BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pengertian Manajemen kata manajemen berasal dari kata kerja to manage berarti control. Dalam bahasa Indonsiadapat diartikan: mengendalikan, menangani atau mengelola. Menurut Terry (1977) menyatakan, “Manajemen adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari planning, organizing, actuating dan controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan manusia dan sumber daya yang lainnya” Fungsi Manajemen menurut Terry (2013: wordpas.com) Terry mendefinisikan manajemen dalam bukunya Principles of Management yaitu “Suatu proses yang membedakan atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni demmi mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya”. Dari definisi diatas kita bisa melihat fungsi manajemen. Berikut ini adalah fungsi manajemen menurut Terry: 1. Perencanaan (planning) yaitu sebagai dasar pemikiran dari tujuan dan penyusunan langkah-langkah yang akan dipakai untuk mencapai tujuan. Merencanakan berarti mempersiapkan segala kebutuhan, memperhitungkan matang-matang apa saja yang menjadi kendala, dan merumuskan bentuk pelaksanaan kegiatan yang bermaksuud untuk mencapai tujuan. 10 2. Pengorganisasian (organization) yaitu sebagai cara untuk mengumpulkan orang-orang dan menempatkan mereka menurut kemampuan dan keahliannya dalam pekerjaan yang sudah direncanakan. 3. Penggerakan (actuating) yaitu untuk menggerakan organisasi agar berjalan sesuai dengan pembagian kerja masing-masing serta menggerakan seluruh sumber daya yang ada dalam organisasi agar pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan bisa berjalan sesuai rencana dan bisa memcapai tujuan. 4. Pengawasan (controlling) yaitu untuk mengawasi apakah gerakan dari organisasi ini sudah sesuai dengan rencana atau belum. Serta mengawasi penggunaan sumber daya dalam organisasi agar bisa terpakai secara efektif dan efisien tanpa ada yang melenceng dari rencana. 2.2 Pajak 2.2.1 Pengertian Pajak Apabila membahas pengertian pajak, diantaranya pengertian pajak yang di kemukakan oleh Soemitro, (2011):“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang di gunakan untuk membayar pengeluaran umum.”Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Djajadiningrat yang diterjemahkan oleh Tjahjono dan Husein (2002:3)Dari pengertian– pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa pengertian pajak adalah sebagai berikut.“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang yang wajib di bayarkan menurut peraturan – peraturan 11 dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang berlangsung dapat diajukan dan digunakan untuk membiyai pengeluaran-pengeluaran umum.” 2.2.2 Manfaat Pajak Sebagimana halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga atau keluarga, perekonomian negara juga mengenal sumber sumber penerimaan dan pos-pos pengeluaran. Manfaat pajak menurut Cahyodi,(2010) merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebaian besar negara sulit untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas, kamtor polisi dibiayai dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak.Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Disamping fungsi budgeter (fungsi penerimaan), pajak juga melaksanakan fungsi redistribusi pendapatan dari masyarakat yang mempunyai kemampuan ekonomi yang lebih tinggi kepada masyarakat yang kemampuannya lebih rendah. Oleh karna itu tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya secara baik dan benar merupakan syarat mutlak untuk tercapainya fungsi redistribusi pendapatan. Sehingga pada akhirnya kesenjangan ekonomi dan sosial yang ada dalam masyarakat dapat dikurangi secara makasimal. 12 2.2.3 Fungsi Pajak Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagi definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu sebagi berikut. 1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara ) Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.Sebagai sember keuangan negara, pemerintah berupaya memasukan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti Pajak Penghasilan (PPH), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan lain-lain Resmi (2011). 2. Fungsi Mengatur (Reguler) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang social dan ekonomi. Sebagai contoh: dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan. Demikan pula terhadap barang mewah Waluyo (2011) 13 2.2.4 Jenis Pajak Terdapat berbagai jenis pajak, yang dapt dikelompokan menjadi tiga yaitu pengelompokan menurut golongsn, menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutnya Resmi (2011). 1. Menurut Golongan Pajak dikelompokan menjadi dua, yaitu: A. Pajak Langsung Pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban Wajib Pajak yang bersangkutan. Contoh : Pajak Penghasilan (PPh), PPh dibayar atau ditanggung oleh pihak-pihak tertentu yang memperoleh penghasilan tersebut. B. Pajak Tidak Langsung Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atas limpahkan orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN), PPN terjadi karena terdapat pertambahan nilai terhadap barang atau jasa. Pajak ini 14 dibayarkan oleh produsen atau pihak yang menjual barang tetapi dapat dibebankan kepada konsumen baik secara eksplisit maupun implisit (dimasukan dalam harga jual barang atau jasa). Untuk menentukan apakah sesuatu termasuk pajak langsung atau tidak langsung dalam arti ekonomis, yaitu dengan cara melihat ketiga unsur tersebut terdiri atas: 1. Penanggung jawab pajak orang yang secara formal yuridis di haruskan melunasi pajak. 2. Penanggung pajak orang yang dalam faktanya memikul terlebih dahulu beban pajaknya. 3. Pemikul pajak orang yang menurut undang-undang harus dibebani pajak. Jika ketiga unsur tersebut ditemukan pada seseorang maka pajaknya disebut pajak langsung, sedangkan jika ketiga unsure tersebut terpisah atau terdapat pada lebih dari satu orang maka pajaknya disebut Pajak Tidak Langsung. 1. Menurut Sifat Pajak dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu: A. Pajak Subjektif Pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan subjeknya. 15 Contoh: Pajak Pengahasilan (PPh). Dalam PPh terdapat Subjek Pajak (Wajib Pajak) orang pribadi. Pengenaan PPh untuk orang pribadi tersebut memerhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak (status perkawinan, banyaknya anak,dan tanggungan lainnya). Keadaan pribadi Wajib Pajak tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan besarnya penghasilan tidak kena pajak. B. Pajak Objektif Pajak yang pengenaannya memerhatikan objektnya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi subjek pajak (Wajib Pajak) maupun tempat tinggal. Contoh: Pajak Pertambahan Nailai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), SERTA Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). 2. Menurut Lembaga Pemungut Pajak dikelomokan menjadi dua, yaitu: A. Pajak Negara (Pajak Pusat) Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga pada umumnya. Contoh: PPh, PPN, dan PPnBM,serta Bea Peroleh Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), PBB dan BPHTB menjadi pajak daerah mulai tahun 2011. 16 B. Pajak Daerah Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkah I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan, Pajak Air Permukaan, Pajak Rokok, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerang Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam, dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. 2.2.5 Jenis Pajak Penghasilan Dalam hal ini penulisan akan membahas PPh Pasal 23 dan PPh pasal 4 ayat(2) sesuai dengan penulis melaksanakan magang di PT. Bank BRI Syariah. 1. Pajak Penghasilan Pasal 23 Pajak penghasilan pasal 23 menurut Tjahjono dan Husein (2002:336) merupakan pajak penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selaian yang telah dipotong pajak penghasilan pasal 21, yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau subejek pajak 17 dalam negeri, penyelenggara kegiata, Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya. Subjek pajak atau penerima penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan pasal 23 adalh Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk tetap.Dasar hukum pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 23 yaitu Pasal 23 Undang-Undang Pajak Penghasilan yang diikuti dengan aturan pelaksanaan. 2. Pemotongan Pajak Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 (pemberi pasal) adalah sebagai berikut : i. Badan Pemerintah ii. Subjek pajak badan dalam negeri iii. Bentuk Usaha Tetap iv. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya v. Orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjukn oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagai pemotongan pajak 18 3. Penghasilan pasal 23, yaitu: A. Akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah kecuali Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah camat, pengacara dan konsultan yang melakukan pekerjaan bebas. B. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan, atas pembayaran berupa sewa. Selanjutnya undang-undang Pajak Penghasilan sebagai objek Pajak Penghasilan Pasal 23 yaitu penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh: 1. Badan pemerintah 2. Subjek pajak badan dakam negeri 3. Penyelenggaraan kegiatan 4. Bentuk usaha tetap 5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap. Terhadap orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri dapat ditunjuk oleh Dirjen Pajak sebagai pemotong pajak. 19 1. Pajak Pengahasilan Pasal 4 ayat (2) Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) atau Pajak Penghasilan Final adalah pajak penghasilan yang bersifat final , yang berarti setelah melunaskan pajak yang terutang, maka kewajiban pajak telah selesai. Penghasilan yang telah dikenakan pajak penghasilan final tidak perlu digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang dikenakan pajak penhasilan yang bersifat tidak final. Sumarsan.(2012:219) Jenis Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan sesuai Pasal 4 ayat (2) UU PPh antara lain : a. Penghasilan atas bunga deposito/ tabungan , diskonto, SBI, dan jasa giro. b. Penghasilan atas transaksi penjualan saham dibursa efek. c. Penghasilan atas transaksi penjualan obligasi dibursaefek. d. Penghasilan atas hadiah undian. e. Persewaan tanah dan atau bangunan. f. Jasa kontruksi. g. Pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan. h. Penjualan saham milik perusahaan modal ventura. i. Transaksi derivatif dibursa. j. Bunga simpanan koperasi kepada anggota koperasi orang Pribadi. 20