit) sebagai faktor internal, dan untuk faktor eksternal adalah profesi kerja orang tua. Pada penelitian ini peneliti mengkaji hubungan antara kesuksesan berwirausaha dengan ketangguhan (grit) dan profesi kerja orang tua pada mahasiswa Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) 2014 UGM. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diurai di atas, maka rumusan masalah yang ingin dikaji peneliti dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara ketangguhan (grit) dan profesi kerja orang tua mahasiswa pelaku usaha yang tergabung dalam Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) UGM dengan kesuksesan berwirausaha yang telah mereka capai dan rasakan selama mereka tergabung dalam Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) UGM. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dirumuskan dalam kaitannya dengan usaha untuk memecahkan masalah. Berdasarkan rumusan permasalahan yang ingin dijawab, maka tujuan penelitian ini adalah: 9 1. Mengetahui hubungan ketangguhan (grit) dan profesi kerja orang tua secara bersamaan dengan kesuksesan berwirausaha mahasiswa yang mengikuti Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) UGM. 2. Mengetahui hubungan ketangguhan (grit) dan profesi kerja orang tua secara terpisah dengan kesuksesan berwirausaha mahasiswa yang mengikuti Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) UGM. D. 1. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Psikologi di bidang Psikologi Industri dan Organisasi khususnya tentang hubungan kesuksesan berwirausaha dengan ketangguhan (grit) dan profesi kerja orang tua. 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan pengetahuan lebih mengenai kesuksesan berwirausaha terkait dengan peningkatan ketangguhan (grit) pelaku wirausaha dan profesi kerja orang tua guna tercapainya karakterikstik wirausahawan sehingga dapat mencapai kesuksesan dalam berwirausaha.