BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Istilah manajemen berasal dari kata management (Bahasa Inggris), berasal dari kata “to manage” yang artinya mengurus atau tata laksana. Sehingga manajemen dapat diartikan bagaimana cara mengatur, membimbing dan memimpin semua orang yang menjadi bawahannya agar usaha yang sedang dikerjakan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Banyak ahli yang memberikan definisi tentang manajemen, diantaranya: “Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya”. “James A.F. Stoner (2006:Organisasi.org) Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. “Hasibuan S.P. Malayu (2007:1) 2.1.1 Prinsip manajemen Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ berubah. Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari: 1. Pembagian kerja (division of work) 2. Wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility) 3. Disiplin (discipline) 4. Kesatuan perintah (unity of command) 5. Kesatuan pengarahan (unity of direction) 6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri 7. Pembayaran upah yang adil (remuneration) 8. Pemusatan (centralisation) 9. Hirarki (hierarchy) 10. Tata tertib (order) 11. Keadilan (equity) 12. Stabilitas kondisi karyawan (stability of tenure of personnel) 13. Inisiatif (Inisiative) 14. Semangat kesatuan (esprits de corps) Manajemen adalah proses pencapaian tujuan melalui kerja orang lain. Dengan demikian berarti dalam manajemen terdapat minimal 4 (empat) ciri, yaitu: 1. Ada tujuan yang hendak dicapai 3. Ada yang dipimpin (bawahan) 2. Ada pemimpin (atasan) 4. Ada kerja sama 2.1.2. Fungsi manajemen Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi tiga, yaitu: 1. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan. 2. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan mana keputusan harus diambil. 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar 3. semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha. 2.1.3 Sarana manajemen Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana (tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money, materials, machines, method, dan markets 2.1.4 Etika manajerial Etika manajerial adalah standar prilaku yang memandu manajer dalam pekerjaan mereka. Ada tiga kategori klasifikasi menurut Ricky W. Griffin (2009). Perilaku terhadap karyawan, Perilaku terhadap organisasi, Perilaku terhadap agen ekonomi lainnya 2.2 Pengertian Pemasaran Pemasaran mengandung arti luas karena membahas mengenai masalah yang terdapat dalam perusahaan dan hubungannya dengan perdagangan barang dan jasa. 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Menurut Kotler & Keller (2012 : 27) : Marketing is about identifying and meeting human and social needs. (Pemasaran adalah tentang bagaimana mengidentifikasi dan memenuhi keinginan manusia). Menurut Kotler & Keller (2012 : 41) : The holistic marketing concept is based on the development, design, and implementation of marketing programs, processes, and activities that recognize their breadth interdependencies. Holistic marketing acknowledges that everything matters in marketing—and that a broad, integrated perspective is often necessary. (Konsep pemasaran holistik didasarkan pada pengembangan, desain, dan implementasi program pemasaran, proses, dan aktivitas yang menggambarkan hubungan saling ketergantungan. Pemasaran holistik menjelaskan bahwa semua hal penting dalam pemasaran dan perspektif yang luas dan terpadu sering diperlukan). 13 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Sumber : Kotler & Keller (2012 : 41) Gambar 2.1 (Holistic Marketing Dimensions) 2.2.1 Orientasi Pemasaran Holistik dan Nilai Pelanggan Menurut Kotler & Keller (2012 : 58) : One view of holistic marketing sees it as “integrating the value exploration, value creation, and value delivery activities with the purpose of building longterm, mutually satisfying relationships coprosperity among key stakeholder”. Holistic marketers thus succeed by managing a superior value chain that delivers a high level of product quality, service, and speed. They achieve profitable growth by expanding customer share, building customer loyalty, and capturing customer lifetime value. Holistic marketers address three key management questions : (Salah satu pandangan pemasaran holistik yaitu "mengintegrasikan eksplorasi nilai, penciptaan nilai, dan aktivitas nilai pengiriman dengan tujuan membangun jangka panjang, hubungan kemitraan saling menguntungkan di antara stakeholder 14 http://digilib.mercubuana.ac.id/ utama". Pemasar holistik dapat berhasil dengan mengelola rangkaian nilai unggul yang memberikan kualitas produk tingkat tinggi, pelayanan, dan kecepatan. Pemasar holistik mencapai pertumbuhan keuntungan dengan memperluas customer share, membangun loyalitas pelanggan, dan menangkap seumur hidup nilai pelanggan. 2.2.2 Pengertian Manajemen Pemasaran Manajemen pemasaran merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan yang ditujukan untuk mengatur proses pertukaran. Menurut Kotler & Keller (2012 : 27) : Marketing Management as the art and science of choosing target markets and getting, keeping, and growing customers trough creating, delivering, and communicating superior customer value. (Manajemen Pemasaran adalah seni dan ilmu di dalam memilih pasar sasaran serta meraih, mempertahankan, dan menumbuhkan pelanggan melalui penciptaan, penghantaran, dan pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul). 2.2.3 Bauran Pemasaran Tugas pemasar adalah merencanakan aktivitas-aktivitas pemasaran dan membentuk program pemasaran yang terintegrasi penuh untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menghantarkan nilai kepada pelanggan. 15 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Menurut Kotler & Keller (2012 : 47 – 48) : Komponen 4 P Bauran Pemasaran (The Four „P‟Components of the Marketing Mix). a. Product : Product variety, Quality, Design, Features, Brand name, Packaging, Sizes, Services, Warranties, and Returns. (Variasi produk, Kualitas, Desain, Fitur, Nama merek, Kemasan, Ukuran, Pelayanan, Jaminan, dan Pengembalian). b. Price : List price, Discounts, Allowances, Payment period, and Credit terms. (Daftar harga, Diskon, Tunjangan, Periode pembayaran, dan Ketentuan kredit). c. Place : Channels, Coverage, Assortments, Locations, Inventory, and Transport. (Saluran distribusi, Sebaran pelanggan dalam suatu wilayah, Aneka pelanggan, Lokasi, Persediaan, dan Pengiriman). d. Promotion : Sales promotion, Advertising, Sales force, Public relations, and Direct marketing. (Promosi penjualan, Periklanan, Tenaga penjual, Hubungan masyarakat, dan Pemasaran langsung). 2.3 Promosi Penjualan 2.3.1 Pengertian Promosi Penjualan Dalam melakukan promosi penjualan, produsen harus dapat mengemas suatu tawaran seperti potongan harga, hadiah, undian, dan lain-lain yang dianggap menarik minat beli konsumen. Selain itu produsen juga dapat malakukan promosi penjualan dengan mengadakan kegiatan seperti: pameran, hiburan, demonstrasi produk dan sebagainya yang dapat ditawarkan. 16 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Adapun definisi promosi penjualan sebagaimana dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu sebagai berikut: Menurut, Djaslim Saladin (2003:195) Promosi penjualan terdiri dari atas alat insentif yang beraneka ragam, kebanyakan untuk jangka pendek, yang didalamnya terdapat display, show, eksposition, demonstration, hadiah, korting, jual obral. Yang di rancang untuk merangsang pembelian produk tertentu lebih cepat dan lebih kuat oleh konsumen atau pedagang. Menurut Cummins & Mullin (2004) : Promosi penjualan adalah kulminasi dari suatu proses. Proses diawali dengan visi pemilik bisnis atau pemimpin organisasi. Biasanya visi diterjemahkan ke dalam sasaran bisnis, yang secara langsung atau tidak langsung pada pemasaran. Sasaran pemasaran diturunkan dari sasaran bisnis. Setelah mempertimbangkan berbagai alternatif, maka bisa ditentukan „bauran pemasaran‟ untuk mencapai sasaran pemasaran tersebut. Setiap aktivitas pemasaran memiliki faktor penentu keberhasilan yang sering disebut sebagai Key Performance Indicators, yang bermanfaat untuk mengukur keberhasilan dan pencapaian sasaran. Dalam kampanye pemasaran yang merupakan bagian dari aktifitas pemasaran, terdapat sasaran promosi penjualan. Promosi penjualan bisa berbentuk nilai atau pun harga. Kedua bentuk promosi penjualan tersebut bertujuan untuk menyenangkan dan memberi sesuatu oleh konsumen dianggap memberi manfaat. Untuk mengurangi resiko kegagalan, 17 http://digilib.mercubuana.ac.id/ promosi penjualan hatus dibuat rencananya dan mencatat efektifitasnya dari waktu ke waktu. Promosi penjualan sangat baik sebagai penguat merek. Promosi penjualan merupakan alat yang menawarkan insentif pada pembeli dan terdiri atas: 1. Promosi konsumen, seperti: sampel, kupon, penawaran uang kembali, pengurangan harga, hadiah, premi, kontes, peragaan, dan stker. 2. Promosi dagang, seperti: jaminan pembelian, hadiah barang iklan bersama, kerjasama iklan dan pemanjangan, pengembalian uang, kontes penjualan para penyalur. 3. Promosi wiraniaga, seperti: pemberian bonus, kontes dan kereta penjualan. Jadi dapat disimpulkan promosi penjualan merupakan salah satu kegiatan promosi untuk merangsang dan mempengaruhi konsumen secara langsung agar dapat tanggapan secara langsung. Rangsangan yang diberikan kepada pelaksanaan promosi penjualan bersifat jangka pendek dan tidak bersifat rutin, khususnya untuk mendorong penjualan yang sedang menurun. Bila iklan menawarkan alasan untuk membeli, promosi penjualan menawarkan insentif untuk membeli. Promosi penjualan mencakup kiat untuk: 1. Promosi Konsumen, misalnya: sample, kupon, penawaran pengembalian Uang/ diskon 18 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2. Promosi Perdagangan, misalnya: diskon, tunjangan iklan dan barang gratis. 3. Promosi Bisnis dan Wiraniaga, misalnya: pameran, kontes dan iklan khusus. a. Menentukan Tujuan Promosi Penjualan Tujuan umum: Bersumber pada tujuan komunikasi pemasaran, untuk mempercepat respons pasar yang di targetkan. Tujuan Khusus: 1. Bagi konsumen (consumer promotion) : untuk mendorong konsumen lebih banyak menggunakan produk, membeli produk dalam unit besar, mencoba merek yang di promosikan, dan untuk menarik pembeli dari merek pesaing kepada merek produk yang di promosikan. 2. Bagi pengecer (trade promotion) : untuk membujuk para pengecer agar menjual produk baru, menimbulkan lebih banyak persediaan barang, meningkatkan pembelian ketika sedang tidak musim, mengimbangi promosi para pesaing, membuat pengecer agar setia pada barang yang di promosikan, dan memperoleh jalur pengeceran baru. 3. Bagi Wiraniaga (sales force promotion) : untuk mendukung atas produk atau model baru, dan mendorong penjualan di musim sepi. 19 http://digilib.mercubuana.ac.id/ b. Menyeleksi Alat-alat Promosi dalam mempergunakan alat-alat promosi penjualan, kita harus memperhitungkan jenis pasar, tujuan promosi keadaan pesaing, dan efektivitas biaya untuk stiap alat. Secara garis besarnya ada tiga macam alat promosi penjualan, yaitu: 1. Alat promosi konsumen (consumer-promotion tools) alat promosi ini terdiri atas: a). Contoh (samples): merupakan tawaran produk gratis atau perencanaan produk gratis kepada konsumen, dengan harapan mereka menyukai produk tersebut sehingga melakukan pembelian ulang. b). Kupon (coupons): semacam sertifikat yang memberi hak kepada pemegangnya sehingga bisa menghemat pembelian produk. c). Tawaran uang kembali (cash refund Offers): mirip kupon, akan tetapi harga yang diberikan akan di kurangi setelah transaksi pembelian di tokotoko pengecer. d). Kemasan harga (Price pack): merupakan potongan harga yang lebih rendah dari harga biasa kepada konsumen yang di cantumkan pada label atau pembungkus. Ada yang berupa kemasan yang di jual dengan potongan harga (a reduced price packs), misalnya dua buah untuk harga satu. Ada pula berupa sebuah kemasan gabungan (a banded packs), yaitu 20 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dua produk yang berhubungan digabungkan bersama, misalnya, sikat gigi di gabung dengan pasta gigi. e). Premi (premiums): barang dagangan yang di tawarkan dengan harga sangat rendah bahkan gratis sebagai suatu insentif jika orang membeli produk tersebut. f). Hadiah (Prize) : menawarkan kesempatan untuk memperoleh uang tunai, berwisata ke suatu tempat, atau memperoleh suatu barang tertentu sebagai imbalan atas pembeliannya. g). Imbalan kesetiaan (patronage award) : hadiah dalam bentuk uang tunai dalam bentuk lain yang sebanding dengan besarnya kesetiaan pembeli kepada penjual atau kelompok penjual tertentu. h). Uji coba gratis (free trials) : suatu cara dengan mengundang para pembeli pada suatu ketika tanpa membayar (gratis). i). Jaminan garansi produk (product guarante) : pembelian garansi untuk beberapa waktu bagi pembeli yang membeli produknya. j). Promosi gabungan (tie-in promotion) : suatu gabungan antara dua atau lebih perusahaan dengan menyelenggarakan suatu pameran atau peragaan, dengan memberikan kupon atau pembayaran uang kembali (refounds). 21 http://digilib.mercubuana.ac.id/ k). Demonstrasi dan peragaan di tempat pembelian (point of purchase display and demonstration) : pameran atau peragaan yang di langsungkan di tempat pebelian atas penjualan. 2. Alat-alat promosi dagang (trade Promotioon tools) Promosi dagang bertujuan untuk: a. Membujuk pengecer dan grosir penjual merek yang di produksi. b. Membujuk pengecer atau grosir membeli lebih banyak dari pada biasanya. c. Membangkitkan semangat pengecer untuk mempromosikan merek lewat penonjolan ciri, alat pajangan, dan potongan harga. d. Merangsang pengecer dan para pembantunya untuk mendorong penjualan produk Adapun alat-alat yang di gunakan, yaitu: a). Harga di luar waktu (price off), yaitu potongan harga langsung dari daftar harga bagi pembelian selama jangka waktu tertentu yang telah di sepakati sebelumnya. b). Tunjangan iklan (allowance), yaitu memberikan kompensasi kepada penyalur untuk mengiklankan produk pabrik. c). Barang gratis (free goods), yaitu memberi timbangan barang kepada para perantara, apabila mereka membeli sejumlah tertentu. 22 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3. Alat promosi bisnis (business promotion tools) Alat promosi bisnis terdiri dari: a. Konvensi dan pameran dagang (trade show and conventations), para pengusaha industri mengadakan konvensi tahunan. Pada umunya berupa paneran dagang dengan memajangkan hasil industri masing-masing. b. Kontes-kontes penjualan (sales Contests) Kontes yang melibatkan para penyalur dan wiraniaga untuk membujuk mereka melipat gandakan usaha penjualannya selama waktu tertentu. c. Pengembangan program Promosi Penjualan Keputusan-keputusan dalam pengembangan program promosi penjualan, yaitu: 1. Besarnya insentif (the size of the incentive), yaitu menentukan insentif yang di berikan, biasanya di tentukan minimumnya. 2. Syarat-syarat partisipasi (conditions of participations), yaitu menentukan syarat-syarat pemberian insentif. 3. Waktu promosi (duration of promotion), yaitu menentukan jangka waktu pelaksanaan promosi, biasanya lebih baik di programkan untuk jangka panjang. 4. Wahana distribusi untuk promosi (distribution vecible), yaitu menentukan cara promosi dan pendistribusiannya. 23 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 5. Saat-saat promosi (the timing Of promotion), yaitu menentukan jadwal pelaksanaan promosi dan pendisribusian. 6. Total anggaran promosi penjulan (the total sales promotion budget), yaitu menentukan besarnya anggaran promosi yang di perlukan. d. Pengujian pendahuluan atas program promosi penjualan Keputusan mengenai tes pengujian pendahuluan promosi penjualan dapat di lakukan dengan menyusun berbagai peringkat promosi, atau di lakukan di daerah tertentu yang luasnya terbatas. e. Pelaksanaan dan Pengendalian Program Promosi Penjualan Dalam pelaksanaannya harus memperhitungkan waktu persiapan (lead time) dan waktu penjualan (sell-off time). Waktu persiapan, yaitu mulai sejak persiapan program sampai program di luncurkan, waktu penjualan, yaitu mulai saat barang di keluarkan sampai pada barang tersebut di tangan konsumen. f. Mengevaluasi Hasil Promosi Penjualan Ada beberapa metode untuk mengevaluasi hasil promosi penjualan antara lain: 1. Membandingkan penjualan sebelum, sewaktu dan sesudah promosi. 2. Percobaan mengenai berbagai macam hal, misalnya nilai insentif, jangka waktu, dan media distribusinya. 24 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.3.2 Tujuan Promosi Penjualan Aktivitas promosi penjualan yang dilakukan oleh perusahaan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan penjualan, baik unit maupun mereknya. Tujuan tersebut harus berdasarkan kepada konsep dasarnya, yaitu program promosi penjualan. Ini merupakan suatu strategi pemasaran yang dilaksanakan perusahaan, karena pengaruh yang paling utama dari promosi penjualan adalah mendorong konsumen atau distributor melakukan pembelian. Menurut Fandi Tjiptono (2005 : 218), tujuan promosi penjualan dapat direalisasikan sebagai berikut: 1. Meningkatkan permintaan dari para pemakai industrial dan konsumen akhir. 2. Meningkatkan kinerja pemasaran sementara. 3. Mendukung dan mengkoordinasikan kegiatan personal selling. Promosi penjualan yang dilakukan oleh penjual dapat dikelompokan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, yaitu: 1. Customer Promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk merangsang pelanggan untuk membeli. 2. Trade Promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk mendorong pedagang grosir, pengecer, eksportir dan importir. 3. Sales force Promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk memotipasi armada penjual. 25 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4. Business Promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk memperoleh produk baru. 2.4 Promosi Perdagangan (Trade Promotion) Tingginya tingkat persaingan di dunia bisnis dan sulitnya perusahaan mendapatkan tempat atau rak yang strategis untuk mempromosikan produknya membuat mereka menerapkan strategi promosi berupa promosi perdagangan. Promosi perdagangan merupakan bentuk promosi yang ditujukan kepada pelanggan , dimana pelanggan yang dimaksudkan disini adalah toko dan juga peritel atau pengecer. Penerapan promosi penjualan perdagangan yang akan dapat meningkatkan volume penjualan, dimana volume penjualan tersebut merupakan jumlah produk barang dan jasa yang dijual oleh perusahaan sesuai dengan target dan cara-cara tertentu termasuk dengan cara promosi. Munculnya perusahaan-perusahaan saingan yang memproduksi barang dan jasa dengan berbagai keunggulan yang ditawarkan di pasar membuat suatu perusahaan tidak bisa tinggal diam menyaksikan barang dan jasanya hilang di pasar karena para konsumen dan pedagang beralih ke barang dan jasa pesaing. Untuk menghindari hal buruk tersebut, maka suatu perusahaan yang menghasilkan produk berupa barang dan jasa harus benar-benar memperhatikan concept promotion terlebih dalam promosi yang ditujukan langsung kepada pedagang atau yang disebut dengan promosi dagang. Keputusan perusahaan dalam menggunakan promosi yang berorientasi kepada pelanggan disebabkan 26 http://digilib.mercubuana.ac.id/ karena semakin banyaknya bermunculan pedagang-pedagang baru dan juga pengecer atau peritel modern seperti supermarket, hypermarket dan sebagainya. Posisi peritel atau pengecer saat ini semakin kuat sementara itu, produsen semakin melemah, hal ini dibuktikan dari banyaknya syarat-syarat dagang yang ditentukan oleh para pemilik toko dan juga supermarket dalam menempatkan sebuah produk dari perusahaan. Aruman (2008:22) berpendapat bahwa: “semua produsen mengincar untuk mendapatkan posisi rak yang strategis”. Sedangkan menurut, Andi. F (2008:3) menyebutkan bahwa: “kenaikan penjualan (incremental sales) karena pengaruh promosi perdagangan (Trade Promotion) ditemukan tertinggi terhadap suatu merek yang dijual di sebuah toko, diikuti mass merchandiser atau produk yang dijual di dalam sebuah gerai”. Keinginan produsen untuk merebut rak yang berada di pasar yang kompetitif merupakan suatu hal yang jamak, salah satu penyebabnya adalah karena ruang rak yang tersedia juga semakin langka. Oleh karena itu, untuk mendapatkan produknya di rak-rak yang strategis produsen menawarkan potongan harga, penurunan harga, hadiah, tunjangan-tunjangan yang diberikan kepada pemilik toko dan peritel, dan pengadaaan kontes, hingga pemberian barang-barang gratis. 27 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Hal yang tersebut terjadi pada produsen minuman jus Buavita. Persaingan yang ketat didalam memasarkan produk minuman jus Buavita mengakibatkan adanya antisipasi yang tepat untuk meraih keuntungan dan juga mendapatkan pelanggan guna memberikan rak yang strategis terhadap produk minuman jus Buavita. Bagi produsen penerapan promosi dengan cara Trade Promotion atau promosi perdagangan yang ditujukan kepada pelanggan, pelanggan disini mencakup agen minuman, minimarket perkantoran, minimarket luar perkantoran, koperasi, pemilik tempat wisata, pemilik restoran, dan juga toko-toko grosir yang dianggap lebih efektif meskipun biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit. Adapun contoh trade promotion yang biasa dilakukan, misalnya : pemberian diskon kepada para pemilik toko ataupun peritel. Penggunaan trade promotion yang tepat dapat meningkatkan volume penjualan. Volume penjualan yaitu jumlah produk (barang dan jasa) yang mampu dijual oleh perusahaan sesuai dengan target yang telah ditentukan dengan cara-cara tertentu, termasuk dengan cara promosi. Setiap perusahaan selalu berusaha meningkatkan volume penjualannya. Oleh karena itu trade promotion harus benar-benar dilakukan. Menurut: Lamb Charles W. Hair Joseph F. Mc Daniel Carl ( 2007: 2 Jil,: 26) Promosi perdagangan menjadi popular di antara pabrikan karena beberapa alasan yaitu, alat promosi penjualan membantu para pabrikan mendapatkan distributor baru bagi produk mereka, mendapatkan dukungan dari para distributor 28 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dan pengecer bagi promosi penjualan konsumen, membangun atau mengurangi persediaan, meningkatkan kunjungan konsumen ke toko, dan meningkatkan hubungan perdagangan. 2.5 Citra Merek Citra merek adalah apa yang konsumen pikir atau rasakan ketika mereka mendengar atau melihat nama suatu merek atau pada intinya apa yang konsumen telah pelajari tentang merek. Citra merek disebut juga memori merek yang skematik, berisi interpretasi pasar sasaran tentang atribut/karakteristik produk, manfaat produk, situasi penggunaan dan karakteristik manufaktur/pemasar. 2.5.1 Pengertian Citra Merek Kadang kita tidak dapat membedakan sesuatu secara jelas antara identitas dan citra. Untuk membedakannya, maka akan kita lihat pengertian masing-masing menurut Kotler (2007:259): Identitas adalah berbagai cara yang diarahkan perusahaan untuk mengidentifikasikan dirinya atau memposisikan produknya”. Sedangkan citra yaitu : ”Citra adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya”. Maka jelas jika, ”Citra merek adalah bagaimana suatu merek mempengaruhi persepsi, pandangan masyarakat atau konsumen terhadap perusahaan atau produknya. 29 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Pengertian Citra Merek (Keller, 2003:166) bahwa : 1. Anggapan tentang merek yang direfleksikan konsumen yang berpegang pada ingatan konsumen. 2. Cara orang berpikir tentang sebuah merek secara abstrak dalam pemikiran mereka, sekalipun pada saat mereka memikirkannya, mereka tidak berhadapan langsung dengan produk. Elemen-elemen dari merek (Kotler) adalah: nama, logo, symbol, desain, slogan, dan kemasan. Beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pemilihan elemen merek : 1. Mudah diingat, artinya elemen merek yang dipilih hendaknya yang mudah diingat, dan disebut/ucapkan. Simbol, logo, nama yang digunakan hendaknya menarik, unik sehingga menarik perhatian masyarakat untuk diingat dan dikonsumsi. 2. Memilih makna, artinya elemen merek hendaknya mengandung sebuah makna maupun penjelasan/deskripsi dari produk. Diharapkan makna ini dapat mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut. Deskripsi makna yang terkandung dapat berupa : a. informasi umum tentang kategori dan isi dari produk b. informasi tentang komposisi penting yang ditonjolkan produk dan manfaat dari produk. 30 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3. Menarik dan lucu, artinya pendekatan lain untuk menarik perhatian konsumen adalah dengan variasi elemen merek yang unik, lucu, pemilihan elemen yang kaya akan visualisasi dan imajinasi. Dalam hal ini yang ditonjolkan adalah desain yang menarik dan lucu. Sebuah merek membutuhkan citra untuk mengkomunikasikan kepada khalayak dalam hal ini pasar sasarannya tentang nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Bagi perusahaan citra berarti persepsi masyarakat terhadap jati diri perusahaan. Citra merek menjadi salah satu pegangan bagi konsumen dalam mengambil keputusan penting. Membangun Citra merek yang positif dapat dicapai dengan program marketing yang kuat terhadap produk tersebut, yang unik dan memiliki kelebihan yang ditonjolkan, yang membedakannya dengan produk lain. 2.5.2 Hubungan Citra Merek dengan Keputusan Pembelian Wicaksono (2007), mengemukakan pentingnya pengembangan citra merek dalam keputusan pembelian. Citra merek yang dikelola dengan baik akan menghasilkan konsekuensi yang positif, meliputi: a. Meningkatkan pemahaman terhadap aspek-aspek perilaku konsumen dalam mengambil keputusan pembelian. b. Memperkaya orientasi konsumsi terhadap hal-hal yang bersifat simbolis lebih dari fungsi-fungsi produk. 31 http://digilib.mercubuana.ac.id/ c. Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk. d. Meningkatkan keunggulan bersaing berkelanjutan, mengingat inovasi teknologi sangat mudah untuk ditiru oleh pesaing. Menciptakan kesan menjadi salah satu karakteristik dasar dalam orientasi pemasaran modern yaitu lewat pemberian perhatian lebih serta penciptaan merek yang kuat. Implikasi dari hal tersebut menjadikan merek suatu produk menciptakan citra dari produk itu sendiri di benak pikiran konsumen dan menjadikan motivasi dasar bagi konsumen dalam memilih suatu produk (Aaker dalam Vranesic, 2003). 2.6 Pengertian Keputusan Pembelian Teori AIDA (Tjetjep Djatnika, 2007) mendalilkan bahwa pengambilan keputusan pembelian adalah suatu proses psikologis yang dilalui oleh konsumen atau pembeli, prosesnya yang diawali dengan tahap menaruh perhatian (attention) terhadap barang atau jasa yang kemudian jika berkesan dia akan melangkah ke tahap ketertarikan (interest) untuk mengetahui lebih jauh tentang keistimewaan produk atau jasa tersebut yang jika intensitas ketertarikannya kuat berlanjut ke tahap berhasrat/ berminat (desire) karena barang atau jasa yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan-nya. Jika hasrat dan minatnya begitu kuat baik karena dorongan dari dalam atau rangsangan persuasif dari luar maka konsumen atau pembeli tersebut akan mengambil keputusan membeli (action to buy) barang atau jasa yang ditawarkan. 32 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Menurut Kotler & Armstrong (2008 : 179 – 181) tahap-tahap yang dilewati pembeli untuk mencapai keputusan membeli melewati lima tahap, yaitu : a. Pengenalan masalah b. Pencarian informasi c. Evaluasi alternatif d. Keputusan pembelian e. Tingkah laku pasca pembelian Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut : a. Pengenalan masalah Proses membeli dimulai dengan pengenalan masalah dimana pembeli mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan. b. Pencarian informasi Seorang konsumen yang sudah terkait mungkin mencari lebih banyak informasi tetapi mungkin juga tidak. Pengaruh relatif dari sumber informasi ini bervariasi menurut produk dan pembeli. Pada umumnya, konsumen menerima sebagian besar informasi mengenai suatu produk dari sumber komersial, yang dikendalikan oleh pemasar. Akan tetapi, sumber paling efektif cenderung sumber pribadi. Sumber pribadi tampaknya bahkan lebih penting dalam mempengaruhi pembelian jasa. Sumber komersial biasanya memberitahu pembeli, tetapi sumber pribadi membenarkan atau mengevaluasi produk bagi pembeli. 33 http://digilib.mercubuana.ac.id/ c. Evaluasi alternatif Tahap dari proses keputusan membeli, yaitu ketika konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternatif dalam perangkat pilihan. Pertama, kita menganggap bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai kumpulan atribut produk. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat arti penting berbeda terhadap atribut berbeda menurut kebutuhan dan keinginan unik masing-masing. Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan satu himpunan keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap merek. Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi pada tingkat atribut yang berbeda. Kelima, konsumen sampai pada sikap terhadap merek berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi. d. Keputusan membeli Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat peringkat merek dan membentuk niat untuk membeli. Pada umumnya, keputusan membeli konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli. e. Tingkah laku pasca pembelian Tahap dari proses keputusan pembeli, yaitu konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas. Yang menentukan pembeli merasa puas atau tidak puas dengan suatu pembelian terletak pada hubungan antara harapan konsumen dengan prestasi yang diterima dari produk. 34 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.7 Perilaku Konsumen Industri 2.7.1 Model Perilaku Pembelian Industri. Menurut Basu Swastha dan Tani Handoko (2012:50) bahwa setiap perusahaan merupakan pembeli (pembeli untuk material, peralatan dan lain sebagainya). Perusahaan yang menghasilkan barang industri akan selalu berusaha mengembangkan kesadaran tentang penawaran produk mereka dan menimbulkan sikap yang menguntungkan pada pembeli industri. Perusahaan harus dapat memanfaatkan keuntungan atau kesempatan yang ada dengan menawarkan kombinasi dari kualitas, servis, dan harga yang dianggap sebagai keputusan terbaik bagi pembeli. Berhasilnya pemasaran industri sering tergantung pada masalah seberapa jau penjual dapat memahami proses pembelian, temasuk: a. Identifikasi wewenang dalam pembelian. b. Penyusuanan kriteia keputusan. c. Penyusuanan prosedur untukevaluasi dan pemilihan supplier (peneydia). Proses pembelian industri jauh lebih kompleks dari pada keputusan pembelian yang di buat oleh konsumen. Biasanya terdapat sejumlah individu dalam perusahaan yang ikut mengambil keputusan membeli. Selain itu, pentingnya faktor teknis pada barang industri juga menambah kompleksitas proses pembeiannya. Dengan adanyakedua faktor tersebut (banyaknya individu yang terlibat dan faktor teknis barang industri) menyebabkan semakin lama keputusan untuk membeli diambil. Menurut Howard Sheth (2006:18), model umum proses pembelian industri bermula dari beberapa partisipan (yaitu: pembeli, ahli teknik, pemakai) yang 35 http://digilib.mercubuana.ac.id/ memiliki tingkah laku tersendiri seperti halnya model howard-sheth untuk perilaku pembelian konsumen, tindakan-tindakan pembeli sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti: 1. Pendidikan mereka 2. Corak kehidupan mereka 3. Orientasi mereka 4. Dan keputusan terhadap pembelian seelumnya. Dalam model perilaku pembelian industri, sumber informasinya sudah tertentu seperti: salesman, catalog, pameran dagang, surat pos dan sebagainya. Tahap berikutnya dari model tersebut adalah identifikasi keadaan yang memerlukan adanya keputusan bersama diantara partisipan. Keputusan ini terutama berkaitan dengan produk seperti: syarat pengiriman, besarnya organisasi perusahaan, dan sentralisasi organisasi.adapun titik berat dari model ini adalah pada proses pengambilan keputusan bersama. Disitu terdapat suatu anggapan bahwa pemilihan supplier merupakan keputusan yang rasional dan pengambilannya harus sistematis. Kadang-kadang proses pengambilan keputusan perusahaan juga di pengaruhi oleh factor-faktor eksternal seperti: tingkat harga, resesi, merger, perdagangan luar negeri dan lain sebagainya. Motif utama pembuatan model perilaku keputusan pembelian baik konsumen maupun pembelian industri adalah memahami proses keputusan tersebut. Webster & wind ( kotler, 2007) merumuskan pembelian industri sebagai proses pengambilan keputusan yang digunakan oleh organisasi formal dalam menetapkan kebutuhan dan pengadaan barang dan jasa. Dalam proses pembelian 36 http://digilib.mercubuana.ac.id/ ini dilakukan proses mengidentifikasi, menilai, dan memilih berbagai laternatif merek dan supplier untuk memudahkan pengadaan barang dan jasa. 2.7.2 Proses pembelian industri. Menurut Basu swastha dan Tani handoko (2012:110), banyak yang berpikir bahwa pembelian industri itu berbeda dengan pembelian konsumen, tetapi sebenarnya tidak demikian pembelian konsumen mirip dengan situasi maupun proses pembelian konsumen. Dalam pasar industri terdapat tiga macam situasi pembelian seperti dalam pasar konsumen, yaitu; 1. Tugas baru. Tugas baru akan terjadi bilamana perusahaan baru pertama kali melakukan pembelian suatu produk untuk kebutuhan. Secara relative, situasi pembelian yang pertama ini merupakan situasi pembelian yang paling sulit dan kompleks di banding dengan yang lain. Dalam hal ini pembeli lebih banyak memerlukan informasi karena baru pertama kali membeli. Apabila informasi yang diperlukan diperoleh langsung dari penjual, maka akan dengan mudah penjual mempengaruhinya. Pembelian pada situasi tugas baru ini sangat penting karena haru menentukan spesifikasi produk yang akan dibeli dan supliernya. 2. Pembelian Ulang. Pembelian ulang merupakan pembelian yang pernah dilakukan oleh pembeli terhadap suatu produk yang sama., dan akan membeli untuk kedua kali atau ketiga kalinya. Situasi kedua ini berada diantara situsi pertama dan ketiga dalam hal 37 http://digilib.mercubuana.ac.id/ waktu yag dibutuhkan untuk mengambil keputusan, informasi yang diperlukan, berbagai alternative yang harus dipertimbangkan, dan sebagainya. Keputusan yang diambildalam situasi kedua ini relative lebih mudah dari pada situasi pertama. Demikian pula informasi yang dibutuhkan tidak sebanyak informasi pada situasi pertama. 3. Pembelian Rutin/Terus-menerus Pembelian rutin merupakan situasi pembelian dimana pembeli sudah pernah berkali-kali melakukan pembelian yang sama. Dalam situai ini pembeli tidaj memerlukan banyak informasi, dan pengambilan keuptusan juga lebih mudah karena sudah merupakan tugas yang rutin. Bahkan kadang-kadang tidak memikirkan lagi masalah supplier. Bagi perusahaan yang sudah lama beroperasi, situsi inilah yang banyak dilakukan. Jika ditinjau dari segi lamanya waktu yang diperlukan dalam proses pembelian, situasi ketiga jauh lebih pendek dari situasi pertama. Sedangkan menurut Budiarto Subroto (2011, 28) proses pembelian isndustri, antara lain: 1. Proses keputusan pembelian yang dilakukan konsumen industri lebih sering dilakukan sebagai keputusan kelompok dengan melibatkan lebih banyak orang atau fungsi dengan tugas yeng berbeda dalam pembelian. Pihak-pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut memiliki tanggung jawab pada organisasi masing-masing. 2. Proses pembelian industri mempunyai kompleksitas teknis yang besar 38 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3. Ada ketergantungan pembeli terhadap penjual terutama setelah terjadinya pembelian seperti pemasangan, pelatihan, pemeliharaan, perbaikan dan garansi. 4. Pembeli industri lebih menyukai mendengarkan penjelasan (presentasi) secara langsung dari sales tentang desain dan spesifikasi teknis produk, dibandingkan melalui iklan yang banyak dilakukan pemasar produk konsumsi. 5. Pembeli industri memerlukan dua keputusan utama yaitu pemilihan supplier dan pemilihan produk. Keduanya sering disatukan, tetapi dengan menggunakan kriteria yang berbeda, misalnya kriteria dalam memilih pemasok didasarkan pada kemampuan penyerahan/pengiriman secara teratur, pelayanan, dan kehandalan penjual yang dapat dipercaya; kriteria terhadap produk antara lain adalah kualitas spesifikasi dan harga. 6. Pada pembelian produk industri, pembelian didasarkan atas permintaan/pesanan produk akhirnya (konsumsi), sehingga permintaan produk akhirnya (konsumsi) tersebut akan berkaitan dengan pembelian produk industri seperti bahan mentah, peralatan, jasa dan produk industri lainnya. pendekatan untuk menilai dan membeli produk. Pendekatan tersebut adalah inspeksi, sampling, deskripsi dan kontrak perjanjian. 2.7.3 Metode dan keputusan pembelian industri. Beberapa perusahaan menggunakan metode penilain produk dan penjual yang berbeda-beda dalam rencana pembeliannya. Oleh karena itu kesempatan dan cara untuk memasuki pasar bagi supplier juga berbeda-beda. Pembeli industri dapat menggunakan empat metode, yaitu : 39 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 1. Inspeksi Metode inspeksi digunakan utnuk produk-produk bukan standard dan memerlukan pengecekan. Dalam hal ini, masing-masing produk adalah berbeda seperti buah-buahan, sayur –mayur dan sebagainya. Untuk jenis produk seperti bangunan dan mobil, juga perlu diinspeksi. Produk tersebut sering dijual dalam pasar terbuka atau dengan cara lelang jika terdapat beberapa pembeli yang potensial. 2. Sampling Jika produk yang dibeli lebih bersifat standar (mungkin karena pengawasan kualitsanya yang sudah baik) maka pembelian dapat dilakukan dengan sampel (contoh barang). Tingkat harga umum yang mungkin ditentukan oleh factor permintaan dan penawaran, tetapi harga riil dapt terjadi menurut tingkat kualitas sampel tertentu. Jika sampel yang ditunjukan cukup baik, berarti ada anggapan bahwa semua produk yang ditawarkan juga baik. 3. Deskripsi Sekarang, banyak produk manufaktur maupun produk pertanian yang memerlukan pengawasan kualitas yang baik. Jika kualitas dapat dijamin tingkayannya, maka pembelian dengan dsekripsi ini dapat dilakukan (mempertimbangkan merek atau spesifikasi lain).adanya deskripsi ini dapat mengurangi ongkos pembelian karena tidak perlu dengan inspeksi dan sampling, sehigga dianggap lebih praktis. 40 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4. Kontrak perjanjian. Tiga metode pembelian yang telah disampaikan, berkaitan denga produk dan jasa yang harganya sudah pasti bisa ditawar. Biasanya, harga itu ditentukan untuk setiap pengiriman atau setiap pesanan., atau mungkin serangkain pengiriman terhadap pesanan yang sama. Kadang-kadang pembeli sudah mengetahui apa yang di butuhkan, tetapi tidak dapat menunjukannya secara tepat. Mungkin ia ingin mengubah spesifikasi yang diinginkan. Seperti dalam pembelian bangunan yang besar, sebelum bangunan tersebut selesai dikerjakan, pembeli menginginkan sedikit perubahan tanpa mengubah harga. Untuk kasus seperti ini lebih tepat menggunakan kontak perjanjian. Disini pembeli harus berusaha memilih kotraktor yang bersedia memberikan konsesi yang paling menguntungkan. Semua ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pemborosan dan kerugian-kerugian yang tidak diinginkan, Basu swastha dan tani handoko (2012:117) Budiarto Subroto (2011,38) tahap-tahap proses keputusan pembelian industri antara lain: 1. Mengetahui suatu masalah atau kebutuhan. 2. Menentukan spesifikasi atau karakteristik dan jumlah produk yang dibutuhkan. . 3. Membuat/mengembangkan spesifikasi atau deskripsi dari produk yang dibutuhkan. 4. Mencari supplier potensial dan berkualifikasi. 5. Meminta dan menganalisis proposal dari supplier. 6. Memilih pesanan yang akan secara rutin di lakukan. 7. Mengevaluasi kinerja supplier. 41 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 http://digilib.mercubuana.ac.id/