ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROVINSI JAWA BARAT PERIODE 2002-2013 Oleh : PEBI ACHMAD FAUZI NPM. 11 34 01 042 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA 2015 (Jl. Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya PO BOX 164) ABSTRACT This study aims to determine the effect of Foreign Investment, Domestic Investment and Capital Expenditure of the Gross Regional Domestic Product (GDP) and Gross Domestic Product Effect on Local Revenue (PAD) in West Java the period 2002-2013. The data used in this research is secondary data, in the form of time series (2002-2013). The analysis tool used is OLS (Ordinary Least Square).The results showed that domestic and foreign, positive and significant impact on GDP. Capital Expenditure and no significant positive effect on GDP. And GD positive and significant impact. Keywords: Foreign direct investment, domestic investment, capital expenditures, GDP and PAD. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri dan Belanja Modal terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Jawa Barat periode 2002-2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, dalam bentuk time series (2002-2013). Alat analisis yang digunakan adalah OLS (Ordinary Least Square). Hasil penelitian menunjukan bahwa PMA dan PMDN berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB. Belanja Modal berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap PDRB. Dan PDRB berpengaruh positif dan signifikan. Kata kunci: PMA, PMDN, Belanja Modal, PDRB dan PAD. PENDAHULUAN Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan tolak ukur yang penting untuk menentukan tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah secara nyata dan bertanggungjawab. Otonomi daerah membawa dampak positif bagi daerah yang memiliki potensi sumber daya alam, tetapi tidak demikian dengan daerah yang miskin sumber daya alamnya, yang merupakan salah satu masalah yang dihadapi pemerintah daerah kabupaten atau kota pada umumnya adalah terbatasnya dana yang berasal dari daerah sendiri (PAD), sehingga proses otonomi daerah belum bisa berjalan sebagaimana mestinya (Azis,1997). Menurut (Sumitro,1995) Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat, kualitas, serta kesejahteraan segenap lapisan masyarakat. Dalam kerangka itu pembangunan harus dipandang sebagai suatu rangkaian proses pertumbuhan yang berjalan secara berkesinambungan untuk mewujudkan tujuan-tujuannya. Pembangunan daerah yang dilaksanakan secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap, mandiri dan berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan daerah dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar dengan daerah lain yang lebih maju dan sekaligus secara agregat meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara secara adil dan merata. Pendapatan Asli Daerah sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan karena dana ini adalah milik pemerintah daerah sendiri sehingga pemerintah daerah mempunyai wewenang penuh untuk mengelola dana tersebut. Di lain pihak pemerintah daerah juga mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap pengelolaan keuangan yang berasal dari pendapatan asli daerah, karena dana itu berasal dari masyarakat daerah setempat yang berhak untuk mendapatkan kembali dana tersebut dalam bentuk pembangunan yang dilaksanakan di daerahnya. Sejalan dengan hal tersebut maka keberhasilan pembangunan perkonomian dari suatu wilayah dan kinerjanya dapat diamati melalui beberapa indikator makro. Indikator makro tersebut dapat dianalisis melalui PDRB yang dapat didefinisikan sebagai penjumlahan nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh unit kegiatan ekonomi yang beroperasi di wilayah atau daerah tersebut dalam periode tertentu. Jadi PDRB adalah nilai tambah yang pengukurannya berdasarkan adanya aktivitas ekonomi di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi daerah berkaitan erat dengan peningkatan produksi barang dan jasa, yang diukur dengan besaran dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan juga sebagai indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu daerah dalam suatu periode tertentu. Data PDRB juga dapat menggambarkan kemampuan daerah mengelola sumberdaya pembangunan yang dimilikinya, oleh karena itu besaran PDRB setiap daerah bervariasi sesuai dengan potensi yang dimiliki dan faktor produksi masing-masing daerah (Sukirno,1978). Menurut Asian Development Bank (dikutip dari Vio Achfuda Putra, 2010) terdapat tiga faktor utama penentu iklim investasi antara lain : 1. Kondisi ekonomi makro, yang mencakup stabilitas ekonomi makro, keterbukaan ekonomi, persaingan pasar, dan stabilitas sosial dan politik. 2. Kepemerintahan dan kelembagaan, yang mencakup kejelasan dan efektifitas peraturan, perpajakan, sistem hukum, sektor keuangan, fleksibilitas pasar tenaga kerja dan keberadaan tenaga kerja yang terdidik dan terampil. 3. Infrastruktur, yang mencakup antara lain sarana transportasi, telekomunikasi, listrik, dan air. Menurut Sadono Sukirno dalam teori Neo-Klasik pertumbuhan ekonomi tergantung kepada pengembangan faktor-faktor produksi antara lain tingkat pertumbuhan modal, tingkat pertumbuhan penduduk, tingkat pertumbuhan teknologi. Pertumbuhan modal tercermin antaran lain dari adanya investasi langsung. Investasi langsung berupa Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) akan mempertinggi tingkat penanaman modal dan selanjutnya mempercepat pembangunan ekonomi daerah, pemerintah daerah perlu membuat kebijakan yang mendukung penanaman modal yang saling menguntungkan baik bagi pemerintah daerah, pihak swasta maupun terhadap masyarakat. Pengeluaran Pemerintah merupakan salah satu instrumen utama kebijakan dalam upaya peningkatan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Oleh karena itu Pemerintah Daerah dan DPRD harus berupaya secara nyata dan terstruktur untuk menghasilkan APBD yang betul-betul mencerminkan kebutuhan riil masyarakat di daerah sesuai dengan potensi masing-masing. Untuk melihat apakah daerah telah siap secara finansial untuk menyongsong otonomi daerah, antara lain adalah dengan melihat apakah sumber-sumber penerimaan APBD nya mampu menutup anggaran belanja daerah yang bersangkutan. Di samping itu anggaran belanja pembangunan yang dialokasikan pada program proyek yang langsung menyentuh sektor ekonomi produktif masyarakat akan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat (Uppal, 1986). Pengeluaran Pemerintah yang dimaksud adalah Belanja Modal. Pengeluaran Pemerintah yang dialokasikan pada Belanja Modal pada umumnya merupakan perbaikan pelayanan publik yang berdampak pada peningkatan PAD melaui PDRB. Di samping itu dengan tersedianya sarana prasarana yang memadai dari pemerintah daerah maka masyarakat dapat melakukan aktivitas secara aman dan nyaman dimana akan berpengaruh pada meningkatnya tingkat produktivitas. Dengan adanya infrastruktur yang memadai akan menarik para investor untuk membuka lapangan usaha di segala sektor PDRB sehingga akan berdampak pada meningkatnya Pendapatan Asli Daerah. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri, Belanja Modal, PDRB,dan PAD di Jawa Barat periode 2002-2013. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan jenis data yang yang digunakan yaitu data sekunder, maka teknik pengumpulan yang dilakukan dalam hal ini yaitu menelaah data-data sekunder yang ada dalam berbagai dokumen resmi Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Model Penelitian Model regresi akan digunakan untuk memperlihatkan pengaruh PMA, PMDN, dan Belanja Modal terhadap PDRB dan pengaruh PDRB terhadap PAD, dengan menggunakan model regresi sebagai berikut : PDRB = f ( PMA,PMDN,BM ) PDRB = + PMA+ PMDN+ BM+e PAD = f (PDRB) PAD = + PDRB +e Dimana : PAD = Pendapatan Asli Daerah (Y2) PMA = Penanaman Modal Asing (X1) PMDN = Peneneman Modal Dalam Negeri (X2) BM = Belanja Modal(X3) PDRB = Produk Domestik Regional Bruto (Y1) ß1 = Mengukur elastisitas PMA terhadap PDRB ß2 = Mengukur elastisitas PMDN terhadap PDRB ß3 = Mengukur elastisitas BM terhadap PDRB α1 = Mengukur elastisitas PDRB terhadap PAD e = Error term PEMBAHASAN Dari hasil pengolahan data didapat persamaan regresi dalam bentuk persamaan ekonometrika sebagai berikut : Y1 = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e Y1 = 183070,7 + 3,503573 X1 + 1,720827 X2 + 0,015154 X3 + e Prob t-statistik (0,0000) R-Squared (0,986425) F Statistik (193,7800) (0,0889) (0,3989) Y2 = α0+ α1 Y1 + e Y2 = -7786262 + 45,32466 + e Prob t-statistik (0,0000) R-Squared (0,979732) F Statistik (483,3911) (0,0000) Berdasarkan persamaan di atas, diketahui bahwa koefisien tiap variabel bebas masing-masing adalah 3,503573 untuk variabel PMA, 1,720827 untuk variabel PMDN, 0,015154 untuk variabel Belanja Modal. Yang dimaksud koefisien dalam penelitian ini adalah pengaruh tiap variabel bebas terhadap variabel antara yaitu variabel PDRB. Pengaruh PMA terhadap PDRB di Jawa Barat Berdasarkan hasil regresi dengan tingkat keyakinan 95% diketahui bahwa PMA secara parsial memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB di Jawa Barat. Dari hasil estimasi menujukan bahwa PMA berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB. Hal ini sejalan dengan hipotesis peneliti dan penelitian terdahulu yang diteliti oleh Bambang Muqqsyitu Wihda menyatakan bahwa PMA berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB. Kenaikan koefisien PMA sebanyak 1 miliyar akan meningkatkan PDRB sebesar 3,503573 miliyar. Berdasarkan teori Penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan produksi. Dengan posisi semacam itu, investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak lesunya pembangunan (Dumairy, 1999). Hal ini menunjukan pentingnya PMA untuk meningkatkan PDRB di suatu daerah dikarenakan dengan banyaknya penanaman modal asing akan memberikan banyak kegiatan dalam pembangunan yang dapat menghasilkan aktivitas ekonomi, dengan banyaknya aktivitas ekonomi berdampak Kenaikan PDRB pada suatu daerah. khususnya untuk Provinsi Jawa Barat dengan instensitas penduduk yang tinggi memungkinkan untuk mengundang investor asing untuk berinvestasi atau menanamkan modalnya. Di Jawa Barat pada tahun 2002-2013 PMA cenderung mengalami peningkatan dan penurunan pada tahun terakhir yang terjadi di tahun 2012 sampai 2013 terjadi peningkatan PMA yang cukup tinggi dan hal ini berpengaruh juga terhadap PDRB di Jawa Barat yang mengalami Peningkatan. Pengaruh PMDN Terhadap PDRB Di Jawa Barat Berdasarkan hasil regresi dengan tingkat keyakinan 95% diketahui bahwa PMDN berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB di Jawa Barat. Hasil ini sejalan dengan hipotesis yang dibuat oleh peneliti yaitu berpengaruh secara parsial dan silmultan terhadap PDRB di Jawa Barat. Kenaikan koefisien PMDN sebanyak 1 miliyar akan meningkatkan PDRB sebesar 1,720827 miliyar. Hasil ini di dukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Putri Fajriani Hikmatiyar dengan judul “Analisis Pengaruh PMDN, PMA, Dan Jumlah Angkatan Kerja Terhadap PDRB Per Kapita Provinsi Jawa Tengah Tahun 19952009”, menyimpulkan bahwa Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh PMDN, PMA, dan jumlah angkatan kerja terhadap pertumbuhan PDRB per kapita Provinsi Jawa Tengah. Data yang digunakan adalah data runtun waktu tahun 1995-2009. Metode analisis yang digunakan adalah model regresi linear berganda dengan metode kuadrat terkecil sederhana atau Ordinary Least Squares (OLS). Dari hasil regresi didapatkan hasil bahwa variabel PMDN terbukti tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan PDRB per kapita Provinsi Jawa Tengah, sedangkan variabel-variabel PMA dan jumlah angkatan kerja berpengaruh terhadap pertumbuhan PDRB per kapita Provinsi Jawa Tengah. Melihat perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri yang terjadi di Jawa Barat mengalami peningkatan dan penurunan yang terjadi selama periode tahun 2002 sampai 2013. Kejadian ini mungkin dikarenakan kondisi politik dan kebijakan-kebijakan pemerintah dari tahun ke tahun yang terjadi di Jawa Barat tidak menentu. Kenaikan PMDN yang cukup besar terjadi pada tahun 2010 dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 sampai tahun 2013 terus mengalami kenaikan. Jika dibandingkan dengan perkembangkan PDRB dari tahun ke tahunnya terus mengalami peningkatan hal ini menunjukan bahwa PMDN kurang adanya pengaruh yang besar terhadap PDRB namun dengan hasil pengolahhan data menunjukan adanya hubungan antara PMDN terhadap PDRB. Pengaruh Belanja Modal Terhadap PDRB Di Jawa Barat Berdasarkan hasil regresi diketahui bahwa Belanja Modal di Jawa Barat berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap PDRB di Jawa Barat. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis peneliti. Kenaikan koefisien Belanja Modal sebanyak 1 miliyar akan meningkatkan PDRB sebesar 0,015154 miliyar. Dengan hasil ini Belanja Modal bisa meningkatkan PDRB, namun belanja modal kurang berpengaruh atas naikanya PDRB. Belanja Modal merupakan Belanja Pemerintah Daerah yang manfaatnya melebihi 1 tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja. Dari lamanya manfaat yang akan dirasakan, hal tersebu bisa menyebabkan kurangnya pengaruh atas naiknya PDRB dari tahun ke tahunnya. Pengaruh PMA, PMDN Dan Belanja Modal secara Bersama-sama Terhadap PDRB Di Jawa Barat Berdasarkan hasil regresi diketahui bahwa PMA, PMDN dan Belanja Modal secara simultan memberikan pengaruh yang signifikan (nyata) terhadap PDRB di Jawa Barat. Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung adalah 193,7800 dengan Ftabel pada taraf nyata 5% adalah 2,54. Berdasarkan Hasil perhitungan diatas, maka dapat dilihat bahwa Fhitung>Ftabel atau 193,7800 > 2,54 artinya bahwa pengaruh variabel PMA, PMDN, dan Belanja Modal terhadap PDRB di Jawa Barat periode 2002-2013 secara bersama sama adalah signifikan. Sedangkan jika diuji secara parsial tidak semua variabel hasilnya signifikan. Variabel yang tidak signifikan yaitu Belanja Modal. Karena pada kenyataannya Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode. Untuk mengetahui apakah suatu belanja dapat dimasukkan sebagai Belanja Modal atau tidak, maka perlu diketahui definisi aset tetap atau aset lainnya dan kriteria kapitalisasi aset tetap. Ketidak menentuan dalam pengeluaran pemerintah ini menjadi alasan mengapa kurang berpengaruhnya belanja modal terhadap PDRB. Pengaruh PDRB Terhadap PAD Di Jawa Barat Berdasarkan hasil regresi dengan tingkat keyakinan 95% diketahui bahwa PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap PAD di Jawa Barat. Kenaikan koefisien PDRB sebanyak 1 miliyar akan meningkatkan PDRB sebesar 45,32466 miliyar. Hal ini sesuai dengan hipotesis peneliti dan hasil ini menguatkan teori yang menyatakan bahwa Pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu alat untuk mengetahui perkembangan dan struktur ekonomi suatu wilayah diyakini masih merupakan indikator dalam menentukan arah pembangunan yang digambarkan oleh perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto dapat diartikan sebagai nilai barang dan jasa-jasa yang diproduksi didalam Negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Barang–barang dan jasa-jasa ini diproduksi bukan saja oleh perusahaan milik penduduk Negara tersebut tetapi oleh penduduk Negara lain yang bertempat tinggal di Negara tersebut (Sukirno, 2003:33). Semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pula kemampuan orang untuk membayar berbagai pungutan yang ditetapkan pemerintah. Dalam konsep makro dapat dianalogikan bahwa semakin besar PDRB yang diperoleh maka akan semakin besar pula potensi penerimaan daerah. Jadi dengan adanya peningkatan PDRB maka hal ini mengindikasikan akan mendorong peningkatan PAD (Saragih, 2003). Melihat perkembangan PDRB di Provinsi Jawa Barat dari tahun 20022 sampai 2013, perkembangan yang terjadi relatif naik dari tahun ketahunnya dan kenaikan ini terjadi pula pada perkembangn PAD Jawa barat yang relatif sama mengalami kenaikan dari tahun ke tahunnya, adapun penurunan yang terjadi pada tahun 2006 dan 2012 mungkin di sebabkan oleh adanya faktor lain yang bisa menurunkan PAD yang terjadi di Jawa Barat. Elastisitas PAD terhadap PDRB Uji ini dilakukan untuk dapat mengetahui besarnya elastisitas PDRB terhadap PAD adapun faktor lain yang mempengaruhi PDRB yaitu PMA, PMDN dan Belanja Modal di Jawa Barat periode 2002-2013. Tabel Elastisitas Variabel Koefisien Keterangan PMA 3,503573 Elastis PMDN 1,720827 Elastis Belanja Modal 0,015154 Elastis PDRB 45,32466 Elastis Sumber : Hasil pengolahan Eviews6 Berdasarkan tabel 4.5. dapat dilihat koefisien dari masing variabel yang dapat menunjukkan elastisitas. Tetapi Belanja Modal tidak bisa diberikan imlplementasi karena secara stastistiknya tidak signifikan. Kecuali variabel PMA, PMDN dan PDRB. Kepekaan PAD terhadap PDRB adalah Elastis dengan korelasi positif dengan nilai koefisien sebesar 45,32466 (E > 1). Koefisien PDRB yang positif menunjukan apabila terjadi kenaikan PDRB sebesar 1 miliyar maka PAD akan naik sebesar 45,32466 miliyar. Begitu juga dengan keterangan yang terjadi pada kepekaan PDRB terhadap PMA dan PMDN. PENUTUP Kesimpulan Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh PMA, PMDN, Belanja Modal terhadap PDRB dan pengaruh PDRB terhadap PAD tahun 2002-2013. Berdasarkan hasil penelitian, perhitungan dan pembahasan pada babbab sebelumnya, penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95%, Variabel PMA dan PMDN memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel PDRB (sesuai dengan Hipotesis). Belanja Modal memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan (Tidak sesuai dengan Hipotesis). Sedangkan variabel PDRB memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel PAD. 2. Variabel PMA, PMDN dan Belanja Modal secara simultan memberikan pengaruh yang signifikan (nyata) terhadap PDRB di Jawa Barat. Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka penulis dapat memberikan beberapa saran bagi berbagai pihak terkait. Adapun saran yang dapat penulis sampaikan sebagai berikut : 1. Bagi para peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang variabel PMA, PMDN, Belaja Modal terhadap PDRB dan PDRB terhadap PAD. Selain itu juga pihak-pihak yang hendak melakukan penelitian lanjutan dari masalah tersebut diharapkan memasukan variabel lain yang diduga mempunyai pengaruh signifikan terhadap PDRB dan PAD di Jawa Barat. 2. Dengan terdapatnya korelasi positif dan tidak signifikan antara variabel belanja modal terhadap PDRB. Diharapkan pemerintah lebih efisien dalam mengalokasikan anggaran pemerintahhannya. 3. Untuk hasil penelitian PMA dan PMDN yang menghasilkan korelasi positif dan signifikan. Diharapkan pemerintah provinsi jawa Barat bisa lebih meningkatkan investasinya khususnya untuk daerah-daerah di Jawa Barat. baik itu investasi luar maupun dalam. 4. Variabel PDRB terhadap PAD menunjukan korelasi positif dan signifikan. Hasil ini dapat menjadi acuan pemerintah dalam melakukan kebijakan untuk meningkatkan pendapatan daerahnya. Dengan melakukan kebijakan yang bisa meningkatkan PDRB maka PAD di Jawa Barat akan Mengalami peningkatan. Tentunya harus memperhatikan juga faktor yang mempengaruhi atas kenaikannya PDRB, sebagai saran untuk meningkatkan PDRB di Jawa Barat pemerintah bisa memfokuskan untuk perkembangan PMA dan PMDN yang ada di Jawa Barat. DAFTAR PUSTAKA BPS Jawa Barat, 2002-2013. Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2002-2013, Jabar.prov.go.id. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Halim, Abdul & Syukriy Abdullah. 2006. “Studi atas Belanja Modal pada Anggaran Pemerintah Daerah dalam Hubungannya dengan Belanja Pemeliharaan dan Sumber Pendapatan”. Jurnal Akuntansi Pemerintah Vol.2 No. 2 (Oktober): 17-32. Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Ketiga. Salemba Empat: Jakarta. I.G Rai Widjaya, S.H., M.A. 2005. Penanaman Modal. Pradnya Paramita. Jakarta. Jhingan, M.L., 1994, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Cetakan 5, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta : Erlangga. Lubis, Ade Fatma, Arifin Akhmad, dan Firman Syarif. 2007. Aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Soutions) untuk Penyusunan Skripsi dan Tesis. Medan : USU Press. Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta : Andi. Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.http://www.setneg.go.id. 23 April 2014. Republik Indonesia. 1970. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 Tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. tahun 1970. Samuelson, P.A, . 1997. Makro Ekonomi, Edisi keempatbelas, alih bahasa Haris Munandar dkk, Erlangga, Jakarta. Sukirno, Sadono. 2004. Teori Pengantar Makroekonomi,. Jakarta : PT Raja grafindo Persada. Sukirno, Sadono. 2010. Teori Pengantar Makroekonomi, Edisi Ketiga. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Suparmoko, 1987. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek. Edisi 4. Yogyakarta : BPFE – UGM Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan Bisnis, edisi kedua. Yogyakarta : Ekonisia. Widjaja, HAW. 2002. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta