Evaluasi dan Tindak Lanjut PME Pemeriksaan NAPZA Agnes R Indrati Dept. Patologi Klinik, RS Hasan Sadikin/ FK Universitas Padjadjaran Bandung Pemeriksaan narkoba pada urin bertujuan mendeteksi obat atau metabolitnya yang menunjukkan pemakaian obat yang diresepkan atau substansi illegal dalam waktu belum lama sebelumnya. Tujuan pemeriksaan narkoba pada urin dapat bertujuan untuk skrining pemakaian maupun monitoring penatalaksanaan terapi. Pemeriksaan narkoba dapat menggunakan berbagai specimen seperti urine, darah, saliva maupun rambut. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan apakah terdapat obat atau metabolitnya. Panel pemeriksaan skrining urine biasanya terdiri dari amfetamin (dan metamfetamin), barbiturate, benzodiazepin, kanabinoid, kokain, opiate, penciclidin dan propoxiphene. Beberapa spesimen biologis dapat digunakan untuk kepentingan ini, tetapi urine merupakan pilihan karena dapat diperiksa 1-3 hari sesudah pemakaian dan pengambilan spesimennya yang tidak invasif dan dapat diambil dalam jumlah cukup banyak. Sangat penting untuk memastikan bahwa spesimen yang diambil merupakan specimen yang baik, tidak ditukar maupun dimanipulasis. Pemeriksaan validitas urine, seperti warna, suhu, pH dan kadar kreatinin urine dapat mematikan bahwa urine tidak dimanipulasi.Metode pemeriksaan obat pada urin dengan cara imunokromatografi memiliki berbagai keuntungan, seperti kemudahan pelaksanaan, dapat dilakukan pada tempat perawatan pasien, hasil didapatkan cepat dan biaya pemeriksaan yang lebih rendah disbanding metode lain seperti metode Gas Chromatography Mass Spectrophotometry (GCMS) yang merupakan metode konfirmasi. Pemeriksaan narkoba dengan bahan pemeriksaan darah dapat mengukur kadar obat maupun metabolitnya dalam tubuh pada waktu tertentu. Metode pemeriksaan ini merupakan cara pemeriksaan paling akurat untuk mengukur intoksikasi obat. Pemeriksaan obat pada daarah tidak terlalu sering digunakan karena dibutuhkan alat tertentu serta tenaga yang terlatih untuk dapat memeriksaanya. Pemeriksaan ini seringkali juga memiliki harga pemeriksaan yang cukup mahal. Pemilihan panel pemeriksaan narkoba tergantung obat-obat yang sering digunakan dan mengakibatkan masalah ketergantungan. Lama obat atau metabolit dapat diperiksa tergantung farmakodinamik obat, frekuensi dan lama pemakaian obat, metode pemeriksaan serta bentuk substansi yang diperiksa apakah obat induk atau metabolitnya. Kesalahan memberikan hasil dapat berdampak besar pada orang yang diperiksa. Interpretasi hasil harus dilakukan dengan berhati-hati karena dapat terjadi positif maupun negatif palsu dan terjadi reaksi silang dengan obat-obat lain yang dikonsumsi. Telah ditentukan cutoff masing-masing obat untuk membedakan penyalah gunaan obat dengan reaksi silang maupun pemakaian obat untuk kepentingan lain seperti terapi. Luas deteksi obat tergantung berbagai faktor, seperti kelas obat, jumlah dan frekuensi pemakaian, laju metolik, massa tubuh, umur, kesehatan secara umum dan pH urine. Waktu detekis dari metabolit tergantung induk obat. Misalnya heroin dan kokain hanya dapat dideteksi beberapa jam sesudah pemakaian, tetapi metabolitnya dapat dideteksi beberapa hari dalam urine. Pemeriksaan cepat di tempat untuk narkoba menjadi lebih banyak digunakan karena lebih murah dan merupakan metode yang dapat mendeteksi penyalahgunaan obat secara efektif. Metode ini digunakan untuk skrining pegawai, program rehabilitasi untuk memonitor kemajuan pasien. Metode ini dapat menggunakan bahan pemeriksaan urine dan saliva. Walaupun akurasi tes-tes ini bervariasi antar pabrik pembuat, beberapa tes memiliki akurasi yang sangat baik dan memiliki kesesuaian sangat baik dengan hasil pemeriksaan dari laboratorium rujukan. Sebagai kesimpulan pemeriksaan narkoba dengan bahan pemeriksaan urine harus melewati tahapan pemeriksaan baik pre analitik, analitik maupun pasca analitik yang berpotensi terjadi kesalahan, sehingga perlu dilakukan berbagai antisipasi dari persiapan pasien, pemilihan metode dan panel hingga interpretasi hasil pemeriksaannya.