5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian pemasaran Sudah umum diketahui bahwa perdagangan induk keuntungan. Perdagangan berkedudukan lebih tinggi dibanding industri, pertanian, dan jasa. Fakta sejarah telah memberi bukti bahwa perniagaan telah mengantarkan banyak orang kaya raya dan berbagai bangsa menguasai beberapa belahan dunia. Pemasaran tidak hanya mencakup pemasaran produk berupa barang tetapi juga termasuk jasa di dalamnya. Memasarkan barang dan jasa di dalamnya. Memasarkan barang dan jasa tidak berarti hanya menawarkan barang dan jasa atau sekedar menjual tetapi lebih dari itu. Di dalamnya tercakup berbagai kegiatan seperti membeli, menjual, dengan segala macam cara, menyangkut barang dan jasa, menyortir dan sebagainya. Pengertian pemasaran menurut Kotler (2009:9) adalah proses perencanan dan pelaksanaan pemikiran penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi saran saran individu dan organisasi. 2.1.1 Bauran Pemasaran Menurut Philip Kotler dan Gery Amstrong (2008:68) “ Bauran pemasaran adalah alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar 6 Bauran pemasaran biasa disebut dengan 4P, yaitu : 1. Produk ( Product ) Adalah kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran. 2. Harga ( Price ) Adalah jumlah uang yang harus dibayar pelanggan untuk memperoleh produk. 3. Tempat ( Place ) Meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi pelanggan sasaran. 4. Promosi ( Promotion ) Aktifitas yang menyampaikan manfaat produk dan membujuk pelanggan untuk membelinya. 2.2 Pengertian merk Merk adalah nama, istilah, tanda, lambang, atau disain, atau gabungan semua yang diharapkan mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang, penjual atau sekelompok penjualan, dan diharapkan akan membedakan barang atau jasa dari produk pesaing. 2.2.1 Fungsi merk 1) Tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi barang atau jasa dari salah satu produksi terhadap produksi lainnya, 2) Sebagai alat promosi, 3) Sebagai jaminan atas mutu produk, dan 4) Penunjuk asal barang atau jasa. 7 2.2.2 Manfaat merk 1. Nama merk memudahkan penjualan untuk mengolah pesanan-pesanan dan menekan permasalahan. 2. Nama merk dan tanda dagang secara hukum akan melindungi penjual dari pemalsuan ciri-ciri produk karena bila tidak demikian, maka setiap pesaing akan meniru produk yang telah berhasil di pasaran. 3. Merk member penjual peluang kesetiaan konsumen pada produk 4. Merk dapat penjualan dalam mengelompokan pasar ke dalam segmen-segmen. 5. Citra perusahaan dapat di bina dengan adanya merek yang baik. Dengan membawa nama perusahaan,merk ini sekaligus mengiklankan kualitas dan besarnya perusahaan. Sedangkan bagi penjual merk dapat juga memberikan berupa manfaat sebagai berikut : 1) Merk merupakan suatu yang dapat diiklankan untuk mendapat tanggapan dari calon pembeli, 2) Merk merupakan suatu identitas perusahaan yang dapat dijadikan tolak ukur kualitas, 3) Merk dapat melindungi dari penurunan harga yang terlalu jauh, karena pembeli tidak semata-semata menjadikan harga sebagai alat perbandingan antara dua produk yang berbeda mereknya, 4) Merk dapat membantu menjual dalam menambah prestise bagi pembeliannya. 5) Merk dapat membantu penjualan dalam memperkirakan pangsa pasar mereka karena pembeli tidak bingung dalam membeli produk. 8 2.2.3 Keputusan Strategi Merk Perusahaan memiliki 5 ( lima ) pilihan strategi merk. Perusahaan dapat memperkenalkan perluasan lini, perluasan merek, multi-merk, merk baru, dan merk bersama. ( Philip Kotler, 2009:134 ) 1. Perluasan lini ( line extension ) Perluasan ini terjadi apabila perusahaan memperkenalkan unit produk tambahan dalam kategori produk yang sama dengan merk yang sama, biasanya dengan tampilan baru, seperti rasa, bentuk, warna baru, unsur tambahan, ukuran kemasan, dan lainnya. Perluasan lini didorong juga oleh persaingan yang ketat di pasar, yang menuntut penyesuaian dengan tawaran pesaing. 2. Perluasan merk ( brand extension ) Perusahaan memutuskan untuk menggunakan merk yang sudah ada untuk meluncurkan suatu produk dalam kategori baru. Strategi perluasan merk lebih cepat dan mudah di kenal oleh konsumen karena merk dari jenis produk sebelumnya. 3. Multi-merk ( multibrand ) Perusahaan mencoba memperkenalkan merk tambahan dalam kategori produk yang sama. Dimana perusahaan mencoba membentuk keistimewaan lain atau daya tarik untuk suatu motif membeli yang dilakukan oleh konsumen. Intinya perusahaan bersaing juga kepada merk dari produk yang diproduksinya sendiri. 9 4. Merk baru ( new brand ) Perusahaan dalam meluncurkan dalam kategori jenis produk baru menggunakan merk baru. Kondisi ini bisa terjadi bila perusahaan belum memiliki satu merk pun ataupun citra merk tidak membantu untuk produk yang baru. 5. Merk bersama ( cobrand ) Biasa juga disebut dengan dual branding, yaitu dua atau lebih merk yang terkenal dikombinasikan dalam satu tawaran. Tujuan cobrand agar merk yang satu dapat memperkuat yang satu dapat memperkuat merk yang lain untuk menarik minat konsumen. 2.2.4 Ekuitas Merek Menurut Durianto dkk. ( 2008 :4 ) Ekuitas merk didefinisikan sebagai berikut : Brand Equity ( Ekuitas Merk ) adalah seperangkat asset yang liabilitas merk terkait dengan merk, nama, symbol, yang mampu menambah attain mengurangi nilai yang diberikan oleh produk atau jasa baik pada perusahaan atau pelanggan. Unsur-unsur ekuitas merk menurut Rangkuti ( 2009:39 ) antara lain sebagi berikut : 1) Brand Awarness ( Kesadaran Merk ) Menunjukkan kesadaran calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merk merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Tingkat kesadaran merk, sebagai berikut : a. Unware of brand ( tidak menyadari merk ) Merupakan tingkat yang paling rendah dalam kesadaran merk, dimana konsumen tidak menyadari adanya suatu merk. 10 b. Brand regonation ( Pengunaan Merk ) Tingkat minimal dari kesadaran merk. Hal ini penting pada saat seseorang pembeli memilih suatu merk pada saat melakukan pembelian. c. Brand recall ( peringatan kembali terhadap merk ) Pengingatan kembali terhadap merk didasarkan pada permintaan seseorang untuk menyebutkan merk tertentu dalam suatu kelas produk. Hal ini di istilahkan dengan pengingatan kembali tanpa bantuan karena berbeda dari tugas pengenalan, responden tidak perlu dibantu untuk memunculkan merk tersebut. d. Top of Mind ( Puncak Pikiran ) Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan pengingatan dan dia dapat menyebutkan satu merk maka yang paling banyak disebutkan pertama kali merupakan puncak pikiran dengan kata lain merk tersebut merupakan merk utama dari berbagai merk yang ada didalam benak konsumen. 2) Brand Association ( Asosiasi Merk ) Mencerminkan pencitraan suatu merk terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing dan lain-lain. 3) Perceived Quality ( Persepsi Kualitas ) Mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk attain jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan. 4) Brand Loyality ( Loyalitas Merk ) Loyalitas merk adalah ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap suatu merk. Loyalitas merk mencerminkan tingkat keterkaitan konsumen dengan suatu merek produk tertentu. 11 5) Other Propietary Brand Asset ( Asset-asset Merk Lainnya ) Aset-aset merk lainnya ini diantaranya adalah : brand portofolio ( portofolio merek, brand architecture) ( arsitektur merk ) dan lain sebagainya. 2.3 Pengertian Perilaku Konsumen Menurut Shiffman dan Kanuk (2008:78) perilaku konsumen adalah perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan. 2.3.1 Keputusan Konsumen Menurut Saidi (2009:253) secara psikologis ada tujuh tahap yang dilewati pelanggan sebelum memutuskan membeli suatu produk: Langkah 1: Perhatikan Calon pelanggan memandang sekejap mata produk yang dipajang di etalase atau ruang pamer. Langkah 2: Minat Calon Pelanggan menunjukkan minat pada produk tertentu dipajang, mencari tahu rancangan, harga dan kualitasnya. Langkah 3: Asosiasi Gagasan Calon Pelanggan membayangkan dirinya menggunakan produk sesuai dengan iklannya. 12 Langkah 4: Keinginan Jika Calon pelanggan ragu-ragu, maka ia membandingkan dengan produk lain yang sejenis dan kemudian akan mengevaluasi terhadap rancangan dan kualitasnya. Langkah 5: Keparcayaan Keputusan calon pelanggan untuk membeli suatu produk didasarkan atas kepercayaan, tumbuhnya rasa kepercayaan dipengaruhi oleh wiraniaga, reputasi industry, merek produk dan kualitas produk. Langkah 6: Tindak Calon pelanggan membeli produk. Langkah 7: Kepuasan Setelah membeli produk, pelanggan dapat mengalami 2 jenis kepuasan, yaitu kepuasan saat proses pembelian (playanan wiraniaga) dan kepuasan menggunakan produk (kualitas). 2.3.2 Tipe-tipe perilaku konsumen dalam membeli keputusan berbobot mengenai merk mana yang akan dibeli. Assel membedakan 4 ( empat ) jenis perilaku pembelian konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat diferensiasi merk ( Assel, 2008:256) : 1. Perilaku pembelian yang kompleks/rumit Konsumen terlibat dalam perilaku pembelian yang rumit saat mereka sangat terlibat dalam sebuah pembelian dan menyadari adanya perbedaan signifikan di antara 13 berbagai merk. Konsumen akan melewati proses pembelajaran, pertama pengembangan keyakinan mengenai produk, kemudian sikap, dan selanjutnya membuat pilihan membeli yang dipikirkan matang-matang. 2. Perilaku Pembelian pengurang disonasi/ ketidakcocokan Konsumen yang terlibat didalam sebuah pembelian namun melihat sedikit perbedaan dalam merk-merk. Keterlibatan yang tinggi didasari oleh fakta bahwa pembelian tersebut mahal, jarang dilakukan, dan berisiko. 3. Perilaku Pembelian karena kebiasaan Perilaku pembelian yang menjadi kebiasaan terjadi dibawah kondisi keterlibatan konsumen yang rendah dan perbedaan merk yang dirasakan besar. Konsumen tidak mencari informasi secara ekstensif mengenai merek, mengevaluasi karakteristik merk, dan mengambil 4. Perilaku pembelian yang mencari variasi Konsumen menjalani perilaku membeli yang mencari variasi dalam situasi yang ditandai keterlibatan konsumen rendah, tetapi perbedaan merk dianggap berarti. Dalam hal seperti ini, konsumen sering kali mengganti merk. 2.3.3 Faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keinginan konsumen dalam melakukan pembelian terhadap suatu produk adalah : 14 1. Faktor budaya Faktor yang memberikan pengaruh paling luas pada keinginan dan perilaku konsumen adalah faktor budaya. Orang-orang bagian pemasaran perlu memahami peranan dari budaya, sub budaya, dan kelas sosial pembeli. 1. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling dasar. Budaya tumbuh berdasarkan nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku dari keluarga dan lembaga lainnya. 2. Sub-budaya Sub-budaya mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis. 3. Kelas sosial Kelas sosial merupakan stratifikasi sosial yang berbentuk system kasta. Dimana pembagian masyarakatnya yang relatif homogen dan permanen, yang tersusun secara hierakis dan para anggotanya menganut nilai, minat, dan perilaku yang serupa. 2. Faktor sosial Perilaku konsumen juga di pengaruhi oleh faktor-faktor sosial disekitarnya seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status. 1. Kelompok acuan Kelompok acuan terdiri dsemua kelompok yang memiliki pengaruh langsung ( tatap muka ) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kelompok yang 15 memiliki pengaruh langsung terhadap sesorang tersebut dinamakan kelompok keanggotaan, yaitu : a. Kelompok primer, seperti : keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja yang berinteraksi dengan seseorang secara terus menerus dan informal. b. Kelompok sekunder, seperti : kelompok keagamaan, profesi, dan asosiasi perdagangan yang cenderung lebih formal dan membutuhkan interaksi yang tidak begitu rutin. Kelompok acuan menuntut orang supaya mengikuti kebiasaan kelompok sehingga dapat mempengaruhi pilihan seseorang akan produk dan merk. 2. Keluarga Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. a. Keluarga orientasi Yaitu terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang. b. Keluarga prokreasi Yaitu terdiri dari pasangan dan sejumlah anak seseorang. 3. Peran dan status Dimana peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan seseorang, yang kemudian akan menciptakan status seseorang. Berikut ini adalah pola konsumsi produk secara tradisional. 16 Suami dominan : asuransi jiwa, mobil, televise Istri dominan : mesin cuci, karpet, perabot, perangkat dapur Setara/bersama-sama : liburan, rumah, hiburan di luar rumah Namun pola-pola ini secara bertahap terus berubah karena semakin banyak wanita yang bekerja, terutama dalam pekerjaan non tradisional. Pergeseran dalam nilainilai sosial sehubungan dengan pembelian tenaga kerja domestik juga memperlemah pandangan umum “wanita membeli semua barang-barang rumah tangga”. 3. Faktor pribadi Karakteristrik pribadi juga mempengaruhi keputusan pembeli. Karakteristik tersebut adalah usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli. 1. Usia dan tahap siklus hidup Seseorang membeli barang dan jasa yang berbeda-beda sepanjang hidupnya. Dimana sikap dan perilaku konsumen cenderung tumbuh berkembang melalui kedewasaan, pengalaman, perubahan pendapatan serta status. 2. Pekerjaan dan lingkungan ekonomi Pekerjaan seseorang mempengaruhi pola konsumsinya terhadap barang dan jasa. Karena tingkat jabatan suatu pekerjaan berpengaruh juga terhadap pendapatan ekonominya 17 3. Gaya hidup Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang terungkap pada aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya 4. Kepribadian dan konsep diri a. Kepribadian Seseorang memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda-beda yang akan mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian biasanya digambarkan dengan menggunakan ciri bawaan seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, kehormatan, kemampuan bersosialisasi, pertahanan diri, dan kemampuan beradaptasi. Kepribadian seseorang akan menentukan pilihannya terhadap suatu merk. b. Konesep diri Konsep diri menciptkan suatu identitas bagi dirinya atau orang lain berdasarkan sudut pandang penilaian diri. 4. Faktor psikologis Pilihan-pilihan seseorang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis orang tersebut. Beberapa faktor psikologis yang penting 1.Motivasi Motivasi adalah dorongan keinginan seseorang dalam mencari kebutuhan serta kepuasan. Kebutuhan akan menjadi motif apabila didorong hingga mencapai level 18 intensitas yang memadai. Dimana motif adalah kebutuhan yang memadai untuk mendorong seseorang bertindak. 2.Persepsi Persepsi adalah proses yang digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterprestasi masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Seseorang memiliki persepsi yang berbeda atas objek yang sama karena tiga proses persepsi, yakni : a. Perhatian selektif Merupakan proses penyaringan ketika seseorang menanggapi setiap rangsangan informasi yang masuk. b. Distorsi selektif distorsi selektif adalah kecenderungan orang untuk mengubah informasi menjadi bermakna pribadi dan menginterprestasikan informasi itu dengan cara yang akan mendukung prakonsepsi kita. c. Ingatan selektif Ingatan selektif membuat seseorang cenderung akan mengingat hal-hal baik yang disebutkan, tentang produk yang kita sukai. 3.Pembelajaran Tindakan merupakan sebuah pembelajaran bagi seseorang, yang meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. 4.Keyakinan dan sikap 19 a. Keyakinan adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang gambaran sesuatu. Keyakinan seseorang tentang produk atau merek mempengaruhi keputusan mereka dalam pembelian. b. Sikap adalah evaluasi, perasaan, kecenderungan seseorang terhadap suatu objek atau gagasan. 20 Budaya Kebudayaan Sub Kebudayaan Kelas sosial Sosial Kelompok Acuan Keluarga Peran dan Status Pribadi Umur dan Tahap Siklus Hidup Pekerjaan Situasi ekonomi Gaya hidup Psikologis Motivasi Persepsi Pengetahuan Keyakinan dan Sikap Gambar 34 Keputusan Pembelian P E M B E L I 21 2.4 Pengertian keputusan pembelian Proses pengambilan keputusan yang rumit sering melibatkan beberapa keputusan, suatu keputusan melibatkan pilihan diantara dua atau lebih alternatif tindakan atau perilaku, pada intinya walaupun pemasar sering mengacu pada pilihan antara obyek (produk, merk, toko), walaupun memilih diantara perilaku alternatif yang berkaitan dengan objek tersebut. Para pemasar harus mendalami berbagai pengaruh terhadap para pembeli dan mengembangkan suatu mengenai bagaimana sebenarnya para konsumen membuat keputusan pembelian, adapun pengertian keputusan pembelian konsumen merupakan “konsumen membentuk preferensi atas merk-merk dalam kumpulan pilihan dan juga konsumen membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai”. 2.5 Proses keputusan pembelian 3. Cara lain untuk memahami konsumen adalah melalui proses pembelian. Proses ini terdiri dari langkah-langkah yang dijalani konsumen pada saat mereka memutuskan apa, kapan, dimana dan bagaimana melakukan pembelian. 4. Pemahaman atas proses ini dapat memberi para marketer dengan sarana untuk mengembangkan suatu strategi yang tepat untuk menarik para konsumen. 5. Berikut ini proses pengambilan keputusan oleh pembeli dari awal pertama kali sampai dengan mencapai keputusan pembelian. Dalam gambar berikut ini dijelaskan bahwa pemakaian melalui tahapan, yaitu pengenalan keputusan, pencarian informasi, evaluasi alternative, keputusan pembelian dan perilaku setelah membeli. Jadi jelas proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian yang nyata dan berlanjut bahkan setelah pembelian untuk lebih jelasnya berikut ini penjelasan dari berbagai tahap tersebut. 22 5.1 Gambar dibawah ini, adalah bagan proses pembelian konsumen : Pengenalan masalah Pencarian informasi Evaluasi alternative Perilaku paska pembelian Keputusan pembelian Sumber : Kotler dan Keller,2009,185 A. Pengenalan masalah Sebuah iklan, saran, rangsangan-rangsangan lain membuat konsumen menyadari adanya suatu kebutuhan. Menyadari adanya kondisi yang diinginkan dengan kondisi yang ada. Misalnya, sebuah undangan untuk menghadiri suatu pesta berkostum dapat merangsang kebutuhan untuk membeli suatu kostum. Proses pembelian dimulai dengan mengenali kebutuhan, dengan pembeli yang mengenali akan masalah atau kebutuhan, pembeli dapat merasakan perbedaan diantara mereka akan keadaan sekarang dan beberapa kebutuhan yang diinginkan. Kebutuhan dapat dipicu oleh dorongan dari dalam ketika salah satu dari kebutuhan normal seseorang seperti lapar, haus, sex meningkat pada tingkatan yang cukup tinggi untuk menjadi pendorong. Kebutuhan juga dapat dipicu oleh dorongan dari luar, dalam hal ini dapat dicontohkan pada kasus seseorang yang melewati tempat menjual ayam bakar dan melihat ayam yang baru selesai dibakar dan mendorong rasa lapar. Pada tahap ini para pemasar seharusnya melakukan penelitian untuk mencari tahu apa jenis kebutuhan atau masalah yang muncul, apa yang membawa mereka dan bagaimana memandu atau membawa pembeli kepada produk mereka. Dengan mengumpulkan beberapa informasi 23 pemasar dapat mengenali faktor-faktor yang paling sering memicu ketertarikan dalam produk dan dapat mengembangkan program pemasaran yang melibatkan faktor-faktor tersebut. B. Pencarian informasi Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya kedalam dua level. Perhatian utama pemasar adalah sumber informasi utama yang akan dicari konsumen dan kepentingan relatifnya terhadap keputusan pembelian sesudahnya.Sumber-sumber informasi konsumen terdiri dari empat kelompok, antara lain : 1. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, dan kenalan. 2. Sumber komersil : Iklan, tenaga penjual, pedagang perantara, pengemasan dan pajangan. 3. Sumber pengalaman : penanganan, pemeriksaan, dan penggunaan produk. 4. Sumber public : media massa dan organisasi perlindungan konsumen. Pengaruh alternative dari sumber informasi berubah-ubah dengan produk dan pembelian. Secara umum pengguna banyak menerima informasi mengenai produk dari sumber komersil, dimana dikendalikan oleh pemasar. Sumber yang efektif bagaimanapun juga cenderung untuk menjadi pribadi atau personal. Sebagaimana banyaknya informasi yang diperoleh kesadaran dan pengetahuan konsumen dari merkmerk yang tersedia juga meningkat. Perusahaan harus melakukan marketing mixnya untuk membuat kesadaran dan pengetahuan akan produk dan merknya. 24 C. Evaluasi alternative setelah di kemukakan diatas bagaimana konsumen menggunakan informasi untuk sampai pada kumpulan keputusan pada merk akhir. Bagaimanakah konsumen memilih antara pilihan merk yang satu dengan yang lain. Pemasar harus mengetahui informasi untuk sampai pada pemilihan merk , sayangnya konsumen tidak menggunakan proses evaluasi yang sederhanadan tunggal dalam setiap situasi pembelian, meskipun beberapa proses alternative berlangsungnya saat bekerja atau prakteknya. Konsep dasar yang membantu menjelaskan proses evaluasi pemakai, yaitu : Pertama, bahwa setiap pemakai melihat produk sebagai kumpulan atribut. Untuk kamera sebagai contoh, produk kamera berupa kualitas gambar, kemudahan penggunaan, ukuran kamera, harga dan ciri-ciri lainnya. Konsumen akan mengubah beberapa atribut yang mereka anggap berhubungan dan mereka akan menaruh perhatian yang besar kepada atribut yang berhubungan dengan kebutuhan mereka. Kedua, konsumen akan memperkirakan ukuran kepentingan atribut yang berbeda menurut kebutuhan yang berbeda dan permintaan dari masing-masing individu. Ketiga, konsumen kemungkinan mengembangkan kumpulan dari persepsi merk dimana setiap ,merk berdiri setiap atribut. Implementasi persepsi cenderung berhubungan dengan merk yang diketahui sebagai citra merk, distorsi, kecenderungan dan kepercayaan pemakai yang membedakan dari ciri sesungguhnya dari atribut. Empat, harapan dari konsumen terhadap kepuasan produk secara utuh akan berubah dengan tingkatan dari perbedaan atribut. Hal ini dapat dicontohkan ketika seseorang membeli kamera dan mengharapkan kepuasan dari kamera tersebut meningkat seiring 25 dengan bagusnya kualitas gambar yang dihasilkan dan dengan beban kamera yang ringan sehingga mudah untuk dibawa dibandingkan dengan kamera lainnya. Kelima, pemakai tiba pada prilaku yang menuju kepada perbedaan merk melalui beberapa prosedur peninjauan ulang yaitu, dimana para konsumen telah menemukan bagaimana menggunakan salah satu atau lebih dari beberapa evaluasi prosedur yang tergantung pada konsumen dan keputusan pembeli. D. Keputusan pembelian Keputusan pembelian merupakan saat dimana konsumen memutuskan untuk membeli atau tidak produk yang bersangkutan dan membuat keputusan pemesanan yang berhubungan dengan pembelian. Selain itu keputusan pembelian dapat diartikan juga sebagai tingkatan dari proses keputusan pembelian dimana konsumen sebenarnya melakukan penelitian. Pemilihan ini dilakukan atas dasar hasil evaluasi ditahap sebelumnya. Dalam tingkatan evaluasi, konsumen membentuk preferensi diantara merk-merk dalam kelompok pilihan konsumen, mungkin juga membentuk suatu maksudpembelian untuk membeli produk yang paling disukai. Namun demikian, ada dua faktor yang mempengaruhi maksud (keinginan) pembelian dan keputusan pembelian, yaitu : perilaku orang lain dan situasi yang tak terduga. Dua faktor tersebut dapat berada diantara maksud pembelian seperti yang digambarkan pada gambar berikut ini : 26 Gambar 5.2 Faktor mempengaruhi orang lain Evaluasi alternative Sikap orang lain Keputusan pembelian Niat pembelian Faktor situasi yang tidak terantisipasi Sumber : Philip Kotler, 2009 : 224 Didalam faktor pengaruh orang lain, hal ini dapat mengurangi alternative yang dipilih atau disukai konsumen, Hal ini akibat adanya dua hal lagi yang dipengaruhi, dua hal tersebut adalah : 1. Intensitas dari perilaku negative dari orang lain yang menuju kepada pilihan yang disukai oleh konsumen . 2. Motivasi dari konsumen untuk menyetujui permintaan orang lain. Semakin gencar sikap negative orang lain dan semakin dekat orang tersebut dengan konsumen, semakin besar konsumen akan mengubah maksud pembeliannya. Keadaan berikutnya juga berlaku untuk preferensi seorang pembeli terhadap suatu merk akan meningkat jika seseoarang yang ia sukai menyukai merk yang sama. Pengaruh orang lain menjadi rumit saat beberapa orang yang dekat dengan pembeli memiliki pendapat yang berlawanan dan pembeli ingin menyenangkan mereka semua. 27 Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi, dimana konsumen akan membentuk niat pembeli berdasarkan faktor seperti: penghasilan yang diharapkan, harga yang diharapkan dan harapan dari manfaat produk tersebut. E. Perilaku setelah pembelian Tugas dari pemasar tidak berakhir terhadap produk yang dibeli. Setelah membeli suatu produk, konsumen akan memikirkan tentang keputusan tersebut. Ada waktu dimana konsumen tidak begitu yakin akan pembelian tersebut adalah bijaksana. Hal ini dinamakan cognitive dissonance (ketidak sesuaian kognitif). Dalam mencoba menilai pembelanjaan tersebut, maka konsumen mencari fakta-fakta tambahan atau iklan-iklan untuk membuktikan bahwa tindakan membeli yang dia lakukan adalah benar. Cognitive consonance (kesesuaian kognitif) timbul pada saat konsumen tersebut mendapatkan kepuasan setelah pembelian yang dilakukannya. Setelah pembelian dari produk, pemakai akan merasa puas atau tidak puas dan akan berlanjut dalam prilaku setelah pembelian terhadap pemasar, apa yang mnentukan apakah pembeli tersebut itu puas atau tidak puas dengan pembelian? jawaban tersebut ada pada hubungan antara harapan pemakai dan persepsi kineja dari produk. Jika produk tersebut sesuai atau sama dengan harapan dari pemakai maka pemakai akan merasa senang dan melakukan pembelian ulang. 28 2.6 Pembelian keputusan pembelian Sebelum menunjukan suatu ringkasan bagaimana para konsumen mengambil suatu keputusan, kita akan mempertimbangkan beberapa pemikiran yang melukiskan pengambilan keputusan konsumen dengan cara-cara yang sangat berbeda,. Istilah model-model konsumen mengacu pada suatu pandangan atau perspektif umum terhadap bagaimana dan mengapa masing-masing individu berperilaku demikian, hal ini ditegaskan oleh Prasetiijo dan Ihalauw (2005:228). Secara spesifik kita akan mengamati model-model konsumen dalam keempat item ini : (a) suatu pandangan ekonomis, (b) suatu pandangan pasif, (c) suatu pandangan pengenal, (d) suatu pandangan emosional. a. Pandangan ekonomis Dalam pandangan teoritis ekonomi, dimana menggambarkan suatu dunia kompetisi yang sempurna, para konsumen dikarakteristikan sebagai pembuat keputusan-keputusan yang rasional. Model ini, yang disebut teori ekonomi, untuk berperilaku rasional dalam makna ekonomis, seorang konsumen akan : 1.Menyadari keseluruhan alternative produk yang ada 2.Mampu untuk menentukan pilihan rangking secara tepat, tiap-tiap alternative dalam kaitannya dengan manfaaat-manfaat dan kerugian-kerugiannya , serta 3.Mampu untuk menenetukan pilihan alternative yang terbaik. Meskipun demikian, secara realistis konsumen jarang sekali memiiki seluruh informasi atau informasi yang akurat bahkan suatu tingkat keterlibatan dalam pengambilan keputusan yang “sempurna” 29 b. Pandangan pasif Kebalikan dari pandangan ekonomis rasional adalah pandangan pasif yang menggambarkan para konsumen pada dasarnya menyerah pada minat pelayanan dan upaya promosional dari para marketer. Dari pandangan pasif tersebut para konsumen dianggap sebagai pembeli impulasif dan irasional yang siap menjadi sasaran dan usaha dari para marketer paling tidak beberapa tingkatan , model pasif konsumen ini dimanfaatkan oleh orang-orang super sales yang dilatih untuk memperlakukan para konsumen sebagai suatu objek untuk dimanipulasi. c. Pandangan kognitif Model ketiga menggambarkan konsumen sebagai penyelesaian masalah yang berpikir. Dalam kerangka pemikiran ini konsumen kerap kali digambarkan baik menerima aktif maupun pasif mencari produk dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dan semakin memperkaya kehidupan mereka. Model kognitif ini berfokus pada proses dimana konsumen mencari dan mengevaluasi informasi tentang merk-merk serta outlet-outlet yang dipilih. Pandangan kognitif tersebut mendeskripsikan suatu konsumen yang jatuh diantara pandangan ekonomis dan pasif yang ekstrim, yang tidak memiliki pengetahuan total tentang alternative produk yang teredia dan oleh karenanya tidak dapat membuat keputusan yang sempurna namun mencari informasi dan berusaha untuk meraih keputusan yang memuaskan. d. Pandangan emosional Ketika konsumen memutuskan untuk membeli berdasarkan emosi, amat sedikit pencarian informasi yang dilakukan sebelum pembelian tersebut. Sebalikmya penekanan lebih kepada mood dan perasaan pada saat itu. Hal ini bukan untuk menyatakan bahwa keputusan emosional tersebut tidak rasional. 30 Sebagai contoh, banyak konsumen membeli pakaian berlabel desainer, bukan karena mereka kelihatan lebih baik dengan pakaian tersebut, tetapi karena label status membuat mereka lebih baik. Ini merupakan keputusan yang rasional, mood konsumen juga sangat penting dalam pengambilan keputusan. Mood dapat didefinisikan sebagai kondisi perasaan. Seorang konsumen “menerima” suatu iklan, lingkungan toko atau ritel, merk atau suatu produk. 2.7 Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada sepatu merk Converse Ketika produk saling mempengaruhi terhadap keputusan pembelian konsumen, sebab dengan bauran pemasaran, maka konsumen akan mempunyai keinginan untuk menggunakan produk tersebut, pada sebuah perusahaan yang menghasilkan produk tertentu dengan bauran pemasaran yang terjamin, merupakan suatu kelebihan yang dapat ditawarkan oleh konsumen. Melalui bauran pemasaran, ini pun konsumen melalui dapat menilai apakah produk tersebut layak atau tidak mereka beli. Dengan keunggulan bauran pemasaran yang baik dan bagus dari produk tersebut. Diharapkan konsumen tidak beralih ke produk lain untuk mengambil keputusan pembeliannya 2.8 Citra Merk (Brand New) Merk menjadi tanda pengenal bagi penjual atau pembuat suatu produk atau jasa. Menurut Kotler (2009:195), merk adalah suatu symbol rumit yang dapat menyampaikan hingga enam tingkat pengertian sebagai berikut : 1. Atribut : suatu merk dapat mengingatkan pada atribut- atribut tertentu. 2. Manfaat : atribut- atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional. 3. Nilai : suatu merk juga mengatakan sesuatu tentang nilai produsennya. 31 4. Budaya : suatu merk mungkin juga melambangkan budaya tertentu. 5. Kepribadian : suatu merk dapat mencerminkan kepribadian tertentu. 6. Pemakaian : suatu merk menyiratkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan suatu produk. Hubungan Citra Merk dengan Keputusan Pembelian Menurut Wicaksono (2007:88) mengemukakan pentingnya pengembangan citra merk dalam keputusan pembelian. Brand image yang dikelola dengan baik akan menghasilkan konsekuensi yang positif, meliputi : a. Meningkatkan pemahaman terhadap aspek-aspek perilaku konsumen dalam mengambil keputusan pembelian. b. Memperkaya orientasi konsumsi terhadap hal-hal yang bersifat simbolis lebih dari fungsifungsi produk. c. Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk. d. Meningkatkan keunggulan bersaing berkelanjutan, mengingat inovasi teknologi sangat mudah untuk ditiru oleh pesaing.