ABSTRACT EFFECT OF CORPORATE SOCIAL PERFORMANCE

advertisement
ABSTRACT
EFFECT OF CORPORATE SOCIAL PERFORMANCE OF INTELLECTUAL
PROPERTY AND CORPORATE VALUE
by:
Hendi Kurniawan
The purpose of this study was to test whether the influence of artifacts between
corporate social performance and intellectual property to the value of the Corporate.
Where the social performance of companies is proxied by CSR rating. And propety
intellectual is proxied by sum the all component of copyright, patent, trademark,
industrial designs, circuit layouts, plant variety.
Analysis tools used to analyze the problems of the multiple regression analysis.
Hypothesis testing is done by simple linear regression test with a confidence level of
95% and 5% error.
The results of this study indicate that the social performance of companies has no
effect on firm value, but rather a positive influence on the intellectual property value.
CSR rating can not be said to be the basic consideration in making investment
decisions, in turn intellectual property into a strong rationale in the eyes of investors.
Key words: CSR Rating, Intellectual Property, Corporate Value.
ABSTRAK
PENGARUH KINERJA SOSIAL PERUSAHAAN DAN PROPERTI
INTELEKTUAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
Oleh:
Hendi Kurniawan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah terdapat pengaruh antara kinerja
sosial perusahaan dan properti intelektual terhadap nilai perusahaan. Dimana kinerja
sosial perusahaan diproksikan dengan CSR rating. Sedangkan propeti intelektual
diproksikan dengan nilai dari komponen copyright, patent, trademark, industrial
design, circuit layout, plant variety.
Alat analisis yang digunakan untuk menganalisa permasalahan yaitu analisis regresi
berganda. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji regresi linear sederhana dengan
tingkat keyakinan 95% dan error 5%.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kinerja sosial perusahaan tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan, tetapi sebaliknya properti intelektual berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. CSR rating dapat dikatakan belum menjadi dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi, sebaliknya properti intelektual
menjadi suatu dasar pertimbangan yang kuat dimata para investor.
Kata kunci: CSR Rating, Properti intelektual, Nilai Perusahaan.
Nama
: Hendi Kurniawan
NPM
: 0611031057
No. Telp
: 087899794131
Email
: [email protected]
Pebimbing I
: Saring Suhendro, S.E., M.Si., Akt.
Pebimbing II : Reni Oktavia, S.E., M.Si.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan perusahaan – perusahaan di Indonesia cukup pesat. Hal ini mencakup
sumber daya, pemanfaatan teknologi maupun strategi bersaing yang diterapkan oleh
perusahaan. Perusahaan memanfaatkan segala assets yang dimiliki demi
kelangsungan hidup perusahaan agar tetap dapat melakukan persaingan. CSR
merupakan stretegi perusahaan yang dapat memberikan image (gambaran) baik
perusahaan kepada pihak eksternal. Perusahaan dapat memaksimalkan ekuitas para
pemegang saham, kesejahteraan pemilik perusahaan, reputasi perusahaan, dan
kelangsungan jangka panjang perusahaan dengan melakukan CSR.
Corporate Social Responsibility saat ini bukan lagi bersifat sukarela dalam komitmen
yang dilakukan perusahaan didalam mempertanggungjawabkan kegiatan
perusahaannya, melainkan bersifat wajib/menjadi kewajiban bagi beberapa
perusahaan untuk melakukan atau menerapkannya. Hal ini diatur dalam UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU PT), yang disahkan
pada 20 Juli 2007. Pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan : (1)
Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan
sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
(TJSL). (2) TJSL merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran. (3) Perseroan yang tidak melaksanakan
kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(www.hukumonline.com). Dengan adanya ini, perusahaan khususnya perseroaan
terbatas yang bergerak di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam harus
melaksanakan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat.
Menurut Darwin (2004) dalam Anggraini (2006) CSR merupakan mekanisme bagi
suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap
lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders,
yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum. Lebih lanjut Anggraini
(2006) menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan diungkapkan di dalam
laporan yang disebut Sustainability Reporting atau dapat dilihat dalam
pengungkapannya pada laporan tahunan perusahaan (annual report).
Pengungkapan kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial didalam laporan tahunan atau
laporan terpisah adalah untuk mencerminkan tingkat akuntabilitas, responsibilitas,
dan transparansi korporat kepada investor dan stakeholders lainnya. Pengungkapan
tersebut bertujuan untuk menjalin hubungan komunikasi yang baik dan efektif antara
perusahaan dengan publik dan stakeholders lainnya tentang bagaimana perusahaan
telah mengintegrasikan CSR dalam setiap aspek kegiatan operasinya.
Sayekti dan Wondabio (2007) menyatakan bahwa dengan menerapkan CSR,
diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan
kekuatan keuangannya dalam jangka panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa
perusahaan yang menerapkan CSR mengharapkan akan direspon positif oleh para
pelaku pasar, sehingga dampak dari CSR ini berpengaruh terhadap laba perusahaan.
Secara umum, CSR didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk tidak hanya
berupaya mencari keuntungan dari roda bisnisnya, tetapi juga menjaga keharmonisan
dengan lingkungan sosial disekitar tempatnya berusaha. CSR dapat dilakukan dengan
upaya-upaya yang mengarah pada peningkatan kehidupan komunitas setempat
disegala aspeknya yang nantinya akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan dan
kinerja sosial.
Penerapan CSR oleh suatu perusahaan merupakan bentuk komitmen perusahaan
berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan
dengan tetap mengedepankan peningkatan kualitas hidup karyawan beserta
keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas yang nantinya akan diaplikasikan
melalui strategi perusahaan, apakah berorientasi stakeholders atau berorientasi
shareholder.
Pemegang saham berharap bahwa CSR dapat meningkatkan nilai perusahaan dan cara
kerja perusahaan. Kegiatan CSR termasuk kedalam kegiatan properti intelektual.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah tedapat pengaruh antara kinerja
sosial perusahaan dan properti intelektual terhadap nilai pasar perusahaan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menulis judul
”Pengaruh Kinerja Sosial Perusahaan dan Properti Intelektual terhadap Nilai
Perusahaan”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Landasan Teori
2.1.1
Teori Legitimasi
Menurut The World Business Council for Sutainable Development, Corporate
Social Responcibility (CSR) merupakan komitmen untuk memberikan kontribusi bagi
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan,
komunitas setempat, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Hal ini
sejalan dengan legitimacy theory yang menyatakan bahwa setiap perusahaan memiliki
kontrak dengan masyarakat berdasarkan nilai-nilai keadilan dan bagaimana
menanggapi berbagai kelompok untuk melegitimasi tindakan perusahaan jika terjadi
ketidakselarasan sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka
perusahaan kehilangan legitimasi sehingga dapat mengancam kelangsungan hidup
perusahaan. Legitiamasi adalah proses yang mengarah ke sebuah organisasi yang
dipandang sah. Organisasi berusaha untuk memastikan bahwa mereka beroperasi
dalam batas-batas dan norma-norma tidak statis dengan demikian mengharuskan
organisasi harus responsif mengandalkan pada gagasan sebuah kontrak sosial.
2.1.2. Teori Stakeholder
Teori stakeholder lebih mempertimbangkan posisi para stakeholder yang dianggap
powerfull daripada posisi shareholder. Menurut teori ini, manajemen sebuah
organisasi diharapkan melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh para
stakeholder mereka dan kemudian melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut
kepada para shareholder. Kelompok stakeholder inilah yang menjadi bahan
pertimbangan utama bagi manajemen perusahaan dalam mengungkapkan dan atau
tidak mengungkapkan suatu informasi di dalam laporan. Kelompok-kelompok
stakeholder tersebut meliputi pemegang saham, pelanggan, pemasok, kreditor,
pemerintah, dan masyarakat.
Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajemen perusahaan
dalam meningkatkan penciptaan nilai sebagai dampak dari aktivitas-aktivitas yang
mereka lakukan dan meminimalkan kerugian yang mungkin muncul bagi stakeholder
mereka. Sebenarnya, teori ini menjelaskan hubungan antara manajemen perusahaan
dengan para stakeholdernya.
Terdapat beberapa alasan yang mendorong perusahaan perlu memperhatikan
kepentingan stakeholders, yaitu:
1. Isu lingkungan melibatkan kepentingan berbagai kelompok dalam masayarakat
yang dapat mengganggu kualitas hidup mereka,
2. Dalam era globalisasi telah mendorong produk-produk yang diperdagangkan harus
bersahabat dengan lingkungan,
3. Para investor dalam menanamkan modalnya cenderung untuk memilih perusahaan
yang memiliki dan mengembangkan kebijakan dan program lingkungan,
4. LSM dan pencinta lingkungan makin vokal dalam mengkritik perusahaanperusahaan yang kurang peduli terhadap lingkungan
2.1.3. Kinerja Perusahaan
Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya dan memenuhi kebutuhan
masyarakat sangat tergantung pada kinerja perusahaan dan manajer perusahaan dalam
melaksanakan tanggungjawabnya. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai
oleh setiap perusahaan, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan
perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan
pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi para karyawan dalam mencapai
sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan
sebelumnya, agar menghasilkan tindakan dan mencapai hasil yang diharapkan.
Iryanie (2009)
Informasi kinerja perusahaan diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber
daya ekonomi yang mungkin dikendalikan masa depan. Informasi fluktuasi kinerja
adalah penting. Informasi kinerja adalah bermanfaat untuk memprediksi kapasitas
perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada (IAI dalam
Iryanie, 2009).
2.1.4. Kinerja Sosial Perusahaan
Kinerja Sosial Perusahaan merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk
pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan suatu tanggung jawab sosial yang
diharapkan dari perusahaan (Sukarno dalam Iryanie, 2009). Kinerja sosial perusahaan
adalah suatu konstruk multidimensional yang didefinisikan oleh Caroll (1979) dalam
Iryanie (2009) memiliki empat komponen tanggung jawab sosial perusahaan, antara
lain: tanggung jawab ekonomi kepada investor dan konsumen, tanggung jawab legal
kepada pemerintah atau hukum, tanggung jawab etis kepada masyarakat, dan
tanggung jawab philantrophic kepada komunitas.
Wood (1991) dalam Iryanie (2009) mendefinisikan Kinerja Sosial Perusahaan sebagai
konfigurasi organisasi bisnis dari:
-
Prinsip tanggung jawab sosial yang mencakup tiga prinsip yaitu prinsip
institusional (legitimasi), prinsip organisasional (tanggungjawab publik), prinsip
individual (pertimbangan manajemen);
-
Proses corporate social responsiveness terdiri dari tiga tahapan yaitu penilaian
lingkungan, manajemen stakeholder, manajemen isu;
-
Hasil perilaku perusahaan yang mencakup tiga kategori yaitu dampak, program
dan kebijakan sosial sebagai bentuk implementasi tanggung jawab sosial
perusahaan kepada masyarakat.
2.1.5. Properti Intelektual
Properti Intelektual merupakan suatu kekayaan yang berada dalam ruang lingkup
kehidupan teknologi, ilmu pengetahuan, maupun seni dan sastra. Pemilikannya bukan
terhadap barangnya melainkan terhadap hasil kemampuan intelektual manusianya dan
berwujud. Properti Intelektual ini seperti karya cipta yang berwujud dalam cakupan
kekayaan intelektual yang dapat didaftarkan untuk perlindungan hukum yaitu seperti
karya kesusastraan, artistik, ilmu pengetahuan (scientific), pertunjukan, kaset,
penyiaran audio visual, penemuan ilmiah, desain industri, merek dagang, nama usaha,
dll.
2.1.6. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar, seperti halnya
penelitian yang pernah dilakukan oleh Nurlela dan Islahuddin (2008), karena kinerja
pasar dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila
harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi
kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para
pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para professional. Para professional
diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris Nurlela dan Islahuddin, (2008).
Samuel (2000) dalam Nurlela dan Islahuddin (2008) menjelaskan bahwa enterprise
value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep
penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan
secara keseluruhan.
Dalam penilaian perusahaan terkandung unsur proyeksi, asuransi, perkiraan, dan
judgement. Ada beberapa konsep dasar penilaian yaitu : nilai ditentukan untuk suatu
waktu atau periode tertentu; nilai harus ditentukan pada harga yang wajar; penilaian
tidak dipengaruhi oleh kelompok pembeli tertentu. Secara umum banyak metode dan
teknik yang telah dikembangkan dalam penilaian perusahaan, diantaranya adalah : a)
pendekatan laba antara lain metode rasio tingkat laba atau price earning ratio, metode
kapitalisasi proyeksi laba; b) pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus
kas; c) pendekatan dividen antara lain metode pertumbuhan dividen; d) pendekatan
aktiva antara lain metode penilaian aktiva; e) pendekatan harga saham; f) pendekatan
economic value added Wahyudi (2005) dalam Nurlela dan Islahuddin (2008).
2.1.7. Pengembangan Hipotesis
(Ghozali dan Chariri, 2007) mengemukakan bahwa Teori stakeholder diartikan
perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun
harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Dengan demikian, keberadaan suatu
perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder
kepada perusahaan tersebut.
Tanggung jawab sosial perusahaan seharusnya melampaui tindakan memaksimalkan
laba untuk kepentingan pemegang saham (shareholder), namun secara lebih luas lagi
dikatakan bahwa kesejahteraan yang dapat diciptakan oleh perusahaan sebetulnya
tidak terbatas kepada kepentingan pemegang saham, tetapi juga untuk kepentingan
stakeholder, yaitu semua pihak yang mempunyai keterkaitan atau klaim terhadap
perusahaan. Pihak – pihak yang dimaksud tersebut adalah pemasok, pelanggan,
pemerintah, masyarakat lokal, investor, karyawan, kelompok politik, dan asosiasi
perdagangan. Seperti halnya pemegang saham yang mempunyai hak terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan, stakeholder juga
mempunyai hak terhadap perusahaan. Waryanti, (2009) dalam Kusumadilaga, (2010).
Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan perusahaan.
Oleh karena itu power stakeholder ditentukan oleh besar kecilnya power yang
dimiliki stakeholder atas sumber tersebut. Power tersebut dapat berupa kemampuan
untuk membatasi pemakaian sumber ekonomi yang terbatas (modal dan tenaga kerja),
akses terhadap media yang berpengaruh, kemampuan untuk mengatur perusahaan,
atau kemampuan untuk mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang
dihasilkan perusahaan. Oleh karena itu, “ketika stakeholder mengendalikan sumber
ekonomi yang penting bagi perusahaan, maka perusahaan akan bereaksi dengan caracara yang memuaskan keinginan stakeholder”. Atas dasar argumen di atas, teori
stakeholder umumnya berkaitan dengan cara-cara yang digunakan perusahaan untuk
mengatur stakeholder-nya. Cara-cara yang dilakukan perusahaan untuk mengatur
stakeholder-nya tergantung pada strategi yang diadopsi perusahaan. Organisasi dapat
mengadopsi strategi aktif atau pasif . Strategi aktif adalah apabila perusahaan
berusaha mempengaruhi hubungan organisasinya dengan stakeholder yang dipandang
berpengaruh/penting. Sedangkan perusahaan yang mengadopsi strategi pasif
cenderung tidak terus menerus memonitor aktivitas stakeholder dan secara sengaja
tidak mencari strategi optimal untuk menarik perhatian stakeholder. Akibat dari
kurangnya perhatian terhadap stakeholder adalah rendahnya tingkat pengungkapan
informasi sosial dan rendahnya kinerja sosial perusahaan. Ghozali dan Chariri,
(2007).
Seharusnya perusahaan terus berusaha untuk menarik perhatian stakeholder agar
dapat berinvestasi di perusahaan mereka. Beberapa caranya adalah dengan melakukan
pengungkapan informasi sosial dan mencapai kenaikan kinerja sosial perusahaan
yang lebih baik. Cara tersebut tentu dapat menarik minat stakeholder agar tak
sungkan berinvestasi pada perusahaan. Pengungkapan informasi sosial itu
menentukan kinerja sosialnya dan juga mempengaruhi nilai pasar perusahaan.
2.1.8. Pengaruh Kinerja Sosial Perusahaan dan Properti Intelektual Terhadap
Nilai Perusahaan
2.1.8.1. Pengaruh Kinerja Sosial Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaaan melalui nilai pasar.
Nilai pasar perusahaan yang terefleksikan dengan kinerja pasar ini akan terjamin
tumbuh secara berkelanjutan (sustainable) apabila perusahaan memperhatikan
dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup karena keberlanjutan merupakan
keseimbangan antara kepentingan-kepentingan ekonomi, lingkungan dan masyarakat.
(Kusumadilaga, 2010)
Dimensi tersebut terdapat di dalam penerapan Corporate Social Responsibility yang
dilakukan perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban dan kepedulian terhadap
lingkungan di sekitar perusahaan. Hal ini didukung dengan adanya teori stakeholder
dan legitimasi yang menjelaskan bahwa suatu perusahaan menjalankan aktivitasnya
membutuhkan dukungan dari stakeholder, dan untuk memperoleh dukungan dari
stakeholder perusahaan harus memperoleh legitimasi atau pengakuan dari masyarakat
dimana perusahaan beroperasi dengan melakukan kegiatan – kegiatan yang sesuai
dengan batasan dan norma – norma yang berlaku di masyarakat. Salah satu bentuk
dari kegiatan tersebut adalah aktivitas CSR. Variabel dalam penelitian ini yaitu CSR
Rating merupakan perwujudan daripada dimensi sosial dan itu akan mempengaruhi
nilai pasar perusahaan sehingga nilai pasar perusahaan itu akan menjadi meningkat.
H1 : kinerja sosial perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
2.1.8.2. Pengaruh Properti Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan
Adanya perubahan lingkungan bisnis menjadi knowledge based business, menjadikan
laporan keuangan tradisional tidak dapat memberikan informasi yang cukup tentang
kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai. Sebagai akibatnya, informasi
akuntansi tersebut tidak dapat digunakan dalam pengambilan keputusan bisnis. Tanda
bahwa informasi akuntansi tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan adalah semakin meningkatnya perbedaan antara nilai pasar dan nilai buku
perusahaan.
Para peneliti yakin bahwa ada nilai yang hilang (hidden value) pada laporan
keuangan sehingga menyebabkan gap antara nilai buku dan nilai pasar perusahaan.
Penciptaan nilai (value creation) dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan dan
keberhasilan bisnis. Ulum, (2009) dalam Anatan (2010).
Brooking (1996) dalam Anatan (2010) mengemukakan bahwa managerial skills dan
leadership style merupakan komponen penting dalam modal SDM, sedangkan modal
struktural dapat dibagi dalam dua komponen yaitu aset infrastruktur dan intellectual
property. Bontis (1996) dalam Anatan (2010) mengemukakan bahwa intellectual
property merupakan suatu “protected asset” dan memiliki definisi legal yang
merupakan komponen lain dari modal intelektual. Kesamaan para peneliti itu adalah
bahwa mereka memasukkan konsumen, loyalitas konsumen, dan market intellegence
sebagai bagian dari aset konsumen.
Penciptaan nilai bagi perusahaan adalah ketika perusahaan mampu menghasilkan
sesuatu yang lebih dari sumber daya yang diinvestasikan. Dengan kata lain, apabila
perusahaan mampu mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
sehingga sumber daya tersebut dapat menciptakan value added bagi perusahaan,
maka hal ini disebut sebagai value creation.
H2 : Properti intelektual berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu laporan
keuangan perusahaan yang didapat dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI) di situs
www.idx.com dan literatur-literatur lainnya yang masih berkaitan dengan penelitian
ini.
3.2.
Pemilihan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan unsur-unsur yang memiliki satu atau beberapa ciri
atau karakteristik yang sama (Dajan, 1996). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2010.
Sampel dari penelitian ini dipilih dengan menggunakan purposive sampling antara
lain sebagai berikut :
1. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan - perusahaan yang terdaftar di BEI
2. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan periode pengamatan dari tahun
2006 sampai dengan tahun 2010.
3. Perusahaan-perusahaaan sampel harus termasuk kedalam CSR rating yang
dikeluarkan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup selama periode
pengamatan.
3.3.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.3.1. Variabel Dependen
Variabel dependen atau juga dikenal variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi
oleh variabel independen. Variabel dependen penelitian ini adalah nilai perusahaan.
Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar, seperti halnya
penelitian yang pernah dilakukan oleh Nurlela dan Islahuddin (2008), karena nilai
pasar dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila
harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi
kemakmuran pemegang saham. Nilai pasar perusahaan diukur dengan PBV. Dengan
rumus :
Harga pasar per saham
PBV =
Nilai buku per saham
Book value per share (nilai buku per saham) dihitung dengan membagi total ekuitas
saham dengan jumlah saham yang beredar. Dalam penelitian ini, PBV yang
digunakan dalam menguji hipotesis satu adalah PBV tahun berjalan.
3.3.2. Variabel Independen
Variabel independen atau juga dikenal variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi variabel terikat. variabel independen dalam penelitian ini adalah
kinerja sosial perusahaan dan properti Intelektual.
3.3.2.1 Kinerja Sosial Perusahaan
Kinerja Sosial Perusahaan merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk
pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan suatu tanggung jawab sosial yang
diharapkan dari perusahaan (Sukarno dalam Iryanie, 2009). Kinerja sosial perusahaan
adalah suatu konstruk multidimensional yang didefinisikan oleh Caroll (1979) dalam
Iryanie (2009) memiliki empat komponen tanggung jawab sosial perusahaan, antara
lain: tanggung jawab ekonomi kepada investor dan konsumen, tanggung jawab legal
kepada pemerintah atau hukum, tanggung jawab etis kepada masyarakat, dan
tanggung jawab philantrophic kepada komunitas. Kinerja sosial perusahaan
diproksikan dengan CSR yang diwakili dengan CSR rating. CSR rating itu sendiri
menggunakan CSR rating yang dikeluarkan oleh Kementerian Negara lingkungan
hidup. Jika perusahaan masuk ke dalam kelompok rating emas, hijau, dan biru diberi
nilai 1 , dan diberi nilai 0 jika tergolong kedalam kelompok merah dan hitam.
3.3.2.2 Properti Intelektual
Properti Intelektual merupakan suatu kekayaan yang berada dalam ruang lingkup
kehidupan teknologi, ilmu pengetahuan, maupun seni dan sastra. Pemilikannya bukan
terhadap barangnya melainkan terhadap hasil kemampuan intelektual manusianya dan
berwujud. Properti Intelektual ini seperti karya cipta yang berwujud dalam cakupan
kekayaan intelektual yang dapat didaftarkan untuk perlindungan hukum yaitu seperti
karya kesusastraan, artistik, ilmu pengetahuan (scientific), pertunjukan, kaset,
penyiaran audio visual, penemuan ilmiah, desain industri, merek dagang, nama usaha,
dll. Gayatri (2008)
Komponen-komponen yang termasuk didalam properti intelektual ada lima, yaitu
Copy Right, Paten, Trade Mark, Industry Design, dan Plant Varietas Protection.
Properti intelektual diukur dengan menjumlahkan nilai komponen-komponen di atas.
Dengan rumus:
PI = CR + P + TM + ID + PV
Keterangan:
PI = Properti Intelektual
CR = Copy Right
P = Paten
TM = Trade Mark
ID = Industry Design
PV = Plant Varietas Protection
3.4.
Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan untuk menganalisa permasalahan adalah alat analisis
model statistika yaitu analisis regresi berganda. Analisa regresi linear berganda
merupakan analisis yang digunakan untuk mencari adanya hubungan antara dua atau
lebih variabel independen terhadap satu variabel dependen. Pengujian ini untuk
mengetahui arah dan intensitas pengaruh antara variabel independen dengan variabel
dependen. Arah yang ditunjukkan oleh tanda positif atau negatif pada koefisien
regresi, sedang intensitas ditunjukkan oleh besarnya koefisien regresi.
PBV = α + β1 CSR + β2 PI + ε
Keterangan :
α
= konstanta
CSR
= Corporate Social Responsibility
PropInt
= Properti Intelektual
β1, β2
= Koefisien regresi
ε
= error term
3.4.1. Uji Normalitas
Dalam melakukan penelitian terhadap model analisis regresi harus dipenuhi asumsiasumsi yang mendasari model regresi. Penelitian dengan menggunakan model regresi
membutuhkan beberapa pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik diperlukan
untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas
dari adanya gejala heteroskedastisitas, multikolinearitas dan autokeralasi. Pengujianpengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Uji Asumsi Normalitas
Uji asumsi normalitas betujuan untuk melihat apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik
memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Seperti yang diketahui bahwa uji t
dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Apabila
asumsi ini dilanggar maka uji statistik tidak akan valid untuk jumlah sampel yang
kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak
yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Dimana uji grafik histogram yang
membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi
normal atau melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dari distribusi normal. Sedangkan uji statistik sederhana dapat dilakukan
dengan melihat nilai kurtosis dan skweness dari residual dan uji statistik nonparametrik Kolmogorov-Smirnov.
b. Uji Autokorelasi
Jika gejala korelasi serial terjadi, hal ini akan mengakibatkan varian residual (error
term) akan diperoleh lebih rendah dari pada semestinya yang mengakibatkan R2
menjadi lebih tinggi daripada seharusnya, selain itu pengujian hipotesis dengan
menggunakan t-test dan F-test akan menyesatkan. Untuk menguji apakah hasil-hasil
estimasi model regresi tersebut tidak mengandung korelasi serial diantara disturbance
term-nya, maka dipergunakan Durbin Watson Statistic.
Pengujian Durbin Watson ini dilakukan dengan menggunakan nilai Durbin Watson
dari hasil estimasi. Menurut Durbin Watson, besarnya koefisien Durbin Watson
adalah antara 0-4. Kalau koefisien Durbin Watson sekitar 2, dapat dikatakan tidak ada
korelasi. Kalau besarnya mendekati nol, maka terdapat autokorelasi positif, dan jika
besarnya mendekati 4, maka terdapat autokorelasi negatif. Berikut ini tabel yang
dapat dipergunakan untuk pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi :
Hipotesis Nol
Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
0 < d <dL
Tidak ada autokorelasi positif
No decision
dL ≤ d ≤ dU
Tidak ada autokorelasi negatif
Tolak
4-dL < d < 4
Tidak ada autokorelasi negatif
No decision
4-dU ≤ d ≤ 4-dL
Tidak ada autokorelasi positif atau
negative
Tidak ditolak
dU < d < 4-dU
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen. Dalam model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk melihat apakah
ada kolinearitas dalam penelitian ini, maka akan dilihat dari VIF multikolinearitas.
Nilai VIF yang diperkenankan adalah 10, jika nilai VIF lebih dari 10 maka dapat
dikatakan terjadi multikolinearitas yaitu terjadi hubungan yang cukup besar antara
variabel-variabel independen, dan angka tolerance mempunyai angka lebih besar dari
0,10 maka variabel tersebut tidak mempunyai masalah multikolinearitas dengan
variabel bebas lainnya.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah regresi terjadi ketidaksamaan
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain adalah tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterosledastisitas. Model regresi yang
baik tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini dapat dideteksi dengan melihat
scatterplot antara taksiran Y dengan nilai residual dimana plot residual yang
distandarkan dari sumbu X dan sumbu Y yang telah terprediksi membentuk pola
tertentu yang jelas (bergelombang, melebar lalu menyempit) serta tersebar baik di
atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.4.2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji regresi linear sederhana dengan tingkat
keyakinan 95% dan error 5%. Dengan tingkat siginifikansi (α), yaitu sebesar 5%
(0,05) untuk menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho. Kriteria yang akan
digunakan adalah berdasarkan nilai probabilitas (ρ value) atau Asymp.sig (nilai
signifikansinya) :
- Jika ρ value (Asymp.sig) ≤ α (0,05) maka H diterima.
- Sebaliknya jika ρ value (Asymp.sig) ≥ α (0,05) maka H ditolak.
BAB IV
PEMBAHASAN
H1: Kinerja Sosial Perusahaan Berpengaruh Positif Terhadap Nilai Perusahaan
Hipotesis menyatakan bahwa kinerja sosial perusahaan (CSR) memiliki pengaruh
terhadap nilai pasar (PBV). Hasil penelitian menunjukkan p-value sebesar 0,444 (p >
0,05) dengan koefisien regresi bertanda positif. Artinya, kinerja sosial perusahaan
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai pasar. Hal ini menunjukkan bahwa
pasar tidak merespon CSR rating suatu perusahaan yang dikeluarkan oleh
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Kemudian hal ini menyebabkan tidak
berpengaruhnya CSR rating terhadap nilai pasar perusahaan. Hal ini tidak sejalan
dengan teori stakeholder dan legitimasi yang menjelaskan bahwa suatu perusahaan
menjalankan aktivitasnya membutuhkan dukungan dari stakeholder, dan untuk
memperoleh dukungan dari stakeholder perusahaan harus memperoleh legitimasi atau
pengakuan dari masyarakat dimana perusahaan beroperasi dengan melakukan
kegiatan – kegiatan yang sesuai dengan batasan dan norma – norma yang berlaku di
masyarakat. Salah satu bentuk dari kegiatan tersebut adalah aktivitas CSR.
Pengambilan keputusan investasi tergantung pada investor. Investor ada berbagai
macam mulai dari investor yang mempunyai pengetahuan minim dalam berinvestasi
sampai dengan investor yang memiliki pengetahuan yang cukup luas mengenai
investasi. Dari jenis investor ini maka timbulah perbedaan-perbedaan kriteria dalam
pengambilan keputusan investasi. Investor yang memiliki pengetahuan investasi yang
minim tidak menilai perusahaan secara dalam dan mendetail seperti yang dilakukan
investor dengan pengetahuan investasi yang luas. Dalam pengambilan keputusan,
investor pun belum mempertimbangkan CSR rating suatu perusahaan dalam
pengambilan keputusan investasinya, sehingga hipotesis ini pun ditolak. CSR rating
belum menjadi patokan dasar pertimbangan berinvestasi. Masih banyak masyarakat
yang kurang memahami makna dan fungsi dari CSR rating tersebut dalam
kepentingan berinvestasi.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Andayani dkk,
(2008); yang mengungkapkan bahwa tidak terdapat hubungan yang positif antara
corporate social responsibility (CSR) dengan nilai perusahaan. Hal ini juga dapat
diartikan bahwa CSR rating atau PROPER yang dikeluarkan oleh Kementerian
Negara Lingkungan Hidup tidak berpengaruh terhadap investor dalam pengambilan
keputusan investasinya.
H2: Poperti Intelektual Berpengaruh Positif Terhadap Nilai Perusahaan
Pengujian terhadap hipotesis kedua bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari
properti intelektual terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan pvalue 0,000 (p < 0,05) dengan koefisien regresi bertanda positif. Hal ini dapat
diartikan bahwa properti intelektual berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahaan. Ini sejalan dengan penelitian Chen, et.al, Syed Najibullah (2005) dalam
Pramelasari (2010), serta Ulum (2008) dimana penelitian mereka menggambarkan
adanya pengaruh positif dari intellectual property terhadap nilai pasar perusahaan.
Dan ini juga didukung oleh hasil penelitian dari Andayani dkk (2008) yang
menyimpulkan bahwa properti intelektual mampu menaikan nilai perusahaan dan
investor menganggap properti intelektual sebagai suatu hal yang penting.
Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi PI suatu perusahaan maka
nilai pasar akan semakin tinggi. Ini berarti komponen-komponen yang ada didalam
properti intelektual menjadi salah satu tolak ukur yang kuat dalam mengambil suatu
keputusan investasi untuk para investor.
Properti intelektual terkadang merupakan sesuatu yang tidak terlihat dari perusahaan.
hal ini dikarenakan perusahaan – perusahaan di Indonesia masih menitik beratkan
pada penggunaan modal fisik, selain itu perusahaan – perusahaan di Indonesia juga
belum memaksimalkan pengelolaan terhadap kekayaan intelektualnya untuk
menciptakan suatu nilai tambah / value added.
Akan tetapi, dari perbedaan jenjang pengetahuan investor, property intelektual adalah
kriteria yang mendasari keputusan berinvestasi. Contoh saja brand suatu produk,
kekuatan brand suatu produk dapat menarik minat para investor yang mewakili pasar
ini. Hasil penelitian ini mendukung sekali kekuatan properti intelektual di mata pasar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari kinerja
sosial perusahaan terhadap nilai pasar perusahaan pada perusahaan seluruh
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2010.
Berdasarkan hasil dan analisis data yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Hasil penelitian ini menunjukkan secara statistik, bahwa kinerja sosial
perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan; dan
2.
Properti intelektual secara statistik berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian ini, penulis menyampaikan saran sebagai berikut:
1.
Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel
penelitian mungkin dengan cara memperluas sampel penelitian sehingga
diharapkan dapat mewakili sampel perusahaan dan dapat memperoleh
keakuratan hasil penelitian;
2.
Variabel kinerja sosial perusahaan yang tidak terbukti pada penelitian ini
sebaiknya pada penelitian selanjutnya menambahkan proksi yang lain dari
variabel tersebut, sehingga diharapkan dapat mencerminkan variabel kinerja
sosial perusahaan yang lebih tepat;
3.
Nilai pasar perusahaan dalam penelitian ini menggunakan PBV dimana PBV
masih menggunakan perhitungan berdasarkan nilai buku pasar, sehingga belum
menunjukan nilai pasar yang sesungguhnya. Sebaiknya penelitian selanjutnya
menggunakan metode penelitian lain yang menggambarkan nilai sebenarnya.
4.
Memperluas penelitian dengan cara memperpanjang periode penelitian dengan
menambah tahun pengamatan..
5.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik, yaitu:
1.
Jumlah sampel dalam penelitian ini hanya perusahaan manufaktur saja sehingga
belum mewakili seluruh populasi yang terdaftar di BEI.
2.
Variabel kinerja sosial perusahaan dalam penelitian ini menggunakan proksi
yang sedikit, sehingga kinerja sosial perusahaannya kurang terwakili.
Download