BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lebar Mesiodistal Gigi Geligi Lebar mesiodistal gigi adalah jarak terbesar yang diukur dari titik kontak anatomis mesial sampai ke titik kontak anatomis distal pada masing-masing gigi rahang atas dan rahang bawah yang diukur dengan menggunakan kaliper.22-23 Ukuran lebar mesiodistal gigi selalu dipertimbangkan dalam merencanakan perawatan ortodonti. Hal ini dikarenakan lebar mesiodistal gigi memberikan informasi tentang kondisi orofasial yang bervariasi pada setiap individu sehingga dapat ditegakkan diagnosis dan dibuat rencana perawatan ortodonti yang akurat. Selain itu, ukuran lebar mesiodistal gigi juga diperlukan untuk mendapatkan oklusi dan estetik yang baik sebagai hasil dari perawatan ortodonti.22-24 Adapun ukuran lebar mesiodistal gigi permanen menurut Santoro dkk. (2000) dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Ukuran lebar mesiodistal gigi permanen menurut Santoro dkk. (2000).22 2.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lebar Mesiodistal Gigi 2.1.1.1 Faktor Keturunan (Genetik) Faktor keturunan (genetik) dikatakan mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan ukuran mesiodistal gigi.9 Menurut Towsend, dkk. (1994) ukuran lebar mesiodistal gigi dipengaruhi oleh faktor genetik yang diestimasikan sebesar 90% untuk gambaran morfologis mahkota. Penelitian lain menyatakan bahwa saudara Universitas Sumatera Utara kembar yang berhubungan darah ditemukan hampir tidak ada variasi pada ukuran mesiodistal giginya.2,10 2.1.1.2 Faktor Ras, Suku dan Etnis Menurut Ho dan Freer (1994) ukuran gigi geligi menunjukkan variasi pada kelompok ras yang berbeda.10 Ukuran lebar mesiodistal gigi antara ras Kaukasoid, Negroid dan Mongoloid ditemukan berbeda secara signifikan. Penelitian pada 51 orang berkulit hitam dibandingkan dengan 50 orang berkulit putih didapatkan kesimpulan bahwa orang berkulit hitam mempunyai lebar mesiodistal gigi yang lebih besar daripada orang berkulit putih. Penelitian lain juga menyatakan bahwa ukuran mesiodistal gigi lebih besar secara signifikan pada ras Negroid daripada ras Kaukasoid dan ras Mongoloid.2 Lavelle menyatakan bahwa ras Negroid mempunyai ukuran gigi terbesar, kemudian diikuti oleh ras Mongoloid dan yang terkecil adalah ras Kaukasoid.25 Untuk masyarakat Indonesia, Sumantri menyatakan bahwa ukuran gigi suku Jawa lebih besar dibandingkan dengan ukuran gigi ras Kaukasoid. Mundijah (1982) menyatakan bahwa ada perbedaan ukuran gigi dan lengkung rahang antara suku Batak dan Melayu dengan ras Kaukasoid.11 2.1.1.3 Jenis Kelamin Perbedaan jenis kelamin juga mempengaruhi ukuran lebar mesiodistal gigi. Dikatakan bahwa lebar mesiodistal mahkota gigi pada laki-laki lebih besar daripada perempuan. Penelitian Swasono S (2004) pada suku Madura dan Jawa diperoleh lebar mesiodistal gigi pada anak laki-laki lebih besar daripada anak perempuan.2 Penelitian Desy FK, dkk. (2007) didapatkan rerata ukuran mesiodistal gigi insisivus anterior atas dan bawah laki-laki lebih besar daripada perempuan.26 Penelitian Stroud et al (1994) juga menunjukkan bahwa setiap gigi geligi laki-laki mempunyai diameter mesiodistal yang lebih besar dibandingkan dengan gigi geligi perempuan.27 Universitas Sumatera Utara 2.1.1.4 Faktor Lingkungan Menurut Dempsey dan Townsend (2001) ukuran gigi selain dikontrol oleh faktor genetik juga ditentukan oleh faktor lingkungan. Hal ini dikarenakan faktor lingkungan juga ikut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan gigi meskipun tidak begitu banyak berperan jika dibandingkan dengan faktor keturunan. Pengaruh faktor lingkungan terhadap ukuran gigi adalah sekitar 20%.10 Penelitian pada populasi Amerika di Amerika, Jepang dan China diperoleh bahwa orang Amerika yang lahir di negaranya dibandingkan dengan yang lahir di Jepang dan China mempunyai ukuran lebar mesiodistal gigi yang berbeda.2 2.1.2 Teknik Pengukuran Lebar Mesiodistal Gigi Lebar mesiodistal gigi dapat ditentukan dengan cara mengukur jarak maksimal dari titik kontak mesial ke titik kontak distal gigi pada permukaan interproksimalnya atau dengan cara mengukur jarak antara titik kontak gigi yang bersinggungan dengan gigi tetangganya. Pengukuran lebar mesiodistal gigi dapat dilakukan dengan menggunakan kaliper yang berujung yang tajam dengan ketelitian dua angka di belakang koma (Gambar 1). 22-23 Gambar 1. Pengukuran lebar mesiodistal gigi.23 2.2 Fotometri Dalam bidang ilmu kedokteran gigi khususnya ortodonti, metode fotometri banyak digunakan untuk mengevaluasi konfigurasi wajah, baik dalam arah frontal Universitas Sumatera Utara maupun lateral.8 Dengan menggunakan fotometri kita dapat menganalisis proporsi wajah, simetri wajah, kecembungan jaringan lunak wajah serta bentuk wajah.14,28 Fotometri merupakan salah satu metode penting yang digunakan untuk menegakkan diagnosis, membuat rencana perawatan serta untuk dokumentasi. Manfaat fotografi di bidang ortodonti yaitu sebagai media untuk memonitor perkembangan perawatan dan melihat kemajuan perawatan.16-17,29 2.2.1 Fotometri Frontal Fotometri frontal digunakan untuk menentukan morfologi tipe wajah serta menganalisis proporsi dan simetri wajah terhadap bidang transversal dan vertikal.6 Adapun beberapa jenis tipe wajah manusia berdasarkan bentuknya, yakni: brachifacial/euryprosopic, mesofacial/mesoprosopic, dan dolichofacial/leptoprosopic (Gambar 2).8,17,30 Pengukuran tipe wajah dengan foto frontal dapat dilakukan dengan rumus facial index, upper facial index, lower facial index dan chin index. Gambar 2. Jenis bentuk dan tipe wajah manusia. 3 0 (a) Brachifacial/euryprosopic. (b) Mesofacial/ mesoprosopic.(c) Dolichofacial/leptoprosopic. Proporsi wajah secara frontal dapat dianalisis dengan menggunakan bidang vertikal dan horizontal. Jika menggunakan bidang horizontal, wajah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian atas dari batas garis rambut (hairline) ke titik glabella, bagian tengah dari titik glabella ke titik subnasale dan bagian bawah dari titik Universitas Sumatera Utara subnasale ke titik menton. Untuk mengevaluasi lebar wajah dapat dilakukan dengan cara membagi wajah menjadi lima bagian yang sama secara vertikal (Gambar 3).31-32 Gambar 3. Proporsi wajah secara frontal. (a) Pembagian wajah berdasarkan bidang horizontal. (b) Pembagian wajah berdasarkan bidang vertikal.32 Simetri wajah dapat dianalisis dengan cara membagi wajah menjadi dua bagian yang sama dengan menggunakan garis simetri wajah yang melalui titik glabella, puncak hidung (pronasale), titik tengah bibir atas (labrale superius) dan titik tengah dagu (gnathion) (Gambar 4).14,31 Gambar 4. Garis Simetri Wajah.31 Universitas Sumatera Utara 2.2.2 Fotometri Lateral Fotometri lateral dalam bidang ortodonti digunakan untuk menganalisis beberapa hal, yakni: kecembungan profil wajah, proporsi wajah serta analisis hidung.8 Analisis kecembungan wajah dengan metode fotometri lateral menggunakan dua garis penuntun, yaitu garis yang menghubungkan antara titik Nasion dengan perbatasan septum nasal dengan bibir atas (Subnasale) dan garis yang menghubungkan antara dagu (Pogonion) dengan perbatasan septum nasal dengan bibir atas (Subnasale) (Gambar 5).8,30 Gambar 5. A n a l i s i s kecembungan wajah dengan fotometri lateral.30 Proporsi wajah secara lateral dapat dianalisis dengan cara membagi wajah menjadi tiga bagian, yaitu sepertiga atas (trichion-glabella), sepertiga tengah (glabella-subnasale) dan sepertiga bawah (subnasale-menton) (Gambar 6).30,32 Universitas Sumatera Utara Gambar 6. Proposi wajah secara lateral.30 Analisis hidung secara fotometri lateral dapat dilakukan dengan menggunakan sudut nasofrontal dan sudut nasofasial. Sudut nasofrontal digunakan untuk menganalisis hubungan antara hidung dan dahi sedangkan sudut nasofasial digunakan untuk mengevaluasi derajat proyeksi hidung secara tidak langsung (Gambar 7).7,33 Gambar 7. Analisis hidung secara fotometri lateral. (a) Sudut nasofrontal. (b) Sudut nasofasial.33 Universitas Sumatera Utara 2.2.2.1 Analisis Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah secara Fotometri Lateral. 2.2.2.1.1 Rakosi (1982) Penentuan profil wajah menurut Rakosi menggunakan 3 titik anatomis yakni: 1) Glabella (G) : titik terendah dari dahi yang terletak ditengah alis mata kiri dan kanan. 2) Labialis superior (Ls) : titik terdepan dari bibir atas. 3) Pogonion (Pog) : titik terdepan dari dagu yang terletak didaerah symphisis mandibula.34-35 Profil wajah menurut Rakosi ditentukan dengan cara menghubungkan garis yang ditarik dari titik Glabella (G) ke titik Labialis superior (Ls) dengan garis yang ditarik dari Labialis superior (Ls) ke titik Pogonion (Pog).35-36 Analisis Rakosi menghasilkan 3 tipe profil wajah yaitu: a. Lurus (straight), apabila kedua garis tersebut membentuk suatu garis lurus. b. Cembung (convex), apabila garis pertama lurus dan garis kedua membentuk sudut cembung karena dagu terletak lebih posterior. c. Cekung (concave), apabila garis pertama lurus dan garis kedua membentuk sudut cekung karena letak dagu lebih ke anterior (Gambar 8). 35-36 Gambar 8. Analisis profil wajah menurut Rakosi. (a) Lurus (straight). (b) Cembung (convex). (c) Cekung (concave).36 Universitas Sumatera Utara 2.2.2.1.2 Schwarz (1987) Menurut Schwarz, profil wajah dapat ditentukan dengan melihat kesejajaran antara titik Subnasale (Sn) dengan titik Nasion (N). Adapun tiga tipe profil wajah menurut Schwarz yaitu: 34-35 a. Lurus (average face), apabila titik Subnasale (Sn) berada tepat segaris dengan titik Nasion (N). b. Cembung (anteface), apabila titik Subnasale (Sn) berada di depan titik Nasion (N). c. Cekung (retroface), apabila titik Subnasale (Sn) berada di belakang titik Nasion (N) (Gambar 9). Pog Gambar 9. Analisis profil wajah menurut Schwarz. (a) Lurus (Average). (b) Cembung (Anteface). (c) Cekung (Retroface).36 2.2.2.1.3 Singh (2007) Profil wajah menurut Singh ditentukan dengan cara menggabungkan dua buah garis yang ditarik dari titik Nasion kulit (N’) ke titik Subnasale (Sn) dan dari titik Pogonion kulit (Pog’) ke titik Subnasale (Sn). 9,34 Analisis profil wajah menurut Singh menghasilkan 3 tipe profil wajah, yakni : a. Lurus (straight/orthognatic profile), apabila kedua garis tersebut membentuk sebuah garis lurus. b. Cembung (convex profile), apabila kedua garis tersebut membentuk sudut yang akut dengan kecekungan menghadap ke jaringan lunak. Universitas Sumatera Utara c. Cekung (concave profile), apabila kedua garis tersebut membentuk sudut tumpul dengan kecembungan menghadap ke arah jaringan lunak (Gambar 10).9 Gambar 10. Analisis profil wajah menurut Singh. (a) Lurus (straight/orthognathic profile). (b) Cembung (Convex profile). (c) Cekung (concave profile).9 2.2.2.2 Teknik Pengambilan Foto Lateral Menurut American Board of Orthodontics ada beberapa panduan dalam pengambilan fotografi, yaitu: 9 a. Fotografi wajah yang berkualitas baik dapat dicetak dalam bentuk hitam putih maupun berwarna. b. Pada fotometri lateral, pasien menampilkan wajah sebelah kanan, ekspresi wajah dalam keadaan istirahat dan bibir tertutup rileks. c. Pada fotometri frontal, ekspresi wajah boleh serius atau tersenyum. d. Latar belakang foto harus bebas dari gangguan. e. Kualitas pencahayaan baik sehingga kontur wajah dapat diambil dengan baik dan tidak ada bayangan dilatar belakang. f. Telinga terlihat untuk manfaat orientasi. g. Kacamata dilepas, mata terbuka dan melihat lurus ke depan. Universitas Sumatera Utara 2.2.3 Natural Head Position (NHP) Natural Head Position (NHP) merupakan suatu standar orientasi kepala yang dapat dicapai ketika seseorang diminta untuk melihat jauh pada satu titik di depan matanya yang berada pada satu garis lurus yang sejajar.36 Pengambilan foto dengan menggunakan teknik NHP lebih mudah dilakukan dan menghasilkan posisi yang lebih baik terutama dalam hal untuk menganalisis profil wajah. Hal ini dikarenakan posisi NHP merupakan posisi yang alamiah dari pasien dan bidang Frankfurt Horizontal tidak selamanya berada dalam keadaan horizontal/sejajar dengan lantai tetapi terkadang dapat miring ke atas maupun ke bawah. Selain itu, bidang Frankfurt Horizontal menghasilkan posisi yang tidak alami dari pasien dan sangat sulit untuk dipertahankan posisinya. Hal ini dapat menghasilkan foto profil wajah yang berbeda, kemungkinan distorsi dan analisis keadaan wajah pasien yang tidak tepat secara signifikan.14,36 2.3 Sefalometri Radiografi sefalometri merupakan sarana penunjang yang penting didalam bidang ortodonti untuk menganalisis kelainan kraniofasial, menegakkan diagnosa, mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial serta membantu dalam membuat rencana perawatan ortodonti yang tepat.16 Analisis sefalometri dilakukan dengan cara menentukan lokasi titik-titik referensi pada bagian skeletal dan jaringan lunak kraniofasial yang akan menghasilkan garis, bidang dan sudut yang menjadi ukuran dalam memberikan informasi tentang pola pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial.8 Sefalometri mempunyai berbagai fungsi dan kegunaan, yakni membantu: 3 1. Menetapkan diagnosis ortodonti. 2. Mengklasifikasi abnormalitas skeletal dan dental serta fasial. 3. Mempelajari pertumbuhan kraniofasial. 4. Memperkirakan arah pertumbuhan. 5. Membuat rencana perawatan. Universitas Sumatera Utara 6. Evaluasi hasil perawatan dengan cara membandingkan perubahan yang terjadi dengan kondisi semula. 7. Sebagai alat bantu penelitian yang melibatkan regio kranio-dento-fasial. 2.3.1 Jenis – Jenis Sefalometri Sefalometri dibagi menjadi dua menurut analisisnya, yaitu: 3,25 1) Sefalogram frontal yaitu gambaran frontal atau anteroposterior dari tengkorak kepala (Gambar 11a). 2) Sefalogram lateral yaitu gambaran lateral dari tengkorak kepala (Gambar 11b). Sefalogram lateral dapat digunakan untuk menganalisis profil jaringan lunak aspek lateral, yaitu analisis profil jaringan lunak wajah. Gambar 11. Jenis – jenis sefalometri. (a) Sefalogram frontal. (b) Sefalogram lateral.14,30 2.3.2 Analisis Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah Secara Sefalometri Lateral. Analisis profil jaringan lunak wajah dengan metode sefalometri pada umumnya dilakukan dengan menggunakan bantuan garis dan bidang referensi intrakranial yang bervariasi. Kebanyakan garis referensi tersebut merupakan garis lurus yang menghubungkan antara dua titik, contohnya garis Nasion-Pogonion (N-Pog), garis Porion-Orbita (Po-Or) atau bidang Frankfurt horizontal.13 Universitas Sumatera Utara Titik-titik yang digunakan dalam analisis jaringan lunak: Gambar 12. Titik-titik dalam analisis jaringan lunak menurut Jacobson.14 Keterangan gambar: 7,14,33 Glabella (G) : titik paling anterior dari dahi pada dataran midsagital. Nasion kulit (N’) : titik paling cekung pada pertengahan dahi dan hidung. Pronasale (Pr) : titik paling anterior dari hidung. Subnasale (Sn) : titik dimana septum nasal berbatasan dengan bibir atas. Labrale superius (Ls) : titik perbatasan mukokutaneus dari bibir atas. Stomion superius (Stms) : titik paling bawah dari vermilion bibir atas. Stomion inferius (Stmi) : titik paling atas dari vermilion bibir bawah. Labrale inferius (Li) : titik perbatasan dari membran bibir bawah. Inferior labial sulkus (ILS) : titik paling cekung di antara Li dan Pog’. Pogonion kulit (Pog’) : titik paling anterior jaringan lunak dagu. Menton kulit (Me’) : titik paling inferior dari jaringan lunak dagu. Ada bermacam jenis analisis profil jaringan lunak wajah jika ditinjau secara sefalometri lateral, diantaranya: analisis menurut Steiner, Ricketts, Subtelny, Merrifeld dan Holdaway, yang keseluruhannya merupakan analisis penentuan bentuk profil jaringan lunak wajah berupa cembung, lurus atau cekung.8 Masing-masing ahli Universitas Sumatera Utara menggunakan referensi yang bervariasi dalam menganalisis profil jaringan lunak wajah. Steiner menggunakan garis S, Ricketts menggunakan garis E (garis estetis), Merrifeld menggunakan sudut Z dan Holdaway menggunakan garis H (garis Harmoni) sedangkan Subtelny menggunakan garis yang menghubungkan antara titik Nasion, Subnasale dan Pogonion (N’-Sn-Pog’) dalam menganalisis profil jaringan lunak wajah.8,14,37 2.3.2.1 Analisis menurut Steiner (Garis S) Garis S merupakan garis yang ditarik dari titik Pog’ ke pertengahan kurva S yang terletak diantara Pronasal (Pr) dengan Subnasale (Sn) (Gambar 13). Menurut Steiner, titik Labrale superior (Ls) dan Labrale inferior (Li) idealnya akan berada pada garis S.13-14,37 Gambar 13. Analisis jaringan lunak wajah menurut Steiner (Garis S).38 2.3.2.2 Analisis menurut Ricketts (Garis E) Menurut Ricketts, analisis profil jaringan lunak wajah seseorang dipengaruhi oleh garis E. Garis E merupakan garis yang ditarik dari titik Pogonion kulit (Pog’) ke titik Pronasale (Pr) (Gambar 14). Seseorang dikatakan mempunyai profil yang Universitas Sumatera Utara harmonis jika titik Labrale superior (Ls) terletak 2-4 mm dibelakang garis E dan titik Labrale inferior (Li) terletak 1-2 mm dibelakang garis E. Apabila titik Ls terletak lebih dari 4 mm dibelakang garis E maka profil wajah dinyatakan cekung, sebaliknya profil wajah dinyatakan cembung apabila titik Li terletak di depan garis E. 5,13-14,37 Gambar 14. Analisis jaringan lunak wajah menurut Ricketts (Garis E).38 2.3.2.3 Analisis menurut Subtelny Menurut Subtelny (cit. Rakosi, 1982) analisis kecembungan profil wajah dibagi menjadi tiga yaitu analisis kecembungan skeletal (N-A-Pog), kecembungan jaringan lunak (N’-Sn-Pog’) dan kecembungan jaringan lunak penuh (N’-Pr-Pog’). Kecembungan jaringan lunak wajah (N’-Sn-Pog’) menurut Subtelny bernilai rata-rata 1610 dan terjadi peningkatan kecembungan profil jaringan lunak wajah seiring dengan pertambahan usia (Gambar 14).8,39 Universitas Sumatera Utara Gambar 15. Sudut Kecembungan jaringan lunak wajah menurut Subtelny (N’-Sn-Pog’).8 2.3.2.4 Analisis menurut Merrifield (Sudut Z) Menurut Merrifield, garis profil wajah merupakan garis yang ditarik dari titik Pogonion kulit (Pog’) dengan titik paling depan dari Labrale superior (Ls) dan Labrale inferior (Li). Sudut Z merupakan sudut yang terbentuk oleh perpotongan antara bidang Frankfurt horizontal dan garis profil tersebut (Gambar 16).14,37 Gambar 16. Analisis jaringan lunak wajah menurut Merrifield (Sudut Z).38 Universitas Sumatera Utara 2.3.2.5 Analisis menurut Holdaway (Sudut H) Holdaway menggunakan garis H (garis harmoni) untuk menganalisis keseimbangan dan keharmonisan profil jaringan lunak. Garis H ini diperoleh dengan cara menarik garis dari titik Pogonion kulit (Pog’) ke titik Labrale superior (Ls)(Gambar 17).14,40-41 Gambar 17. Analisis jaringan lunak wajah menurut Holdaway (Garis H).14 2.4 Ras Deutromelayu Ras adalah suatu kelompok manusia yang dapat dibedakan dari kelompok lain karena memiliki ciri-ciri jasmaniah tertentu yang diperoleh dari keturunan, sesuai dengan hukum genetika.20 Populasi masyarakat Indonesia didominasi oleh ras Paleomongolid yang disebut juga dengan ras Melayu. Ras Paleomongolid ini terdiri atas ras Protomelayu (Melayu tua) dan ras Deutromelayu (Melayu Muda). Ras Protomelayu adalah orang-orang yang terdiri dari suku Batak, Gayo, Sasak dan Toraja sedangkan ras Deutromelayu adalah orang-orang yang bersuku Aceh, Minangkabau, Sumatera Pesisir, Rejang Lbong, Lampung, Jawa, Madura, Bali, Bugis, Manado pesisir, Sunda kecil timur dan Melayu.20-21 Universitas Sumatera Utara Ciri fisik kedua kelompok ini sangat berbeda. Kelompok Proto-Melayu memiliki bentuk kepala yang panjang (dolichocephalic) sedangkan kelompok DeutroMelayu memiliki bentuk kepala yang pendek (brachycephalic). Ukuran lebar mesiodistal gigi pada kedua kelompok ras ini juga berbeda satu dengan yang lainnya.20 Universitas Sumatera Utara