BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Arus

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1.
Laporan Arus Kas
Laporan arus kas yang disajikan sangat berguna bagi pemakai laporan
keuangan yaitu sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menggunakan arus kas tersebut. Laporan arus kas merupakan bagian
terpenting dalam laporan keuangan yang pokok dari setiap badan usaha. Di
Indonesia, perusahaan harus menyusun Laporan Arus Kas sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK No. 2), kas didefenisikan sebagai berikut :
“Kas terdiri dari saldo kas ( cash on hand ) dan rekening giro”. Hal ini berarti
dalam laporan arus kas, kas memiliki pengertian yang lebih luas yang tidak
hanya terbatas pada saldo kas yang tersedia di perusahaan ( cash on hand )
dan kas di bank, tetapi juga perkiraan – perkiraan yang dikenal sebagai setara
kas ( cash as equivalent ).
Dalam SAK No. 2, defenisi setara kas ( cash equivalent) adalah investasi
yang sifatnya sangat liquid, berjangka pendek dan dapat segera di jadikan kas
dalam jumlah tanpa menghadapi perubahan yang berarti.Perubahan dalam kas
atau setara kas mencakup arus kas masuk dan arus kas keluar atas kas atau
setara kas. Sedangkan menurut Rahardjo (2003 : 109) menyatakan bahwa “
Laporan Arus Kas menerangkan perubahan dalam kas (cash as equivalent )
seperti : cheque, giro, dan lain- lain) dengan menyajikan daftar aktivitas yang
meningkatkan kas dan juga daftar yang menurunkan kas.
29
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2007: SPAP 2.1) menyatakan bahwa
“Perusahaan harus menyusun Laporan Arus Kas sesuai persyaratan dalam
pernyataan ini dan menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tak
terpisahkan (integral) dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian
laporan keuangan “.
A. Tujuan dan kegunaan Laporan Arus Kas
Kegunaan informasi arus kas ( SAK 2007 :02.03 ), jika digunakan dalam
kaitannya dengan laporan keuangan lain, laporan arus kas dapat memberikan
informasi yang memungkinkan para pengguna untuk mengevaluasi perubahan
dalam arus bisnis perusahan. Struktur keuangan (termasuk likuiditas dan
solvabilitas ) dan kemampuan mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas
dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Informasi
arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
kas dan setara kas dan memungkinkan para pengguna mengembangkan model
untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan
dari berbagai perusahaan. Informasi tersebut meningkatkan daya banding
pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan
pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi
dan peristiwa yang sama. Laporan arus kas menyediakan pandangan kepada
pengguna laporan keuangan mengenai sumber dan penggunaan dana oleh
perusahaan. Di dalam buku Van Horne (2005:264) menyatakan:
a. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas masuk, dan dari
operasi untuk membayar utang, bunga, dan deviden.
b. Kebutuhan perusahaan atas pendanaan eksternal
30
c. Berbagai alasan untuk perbedaaan antara laba bersih dan arus kas
bersih dari berbagai aktivitas operasi
d. Pengaruh investasi kas dan non kas serta transaksi pendanaan
B. Klasifikasi Arus Kas
Dalam SAK No. 02:54, dinyatakan bahwa: “ Laporan Arus Kas harus
melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut
aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan”. Aktivitas operasi adalah aktivitas
pendapatan utama perusahaan ( principal revenue – producing activities) dan
aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan.
Sehingga semua transaksi yang berkaitan dengan laba yang dilaporkan dalam
laporan laba rugi dikelompokkan dalam golongan ini. Adapun arus kas yang
masuk dan keluar dari kegiatan operasi mencakup antara lain :
a. Arus kas yang masuk dari penjualan barang dan jasa, pendapatan
deviden, pendapatan bunga, dan penerimaan operasi lainnya.
b. Arus kas yang keluar untuk pembayaran kepada pemasok barang dan
jasa, pembayaran kepada karyawan, bunga yang di bayarkan atas hutang
perusahaan, pembayaran pajak, dan pengeluaran operasi lainnya.
Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang
serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Dimana transaksi kas
yang berhubungan dengan perolehan fasilitas investasi dan non kas lainnya
yang digunakan oleh perusahaan. Arus kas investasi juga memperhatikan
dampak penjualan dan pembelian aktiva tetap dan hutang atau saham dari
perusahaan lain. Adapun arus kas yang masuk dan arus kas yang keluar dari
kegiatan investasi mencakup antara lain :
31
a. Arus kas masuk berasal dari penjualan aktiva tetap, aktiva tidak berwujud
dan aktiva jangka panjang, penjualan saham atau instrument keuangan
perusahaan lain dan penagihan uang pokok pinjaman yang diberikan
perusahaan.
b. Arus kas keluar untuk pembelian aktiva tetap, aktiva tidak berwujud,dan
aktiva jangka panjang
lainnya, termasuk
pengembangan yang di
kapitalisasikan, perolehan saham atau instrument keuangan perusahaabn
lain, pemberian pinjaman kepada pihak lain.
Aktivitas pendanaan (financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan
perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan.
Kelompok ini menyangkut bagaimana kegiatan kas diperoleh untuk
membiayai perusahaan termasuk operasinya. Arus kas pendanaan terjadi
karena adanya kegiatan peminjaman dari kreditur dan pembayaran kembali
hutang, perolehan sumber daya yang berasal dari pemilik dan pemberian
imbalan atas investasi bagi pemilik. Adapun arus kas masuk dan arus kas
keluar,meliputi antara lain :
a. Arus kas masuk dari penjualan saham atau instrument modal lainnya dan
penerbitan obligasi, wesel, hipotik, serta pinjaman lainnya.
b. Arus kas keluar untuk pembayaran deviden, pembelian saham
perusahaan, pelunasan pokok pinjaman dan pembayaran kas oleh lessee
untuk mengurangi kewajiban yang berkaitan dengan sewa gedung usaha
pembiayaan.
C. Teknik Penyusunan Laporan Arus Kas
32
Terdapat dua metode atau teknik penyusunan laporan arus kas yaitu
metode langsung dan metode tidak langsung. Pada metode langsung, arus kas
disusun berdasarkan buku besar kas perusahaan selama satu periode,
sedangkan metode tidak langsung arus kas disusun berdasarkan perubahan
pada komponen neraca.
D. Free cash flow
Free cash flow menurut International Accounting Standard seperti yang
telah dikut ip oleh Kieso et al, (2004 : 190) adalah kas dari operasi dikurangi
dengan jumlah capital expenditure yang diperlukan untuk memelihara
kapasitas produkif lancar perusahaan. Penggunaan uraian ini, pembayaran
hutang wajib tidak akan dikurangi untuk mendapat free cash flow. Menurut
Kieso et al,(2004 : 197) mendefenisikan free cash flow sebagai jumlah arus
kas discretionary meliputi pengeluaran modal yang berorientasi pada
pertumbuhan, pengurangan hutang, pembayaran deviden, maupun pembelian
saham yang beredar. Jumlah saldo kas yang penggunaannya terserah kepada
kebijakan manajer. Jumlah ini diperoleh dari arus kas bersih yang tersedia
dari aktivitas operasi di kurang capital expenditure (IAS : 47).
Free cash flow merupakan jumlah arus kas discretionary yang dimiiki
atau dihasilkan perusahaan, yang biasanya oleh manajer digunakan untuk
pembelian tambahan investasi, pembayaran hutang, pembelian saham –
saham treasury atau hanya sebagai menambah likuiditas perusahaan, dengan
kata lain pengukuran free cash flow ini mengindikasikan tingkat fleksiblitas
keuangan perusahaan.
33
Konsep free cash flow merupakan perluasan dari konsep biaya keagenan
di dalam struktur modal. Menurut Nurwahyudi dan Mardiyah (2004) konsep
free cash flow memberikan kontribusi penting bagi literature keuangan dan
teori organisasi dengan mengajukan free cash flow hypothesis yaitu ketika
manajer tidak ingin mendistribusikan kas yang dimiliki perusahaan kepada
pemegang saham. Free cash flow sering menjadi masalah karena manajer
sering menggunakannya untuk ekspansi perusahaan. Hal ini dikarenakan para
manajer merasa bahwa kekuasaan dan kepuasan kerja meningkat dengan
semakin besarnya perusahaan. Manajer perusahaan yang mempunyai tingkat
pertumbuhan rendah dengan free cash flow yang tinggi cenderung melakukan
aktivitas yang tidak meningkatkan nilai perusahaan. Alasannya karena
keberadaan kas perusahaan yang memberikan otonomi kekuasaan kepada
para manajer untuk menggunakan dan dana tersebut dan peningkatan besaran
perusahaan atau meningkatkan prestise perusahaan dan gaji manajernya.
Rasio untuk menghitung Free Cash Flow berdasarkan International
Financial Reporting Standards (IFRS 2005: 47) adalah sebagai berikut
FCF
= Jumlah Arus Kas operasi – Capital Expenditure
E. Profitabilitas
1.. Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas adalah bagian yang mencerminkan kemampuan dari
setiap
perusahaan
untuk
menghasilkan
laba.
Profitabilitas
akan
mencerminkan kinerja perusahaan baik atau tidak pada periode tertentu. Bila
tingkat profitabilitas meningkat atau tinggi berarti kinerja perusahaan berjalan
34
dengan baik dan maksimal. Profitabilitas umumnya diukur dengan
membandingkan laba yang diperoleh perusahaan dengan sejumlah perkiraan
yang menjadi tolak ukur keberhasilan perusahaan seperti jumlah aktiva
perusahaan maupun penjualan investasi, sehingga dapat diketahui efektivitas
pengelolaan keuangan dan aktiva perusahaan. Berdasarkan Kerangka Dasar
Penyusunan Laporan Keuangan (SAK No.1; paragraph 17), menyatakan
bahwa, “Informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas, diperlukan
untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin
dikendalikan di masa depan. Berdasarkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI:
2007:4),”Informasi
kinerja
bermanfaat
untuk
memprediksi
kapasitas
perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada.di
samping itu, informasi tersebut juga berguna dalam perumusan pertimbangan
tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya“.
2. Rasio Profitabilitas
Investor di pasar modal sangat memperhatikan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan, menunjang, dan meningkatkan profit. Profitability dapat
diukur beberapa hal yang berbeda, namun dalam dimensi yang saling terkait.
Pertama, terdapat hubungan antara profit dengan sales sehingga terjadi
residual return bagi perusahaan per rupiah penjualan. Pengukuran yang
lainnya adalah return on investment (ROI) atau disebut juga return on asset
(ROA), yang berkaitan dengan profit dan investasi atau aset yang digunakan
untuk menghasilkannya. Return on sales dapat berupa rasio gross margin,
35
operating margin, profit margin. Return on investment dapat berupa rasio
return on asset, dan return on equity.
a. Return On Equity
Return On Equity (ROE) adalah rasio yang menunjukkan berapa persen
laba bersih setelah pajak terhadap ekuitas atau modal (Mandala, 2004:156).
Besarnya nilai return on equity ini dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
ROE
merupakan
indikator penting
bagi para investor, karena
menunjukkan tingkat pengembalian modal atau investasi yang ditanamkan
dalam industri manufaktur. Angka ROE yang semakin tinggi memberikan
indikasi bagi para pemegang saham bahwa tingkat pengembalian investasi
pada sektor manufaktur tinggi.
b.
Return On Total Asset
Return On Total Assets (ROA) adalah angka yang menunjukkan berapa
besar relative laba bersih setelah pajak terhadap total aktiva (Mandala ,
2004:152). Besarnya nilai dari return on total assets (ROA) ini, dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Dilihat dari formulir perhitungannya, maka ROA merupakan hasil perkalian
antar tingkat profitabilitas perusahaan dengan tingkat efesiensi penggunaan
aktiva.
36
c.
Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) adalah rasio yang menunjukkan berapa persen
pendapatan bunga bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap perusahaan
manufaktur terhadap total aktiva (Mandala, 2004:157). Besarnya nilai dari
net interest margin perusahaan manufaktur dapat dihitung dengan
mempergunakan rumus sebagai berikut:
Angka NIM yang makin tinggi menunjukkan bahwa profitabilitas pada
suatu perusahaan manufaktur makin baik, karena selisih antara pendapatan
bunga dengan biaya bunga semakin besar
F. Kewajiban / Hutang
a.
Defenisi Hutang
Setiap perusahaan baik kecil maupun perusahaan yang besar mempunyai
hutang/kewajiban. Menurut FASB dalam Kieso et.al,(2002 : 179) sebagai
bagian dari studi kerangka konseptualnya, mendefenisikan kewajiban
(liabilities) sebagai “kemungkinan pengorbanan masa depan atas manfaat
ekonomi yang muncul dari kewajiban saat ini entitas tertentu untuk
mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya di masa
depan sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu”. Menurut
Nurwahyudi dan Mardiyah (2004 : 117), hutang adalah pengorbanan ekonomi
yang harus dilakukan perusahaan di masa yang akan datang karena tindakan /
transaksi
sebelumnya.
Hutang
mengakibatkan
adanya
ikatan
yang
memberikan hak kepada kreditur untuk mengklaim aktiva perusahaan.
37
Menurut John J. Wild dalam Financial Statement Analysis (2005),
“Kewajiban (hutang) merupakan klaim pihak luar atas aktiva dan sumber
daya perusahaan kini dan masa depan. Kewajiban dapat berupa pendanaan
atau operasi dan biasanya didahulukan daripada pemegang ekuitas.”
b.
Klasifikasi Hutang
Hutang dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu hutang lancar
dan hutang tidak lancar. Hutang jangka pendek adalah kewajiban – kewajiban
yang penyelesaiannya harus dilakukan dengan penggunaan aktiva lancar /
pembentukan aktiva lainnya atau dapat diartikan pula sebagai kewajiban yang
akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Hutang yang jatuh temponya lebih
dari satu tahun diklasifikasikan sebagai hutang jangka panjang. Hutang lancar
yang biasanya terdapat dalam perusahan adalah : hutang dagang, hutang wesel,
hutang biaya (hutang gaji, bunga, pajak penghasilan).
Hutang jangka panjang terdiri dari hutang obligasi, hutang bank dan sewa
jangka panjang. Pendanaan perusahaan pada dasarnya terdapat dua sumber,
yaitu berasal dari pemilik dan kreditur. Umumnya kebutuhan dana untuk tujuan
jangka pendek didanai oleh sumber-sember jangka pendek (hutang dagang,
wesel bayar jangka pendek atau pinjaman jangka pendek). Kebutuhan dana
yang bersifat permanen didanai dengan sumber – sumber jangka panjang
(obligasi, utang bank, utang sewa jangka panjang).
c.
Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang dipandang sebagai mekanisme internal control yang
dapat mengurangi konflik keagenan antara manajemen dengan pemegang
38
saham. Menurut Pecking Order Theory, perusahaan menggunakan pendanaan
internal jika tersedia dan memilih hutang lebih dari ekuitas ketika pendanaan
eksternal digunakan. Pada saat pendanaan eksternal dibutuhkan, perusahaan
terlebih dahulu akan menerbitkan sekuritas yang paling aman yaitu perusahaan
akan mulai dari hutang kemudian sekuritas campuran seperti obligasi
konvertibel, kemudian ekuitas sebagai langkah terakhir.
Para manajer mengetahui lebih banyak tentang perusahaan dibanding
investor luar dan para manajer bersifat enggan untuk mengeluarkan saham
ketika mereka percaya harga saham adalah terlalu rendah, hutang menjadi lebih
baik dibandingkan ekuitas ketika permasalahan informasi itu bersifat penting.
Para manajer optimis akan menyukai hutang dibanding ekuitas yang dihargai
rendah.
Perusahaan mempunyai kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan
membayar beban bunga secara periodik. Kondisi ini menyebabkan para
manajer bekerja keras untuk meningkatkan laba sehingga dapat memenuhi
kewajiban dari penggunaan utang sebagai konsekuensi dari kebijakan ini
perusahaan menghadapi biaya keagenan utang dan resiko kebangkrutan.
Kebijakan hutang berhuibungan positif dengan resiko sehingga peningkatan
hutang meningkatkan resiko keuangan. Peningkatan resiko keuangan berarti
menimbulkan konflik sehingga diperlukan pengaturan terhadap penggunaan
utang untuk mengurangi konflik keagenan.
Perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas yang tinggi akan
mengurangi timbulnya hutang dan mengutamakan penggunaan dana internal
39
sebagai biaya investasi dan untuk menghindari kemungkinan kebangkrutan dan
resiko keuangan sedangkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan rendah
yang
menghasilkan
profitabilitas
rendah,
perusahaan
meningkatkan
penggunaan utang untuk membiayai perusahaan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang adalah sebagai
berikut :
1. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan persentase kepemilikan saham oleh
investor – investor institusional seperti perusahaan investasi. bank,
perusahaan asuransi maupun berupa kepemilikan lembaga dan perusahaan –
perusahaan lainnya. Semakin tinggi kepemilikan institusional makin
diharapkan semakin kuat kontrol internal terhadap perusahaan dimana akan
dapat mengurangi agency cost pada perusahaan. Adanya kontrol ini akan
membuat manajer menggunakan hutang pada tingkat rendah untuk
mengantisipasi
kemungkinan
terjadinya
distress
dan
kebangkrutan
perusahaan
2. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan persentase kepemilikan saham oleh
pihak manajerial yang akan dapat mensejajarkan kepentingan pemegang
saham dan kepentingan manajer sehingga manajer dapat merasakan
langsung manfaat dari keputusan yang diambil dengan tepat.
40
3. Kebijakan Pengambilan Resiko
Pada kondisi resiko tinggi, manajer memilih proyek beresiko tinggi dengan
tujuan mendapat return tinggi. Penguragan resiko dilakukan dengan
menggunakan pendanaan utang dari pihak kreditur. Namun penggunaan hutang
pada resiko tinggi dapat mengurangi biaya keagenan ekuitas namun memicu
biaya keagenan utang.
4.Kebijakan Deviden
Kebijakan deviden merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan
pendanaan perusahaan. deviden mempengaruhi utang dan mempunyai
hubungan positif. Perusahaan yang membagikan devidennya dalam jumlah
yang besar memerlukan tambahan dana melalui utang untuk membiayai
investasinya.Rasio yang digunakan dalam menilai kebijakan hutang adalah
debt to equity ratio (DER), dengan rumus :
Debt to equity ratio (DER) = Total Debt / Total Equity
B . Tinjauan penelitian terdahulu
1. Nurwahyudi dan Mardiyah (2004)
Nurwahyudi dan Mardiyah (2004) melakukan penelitian mengenai
Pengaruh Free Cash Flow terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan
Manufaktur yang telah tedaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2000 dan
2001. Jenis penelitian adalah desain klausal yang berguna untuk
menganalisis hubungan antara variabel dengan variabel lainnya. Sampel
penelitian pada tahun 2000 adalah berjumlah 66 perusahaan, sedangkan
tahun 2001 berjumlah 90 perusahaan. Data yang digunakan berupa data
41
sekunder yaitu dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD) dan
laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Metode
analisis data yang digunakan adalah regresi linear sederhana. Uji asumsi
klasik yang dipakai adalah uji normalitas data. Hasil penelitian
menunjukkan adanya pengaruh free cash flow terhadap kebijakan hutang
sebesar 29,3% tahun 2000 dan 35% tahun 2001, sisanya dipengaruhi oleh
variabel lainnya.
2. Isrina Damayanti (2006)
Isrina Damayanti (2006) dengan judul penelitian Analisis Pengaruh Free
Cash Flow dan Struktur Kepemilikan Saham terhadap Kebijakan Hutang
pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Variabel independennya adalah
free cash flow dan struktur kepemilikan saham yang dikelompokkan
menjadi dua bagian yaitu manajemen dan institusional. Variabel
dependennya ialah debt to equity ratio. Periode yang digunakan adalah
tahu 2000 sampai dengan 2003. Jenis data yang digunakan adalah data
sekunder yang meliputi laporan keuangan yang telah dipublikasikan yang
terdiri dari : (1) data kepemilikan saham oleh manajemen kepemilikan
saham oleh institusi, data total liabilities, total aktiva, total aktiva
tetap,total ekkuitas, jumlah saham yang beredar, harga saham yang
beredar, harga saham penutupan per tanggal 31 Desember, deviden yield,
yang diambil dari ICMD tahun 2000-2003, (2) data aliran kas operasi yang
diperoleh sari BEJ MM UII. Model yang digunakan untuk menguji
hipotesa dalam penelitian ini adalah model linear berganda dan
42
pengolahannya menggunakan alat bantu statistic Microsoft Excel 2000, uji
asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji autokorelasi dan
uji multikolinearitas. Pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji f dan
uji t. hasil penelitian mengungkapkan bahwa FCF mempengaruhi hutang
perusahaandengan nilai signifikansi sebesar 0,000449 (signifikansi kuat),
selain signifikan variabel aliran kas bebas juga berpengaruh positif
terhadap hutang perusahaan: kepemilikan manejerial berpengaruh negatif
terhadap kebijakan hutang perusahaan dan secara statistik tidak signifikan
yaitu 0,5345, kepemilikan institusional berpengatuh positif dan secara
statistik tidak signifikan terhadap kebijakan hutang sebesar 0,8019.
Table 2.1
Tinjauan penelitian terdahulu
No. Judul Penelitian
1.
Peneliti
Variabel Penelitian
Pengaruh
Free Nurwahyudi dan Variabel
Cash
Flow Mardiyah (2004)
Hasil Penelitian
Adanya
Independent: Free free
terhadap Kebijakan
Cash
Hutang
pada
variable dependen: hutang
Perusahaan
yang
Kebijakan Hutang
pengaruh
cash
Flow, terhadap
flow
kebijakan
terbuka di BEI
2.
Analisa free cash Isrina (2006)
Variable
flow dan struktur
Independen : Free berpengaruh positif
kepemilikan saham
Cash
terhadap kebijakan
struktur
43
Free
cash
Flow, terhadap
perusahaan
flow
hutang
dengan
utang
pada
kepemilikan
perusahaan
manufaktur
saham,
yang
kebijakan hutang
Efek Indonesia
yang
sangat
variable signifikan,
dependen
terdaftar di Bursa
nilai
: sedangkan
struktur
kepemiikan
manajerial
berpengaruh negatif
terhadap
utang
kebijakan
dan
signifikan.
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis
1. Kerangka Konseptual
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan factor-faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang
penting. Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari kejadian
teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan
tuntuan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis dan
merupakan tempat peneliti untuk memberikan penjelasan tentang hal – hal yang
berhubungan dengan variabel ataupun masalah yang ada dalam penelitian.
44
tidak
Kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut
Free Cash
Flow (X1)
H1
Kebijakan Hutang
(Y)
H2
Profitabilitas
(X2)
H3
Gambar 2.1
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Isrina (2006), Free Cash Flow
mempunyai hubungan yang positif dengan kebijakan hutang karena free cash flow
dianggap menggambarkan kas yang tersedia setelah memenuhi semua komitmen
atau tanggung jawab yang ada, yaitu keperluan pembayaran untuk melanjutkan
operasi (termasuk pembayaran hutang lancar, investasi kembali model regular
untuk mempertahankan aktivitas operasi lancar). Semakin tinggi nilai free cash
flow nya semakin tinggi pula aktivitas perusahaan yang akan menaikkan nilai
perusahaan. Free cash flow sering digunakan manajer untuk proyek – proyek
yang belum tentu menguntungkan, maka untuk mengatasi hal tersebut pemegang
saham biasanya akan menginvestasikan FCF tersebut dalam investasi jangka
panjang perusahaan/ menerbitkan hutang jangka panjang baru yang nantinya akan
memberi laba bagi perusahaan dan eraning bagi pemegang saham. Perusahaan
yang hidupnya / kelangsungan operasinya bergantung kepada pemanfaatan FCF
nya sebagai investasi / hutang akan meningkatkan laba perusahaan dan earning
45
bagi pemegang saham dan merupakan perusahaan yang sehat karena aktivitasnya
terus berlangsung dan tidak mengganggu pendanaan dari aktivitas operasi lainnya.
Rasio
profitabilitas
merupakan
rasio
untuk
menilai
kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektivitas perusahaan dalam manajemennya. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang
dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Salah satu rasio ini adalah
rasio investasi atau yang lebih dikenal dengan nama ROI (Rerurn on
Investmemnt), diamana ROI menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang
digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang
efektifitas manajemen dalam mengelola investasinya. Return On Invesnment
menjelaskan tingkat pengembalian yang didapat dari investasi yang ditanamkan
oleh perusahaan. Semakin besar tingkat pengembalian yang didapat dari investasi
yang ditanamkan maka penggunaan hutang relatif kecil. Tingkat pengembalian
yang tinggi dari investasi yang ditanamkan perusahaan memungkinkan
perusahaan menggunakan dana internal perusahaan untuk membiayai sebagian
besar pendanaannya yang
berasal dari tingkat pengembalian atas investasi
tersebut.
2. Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2007:49), “ hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan
dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proposisi merupakan ungkapan atau
pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau di uji kebenarannya mengenai
struktur atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena”.
Hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau
46
keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Hipotesis yang dirumuskan
dalam penelitian ini adalah :
H1 : Free Cash Flow berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan hutang
H2 : Profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan hutang
H3 : Free Cash Flow dan Proftabilitas berpengaruh simultan terhadap kebijakan
hutang
47
Download