PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Penelitian pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya) Oleh : DITA SAESI PRABAWATI 103403121 Pembimbing: Iman Firman Hidayat, SE., M.Si., Ak. CA R. Neneng Rina A, SE, MM, Ak ABSTRACT This study aimed to describe the management control system, the performance of managerial, and leadership style as moderating variables, and to investigate its influence. Data obtained directly through questionnaires, population and sample of 33 employees, the sampling technique using total sampling, methods of descriptive analysis survey approach, the technique is simple linear regression analysis and multiple linear regression with interaction approach absolute difference. The results show management control system, the performance of managerial, and leadership style in Tasikmalaya District BPBDs Agencies including both categories. Management control systems significantly influence managerial performance Agencies BPBDs Tasikmalaya District. Strengthen the leadership style of management control systems influence on managerial performance in Tasikmalaya District BPBDs Agencies. Keywords : Management Control Systems, Managerial Performance, Leadership Style, Moderating Variables Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sistem pengendalian manajemen, kinerja manajerial, dan gaya kepemimpinan sebagai variabel moderating, serta untuk mengetahui pengaruhnya. Data diperoleh secara langsung melalui penyebaran kuesioner, populasi dan sampel sebanyak 33 karyawan, teknik sampling menggunakan total sampling, metode penelitian deskriptif analisis pendekatan survei, teknik analisis regresi linear sederhana dan regresi linear berganda dengan pendekatan interaksi selisih mutlak. Hasil penelitian menunjukkan sistem pengendalian manajemen, kinerja manajerial, dan gaya kepemimpinan pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya termasuk kategori baik. Sistem pengendalian manajemen berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya. Gaya kepemimpinan memperkuat pengaruh sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya. Kata Kunci : Sistem Pengendalian Manajemen, Kinerja Manajerial, Gaya Kepemimpinan, Variabel Moderating I. 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagaimana yang diamanatkan pada alinea ke IV Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 bahwa untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, dalam hal perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum yang berdasarkan pancasila, termasuk perlindungan atas bencana, maka pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Potensi penyebab bencana dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) jenis yaitu bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. Bencana alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, banjir, letusan gunung berapi, angin topan/puting beliung, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan/lahan, karena faktor alam, hama penyakit tanaman, epidemi, wabah, kejadian luar biasa dan kejadian antariksa/benda-benda angkasa. Bencana non alam antara lain kebakaran hutan/lahan/pemukiman yang disebabkan oleh manusia, kecelakaan transportasi, kegagalan konstruksi/teknologi, dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran lingkungan dan kegiatan keantariksaan. Bencana sosial antara lain berupa kerusuhan sosial politik dan konflik sosial dalam masyarakat yang sering terjadi. Selama ini penanganan bencana dilaksanakan secara parsial oleh instansi-instansi teknis terkait, seperti Departemen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen PU, dll. Begitu pula pada tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota, sehingga koordinasi antara instansi tersebut cukup sulit. Selain itu ketentuan peraturan perundangundangan mengenai penanggulangan bencana yang ada belum dapat dijadikan landasan hukum yang kuat dan menyeluruh serta tidak sesuai dengan perkembangan keadaan masyarakat dan kebutuhan bangsa Indonesia sehingga menghambat upaya penanggulangan bencana secara terencana, terkoordinasi dan terpadu. Tugas penyelenggaraan penanggulangan bencana tersebut ditangani oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di tingkat pusat dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tingkat daerah. Adapun hubungan kerja antara BNPB dan BPBD bersifat koordinasi dan teknis kebencanaan dalam rangka upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan penanggulangan bencana. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tasikmalaya merupakan badan atau instansi pemerintah yang bertugas dalam penanggulangan bencana di seluruh kawasan Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya selama tahun 2013 kejadian bencana tercatat sebanyak 363 kejadian dan sampai bulan April 2014 tercatat 143 kejadian, dimana bencana sering terjadi di Kabupaten Tasikmalaya adalah bencana longsor. Bencana longsor pada tanggal 11 April 2014 terjadi di Kecamatan Pagerageung Desa Nanggewer, menyebabkan Gunung Lebak Jero longsor dan menutupi jalan Naggewer-Bunar, 1 unit rumah kondisi rusak berat, 3 unit rumah terancam roboh. Bencana puting beliung terjadi pada tanggal 14 April 2014 pukul 14.00 WIB, menyebabkan kerusakan di 2 wilayah yaitu di wilayah Kecamatan Salawu, Desa Serang, Kp. Kadupandak RT. 05 RW. 02, menyebabkan 15 unit rumah rusak berat, 67 unit rumah rusak ringan, 20 unit rumah rusak sedang, dan kerusakan di Kecamatan Cigalontang, Desa Lengkongjaya, Kp. Cibaeud Rt. 14 RW. 05, menyebabkan 1 orang luka ringan, 36 unit rumah rusak ringan dan 1 unit rumah rusak berat. Berdasarkan fenomena di atas maka BPBD Kabupaten Tasikmalaya di tuntut untuk memiliki kinerja secara optimal, dan diperlukan sebuah perencanaan dan pengendalian agar BPBD dapat menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai badan pengendalian bencana daerah. Salah satu alat untuk mengendalikan tersebut adalah sistem pengendalian manajemen yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja agar tujuan dari instansi tercapai secara maksimal. Sistem pengendalian manajemen terdiri atas struktur dan proses pengendalian manajemen (Abdul Halim. et.al. 2012:13). Struktur pengendalian dipusatkan pada berbagai macam pusat pertanggungjawaban, sedangkan proses pengendalian manajemen meliputi pemrograman, penyusunan anggaran, pelaksanaan dan pengukuran serta pelaporan dan analisis. Dalam proses pengendalian manajemen. keputusan dibuat berdasarkan prosedur dan jadwal lain dilakukan berulang-ulang tahun demi tahun. Prosedur tersebut biasanya dimulai dari pemrograman. Program diterjemahkan dalam bentuk anggaran, kemudian perusahaan beroperasi berdasarkan anggaran, prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil akhir kemudian dibandingkan dengan anggaran, setelah itu dievaluasi dan diadakan perbaikan bila diperlukan. Karena prosedur tersebut dilakukan berulang-ulang setiap tahunnya, maka manajemen memerlukan sistem pengendalian manajemen untuk meningkat kinerja sehingga tujuan perusahaan tercapai. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja tersebut, salah satunya adalah faktor organisasi (Henry Simamora, dalam Riani Farid, 2008:30). Dimana dalam organisasi tersebut terdapat beberapa aspek job design dan struktur organisasi yang semuanya itu terangkum dalam suatu sistem yang disebut dengan sistem pengendalian manajemen. Sistem pengendalian manajemen diperlukan di setiap organisasi, karena sistem tersebut didesain untuk mengatur aktivitas anggota organisasi melalui para pemimpin (manajer) organisasi agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan perusahaan. Adapun bentuk pengendalian dapat berupa pengendalian akuntansi, perilaku dan personal. Sistem pengendalian manajemen semakin menjadi tumpuan dalam mewujudkan organisasi yang sehat dan berhasil. Bagi manajer pengendalian manajemen merupakan alat yang digunakan dalam interaksi di antara mereka dengan bawahan. Sistem pengendalian manajemen merupakan alat untuk memonitor atau mengamati pelaksanaan manajemen perusahaan yang mencoba mengarahkan pada tujuan organisasi dalam perusahaan agar kinerja yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan dapat berjalan lebih efisien dan lancar. Menurut Supriyono (2000:4) sistem pengendalian manajemen adalah sistem yang digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi anggota organisasi untuk melaksanakan strategi dan kebijakan organisasi secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Robert N. Anthony dan Vijay Govindarajat yang dialihbahasakan oleh Kurniawan Tjakrawala (2005:11) mengungkapkan kegiatan dari pengendalian manajemen, meliputi: merencanakan apa yang seharusnya dilakukan oleh organisasi, mengkoordinasi aktivitas-aktivitas dari beberapa bagian organisasi, mengkomunikasikan informasi, mengevaluasi informasi, memutuskan tindakan apa yang seharusnya diambil jika ada, dan mempengaruhi orang-orang untuk mengubah perilaku mereka. Salah satu dari perilaku dari manajer yang memiliki keterkaitan dalam mempengaruhi anggota organisasi adalah gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain (Suranta, 2002:54). Seorang pemimpin harus menerapkan gaya kepemimpinan untuk mengelola bawahannya. karena seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya (Waridin dan Bambang Guritnu, 2005:63). Dengan gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang manajer, hal ini akan membantu para manajemen dalam menjalankan sistem pengendalian manajemen. Pada saat manajer mengarahkan bawahannya dengan menggunakan sistem pengendalian manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan. Hal tersebut dipengaruhi oleh perilaku manajer tersebut, di mana gaya kepemimpinan merupakan variabel yang memoderasi pengaruh dan sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial. Melibatkan tenaga operasional dalam penetapan standar sistem pengendalian perlu dilakukan karena lebih mengetahui situasi atau pekerjaan di lapangan, seperti berapa biaya operasional yang diperlukan untuk menangani suatu bencana, baik itu berupa biaya perlengkapan ataupun sarana dan prasarana dan lain sebagainya. Dengan adanya keterlibatan tenaga operasional diharapkan kinerja manajerial menjadi lebih baik karena didukung dengan biaya yang memadai, selain itu juga mereka merasa diakui keberadaan dan dihargai pendapatnya. Namun kadang-kadang standar yang ditentukan oleh tenaga operasional tidak diterima oleh manajemen karena dirasa terlalu besar atau kurang relevan, dan manajemen memutuskan merampingkan atau diperketat, sehingga standar biaya yang ditetapkan terlalu ketat dan tidak relevan dengan rencana kerja, dan hal itu akan menyebabkan tekanan kerja, sehingga akan mempengaruhi kinerja manajerial. Dengan demikian penerapan standar pengendalian harus mengandung unsur kemanusiaan, yaitu relevansi antara fungsi, tanggung jawab dengan kemampuan atau latar belakang pendidikan, biaya, ataupun hal-hal yang terkait dengan rencana kegiatan, sehingga sistem pengendalian manajemen dapat mendukung kinerja secara efisien dan efektif, agar tujuan organisasi dapat tercapai secara optimal. Berkaitan dengan fenomena-fenomena dan penjelasan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen terhadap Kinerja Manajerial dengan Gaya Kepemimpinan Sebagai Variabel Moderating (Penelitian pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya)”. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, oleh sebab itu pada penelitian ini akan diteliti apakah ketidakstabilan kinerja manajerial BPBD tersebut dipengaruhi oleh sistem pengendalian manajemen dengan menggunakan variabel gaya kepemimpinan sebagai variabel moderating dalam menguji hubungan tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: a. Bagaimana penerapan sistem pengendalian manajemen, kinerja manajerial, dan gaya kepemimpinan pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya. b. Bagaimana sistem pengendalian manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya. c. Bagaimana gaya kepemimpinan memperkuat pengaruh sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya. 3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran pengaruh sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial dan memahami gaya kepemimpinan dapat memperkuat pengaruh sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial. Adapun yang menjadi tujuan dan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui penerapan sistem pengendalian manajemen, kinerja manajerial, dan gaya kepemimpinan pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya. 2. Untuk mengetahui sistem pengendalian manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya. 3. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan memperkuat pengaruh sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya. II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 1. Tinjauan Pustaka Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) merupakan badan atau instansi pemerintah yang bertugas merumuskan dan menetapkan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat, tepat, efektif dan efisien serta melakukan pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh. Salah satu alat untuk mewujudkan tujuan BPBD tersebut maka diperlukan sistem pengendalian manajemen. Sistem pengendalian manajemen merupakan alat untuk memonitor atau mengamati pelaksanaan manajemen perusahaan atau instansi yang mencoba mengarahkan pada tujuan Organisasi dalam perusahaan dan instansi agar kinerja yang dilakukan oleh pihak manajemen tersebut dapat berjalan lebih efisien dan lancar. Sistem pengendalian manajemen merupakan sistem yang digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi anggota organisasi agar melaksanakan strategi dan kebijakan organisasi secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan organisasi (Supriyono, 2000:4). Pengendalian manajemen merupakan semua usaha untuk menjamin bahwa sumber daya perusahaan digunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan atau proses untuk mempengaruhi orang lain dalam sebuah perusahaan agar secara efektif dan efisien mencapai tujuan perusahaan melalui strategi tertentu (Arief Saudi, 2001:1). Indikator proses pengendalian manajemen meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: perencanaan strategis (pemograman), penyusunan anggaran, pelaksanaan dan pengukuran, serta evaluasi kinerja (Abdul Haunt, et.al, 2003:15). Kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,visi dan misi organisasi (Moeheriono, 2009: 60). Kinerja seseorang itu akan menggambarkan bagaimana atau seberapa besar kontribusinya terhadap pencapaian sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi instansi. Manajerial adalah kata kerja operasional dari kata manajer. Kata manajer menekankan pada orangnya, sedangkan manajemen menyangkut pekerjaan yang dilakukan manajer. Jadi kata manajerial adalah suatu aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan manajer dalam merencanakan, mengorganisir, mengelola, mengontrol serta mengevaluasi berbagai pekerjaannya (Muhaimin, 2010:8). Indikator kinerja manajerial dalam penelitian ini adalah penilaian kinerja berdasarkan value for money yaitu kinerja untuk mengukur ekonomis, efisiensi, dan efektivitas suatu kegiatan, program dari organisasi (Mahmudi, 2007:81) Penjelasan indikator tersebut antara lain: a. Ekonomis Konsep ekonomis sangat terkait dengan konsep biaya untuk memperoleh unit input. Ekonomis adalah seluruh sumber daya input yang diperoleh dengan harga yang lebih rendah (spending less) yaitu harga yang mendekati pasar. Ukuran ekonomi berupa anggaran yang dialokasikan. Pengertian ekonomi (hemat/tepat guna) sering disebut juga kehematan yang mencakup juga pengelolaan secara hati-hati atau cermat (prudenty) dan tidak ada pemborosan. Pemanfaatan sumber daya di bawah anggaran menunjukkan adanya penghematan, sedangkan melebihi anggaran menunjukkan adanya pemborosan. Oleh karena itu, organisasi harus memastikan bahwa seluruh sumber daya masukan tidak terjadi pemborosan. b. Efisiensi Efisiensi terkait dengan hubungan antara keluaran berupa barang atau pelayanan yang dihasilkan dengan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan keluaran tersebut. Suatu organisasi, program, atau kegiatan dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan keluaran tertentu dengan masukan serendah-rendahnya, atau dengan masukan tertentu mampu menghasilkan keluaran sebesar-besarnya (spending well). Konsep efisien merupakan konsep yang relatif tidak absolut. c. Efektivitas Efektivitas terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang dicapai. Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan keluaran. program, atau kegiatan dinilai efektif apabila keluaran yang dihasilkan bisa memenuhi tujuan yang diharapkan (spending wise). Dengan indikator penilaian kinerja tersebut dapat dilihat apakah sistem pengendalian manajemen akan meningkatkan kinerja manajer tersebut dikarenakan manajer mengetahui secara jelas sasaran dan tujuan yang harus dicapai sehingga manajer akan berusaha untuk bisa mencapai tujuan dan sasaran perusahaan. Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain (Miftah Toha, 2010: 343). Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu (Robbins dialihbahasakan Benyamin Molan, 2003: 49). Indikator gaya kepemimpinan menurut teori kepemimpinan (Robbins dialihbahasakan Benyamin Molan, 2003:52), diantaranya : a. Mengarahkan (Directing). Pemimpin seperti mi bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti, dan tertib. Semua peraturan dan instruksinya harus dipatuhi. Ia menganggap dirinya yang bertanggung jawab pada maju atau mundurnya perusahaan. Pengambilan keputusan yang dilakukan olehnya. b. Melatih (Coaching). Pemimpin dengan arahan yang tinggi dan didukung oleh bawahannya. Ia memberikan instruksi-instruksi yang jelas tapi berusaha untuk mendengarkan perasaan bawahannya. Tetapi, kontrol dan pengambilan keputusan ada pada dirinya. c. Mendukung (Supporting). Pemimpin seperti mi memiliki dukungan bawahan yang tinggi tetapi kurang dalam mengarahkan. Kontrol pengambilan keputusan terkadang berpindah dan pemimpin kepada bawahannya. Pemimpin memberikan penghargaan dan mendengar. serta memfasilitasi penyelesaian bawahannya. d. Mendelegasikan (Delegating). Pemimpin seperti ini memiliki dukungan bawahan yang rendah dan kurang melakukan pengarahan. Penyelesaian diselesaikan dengan bawahan sampai tercapai kata sepakat. Proses pengambilan keputusan sepenuhnya didelegasikan kepada bawahan. Untuk menjaga operasional instansi agar berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan oleh instansi, maka diperlukan sistem pengendalian manajemen. Sistem pengendalian manajemen berorientasi pada perilaku manusia. Sistem pengendalian manajemen yang baik akan mengarahkan berbagai macam usaha yang dilaksanakan oleh semua unit organisasi ke arah tujuan organisasi. Dalam sistem pengendalian manajemen tersebut memberitahukan kepada anggota organisasi apa yang ingin dicapai oleh organisasi. Tujuan dari pengendalian manajemen adalah menjamin bahwa strategi yang dijalankan sesuai dengan tujuan organisasi yang akan dituju. Pengendalian manajemen juga merupakan suatu proses untuk mendeteksi dan mengoreksi kesalahan untuk kerja yang tidak sengaja maupun yang disengaja. Karena fokusnya adalah pada manusia dan implementasi rencana, pengendalian manajemen membutuhkan pertimbangan psikologi yang kuat dan mengkritik merupakan bagian penting dari proses ini. Pengendalian manajemen memanfaatkan pengendalian tugas untuk memastikan melakukan pekerjaan yang efektif dan efisien. Efisien menggambarkan berapa banyak masukan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu unit keluaran sedangkan keefektifan diartikan sebagai kemampuan suatu unit untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan demikian adanya sistem pengendalian manajemen dalam suatu instansi diharapkan dapat meningkatkan kinerja manajerial agar tujuan instansi dapat tercapai secara efisien dan efektif sesuai dengan direncanakan. Menurut Anthony dan Vijay Govindarajan dialihbahasakan Kurniawan Tjakrawala (2005: 8) menyatakan bahwa sistem pengendalian manajemen adalah sistem yang digunakan oleh manajemen untuk mengendalikan aktivitas suatu organisasi. Salah satu perilaku yang dapat mempengaruhi dalam suatu manajemen adalah gaya kepemimpinan yang merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain (Suranta, 2002). Dengan gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang manajer, hal ini akan membantu para manajer dalam menjalankan sistem pengendalian manajemen yang efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan kinerja manajerial untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian gaya kepemimpinan merupakan variabel memoderasi yang dapat pengaruh dari sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial. 2. a. b. III. 1. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Sistem pengendalian manajemen berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Gaya kepemimpinan memperkuat pengaruh sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya. OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (2006:118), “objek penelitian adalah fenomena atau masalah penelitian yang telah diabstraksi menjadi suatu konsep atau variabel. Obyek penelitian ditemukan melekat pada subyek penelitian”. Dalam penelitian ini yang akan dijadikan objek penelitian adalah sistem pengendalian manajemen yang dimoderasi oleh gaya kepemimpinan, dan kinerja manajerial. Penelitian ini dilakukan dengan penyebaran kuesioner dan responden yang mengisi kuesioner tersebut adalah divisi pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tasikmalaya. 2. Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif analisis pendekatan survei. Metode deskriptif adalah metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel/ populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dam membuat kesimpulan yang berlaku (Sugiyono 2006:21). Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dan gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual baik tentang institusi sosial ataupun politisi dan suatu kelompok atau daerah (M Nazir, 2006:56). 3. Definisi dan Operasional Variabel Untuk memahami lebih jelas tentang variabel dalam penelitian ini, maka penulis operasionalisasi seperti pada tabel dibawah ini: Tabel 1. Operasional Variabel Item Variabel Pengertian Indikator Skala Nomor Variabel Bebas Sistem yang digunakan oleh Proses SPM: Ordinal (X) manajer untuk 1. Perencanaan Strategis (Pemograman, Sistem mempengaruhi anggota Penyusunan) 1,2 Pengendalian organisasi untuk a. program dilakukan secara rutin dan Manajernen melaksanakan strategi dan berkala 3,4 kebijakan organisasi secara b. Kesesuaian antara perencanaan strategi efektif dan efisien dalam dengan program yang dihasilkan. rangka mencapai tujuan c. Pengkomunikasian program disusun ke 5,6 organisasi semua pihak. Supriyono (2000:4) 2. Pelaksanaan dan Pengukuran a. Partisipasi pegawai dalam penyusunan 7, 8 anggaran b. Kesesuaian antara anggaran terhadap 9,10 rencana perusahaan secara keseluruhan. c. Prosedur kerja yang berlaku cukup jelas 11,12 dan mudah dimengerti. d. Penggunaan 13,14 anggaran sebagai alat kendali. 3. Evaluasi kinerja a. Dilakukan pemeriksaan terhadap laporan 15,16 kerja b. Adanya Reward dan Punishment terhadap 17, 18 kinerja Variabel Penilaian kinerja 1. Ekonomis Ordinal Terikat (Y) berdasarkan value for money a. Hemat/tepat guna dalam pengelolaan 1, 2 Kinerja adalah pengukuran kinerja anggaran Manajerial untuk mengukur ekonomis, 2. Efisiensi efisiensi, dan efektivitas a. Kesesuaian anggaran dengan pencapaian 3, 4 suatu kegiatan, program dari target kegiatan organisasi 3. Efektivitas (Mahmudi,2007:81) a. Tujuan dapat tercapai sesuai dengan 5, 6 rencana yang ditetapkan Variabel Variabel Moderator (Z) Gaya Kepemimpin an Pengertian Indikator Skala Pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu” (Robbins, 2003:52) 1. Mengarahkan (Directing) a. Memberikan instruksi b. Mengawasi c. Penilaian hasil kerja 2. Melatih (Coaching) a. Menerangkan instruksi b. Mengundang rapat c. Memberikan bimbingan d. Mendengar keluhan bawahan 3. Mendukung (Supporting) a. Kejelasan memberikan instruksi b. Membagi proses pembuatan keputusan c. Memecahkan masalah bersama bawahan d. Keterlibatan dalam pekerjaan bawahan 4. Mendelegasikan (Delegation) a. Ketepatan memberikan tugas b. Memberikan tanggung jawab c. Kepercayaan d. Mendiskusikan masalah bersama bawahan Ordinal Item Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah kuesioner, yaitu “teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis terhadap kepada responden untuk dijawabnya”. (Sugiyono, 2010:199) Kemudian untuk mengukur variabel-variabel tersebut dengan menggunakan skala likert. Skala likert menurut Sugiyono (2006:86) adalah “skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat persepsi seseorang atau kelompok orang tertentu tentang fenomena sosial” Menurut Sugiyono dengan skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan indikator variabel. Kemudian indikator tersebut disajikan titik tolak untuk menyusun item-item instrumental yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Dalam skala likert, jawaban yang dikumpulkan dapat berupa pernyataan positif ataupun negatif. Untuk setiap item pernyataan positif ataupun pernyataan negatif. Untuk setiap item pernyataan positif akan diberi bobot sebagai berikut : Tabel 2 Skala Likert Pernyataan Positif dan Negatif Skor untuk Skor untuk No Pernyataan pernyataan pernyataan positif negatif 1. Sangat setuju (SS)/ Selalu 5 1 2. Setuju (S)/ Sering 4 2 3. Ragu-Ragu (RR)/ Kadang-Kadang 3 3 4. Tidak Setuju (TS)/ Hampir Tidak Pernah 2 4 5. Sangat Tidak Setuju (STJ)/ Tidak Pernah 1 5 Sumber: (Sugiyono, 2010:133) Setelah dilakukan pengukuran dengan menggunakan skala likert dan dilakukan tabulasi atas tanggapan responden, maka hasil tabulasi data tersebut dimasukkan dalam garis kontinum (Sugiyono, 2010:135) yang pengukurannya ditentukan dengan cara sebagai berikut: Tidak Baik 0,5 Kurang Baik 1 Cukup Baik 2 Baik 3 Sangat Baik 4 Gambar 1 Garis Kontinum Keterangan: ● Nilai Indeks Maksimum ● Nilai Indeks Minimum ● Jarak Interval ●Y = Skor tertinggi x jumlah pernyataan x jumlah responden = Skor terendah x jumlah pernyataan x jumlah responden = [ nilai maksimum – nilai minimum ] : 5 = Total skor diperoleh 5 Skala kontinum di atas akan digunakan sebagai pedoman untuk menginterpretasi hasil penelitian untuk mengetahui apakah setiap dimensi dapat dikatakan dalam kategori tertentu sesuai dengan nilai rata-rata jawaban dari kuesioner yang telah diisi oleh responden. Setelah itu lalu hasil tersebut dianalisis dalam deskripsi data variabel penelitian yang mendeskripsikan hasil jawaban dari kuesioner yang berkaitan dengan variabel Sistem Pengendalian Manajemen, Kinerja Manajerial dan Gaya Kepemimpinan. 5. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan BPBD Kabupaten Tasikmalaya, dengan jabatan kepala bagian dan pegawai lapangan atau unsur pelaksana yang berjumlah 33 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan total sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sampel, hal itu dikarenakan jumlah populasi yang relatif sedikit. Hal itu sejalan dengan Arikunto, Suharsimi (2006:107) yang menyatakan bahwa “apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi”. 6. Paradigma Penelitian Sesuai dengan judul penelitian pengaruh sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial dan gaya kepemimpinan sebagai variabel moderating. Dalam penelitian ini terdiri dari pertama Variabel Independen (Variabel Bebas), yang menjadi variabel independennya adalah Sistem Pengendalian Manajemen (X) Kinerja Manajerian sebagai variabel Dependen (Y) dan yang menjadi variabel pemoderasi pada penelitian ini adalah Gaya Kepemimpinan (Z). Maka paradigma penelitian dalam bentuk diagram jalur yang digambarkan pada gambar 3.1. Sistem Pengendalian Manajemen (X) Kinerja Manajerial (Y) Gaya Kepemimpinan (Z) Gambar 2 Paradigma Penelitian 7. Rancangan Analisis Data dan Pengujian Hipotesis a. Uji Validitas dan Reliabilitas 1) Uji Validitas Uji validitas bertujuan untuk mengukur apa yang ingin diukur atau alat ukur yang digunakan mengenai sasaran. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus korelasi korelasi product moment. Valid tidaknya pernyataan pada masing-masing variabel dilakukan dengan cara membandingkan nilai korelasi product moment (rhitung) dengan nilai tabel korelasi (rtabel). Dikatakan valid jika nilai korelasi product moment lebih besar dari nilai tabel korelasi (rhitung > rtabel). Nilai rtabel diperoleh pada derajat kebebasan (dk) N-2 = 33 – 2 = 31 dan α = 0,05, yaitu diperoleh nilai sebesar 0,355. Dengan demikian setiap pernyataan dapat dikatakan valid jika diperoleh nilai korelasi product moment lebih besar dari 0,355 (rhitung > 0,355). Adapun analisis hasil perhitungan uji validitas pada setiap item pernyataan masing-masing variabel dapat penulis deskripsikan sebagai berikut: a) Analisis uji validitas variabel sistem pengendalian manajemen Uji validitas pada variabel sistem pengendalian manajemen dilakukan secara komputerisasi terhadap 19 pernyataan, dimana hasil perhitungan (terlampir) diketahui nilai r hitung terendah adalah 0,450 dan tertinggi 0,619 yang lebih besar 0,355 (rhitung > rtabel), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua item pernyataan dapat dikatakan valid. Sehingga instrumen yang digunakan dalam mengukur sistem pengendalian manajemen adalah kuesioner dengan 19 pernyataan. b) Analisis uji validitas variabel gaya kepemimpinan Uji validitas pada variabel gaya kepemimpinan dilakukan secara komputerisasi terhadap 15 pernyataan, dimana hasil perhitungan (terlampir) diketahui nilai rhitung terendah adalah 0,375 dan tertinggi 0,643 yang lebih besar 0,355 (rhitung > rtabel), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua item pernyataan dikatakan valid. Sehingga instrumen yang digunakan dalam mengukur gaya kepemimpinan adalah kuesioner dengan 19 pernyataan. c) Analisis uji validitas variabel kinerja manajerial Uji validitas pada variabel kinerja manajerial dilakukan secara komputerisasi terhadap 6 pernyataan, dimana hasil perhitungan (terlampir) diketahui nilai rhitung terendah adalah 0,449 dan tertinggi 0,598 yang lebih besar 0,355 (r hitung > rtabel), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua item pernyataan dikatakan valid. Sehingga instrumen yang digunakan dalam mengukur kinerja manajerial adalah kuesioner dengan 19 pernyataan. 2) Uji Realibilitas Uji realibilitas merupakan suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama. Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten (Umar, 2002:207). Metode yang digunakan untuk mengukur realibilitas adalah Alpha Cronbath. Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas yang dilakukan secara komputerisasi diperoleh nilai alpha cronbath untuk variabel sistem pengendalian manajemen adalah 0,824, nilai alpha cronbath gaya kepemimpinan adalah 0,754 dan nilai alpha cronbath kinerja manajerial adalah 0,704, yang semuanya lebih besar dari 0,355 (rhitung> rtabel). Dengan demikian semua variabel dalam penelitian ini dapat dikatakan reliabel. b. Method Succesive of Interval (MSI) Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang berskala ordinal (menggunakan skala likert) sehingga data tidak langsung dapat dianalisis dengan menggunakan statistik parametrik seperti regresi. Maka diperlukan informasi data dari ordinal menjadi interval untuk memenuhi sebagai syarat analisis parametik. Oleh karena itu data ordinal tersebut harus ditingkatkan (ditansformasikan) terlebih dahulu dengan menggunakan Metode Succesive Interval (MSI). (Riduwan Kuncoro, 2008: 30). Langkah-langkah dalam metode succesive adalah: 1) Pertama perhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan; 2) Pada setiap butir ditentukan beberapa orang yang mendapatkan skor 1, 2, 3, 4, dan 5 yang disebut sebagai frekuensi; 3) Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proporsi; 4) Tentulah nilai proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan perkolom skor; 5) Gunakan tabel Distribusi Normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh; 6) Tentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dengan menggunakan Tabel Dinsitas) 7) Hitung SV (Scale Value) atau nilai skala dengan rumus : SV Density of Lower Limit - Density at Upper Limit Area Under Upper Limit - Area Under Lower Limit 8) Tentukan nilai transformasi dengan rumus Y = NS + [ 1 +│NS min│] c. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Suliyanto, 2011:70). Ada dua cara untuk mengetahui apakah residual terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Uji normalitas yang digunakan adalah rasio skewness yaitu nilai skewness dibagi dengan standar eror skewness dan rasio kurtosis yaitu nilai kurtosis dibagi dengan standar eror kurtosis. Kriteria pengambilan keputusannya adalah jika rasio skewness dan kurtosis berada di antara -2 hingga +2 maka data berdistribusi normal (Suliyanto, 2011:79). 2) Uji Multikolinearitas Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009:231), multikolinieritas adalah adanya lebih dari satu hubungan linier yang sempurna. Dalam sebuah regresi berganda tidak boleh terjadi multikolinieritas karena apabila terjadi multikolinieritas apalagi kolinier sempurna maka regresi variabel bebas tidak dapat ditentukan. Pendekteksiannya dilakukan dengan menggunakan VIF (varience inflation factor). Jika factor nilai VIF yang kurang dari 10 data tidak terdapat multikolinieritas (Gijarati, 2003:362) 3) Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedatisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap homoskedastisitas, sedangkan untuk varians yang berbeda disebut heteroskedatisitas. Model regresi yang baik adalah model yang heteroskedatisitas. Menurut Dwi Priyanto (2009) cara menguji heteroskedastisitas yaitu dengan cara mengkorelasikan variabel independen dengan residualnya. Pengujian menggunakan tingkat signifikan 0.05 dengan uji dua sisi. Jika korelasi antara variabel independen dengan residual memberikan signifikan lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa terjadi heteroskedastisitas. 4) Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelum) Untuk menguji autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Waston (DW), yaitu jika nilai DW terletak andata du dan (4 – dU) atau du ≤ DW ≤ (4-dU), berarti bebas dari autokorelasi. Jika nilai DW lebih kecil dari dL atau DW lebih besar dari (4 – dL) berarti terdapat Autokorelasi. Nilai dL dan dU dapat dilihat pada table Durbin Waston, yaitu nilai dL : dU = α : n : (k – 1) keterangan : n adalah jumlah sampel k adalah jumlah variabel dan α adalah taraf signifikan. d. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis adalah prosedur yang didasarkan pada bukti sampel yang dipakai untuk menentukan apakah hipotesis merupakan suatu pernyataan yang wajar dan oleh karenanya tidak ditolak, atau hipotesis tersebut tidak wajar dan oleh karena itu harus ditolak. (Suharyadi dan Purwanto, 2009:82). Untuk melakukan pengujian hipotesis pada penelitian ini digunakan analisis regresi. Analisis regresi adalah analisis yang mempelajari hubungan yang ada diantara variabel-variabel, sehingga dari hubungan yang diperoleh kita dapat menaksir variabel yang satu apabila variabel yang lain diketahui. Analisis regresi sederhana penelitian digunakan peneliti untuk menghubungkan antara sistem pengendalian manajemen dengan kinerja manajerial kemudian analisis regresi dengan menggunakan uji interaksi digunakan untuk menghubungkan sistem pengendalian manajemen dengan kinerja manajerial dengan gaya kepemimpinan sebagai variabel moderating. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Persamaan regresi untuk menguji hipotesis yang diajukan dengan model sebagai berikut: 1. Hipotesis 1 Persamaan regresi untuk menguji hipotesis ini adalah sebagai berikut: Y= a + bX (Husein Umar, 2008:117) Keterangan: Y= Kinerja Manajerial X= Sistem Pengendalian Manajemen a= Konstanta b= Koefisien Sistem Pengendalian Manajemen Hipotesis yang pertama diajukan adalah: Sistem pengendalian manajemen berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Oleh karena itu secara statistik dapat dit6entukan rumus sebagai berikut: 1. H1 : b1 = 0; tidak terdapat pengaruh antara sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial 2. H1 : b1 ≠ 0; terdapat pengaruh antara sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial Penerimaan atau penolakan hipotesis pertama dapat dilihat dari taraf signifikansi yang didapatkan setelah pengolahan data dilakukan dengan bantuan software SPSS for windows. Jika taraf signifikansi yang didapat lebih kecil dari 0,05 maka H diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya jika taraf signifikansi yang didapat lebih besar dari 0,05 maka H ditolak dan Ho diterima Setelah melakukan uji hipotesis dengan analisis regresi maka selanjutnya menghitung koefisien determinasi. Koefisiensi determinasi digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya pengaruh suatu variabel lainnya. Koefisien determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi, (Sudjaba :246) rumus untuk koefisien determinasi adalh sebagai berikut : Koefisiensi determinasi = r2 2. Hipotesis 2 Persamaan regresi untuk menguji hipotesis menggunakan pendekatan uji interaksi selisih dengan rumus sebagai berikut: Y= a + bX1 + cZ + dX1-Z (Husein Umar, 2008:142) Keterangan: Y = Kinerja Manajerial X1 = Sistem Pengendalian Manajemen Z = Gaya Kepemimpinan X1-Z = Interaksi Antara X1 dan Z b, c, d = Koefisien Regresi Hipotesis kedua yang di ajukan adalah: Gaya Kepemimpinan merupakan variabel moderating dalam pengaruh sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial. Oleh karena itu statistik dapat digunakan rumus sebagai berikut: 1. H02 : d = 0: gaya kepemimpinan tidak memperkuat dalam pengaruh sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial 2. H02 : d ≠ 0: gaya kepemimpinan memperkuat dalam pengaruh pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian a. Sistem Pengendalian Manajemen di Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya Tabel 3. Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Sistem Pengendalian Manajemen Skor Jumlah No Pernyataan Kategori Ditargetkan Skor 1. Program kerja disusun secara rutin dan berkala 33 x 5 = 165 126 Baik 2. Program kerja yang disusun realistis untuk tercapai 33 x 5 = 165 127 Baik 3. Dalam penyusunan program kerja, ditetapkan juga strategi 33 x 5 = 165 122 Baik pencapaiannya 4. Strategi yang direncanakan dapat menyelesaikan program 33 x 5 = 165 131 Baik dengan baik 5. Program kerja disusun dengan melibatkan aspirasi pegawai 33 x 5 = 165 126 Baik 6. Program disampaikan atau diinformasikan ke semua pegawai 33 x 5 = 165 128 Baik 7. Pegawai dilibatkan dalam penyusunan anggaran 33 x 5 = 165 122 Baik 8. Penyusunan Anggaran mencerminkan aspirasi pegawai 33 x 5 = 165 124 Baik 9. Anggaran yang disusun sesuai dengan program kerja yang 33 x 5 = 165 126 Baik direncanakan 10. Semua program dapat dilaksanakan secara baik dengan anggaran 33 x 5 = 165 125 Baik yang ditetapkan No Pernyataan 11. 12. 13. Terdapat prosedur kerja dalam pelaksanaan program Penyusunan anggaran diiringi dengan prosedur penggunaannya Penggunaan anggaran dapat mengendalikan aktivitas kantor secara optimal Anggaran yang disusun dapat mengendalikan pegawai untuk bekerja secara efisien dan efektif Pencapaian program kerja dilaporkan diperiksa secara rutin dan berkala Dilakukan pemeriksaan terhadap penggunaan anggaran Kantor/instansi memperlakukan sistem reward dalam pelaksanaan program kerja Reward dapat meningkatkan efektivitas kinerja Punishment/sanksi/hukum (sangksi administrasi atau peringatan) terhadap kinerja yang kurang baik Jumlah 14. 15. 16. 17. 18. 19. Skor Ditargetkan 33 x 5 = 165 33 x 5 = 165 33 x 5 = 165 Jumlah Skor 127 122 127 33 x 5 = 165 132 Baik 33 x 5 = 165 129 Baik 33 x 5 = 165 33 x 5 = 165 131 130 Baik Baik 33 x 5 = 165 33 x 5 = 165 128 125 Baik Baik 3135 2408 Kategori Baik Baik Baik Tabel 20 menunjukkan bahwa semua item pertanyaan mengenai sistem pengendalian manajemen memperoleh kriteria baik dan diperoleh total skor sebesar 2408. Untuk mengukur sistem pengendalian manajemen di Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya, maka dibuat inteprestasinya berdasarkan skala kontinum yang diungkapkan Sugiyono (2010:135), dengan langkah-langkah sebagai berikut: Nilai Indeks Maksimum = Skor tertinggi x jumlah pertanyaan x jumlah responden = 5 x 19 x 33 = 3135 Nilai Indeks Minimum = Skor terendah x jumlah pertanyaan x jumlah responden = 1 x 19 x 33 = 627 Nilai Indeks Masimum - Nilai Indek Minimum Jumlah Kriteria Pernyataan 3135 - 627 = 5 Jarak Interval = = 501,6 502 Dengan nilai indeks maksimum sebesar 3135, nilai indeks minimum sebesar 627, dan jarak interval sebesar 502, maka dapat diketahui garis kontinum sistem pengendalian manajemen sebagai berikut : 2408 627 1129 Tidak Baik 1631 Kurang Baik 2133 Cukup Baik 2635 Baik 3135 Sangat Baik Gambar 3 Garis Kontinum Sistem Pengendalian Manajemen Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 3 menunjukkan bahwa sistem pengendalian manajemen memperoleh total skor sebesar 2408 yang berada pada rentang interval 2133 – 2635 dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pengendalian manajemen pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya, termasuk pada kategori baik. b. Kinerja Manajerial di Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya Tabel 4. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Kinerja Manajerial No Pernyataan 1. Dana yang tersedia digunakan untuk program atau aktivitasaktivitas yang penting dalam menjalankan fungsi dan tugas BPBD Tidak terjadi pemborosan dalam membiayai program-program yang dilaksanakan BPBD Program kerja BPBD diselesaikan secara optimal dengan biaya tidak melebihi anggaran Biaya yang dikeluarkan BPBD sesuai atau seimbang dengan manfaat yang akan diperoleh Seluruh kegiatan BPBD dapat tercapai sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan Program BPBD dapat terlaksana sesuai yang ditargetkan Jumlah 2. 3. 4. 5. 6. Skor Ditargetkan 33 x 5 = 165 Jumlah Skor 128 33 x 5 = 165 122 Baik 33 x 5 = 165 131 Baik 33 x 5 = 165 125 Baik 33 x 5 = 165 133 Baik 33 x 5 = 165 990 130 769 Baik Kategori Baik Untuk mengukur kinerja manajerial di Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya, maka dibuat inteprestasinya berdasarkan skala kontinum yang diungkapkan Sugiyono (2010:135), dengan langkah-langkah sebagai berikut: Nilai Indeks Maksimum = Skor tertinggi x jumlah pertanyaan x jumlah responden = 5 x 6 x 33 = 990 Nilai Indeks Minimum = Skor terendah x jumlah pertanyaan x jumlah responden = 1 x 6 x 33 = 198 Nilai Indeks Masimum - Nilai Indek Minimum Jumlah Kriteria Pernyataan 990 - 198 = 5 Jarak Interval = = 158,4 159 Dengan nilai indeks maksimum sebesar 990, nilai indeks minimum sebesar 192, dan jarak interval sebesar 159, maka dapat diketahui garis kontinum kinerja manajerial sebagai berikut : 769 198 357 Tidak Baik 516 Kurang Baik 675 Cukup Baik 834 Baik 990 Sangat Baik Gambar 4 Garis Kontinum Kinerja Manajerial Berdasarkan Tabel 4 dan Gambar 4 menunjukkan bahwa kinerja manajerial memperoleh total skor sebesar 769 yang berada pada rentang interval 675 - 834 dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja manajerial pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya, termasuk pada kategori baik. c. Gaya Kepemimpinan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Tabel 5. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Gaya Kepemimpinan Skor Jumlah Pernyataan Ditargetkan Skor Pimpinan memberitahukan para bawahan tentang apa yang harus 33 x 5 = 165 134 dikerjakan pada suatu pekerjaan Pimpinan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan program 33 x 5 = 165 134 dan kinerja pegawai Pimpinan melakukan penilaian terhadap hasil kerja 33 x 5 = 165 130 Pimpinan memberitahu bawahan tentang cara menyelesaikan 33 x 5 = 165 131 suatu pekerjaan Pimpinan lebih mengutamakan kerjasama dalam usaha mencapai 33 x 5 = 165 132 tujuan (menyelenggarakan rapat) Pemimpin memberikan arahan dan bimbingan dalam 33 x 5 = 165 129 menyelesaikan suatu pekerjaan atau program Pimpinan senang menerima saran, pendapat, dan keluhan terkait 33 x 5 = 165 134 pekerjaan dari bawahan Pimpinan memberikan instruksi dengan jelas dan tegas terkait 33 x 5 = 165 129 target pencapaian pekerjaan. Pimpinan memberikan kewenangan kepada bawahan dalam 33 x 5 = 165 132 proses pembuatan keputusan Dalam memecahkan masalah pimpinan memperhatikan ide-ide 33 x 5 = 165 131 atau saran-saran dari bawahan mengenai pelaksanaan Pimpinan membuka diri untuk berdialog tentang pekerjaan 33 x 5 = 165 128 dengan bawahan Pimpinan memberikan tugas sesuai dengan kemampuan dan 33 x 5 = 165 127 minat bawahan Pimpinan memperingatkan pegawai untuk bertanggung jawab 33 x 5 = 165 134 terhadap tugas yang diterimanya Pimpinan memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada pegawai 33 x 5 = 165 134 dalam menyelesaikan pekerjaan Pimpinan mendiskusikan berbagai masalah yang berkaitan 33 x 5 = 165 133 dengan pekerjaan bersama bawahan Jumlah 1972 Kategori Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Untuk mengukur gaya kepemimpinan di Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya, maka dibuat inteprestasinya berdasarkan skala kontinum yang diungkapkan Sugiyono (2010:135), dengan langkah-langkah sebagai berikut: Nilai Indeks Maksimum = Skor tertinggi x jumlah pertanyaan x jumlah responden = 5 x 15 x 33 = 2475 Nilai Indeks Minimum = Skor terendah x jumlah pertanyaan x jumlah responden = 1 x 15 x 33 = 495 Nilai Indeks Masimum - Nilai Indek Minimum 2475 - 495 Jarak Interval = = = 396 Jumlah Kriteria Pernyataan 5 Dengan nilai indeks maksimum sebesar 2475, nilai indeks minimum sebesar 495, dan jarak interval sebesar 396, maka dapat diketahui garis kontinum gaya kepemimpinan sebagai berikut : 1972 495 891 Tidak Baik 1287 Kurang Baik 1683 Cukup Baik 2079 Baik Gambar 5 Garis Kontinum Gaya Kepemimpinan 2475 Sangat Baik Berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 5 menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan memperoleh total skor sebesar 1972 yang berada pada rentang interval 1683 - 2079 dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya, termasuk pada kategori baik. 2. Uji Asumsi Klasikal a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah rasio skewness dan kurtosis, dengan kriteria pengambilan keputusannya adalah jika rasio skewness dan kurtosis berada di antara -2 hingga +2 maka data berdistribusi normal. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS versi 20 pada tabel descriuptive statistics diperoleh nilai koefisien skewness = 0,179, standard error of skewness = 0,409, nilai koefisien kurtosis = 0,261 dan standard erros of kurtosis = 0,798. Kemudian dilakukan perhitungan rasio skewness dan rasio kurtosis yaitu sebagai berikut : 0,179 Rasio skewness = = 0,439 0,409 0,261 rasio kurtosis = = 0,327 0,798 Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa rasio skewness adalah 0,439 dan rasio kurtosis sebesar 0,327, yang berada pada rentang antara -2 sampai dengan +2. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data variabel model regresi sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial dan gaya kepemimpinan sebagai moderating dapat dinyatakan berdistribusi normal. b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang linear antara variabel bebas (independen) satu dengan variabel bebas (independen) yang lainnya. Dalam sebuah regresi berganda tidak boleh terjadi multikolinieritas karena apabila terjadi multikolinieritas apalagi kolinier sempurna maka regresi variabel bebas tidak dapat ditentukan. Uji multikolinearitas yang digunakan adalah VIF (varience inflation factor), dengan kriteria tidak terdapat multikolinieritas jika nilai VIF kurang dari 10 (Gijarati, 2003:362). Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS Versi 20, pada tabel coefficients diketahui korelasi sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial memperoleh nilai VIF sebesar 2,242, nilai VIF gaya kepemimpinan sebesar 2,292, dan nilai variabel moderating sebesar 1,034. Hal itu menunjukkan semua variabel memperoleh nilai VIF < 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial dan gaya kepemimpinan sebagai moderating tidak terjadi multikolinearitas. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedatisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan lain. Uji heteroskedastisitas yang digunakan adalah uji Glejser yaitu dengan cara meregresikan variabel-variabel bebas terhadap nilai absolut residualnya. Kriteria pengujiannya adalah jika tingkat signifikansinya < 0,05, maka terdapat gangguan atau mengandung heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS Versi 20, pada tabel coefficients diketahui nilai korelasi sistem pengendalian manajemen terhadap nilai residualnya memperoleh sig. Sebesar 0,453, nilai korelasi gaya kepemimpinan terhadap residualnya memperoleh sig. 0,251, dan nilai korelasi gaya kepemimpinan sebagai moderating terhadap nilai residualnya memperoleh sig. Sebesar 0,917. Hal itu menunjukkan bahwa nilai korelasi semua variabel memperoleh sig. lebih besar dari 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada masalah heteroskedasitas pada model regresi sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial dan gaya kepemimpinan sebagai moderating. d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi di antara data pengamatan atau tidak. Uji autokorelasi yang digunakan adalah uji Durbin-Watson. Kriteria pengujiannya adalah jika nilai durbin-witson (d) berada diantara nilai dU dan 4-dU (dU < d < 4 – dU), maka tidak terjadi korelasi antar variabel (tidak autokorelasi). Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS Versi 20 pada tabel model summary diketahui nilai Durbin-Watson sebesar 1,913, kemudian dicari nilai dL dan dU, dimana dengan n = 33, dan 3 variabel (sistem pengendalian manajemen, gaya kepemimpinan, dan variabel gaya kepemimpinan sebagai moderating) di peroleh nilai d L = 1,3212 dan nilai dU = 1,577. kemudian dilakukan perhitungan 4 – dU = 4 – 1,577 = 2.423, yang berarti nilai durbin-watson = 1,913 berada di rentang nilai 1,577 sampai 2,423 (1,577 < 1,913 < 2,423) yang berarti pula tidak ada masalah autokorelasi pada model regresi sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial dan gaya kepemimpinan sebagai moderating, dengan kata lain model regresi ini dapat dinyatakan bebas dari autokorelasi 3. Uji Regresi Linear Sederhana Uji regresi linear sederhana dilakukan untuk mengetahui pengaruh sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya. Hasil perhitungan uji regresi pada tabel coefficients dapat penulis formulasikan sebagai berikut : Y= 2,978 + 0,283X Model regresi di atas menunjukkan nilai konstanta (a) sebesar 2,987, artinya jika sistem pengendalian manajemen konstan atau tetap, maka kinerja manajerial adalah 2,987 satuan. Sedangkan nilai korelasi regresi sistem pengendalian manajemen adalah 0,283, artinya jika sistem pengendalian manajemen di tingkat 1 satuan, maka kinerja manajerial akan meningkat sebesar 0,283 satuan. Besar pengaruh sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial diketahui dari nilai koefisien determinasi. Berdasarkan uji statistik pada tabel model summary diperoleh nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,693, artinya sistem pengendalian manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajerial sebesar 69,3%,. Untuk mengetahui tingkat signifikansi dari pengaruh sistem pengendalian manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajerial dapat dilihat dari nilai thitung atau nilai probabilitas (sig.). Dimana dari Tabel 4.44 diketahui nilai t hitung sebesar 8,360, dengan nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, artinya sistem pengendalian manajemen berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya, yang berarti pula hipotesis yang penulis ajukan yaitu “Sistem pengendalian manajemen berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya” telah teruji dan dapat diterima. 4. Uji Regresi Linier Berganda Hasil uji asumsi klasikal menunjukkan bahwa hasil uji regresi pengaruh sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial dengan gaya kepemimpinan sebagai variabel moderating, telah memenuhi asumsi klasikal yaitu data berdistribusi normal, tidak memiliki gejala autokorelasi, tidak mengalami masalah heteroskedastisitas, dan tidak ada hubungan antar variabel independen atau tidak memiliki masalah multikolineritas. Hasil uji regresi pengaruh sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial dengan gaya kepemimpinan sebagai variabel moderating (Lampiran 6, hlm. 147), dapat penulis formulasikan sebagai berikut : Y= 13,786 + 1,618X1 + 0,857Z + 1,403X1-Z Formulasi tersebut dapat penulis jelaskan sebagai berikut : 1. Nilai konstanta 13,786, artinya jika sistem pengendalian manajemen dan gaya kepemimpinan tidak ditingkatkan, maka kinerja manajerial akan mengalami peningkatan sebesar 13,786. 2. Korelasi regresi sistem pengendalian manajemen adalah 1,618, artinya jika gaya kepemimpinan dan moderasi gaya kepemimpinan konstan, dan sistem pengendalian manajemen ditingkatkan 1 satuan, maka kinerja manajerial akan mengalami peningkatan sebesar 1,618. 3. Korelasi regresi gaya kepemimpinan adalah 0,857, artinya jika sistem pengendalian manajemen dan moderasi gaya kepemimpinan konstan atau tetap, dan gaya kepemimpinan ditingkatkan 1 satuan, maka kinerja manajerial akan mengalami peningkatan sebesar 0,857. 4. Korelasi regresi moderasi gaya kepemimpinan adalah 1,403, artinya jika sistem pengendalian manajemen dan gaya kepemimpinan konstan atau tetap, dan moderasi gaya kepemimpinan ditingkatkan 1 satuan, maka kinerja manajerial akan mengalami peningkatan sebesar 1,403. Untuk mengetahui moderasi gaya kepemimpinan pada pengaruh sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial, dapat dilihat dari hasil uji statistik pada tabel coefficients (Lampiran 6, hlm. 147) diperoleh nilai beta moderasi gaya kepemimpinan adalah sebesar 0,196, dengan nilai correlations partial sebesar 0,369, dengan besar pengaruh 0,3692 x 100 = 13,62%, artinya gaya kepemimpinan memperkuat pengaruh sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial sebesar 13,62%. Dari nilai thitung diperoleh 2,137 dengan nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,041 yang lebih kecil dari 0,05, artinya pengaruh sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial di perkuat oleh gaya kepemimpinan secara signifikan, yang berarti pula bahwa hipotesis yang penulis ajukan yaitu “Gaya kepemimpinan memperkuat pengaruh sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya”, telah teruji dan dapat diterima. 5. a. Pembahasan Sistem Pengendalian Manajemen, Kinerja Manajerial, dan Gaya Kepemimpinan pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya 1) Sistem Pengendalian Manajemen pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya Sistem pengendalian manajemen pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya dapat terlaksana dengan baik, hal itu dapat dilihat dari garis kontinum yang menunjukkan total skor sistem pengendalian manajemen (2408) berada pada rentang interval 2133 – 2635 dengan kategori baik. Terdapat beberapa indikator yang mendukung baiknya sistem pengendalian manajemen di Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya yaitu penyusunan program kerja dilakukan secara rutin dan berkala, kesesuaian antara perencanaan strategi dengan program yang dihasilkan, program kerja yang disusun dikomunikasikan dengan semua pihak terkait, melibatkan partisipasi pegawai dalam penyusunan anggaran, kesesuaian antara anggaran dengan rencana perusahaan secara keseluruhan, prosedur kerja yang berlaku cukup jelas dan mudah dimengerti oleh setia karyawan, mengendalikan pekerjaan berdasarkan penggunaan anggaran, melakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap laporan kerja, dan adanya reward dan punishment yang dapat mendorong terciptanya kualitas kerja karyawan. Sistem pengendalian manajemen yang baik dapat mempengaruhi anggota organisasi atau karyawan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan strategi dan kebijakan yang ditetapkan instansi BPBD sehingga diharapkan instansi BPBD dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai badan penanggulangan bencana di daerah Kabupaten Tasikmalaya secara efisien dan efektif atau secara manajemen instansi memiliki kesiapan dan kemampuan dalam menanggulangi kejadian bencana secara optimal, walaupun hal itu bukan berarti instansi dapat menanggulangi setiap bencana yang terjadi secara baik, karena kejadian bencana sulit diprediksi baik itu dari segi waktu, tempat, jenis bencana ataupun skala kejadian bencana. Tetapi paling tidak dengan adanya sistem pengendalian manajemen yang baik dapat meningkatkan kinerja instansi BPBD dalam menanggulangi bencana. Sistem pengendalian manajemen merupakan sistem yang digunakan untuk menjamin bahwa sumber daya digunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan atau dapat mempengaruhi anggota organisasi/karyawan agar secara efektif dan efisien mencapai tujuan perusahaan melalui strategi tertentu (Arief Saudi, 2001:1). 2) Kinerja Manajerial pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya Kinerja manajerial pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya sudah termasuk baik, hal itu dapat dilihat dari garis kontinum yang menunjukkan total skor kinerja manajerial (769) berada pada rentang interval 675 - 834 dengan kategori baik. Terdapat beberapa indikator yang mendukung baiknya kinerja manajerial di Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya, yaitu ; Dana yang tersedia digunakan untuk program atau aktivitas-aktivitas yang penting, tidak terjadi pemborosan dalam membiayai program-program yang dilaksanakan, program kerja dapat diselesaikan secara optimal dengan biaya tidak melebihi anggaran, biaya yang dikeluarkan sesuai atau seimbang dengan manfaatnya, seluruh kegiatan dapat tercapai sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan, dan program kerja dapat terlaksana sesuai yang ditargetkan. Baiknya kinerja manajerial mengindikasikan bahwa secara value for money kegiatan atau aktivitas di Instansi BPBD dalam menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai badan penanggulangan bencana telah terlaksana secara ekonomi, efisien dan efektif. Ekonomis menunjukkan BPBD melakukan pengelolaan anggaran secara tepat, hemat, tidak terjadi pemborosan atau realisasi penggunaan biaya tidak melebihi anggaran yang ditetapkan. Efisiensi pada BPBD mengindikasikan program atau kegiatan yang dilaksanakan menggunakan biaya sesuai dengan anggaran dan menghasilkan kinerja yang relatif baik. Efektivitas pada BPBD mengindikasikan program atau kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai target tujuan yang ditetapkan atau direncanakan. Menurut Mahmudi (2007:81) penilaian kinerja berdasarkan value for money adalah pengukuran kinerja untuk mengukur ekonomis, efisiensi, dan efektivitas suatu kegiatan, program dari organisasi. Ekonomis berkaitan dengan kehematan yang mencakup juga pengelolaan secara hati-hati atau cermat (prudenciy) dan tidak ada pemborosan. Suatu organisasi, program, atau kegiatan dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan keluaran tertentu dengan masukan serendah-rendahnya, atau dengan masukan tertentu mampu menghasilkan keluaran sebesar-besarnya (spending well). Efektivitas terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. 3) Gaya Kepemimpinan pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya Gaya kepemimpinan pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya termasuk kategori baik, yang mengindikasikan bahwa gaya kepemimpinan di BPBD dapat diterima oleh karyawan atau sesuai dengan harapan karyawan, hal itu dapat dilihat dari garis kontinum yang menunjukkan total skor gaya kepemimpinan (1972) berada pada rentang interval 1683 - 2079 dengan kategori baik. Baiknya gaya kepemimpinan pada instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya lebih disebabkan karena instruksi yang diberikan pimpinan sangat jelas, sering melakukan pengawasan terhadap proses dan hasil pekerjaan, melakukan penilaian hasil kerja secara objektif, memberikan penjelasan dalam menyelesaikan pekerjaan, memberikan arahan untuk bekerja sama dalam menyelesaikan pekerjaan, mendiskusikan permasalahan melalui penyelenggaraan rapat dengan bawahan, memberikan bimbingan dan arahan kepada bawahan, mendengarkan saran, pendapat, dan kelurahan bawahan terkait dengan pekerjaan, memberikan kewenangan atau kepercayaan kepada bawahan untuk mengambil keputusan dalam menyelesaikan pekerjaan, melibatkan bawahan dalam memecahkan masalah, pimpinan terlibat dalam urusan pekerjaan, pimpinan memberikan tugas sesuai dengan minat dan bakat bawahan, memberikan tanggung jawab kepada bawahan dan pimpinan membuka diri kepada bawahan untuk berdialog terkait dengan penyelesaian pekerjaan. Berdasarkan uraian di atas mengindikasikan bahwa gaya kepemimpinan di Instansi BPBD cenderung demokratis, hal itu dapat dilihat pimpinan berorientasi pada hubungan atau interaksi dalam organisasi, memberikan bimbingan yang efisien kepada para bawahannya, terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik, partisipasi pimpinan dalam pekerjaan karyawan, menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan, bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing, mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat. Gaya demokratis menggambarkan pemimpin yang cenderung melibatkan karyawan dalam mengambil keputusan, mendelegasikan wewenang, mendorong partisipasi dalam memutuskan metode dan sasaran kerja, dan menggunakan umpan balik sebagai peluang untuk melatih karyawan (Stephen. P. Robbins, 2004:61) b. Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya Berdasarkan hasil penelitian dan uji statistik regresi linear sederhana diketahui bahwa sistem pengendalian manajemen berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial dengan besar pengaruh sebesar 69,3%, (thitung =8,360, sig. = 0,000). Hal itu menunjukkan bahwa semakin baik penerapan sistem pengendalian manajemen, maka akan semakin baik pula kinerja manajerial pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya. Selain itu juga mengindikasikan bahwa sistem pengendalian manajemen merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kinerja manajerial. Sistem pengendalian manajemen merupakan suatu alat untuk mengimplementasikan strategi yang berfungsi untuk memotivasi anggota-anggota organisasi guna mencapai tujuan organisasi. Pengendalian manajemen melibatkan interaksi informal antara seorang manajer dengan manajer lainnya atau antara seorang manajer dengan bawahannya, dimana dalam interaksi ini terjalin komunikasi bagaimana karyawan dapat melaksanakan pekerjaan secara efektif, memotivasi untuk menyelesaikan pekerjaan, dan mengevaluasi hasil kerja, sehingga diperoleh berbagai informasi terkait suatu pekerjaan, dan informasi tersebut digunakan untuk membantu mengkoordinasikan proses pembuatan perencanaan dan pembuatan keputusan melalui organisasi untuk memandu perilaku manajemen dalam mencapai tujuan instansi secara efisien dan efektif. Dengan adanya sistem pengendalian manajemen maka interaksi yang terjadi dapat selaras dengan tujuan manajemen, artinya interaksi tersebut dapat mendorong kinerja manajerial dalam meningkatkan kinerja instansi. Selain itu pengendalian manajemen juga merupakan suatu proses untuk mendeteksi dan mengoreksi kesalahan untuk kerja yang tidak sengaja maupun yang disengaja, sehingga akan tercipta kinerja yang efektif dan efisien, hal itu sejalan dengan pendapat Anthony dan Vijay Govindarajan (2005: 8) yang menyatakan bahwa sistem pengendalian manajemen digunakan oleh manajemen untuk mengendalikan aktivitas suatu organisasi. Sistem pengendalian manajemen merupakan sistem yang digunakan untuk menjamin bahwa sumber daya digunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan atau dapat mempengaruhi anggota organisasi/karyawan agar secara efektif dan efisien mencapai tujuan perusahaan melalui strategi tertentu (Arief Saudi, 2001:1). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Faisal Djakatara (2013) yang menyimpulkan bahwa sistem Pengendalian Manajemen (SPM) berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan. Tetapi berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Munawar Muclish (2009) yang mengungkapkan bahwa sistem Pengendalian Manajemen berpengaruh positif dan negatif terhadap kinerja, perbedaan ini dimungkinkan berkaitan dengan objek penelitian yang dilakukan di rumah sakit se-Jawa, yang pada dasarnya memiliki karakteristik yang berbeda-beda, selain itu sistem kerja di rumah sakit relatif komplek karena merupakan fasilias kesehatan publik, dengan intensitas kunjungan yang relatif banyak. c. Moderating gaya Kepemimpinan terhadap Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen terhadap Kinerja Manajerial pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya Berdasarkan hasil penelitian dan uji statistik diketahui bahwa gaya kepemimpinan merupakan faktor yang memperkuat pengaruh sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya dengan besar pengaruh sebesar 13,62%, (thitung =2,137, sig.=0,041). Hal itu menunjukkan bahwa semakin baik gaya kepemimpinan seseorang, maka akan semakin baik pula pengaruh sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial, yang berarti pula bahwa gaya kepemimpinan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kinerja manajerial melalui sistem pengendalian manajemen. Gaya kepemimpinan yang baik dapat memperkuat pengaruh sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial, hal itu dikarenakan adanya proses pengarahan, bimbingan atau pemberian informasi mengenai pekerjaan oleh pimpinan, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan atau kemampuan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan secara optimal. Gaya kepemimpinan yang baik dapat mengarahkan kepada karyawan untuk meraih sasaran organisasi, selain itu kepemimpinan dapat menjadi sumber inspirasi bagi karyawan dalam meraih potensinya atau kemampuannya dalam melaksanakan pekerjaan secara optimal, dengan kata lain gaya kepemimpinan yang baik akan dapat mendorong para karyawan untuk bekerja secara optimal, sehingga sistem pengendalian manajemen dapat diterapkan atau dilaksanakan secara efisien dan efektif yang pada akhirnya dapat mendorong terciptanya kinerja manajerial dalam mencapai tujuan instansi secara ekonomis, efisien dan efektif. Dengan gaya kepemimpinan yang baik, maka akan mendorong para manajer untuk melaksanakan sistem pengendalian manajemen yang efektif dan efisien sehingga dapat mempengaruhi perilaku manajer untuk selalu mentaati peraturan, norma, sistem ataupun kebijakan yang ditetapkan instansi, memiliki totalitas dan loyalitas yang tinggi untuk mencapai tujuan instansi. Dengan kata lain perilaku pemimpinan dapat mempengaruhi perilaku manajer untuk melaksanakan fungsi dan tugasnya secara optimal. Hal itu sejalan dengan hasil penelitian Sangaji Nurcahya (2014) yang mengungkapkan bahwa Kepemimpinan kharismatik berpengaruh terhadap perilaku kerja dan kinerja karyawan. Hasil penelitian Yeni Marlina (2005) mengungkapkan adanya pengaruh persepsi gaya kepemimpinan terhadap perilaku kerja karyawan. Hal tersebut dipertegas oleh Suranta (2002) yang menyatakan bahwa salah satu perilaku yang dapat mempengaruhi dalam suatu manajemen adalah gaya kepemimpinan yang merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seorang untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Merchant (1998:5) menyatakan bahwa orientasi perilaku berhubungan dengan lingkungan pengendalian manajemen, dimana perilaku berpengaruh dalam desain sistem pengendalian manajemen untuk membantu, mengendalikan, memotivasi manajemen dalam mengambil keputusan dan memonitor perilaku yang dapat mengendalikan aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam sebuah organisasi. Sehingga kegiatan atau program manajemen dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan target instansi. 6. a. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan tujuan penelitian mengenai pengaruh sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial dan gaya kepemimpinan sebagai variabel moderating, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. 2. 3. b. 1. 2. Penerapan sistem pengendalian manajemen di instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya termasuk kriteria baik, kinerja manajerial termasuk kriteria baik, dan gaya kepemimpinan di Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya termasuk kriteria baik. Sistem pengendalian manajemen berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya. Pengaruh sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial diperkuat oleh gaya kepemimpinan pada Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya. Saran Saran dalam penelitian ini adalah : Bagi Instansi BPBD Kabupaten Tasikmalaya Untuk meningkatkan kualitas program kerja, diharapkan instansi dapat menyelenggarakan rapat kerja dengan melibatkan berbagai unsur, termasuk tenaga pelaksana lapangan, agar diperoleh strategi yang tepat, serta didukung dengan anggaran yang relevan atau sesuai dengan kebutuhan, sehingga program kerja yang disusun dapat tercapai sesuai dengan yang ditargetkan, selain itu hiharapkan instansi dapat mengkaji atau mereka ulang terhadap pembiayaan program-program kerja, sehingga tidak terjadi pemborosan atau dapat mengoptimalkan penggunaan biaya pada setiap program yang dilaksanakan dan diharapkan pimpinan mengidentifikasi minat dan bakat para pegawai sehingga pada saat memberikan tugas dapat diberikan kepada karyawan yang tepat dan sesuai dengan kemampuannya, sehingga tugas yang diberikan dapat dilaksanakan dan diselesaikan sesuai dengan target dan tujuannya. Bagi Penelitian Selanjutnya Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait bagaimana kinerja BPBD Kabupaten Tasikmalaya dari persepsi masyarakat, ataupun kinerja dari aspek keuangan, yang dikorelasikan dengan faktor-faktor dimungkinkan memiliki hubungan atau pengaruh. DAFTAR PUSTAKA Abdul Halim, et.al. (2003). Sistem Pengendalian Manajemen. Yogyakarta:UPP Agus Maulana (2006) Pinter Manajer, Aneka Pandangan Kontemporer. Jakarta : Binarupa Aksara. Anthony, R. And Govindarajan, V. 2005. “Management Control System” (Sistem Pengendalian Manajemen). (Penerjemah:F.X Kurniawan Tjakrawala). “McGraw-Hill, Buku satu, Edisi Kesebelas, Salemba Empat, Jakarta Anwar Prabu Mangkunegara. (2008). Manajemen SDM Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arfan Ikhsan dan Muhamad Ishak. (2008). Akuntansi Keperilakuan Jakarta : Salemba Empat Arief Suadi. (2001). Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi Satu. Yogyakarta: BPFE Hansen dan Mowen (2004) Akuntansi Manajemen, Alih bahasa Ancella A. Hermawan. Jakarta: Salemba Empat Hasibuan, Malayu S.P. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta : Bumi Aksara Imam Ghazali. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: BP-UNDIP Mahmudi (2007) Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : UPP STIM YKPN. Miftah Toha (2010) Kepemimpinan dan Manajemen, Devisi Buku Perguruan Tinggi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Moeheriono (2009) Pengkuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Bogor : Ghalia Indonesia. Muhaimin (2010) Manajemen dan Kepemimpinan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Mulyadi (2001) Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi Ketiga. Jakarta : Salemba Empat Notoatmodjo, Soekidjo. (2009) Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Rineka Cipta Panji Anoraga (2001) Psikologi Kepemimpinan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Riani R. Farid, (2008) Hubungan Komunikasi Organisasi denganKinerja Karyawan pada Bagian Dicisi Operasional PT Yomart di Bandung. Skripsi. Bandung : FE Unisba Robbins Stephen P. dan Marry Coulter (2004) Manajemen Edisi Tujuh, Jilid 1. Edisi Indonesia. Alih bahasa Hermaya dan Harry Slamet. Jakarta : PT Indeks Group Gramedia Robbins, Stephen P, (2003) Organizational Behaviour, Tent Edition (Perilaku Organisasi Edisi ke Sepuluh) Alih bahasa Drs Benyamin Molan. Jakarta : PT Macanan Jaya Cemerlang. Rudiarto (2006) Akuntansi Manajemen, Informasi untuk Pengambilan Keputusan Manajemen. Jakarta : Gramedia Sedarmayanti. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia/ Reformasi Birokrasi dan Manajemen PNS. Bandung: Refika Aditama. Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Sugiyono (2010). Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta. Suharsimi Arikunto (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Suharyadi dan Purwanto. (2009). Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta: Salemba Empat. Supriyono. (2000). Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi Satu, Yogyakarta: BPFE Suranta, Sri. (2002). Dampak Motovasi Karyawan pada Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Karyawan Perusahaan Bisnis, Jurnal Empirika, Vol 15, 02. Desember 2002. Tjutju Yuniarsih dan Suwanto (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Teori, Aplikasi dan Isu Penelitian. Bandung : Alfabeta