BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 19.0 diperoleh hasil analisa deskriptif, maka berikut di dalam tabel 4.1 akan disajikan karakteristik sampel yang digunakan di dalam penelitian ini yang meliputi: jumlah sampel (n), rata-rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai minimum, serta standar deviasi (σ) untuk masing-masing variabel. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation HS 36 95.0 71000.0 8264.000 14516.0362 AO 36 -2773.52 3491.05 237.1097 1160.92630 AP 36 -4881.24 4145.72 74.0822 1486.29853 LA 36 .52 14408.63 858.5386 2404.24082 SP 36 25.74 32.84 28.5742 1.80220 NB 36 11.27 30308.61 3619.7339 5776.95900 Valid N (listwise) 36 Sumber: Data sekunder yang diolah Harga Saham (HS) yang merupakan variabel dependen (Y) dengan mengacu pada harga saham penutupan pada tanggal pengumuman laporan keuangan. Dari sampel yang diperoleh diketahui bahwa secara umum rata- 32 33 rata tingkat HS tahun 2010 – 2012 adalah sebesar 8264,00 dengan tingkat HS tertinggi sebesar 71000,00 yang terjadi pada perusahaan Astra International pada tahun 2011 dan yang terendah 95,00 yang terjadi pada perusahaan Prima Allby Steel Universal pada tahun 2010. Tingkat penyimpangan standar (standar deviation) dari rata-rata sebesar 14516,03. Arus kas operasi (AO) yang merupakan variabel independen (X1), dalam kurun waktu 2010 – 2012 mempunyai nilai rata-rata sebesar 237,11. Nilai AO tertinggi sebesar 3491,05 terjadi pada perusahaan Indospring di tahun 2010 dan nilai terendah sebesar -2773,52 terjadi pada perusahaan Indomobil Sukses International pada tahun 2012. Tingkat penyimpangan standar (standar deviation) dari rata-rata sebesar 1160,92. Arus kas pendanaan (AP) yang merupakan variabel independen (X2), dalam kurun waktu 2010 – 2012 mempunyai nilai rata-rata sebesar 74,08. Nilai AP tertinggi sebesar 4145,72 terjadi pada perusahaan Indomobil Sukses International pada tahun 2012 dan nilai terendah sebesar -4881,24 terjadi pada perusahaan Indospring di tahun 2011. Tingkat penyimpangan standar (standar deviation) dari rata-rata sebesar 1486,29. Laba Akuntansi (LA) yang merupakan variabel independen (X3), dalam kurun waktu 2010 – 2012 mempunyai nilai rata-rata sebesar 858,53. Nilai LA tertinggi sebesar 14408,63 terjadi pada perusahaan Indospring pada tahun 2012 dan nilai terendah sebesar 0,52 terjadi pada perusahaan Multi 34 Strada Arah Sarana di tahun 2012. Tingkat penyimpangan standar (standar deviation) dari rata-rata sebesar 2404,24. Size Perusahaan (SP) yang merupakan variabel independen (X4), dalam kurun waktu 2010 – 2012 mempunyai nilai rata-rata sebesar 28,57. Nilai SP tertinggi sebesar 32,84 terjadi pada perusahaan Astra International pada tahun 2012 dan nilai terendah sebesar 25,74 terjadi pada perusahaan Multi Prima Sejahtera di tahun 2010. Tingkat penyimpangan standar (standar deviation) dari rata-rata sebesar 1,80. Nilai Buku Ekuitas (NB) yang merupakan variabel independen (X5), dalam kurun waktu 2010 – 2012 mempunyai nilai rata-rata sebesar 3619,74. Nilai NB tertinggi sebesar 30308,61 terjadi pada perusahaan Indospring pada tahun 2012 dan nilai terendah sebesar 11,27 terjadi pada perusahaan Goodyear Indonesia di tahun 2010. Tingkat penyimpangan standar (standar deviation) dari rata-rata sebesar 5776,96. B. Uji Asumsi Klasik Analisis ini dapat juga disebut sebagai uji prasyarat dari model regresi linier berganda yang akan diujikan. Model regresi yang baik harus menghasilkan estimator linier tidak bias yang terbaik (Best Linear Unbias Estimator/BLUE). Kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi, yang disebut dengan asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 35 a. Uji Normalitas Data Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, residu dari persamaan regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov. Alat uji ini biasa disebut dengan K-S yang tersedia dalam program SPSS. Kriteria yang digunakan dalam tes ini adalah dengan membandingkan antara tingkat signifikansi yang didapat dengan tingkat alpha yang digunakan, dimana data tersebut dikatakan berdistribusi normal bila sig > alpha. Berikut disajikan hasil dari Kolmogorov-Smirnov test dalam tabel 4.2: Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 36 a,b Normal Parameters Mean Std. Deviation .0000000 12120.0988179 8 Most Extreme Differences Absolute .186 Positive .186 Negative -.114 Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Data sekunder yang diolah 1.118 .164 36 Dari hasil pengujian normalitas, terlihat bahwa residual menyebar normal karena nilai sig = 0,164 > 0,05, sehingga asumsi normalitas terpenuhi. b. Uji Multikolinearitas Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai variance inflation factor (VIF) yang terdapat pada masing-masing variabel. Uji ini dilakukan untuk menunjukkan ada tidaknya korelasi yang besar diantara variabel bebas. Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini: Tabel 4.3 Hasil Uji Multikoliniearitas Coefficientsa Standardiz Unstandardized ed Collinearity Coefficients Coefficients Statistics Toleranc Model 1 B Std. Error (Consta nt) Beta - 38491.320 T Sig. -3.315 .002 e VIF 127593.81 4 AO 1.839 4.846 .147 .380 .707 .155 6.464 AP .566 3.688 .058 .153 .879 .163 6.135 LA -1.423 2.313 -.236 -.615 .543 .158 6.314 SP 4708.998 1320.236 .585 3.567 .001 .865 1.156 NB .565 .952 .225 .594 .557 .162 6.176 a. Dependent Variable: HS Sumber: Data sekunder yang diolah 37 Suatu model regresi dinyatakan bebas dari multikolinearitas jika mempunyai nilai Tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF di bawah 10. Uji ini dilakukan untuk menunjukkan ada tidaknya korelasi yang besar diantara variabel bebas. Dari tabel 4.3 di atas terlihat bahwa semua variabel bebas memiliki nilai Tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF jauh di bawah angka 10. Dengan demikian dalam model ini tidak ada masalah multikolinieritas. c. Uji Autokorelasi Dalam penelitian ini, uji autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai Durbin Watson. Cara mendeteksi apakah model yang digunakan mengalami gejala autokorelasi adalah dengan melihat nilai statistik Durbin Watson. Hasil dari nilai Durbin Watson dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini. Tabel 4.4 Hasil Uji Durbin-Watson Model Summaryb Change Statistics Std. Mo del 1 R a .550 R Adjusted Error of R F Squar R the Square Chang e Square Estimate Change e .303 .187 13091.2 029 a. Predictors: (Constant), NB, SP, AP, LA, AO b. Dependent Variable: HS Sumber : Data sekunder yang diolah .303 2.607 df1 df2 5 30 Sig. F Durbin- Change Watson .045 1.381 38 Berdasarkan hasil pengolah data diperoleh nilai Durbin Watson (D-W) sebesar 1.381. Sedangkan besarnya nilai DW-tabel dengan n = 36 dan k = 5 didapat angka dl (batas luar) = 1,175 dan du (batas dalam) = 1,799. Oleh karena itu 0 < d < du (0 < 1,381 < 1,799), maka dapat disimpukan tidak ada autokorelasi positif. d. Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat grafik scatterplot antara nilai residu variabel dependen SRESID dengan nilai prediksi variabel independen ZPRED. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Dimana Y adalah nilai residual dan X adalah nilai yang telah diprediksi. Adapun grafik scatterplot dalam uji heterokedastisitas dapat dilihat pada gambar berikut ini: 39 Gambar 4.1 Grafik Scatterplot Sumber: Data sekunder yang diolah Pada gambar tersebut dapat terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga model regresi layak dipakai. 40 C. Uji Hipotesis 1. Uji Simultan (Uji F) Hipotesis penelitian ini diuji dengan menggunakan uji F. Hasil uji akan digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Berdasarkan hasil output regresi dengan menggunakan software IBM SPSS Versi 19.0 yang dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini, maka dapat dilihat pengaruh simultan Arus kas oprasi (X1), Arus Kas Pendanaan (X2), Laba Akuntansi (X3), Size Perusahaan (X4) dan Nilai buku ekuitas (X5 ) terhadap Harga Saham (Y). Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji F ANOVAb Sum of Model 1 Squares df Mean Square Regression 2.234E9 5 4.467E8 Residual 5.141E9 30 1.714E8 Total 7.375E9 35 a. Predictors: (Constant), NB, SP, AP, LA, AO b. Dependent Variable: HS Sumber: Data sekunder yang diolah F 2.607 Sig. a .045 41 Dari tabel 4.5 di atas diperoleh nilai F hitung sebesar 2.607 sedangkan nilai signifikan F-nya adalah sebesar 0,045, yang artinya bahwa nilai signifikan F lebih kecil dari nilai α = 0,05. F tabel sebesar 2,534 yang artinya bahwa menggunakan tingkat kesalahan 5% ternyata F hitung > F tabel (2.607 > 2,534). Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, hipotesis yang menyatakan bahwa Arus kas oprasi (X1), Arus Kas Pendanaan (X2), Laba Akuntansi (X3), Size Perusahaan (X4) dan Nilai buku ekuitas (X5) berpengaruh secara simultan terhadap Harga saham (Y) dapat diterima. 2. Uji Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk menguji signifikansi variabel, yaitu untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh pada variabel dependen secara individual. Untuk menggunakan tabel t, perlu mengetahui terlebih dahulu α dan df (degress of freedom) yaitu n – k di mana (n) adalah banyaknya sampel dan (k) adalah banyaknya variabel yang tercakup. Jadi df untuk penelitian ini adalah 36 – 6 = 30 di mana di dalam tabel t sebesar 2,042. Secara parsial pengaruh dari kelima variabel independen yaitu Arus kas oprasi (X1), Arus Kas Pendanaan (X2), Laba Akuntansi (X3), Size Perusahaan (X4) dan Nilai buku ekuitas (X5) adalah seperti ditunjukkan pada tabel 4.6 berikut ini: 42 Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Regresi Parsial (Uji t) Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B -127.593.814 Std. Error 38.491.320 AO 1.839 4.846 AP .566 LA Standardized Coefficients t -3.315 Sig. .002 .147 .380 .707 3.688 .058 .153 .879 -1.423 2.313 -.236 -.615 .543 SP 4.708.998 1.320.236 .585 3.567 .001 NB .565 .952 .225 .594 .557 (Const ant) Beta a. Dependent Variable: HS Sumber: Data sekunder yang diolah Berdasarkan data output SPSS tersebut maka diperoleh: a. Variabel Arus kas operasi (X1) menunjukkan t hitung sebesar 0,380 sedangkan t tabel pada tingkat keyakinan 95% adalah 2,042, sehingga t hitung < t tabel (0,380 < 2,017) dan berdasarkan probabilitas nilai signifikan sebesar 0,000 < 5%. Ini menunjukkan bahwa hasil pengujian membuktikan Ho diterima, yang berarti variabel arus kas operasi tidak berpengaruh signifikan secara individual terrhadap harga saham. b. Variabel Arus kas pendanaan (X2) menunjukkan t hitung sebesar 0,153 sedangkan t tabel pada tingkat keyakinan 95% adalah 2,042, sehingga t hitung < t tabel (0,153 < 2,017) dan berdasarkan 43 probabilitas nilai signifikan sebesar 0,000 < 5%. Ini menunjukkan bahwa hasil pengujian membuktikan Ho diterima, yang berarti variabel arus kas pendanaan tidak berpengaruh signifikan secara individual terrhadap harga saham. c. Variabel Laba akuntansi (X3) menunjukkan t hitung sebesar -0,615 sedangkan t tabel pada tingkat keyakinan 95% adalah 2,042, sehingga t hitung < t tabel (0,615 < 2,017) dan berdasarkan probabilitas nilai signifikan sebesar 0,000 < 5%. Ini menunjukkan bahwa hasil pengujian membuktikan Ho diterima, yang berarti variabel arus laba akuntansi berpengaruh negatif dan tidak signifikan secara individual terhadap harga saham. d. Variabel Size perusahaan (X4) menunjukkan t hitung sebesar 3,567 sedangkan t tabel pada tingkat keyakinan 95% adalah 2,042, sehingga t hitung > t tabel (3,567 > 2,017) dan berdasarkan probabilitas nilai signifikan sebesar 0,000 < 5%. Ini menunjukkan bahwa hasil pengujian membuktikan tolak Ho, yang berarti variabel size perusahaan berpengaruh signifikan secara individual terhaap harga saham. e. Variabel Nilai buku ekuitas (X5) menunjukkan t hitung sebesar 0,594 sedangkan t tabel pada tingkat keyakinan 95% adalah 2,042, sehingga t hitung < t tabel (0,59 < 2,017) dan berdasarkan probabilitas nilai signifikan sebesar 0,000 < 5%. Ini menunjukkan bahwa hasil pengujian membuktikan Ho diterima, yang berarti 44 variabel nilai buku ekuitas tidak berpengaruh signifikan secara individual terrhadap harga saham. D. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel independennya memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Hasil perhitungan koefisien determinasi penelitian ini adalah sebagaimana ditunjukkan pada tabel 4.7 berikut ini: Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi (R2) Model Summaryb Model 1 R .550a R Square .303 a. Predictors: (Constant), NB, SP, AP, LA, AO b. Dependent Variable: HS Sumber: Data sekunder yang diolah Adjusted R Square .187 Std. Error of the Estimate 130.912.029 45 Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh angka R2 sebesar 0,187. Angka tersebut memberikan arti bahwa perubahan harga saham dipengaruhi oleh Arus kas operasi, Arus Kas Pendanaa, Laba Akuntansi, Size Perusahaan dan Nilai buku ekuitas sebesar 18,7% sisanya sebesar 81,3% merupakan faktorfaktor lain yang tidak dimasukkan dalam model ini. E. Analisis Regresi Berganda Model analisis regresi berganda antara variabel X terhadap Y dapat diformulasikan dalam model persamaan sebagai berikut: Y = -127,593 + 1,839 X1 + 0,566 X2 – 1,423 X3 + 4,708 X4 + 0,565 X5 Dari hasil persamaan regresi berganda tersebut, masing-masing variabel bebas dapat diinterprestasikan pengaruhnya terhadap IHSG sebagai berikut: 1. Nilai konstanta sebesar -127,593 artinya apabila nilai variabel independen Arus kas operasi (X1), Arus Kas Pendanaan (X2), Laba Akuntansi (X3), Size Perusahaan (X4) dan Nilai buku ekuitas (X5) bernilai nol, maka nilai harga saham (Y) turun sebesar -127,593. 2. Koefisien regresi Arus kas operasi (X1) sebesar 1,839 memberikan pengertian bahwa perubahan Arus kas operasi sebanyak 1 rupiah akan memberikan kenaikan nilai haga saham (Y) sebesar 1,839 rupiah. 3. Koefisien regresi Arus kas pendanaan (X2) sebesar 0,566 memberikan pengertian bahwa perubahan Arus kas operasi sebanyak 1 rupiah akan memberikan kenaikan nilai haga saham (Y) sebesar 0,566 rupiah. 46 4. Koefisien regresi Laba akuntansi (X3) sebesar -1,423 memberikan pengertian bahwa perubahan Laba akuntansi sebanyak 1 rupiah akan memberikan penurunan nilai harga saham (Y) sebesar 1,423 rupiah. 5. Koefisien regresi Size perusahaan (X4) sebesar 4,708 memberikan pengertian bahwa perubahan Size perusahaan sebanyak 1 poin akan memberikan kenaikan nilai haga saham (Y) sebesar 4,708 rupiah. 6. Koefisien regresi Nilai buku ekuitas (X5) sebesar 0,565 memberikan pengertian bahwa perubahan nilai buku ekuitas perusahaan sebanyak 1 rupiah akan memberikan kenaikan nilai haga saham (Y) sebesar 0,565 rupiah. F. Pembahasan 1. Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Harga Saham Melalui Uji F dinyatakan arus kas operasi (X1) berpengaruh secara simultan terhadap harga saham (Y), namun secara parsial melalui Uji t variabel arus kas operasi tidak berpengaruh signifikan secara individual terrhadap harga saham. Koefisien regresi Arus kas operasi (X1) sebesar 1,839 memberikan pengertian bahwa perubahan Arus kas operasi sebanyak 1 rupiah akan memberikan kenaikan nilai haga saham (Y) sebesar 1,839 rupiah. 2. Pengaruh Arus Kas Pendanaan terhadap Harga Saham Melalui Uji F dinyatakan arus kas pendanaan (X2) berpengaruh secara simultan terhadap harga saham (Y), namun secara parsial melalui Uji t 47 variabel arus kas pendanaan tidak berpengaruh signifikan secara individual terrhadap harga saham. Koefisien regresi Arus kas pendanaan (X2) sebesar 0,566 memberikan pengertian bahwa perubahan Arus kas operasi sebanyak 1 rupiah akan memberikan kenaikan nilai haga saham (Y) sebesar 0,566 rupiah. 3. Pengaruh Laba Akuntansi terhadap Harga Saham Melalui Uji F dinyatakan variabel Laba akuntansi (X3) berpengaruh secara simultan terhadap harga saham (Y), namun secara parsial melalui Uji t variabel Laba akuntansi tidak berpengaruh signifikan secara individual terrhadap harga saham. Koefisien regresi Laba akuntansi (X3) sebesar -1,423 memberikan pengertian bahwa perubahan Laba akuntansi sebanyak 1 rupiah akan memberikan penurunan nilai harga saham (Y) sebesar 1,423 rupiah. 4. Pengaruh Nilai Buku Ekuitas terhadap Harga Saham Melalui Uji F dinyatakan variabel Nilai buku ekuitas (X4) berpengaruh secara simultan terhadap harga saham (Y), namun secara parsial melalui Uji t variabel nilai buku ekuitas tidak berpengaruh signifikan secara individual terrhadap harga saham. Koefisien regresi Nilai buku ekuitas (X4) sebesar 0,565 memberikan pengertian bahwa perubahan nilai buku ekuitas perusahaan sebanyak 1 rupiah akan memberikan kenaikan nilai haga saham (Y) sebesar 0,565 rupiah. 48 5. Pengaruh Size Perusahaan terhadap Harga Saham Melalui Uji F dinyatakan variabel Size Perusahaan (X5) berpengaruh secara simultan terhadap harga saham (Y), begitu juga secara parsial melalui Uji t variabel size perusahaan berpengaruh signifikan secara individual terhadap harga saham. Koefisien regresi Size perusahaan (X4) sebesar 4,708 memberikan pengertian bahwa perubahan Size perusahaan sebanyak 1 poin akan memberikan kenaikan nilai haga saham (Y) sebesar 4,708 rupiah. Pengujian yang dilakukan terhadap model menunjukkan bahwa model yang diajukan secara signifikan membuktikan variabel Arus kas operasi, Arus Kas Pendanaan, Laba Akuntansi, Size Perusahaan dan Nilai buku ekuitas berpengaruh secara simultan terhadap Harga saham namun secara pasial Arus kas oprasi, Arus Kas Pendanaan, Laba Akuntansi, dan Nilai buku ekuitas tidak berpengaruh signifikan secara individual terhadap harga saham sedangkan Size perusahaan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal ini konsisten dengan penelitian Jundan Adiwiratama (2012). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan yang kuat antara size perusahaan dengan harga saham, hal ini disebabkan oleh pengaruh ukuran perusahaan dengan struktur keuangan berdasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar perusahaan, maka semakin besar pula kesempatannya untuk menanamkan modalnya pada berbagai jenis usaha, lebih mudah 49 memasuki pasar modal, memperoleh penilaian kredit yang tinggi dan membayar bunga yang lebih rendah untuk dana yang dipinjamnya. Dengan demikian semakin besar ukuran perusahaan, maka kecenderungan penggunaan modal asing (hutang) akan semakin besar dan hal ini akan membawa pengaruh pada penentuan struktur keuangan perusahaan.