BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah perokok pada saat ini semakin meningkat di berbagai usia baik pada laki-laki maupun perempuan. World Health Organization (WHO) menyebutkan jumlah perokok meningkat 2,1 persen pertahun di negara berkembang sedangkan di negara maju angka ini menurun sekitar 1,1 persen per tahun (Putri, 2015). Pada tahun 2015, Indonesia merupakan negara konsumen rokok terbesar keempat di dunia. Pengguna tembakau pada laki-laki sebesar 67,4% dan pada perempuan sebesar 4,5%. Mayoritas pengguna tembakau adalah perokok (WHO, 2015). Prevalensi perokok di Indonesia mecapai 34,7%. Pada kelompok umur 45-54 sebanyak 38,2%, dengan perbandingan laki-laki 65,9% lebih banyak daripada wanita 4,2%. Rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap perhari 1-10 batang oleh kelompok umur 15-24 tahun sebanyak 65,8% (Riskesdas, 2010) Rokok merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan sel karena di dalam rokok mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas. Radikal bebas adalah produk yang dihasilkan dari berbagai proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel, pernapasan, olah raga yang berlebihan) dan juga terdapat dari lingkungan yang terpapar oleh asap rokok, asap kendaraan, bahan pencemar dan juga radiasi (Sari, 2014). Merokok merupakan salah satu dari faktor eksogen yang dapat meningkatkan kadar Reactive Nitrogen Species (RNS) dan Reactive Oxygen Species (ROS) yang dapat menghasilkan stres oksidatif. Telah terbukti pada suatu studi bahwa merokok dapat menigkatkan kadar ROS sebanyak 107% (Haque et al., 2014). Sudah banyak pengetahuan mengenai efek buruk rokok terhadap sistem kardiovaskular, sistim respiratorik, dan sistim tubuh lainnya, tetapi masih banyak yang tidak mengetahui mengenai hubungan merokok dengan infertilitas laki-laki. 1 Universitas Kristen Maranatha Literatur medis mengindikasikan bahwa merokok dapat memberikan efek negatif pada seluruh aspek sistim reproduksi laki-laki (Haque et al., 2014). Menurut World Health Organization (WHO), lingkungan asap rokok adalah penyebab berbagai penyakit, juga asap rokok dapat menimbulkan gangguan infertilitas yang ditandai dengan penurunan jumlah spermatozoa dan gangguan spermatogenesis, menurunnya viabilitas spermatozoa dan menyebabkan adanya bahan toksik pada spermatozoa. Kemampuan spermatozoa membuahi sel telur dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa. Infertilitas adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu memiliki keturunan setelah melakukan hubungan seksual sebanyak 2 sampai 3 kali seminggu dalam 1 tahun tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun (Djuwantono, 2008). Dari penelitian yang ditemukan, efek negatif dari merokok pada parameter spermatozoa sepertinya berhubungan dengan ‘dose-dependet effect’, dan jumlah rokok yang dihisap memiliki hubungan dengan penurunan jumlah spermatozoa. Hal tersebut dikarenakan komponen toksik pada rokok yang meningkatkan radikal bebas pada cairan seminal dan stres oksidatif memiliki efek destruksi pada membran spermatozoa dan DNA (Colagar et al., 2007). Perokok sendiri dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu, perokok ringan, sedang, dan berat menurut indeks Brinkman. Perokok ringan memiliki nilai indeks Brinkman 1-200, perokok sedang 200-600, dan perokok berat memiliki indeks Brinkman diatas 600 (PDPI, 2003). Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis ingin mengetahui perbandingan jumlah spermatozoa pada kelompok bukan perokok dan beberapa kelompok perokok yang diklasifikasikan oleh indeks Brinkman. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, identifikasi masalah penulisan karya tulis ini adalah apakah terdapat perbedaan jumlah spermatozoa pada bukan perokok, perokok ringan, perokok sedang, dan perokok berat. 2 Universitas Kristen Maranatha 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh merokok pada spermatozoa. 1.3.2 Tujuan Penelitan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan jumlah spermatozoa pada kelompok bukan perokok dan beberapa kelompok perokok yang dikelompokkan berdasarkan indeks Brinkman. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan referensi dalam bidang andrologi mengenai pengaruh banyaknya konsumsi rokok pada jumlah spermatozoa. 1.4.2 Manfaat Praktis Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi pada masyarakat dan praktisi kesehatan mengenai efek banyaknya konsumsi rokok terhadap jumlah spermatozoa. 3 Universitas Kristen Maranatha 1.5 Kerangka Pemikiran Merokok mengurangi jumlah spermatozoa dan kesuburan pada laki-laki. Transfer aktif beberapa komponen terjadi dari asap rokok melalui blood barriertestis. Kehadiran komponen ini dalam plasma mani dapat menyebabkan degradasi parameter sperma dan kualitas inti spermatozoa (Aryanpur et al., 2011). Salah satu mekanisme yang menyebabkan penurunan jumlah spermatozoa adalah adanya stres oksidatif pada semen. Reactive Oxygen Species (ROS) merupakan radikal bebas yang mengandung oksigen yang memiliki kemampuan untuk merusak DNA dan sel. Timbulnya ROS dalam tubuh diimbangi dengan mekanisme pertahanan endogen yang disebut antioksidan. Antioksidan adalah suatu molekul yang dapat menetralisasi dari ROS dan mencegah terbentuknya stres oksidatif. Ketika ditemukan ketidakseimbangan antara pembentukan ROS dan netralisasi, stres oksiatif muncul sehingga memicu kerusakan lipid, asam nukleat, protein, dan karbohidrat (Colagar et al., 2007; Haque et al., 2014). Telah terbukti pada suatu studi bahwa merokok dapat meningkatkan kadar ROS sebanyak 107%. Beberapa ROS yang terdapat dalam plasma semen yaitu anion superoksida (O2), hidrogen peroksida (H2O), dan radikal hidroksil (OH). Pada semen manusia didapatkan antioksidan, yaitu asam askorbat, tetapi pada perokok ditemukan penurunan antioksidan pada semen sebanyak 20-40% (Colagar et al., 2007; Haque et al., 2014). Spermatozoa mudah dirusak oleh ROS karena membran plasmanya memiliki polyunsaturated fatty acids dalam jumlah banyak dan memiliki sitoplasma yang kecil yang berisi enzim dengan konsentrasi rendah dan antioksidan. Maka dari itu produksi ROS dalam kadar yang tinggi pada traktus reproduksi tidak hanya berpengaruh pada cairan dan fungsi dari spermatozoa saja, tetapi mengenai integritas DNA pada nukleus spermatozoa juga. Kadar ROS yang sangat tinggi dapat mempercepat proses apoptosis dari sel germinal (Colagar et al., 2007; Haque et al., 2014) Metabolisme rokok dapat menginduksi reaksi inflamasi pada traktus genitalia laki-laki dengan mengeluarkan mediator-mediator inflamasi yang dapat 4 Universitas Kristen Maranatha mengaktivasi leukosit. Leukosit yang teraktivasi dapat meningkatkan kadar ROS dalam semen, akan berujung pada ketidakseimbangan dengan antioksidan dan menghasilkan stres oksidatif (Colagar et al., 2007). Dengan demikian, rokok dapat menurunkan jumlah spermatozoa. 1.6 Hipotesis Penelitian Terdapat perbedaan jumlah spermatozoa pada kelompok bukan perokok, perokok ringan, perokok sedang, dan perokok berat. 5 Universitas Kristen Maranatha