KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa minyak essensial daun sereh bersifat bacteriocidal. Penambahan daun sereh ke dalam ransum menurunkan total koloni mikrobia, KcBK, KcBO, KcPK tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap KcSK. Suplementasi daun sereh sebagai sumber minyak essensial dalam ransum dapat diberikan pada level 25 mg/l karena tidak mengubah nilai KcBO dan KcSK. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, perlu dilakuan mengenai pengujian proteksi protein pakan dengan penambahan minyak essensial dan aplikasi suplementasi minyak essensial ke dalam ransum ternak. 42 RINGKASAN Ruminansia memiliki sistem pencernaan spesial yang melibatkan mikrobia di dalam rumen dalam proses fermentasi pakan (McDonald et al., 2002). Pakan ternak ruminansia memiliki kandungan serat kasar yang tinggi dan dapat didegradasi oleh mikrobia rumen menjadi volatile fatty acids (VFA), karbondioksida, dan rumen (Mitsumori and Sun, 2008). Strategi suplementasi pakan digunakna untuk mengurangi produksi metan tanpa menghambat proses fermentasi pakan dalam rumen (Klevenhusen et al., 2011). Minyak essensial merupakan komponen volatil aromatik yang diekstraksi dari tanaman dan merupakan metabolit sekunder yang digunakan untuk mempengaruhi pertumbuhan mikrobia rumen (Patra, 2011). Minyak essensial bersifat bacteriostatic dan bacteriocidal yang mampu menghambat pertumbuhan mikrobia (Tajkarimi et al., 2010). Komponen aktif minyak essensial dari beberapa tanaman menunjukkan perbedaan aktivitas anti mikrobia (Calsamiglia et al., 2007). Daun sereh merupakan bagian dari tanaman sereh dan mempunyai kadar minyak essensial sebesar 2,1% sampai dengan 2,34% (Hanaa et al., 2012). Komponen aktif minyak essensial dalam sereh mampu menghambat beberapa bakteri gram positif dan negatif (Sing et al., 2011). Minyak essensial merupakan senyawa volatil dan hasil metabolit sekunder yang digunakan untuk manipulasi aktivitas mikrobia di dalam 43 rumen (Benchaar et al., 2008). Minyak essensial mempunyai sifat hidrofobik yang tinggi yang digunakan untuk proses interaksi dengan membran sel. Pengikatan minyak essensial terhadap membran sel bakteri sangat tinggi hingga sampai pada membran lipid bilayer. Akumulasi pada membran sel menyebabkan gangguan pada pembentukan rantai asam lemak dan mempengaruhi permeabilitas dan stabilitas membran (Benchaar dan Greathead, 2011). Penambahan minyak essensial dengan komponen aktif thymol, limonene, dan guaiacol memiliki aktivitas anti mikrobia yang dapat mempengaruhi proses fermentasi pakan di dalam rumen (Castillejos et al., 2007). Penambahan minyak essensial dapat menghambat proses deaminasi asam amino dan metanogenesis dengan menurunkan jumlah populasi mikrobia (Calsamiglia et al., 2007). Penambahan thymol sebesar 50 mg/l dan 500 mg/l menghambat pertumbuhan bakteri selulolitik seperti Ruminococci sp. dan Butyrivibrio fibrisolvens. Penghambatan bakteri selulolitik menghambat proses degradasi serat kasar dan menurunkan kecernaan serat kasar (Castillejos et al., 2006). Penambahan minyak essensial jenis minyak bawang (garlic oil) sebesar 5 mg/l menurunkan KcPK sebesar 0,5% (Klevenhusen et al., 2011). Penambahan minyak essensial dalam ransum dapat menurunkan total koloni mikrobia penghasil amonia dan mikrobia proteolitik lain. Penurunan populasi mikrobia proteolitik menurunkan aktivitas proteolitik dan degradasi protein pakan (McIntosh et al., 2003). Penurunan aktivitas 44 proteolitik menurunkan degradasi bahan organik sehingga menurunkan KcBK dan KcBO (Yang et al., 2007). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh penambahan daun sereh (Cymbopogon citratus) sebagai sumber minyak essensial terhadap nilai kecernaan pakan dalam rumen secara in vitro. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Biokimia Nutrisi, Fakultas Peternakan UGM pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Mei 2014. Penelitian ini diawali dengan uji analisis kandungan minyak essensial dalam daun sereh. Perlakuan pakan adaptasi dilakukan terhadap 2 ekor sapi PO berfistula yang diberikan pakan perbandingan pakan hijauan:konsentrat dengan perbandingan 60:40 yang setara dengan TDN 88,57% dan PK 9,34% dan dilakukan selama 1 minggu. Uji perlakuan penambahan minyak essensial terhadap total koloni mikrobia dilakukan dengan mengkulturkan mikrobia rumen yang diinkubasi dengan menggunakan substrat glukosa 1% dengan pengeceran bertingkat mulai 101 sampai dengan 1010 serta dengan menggunakan metode roll tube. Hasil isolasi terbaik dari pengenceran bertingkat, pengenceran 104 digunakan untuk mengkulturkan mikrobia rumen dengan penambahan daun sereh setara dengan level konsentrasi minyak essensial 0, 25, 50, 75, dan 100 mg/l medium. Penambahan daun sereh setara dengan level minyak essensial sebesar 0, 25, 50, 75, dan 100 mg/l medium digunakan untuk mengevaluasi kecernaan pakan. Masing-masing perlakuan terdiri dari 3 45 ulangan, kemudian dimasukkan ke dalam botol serum dalam kondisi anaerob, suhu 39oC, dan diinkubasi selama 48 jam. Variabel yang diamati antara lain total koloni mikrobia, dan uji kecernaan BK, BO, PK, dan SK dengan menggunakan metode in vitro produksi gas menurut Theodorou et al. (1994). Data yang diperoleh dianalisis variansi pola searah, kemudian untuk mengetahui perbedaan antara nilai rerata dilakukan uji Duncan’s new multiple range test (Astuti, 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa total koloni mikrobia mengalami penurunan pada level minyak essensial 25, 50, 75, dan 100 mg/l. Hasil uji evaluasi kecernaan pakan menunjukkan adanya peningkatan KcPK pada level 25 mg/l (P<0,01). Penambahan daun sereh sebagai sumber minyak essensial pada level 50 mg/l dan 100 mg/l menurunkan KcPK sebesar 2,52 dan 29,65%. Penambahan minyak essensial daun sereh sebesar 25, 50, 75, dan 100 mg/l menurunkan KcBK sebesar 7,54, 15,90, 14,75, dan 18,12% sedangkan penambahan minyak essensial daun sereh sebesar 50,75, dan 100 mg/l menurunkan KcBO sebesar 9,71, 9,14, dan 10,79%. Penambahan minyak essensial dalam ransum tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kecernaan serat kasar. Penambahan minyak essensial dalam ransum menyebabkan adanya penurunan mikrobia proteolitik dan penghasil amonia sehingga protein yang terdegradasi mengalami penurunan (Castillejos et al., 2007). Penurunan protein terdegradasi menyebabkan adanya penurunan bahan 46 organik dan bahan kering yang tercerna (McIntosh et al., 2003). Meskipun, penambahan minyak essensial menyebabkan adanya penurunan protein terdegradasi dalam rumen, penambahan minyak essensial sebesar 25 mg/l menunjukkan adanya peningkatan kecernaan protein kasar sebesar 17,64% (P<0,01) dan pada level yang sama kecernaan bahan organik tidak berbeda nyata dibandingkan kontrol. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa tanpa mengubah nilai KcBO dan KcSKdengan adanya penambahan daun sereh sebagai sumber minyak essensial dapat dilakukan pada konsentrasi minyak essensial sebesar 25 mg/l. 47