UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008-2010) IBNU PERDANA 1006812674 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI EKSTENSI JAKARTA JANUARI 2012 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 "Kami yang bertandatangan pekerjaan dibawah ini menyatakan bahwa tugas terlampir adalah murni hasil kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya. Materi ini belum pernah disajikanJdigunakan kami menyatakan denganjelas sebagai bahan untuk tugas pada mata ajaran lain kecuali bahwa kami menggunakannya. Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme." ANALISIS MEKANISME MANAJEMEN PENGARUH UKURAN CORPORATE LARA (Studi PERUSAHAAN GOVERNANCE Empiris pada terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008-2010) Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 DAN TERHADAP Perusahaan Jasa yang ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN MEKANISME GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA CORPORATE Telah disetujui oleh dosen pengajar mata kuliah untuk diunggah di lib.uLac.id/unggah dipublikasikan sebagai karya imiah sivitas akademika Universitas Indonesia Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 dan demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN MEKANiSME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008-2010) beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencanturnkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN MEKANISME CORPORA TE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari corporate governance, dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaanjasa non keuangan. Corporate governance dalam penelitian ini dibedakan menjadi lima variabel yaitu konsentrasi kepemilikan, komposisi dewan komisaris independen, kualitas dan keandalan KAP, dan komposisi komite audit. Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total asset. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEl) mulai tahun 2008 - 2010 yang dipilih dengan purposive based sampling method. Dari hasil pencarian data diperoleh jumlah sampel sebanyak 30 perusahaan Efek Indonesia (BEl) periode 2008 - 20 I 0 dengan data observasi yang terdaftar sebanyak di Bursa 90. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba adalah konsentrasi kepemilikan. Semakin tinggi kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, semakin rendah manajemen laba perusahaan tersebut. Variabel komposisi dewan komisaris independen, kualitas keandalan KAP, komposisi komite audit dan ukuran perusahaan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan jasa. Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 This study aimed to examine the effect of corporate governance, and firm size on earnings management in service companies. Corporate governance in this study is divided into five variables: the concentration of ownership, independent board composition, quality and reliability of public accounting and audit committee composition. Firm size was measured using the natural logarithm of total assets. This study used a sample of service companies listed in Indonesia Stock Exchange ( IDX) beginning in 2008 to 2010 were selected by purposive sampling based method. From the results of data obtained a total sample of 30 companies listed on the Indonesian Stock Exchange ( BEl) in the period 2008-201 0 with the observational data of90. Based on the results of the study showed that the variables that had a significant influence on earnings management is the concentration of ownership. The higher the managerial ownership and institutional ownership, the lower the earnings management of the company. Independent board composition variables, reliability of quality public accountant, audit committee composition and size of the company does not have a significant influence on earnings management services of the company. Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS........................................... HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH....................... ABSTRAK...................................................................................................... DAFTAR ISI................................................................................................... i ii iii iv v vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan.................................................. 1 3 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Penelitian-Penelitian Terdahulu............ 2.1.1 Teori Keagenan........................................................... 2.1.2 Laporan Keuangan...................................................... 2.1.3 Laba.......................................................................... 2.1.4 Corporate Governance................................................. 2.1.5 Manajemen Laba........................................................ 2.1.6 Penelitian Terdahulu................................................... 4 4 5 7 8 10 12 BAB III 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 14 14 16 16 16 17 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel..................... Populasi dan Sampel............................................................... Jenis dan Sumber Data............................................................ Metode Pengumpulan Data...................................................... Metode Analisis...................................................................... BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian........................................................ 4.2 Analisis Data......................................................................... 4.3 Hasil Pengujian Hipotesis....................................................... 22 22 22 29 BAB V 5.1 5.2 30 30 31 PENUTUP, KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan................................................................................... Keterbatasan dan Saran............................................................ DAFTAR PUSTAKA................................................................................ LAMPIRAN................................................................................................... vii Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 viii x ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008-2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur atas posisi keuangan dan kinerja keuangan dari suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi atas posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas suatu entitas yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi untuk beberapa kalangan yang menggunakannya. Laporan keuangan juga merupakan hasil pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dimilikinya dalam rangka mencapai tujuan perusahaan (PSAK No.1 Revisi 2009). Laporan Laba/Rugi merupakan salah satu komponen laporan keuangan yang sangat penting karena di dalamnya terkandung informasi laba yang bermanfaat bagi pemakai informasi laporan keuangan untuk mengetahui kemampuan dan kinerja keuangan perusahaan. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.1, informasi laba merupakan indikator untuk mengukur kinerja atas pertanggungjawaban manajemen dalam mencapai tujuan operasi yang telah ditetapkan serta membantu pemilik untuk memperkirakan earnings power perusahaan dimasa yang akan datang. Informasi laba sering menjadi target rekayasa melalui tindakan oportunis manajemen untuk memaksimumkan kepuasaannya. Tindakan yang mementingkan kepentingan sendiri (opportunistic) tersebut dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba dapat diatur, dinaikkan atau diturunkan sesuai keinginannya. Perilaku manajemen untuk mengatur laba sesuai keinginannya tersebut dikenal dengan istilah manajemen laba. Scott (1997) mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut “Given that managers can choose accounting policies from a set (for example,GAAP), it is natural to expect that they will choose policies so as to maximize their own utility and/or the market value of the firm”. Dari definisi tersebut manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan. Scott (1997) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontak utang, dan political costs (Opportunistic Earnings Management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif eficient contracting (Eficient Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu. Konsep earning management menurut Salno dan Baridwan (2000:19): menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa ”praktek earning management dipengaruhi oleh konflik antara kepentingan manajemen (agent) dan 1 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 pemilik (principal) yang timbul karena setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya”. Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena principal tidak dapat memonitor aktivitas manajemen sehari-hari untuk memastikan bahwa manajemen bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham (pemilik). Menurut teori keagenan, untuk mengatasi masalah ketidakselarasan kepentingan antara principal dan agent dapat dilakukan melalui pengelolaan perusahaan yang baik (Midiastuty & Machfoedz, 2003). Sebagaimana diungkapkan oleh Veronica dan Bachtiar (2004) corporate governance adalah salah satu cara untuk mengendalikan tindakan oportunistik yang dilakukan manajemen. Ada empat mekanisme corporate governance yang dapat digunakan untuk mengatasi konflik keagenan, yaitu meningkatkan kepemilikan manajerial, meningkatkan kepemilikan institusional, komisaris independen dan komite audit (Andri dan Hanung, 2007). Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajer, diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kerja. Sedangkan kepemilikan oleh institusional dinilai dapat mengurangi praktek manajemen laba karena manajemen menganggap institusional sebagai sophisticated investor dapat memonitor manajemen yang dampaknya akan mengurangi motivasi manajer untuk melakukan manajemen laba (Pranata dan Mas’ud, 2003). Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) tujuan dari corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Penerapan corporate governance secara konsisten yang berprinsip pada keadilan, transparansi, akuntanbilitas, dan pertanggungjawaban terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan. Dengan adanya prinsip good corporate governance tersebut diharapkan dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak mengambarkan nilai fundamental perusahaan. Beberapa penelitian telah dilakukan mekanisme corporate governance yang mempengaruhi manajemen laba dan ditemukan hasil yang beragam. Penelitian Darmawati (2003) serta Siregar dan Utama (2005) tidak menemukan bukti adanya hubungan signifikan antara pengelolaan laba dengan konsentrasi kepemilikan institusional. Hal ini diperkuat penelitian Cornet et.al (2006) yang juga menemukan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ini disebabkan pandangan yang mengatakan bahwa institusional adalah pemilik sementara dan lebih memfokuskan pada laba jangka pendek sehingga keberadaannya tidak mampu mengurangi praktik manajemen laba. Hasil penelitian tersebut berkontradiksi dengan penelitian Palestin (2006) dan Nuryaman (2008) dimana semakin besar kepemilikan saham oleh pemegang saham maka semakin kecil praktik manajemen laba yang terjadi. Penelitian Chtourou (2001), Wedari (2004) dan Nasution dan Setiawan (2007) menganalisis pengaruh proporsi dewan komisaris independen terhadap manajemen laba. Penelitian mereka tersebut melaporkan bahwa proporsi dewan komisaris independen memiliki hubungan negatif signifikan dengan manajemen laba. Artinya proporsi dewan komisaris independen mampu mengurangi manajemen laba yang terjadi di perusahaan. Berbeda dengan penelitian Siregar dan Utama (2005) dan Nuryaman (2008) yang 2 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris tidak memberikan pengaruh terhadap manajemen laba. Nasution dan Setiawan (2007) dengan sampel perusahaan perbankan tidak menemukan adanya pengaruh signifikan dari ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Sebaliknya Nuryaman (2008) menemukan hubungan signifikan antara ukuran perusahaan manufaktur dengan praktik manajemen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Kesenjangan penelitian serta hasil-hasil yang belum konsisten mendorong untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai praktik manajemen laba pada perusahaan manufaktur. Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Nuryaman (2008), dengan objek penelitian perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini berusaha menyelidiki adanya praktik manajemen laba serta menguji kembali faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan, dan mekanisme corporate governance. Selain itu, penelitian ini juga menambahkan variabel komite audit sebagai proksi mekanisme corporate governance karena dalam penelitian Wilopo (2004) variabel ini ditemukan berhubungan secara signifikan dengan manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini diberikan judul “ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA”. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakan masalah diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan, sebagai berikut: 1. Apakah ukuran perusahaan jasa berpengaruh terhadap manajemen laba? 2. Apakah mekanisme corporate governance pada perusahaan jasa berpengaruh terhadap manajemen laba? 1.3 TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN 1.3.1 TUJUAN 1. Mengetahui apakah berpengaruh terhadap manajemen laba 2. Menelaah Apakah mekanisme corporate governance pada perusahaan jasa berpengaruh terhadap manajemen laba? 1.3.2 KEGUNAAN Para penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada: 1. Pembaca, memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai praktik manajemen laba pada perusahaan di Indonesia terutama perusahaan jasa. 2. Penelitian yang akan datang, sebagai bahan acuan terutama penelitian yang berkaitan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba. 3. Akademisi, memberikan kontribusi pada literatur-literatur terdahulu mengenai praktik manajemen laba di negara berkembang khususnya Indonesia. 3 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Penelitian-Penelitian Terdahulu 2.1.1 Teori Keagenan Pemahaman corporate governance dan manajemen laba dapat diperoleh dari teori keagenan. Teori keagenan adalah sebuah kontrak, dimana principal (pemilik) mempekerjakan agen (manajer) untuk melakukan suatu pekerjaan, yaitu mendelegasikan otorisasi pembuatan keputusan kepada sang agen. Agen bisa saja tidak bekerja penuh untuk kepentingan prinsipal, karena kedua pihak memiliki kepentingan dan tujuan yang berbeda (Jensen and Meckling, 1976). Asumsi yang mendasari terjadinya teori keagenan antara lain; Kepentingan diri, Konflik tujuan, Persepsi masa depan yang terbatas, Informasi yang asimetris, Efisiensi sebagai kriteria efektivitas, Penghindaran resiko, dan Informasi sebagai komoditas (Eisenhardt, 1989). Asumsi ini menyebabkan terjadinya konflik antara principal dan agen. Dimana principal selalu menginginkan peningkatan profitabilitas, dan agen termotivasi untuk selalu meningkatkan kepentingan ekonomi berdasarkan kondisinya. Menurut Baiman (1990), terdapat 3 model hubungan agensi yaitu The PrincipalAgent Model, The Transaction Cost Economics Model, The Rochester Model. Ketiganya memiliki dua kerangka kesamaan dan dua perbedaan. Kesamaannya: 1. Ketiganya memahami ketentuan dan penyebab hilangnya efisiensi yang diciptakan oleh divergensi antara perilaku kerjasama dan kepentingan individu; 2. Ketiganya menganalisa dan memahami implikasi perbedaan proses pengendalian menghindari hilangnya efisiensi pada masalah agensi. Sedangkan perbedaannya: 1. Menekankan perbedaan sumber-sumber divergensi perilaku kerjasama dan kepentingan individu; 2. Menekankan perbedaan aspek pada agenda riset pada umumnya; 3. Pemodelan berhati-hati yang mendasari konteks ekonomi yang menyebabkan timbulnyamasalah agensi; 4. Derivasi optimalisasi hubungan kerja dan memahami bagaimana hubungan kerja yang meringankan masalah agensi 5. Komparasi hasil-hasil untuk melakukan observasi praktik model yang dipakai dan menganalisanya. Artinya dalam kerangka umum model hubungan agensi memperlihatkan bahwa manajer melakukan maksimasi expected utility agar dapat mempengaruhi desain kontrak kerja mereka. Pemilik dan manajer secara bersama dibatasi biaya atas masalah agensi, sehingga memerlukan insentif untuk mendesain kontrak yang mengurangi secara efisien masalah agensi. Dua tokoh utama (principal dan agent) dalam interaksi bisnis tersebut sebenarnya mengarah pada kepentingan yang sama, yaitu wealth (kekayaan). Bentuk ekstrim (extreme ways) dari agency theory sendiri sebenarnya adalah ketika hubungan agensi dijadikan mekanis-matematis untuk kepentingan legitimasi kepentingan “mutualis insklusif“. 4 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 Konflik ini menyebabkan munculnya masalah keagenan (agency problem), salah satu penyebabnya adalah informasi yang asimetris. Yaitu, keadaan dimana agen mengetahui suatu informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, serta perusahaan sedangkan principal kurang memiliki informasi yang lengkap (Widyaningdyah, 2001). Teori keagenan berusaha untuk mengatasi masalah yang dapat terjadi (Eisenhardt, 1989), yaitu: 1. Masalah yang terjadi ketika keinginan dan tujuan principal dan agen berlawanan 2. Principal kesulitan untuk melakukan verifikasi terhadap kebenaran tindakan sang agen dalam hal pencapaian kepentingan principal. 3. Pembagian resiko apabila principal dan agen memiliki sikap yang berbeda dalam menghadapi resiko tersebut 2.1.2 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan perusahaan yang terjadi pada suatu periode akuntansi yang dapat menggambarkan kinerja perusahaan. Definisi laporan keuangan berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (Revisi 2009): Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggung-jawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011) laporan keuangan yang disusun oleh manajemen terdiri dari: 1. Neraca Neraca adalah laporan yang melaporkan asset, kewajiban, dan ekuitas pemegang saham dari sutu perusahaan bisnis pada tanggal tertentu. Kegunaan dari informasi yang ada di dalam neraca adalah untuk menganalisis likuiditas, solvabilitas, dan fleksibilitas keuangan perusahaan. Elemen – elemen yang ada di dalam neraca mencakup asset, kewajiban, dan ekuitas. 2. Laporan Laba/Rugi Laporan Laba/Rugi adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan pada jangka waktu tertentu. Kegunaan dari informasi yang ada di dalam laporan laba/rugi adalah (1) untuk mengevaluasi kinerja masa lalu suatu perusahaan, (2) menyediakan dasar untuk memprediksi kinerja mendatang suatu perusahaan, dan (3) untuk memperkirakan risiko atau ketidakpastian tentang arus kas mendatang. Elemen – elemen yang ada di dalam laporan laba/rugi mencakup pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian. 5 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 3. 4. Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas adalah laporan yang melaporkan (1) pengaruh kas terhadap operasi selama satu periode, (2) transaksi – transaksi investasi, (3) transaksi – transaksi pembiayaan dan (4) kenaikan atau penurunan bersih pada kas selama periode tertentu. Tujuan utama dari laporan arus kas adalah untuk menyediakan informasi yang relevan tentang penerimaan kas dan pengeluaran kas suatu perusahhaan dalam suatu periode. Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan peningkatan dan penurunan aktiva bersih perusahaan atau kekayaan perusahaan selama periode yang bersangkutan termasuk keputusan atas kebijakan direksi terhadap para pemilik modal. Menurut SFAC (Statement of Financial Accounting Concept) No.2, karakter-karakter kualitatif yang menjadikan informasi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan antara lain: 1. Relevan Informasi akuntansi disebut relevan apabila: Informasi tersebut dapat digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap peristiwa masa lalu, saat ini, dan masa depan. Informasi tersebut dapat menegaskan harapan-harapan yang telah dibuat sebelumnya. Informasi harus tersedia pada waktunya sebelum informasi tersebut kehilangan kemampuan dalam mempengaruhi pengambilan keputusan. 2. Keandalan Informasi akuntansi disebut andal apabila: Informasi tersebut menggambarkan secara wajar keadaan yang sebenarnya. Informasi dapat diuji kebenarannya dengan metode pengukuran yang sama. Informasi bebas dari bias. 3. Daya Banding dan Konsistensi Informasi akuntansi yang memiliki daya banding dan konsisten apabila: Informasi dapat dibandingkan dengan informasi sejenis dari perusahaan lain untuk periode waktu tertentu. Informasi yang konsisten ditandai dengan penggunaan metode yang sama oleh perusahaan sepanjang periode. 4. Materialitas Besarnya kealpaan dan salah saji informasi akuntansi, yang di dalam lingkungan tersebut membuat kepercayaan seseorang berubah atau terpengaruh dari adanya kealpaan dan salah saji tersebut. 5. Pertimbangan Cost-Benefit Cost dalam menyediakan laporan keuangan harus ditimbang dengan benefit yang di dapat dari menggunakan laporan tersebut. 6 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 AICPA Special Committee membuat batasan untuk membatasi biaya pelaporan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 2.1.3 Laporan harus tidak memuat informasi diluar kemampuan manajemen atau yang mana manajemen bukan sumber terbaik dari laporan tersebut, sebagai contoh laporan mengenai competitor. Manajemen harus tidak diminta untuk melaporkan informasi yang secara signifikan akan merugikan posisi kompetisi perusahaan Manajemen harus tidak diminta untuk menyediakan forecasted financial statements, manajemen hanya menyediakan informasi yang membantu user meramalkan sendiri kondisi keuangan perusahaan di masa dating. Manajemen hanya dibutuhkan melaporkan informasi yang diketahuinya, ini berarti manajemen tidak berkewajiban mengumpulkan informasi yang tidak dipunyai, dibutuhkan, dalam menjalankan bisnis. Beberapa elemen dari laporan keuangan harus dilaporkan apabila user dan manajemen setuju untuk dilaporkan – sebuah konsep flexible reporting Perusahaan tidak diharuskan untuk melaporkan laporan forward-looking, kecuali ada sesuatu faktor aturan yang memaksa perusahaan membuatnya. Laba Kreditur, investor, dan pihak terkait lain dapat menggunakan informasi laba sebagai bahan; 1. 2. 3. 4. Evaluasi kinerja manajemen, Estimasi kemampuan laba sebagai ‘wajah’ dari kemampuan jangka panjang perusahaan, Prediksi laba dimasa depan, dan Menaksir resiko sebagai investor atau kreditur. Definisi laba Menurut Harahap (2008:113) “kelebihan penghasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi”. Sementara pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. Menurut Harahap (2005:263) laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan. Laporan laba rugi bermanfaat untuk (Kieso,Weygandt,Warfield 2011) : 1. Mengevaluasi kinerja perusahaan di masa lampau 2. Menyediakan dasar untuk memprediksi kemampuan perusahaan dimasa depan 3. Alat bantu untuk menaksir risiko dan ketidakpastian dalam mencapai arus kas dimasa depan 7 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 2.1.4 Corporate Governance 2.1.4.1 Definisi Corporate Governance Berdasarkan Forum of Corporate Governance in Indonesia (FCGI), definisi corporate governance adalah seperangkat aturan-aturan yang mendefinisikan hubungan antara pemegang saham, manager, kreditor, pemerintah, karyawan dan pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya dalam upaya mematuhi hak dan kewajiban mereka, atau mematuhi sistem yang mengatur perusahaan. Berdasarkan definisi diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa corporate governance berupaya mengatur berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder) dengan perusahaan sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing dan sejalan dengan sistem perusahaan. 2.1.4.2 Manfaat Corporate Governance Berdasarkan Forum of Corporate Governance in Indonesia (FCGI), dengan mengaplikasikan corporate governance terdapat beberapa manfaat yang dapat dicapai perusahaan, antara lain: 1. Mempermudah untuk peningkatkan modal 2. Mempermudah perolehan dana pembiayaan yang lebih murah 3. Meningkatkan kinerja bisnis dan ekonomi perusahaan 4. Memberi dampak baik bagi harga saham 2.1.4.3 Prinsip-Prinsip Corporate Governance Forum of Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mengemukakan prinsip-prinsip dasar dalam penerapan good corporate governance, antara lain: 1. Transparency (keterbukaan informasi) Secara sederhana bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi. Dalam mewujudkan prinsip ini, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang cukup, akurat, tepat waktu kepada segenap stakeholders-nya. 2. Accountability (akuntabilitas) Yang dimaksud dengan akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, system dan pertanggungjawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan secara efektif, maka akan ada kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban dan wewenang serta tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi. 3. Responsibility (pertanggung jawaban) Bentuk pertanggung jawaban perusahaan adalah kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku, diantaranya; masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan bisnis yang kondusif bersama masyarakat dan sebagainya. Dengan menerapkan prinsip ini, diharapkan akan menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggung jawab kepada shareholder juga kepada stakeholders-lainnya. 8 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 4. Indepandency (kemandirian) Intinya, prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara profesional tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. 5. Fairness(kesetaraan dan kewajaran) Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak stakeholder sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Diharapkan fairness dapat menjadi faktor pendorong yang dapat memonitor dan memberikan jaminan perlakuan yang adil di antara beragam kepentingan dalam perusahaan. 2.1.4.3 Mekanisme Corporate Governance Mekanisme adalah suatu tindakan atau cara yang bersifat sistematis untuk mencapai suatu tujuan. Mekanisme dalam corporate governance adalah tata-cara dan hubungan antara pihak pengambil keputusan dengan pihak pengawas/ pengatur. Menurut Iskandar & Chamlao (2000) Mekanisme dalam pengawasan corporate governance dibagi dalam dua kelompok yaitu: 1. Internal Mechanism adalah cara untuk mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internalseperti rapat umum pemegang saham, komposisi dewan direksi, komposisi dewankomisaris dan pertemuan dengan board of director 2. Eksternal Mechanism adalah cara mempengaruhi perusahaan selain dengan menggunakanmekanisme internal, seperti pengendalian perusahaan dan mekanisme pasar. Menurut Boediono (2005) mekanisme corporate governance adalah suatu sistem yang mengandalikan dan mengarahkan operasional perusahaan. Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba Menurut Andri & Hanung (2007) Ada empat mekanisme corporate governance yang sering dipakai dalam berbagai penelitian mengenai corporate governance yang bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan, yaitu komite audit, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial. Komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya good corporate governance. Dengan berjalannya fungsi komite audit secara efektif, maka control terhadap perusahaan akan lebih baik sehingga, konflik keagenan yang terjadi akibat keinginan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri dapat diminimalisasi. 9 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 2.1.5 Manajemen Laba 2.1.5.1 Pengertian Manajemen Laba Definisi manajemen laba dibagi menjadi dua (Sugiri, 1998 dalam Widyaningdyah, 2001), yaitu: 1. Definisi Sempit Manajemen laba berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Dalam arti sempit, diartikan bahwa manajemen “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam penentuan besar laba. 2. Definisi Luas Manajemen laba adalah tindakan manajer dalam meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan tanpa mengakibatkan peningkatan atau penurunan profitabilitas jangka panjang, dan manajemen bertanggung jawab akan hal itu. Scoot (2000) melihat manajemen laba dengan dua cara. Pertama, manajemen laba adalah perilaku oportunistik dari manajemen untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan biaya politik. Kedua, manajemen laba dilihat dari perspektif kontrak yang memberi fleksibilitas bagi manajemen untuk antisipasi kejadian-kejadian tak terduga sehingga melindungi manajemen dan perusahaan. Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Fischer dan Rosenzweig (1995) mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan seorang manajer dengan menyajikan laporan yang menaikan (menurunkan) laba periode berjalan dari unit usaha yang menjadi tanggungjawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan (penurunan) profitabilitas ekonomi unit tersebut dalam jangka panjang. Sedangkan menurut Healy dan Wahlen (1999), manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Healy dan Wahlen (1999), menyatakan bahwa definisi manajemen laba mengandung beberapa aspek. Pertama intervensi manajemen laba terhadap pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan penggunaan judgment, misalnya judgment yang dibutuhkan dalam mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan untuk ditunjukan dalam laporan keuangan, seperti perkiraan umur ekonomis dan nilai residu aktiva tetap, tanggungjawab untuk pensiun, pajak yang ditangguhkan, kerugian piutang dan penurunan nilai asset. Disamping itu manajer memiliki pilihan untuk metode akuntansi, seperti metode penyusutan dan metode biaya. Kedua, tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul ketika manajemen memiliki akses terhadap informasi yang tidak dapat diakses oleh pihak luar. 10 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 2.1.5.2 Faktor-Faktor Manajemen Laba Faktor-faktor manajemen laba menurut Watt dan Zimmerman (1996) antara lain: 1. Bonus Plan Hypothesis Hipotesis bonus plan menyatakan bahwa manajer pada perusahaan dengan bonus plan cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan income saat ini. 2. Debt Covenant Hypothesis Debt covenant hypothesis menyebutkan bahwa manajer termotivasi melakukan manajemen laba untuk menghindari pelanggaran perjanjian hutang. Selain itu, manajer perusahaan tersebut cenderung menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan pendapatan maupun laba. 3. Political Cost Hypothesis. Menyatakan bahwa perusahaan yang besar, yang kegiatan operasinya menyentuh sebagian besar masyarakat akan cenderung untuk mengurangi laba yang dilaporkan. 2.1.5.3 Motivasi Manajemen Laba Scoot (1999) dalam Syukriy (1999) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba: 1. Bonus Purpose Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan nbertindak secara oportunistic untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini . 2. Political Motivations Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat. 3. Taxation Motivation Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan. 4. Pergantian CEO CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan. 5. Initial Public Offering (IPO) Perusahaan yang akan go publik belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go publik melakukan manajemen laba dalam prospectus mereka dengan harapan dapat menaikan harga saham perusahaan. 6. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba dapat disajakin agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik. 11 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 2.1.5.4 Pola Manajemen Laba Menurut Scoot (2000) dalam Rahmawati (2000) pola manajemen laba antara lain: 1. Taking a bath Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengakuan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang. 2. Income Minimization Pola ini dilakukan pada saat perusahaan mengalamai profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya. 3. Income Maximization Dialakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income miaximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang. 4. Income Smoothing Pola ini dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil. 2.1.5.5 Teknik Manajemen Laba Teknik manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im (2000) antara lain: (1) Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntasi Cara manajeman mempengaruhi laba melalui judgment (perkiraan) terhadap estimasi akuntasi antara lain estimasi tingkat piutang yang tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap, atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain. (2) Mengubah metode akuntansi Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh: merubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus. (3) Menggeser periode biaya atau pendapatan Contoh rekayasa peride biaya atau pendapatan antara lain: mempercepat/menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada periode akuntasi berikutnya, mempercepat/menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat/menunda pengiriman produk ke pelangan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak dipakai. 2.1.6 Penelitian Terdahulu Klasifikasi berdasar Judul, Peneliti, Tahun : 1. 2. 3. Corporate Governance and Earning Managements – Chtourou, 2001. Economic Determinant and Audit Comittee Independence – Klein, 2002. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Praktik Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba - Halima Satila Palestin, 2006. 12 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 4. 5. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba – Nuryaman,2008. Analisa Besar Perusahaan Ukuran Perusahaan Dan Mekanisme Corporate Management Terhadap Manajemen Laba(Studi Empiris pada Persahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2006-2008)- Restie Ningsaptiti,2010. 13 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Dependen Manajemen laba adalah suatu keadaan dimana manajemen perusahaan melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal perusahaan sehingga mengakibatkan meratanya, naiknya, dan menurunnya pelaporan laba perusahaan. Pengukuran manajemen laba dilakukan dengan menggunakan discretinary accrual (DAC). Pada penelitian ini discretonary accrual digunakan sebagai proksi karena merupakan komponen yang dapat dimanipulasi oleh manajer perusahaan bersangkutan contoh mudahnya adalah penjualan kredit. Untuk mengukur DAC, terlebih dahulu akan mengukur total akrual. Total akrual diklasifikasikan dan dikelompokan menjadi komponen discretionary dan nondiscretionary (Midiastuty, 2003), dengan tahapan: a. Mengukur total accrual dengan menggunakan model Jones yang telah dimodifikasi. Total Accrual (TAC) = laba bersih setelah pajak (net income) – arus kas operasi (cash flow from operating) b. Menghitung nilai accruals yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS (Ordinary Least Square) berikut: TAC / A = α (1/ A ) + α ((∆REV - ∆REC ) / A ) + α (PPE / A ) + e t t-1 1 t-1 2 t t t-1 3 t t-1 Dimana TAC : total accruals perusahaan i pada periode t t A : total aset untuk sampel perusahaan i pada akhit tahun t-1 t-1 REV : perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t t REC : perubahan piutang perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t t PPE : aktiva tetap (gross property plant and equipment) perusahaan tahun t t 14 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 c. Menghitung nondiscretionary accruals model (NDA) adalah sebagai berikut: NDAt = α (1/ A ) + α ((∆REV - ∆REC ) / A ) + α (PPE / A 1 t-1 2 t t t-1 3 t t-1 Dimana NDAt : nondiscretionary accruals pada tahun t α : fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan total accruals d. Menghitung discretionary accruals DACt = (TAC / A ) - NDA t t-1 t Dimana DACt : discretionary accruals perusahaan i pada periode t 3.1.2 Variabel Independen Ada beberapa variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. ukuran perusahaan 2. penerapan corporate governance dengan proksi: 1. 2. 3. 4. Konsentrasi Kepemilikan Saham Komposisi Anggota Dewan Komisaris Kualitas Kantor Akuntan Publik Komposisi Komite Audit 3.1.2.1 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan (SIZE) adalah besar kecilnya perusahaan. Pada penelitian ini ukuran perusahaan menggunakan nilai log total penjualan perusahaan dan revenue pada akhir tahun. 3.1.2.2 Konsentrasi Kepemilikan Saham Kepemilikan saham terkonsentrasi (KS) adalah keadaan dimana sebagian besar saham dimiliki oleh sebagian kecil individu atau kelompok sehingga mereka mempunyai jumlah saham yang relatif dominan. Konsentrasi kepemilikan saham pada penelitian ini diproksi dengan jumlah kepemilikan terbesar oleh individu atau kelompok. 15 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 3.1.2.3 Komposisi Anggota Dewan Komisaris Komposisi dewan komisaris (BOD) adalah susunan keanggotaan yang terdiri dari komisaris dari luar perusahaan (outside director) dan komisaris dari dalam perusahaan (inside director). Variabel ini dihitung dengan membagi jumlah komisaris independen terhadap jumlah total anggota komisaris. 3.1.2.4 Kualitas Kantor Akuntan Publik Kualitas dan keandalan KAP (AUDIT) menggambarkan kinerja dan pengalaman audit seorang auditor pada bidang jasa tertentu. Dalam hal ini, pemilihan KAP Big 4 menjadi pertimbangan penulis dikarnenakan Auditor KAP Big 4 tersebut mampu mendeteksi kesalahan – kesalahan secara lebih baik, meningkatkan efisiensi dan meningkatkan penilaian masyarakat, managemen, dan investor dalam penyajian dan kejujuran suatu laporan keuangan. 3.1.2.5 Komposisi Komite Audit Keberadaan komite audit (AC) sekurang-kurangnya terdiri dari 3 anggota, seorang diantaranya komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite, sedangkan yang lain adalah pihak ekstern yang independen dan minimal salah seorang memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan keuangan. Komposisi komite audit diukur dengan menggunakan indikator persentase anggota komite audit dari luar terhadap seluruh anggota komite audit. 3.2 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode tahun 2008-2010 berjumlah 30 perusahaan yang dimuat dalam IDX 2008-2010. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive sampling method, yaitu penentuan sampel atas dasar kesesuaian karakteristik dan kriteria tertentu. Kriteria pemilihan sampel sebagai berikut: 1. Emiten berada pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2010. Pemilihan perusahaan jasa dikarenakan 16 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 terdapat perbedaan karakteristik antara perusahaan pada perusahaan jasa dan jenis perusahaan lainnya. 2. Emiten mempublikasikan laporan keuangan tahunan untuk periode 31 Desember 2008-2010. Tahun 2008-2010 dipilih karena untuk mencari konsintensi keberadaan komite audit dalam perusahaan setelah di terbitkannya Peraturan No. IX.I.5 Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) No. KEP-29/PM/2004 tgl. 24 September 2004 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. 3. Emiten mempunyai nilai ekuitas positif untuk tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Nilai ekuitas positif diperoleh dari total ekuitas pemegang saham dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Ini akan menunjukkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. 4. Emiten memiliki data lengkap mengenai struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dewan komisaris, dan komite audit dan data yang diperlukan untuk mendeteksi manajemen laba. 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan 2008-2010. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber yang ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti (Sekarang 2000). Data-data tersebut diperoleh dari situs BEI yaitu www.idx.co.id, Pojok BEI UNDIP, IDX statistix 2008-2010, dan ICMD 2008. 3.4 Metode Pengumpulan Data Data dikumpulkan dengan menggunakan metode studi pustaka dan dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan mengolah literatur, artikel, jurnal maupun media tertulis lain yang berkaitan dengan topik pembahasan dari penelitian ini. Sedangan dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan sumber-sumber data dokumenter seperti laporan tahunan perusahaan yang menjadi sampel penelitian. 3.5 Metode Analisis 3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif merupakan teknik deskriptif yang memberikan informasi mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud menguji hipotesis. Analisis ini hanya digunakan untuk menyajikan dan menganalisis data disertai dengan perhitungan agar dapat memperjelas keadaan atau karakteristik data yang bersangkutan (Nurgiyantoro et al., 2004). Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean, standar deviasi, maksimum, dan minimum. Mean digunakan untuk mengetahui rata-rata data yang bersangkutan. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar data yang bersangkutan 17 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 bervariasi dari rata-rata. Maksimum digunakan untuk mengetahui jumlah terbesar data yang bersangkutan. Minimum digunakan untuk mengetahui jumlah terkecil data yang bersangkutan. 3.5.2 Uji Asumsi Klasik 3.5.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel dependen dan independen dalam model regresi tersebut terdistribusi secara normal (Ghozali, 2006). Model regresi yang baik adalah yang mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas pada penelitian ini didasarkan pada uji statistik sederhana dengan melihat nilai kurtosis dan skewness untuk semua variabel dependen dan independen. Uji lainnya yang digunakan adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis: H0 : data residual berdistribusi normal HA : data residual tidak berdistribusi normal 3.5.2.2 Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel independen dalam model regresi (Ghozali, 2005). Model regresi yang baik seharusnya bebas dari multikolonieritas. Deteksi terhadap ada tidaknya multikolonieritas yaitu (a) Nilai R square (R2) yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris yang sangat tinggi, tetapi secara individual tidak terikat, (b) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen terdapat korelasi yang cukup tinggi (lebih dari 0,09), maka merupakan indikasi adanya multikolonieritas, (c) Melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF), suatu model regresi yang bebas dari masalah multikolonieritas apabila mempunyai nilai tolerance kurang dari 0,1 dan nilai VIF lebih dari 10 (Ghozali, 2006). 3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain dalam model regresi (Ghozali, 2006). Model regresi yang baik adalah jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda (heteroskedastisitas). Heteroskedastisitas dapat dilihat melalui grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Apabila pola pada grafik ditunjukkan dengan titik-titik menyebar secara acak (tanpa pola yang jelas) serta tersebar di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Selain menggunakan grafik scatterplots, uji heteroskedastisitas juga dapat 18 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 dilakukan dengan menggunakan Uji Glejser. Jika probabilitas signifikan > 0.05, maka model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas. 3.5.2.4 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier berganda ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem autokorelasi (Ghozali, 2005). Autokorelasi timbul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Autokorelasi dapat diketahui melalui uji Durbin – Watson (DW test). Jika d lebih kecil dibandingkan dengan d1 atau lebih besar dari 4-d1, maka Ho ditolak yang berarti terdapat autokolerasi. Jika d terletak diantara du dan 4-du, maka Ho diterima yang berarti tidak ada autokolerasi. Keterangan: dl : Nilai batas bawah tabel Durbin Watson du : Nilai batas atas tabel Durbin Watson 3.5.3 Analisis Regresi Linier Berganda Metode analisis yang digunakan untuk menilai variabilitas luas pengungkapan risiko dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen tingkat risiko perusahaan, ukuran perusahaan, dan jenis jasa terhadap variabel dependen pengungkapan risiko perusahaan. Model regresi yang dikembangkan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah: DA = α + β SIZE + β KS + β BOD + β AUDIT + β AC + i 0 1 2 3 4 5 1. Keterangan : DA = discretionary accrual (proksi dari manajemen laba) α a : konstanta β : koefisien variabel : : : : : : log total penjualan (proksi dari ukuran perusahaan) persentase kepemilikan saham terbesar dari total saham beredar persentase komisaris independen dari total anggota komisaris 1 jika perusahaan diaudit oleh KAP Big 4 persentase komite audit dari luar terhadap seluruh anggota komite audit residual of error : perusahaan ke i 0 1,2,3,4,5 SIZE KS BOD AUDIT AC 1 i 19 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 20 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 3.5.4 Uji Hipotesis 2 3.5.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R ) 2 Koefisien Determinasi (R ) digunakan untuk mengukur seberapa jauh 2 kemampuan variabel-variabel dependen. Nilai koefisien determinasi (R ) 2 adalah antara nol dan satu. Nilai R yang kecil berarti kemampuan variabelvariabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Jika koefisien determinasi sama dengan nol, maka variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika besarnya koefisien determinasi mendekati angka 1, maka variabel independen berpengaruh sempurna terhadap variabel dependen. Dengan menggunakan model ini, maka kesalahan 2 penganggu diusahakan minimum sehingga R mendekati 1, sehingga perkiraan regresi akan lebih mendekati keadaan yang sebenarnya. 3.5.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). Apabila nilai probabilitas signifikansi < 0.05, maka variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. 3.5.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006). Apabila nilai probabilitas signifikansi < 0.05, maka suatu variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. 21 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2008 – 2010 yang dipilih dengan purposive based sampling method. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan pada bab III diperoleh jumlah sampel sebanyak 30 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008 – 2010 dengan data observasi sebanyak 90. Rincian jumlah perusahaan jasa yang terpilih menjadi sampel berdasarkan sector usahanya adalah sebagai berikut 4.1: Jenis Perusahaan Jasa Asuransi Financing Perhotelan Perbankan Tenaga Transportasi Sekuritas Telekomunikasi Perhubungan Jumlah 5 3 1 10 1 3 2 4 1 Data yang diolah pada tahun 2011 Berdasarkan table 4.1 dapat diketahui bahwa perusahaan jasa dari sector perbankan menduduki posisi teratas dengan 10 perusahaan sebagai sampel, sector usaha asuransi dan telekomunikasi menjadi sector terbanyak kedua dengan 4 perusahaan yang dijadikan sampel 4.2 Analisis Data 4.2.1 Analisis Statiskti Deskriptif Uji statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi dari suatu data yang dilihat dari jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Berikut ini dijelaskan statistik data penelitian: 22 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation DA 90 -1,5188 1,1927 -,249273 ,5241354 SIZE 90 23,9282 32,7350 28,155075 2,2545270 KS 90 ,1943 1,0000 ,563211 ,2145937 BOD 90 ,2000 1,0000 ,466447 ,1604156 AUDIT 90 ,0000 1,0000 ,577778 ,4966806 AC 90 ,0000 1,0000 ,316613 ,1673573 Valid N (listwise) 90 Berdasarkan tabel diatas, data statistik menunjukkan nilai minimum variabel DA adalah -1.5188 dan nilai maksimum 1.1927 dengan nilai rata-rata sebesar -0, 249273, sedangkan standar deviasinya adalah 0,5241354. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebaran data variabel DA tergolong baik karena nilai standar deviasinya dibawah 2,5. Nilai minimum variabel (SIZE) yang diproksi dengan logaritma natural total penjualan sebesar 23,929 dan nilai maksimum sebesar 32,73 dengan nilai rata-rata sebesar 28,155 sedangkan standar deviasinya sebesar 2,2545270. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebaran data variabel (SIZE) tergolong baik karena nilai standar deviasi dibawah 2,5. Pengukuran statistik deskriptif selanjutnya yaitu terhadap mekanisme corporate governance yang diukur dengan 4 variabel yaitu konsentrasi kepemilikan, komposisi dewan komisaris, auditor, dan komite audit. Pertama adalah variabel (KS) nilai minimum sebesar 0,1943 dan nilai maksimum sebesar 1 dengan nilai rata-rata konsentrasi kepemilikan sebesar 0,563211 sedangkan standar deviasinya sebesar 0,214594. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebaran data variabel (KS) tergolong baik karena nilai standar deviasinya dibawah 2,5. Pengukuran corporate governance kedua adalah komposisi dewan komisaris (BOD) dengan nilai minimum sebesar 0,2 dan nilai maksimum sebesar 1 dengan nilai rata-rata komisaris independen sebesar 0,4664 atau 46,64%. Ini berarti bahwa perusahaan sampel telah memenuhi peraturan dalam Surat Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta No. Kep.315/BEJ/06-2000 yang menyatakan bahwa komposisi komisaris independen yang efektif dalam suatu perusahaan adalah paling sedikit 30% dari jumlah seluruh komisaris. Nilai standar deviasi sebesar 0,16041 menunjukkan bahwa sebaran data variabel BOD tergolong baik karena nilai standar deviasinya dibawah 2,5. Nilai minimum variabel (AUDIT) menunjukkan nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 1 dengan nilai rata-rata sebesar 0,5775 sedangkan standar deviasinya sebesar 0,49668. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa 23 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 sebaran data variabel AUDIT tergolong baik karena nilai standar deviasinya di bawah 2,5. Nilai minimum variabel (AC) menunjukkan sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 1 dengan nilai rata-rata sebesar 0,3166 sedangkan standar deviasinya sebesar 0,16736. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebaran data varibel AC tergolong baik karena nilai standar deviasinya dibawah 2,5. 4.2.2 Uji Asumsi Klasik Agar model regresi yang dipakai dalam penelitian ini secara teoritis menghasilkan nilai parametrik yang sesuai, terlebih dahulu data harus memenuhi empat uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang telah dilakukan dan hasilnya adalah sebagai berikut: 4.2.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji normalitas data, pada penelitian ini menggunakan metode uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov. Menurut Imam Ghozali (2005), bahwa distribusi data dapat dilihat dengan membandingkan Z hitung dengan tabel Z tabel dengan kriteria sebagai berikut: Jika nilai probabilitas (Kolmogorov Smirnov) < taraf signifikansi 5% (0,05), maka distribusi data dikatakan normal Jika nilai probabilitas (Kolmogorov Smirnov) > taraf signifikansi 5% (0,05), maka distribusi data dikatakan tidak normal Hasil uji normalitas tersebut dapat diketahui dari nilai Unstandardized Residual pada tabel 4.4 berikut: One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test DA N Normal Parameters Asymp. Sig. (2-tailed) AUDIT AC 90 90 90 90 -,249273 12,2276 ,563211 ,4664 ,5778 ,3166 ,5241354 ,97913 Absolute ,125 ,106 ,108 ,183 ,380 ,260 Positive ,089 ,089 ,108 ,183 ,300 ,260 Negative -,125 -,106 -,079 -,148 -,380 -,217 1,183 1,009 1,028 1,735 3,606 2,469 ,122 ,260 ,241 ,005 ,000 ,000 Deviation Kolmogorov-Smirnov Z BOD 90 Std. Most Extreme Differences KS 90 Mean a,b SIZE ,2145937 ,16042 ,49668 ,16736 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. 24 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 Hasil pengujian normalitas dengan uji statistik non-parametrik KolmogorovSmirnov menunjukkan bahwa besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1,183 dan tidak signifikan pada 0,122. Hal ini berarti H0 diterima yang berarti data residual terdistribusi normal dan model regresi layak untuk dipakai dalam penelitian ini. 4.2.2.2 Uji Multikoloniaritas Uji multikoloniaritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Multikoloniaritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Batas dari nilai VIF adalah 10 dan tolerance value adalah 0,1. Jika nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai tolerance kurang dari 0,1 maka akan terjadi multikoloniaritas dan model regresi tidak layak untuk dipakai. Hasil perhitungan nilai tolerance serta VIF dapat diketahui pada tabel berikut: Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance 1 VIF SIZE .440 2.272 KS .686 1.457 BOD .945 1.058 AUDIT .600 1.667 AC .872 1.146 a. Dependent Variable: DA Dari hasil output di atas dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari setiap variabel independen lebih dari 0,10 dan nilai VIF dari setiap variabel independen tidak lebih dari 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikoloniaritas antar variabel independen dalam model regresi. 4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas, penguijan ini menggunakan Breusch-Pagan Test dan Koenker Tes. Run MATRIX procedure: BP&K TESTS ========== Regression SS 10,3345 25 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 Residual SS 177,5430 Total SS 187,8774 R-squared ,0550 Sample size (N) 90 Number of predictors (P) 5 Breusch-Pagan test for Heteroscedasticity (CHI-SQUARE df=P) 5,167 Significance level of Chi-square df=P (H0:homoscedasticity) ,3958 Koenker test for Heteroscedasticity (CHI-SQUARE df=P) 4,951 Significance level of Chi-square df=P (H0:homoscedasticity) ,4219 ------ END MATRIX ----- Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa model regresi bebas dari masalah Heteroskedastisitas. Karena tingkat signifikasi dari Chi-square berada di ngka 0,3958 dan 0,4219 yaitu diatas 0,05 untuk masing – masing pengujian BreuschPagan dan Koenker. 4.2.2.4 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Penyimpangan asumsi ini biasanya muncul pada observasi yang menggunakan time series. Untuk mendiaknosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai Durbin-Watson. Output uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini: Model Summaryb Model Durbin-Watson 1 1.515 b. Dependent Variable: Dari pengujian statistik diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 1,515 (du = 1,7264; 4 – du = 2,2736). Hal ini berarti model regresi di atas tidak terdapat masalah autokorelasi ditunjukkan dengan angka Durbin-Watson berada di antara du tabel dan (4-du tabel), oleh karena itu model regresi ini dinyatakan layak untuk dipakai. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini: 0 1.5889 Autokorelasi positif 0 1.7264 Daerah ragu – ragu dl 2 Tidak ada autokorelasi du 2.2736 Tidak ada autokorelasi 2 4-du 2.4111 Daerah ragu – ragu 4 Autokorelasi negatif 4-dl 4 Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa nilai D-W statistik berada di daerah autokorelasi positif. Maka dapat disimpulkan bahwa model ini memiliki gejala autokolerasi positif. 4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda 26 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji hipotesis tentang pengaruh variabel independen secara simultan maupun parsial. Hasil analisis regresi dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini: Hasil Analisis Regresi Coefficients Model a Unstandardized Coefficients B t Sig. Std. Error (Constant) ,317 ,836 ,380 ,705 SIZE -,021 ,033 -,638 ,525 KS -,420 ,279 -1,506 ,136 BOD ,148 ,318 ,465 ,643 AUDIT ,567 ,129 4,400 ,000 -,418 ,317 -1,318 ,191 1 AC a. Dependent Variable: DA Dari tabel 4.8 diatas maka dibuat persamaan regresi sebagai berikut: DA = 0,317 - 0,021SIZE - 0,420KS + 0,148BOD + 0,567AUDIT - 0,418 AC Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa variabel ukuran perusahaan (SIZE), konsentrasi kepemilikan (KS), dan komite audit (AC) memiliki pengaruh ke arah negatif terhadap manajemen laba sedangkan variabel komposisi dewan komisaris (BOD) dan keandalan KAP (AUDIT) memiliki pengaruh ke arah positif terhadap manajemen laba. 4.2.4 Pengujian Hipotesis 2 4.2.4.1 Uji Koefisien Determinasi ( R ) Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil dari koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini: b Model Summary Model 1 R ,500 R Square a ,250 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate ,205 Durbin-Watson ,4673468 1,515 a. Predictors: (Constant), AC, KS, BOD, AUDIT, SIZE b. Dependent Variable: DA 2 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Adjusted R Square (R ) adalah 0,205. Hal ini berarti bahwa 20.5% variabel manajemen laba (discretionary accruals) dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu ukuran perusahaan, konsentrasi kepemilikan, komposisi dewan komisaris, spesialisasi industri KAP dan komposisi 27 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 komite audit. Sedangkan sisanya sebesar 79,5% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model yang dianalisis. 4.2.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen. Hasil uji F dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 4.10 di bawah ini: a ANOVA Model Sum of Squares Regression 1 df Mean Square 6,103 5 1,221 Residual 18,347 84 ,218 Total 24,450 89 F 5,589 Sig. ,000 b a. Dependent Variable: DA b. Predictors: (Constant), AC, KS, BOD, AUDIT, SIZE Dari Tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa model persamaan ini memiliki tingkat signifikansi, yaitu 0,000 lebih besar dibandingkan taraf signifikansi α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen dalam model penelitian ini secara simultan dapat berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu manajemen laba (discretionary accruals). 4.2.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Untuk menguji hipotesis maka analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen yaitu ukuran perusahaan dan mekanisme corporate governance terhadap variabel dependen yaitu manajemen laba. Coefficients Model a Unstandardized Coefficients B (Constant) t Sig. Std. Error ,317 ,836 ,380 ,705 SIZE -,021 ,033 -,638 ,525 KS -,420 ,279 -1,506 ,136 BOD ,148 ,318 ,465 ,643 AUDIT ,567 ,129 4,400 ,000 -,418 ,317 -1,318 ,191 1 AC a. Dependent Variable: DA Berdasarkan hasil uji statistik t menunjukkan bahwa dari 5 variabel yang dimasukkan dalam model regresi, hanya variabel kualitas KAP (AUDIT) yang 28 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 signifikan mempengaruhi manajemen laba (DA). Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas signifikan untuk AUDIT 0,00 (p < 0,05). Sedangkan variabel komposisi dewan komisaris (BOD), proporsi komite audit (AC), Komposisi Kepemilikan Saham (KS), SIZE ditemukan tidak signifikan. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas signifikansi BOD sebesar 0,643 (p > 0,05), AC sebesar 0,191 (p > 0,05), SIZE sebesar 0,525 (p > 0,05), KS sebesar 0,136 (p > 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel manajemen laba hanya dipengaruhi oleh kualitas KAP. 4.3 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ini memiliki 5 hipotesis yang diajukan untuk meneliti praktik manajemen laba perusahaan di Indonesia. Hasil hipotesis-hipotesis tersebut dijelaskan sebagai berikut. Hipotesis pertama (H1) adalah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh nilai t hitung sebesar -0,638 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,525 (p > 0,05) maka variabel ukuran perusahaan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap manajemen laba yang berarti H1 tidak diterima. Hipotesis kedua (H2) adalah konsentrasi kepemilikan berpengaruh signifikan dengan manajemen laba. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh nilai t hitung sebesar -1,506 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,136 (p > 0,05) maka variabel konsentrasi kepemilikan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap manajemen laba atau yang berarti H2 tidak diterima. Hipotesis ketiga (H3) adalah komposisi dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh nilai t hitung sebesar 0,465 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,643 (p > 0,05). maka variabel komposisi dewan komisaris berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap manajemen laba yang berati H3 tidak diterima. Hipotesis keempat (H4) adalah kualitas dan keandalan KAP berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh nilai t hitung sebesar 4,400 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05) maka variabel AUDIT berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap manajemen laba yang berati H4 diterima. Hipotesis kelima (H5) adalah komposisi komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh nilai t hitung sebesar -1,318 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,191 ( p > 0,05) maka komposisi komite audit berpengaruh negatif secara tidak signifikan terhadap manajemen laba, yang berarti H5 tidak diterima. 29 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya total penjualan yang dimiliki perusahaan yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan tidak berdampak terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan. 2. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa konsentrasi kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi konsentrasi kepemilikan tidak ada pengaruh terhadap kemungkinan adanya praktek manajemen laba. Hal ini disebabkan karena kendali penuh managemen terhadap perusahaan dan minimnya pengendalian pantauan dari pemilik saham. 3. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya komposisi dewan komisaris tidak berdampak pada manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Hal ini disebabkan karena adanya dewan komisaris independen tidak menjamin kebijakan manajemen laba yang diterapkan di perusahaan. 4. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa kualitas audit dengan proksi kualitas dan keandalan KAP berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan bahwa semakin baik kualitas suatu KAP terhadap penguasaan kemampuan audit tertentu maka semakin baik audit yang dilakukan sehingga manajemen laba dapat lebih cepat terdeteksi. Hal ini disebabkan KAP yang kualitasnya baik memiliki pengetahuan dan pengalaman lebih dalam memeriksa kondisi keuangan suatu perusahaan dan pihak managemen akan lebih berhati hati dalam menjalankan praktek managemen laba mengingat kredibelitas dari KAP independen yang mengaudit perusahaan yang dipimpinnya adalah KAP Big 4. 30 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 5. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa komposisi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan bahwa banyak sedikitnya anggota komite audit yang berasal dari luar perusahaan tidak berdampak pada manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Hal ini disebabkan karena pengangkatan komite audit oleh perusahaan hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tetapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan Good Corporte Governance di perusahaan. 5.2 Keterbatasan dan Saran 5.2.1 Keterbatasan Kelemahan atau kekurangan yang ditemukan setelah dilakukan analisis dan interpretasi data adalah sebagai berikut: 1. Penggunaan model untuk mendeteksi manajemen laba dalam penelitian ini mungkin belum mampu mendeteksi manajemen laba dengan baik sehingga masih memerlukan justifikasi model lain terutama untuk mencari discretionary accrual nya. 2. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini hanya 5 variabel 2 dengan Adjusted R hanya 0,057. Sehingga ada faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap manajemen laba. 5.2.2 Saran Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melengkapi keterbatasan penelitian dengan mengembangkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Perlunya mempertimbangkan model berbeda yang akan digunakan dalam menentukan discretionary accrual sehingga dapat melihat adanya manajemen laba dengan sudut pandang yang berbeda. 2. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan variable leverage atau debt yang mungkin berpengaruh terhadap manajemen laba serta memasukkan mekanisme corporate governance lainnya seperti frekuensi pertemuan komite audit, kompetensi dewan komisaris dan komite audit. 31 Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Syukriy. 1999. “Manajemen Laba dalam Perspektif Teori Akuntansi Positif”. Media Akuntansi, Ed.4, No.3, p XI-XVII. Bapepam. 2004. Peraturan IX.1.5. 2004 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, http://www.bapepamlk.depkeu.go.id/old/hukum/peraturan/emiten/. Chtourou, SM., Jean Bedard, dan Lucie Courteau. 2001. “Corporate Governance and Earnings Management”. Working Paper. FCGI. 2001. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan). Jilid II, Edisi 2. Fischer, Marlyn and Rosenzweig, K. 1995. Attitudes of Student and Accounting Practitioners Concerning the Ethical Acceptability of Earnings Management. Journal of Business Ethics 14 (6): 433 – 444. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cet. IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Ed. 3. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Healy, P.M. and J.M. Wahlen. 1999. “ A Review of the Earning Management 3iterature and Its Implications For Standard Setting. http://papers.ssrn.com/. Jensen, Michael C. And Meckling, William H. 1976. “ Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”. Kathleen M. , Eisenhardt . 1989. “ Agency Theory: An Assessment and Review”. Standford University. Klein, A. 2002. “Audit Committee, Board of Director Characteristic, and Earnings Management”. http://papers.ssrn.com/. McGregor, Scoot. 2000. “Management and Manipulation” Midiastuty, P., dan Mas’ud Machfoedz. 2003. “Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba”. Simposium Nasional Akuntansi VI. Nasution, M., dan Doddy Setiawan. 2007. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi X. Ningsaptiti ,Restie. 2010. “Analisa Besar Perusahaan Ukuran Perusahaan Dan Mekanisme Corporate Management Terhadap Manajemen Laba(Studi Empiris pada Persahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2006-2008)”. viii Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 Nuryaman. 2007. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba”. Simposium Nasional Akuntansi XI. Palestin, Shatila Halima. 2006. “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Praktik Corporate Governance dan Kompensasi Bonus terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris di PT. Bursa Efek Indonesia)”. PSAK No. 1 (Rev 2009). www.google.com Rahmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. 2007. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional X. Schipper, K. 1989. “ COMMENTARY On Earning Management ”. Accounting Horizons. Veronica, S., dan Utama, S., 2005. “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktik Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management)”. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Watt and Zimmerman. Wilkipedia.com Wedari, L.K., 2004. “Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba”. Simposium Nasional Akuntansi VII. Kieso, Weygandt, dan Warfield. 2011. “ Intermadiate Accounting Vol. 2 IFRS Edition. John Wiley & Sons, Inc. Widyaningdyah A.U. (2001). “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Earning Management Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia”. Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 3, No. 2, h. 89-101. ix Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012 LAMPIRAN 1 DAFTAR PERUSAHAAN NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 CO ABDA BBNI BEKS BMRI FREN ISAT JSMR PANS PEGE PPLN SHID AHAP AMAG BBCA BBKP BBRI BHIT BNGA BNLI BTEL MCOM NISP PNIN PNLF SAFE VRNA WEHA WOMF MFTN BBTN PERUSAHAAN PT Asuransi Bina Data Artha PT Bank Negara Indonesia PT Bank Pundi Indonesia PT Bank Mandiri PT Mobile 8 Telecom PT Indosat PT Jasa Marga PT Panin Sekuritas PT Panca Global Securities PT Perusahaan Listrik Negara PT Hotel Sahid Jaya International PT Asuransi Harta Aman Pratama PT Asuransi Multi Artha Guna PT Bank Central Asia PT Bank Bukopin PT Bank Rakyat Indonesia PT Bhakti Investama PT Bank CIMB Niaga PT Bank Permata PT Bakrie Telecom PT Global Mediacom PT Bank OCBC NISP PT Panin Insurance PT Panin Life PT Steady Safe PT Verena Multi Finance PT Panorama Transportasi PT Wahana Ottomitra Multiartha PT Mandiri Tunas Finance PT Bank Tabungan Negara JENIS JASA Asuransi Perbankan Perbankan Perbankan Telekomunikasi Telekomunikasi Perhubungan Sekuritas Sekuritas Tenaga Perhotelan Asuransi Asuransi Perbankan Perbankan Perbankan Financing Perbankan Perbankan Telekomunikasi Telekomunikasi Perbankan Asuransi Asuransi Transportasi Financing Transportasi Transportasi Financing Perbankan x Analisis pengaruh ..., Ibnu Perdana, FE UI, 2012