PENDAHULUAN Latar Belakang Kulit merupakan hasil ikutan ternak yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan memegang peranan penting sebagai bahan ekspor non-migas yang dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai produk pakaian dan kerajinan seperti jaket, sepatu, topi, tas, dompet, koper, sabuk dan wayang kulit. Sebelum dijadikan sebagai bahan baku produk, kulit ternak terlebih dahulu diolah menjadi kulit samak untuk menghasilkan bahan yang kuat, lentur dan tahan terhadap kerusakan melalui proses penyamakan kulit. Penyamakan kulit menggunakan bahan kimia berbahaya dan beracun hampir di setiap tahap penyamakan, terutama pada tahap pretanning dan tanning. Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan dampak lingkungan mendorong pelaku industri penyamakan kulit untuk mencari solusi penggunaan bahan alternatif untuk menggantikan penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun, salah satunya dengan menggunakan enzim. Aplikasi enzim memberi manfaat yang besar karena mampu menghasilkan produk beribu kali lebih banyak, lebih efektif dan selektif, tidak beracun dan tidak menimbulkan efek samping pada produk serta lebih ramah lingkungan. Enzim protease menduduki rangking teratas dalam bidang industri yaitu mencapai 60% dari total enzim yang diperjual belikan di seluruh 1 dunia. Salah satu enzim protease yang dapat diaplikasikan pada bidang industri adalah enzim alkalin protease, yaitu pada proses penyamakan kulit sebagai agen unhairing. Enzim alkalin protease mampu mencerna soft keratine pada sel-sel lapisan malpigi dan akar rambut, sehingga rambut dapat dicabut sampai ke akar-akarnya. Berbagai upaya telah banyak dilakukan oleh para ilmuwan untuk menggali sumber enzim yang potensial untuk dikembangkan, salah satunya adalah dengan mengisolasi mikroorganisme penghasil enzim tertentu yang diinginkan. Strategi untuk memperoleh mikroorganisme yang sesuai dalam industri adalah dengan memperolehnya dari lingkungan. Isolasi mikroorganisme penghasil enzim alkalin protease telah dilaporkan dari berbagai sumber antara lain: tanah yang dicirikan oleh pH yang tinggi dan atau adanya kontaminasi deterjen, pabrik pengolahan susu, dan Rumah Pemotongan Hewan (RPH). Berkembangnya industri pengolahan daging di Indonesia mendorong semakin banyaknya RPH yang dibangun di seluruh wilayah Indonesia sebagai sarana penyedia daging yang aman, sehat, utuh, dan halal. Di sisi lain, kegiatan RPH juga menghasilkan cemaran bahan organik yang tinggi terutama kandungan protein berasal dari cairan darah, urin, feses, isi rumen dan usus, dan afkiran daging sehingga mampu mendukung pertumbuhan mikroorganisme. Adanya mikroorganisme yang unggul merupakan salah satu faktor penting dalam produksi enzim. Oleh karena itu penggalian mikroorganisme indigenous penghasil enzim alkalin 2 protease dari limbah cair RPH perlu dilakukan. Tingginya kandungan protein dan kondisi pH limbah RPH yang cenderung netral hingga basa mampu menjadi media yang baik untuk perkembangbiakan bakteri alkalophilik dan memberikan peluang yang besar untuk mendapatkan bakteri yang potensial untuk dikembangkan sebagai penghasil enzim alkalin protease. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri penghasil enzim alkalin protease dari limbah cair RPH serta mengetahui suhu dan pH optimum aktivitas enzim yang dihasilkan. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memperoleh jenis bakteri penghasil enzim alkalin protease yang potensial dari limbah cair RPH dan mengetahui aktivitas optimum enzim yang dihasilkan, sehingga dapat diaplikasikan sebagai agen unhairing pada proses penyamakan kulit. 3