1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan.
1.1. Latar Belakang
Kinerja perusahaan menjadi pertimbangan bagi investor dan calon investor untuk
menempatkan sejumlah kekayaan yang dimilikinya dengan harapan bahwa
kekayaannya akan bertambah. Oleh karena itu, setiap peristiwa yang berhubungan
dengan kegiatan operasi bisnis perusahaan, investor akan bereaksi baik secara
positif maupun negatif. Kinerja perusahaan dapat dipengaruhi beberapa faktor
diantaranya faktor finansial dan faktor manajerial.
Faktor finansial lebih dipengaruhi oleh kondisi bisnis dan ekonomi,
sedangkan faktor manajerial berhubungan dengan mekanisme kebijakan yang
digunakan oleh pihak manajemen untuk mengendalikan kegiatan perusahaan.
Kebijakan yang diambil perusahaan juga termasuk dengan kebijakan yang
berkaitan dengan proses akuntansi bisnis perusahaan seperti penggunaan akrual
dan manajemen laba.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kualitas akrual dan
manipulasi aktivitas riil terhadap reaksi pasar dan kinerja pada perusahaan yang
melakukan Seasoned Equity Offering (SEO) di Perusahaan high technology. Studi
ini dimotivasi oleh beberapa kesimpulan dari hasil studi yang tidak konsisten
antara Rangan (1998) dan Cohen dan Zarowin (2008) yang menemukan bahwa
1
2
adanya hubungan negatif antara akrual abnormal dan return saham taknormal
setelah SEO yang dianggap sebagai ketidakmampuan investor untuk menyadari
adanya manajemen laba dan terbukti adanya asimetris informasi antara
perusahaan dengan investor (Easley dan O’Hara, 2004; Lin et al. 2008).
Sebaliknya dalam Shivakumar (2000) menemukan bahwa reaksi negatif
ditunjukkan oleh pasar terhadap akrual abnormal justru sebelum pengumuman
SEO. Hal ini dikarenakan investor diasumsikan menyadari adanya manajemen
laba yang dilakukan oleh perusahaan SEO ditunjukkan dengan tingginya laba
bersih dan akrual abnormal di sekitar pengumuman SEO dan akrual abnormal
sebelum SEO akan menurunkan laba bersih pada tahun berikutnya. Meskipun
berbeda hasil dengan studi yang dilakukan Rangan (1998) dan Cohen dan
Zarowin (2010), ketiga studi ini sepakat bahwa manajemen laba akan menurunkan
kinerja perusahaan pada tahun setelah diumumkannya SEO.
Berbeda dengan ketiga studi tersebut, Taylor dan Xu (2010) berpendapat
bahwa manajemen aktivitas riil tidak memiliki pengaruh negatif signifikan
terhadap kinerja operasi perusahaan berikutnya karena manajemen aktivitas riil
tidak dilakukan secara rutin oleh manajer dan kemungkinan bahwa manajer
melakukan manajemen laba hanya untuk menyampaikan informasi yang baik bagi
publik.
Investor cenderung bereaksi negatif terhadap pengumuman SEO karena
investor khawatir mengenai kemungkinan SEO tidak produktif dan lemahnya tata
kelola yang menyebabkan bertumbuhnya oportunitis (Jung et al. 1996; Kim dan
Purnanandam, 2014). Kim et al. (2013) membuktikan bahwa penerbitan sekuritas
3
dengan tingkat konservatif yang lebih besar berhubungan negatif dengan reaksi
pasar pada pengumuman SEO. Rangan (1998) menyimpulkan bahwa adanya
hubungan negatif antara manajemen laba dan kinerja pada tahun peristiwa dengan
return saham pada periode berikutnya. Ketika manajemen laba dilakukan sebelum
periode peristiwa dengan upaya untuk meningkatkan kinerja laba maka pada
tahun berikutnya saat dilakukan reverse (pembalikan) akan menyebabkan laba
tahun berikutnya menurun. Tindakan koreksi ini menyebabkan pasar bereaksi
negatif terhadap SEO.
Tujuan perusahaan melakukan SEO adalah untuk mendapatkan tambahan
modal dan biasanya dilakukan selama 40 hari setelah Initial Public Offering (IPO)
(Jegadeesh et al. 1993). Kualitas akrual yang buruk akan menjadi dorongan bagi
manajer untuk melakukan oportunistik SEO (Kim et al. 2015). Perilaku
oportunistik itu timbul karena adanya motivasi bonus manajer. Oleh karena itu,
manajer melakukan manajemen laba dengan cara meningkatkan laba bersih
(income-increasing) yang dilaporkan sebelum SEO dengan harapan bahwa publik
berminat untuk melakukan investasi di perusahaan (Cohen dan Zarowin, 2010).
Asumsi ini tidak sepenuhnya benar karena tidak selamanya SEO
dimotivasi oleh perilaku oportunistik manajer dan tidak semua perusahaan yang
melakukan manajemen laba berkinerja buruk setelah SEO. Yang et al. (2016)
berpendapat bahwa ada dua motivasi utama yang melatarbelakangi dilakukannya
SEO yaitu mengurangi kendala finansial dan menurunkan risiko permasalahan
finansial. Pertama, kendala finansial (financial constraints) menunjukkan
ketidakmampuan perusahaan untuk memperoleh dana untuk investasi karena
4
keterbatasan kredit, kesulitan dalam pinjaman atau penerbitan ekuitas dan
sebagainya. Kedua, permasalahan keuangan (financial distress) yang berarti
bahwa perusahaan memiliki kesulitan dalam melanjutkan operasi bisnisnya.
Singkatnya bahwa SEO tidak selalu karena oportunistik manajer tetapi juga
karena adanya keinginan untuk menyelamatkan atau menghindarkan perusahaan
dari kebangkrutan.
Penelitian ini tidak menggunakan manajemen laba akrual abnormal tetapi
menekankan
pada
kualitas
akrual,
sedangkan
manajemen
laba
diukur
menggunakan manajemen aktivitas riil. Francis et al. (2005) dan Lambert et al.
(2007) menyatakan bahwa kualitas akrual perusahaan merefleksikan risiko
informasi dari kesenjangan informasi antara manajer dan investor.
Kim et al. (2015) menemukan bukti bahwa perusahaan SEO dengan
kualitas akrual yang rendah menunjukkan return taknormal yang tinggi di sekitar
pengumuman SEO dan kinerja jangka panjang yang lebih rendah secara signifikan
setelah SEO. Menurut studi ini, karena tingginya level asimetri informasi antara
manajer dan investor pada perusahaan yang memiliki kualitas akrual yang rendah
sehingga menyebabkan kecenderungan untuk memanfaatkan kondisi ini untuk
mencapai motivasi pribadi manajer terutama jika lemahnya regulasi dan
rendahnya peran pengawasan investor institusional.
Menurut Kothari et al. (2016) dalam studinya disebutkan bahwa
manajemen menyatakan laba lebih besar saat SEO melalui manajemen aktivitas
riil bukan manajemen akrual karena manajemen akrual secara realibel
berhubungan dengan return masa depan negatif hanya ketika secara bersamaan
5
dilakukan dengan manajemen aktivitas riil. Manajemen laba melalui aktivitas riil
lebih cenderung digunakan pada perusahaan yang berada pada negara dengan
perlindungan terhadap investor yang kuat. Seperti yang disebutkan oleh
Burgsthaler et al. (2006) dan Enomoto et al. (2015) bahwa tingkat manajemen
laba lebih rendah ketika perusahaan merupakan perusahaan publik yang
memberikan perlindungan hak pemegang saham minoritas dan persyaratan
pengungkapan yang ketat.
Gunny (2010) dan Francis et al. (2015) mendokumentasikan studi
mengenai manajemen laba melalui aktivitas riil karena manipulasi aktivitas riil
masih kurang menjadi perhatian. Manajer menganggap bahwa melakukan
aktivitas riil menimbulkan biaya yang besar. Padahal dalam studi Graham et al.
(2005) menemukan bukti melalui survei yang dilakukan bahwa manajemen laba
paling banyak dilakukan dengan tindakan nyata atau menggunakan aktivitas riil.
Selain itu, melakukan manipulasi aktivitas riil dapat menurunkan kinerja
perusahaan di masa mendatang menjadi lebih besar karena melakukan manipulasi
aktivitas riil akan berpengaruh langsung terhadap arus kas operasi perusahaan.
SEO menyediakan seting yang kuat dalam menguji konsekuensi pasar
modal atas upaya untuk meningkatkan jumlah laba di sekitar peristiwa (event)
melalui manipulasi aktivitas riil dan akrual. Ibrahim et al. (2011) dan Khotari
et al. (2016) menunjukkan bukti bahwa SEO memiliki prevelensi manipulasi
peningkatan laba dengan menggunakan akrual dan manipulasi riil pada tahun
sebelum penawaran SEO.
6
Perusahaan SEO yang menjadi subjek tindakan litigasi oleh investor
memiliki prevelensi diskresionari akrual yang tinggi meskipun tidak ada bukti
manipulasi pada akun riil. Meskipun banyaknya studi mengenai manajemen laba
melalui manipulasi akrual dan aktivitas riil, masih sedikit yang menghubungkan
kualitas akrual dan aktivitas riil sekaligus dalam studi peristiwa dengan kumulatif
return taknormal.
Menurut Cohen dan Zarowin (2010) sebenarnya manajemen laba melalui
akrual dan aktivitas riil tidak dapat dilakukan secara bersama-sama, keduanya
merupakan dua metode yang saling menggantikan satu sama lain. Oleh karena itu,
kualitas akrual lebih tepat digunakan bersama dengan aktivitas riil untuk
mengukur reaksi pasar di sekitar SEO. Selain itu, studi ini merupakan studi awal
yang menunjukkan apakah kualitas akrual mempengaruhi kinerja perusahaan
dalam studi peristiwa SEO.
Penelitian ini menggunakan perusahaan dengan industri berteknologi
tinggi. Menurut Cohen dan Zarowin (2010), perusahaan SEO yang paling banyak
menjadi sampel dalam studi mereka adalah perusahaan yang menggunakan
teknologi tinggi seperti perusahaan dalam industri produk kimia, perangkat
komputer dan jasa, perangkat elektronik dan industri listrik, gas dan sanitary
service. Industri ini merupakan industri yang perkembangannya paling pesat di
pasar modal pada tahun 1990an hingga sekarang. Selain itu, Jeon dan Kim (2011)
menemukan bahwa price earnings ratio (PER) yaitu rasio yang dihasilkan dengan
membagi harga saham saat ini dengan laba per saham tahunan dari industri
7
berteknologi tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan industri berteknologi
rendah.
Perusahaan berteknologi tinggi juga rawan terhadap manipulasi akrual dan
aktitivas riil. Akun akrual yang paling banyak dimanipulasi adalah pengeluaran
penelitian dan pengembangan (R&D expenditure). Barron et al. (2002)
menyebutkan bahwa peramalan laba oleh analis perusahaan dengan pengeluaran
intingables paling tinggi cenderung kurang akurat dan lebih banyak eror
dibandingkan perusahan dengan intingables rendah. Intingables dalam studi ini
adalah beban penelitian dan pengembangan (R&D) terutama pada industri
berteknologi tinggi seperti industri elektronik, obat atau bahan kimia dan
software.
Studi ini menggunakan return taknormal kumulatif dan perubahan return
on asset untuk mengukur peristiwa di sekitar SEO (Cohen dan Zarowin, 2010).
Perubahan diukur menggunakan return on asset periode saat ini dikurangi dengan
periode sebelumnya yang bertujuan untuk menilai kinerja perusahaan sebelum
dan sesudah penawaran. Studi ini merupakan studi yang menggabungkan sebagian
analisis dari empat penelitian mengenai SEO dalam satu studi sekaligus.
Empat penelitian tersebut diantaranya adalah penelitian Rangan (1998),
Shivakumar (2000), Francis et al. (2005), Cohen dan Zarowin (2010), dan Kim et
al. (2015). Selain menggunakan data time series, studi ini juga menggunakan data
cross sectional dan data panel perusahan industri berteknologi tinggi yang berada
di negara Asia Pasifik. Ini merupakan studi yang menggunakan kualitas akrual
8
dan manipulasi aktivitas riil dalam konteks SEO pada perusahaan high technology
yang ada di negara Asia Pasifik.
Asia Pasifik juga menjadi seting yang menarik untuk diteliti karena dua
hal. Pertama, Asia Pasifik merupakan negara dalam kategori negara berkembang
yang merupakan negara industrialisasi baru (NICS). Sebagai negara industrialisasi
baru, negara-negara di Asia Pasifik masih membutuhkan dukungan, proteksi dan
stimulasi yang mendukung aktivitas bisnis (Lall, 1992). Kedua, perusahaan
berteknologi tinggi sangat berkembang dengan pesat selama dua tahun terakhir.
China merupakan negara dengan pertumbuhan perusahaan berteknologi tinggi paling
banyak diikuti beberapa negara Asia Pasifik lainnya seperti Taiwan, India, Australia,
Selandia Baru, Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Malaysia (Deloitte, 2013).
Fenomena lain yang menarik dari studi di Asia Pasifik diantaranya karena
negara-negara Asia Pasifik umumnya merupakan negara emerging market dengan
pertumbuhan pasar modal yang baik namun masih lemah dalam upaya proteksi
terhadap investor. Seperti yang terjadi di Korea Selatan, masih tingginya tingkat
asimetri informasi antara perusahaan dan investor karena kurang tegasnya sistem
finansial di negara tersebut (Kim et al. 2015).
Indonesia juga menjadi objek dalam penelitian ini dengan dasar bahwa
beberapa negara tersebut di atas termasuk Indonesia merupakan negara yang
memiliki proteksi lemah terhadap investor. Indonesia merupakan negara dengan
kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri yang selama lima tahun
terakhir berkembang pesat hingga mencapai 350% pada tahun 2015 atau naik
menjadi 100 kali lipat dari tahun 2011 (Kemenprin, 2015). Selain itu, pasar modal
Indonesia memiliki rata-rata return pasar yang tinggi setelah krisis tahun 2008
9
(Khajar, 2015). Hal ini dapat mengindikasikan bahwa Indonesia memiliki daya
tahan pasar yang cukup baik.
Studi Yuliana et al. (2015) menyebutkan perilaku oportunistik manajer
untuk melakukan window-dressing pada laporan keuangan dengan tujuan untuk
menarik investor seperti studi yang telah dilakukan sebelumnya. Kebanyakan
perusahaan yang melakukan SEO memiliki kinerja keuangan yang buruk.
Perusahaan di Indonesia juga memiliki intensi untuk melakukan manajemen laba
dengan melakukan penurunan laba (income decreasing) yang bertujuan untuk
menghindari kerugian dan risiko yang tidak diinginkan di masa depan. Hasil ini
berkebalikan dengan beberapa studi manajemen laba yang dilakukan dengan cara
menaikkan laba terutama sebelum terjadinya peristiwa pengumuman penawaran
kepada publik.
Studi ini ingin membuktikan bahwa tidak semua perusahaan yang berada
di negara tertentu dapat menggunakan manajemen laba untuk tujuan oportunis.
Setiap negara juga memiliki aturan yang berbeda sehingga kesempatan untuk
melakukan manajemen laba juga terbatas. Perusahaan high technology juga
memiliki kondisi bisnis yang berbeda dari perusahaan lainnya. Selain itu, kondisi
ekonomi dan politik dalam studi ini juga berbeda-beda setiap negara. Studi ini
diharapkan dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih baik dalam menjelaskan
SEO yang dilakukan oleh perusahaan high technology di negara Asia Pasifik.
10
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pada uraian di atas maka ada beberapa pertanyaan
penelitian atau rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini
diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Apakah kualitas akrual dan manipulasi aktivitas riil berpengaruh terhadap
kinerja di sekitar SEO pada perusahaan high technology di Asia Pasifik?
2. Apakah kualitas akrual berpengaruh terhadap reaksi pasar di sekitar SEO
pada perusahaan high technology di Asia Pasifik?
3. Apakah kinerja berpengaruh terhadap reaksi pasar SEO perusahaan high
technology di Asia Pasifik?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini secara umum untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang telah dirumuskan dan secara spesifik dituliskan sebagai berikut.
1. Untuk menguji pengaruh kualitas akrual dan manipulasi aktivitas riil
terhadap kinerja di sekitar SEO pada perusahaan high technology di Asia
Pasifik,
2. Untuk menguji pengaruh kualitas akrual terhadap reaksi pasar di sekitar
SEO pada perusahaan high technology di Asia Pasifik,
3. Untuk menguji pengaruh kinerja terhadap reaksi pasar SEO perusahaan
high technology di Asia Pasifik.
11
1.4. Kontribusi Penelitian
Riset dilakukan untuk bertujuan untuk memberikan kontribusi yang secara garis
besar diuraikan sebagai berikut.
1. Kontribusi teori
Studi ini memberikan bukti empiris bahwa oportunistik SEO dilakukan
dengan berbagai cara, tidak hanya memanipulasi akrual tetapi juga
memanipulasi aktivitas riil. Manipulasi aktivitas riil yang sulit terdeteksi
akan lebih dimanfaatkan oleh manajer terutama dalam lingkungan bisnis
dengan regulasi pasar modal yang lemah.
Yuliana et al. (2015) dalam seting pasar modal syariah Indonesia
membuktikan bahwa manajemen aktivitas riil paling banyak dilakukan
dengan tujuan untuk menghindari kerugian. Selain itu, studi ini
memberikan masukan baru bagi penilaian kinerja perusahaan di sekitar
SEO yang secara empiris telah dibuktikan bahwa kinerja perusahaan SEO
cenderung menurun pada periode berikutnya.
2. Kontribusi praktik
Studi ini memberikan pandangan bahwa SEO memberikan setingan yang
tepat untuk menilai konsekuensi kualitas akrual yang buruk dan
manipulasi akvitas riil pada pasar modal. Pada negara dengan
perlindungan investor yang lemah, perilaku oportunistik di sekitar SEO
perlu dipertimbangkan oleh investor terutama memilih perusahaan yang
akan dijadikan untuk tempat menginvestasikan sejumlah dananya. Sulitnya
12
mendeteksi perilaku oportunistik manajemen maka investor perlu
mendapatkan berbagai masukan termasuk dengan berbagai studi empiris.
1.5. Sistematika Penulisan
Studi ini akan mendiskusikan beberapa hal yang terbagi menjadi lima bagian yang
terdiri dari Bab I Pendahuluan, Bab II Tinjauan Pustaka, Bab II Metode
Penelitian, Bab IV Analisis Hasil Penelitian, dan Bab V Kesimpulan,
Keterbatasan dan Saran Penelitian.
Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang motivasi
penelitian, tujuan, rumusan dan kontribusi penelitian. Bagian kedua menjabarkan
teori mengenai manajemen laba, perusahaan high technology, kualitas akrual,
manipulasi aktivitas riil, seasoned equity offering, dan kinerja, model penelitian,
dan hipotesis.
Bagian ketiga menggambarkan mengenai metode riset yang digunakan
mencakup ruang lingkup penelitian, sampel, jenis, dan sumber data, teknik
pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, dan teknik
analisis data. Bagian empat disampaikan hasil penelitian yang menjabarkan
pengambilan sampel, analisis deskriptif, analisis ordinary least square. Bab
kelima adalah bab terakhir yang berisi kesimpulan dari keseluruhan penelitian ini,
keterbatasan penelitian, dan saran untuk memperbaiki penelitian ini.
Download