III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Arti Perdagangan Internasinal Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Menurut Tambunan (2005), perdagangan internasional adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan transaksi jual beli barang dan jasa antara satu negara dengan negara yang lainnya dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Adapun penyebab timbulnya perdagangan internasional antara lain perbedaan barang yang diproduksi, perbedaan kepemilikan faktor produksi, kelebihan dan kekurangan hasil produksi, perbedaan harga hasil produksi, dan perbedaan selera. Perdagangan internasional berbeda dengan perdagangan dalam negeri karena : 1. Perdagangan internasional membutuhkan jenis mata uang yang berbeda-beda. 2. Tata cara transaksi jual beli dalam perdagangan internasional memakan waktu lama. 3. Cara pembayaran dalam perdagangan internasional relatif rumit dan berisiko tinggi. 4. Perbedaan kebijakan yang diterapkan dalam pelaksanaan perdagangan internasional. 3.1.2. Teori Keunggulan Absolut Teori keunggulan absolut yang diperkenalkan pertama kali oleh Adam Smith sering disebut juga sebagai teori murni perdagangan internasional. Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa suatu negara akan melakukan spesialisasi terhadap ekspor suatu jenis barang tertentu dimana negara tersebut memiliki keunggulan absolut (absolute advantage) dan tidak memproduksi atau melakukan impor jenis barang lain dimana negara tersebut tidak mempunyai keunggulan 25 absolut (absolute disadventage) terhadap negara lain yang memproduksi barang sejenis. Teori ini menyatakan bahwa tingkat keunggulan diukur berdasarkan nilai tenaga kerja yang sifatnya homogen (Tambunan 2005). 3.1.3. Teori Keunggulan Komparatif Kemunculan teori keunggulan komparatif dari J.S Mill dan David Ricardo dianggap sebagai kritik dan penyempurna teori keunggulan absolut dari Adam Smith yang menyatakan bahwa perdagangan internasional antar dua negara akan terjadi jika kedua negara itu memperoleh gains from trade dari masing-masing keunggulan absolut yang mereka miliki. Menurut Tambunan (2005), J.S Mill beranggapan bahwa suatu negara akan mengkhususkan diri pada ekspor barang tertentu bila negara tersebut memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) terbesar dan mengkhususkan diri pada impor barang bila negara tersebut memiliki kerugian komparatif (comparative disadvantage). Sedangkan David Ricardo mengemukakan bahwa perdagangan antar dua negara akan terjadi bila masing-masing negara memiliki biaya relatif yang terkecil untuk jenis barang yang berbeda. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa dasar pemikiran kedua tokoh ini pada prinsipnya tidak berbeda satu sama lain. 3.1.4. Terms of Trade (ToT) ToT adalah harga relatif ekspor terhadap harga impor, atau rasio antara indeks harga X terhadap indeks harga M. Adapun secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : ………………………………………………………………… (3.1) dimana : harga relatif ekspor harga impor ToT terbentuk pada saat terjadi keseimbangan didalam perdagangan antara kedua negara, atau pasar internasional dalam kondisi ekuilibrium. Adapun ilustrasi ToT dapat dilihat pada Gambar 7. 26 P D P S To ekspor AS (Py)IN Ey RI A (Py)duni Ey dunia A (Py)A Ey impor Indonesia AS 1 2 3 Keterangan : 1 (Pasar Y di Indonesia), 2 (Pasar Y di AS), 3 (Pasar Y dunia) Gambar 7. Harga Relatif Ekulibrium Y di Pasar Internasional (Analisis Ekuilibrium Parsial) Sumber : Salvatore (1997) Berdasarkan ilustrasi pada Gambar 7, misalnya untuk barang Y, pada saat pasar domestik di Indonesia seimbang (internal equilibrium), yaitu pada titik Ey,RI dimana kurva permintaan(D) berpotongan dengan kurva penawaran (S) sebelum ada impor Y. Pada saat harga Y di pasar dunia lebih rendah dibandingkan harga Y di pasar Indonesia, (Py)Indonesia < (Py)dunia, permintaan Y dipasar domestik meningkat, sedangkan suplainya berkurang. Garis lurus A adalah excess demand di pasar Indonesia = jumlah impor Indonesia = excess supply di pasar AS = jumlah ekspor AS. 3.1.5. Teori H-O Teori (H-O) yang dikembangkan oleh Heckser dan Ohlin (1997) disebut juga teori proporsi faktor (faktor proportion) atau teori ketersediaan faktor (faktor endowment). Dasar pemikiran dari munculnya teori ini adalah bahwa perdagangan internasional terjadi karena opportunity costs yang berbeda diantara kedua negara. Menurut teori H-O, suatu negara akan mengkhususkan dalam produksi dan ekspor barang-barang yang input utamanya relatif sangat banyak di negara tersebut, dan impor barang yang input utamanya tidak dimiliki oleh negara tersebut. Dalam kasus perdagangan Indonesia, artinya negara tersebut akan melakukan ekspor produk-produk yang padat karya atau padat bahan-bahan baku yang berlimpah didalam negeri, seperti minyak, batu bara, dan komoditaskomoditas pertanian (Tambunan 2005). 27 3.1.6. Perekonomian Terbuka Sebagian besar perekonomian dunia adalah perekonomian terbuka yaitu mengekspor barang dan jasa ke luar negeri, mengimpor barang dan jasa dari luar negeri, serta meminjam dan member pinjaman pada pasar modal dunia. Pemahaman akan sistem perekonomian terbuka dimulai dengan memahami variabel-variabel penting makroekonomi yang mengukur interaksi antar negara serta membahas harga dimana sebuah negara melakukan pertukaran di pasar dunia. a. Arus Barang Internasional (Peran Ekspor Neto) Perbedaan makroekonomi yang terpenting antara perekonomian terbuka dan perekonomian tertutup adalah bahwa dalam perekonomian terbuka, pengeluaran suatu negara selama satu tahun tertentu tidak perlu sama dengan yang mereka hasilkan dari memproduksi barang dan jasa. Suatu negara dapat melakukan pengeluaran lebih banyak daripada produksinya dengan meminjam dari luar negeri, atau dapat melakukan pengeluaran lebih kecil daripada produksinya dan memberi pinjaman pada negara lain. Perhitungan pendapatan nasional untuk memudahkan memahani pernyataan tersebut adalah sebagai berikut : Menurut Mankiw (2000), dalam perekonomian terbuka, sebagian output dijual untuk domestik dan sebagian diekspor ke luar negeri sehingga dapat dipilah pengeluaran atas output pada perekonomian terbuka (Y) seperti yang ditunjukkan dalam identitas berikut ini : ……………………………………………………… (3.2) dimana : = = = = konsumsi barang dan jasa domestik, investasi dalam barang dan jasa domestik, pembelian pemerintah atas barang dan jasa domestik, ekspor barang dan jasa domestik. Jumlah dari tiga komponen pertama, Cd + Id + Gd, adalah pengeluaran domestik atas barang dan jasa domestik. Komponen keempat, EX, adalah pengeluaran luar negeri atas barang dan jasa domestik. 28 Pengeluaran domestik atas seluruh barang dan jasa adalah jumlah pengeluaran domestik untuk barang dan jasa domestik serta barang dan jasa mancanegara. Sehingga konsumsi total C sama dengan konsumsi barang dan jasa domestik Cd ditambah konsumsi barang dan jasa mancanegara Cf, investasi total I sama dengan investasi investasi dalam barang dan jasa domestik Id ditambah investasi dalam barang dan jasa mancanegara If, dan belanja pemerintah total G sama dengan belanja pemerintah atas barang dan jasa domestik Gd ditambah belanja pemerintah atas barang dan jasa mancanegara Gf. Dengan demikian diperoleh : …………………………………………………………………... (3.3) …………………………………………………………………….. (3.4) ………………………………………………………………….. (3.5) Substitusi tiga persamaan tersebut kedalam identitas pengeluaran total diatas adalah sebagai berikut : ……………………………………….. (3.6) Jumlah pengeluaran domestik atas barang dan jasa mancanegara (Cf + If + Gf) adalah pengeluaran untuk impor (IM). Sehingga dapat dituliskan identitas perhitungan pendapatan nasional diatas menjadi : ………………………………………………………….. (3.7) Persamaan tersebut menyatakan bahwa pengeluaran atas output domestik adalah jumlah dari konsumsi, investasi, belanja pemerintah, dan ekspor neto. Identitas perhitungan pendapatan nasional menunjukkan hubungan antara output domestik, pengeluaran domestik, dan ekspor neto. b. Kurs Pengkajian dengan mempertimbangkan harga-harga yang berlaku dalam transaksi internasional merupakan hal penting lainnya dalam pembahasan 29 perekonomian terbuka. Kurs (exchange rate) antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Para ekonom membedakan kurs menjadi yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sedangkan kurs riil (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang diantara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita dapat memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain sehingga sering disebut terms of trade. Adapun secara umum perhitungan kurs riil dapat dilihat dibawah ini (Mankiw 2000) : ! ………………………………………………………………... (3.8) dimana : ! = kurs riil, = kurs nominal, = tingkat harga di negara A, = tingkat harga di negara B. Pengaruh kurs riil terhadap kondisi makroekonomi diidentifikasi dari persamaan antara kurs riil dengan harga relatif barang domestik dan barang luar negeri yang akan mempengaruhi permintaan terhadap barang tersebut. Jika kurs riil rendah dalam hal ini karena barang-barang domestik relatif lebih murah, maka penduduk domestik hanya akan membeli sedikit barang impor. Sehingga untuk alasan yang sama, orang-orang asing akan membeli beraneka macam produk domestik. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan ekspor netto. Sebaliknya jika terjadi kurs riil tinggi karena barang-barang domestik relatif lebih mahal terhadap barang-barang luar negeri, maka penduduk domestik berkeinginan membeli banyak barang impor, dan orang-orang asing akan membeli sedikit barang domestik. Dengan demikian jumlah ekspor netto menjadi rendah. 3.1.7. Model Gravitasi (Gravity Model) Menurut Lineman (Lapipi 2005) dalam Yanuari (2007), Gravity Model adalah model yang digunakan untuk menganalisis efek integrasi ekonomi 30 terhadap perdagangan dan merupakan satu alat analisis yang dapat digunakan untuk mengestimasi berapa besarnya nilai barang yang keluar dan masuk di suatu wilayah. Penamaan Gravity Model didasarkan pada penggunaan suatu perumusan yang sama dengan model gravitasi Newton, dimana interaksi antara dua objek adalah sebanding dengan massanya dan berbanding terbalik dengan jarak masingmasing. Dalam konteks perdagangan model ini menyatakan bahwa intensitas perdagangan antara negara-negara akan berhubungan secara positif dengan pendapatan nasional masing-masing negara dan berhubungan terbalik dengan jarak diantara keduanya. Sehingga dengan kata lain Gravity Model dapat menjelaskan aliran perdagangan internasional dengan baik yang mana aliran perdagangan bilateral merupakan fungsi loglinear dari pendapatan dan jarak8. Gravity Model banyak digunakan untuk menganalisis isu-isu dalam ekonomi regional dan lokasi dengan kesuksesan secara empiris karena menyajikan sebuah analisa yang lebih empiris dari pola perdagangan dibandingkan model-model yang lebih teoritis yang hanya memprediksi secara penuh spesialisasi suatu negara dalam memproduksi suatu komoditas-komoditas dan secara langsung tidak memasukan faktor-faktor pendukungnya seperti jumlah relatif dari buruh dan modal dalam negara. Secara ekonometri Gravity Model terbukti menjadi kuat secara empiris dengan memasukan faktor lain seperti tingkat pendapatan, hubungan diplomatik, dan kebijakan perdagangan dalam versi lebih besar dari model ini. Gravity Model pertama kali digunakan untuk aliran perdagangan internasional oleh Tinbergen (1962) yang selanjutnya diikuti oleh banyak peneliti. Model ini kemudian diestimasi untuk banyak negara, periode waktu dan tingkat disagregasi. Leamer dan levinson (1995) dalam Yuniarti (2007) menemukan beberapa penemuan empiris yang jelas dan kuat dalam ilmu ekonomi. Sebaliknya ada pula yang menyatakan bahwa kesuksesan secara empiris pada Gravity Model tidak membuatnya populer dan diterima secara umum karena model tersebut dinyatakan sama sekali ad hoc atau tidak ada teori yang melandasinya. Namun beberapa tahun terakhir telah dilakukan pembaharuan yang menarik kedalam teori dari Gravity Model. 8 Feenstra, R.C., J.A. Markusen, A.K Rose. 1998. Understanding The Home Market Effect and The Gravity Equation:The Role of Differentiated Goods. NBER Working Paper No.6804 31 Pada Gravity Model, aliran perdagangan bilateral ditentukan oleh tiga kelompok variabel yaitu (Tarigan, 2005) : 1. Variabel-variabel yang mewakili total permintaan potensial negara pengimpor. 2. Variebel-variabel indikator total penawaran potensial negara pengekspor. 3. Variabel-variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antar negara pengekspor dan negara pengimpor. Konsep gravitasi dalam bentuk persamaan yang paling umum dapat dirumuskan sebagai berikut : "# $ ) %' & %( * &( ………………………………………………………………….. (3.9) dimana : Iij Ai, Aj dij k a, b, c = taksiran tingkat interaksi antara wilayah I dengan j = besarnya daya tarik wilayah i dan j = ukuran jarak antar wilayah i dan j = konstanta = parameter dugaan Interaksi antara i dan j (Iij) menginterpretasikan nilai dari aliran perdagangan suatu komoditas dari wilayah i ke wilayah j yang meliputi arus perdagangan keseluruhan wilayah dalam satu negara tersebut juga penerapannya pada perdagangan antar negara seperti dalam WTO, ASEAN, APEC, EU. Pada umumnya variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur daya tarik wilayah (A) meliputi, jumlah penduduk, Produk Domestik Bruto, nilai tukar, harga komoditas yang diperdagangkan dan variabel jarak (dij) yang diukur melalui pendekatan biaya transportasi. 1. GDP (Gross Domestik Bruto) Gross Domestik Product (GDP) adalah ukuran kapasitas untuk memproduksi komoditi ekspor negara tersebut. GDP merupakan pendapatan total nasional pada output barang dan jasa. Lipsey (1995) menyatakan bahwa GDP merupakan nilai dari total produksi barang dan jasa suatu negra yang dinyatakan sebagai produksi nasioanal dan nilai total produksi tersebut juga menjadi pendapatan total negara yang bersangkutan atau dengan kata lain produk nasional 32 sama dengan pendapatan nasional. Produk atau pendapatan nasional ini juga dapat diukur dalam bentuk pendapatan nasional bruto PNB atau PDB. GDP sering dianggap sebagai cerminan kinerja ekonomi dan sebagai perekonomian total dari setiap orang di dalam perekonomian (Mankiw, 2000). GDP menunjukkan besarnya kemampuan perekonomian suatu negara, dimana semakin besar GDP yang dihasilkan oleh suatu negara semakin besar pula kemampuan negara tersebut untuk melakukan perdagangan. Bagi negara importir, semakin besar GDP maka akan meningkatkan impor komoditi negara tersebut atau sering disebut absortive capacity. Sedangkan bagi negara eksportir, GDP akan menentukan jumlah produksi komoditi ekspor (product capacity). 2. Populasi Pertambahan populasi dapat mempengaruhi ekspor melalui dua sisi yaitu, penawaran dan permintaan. Pada sisi penawaran, pertambahan populasi dapat diartikan penambahan tenaga kerja untuk melakukan produksi komoditi ekpor. Pertumbuhan dari sisi permintaan, akan menyebabkan bertambah besarnya permintaan domestik (Salvatore, 1997). 3. Jarak Variabel jarak adalah indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan ekspor (Salvatore, 1997). Jarak tersebut mengurangi aliran perdagangan yang diwakilkan oleh biaya transportasi. Semakin jauh jarak, semakin besar biaya transportasi, dan semakin rendah aliran perdagangan dari suatu produk tertentu. 4. Kurs (Exchange Rate) Kurs diantara dua negara adalah harga dimana penduduk kedua negara saling melakukan perdagangan. Kurs terbagi menjadi dua yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang kedua negara. Jika mengacu pada kurs di antara dua negara, maka biasanya menggunakan kurs nominal (Mankiw 2000). Menurut Mankiw (2000), jika kurs riil rendah atau terjadi depresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing yang mengakibatkan barang-barang 33 domestik relatif lebih murah, maka penduduk domestik akan membeli sedikit barang impor. Dengan demikian, orang-orang asing akan membeli beraneka macam produk domestik. Sehingga jumlah ekspor neto akan meningkat. Hal sebaliknya jika terjadi depresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing (kurs riil tinggi). 5. Harga Suatu hipotesis ekonomi yang mendasar adalah bahwa untuk kebanyakan komoditi, harga komoditi dan kuantitas atau jumlah yang akan ditawarkan akan berhubungan secara positif dengan semua faktor yang lain tetap sama (cateris paribus). Dengan kata lain, makin tinggi harga suatu komoditi yang akan ditawarkan, semakin besar jumlah komoditi yang akan ditawarkan (Lipsey et al. 1995). 3.1.8. Model Regresi Panel Data Panel data adalah gabungan dari data time series (antar waktu) dan data cross section (antar individu). Terkadang ditemukan data dalam bentuk series yang pendek dan dalam bentuk cross section yang terbatas sehingga diperlukan suatu model dalam teori ekonometrika yang dapat mengatasi keterbatasan tersebut sehingga diperoleh hasil estimasi yang lebih baik (efisien) (Sitorus, 2009). Keuntungan penggunaan panel data dalam penelitian ekonomi dibandingkan dengan data jenis time series dan cross section adalah sebagai berikut : 1. Memberikan peneliti jumlah pengamatan yang besar, meningkatkan degree of freedom (derajat kebebasan), data memiliki variabilitas yang besar dan mengurangi kolinieritas antara variabel penjelas, di mana dapat menghasilkan estimasi ekonometri yang efisien. 2. Memberikan informasi lebih banyak yang tidak dapat diberikan hanya oleh data cross section atau time series saja. 3. Memberikan penyelesaian yang lebih baik dalam inferensi perubahan dinamis dibandingkan data cross section. 4. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih komleks. 34 Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam analisis panel data meliputi pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square), pendekatan efek tetap (fixed effect model), dan pendekatan efek acak (random effect model). 1. Model Pooled Least Square (PLS) Penggunaan model kuadrat terkecil (pooled least square) pada panel data yaitu dengan mengumpulkan semua data cross section dan time series dan melakukan pendugaan (pooling). Pada setiap observasi (setiap periode) terdapat regresi sehingga data dalam model ini berdimensi tunggal. Dari data panel akan diketahui N (jumlah unit cross section) dan T (jumlah periode waktu). Pendugaan (pooling) pada seluruh observasi sebanyak N.T dapat ditulis kedalam fungsi dari model kuadrat terkecil, yaitu : "+ , "+ -# ."+ ………………………………………………………... (3.10) untuk i,j = 1,2,……,N dan t = 1,2,……,T dimana : Yit Xit α β i t ε N T = variabel endogen, = variabel eksogen, = intersep, = slope, = individu ke-i, = periode tahun ke-t, = error/simpangan, = jumlah unit cross section, = jumlah periode waktunya. Pada model ini diasumsikan bahwa nilai intersep masing-masing variabel adalah sama. Model ini juga mengasumsikan bahwa slope koefisien dari dua variabel adalah identik untuk semua unit cross section. Sehingga walaupun model ini menawarkan kemudahan, tetapi mungkin dalam penggunaannya akan mendistorsi gambaran yang sebenarnya dari hubungan antara Y dan X antar unit cross section. 2. Model Efek Tetap (Fixed Effect Model) Model efek tetap atau (fixed effect model) adalah model yang didapatkan dengan mempertimbangkan bahwa peubah-peubah yang dihilangkan dapat 35 mengakibatkan perubahan dalam intersep-intersep cross section dan time series. Peubah dummy dapat pula ditambahkan dalam model ini untuk memungkinkan perubahan-perubahan intersep yang selanjutnya diduga dengan Ordinary Least Square (OLS), yaitu : "+ ," /" -"+ ."+ ……………………………………………………... (3.11) dimana : Yit Xit α D β i t ε = variabel endogen, = variabel eksogen, = intersep, = variabel dummy, = slope, = individu ke-i, = periode tahun ke-t, = error/simpangan, 3. Model Efek Acak (Random Effect Model) Model efek acak digunakan untuk mengatasi timbulnya konsekuensi yaitu mengurangi banyaknya degree of freedom yang akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi akibat penambahan variabel dummy dalam metode efek tetap. Dalam model ini, parameter yang berbeda antar individu maupun antar waktu dimasukan kedalam error. Bentuk model efek acak dapat dilihat sebagai berikut : 012 3 412 56 712 ……………………………………………………….. (3.12) 712 812 912 :12 dimana : uit ~ N(0,δu2) = komponen cross section error, vit ~ N(0,δv2) = komponen time series error, wit ~ N(0,δw2) = komponen combination error. Penggunaan model efek acak dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang dilakukan pada model efek tetap sehingga parameter hasil estimasi dapat lebih efisien. Dalam pengolahan data panel, terdapat pilihan untuk menggunakan criteria pembobotan yang berberda-beda, yaitu : 36 1. No Weighting : semua observasi diberi bobot yang sama. 2. Cross Section weight : Generalized Least Square (GLS) dengan menggunakan estimasi varians residual cross section. Pembobotan ini digunakan apabila ada asumsi bahwa terdapat cross section heteroskedasticity. 3. SUR : GLS menggunakan estimasi residual covariance matrix cross section. Metode ini mengoreksi baik heteroskedastisitas maupun autokorelasi antar unit cross section. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Perdagangan global yang semakin terbuka lebar memberi pemahaman akan pentingnya peran komoditas ekspor bagi peningkatan ekspor yang berkelanjutan. Salah satu komoditas ekspor yang cukup berperan dalam perdagangan internasional Indonesia adalah Crude Palm Oil (CPO). CPO sebagai salah satu komoditas ekspor perkebunan Indonesia mampu menyumbang nilai ekspor yang tinggi untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tumbuhnya lalu lintas perdagangan CPO dunia sebagai salah satu komoditas sektor pertanian secara langsung dipengaruhi oleh peningkatan tingkat konsumsi CPO. Adapun negara-negara utama penyerap CPO dunia berdasarkan volume impornya antara lain India, Belanda, Malaysia dan Singapura. Keberadaan WTO sebagai suatu badan yang menaungi perdagagan internasional membawa pemahaman akan seberapa jauh perannya terhadap perdagangan CPO dunia terutama Indonesia sebagai negara pengekspor utama dan empat negara diatas sebagai negara-negara mitra dagang utama. Sehingga perlu dilakukan pengkajian mengenai sejauhmana peran kebijakan WTO terhadap perdagangan CPO antara Indonesia dengan empat negara mitra dagang utama CPO. Selain itu, beberapa faktor penarik aliran perdagangan CPO internasional berdasarkang gravity model seperti GDP negara Indonesia, GDP empat negara mitra dagang utama, jarak antara Indonesia dan empat negara mitra dagang utama, nilai tukar (exchange rate) diantara keduanya serta harga CPO dunia. Hipotesis dari penelitian ini mencakup GDP dari negara eksportir yang mengukur kapasitas produksi negara tersebut, dan GDP negara importir yang mengukur kapasitas absorsi. Kedua variabel tersebut diperkirakan mempunyai 37 hubungan positif dengan aliran perdagangan CPO internasional. (Kalbasi, 2001 diacu dalam Yanuarti, 2008). Jarak merupakan proksi bagi biaya transportasi. Hal ini dikarenakan jarak akan meningkatkan biaya transportasi, meskipun jarak bukanlah satu-satunya biaya yang harus ditanggung karena pengapalan dan waktu adalah proksi lainnya dari biaya transportasi yang harus ditanggung. Sehingga jarak diperkirakan memiliki hubungan yang negatif dengan aliran perdagangan CPO internasional. Pada kondisi nilai tukar, jika kurs riil rendah atau terjadi depresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing maka penduduk domestik akan membeli sedikit barang impor. Dengan demikian, orang-orang asing akan membeli beraneka macam produk domestik. Sehingga jumlah ekspor neto akan meningkat, dan begitupun sebaliknya (Mankiw 2000). Oleh karenanya variabel nilai tukar diperkirakan berkorelasi dua arah dengan aliran perdagangan CPO internasional. Sedangkan harga CPO memiliki hubungan dua arah dengan aliran perdagangan CPO internasional sesuai dengan teori penawaran (Lipsey et al. 1995) Metode yang digunakan untuk menjelaskan peran WTO terhadap perdagangan CPO antara Indonesia dengan empat negara pengimpor adalah metode deskriptif. Sedangkan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan CPO dilakukan secara statistik dengan analisis panel data berdasarkan gravity model menggunakan software Eviews 6.0 yang selanjutnya dilakukan analisis terhadap potensi ekspor CPO melalui rasio antara potensi nilai prediksi perdagangan dari estimasi Gravity Model dengan nilai aktual perdagangan dari estimasi Gravity Model. 38 Kinerja subsektor pekebunan mempengaruhi performa surplus sektor pertanian Indonesia Crude Palm Oil (CPO) sebagai komoditas perkebunan dengan kontribusi tertinggi pada perdagangan Internasional Negara-negara mitra dagang utama CPO : Indonesia sebagai produsen CPO terbesar di dunia 1. 2. 3. 4. India Belanda Malaysia Singapura Pengaruh terbentuknya WTO dalam perdagangan CPO Indonesia-empat negara importir Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor CPO dari Indonesia ke empat negara tujuan utama ekspor Gravity Model (Variabel GDPi, GDPj, jarak (Dij), nilai tukar (ER) dan harga CPO dunia Hipotesis Penelitian 1. 2. 3. 4. 5. GDPi berpengaruh GDPj berpengaruh (Dij) berpengaruh ER berpengaruh Harga berpengaruh (+) (+) ( -) (-/+) (-/+) Nilai Aktual dan Nilai Prediksi Potensi ekspor komoditi Crude Palm Oil (CPO) pada perdagangan internasional Gambar 8. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian 39