implementasi kooperatif nht untuk meningkatkan

advertisement
IMPLEMENTASI KOOPERATIF NHT UNTUK MENINGKATKAN
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SENAM LANTAI
I Dewa Made Suastika, Nim 1196015012
PENJASKESREK FOK Universitas Pendidikan Ganesha, Kampus Tengah Undiksha Singaraja,
jalan Udayana Singaraja – Bali Tlp (0362) 32559
Abstrak : Penelitihan ini bertujuan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar senam lantai
roll depan melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa
kelas V SD No 1 Baha tahun pelajaran 2012/2013.
Jenis penelitihan tergolong penelitihan tindakan kelas dengan guru sebagai
peneliti. Penelitihan dilakukan sebanyak 2 siklus dengan rancangan siklus terdiri dari
langkah-langkah, pelaksanaan, observasi/evaluasi dan refleksi. Subyek penelitihan adalah
siswa kelas V SD No 1 Baha berjumlah 20 siswa terdiri dari 9 orang putra dan 11 orang
putri. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptik.
Hasil analisis data aktivitas belajar siklus I secara klasikal sebesar 7,31 berada pada
skala aktif, meningkat pada siklus II menjadi sebesar 9,27 berada pada katagori sangat
aktif, dengan peningkatan sebesar 1,96. Rata-rata aktivitas belajar senam lantai roll depan
dari kedua siklus berada pada katagori aktif sebesar 7,31 pada katagori sangat baik,
meningkat pada siklus II menjadi sebesar 94,12 %. Rata-rata presentasi ketuntasan hasil
belajar senam lantai roll belakang dari kedua siklus berada pada katagori sangat baik yaitu
89,70% sudah memenuhi KKM secara klasikal yaitu > 75% sehingga hasil belajar senam
lantai dinyatakan tuntas.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
aktivitas dan hasil belajar senam lantai meningkat melalui implementasi model
pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas V SD No. 1 Baha tahun pelajaran
2012/2013. Oleh karena itu disarankan kepada guru penjasorkes untuk dapat
mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran
senam lantai.
Kata-kata kunci: Model pembelajaran Kooperatif tipe NHT, aktivitas, hasil belajar dan
senam lantai.
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
serta penyempurnaan kurikulum. Namun
Kesehatan (Penjasorkes) merupakan suatu
upaya tersebut belum memberikan hasil
proses pembelajaran yang didesain untuk
yang maksimal, hal ini terbukti belum
meningkatkan
tercapainya hasil belajar yang sesuai
kebugaran
jasmani,
mengembangkan keterampilam motorik,
dengan tuntutan kurikulum.
pengetahuan dan perilaku hidup aktif dan
Dalam
proses
pembelajaran
sikap sportif melalui kegiatan jasmani.
penjasorkes, guru diharapkan menguasai
Dalam proses pembelajaran penjasorkes
materi,
ditekankan pada pengembangan individu
pengevaluasian dan yang menjadi fokus
secara
arti
adalah subjek belajar dan upaya mencapai
spiritual,
kompetensinya. Proses pembelajaran dapat
kebugaran
dikatakan berhasil, apabila ada perubahan-
jasmani. Sebagai mata pelajaran yang
perubahan dalam diri siswa, baik yang
menitik beratkan pada ranah psikomotor,
menyangkut
pendidikan
dan
sikap, maupun keterampilan di mana
ranah
dalam proses pembelajaran ini melibatkan
kognitif dan afektif. Begitu pentingnya
interaksi antar siswa dengan guru maupun
peran penjasorkes tersebut, maka mutu
siswa dengan siswa (Sadirman dkk, 2004 :
penjasorkes
ditingkatkan,
26). Permasalahn yang sering dijumpai
diantaranya adalah dengan meningkatkan
dalam pembelajaran penjasorkes yaitu
kemampuan guru penjasorkes khususnya
rendahnya minat, dan aktifitas belajar
dalam mengembangkan dan menerapkan
siswa
model pembelajaran, penyediaan fasilitas-
dicapaipun
fasilitas
permasalahan
menyeluruh,
pengembangan
pengembangan
moral
fisik
jasmani,
kesehatan
tidak
yang
dalam
dan
olahraga
mengabaikan
harus
mendukung
program
pendidikan penyediaan sumber belajar,
model
pembelajaran,
perubahan
sehingga
hasil
tidak
tersebut
pengetahuan,
belajar
optimal.
guru
yang
Dari
sebagai
pengelola proses pembelajaran diharapkan
dapat menciptakan suasana belajar yang
Hal ini dapat dilihat dari persentase
merangsang minat belajar siswa dan
aktifitas dan hasil belajar teknik dasar
mampu menyediakan lingkungan belajar
senam lantai roll depan dan roll belakang
yang menarik bagi siswa.
pada siswa kelas V SD No.1 Baha yang
Berdasarkan hasil observasi awal di
berjumlah 20 orang, di mana aktifitas
SD No.1 Baha, dalam pembelajaran teknik
siswa saat menerima pelajaran tergolong
dasar senam lantai roll depan ditemukan
rendah, ini dapat dilihat dari persentase
beberapa
Masih
aktifitas belajar siswa yang berada pada
ditemukan pembelajaran penjasorkes yang
kategori sangat aktif tidak ada, aktif 5
menggunakan
tradisional.
orang (25,00%), cukup aktif 9 orang
Dominasi guru dalam proses pembelajaran
(45,00%), kurang aktif 6 orang (30,00%),
masih terlihat kurang efektif dan efisien,
dan sangat kurang aktif tidak ada. Aktifitas
hal ini menyebabkan rendahnya minat
belajar teknik dasar senam lantai roll
belajar siswa terhadap mata pelajaran
depan secara klasikal mencapai 6,4 berada
penjasorkes khususnya pada materi teknik
pada kategori cukup aktif. Begitu juga
dasar senam lantai roll depan baik dari
dengan hasil belajar teknik dasar senam
sikap awal, pelaksanaan dan sikap akhir.
lantai roll belakang hal ini dikarenakan
(2) Kurangnya penerapan strategi belajar
adanya masalah-masalah yang ditemukan
mengajar yang lebih banyak melibatkan
dalam melakukan gerakan teknik dasar
siswa dalam proses pembelajaran., yang
senam lantai roll depan roll belakang
mengakibatkan siswa banyak yang diam
belum mencapai ketuntasan. hal ini dapat
dan
ditandai
dilihat dari persentase hasil belajar teknik
kompetensi dasar yang dimiliki oleh siswa
dasar senam lantai roll depan dan roll
dalam olahraga senam khususnya teknik
belakang siswa yang memperoleh kategori
dasar senam lantai masih sangat kurang.
(sangat baik) tidak ada, kategori (baik) 2
masalah
kurang
yaitu
pendekatan
aktif.
Hal
(1)
ini
orang (10,00%), kategori (cukup) 9 orang
mirman, 1999-35). Menurut Imam Hidayat
(45,00%), kategori (kurang) 5 orang
(1995), (dalam
(25,00%) dan kategori (sangat kurang) 4
mendefinisikan
orang
latihan
(20,00%).
Siswa
yang
tuntas
Mahendra, 2000, 9),
senam
sebagai
suatu
yang
dipilih
dan
tubuh
55,00% dan siswa yang tidak tuntas
dikonstruksikan dengan sengaja, dilakukan
45,00% dan hasil belajar teknik dasar
secara sadar dan terencana, disusun secara
senam lantai roll depan secara klasikal
sistematis dengan tujuan meningkatkan
mencapai 61,50% angka ini berada pada
kesegaran
ketegori kurang.
ketrampilan dan menanamkan nilai-nilai
jasmani,
mengembangkan
Senam yang dikenal dalam bahasa
mental spiritual. Sedangkan menurut Peter
Indonesia sebagai salah satu cabang
H Werner(1994) (dalam Mahendra, 2000,
olahraga merupakan terjemahan langsung
9)menjelaskan
dari
sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai
bahasa
inggris
“Gymnastics”.
diartikan
pada
merupakan serapan kata dari bahasa
meningkatkan
Yunani, gymnos yang berarti telanjang.
kelentukan, kelincahan koordinasi, serta
Sedangkan
Yunani,
kontrol tubuh. Jadi fokusnya adalah tubuh,
gymnastics diturunkan dari kata kerja
bukan alatnya, bukan pola-pola geraknya,
gymnazein yang artinya berlatih atau
karena gerak apapun yang dikerjakan,
melatih
tujuan
diri.
jasmani/olahraga
bahasa
Senam
yang
adalah
latihan
yang
dapat
Gymnastics sendiri dalam bahasa aslinya
dalam
alat
senam
dirancang
daya
utamanya
tahan,
adalah
untuk
kekuatan,
peningkatan
bentuk-bentuk
kualitas fisik serta penguasan. Definisi
gerakannya dipilih dan disusun secara
senam memang memiliki makna yang luas
sistematis
sesuai
berdasarkan
prinsip-prinsip
dengan
perkembangan
sebagai
tertentu sesuai kebutuhan atau tujuan si
aliran dan jenis senam yang terjadi dewasa
penyusun
ini. Macam-macam senam sangat banyak,
(Tisnowati
dan
Moekarto
salah satunya yaitu senam lantai. Senam
sedemikian
lantai adalah satu dari rumpun senam,
bergerak berguling seperti benda bulat.
sesuai dengan istilah lantai, maka gerakan-
Dalam senam lantai, guling/roll dapat
gerakan bentuk latihannya dilakukan di
dilakukan dengan dua cara yaitu berguling
lantai. Jadi lantailah (yang beralaskan
ke depan dan berguling ke belakang
permadani
(Soejadi, 1978:40).
atau
sebangsanya)
yang
rupa sehingga badan dapat
merupakan alat yang dipergunakan. Sukar
1. Adapun sikap awal guling ke depan
atau mudahnya suatu bentuk latihan atau
sebagai berikut : Diawali dengan sikap
gerakan yang dilakukan dalam senam
jongkok dengan kedua tangan lurus sejajar
lantai ditentukan oleh besar kecilnya unsur
dengan
kelemasan, kekuatan, kaseimbangan dan
menempel
ketangkasan yang terdapat pada bentuk
mengangkat pinggul ke atas kedua lutut
latihan/
lurus, kedua lutut diangkat dan kedua siku
gerakan
itu.
Bentuk
latihan
bahu.
Kedua
pada
telapak
matras.
tangan
Gerakannya
gerakan senam lantai dapat dipastikan
dibengkokkan
dalam beberapa kelompok, ditinjau dari
dimasukkan
tempat
gerak).
Usahakan agar seluruh bahu mengenai
Kelompok yang bergerak dapat dibagi lagi
matras, jika seluruh bahu sudah mengenai
yaitu bergerak ke muka, bergerak ke
matras dengan sendirinya badan akan
belakang, dan bergarak ke samping,
berguling ke depan. Pada waktu badan
contoh bentuk latihan senam lantai dpat
berguling ke depan cepat-cepat peluk lutut
dilihat pada tabel berikut:
agar badan bulat dan akhirnya jongkok
Tabel 2.2 Bentuk Latihan Senam Lantai
kembali.
Guling (Roll) merupakan salah satu bentuk
adapun tujuan penelitihan yang ingin
latihan senam lantai. Guling yaitu bergerak
dicapai antara lain yaitu sebagai berikut:
dengan
(diam
cara
ditempat
dan
membulatkan
badan
kesamping.
diantara
kedua
Kepala
tangan.
Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
pembelajaran penjasorkes yang menuntut
belajar teknik dasar senam lantai ( rool
siswa agar dapat saling bekerjasama
depan
melalui
dengan siswa yang lainnya, saling bertukar
pembelajaran
keahlian/kemampuan dalam memecahkan
kooperatif tipe NHT pada siswa kelas V
permasalahn yang dihadapi, bisa saling
SD No.1 Baha tahun pelajaran 2012/2013.
menjaga sportivitas, sehingga hasil belajar
hasil
siswa dapat meningkat.
dan
rool
implementasi
model
penelitian
sebagai
belakang)
ini
bahan
dapat
digunakan
pertimbangan dalam
Dalam Implementasi NHT guru
melakukan perbaikan serta evaluasi untuk
membagi
meningkatkan
kelompok yang beranggotakan 4 hingga 6
kualitas
dan
mutu
penjasorkes di sekolah.
Model
kooperatif
pembelajaran
dirancang
interaksi
untuk
NHT
beberapa
atau
Dalam pembelajaran ini guru mengajukan
merupakan
pertanyaan atau isu dan meminta setiap
yang
siswa
mempengaruhi
pola
penjelasannya.
Struktur
yang
diarahkan
siswa.
menjadi
siswa dengan karakteristik yang heterogen.
berpikir-berpasangan-berbagi
jenis
siswa
kooperatif
memikirkan
jawaban
Selanjutnya,
untuk
atau
siswa
berpasangan
dan
dikembangkan ini dimaksudkan sebagai
mendiskusikan jawaban atau penjelasan
alternatif
tersebut. Pasangan siswa akhirnya diminta
terhadap
struktur
kelas
tradisional.
menyampaikan
Tipe NHT sangat cocok untuk
kepada
dalam pasangan mereka.
pembelajaran ini siswa satu dengan yang
METODE PENELITIAN
kelompok
yang
lainnya
kesulitan,
hal
ini
menemukan
sesuai
dengan
siswa
secara klasikal hal yang telah didiskusikan
pembelajaran Penjasorkes, karena dengan
lainnya saling ikut membantu apabila
seluruh
Jenis
penelitian
ini
tergolong
penelitian tindakan kelas (classroom action
research) dimana guru bertindak sebagai
peneliti
atau
peneliti
sebagai
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil observasi awal di
peneliti(Kanca, IN, 2010: 115).
SD No.1 Baha dalam pembelajaran senam
Penelitihan ini dilaksanakan di
lantai rool depan ditemukan beberapa
kelas V SD No.1 Baha tahun pelajaran
masalah yaitu (1). Masih ditemukan
2012/2013. Di laksanakan 2 siklus dengan
pembelajaran
penjasorkes
yang
2 kali pertemuan pada setiap siklus pada
menggunakan
pendekatan
tradisional.
semester genap.
Dominasi guru dalam proses pembelajaran
Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan
masih terlihat kurang efektif dan efisien,
yaitu
rencana
tindakan,
palaksanaan,
hal ini menyebabkan rendahnya minat
tindakan, obsevasi/evaluasi dan refleksi
belajar siswa terhadap mata pelajaran
tindakan (Kanca, IN, 2010: 139) Adapun
penjasorkes khususnya pada materi teknik
prosedur penelitihan dalam penelitihan ini
dasar senam lantai rool depan baik dari
yaitu: (a) Obsevasi awal, (b) Refleksi awal,
sikap awal, pelaksanaan dan sikap akhir.
(c) Identifikasi masalah, (d) Analisis
(2). Kurangnya penerapan strategi belajar
masalah, (e) Pelaksanaan penelitihan.
mengajar yang lebih banyak melibatkan
Tehnik pengumpulan data yang
siswa daam proses pembelajaran, yang
digunakan dalam penelitihan ini terdiri
mengakibatkan siswa banyak yang diam
pengumpulan data aktivitas dan hasil
dan
kurang
aktif.
Hal
ini
ditandai
belajar. Data aktivitas belajar dikumpulkan
kompetensi dasar yang dimiliki oleh siswa
pada setiap pertemuan pada setiap siklus
dalam olahraga senam lantai khususnya
yang dilakukan oleh 2 orang observer.
tehnik dasar rool depan masih sangat
Sedangkan data hasil belajar dikumpulkan
kurang.
Hal
ini
dapat
dilihat
dari
pada pertemuan kedua setiap siklus yang
persentase aktivitas dan hasil belajar
dilakukan oleh 3 orang evaluator.
teknik dasar senam lantai rool depan dan
rool belakang pada saat observasi awal
pada siswa kelas V SD No. 1 Baha yang
ada, kategori (baik) 2 orang (10,00%),
berjumlah 20 orang, dimana aktivitas
kategori
siswa saat menerima pelajaran tergolong
kategori (kurang) 5 orang (25,00%) dan
rendah ini dapat dilihat dari persentase
kategori (sangat kurang) 4 orang (20,00%).
aktivitas belajar, siswa yang berada pada
Siswa yang tuntas 55,00% dan siswa yang
katagori sangat aktif tidak ada, aktif
tidak tuntas 45,00%, dan hasil belajar
sebanyak 5 orang (25,00%), cukup aktif
senam lantai roll depan
sebanyak 9 orang (45,00%), kurang aktif
mencapai 61,50% angka ini berada pada
sebanyak 6 orang (30,00%), dan sangat
kategori kurang.
kurang aktif tida ada. Aktivitas belajar
Tabel 4.1 Data Aktivitas Belajar Teknik
Dasar Senam Lantai Roll Depan pada
Siswa Kelas V SD No. 1 Baha pada siklus
I
senam lantai roll depan secara klasikal
mencapai 6,4 berada pada kategori cukup
aktif. Begitu juga dengan hasil belajar
No.
(cukup)
Kriteria
teknik dasar senam lantai rool belakang
hal ini dikarenakan adanya masalah-
1
masalah yang ditemukan dalam melakukan
2
gerakan teknik dasar senam lantai rool
depan
dan
roll
belakang
yang
mengakibatkan hasil belajar teknik dasar
>9
orang
Ju
mla
h
Sis
wa
Persen
tase
(%)
Keterangan
4
20%
7
35%
Sangat
Aktif
Aktif
<9
3
5<
>7
6
30%
4
3>
<5
3
15%
-
-
20
100%
5
<3
Total
(45,00%),
secara klasikal
7<
senam lantai rool depan dan roll belakang
belum mencapai tingkat ketuntasan. Hal
9
Cukup
Aktif
Kurang
Aktif
Sangat
Kurang
Aktif
-
ini dapat dilihat dari persentase hasil
belajar teknik dasar senam lantai rool
depan dan roll belakang siswa yang
memperoleh kategori (sangat baik) tidak
Berdasarkan tabel di atas dapat
disimpulkan, siswa yang berada pada
kategori sangat aktif sebanyak 4 orang
(20%), aktif 7 orang (35%), cukup aktif 6
No
1
orang (30%), kurang aktif 3 orang (15%),
kurang 3 orang (15%), kategori sangat
dan sangat kurang aktif tidak ada (0%).
kurang tidak ada (0%).
4.2.2
Hasil Analisis Data Hasil
Belajar Teknik Dasar Senam Lantai
Roll Depan pada Siklus I
4.3.1 Hasil Analisis Data Aktivitas
Belajar Teknik Dasar Senam Lantai
Roll Belakangg pada Siklus II
Berdasarkan analisis pada Siklus I
Berdasarkan hasil analisis data pada
maka dapat dikelompokkan dalam kategori
siklus
yang tersaji pada tabel 4.2 sebagai berikut.
penggolongan tentang aktivitas belajar
Tabel 4.2
Persentase
Ketuntasan
Hasil Belajar Teknik Dasar Senam Lantai
Roll Depan pada Siswa Kelas V SD No. 1
Baha pada siklus 1
teknik dasar senam lantai roll belakang
Ju
ml
ah
Sis
wa
3
15%
8
6
3
40%
30%
15%
-
-
Sangat
Kurang
20
100%
-
Berdasarkan
tabel
Rentang
Skor
85- 100%
2
3
4
75 – 84%
65 – 74%
5
0 – 54%
Total
55 – 64%
Pers
enta
se
(%)
Ketera
ngan
Sangat
Baik
Baik
Cukup
Kurang
di
atas
Tuntas
Tuntas
Tidak
Tuntas
Tidak
Tuntas
dapat
disampaikan bahwa, siswa yang berada
pada kategori sangat baik 3 orang (15%),
kategori baik 8 orang (40%) dengan
keterangan tuntas, kategori cukup 6 orang
(30%) dengan keterangan tuntas, kategori
maka
adapun
kriteria
pada siklus II yang tertuang pada tabel 4.3
seperti berikut
Tabel 4.3 Data Aktivitas Belajar Teknik
Dasar Senam Lantai Roll Belakang pada
Siswa Kelas V SD No. 1 Baha pada Siklus
II
Keter
angan
Tuntas
II,
No
.
Kriteria
1
>9
Jml
Siswa
5
Perse
ntase
(%)
25%
40%
35%
2
3
7<
<9
5<
>7
8
7
4
3>
<5
-
-
-
-
20
100%
5
<3
Total
Ketera
ngan
Sangat
Aktif
Aktif
Cukup
Aktif
Kurang
Aktif
Sangat
Kurang
Aktif
-
Berdasarkan tabel di atas dapat
disimpulkan, siswa yang berada pada
kategori sangat aktif sebanyak 5 orang
(25%), aktif 8 oarng (40%), cukup aktif 7
orang (35%), kurang aktif tidak ada (0%),
(30%) dengan keterangan tuntas, kategori
dan sangat kurang aktif tidak ada (0)
kurang tidak ada (0%) dengan keterangan
4.3.2 Hasil Analisis Data Hasil Belajar
Teknik Dasar Senam Lantai Roll Belakang
pada Siklus II
tidak tuntas, kategori sangat kurang tidak
Berdasarkan analisis pada Siklus
II maka dapat dikelompokkan dalam
kategori yang tersaji pada tabel 4.4 sebagai
Tabel 4.4 Persentase Ketuntasan Hasil
Belajar Teknik Dasar Senam Lantai Roll
Belakang pada Siswa Kelas V SD No. 1
Baha pada Siklus II
No
.
1
85100%
75 –
84%
65 –
74%
55 –
64%
0
–
54%
2
3
4
5
Total
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
peneliti
lakukan
serta
teori-teori
pendukung hasil penelitian yang telah
berikut :
Renta
ng
Skor
ada (0%).
Ju
ml
ah
Sis
wa
4
Pers
enta
se
(%)
20%
dipaparkan di atas dapat disimpulkan
bahwa implementasi model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar teknik dasar
Ketera
ngan
Ketera
ngan
senam lantai pada siswa kelas V SD No. 1
Tuntas
Baha
10
50%
Sangat
Baik
Baik
6
30%
Cukup
Tuntas
-
-
Kurang
-
-
20
100
%
Sangat
Kurang
-
Tidak
Tuntas
Tidak
Tuntas
Tuntas
Berdasarkan tabel di atas dapat
disampaikan bahwa, siswa yang berada
tahun
Disarankan
pelajaran
2012/2013.
kepada guru Penjasorkes
untuk dapat mengimplementasikan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam
proses pembelajaran sebagai salah satu
alternatif untuk meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar teknik dasar senam lantai.
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan
pada kategori sangat baik 4 orang (20%),
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :
kategori baik 10 orang (50%) dengan
1. Aktivitas belajar teknik dasar senam
keterangan tuntas, kategori cukup 6 orang
lantai roll depan dan roll belakang
meningkat
melalui
implementasi
adalah 79% berada pada kategori baik,
model pembelajaran kooperatif tipe
ketuntasan belajar teknik dasar senam
NHT pada siswa kelas V SD No. 1
lantai roll belakang mencapai 100%
Baha tahun pelajaran 2012/2013. Ini
berada pada kategori sangat belakang
dapat dilihat pada siklus I aktivitas
baik.
belajar teknik dasar senam lantai roll
DAFTAR RUJUKAN
depan berada pada kategori aktif yaitu
-------,2006. Pembelajaran senam
Teknik
Dasar Sekolah Menengah Atas.
Jakarta:
Departemen
Pendidikan
Nasional.
7,2. Pada siklus II aktivitas belajar
teknik dasar senam lantai roll belakang
berada pada kategori aktif yaitu 7,67.
Depdiknas. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi
dan
Tugas
Akhir.
Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.
2. Hasil belajar teknik dasar senam lantai
roll depan dan roll belakang meningkat
melalui
implementasi
model
pembelajaran kooperatif tipe NHT
pada siswa kelas V SD No. 1 Baha
tahun pelajaran 2012/2013. Ini dapat
dilihat pada siklus I hasil ketuntasan
belajar teknik dasar senam lantai roll
belakang secara klasikal adalah 75,5%
berada pada kategori baik, ketuntasan
belajar teknik dasar senam lantai roll
depan
mencapai 85% yang berada
pada kategori sangat baik. Pada siklus
II hasil belajar teknik dasar senam
lantai roll belakang secara klasikal
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran
Kooperatif. Surabaya: University
Press.
Kanca I Nyoman,2006. Metodologi Penelitian
Keolahragaan. Singaraja: Undiksha.
Download