tarekat rifa`iyah

advertisement
tema utama
B4
REPUBLIKA ● AHAD, 31 OKTOBER 2010
SOSOK
SANG
PENDIRI
Oleh Nidia Zuraya
arekat Rifa’iyah didirikan oleh
Abul Abbas Ahmad bin Ali ArRifa’i. Ia lahir di daerah Irak
bagian selatan, tepatnya di
Qaryah Hasan, dekat Bashrah, sekitar
tahun 1106 M. Namun, ada pula yang
menyebutkan, ia dilahirkan pada
1118 M.
Ia mendapat gelar sebagai muhyidin
(penghidup agama) dan sayyid al‘arifin (penghulu para arif). Ia terkenal
dengan tingkat spiritualitasnya yang
sangat tinggi. Menurut sejumlah
literatur, Syekh Ahmad Rifa’i ini
dikenal sebagai orang yang sangat
tawadhu dan sangat menekankan
pentingnya menjaga hubungan
dengan Allah.
Bahkan, sejumlah penganutnya
meyakini, Syekh Ar-Rifa’i mendapat
anugerah dari Allah sebagai salah satu
orang yang mampu menyembuhkan
penyakit lepra, kebutaan, dan lainnya.
Sejak kecil, ia sudah memiliki berbagai
keistimewaan. Pada usia 21, ia sudah
mendapatkan ijazah dari pamannya
untuk mengajar. Syekh Ahmad Rifa’i
wafat pada 587 H.
T
PUBLIKA
ʼAN YAHYA/RE
ILUSTRASI: DA
TAREKAT RIFA’IYAH
■ ed: syahruddin el-fikri
THESOUNDJOURNAL
TAREKAT RIFA’IYAH PALING
SIGNIFIKAN BERADA
DI TURKI, EROPA
TENGGARA, MESIR,
PALESTINA, SURIAH, IRAK,
DAN AMERIKA SERIKAT.
Oleh Nidia Zuraya
alam agama Islam, banyak
sekali aliran keagamaan yang
berkembang, baik dalam
bidang ilmu kalam (teologi)
atau akidah, fikih, tasawuf,
maupun lainnya.
Dibandingkan bidang teologi dan fikih, aliran
yang paling banyak berkembang adalah
tasawuf. Setidaknya, banyak cara umat
Islam dalam mendekatkan diri kepada Allah
melalui pendekatan olah spiritual (hati),
D
Oleh Nidia Zuraya
Para Mursyid
TAREKAT
RIFA’IYAH
etiap tarekat selalu dipimpin oleh
seorang tokoh sentral yang disebut
dengan mursyid atau guru. Demikian
juga dengan Tarekat Rifa’iyah. Entah
siapa kini yang menjadi tokoh sentral utamanya. Sebab, tarekat ini berada di berbagai
negara, seperti Amerika Serikat, Mesir,
Palestina, Turki, bahkan Asia Tenggara.
Masing-masing Tarekat Rifa’iyah di wilayah
ini memiliki mursyid masing-masing. Para
mursyid itu mengajarkan ajaran tarekat
berdasarkan kondisi wilayahnya.
S
Rifa’iyah di Turki
Perkembangan Tarekat Rifa’iyah di Turki
semasa pemerintahan Turki Usmaniyah
(Ottoman) terbilang sangat pesat. Sejarah
mencatat beberapa nama mursyid (pemimpin)
Tarekat Rifa’iyah di Turki. Salah satunya
adalah Syekh Abu Al-Huda Muhammad AlShayyadi (1850-1909). Syekh Shayyadi
mendirikan salah satu cabang penting
Tarekat Rifa’iyah. Karena pengaruh yang
khususnya tasawuf.
Dalam ilmu tasawuf, salah satu upaya
yang dikembangkan untuk taqarrub ilallah
(mendekatkan diri kepada Allah) adalah
mengikuti tarekat. Tarekat berasal dari
bahasa Arab, yakni thariqah, yang berarti
jalan. Sedikitnya terdapat 42 tarekat
mu’tabarah (terkenal) di dunia. Mulai dari
tarekat Qadiriyah, Naqsabandiyah, Qadiriyah
wan Naqsabandiyah, Syadziliyah,
Sammaniyah, Tijaniyah, Khalwatiyah,
Syattariyah, Khalidiyah, Mufaridiyah, hingga
Rifa’iyah.
Tarekat Rifa’iyah, pertama kali muncul
dan berkembang luas di wilayah Irak bagian
selatan. Pendirinya adalah Abul Abbas
Ahmad bin Ali Ar-Rifa’i. Ia lahir di Qaryah
Hasan, dekat Basrah, Irak bagian selatan,
pada 500 H (1106 M). Sedangkan, sumber
lain menyebutkan, ia lahir pada 512 H
(1118 M).
Abu Bakar Aceh dalam buku Pengantar
Ilmu Tarekat: Kajian Historis tentang Mistik
memaparkan, Ar-Rifa’i menghabiskan hampir
seluruh hidupnya di wilayah Irak bagian
selatan. Sewaktu berusia tujuh tahun,
ayahnya meninggal dunia. Ia lalu diasuh
pamannya, Mansur Al-Batha’ihi, seorang
syekh tarekat.
Selain menuntut ilmu pada pamannya
tersebut, ia juga berguru pada pamannya
yang lain, Abu Al-Fadl Ali Al-Wasiti, terutama tentang mazhab fikih Imam Syafii. Pada
usia 21 tahun, ia telah berhasil memperoleh
ijazah dari pamannya dan khirqah sembilan
sebagai pertanda sudah mendapat wewenang untuk mengajar.
John L Esposito dalam Ensiklopedia
Oxford: Dunia Islam Modern menyebutkan
garis keturunan sufi Ar-Rifa’i sampai kepada
Junaid Al-Baghdadi (wafat 910 M) dan Sahl
dimiliki Syekh Shayyadi terhadap Sultan
Abdul Hamid II, Tarekat Rifa’iyah menjadi
tarekat resmi yang dianut Kesultanan
Ottoman.
Pada masa berikutnya, sebagaimana ditulis
John L Esposito dalam Ensiklopedia Oxford:
Dunia Islam Modern, di Turki, dikenal sosok
bernama Kenan Rifa’i (wafat 1950). Syekh
Kenan tinggal di lingkungan yang mencakup
banyak orang Turki yang berbudaya dan
berpendidikan tinggi, termasuk kaum
perempuan dan orang-orang Kristen.
Syekh Kenan mengajarkan sufisme sebagai
cinta universal. Kecenderungan ini dimodifikasi oleh Samiha Ayverdi—membimbing
orang-orang yang setia kepada ajaran Syariati
setelah Syekh Kenan wafat—dengan karya
politiknya yang tajam di Istanbul pada 1979
yang berjudul Let Us Be Not Slaves but
Masters.
Rifa’iyah di Timur Tengah
Di dunia Arab, Tarekat Rifa’iyah hadir
secara signifikan di Mesir, Palestina, Lebanon,
Suriah, dan tempat kelahirannya, Irak. Pada
awal abad ke-19, ungkap Esposito, di Mesir
Al-Tustari (wafat 896 M). Pada 1145, ArRifa’i menjadi syekh tarekat ini ketika
pamannya (yang juga merupakan syekhnya)
menunjuknya sebagai pengganti. Dia kemudian mendirikan pusat tarekat sendiri di
Umm ‘Abidah, sebuah desa di Distrik Wasit,
tempat dia wafat kelak.
Tarekat Rifa’iyah berbeda dengan organisasi kemasyarakatan (ormas) Rifa’iyah yang
ada di Indonesia. Ormas Rifa’iyah didirikan
oleh Syekh Haji Ahmad Ar-Rifa’i Al-Jawi Bin
Muhammad Bin Abi Sujak Bin Sutjowijoyo.
Lahir pada 9 Muharram 1200 H (1786 M ) di
Desa Tempuran, Kabupaten Kendal.
Tarekat Rifa’iyah yang juga merupakan
tarekat sufi Sunni ini memainkan peran
penting dalam pelembagaan sufisme. Di
bawah bimbingan Ar-Rifa’i, tarekat ini
tumbuh subur. Dalam tempo yang tidak
begitu lama, tarekat ini berkembang luas ke
luar Irak, di antaranya ke Mesir dan Suriah.
Hal tersebut disebabkan murid-murid
tarekat ini menyebar ke seluruh Timur
Tengah.
Dalam perkembangan selanjutnya,
Tarekat Rifa’iyah ini berkembang di kawasan
Anatolia di Turki, Eropa Timur, wilayah
Kaukasus, dan kawasan Amerika Utara. Para
murid Rifa’iyah membentuk cabang-cabang
baru di tempat-tempat tersebut. Setelah
beberapa lama, jumlah cabang Tarekat
Rifa’iyah meningkat dan posisi syekh pada
umumnya turun-temurun.
Tarekat ini juga tersebar luas di Indonesia,
misalnya di daerah Aceh, terutama pada
bagian barat dan utara; di Jawa; Sumatra
Barat; dan Sulawesi. Namun, di daerah Aceh,
tarekat ini lebih dikenal dengan sebutan
Rafai, yang memiliki makna tabuhan rabana
yang berasal dari perkataan pendiri dan
penyiar tarekat ini.
Meskipun terdapat di tempat-tempat lain,
menurut Esposito, Tarekat Rifa’iyah paling signifikan berada di Turki, Eropa Tenggara, Mesir,
Palestina, Suriah, Irak, dan Amerika Serikat.
Pada akhir masa kekuasaan Turki Usmaniyah
(Ottoman), Rifa’iyah merupakan tarekat
penting. Keanggotaannya meliputi sekitar
tujuh persen dari jumlah orang yang masuk
tarekat sufi di Istanbul. ■ ed: syahruddin el-fikri
WIKIPEDIA
tidak ada otoritas pusat di kalangan Rifa’iyah.
Namun, sejak 1970, pemimpin tertinggi
Tarekat Rifa’iyah di Mesir adalah Mahmud
Kamal Ya Sin, yang juga merupakan ketua
cabang ‘Amriyah dari tarekat tersebut.
Kaum Rifa’iyah Mesir, yang seperti
kebanyakan kaum sufi Mesir, merasa bahwa
salah satu faktor yang membedakan kaum
sufi dari Muslim lainnya adalah kesetiaan
mereka kepada Nabi SAW dan keluarganya.
Di Palestina, pada 1981, syekh Rifa’iyah
aktif yang utama adalah Kamil Al-Jabari dari
Hebron dan Nazhmi ‘Aukal dari Nablus. Kaum
Rifa’iyah di Tripoli, Lebanon, mulai aktif sejak
1984. Pada saat itu, terdapat lima zawiyah terkenal yang masih mempraktikkan ritual zikir.
Di Suriah, setelah Naqsabandiyah, Rifa’iyah
merupakan tarekat yang paling tersebar luas
dan dinamis. Sejak awal 1980-an, cabang
Suriah yang paling signifikan adalah cabang
Abdul Al-Hakim Abdul Al-Basith Al-Saqbani.
Dia dan orang-orang yang berkaitan dengannya telah menerbitkan banyak tulisan para
syekh Raifa’iyah.
Cabang utama Tarekat Rifa’iyah di Irak
telah dipimpin oleh keluarga Al-Rawi.
Beberapa tahun terakhir, di bawah arahan
Syekh Khasyi Al-Rawi dari Baghdad, kaum
Rifa’iyah Irak—seperti halnya di Suriah—
menerbitkan sejumlah naskah Rifa’iyah lama.
Rifa’iyah di Amerika Serikat
Di Negeri Paman Sam, setidaknya terdapat
tiga cabang Rifa’iyah. Syekh Taner Vargonen,
yang berbasis di California Utara, memiliki
garis keturunan Qadiriyah-Rifa’iyah yang
berasal dari Muhammad Anshari (wafat
1978) dari Istanbul.
Sejak 1992, seorang Rifa’iyah Turki
lainnya, Mehmet Catalkaya (Serif Baba), telah
mengawasi pendirian tekke di Chapel Hill,
North Carolina, dan di Manhattan. Syekh dari
Serif Baba adalah Burhan Efendi dari Izmir.
Cabang Rifa’iyah ketiga terletak di negara
bagian New York. Dr Muhyiddin Shakoor,
seorang psikolog konseling, menuliskan
keterlibatannya dengan mereka dalam
bukunya yang bertajuk The Writing on the
Water. Ia menghubungkan para syekh
Tarekat Rifa’iyah cabang New York ini secara
garis keturunan dengan kaum Rifa’iyah di
Kosovo. ■ ed: syahruddin el-fikri
Download