BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelaksanaan Pelayanan

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
Pelaksanaan merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu badan atau
wadah secara berencana, teratur dan terarah guna mencapai tujuan yang diharapkan.
Grindle (1980) dalam Winarno (2002), menyatakan implementasi merupakan proses
umum tindakan administratif yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu.
Sedangkan Van Meter dan Horn menyatakan bahwa implementasi kebijakan
merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta baik secara individu
maupun secara kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Grindle (1980)
menambahkan bahwa proses implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan
sasaran telah ditetapkan, program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap dan
telah disalurkan untuk mencapai sasaran. Pengertian Implementasi atau pelaksanaan,
merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua
rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi
segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat
pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan.
Menurut pendapat Abdullah dalam Nugroho (2012), implementasi adalah
suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program atau kebijaksanaan
ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah yang strategis maupun
13
Universitas Sumatera Utara
operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari
program yang ditetapkan semula.
Selain itu dalam proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur
yang penting dan mutlak menurut Nugroho (2012), yaitu :
a. Adanya program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan.
b. Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan manfaat dari program perubahan
dan peningkatan.
c. Unsur pelaksana baik organisasi maupun perorangan yang bertanggungjawab
dalam pengelolaan pelaksana dan pengawasan dari proses implementasi tersebut.
Keberhasilan kebijakan atau program juga dikaji berdasarkan perspektif
proses implementasi dan perspektif hasil. Pada perspektif proses, program pemerintah
dikatakan berhasil jika pelaksanaannya sesuai dengan petunjuk dan ketentuan
pelaksanaan yang dibuat oleh pembuat program yang mencakup antara lain cara
pelaksanaan, agen pelaksana, kelompok sasaran dan manfaat program. Sedangkan
pada perspektif hasil, program dapat dinilai berhasil manakala program membawa
dampak seperti yang diinginkan. Suatu program mungkin saja berhasil dilihat dari
sudut proses, tetapi boleh jadi gagal ditinjau dari dampak yang dihasilkan, atau
sebaliknya (Winarno, 2002).
Pencapaian keberhasilan suatu program kebijakan sangat tergantung dari para
aktor yang mempunyai peranan di dalam kebijakan. Oleh karena ini dalam
menentukan keberhasilan suatu program maka model kesesuaian Korten merupakan
bentuk yang ideal untuk mencapai keberhasilan suatu program kebijakan.
Universitas Sumatera Utara
Keberhasilan suatu program juga akan terjadi jika terdapat kesesuaian antara hasil
program dengan kebutuhan sasaran, syarat tugas pekerjaan program dengan
kemampuan organisasi pelaksana dengan sarana pengungkapan kebutuhan sasaran
(Antonius, 2000).
PROGRAM
Out put
PEMANFAAT
Tugas
Kebutuhan
Kompetensi
Tuntutan
Putusan
ORGANISASI
Gambar 2.1. Model Implementasi Kebijakan Menurut David C. Korten
2.2. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014
mendefenisikan Puskesmas adalah sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran,
Universitas Sumatera Utara
kemauan dan kemampuan hidup sehat; mampu menjangkau pelayanan kesehatan
bermutu; hidup dalam lingkungan sehat; dan memiliki derajat kesehatan yang
optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun
2014 (Pasal 35), Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat
pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama. Upaya kesehatan
masyarakat tingkat pertama meliputi : upaya kesehatan masyarakat esensial dan
upaya kesehatan masyarakat pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat esensial
meliputi : Pelayanan promosi kesehatan; Pelayanan kesehatan lingkungan; Pelayanan
kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana; Pelayanan gizi; dan Pelayanan
pencegahan dan pengendalian penyakit.
Disamping upaya kesehatan esensial tersebut di atas, pelayanan kesehatan di
puskesmas juga melaksanakan upaya kesehatan masyarakat pengembangan yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta
kemampuan puskesmas, yaitu : Pelayanan kesehatan jiwa; Pelayanan kesehatan gigi
masyarakat; Pelayanan kesehatan tradisional komplementer; Pelayanan kesehatan
olahraga; Pelayanan kesehatan indera; Pelayanan kesehatan lansia; Pelayanan
kesehatan kerja.
2.3. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
Upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas secara umum bertujuan untuk
mencapai keadaan kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang optimum sedangkan
Universitas Sumatera Utara
secara khusus untuk menambah kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeliharaan
kesehatan gigi, memberikan perlindungan khusus untuk memperkuat gigi dan
jaringan penyangganya, serta mengurangi akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hal-hal
yang merugikan kesehatan gigi (Tampubolon, 2011).
Terselenggaranya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas perlu
ditata kembali dan ditingkatkan upaya pelayanannya sehingga diperoleh suatu
pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang berkualitas, aman, bermanfaat, bermutu,
berkesinambungan dan dapat dipertanggungjawabkan (Depkes RI, 2009).
Menurut Permenkes RI No. 75 tahun 2014 tentang puskesmas, untuk
mendukung kegiatan pelayanan gigi dan mulut supaya berjalan dengan baik, maka
perlu disediakan peralatan di ruangan kesehatan gigi dan mulut yaitu :
A. Set kesehatan gigi dan mulut :
1.
Atraumatic Restorative Treatment (ART) : Enamel Access Cutter, Eksavator
Berbentuk Sendok Ukuran Kecil (Spoon Excavator Small), Eksavator
Berbentuk Sendok Ukuran Sedang (Spoon Excavator Medium), Eksavator
Berbentuk Sendok Ukuran Besar (Spoon Excavator Large), Double Ended
Applier and Carver, Spatula Plastik, Hatchet, Batu Asah
2.
Bein Lurus Besar
3.
Bein Lurus Kecil
4.
Bor Intan (Diamond Bur Assorted) untuk Air Jet Hand Piece (Kecepatan
Tinggi) (round, inverted dan fissure)
Universitas Sumatera Utara
5.
Bor Intan Kontra Angle Hand Piece Conventional (Kecepatan Rendah)
(round, inverted dan fissure)
6.
Ekskavator Berujung Dua (Besar)
7.
Ekskavator Berujung Dua (Kecil)
8.
Gunting Operasi Gusi
9.
Handpiece Contra Angle
10. Handpiece Straight
11. Kaca Mulut Datar No.4 Tanpa Tangkai
12. Klem/Pemegang Jarum Jahit (Mathieu Standar)
13. Set Kursi Gigi Elektrik yang terdiri dari : Kursi, Cuspidor Unit, Meja
Instrumen, Foot Controller untuk Hand Piece, Kompresor Oilless 1 PK
14. Jarum exterpasi
15. Jarum K-File (15-40)
16. Jarum K-File (45-80)
17. Light Curing
18. Mikromotor dengan Straight dan Contra Angle Hand Piece (Low Speed
Micro Motor portable)
19. Pelindung Jari
20. Pemegang Matriks (Matrix Holder)
21. Penahan Lidah
22. Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Distal)
23. Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Mesial)
Universitas Sumatera Utara
24. Penumpat Plastis
25. Periodontal Probe
26. Penumpat Semen Berujung Dua
27. Pinset Gigi
28. Polishing Bur
29. Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kiri (Type Chisel/Mesial)
30. Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kanan (Type Chisel/Mesial)
31. Skeler Standar, Bentuk Tombak (Type Hook)
32. Skeler Standar, Black Kiri dan Kanan (Type Chisel/Mesial)
33. Skeler Standar, Black Kiri dan Kiri (Type Chisel/Mesial)
34. Skeler Ultrasonik
35. Sonde Lengkung
36. Sonde Lurus
37. Spatula Pengaduk Semen
38. Spatula Pengaduk Semen Ionomer
39. Set Tang Pencabutan Dewasa (set) : Tang gigi anterior rahang atas dewasa,
Tang gigi premolar rahang, Tang gigi molar kanan rahang atas, Tang gigi
molar kiri rahang atas, Tang molar 3 rahang atas, Tang sisa akar gigi
anterior rahang, Tang sisa akar gigi posterior rahang, Tang gigi anterior dan
premolar rahang bawah, Tang gigi molar rahang bawah kanan/kiri, Tang
gigi molar 3 rahang bawah, Tang sisa akar rahang bawah
Universitas Sumatera Utara
40. Set Tang pencabutan gigi anak : Tang gigi anterior rahang atas, Tang molar
rahang atas, Tang molar susu rahang atas, Tang sisa akar rahang atas, Tang
gigi anterior rahang bawah, Tang molar rahang bawah, Tang sisa akar
rahang bawah
41. Skalpel, Mata Pisau Bedah (Besar)
42. Skalpel, Mata Pisau Bedah (Kecil)
43. Skalpel, Tangkai Pisau Operasi
44. Tangkai kaca mulut
B. Perlengkapan : Baki Logam Tempat Alat Steril, Korentang, Penjepit Sponge
(Foerster), Lampu Spiritus Isi 120 cc, Lemari peralatan, Lempeng Kaca
Pengaduk Semen, Needle Destroyer, Silinder Korentang Steril, Sterilisator
kering, Tempat Alkohol (Dappen Glas), Toples Kapas Logam dengan
Pegas
dan Tutup (50x70mm), Toples Pembuangan Kapas (50 x75 mm), Waskom
Bengkok (Neirbeken)
C. Bahan habis pakai : Betadine Solution atau Desinfektan lainnya, Sabun tangan
atau antiseptic, Kasa , Benang Silk, Chromik Catgut, Alkohol, Kapas, Masker,
Sarung tangan
D. Meubelair : Kursi Kerja, Lemari arsip, Meja Tulis ½ biro
E. Pencatatan dan pelaporan : Buku register pelayanan, Kartu rekam medis,
Formulir informed consent, Formulir rujukan, Surat keterangan sakit, Formulir
dan surat keterangan lain sesuai kebutuhan pelayanan yang diberikan.
Universitas Sumatera Utara
2.3.1. Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Standar ini digunakan sebagai pedoman untuk menetapkan batasan
kewenangan dan kompetensi melaksanakan upaya pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di Puskesmas (Depkes RI, 2009).
1. Jenis Pelayanan
Jenis pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas ditujukan kepada
keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya dan dapat dilaksanakan di gedung
Puskesmas dan luar gedung seperti di sekolah, Posyandu dan lain-lain.
1. Pelayanan kedaruratan gigi dan mulut
a. Upaya menghilangkan rasa sakit
b. Penanganan trauma sebelum pasien dirujuk
2. Pelayanan Pencegahan
a.
Pelayanan yang ditujukan kepada komunitas : kampanye kesehatan gigi dan
mulut melalui penyuluhan
b.
Pelayanan yang ditujukan kepada kelompok : promosi kesehatan gigi dan
mulut melalui pendekatan komunikasi informasi dan edukasi kepada
kelompok tertentu melalui program UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat) seperti UKGS, UKGM
c.
Pelayanan yang ditujukan kepada perorangan : pemeriksaan gigi dan mulut,
konseling kepada perorangan mengenai hygiene mulut, pembersihan karang
gigi dan aplikasi fissure sealant
Universitas Sumatera Utara
3. Pelayanan medik gigi dan mulut dasar
a. Ekstraksi tanpa komplikasi
b. Restorasi tumpatan
c. Perawatan Saraf Gigi Konvensional
d. Perawatan penyakit/kelainan jaringan mulut
e. Menghilangkan traumatik oklusi
f. Protesa lepasan
g. Odontektomi M3 klas 1A
h. Pelayanan rujukan
2. Pencatatan dan Pelaporan
1. Pencatatan
a. Rekam Medik
Rekam Medik menjelaskan keterangan / informasi yang akurat dan
lengkap tentang :
•
Identitas pasien
•
Tanggal & waktu
•
Hasil anamnesis : keluhan & riwayat penyakit
•
Hasil pemeriksaan fisik & penunjang medik
•
Diagnosis
•
Rencana penatalaksanaan
•
Pengobatan dan/atau tindakan
Universitas Sumatera Utara
•
Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
•
Odontogram klinik
•
Persetujuan tindakan medik dental (untuk yang berisiko tinggi)
•
Rujukan bila diperlukan
Dengan acuan SIMPUS (Sistem Informasi Manajemen Puskesmas),
1. Persetujuan tindakan medik
Persetujuan Tindakan Medik adalah persetujuan yang diberikan oleh
pasien atau keluarganya yang sah secara hukum, atas dasar penjelasan
mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut,
sekurang-kurangnya mencakup :
-
Diagnosis dan tata cara tindakan medik
-
Tujuan tindakan medik yang akan dilakukan
-
Alternatif tindakan lain dan risikonya
-
Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan
-
Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
2. Pencatatan kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di luar gedung
Puskesmas
2. Pelaporan
a. Laporan Bulanan
Setiap puskesmas harus membuat laporan menggunakan LB1 dan LB4 ke
Dinas Kesehatan Kab./Kota, dan Suku Dinas bersamaan dengan laporan
kegiatan Puskesmas lainnya
Universitas Sumatera Utara
b. Laporan Tahunan
Pelaporan mengenai sumber daya (sarana, prasarana, tenaga) kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bersamaan dengan laporan kegiatan
Puskesmas lainnya
3. Dokumen Terkait
a.
Kartu Rekam medik dan Odontogram
b. Formulir Persetujuan Tindakan Medik
c.
Formulir laporan Puskesmas
d. Formulir rujukan
e.
Pedoman UKGS dan UKGMD
f.
Standar Prosedur Operasional
g. Kartu inventaris ruangan
Menurut Kepmenkes No.HK.02.02/MENKES/62/2015 tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter Gigi, ini merupakan suatu pedoman untuk menetapkan
batasan kewenangan dan kompetensi melaksanakan upaya pelayanan kesehatan gigi
dan mulut di Puskesmas. Kasus yang ditangani di fasilitas kesehatan tingkat primer
(FKTP) antara lain ; Karies dini/Karies email tanpa kavitas, Karies email/Karies
dentin/Karies sementum/akar, Karies
terhenti/ arrested caries, Demineralisasi
Permukaan Halus/aproksimal, Fraktur Mahkota Gigi Yang Tidak Mengenai Pulpa,
Dentin hipersensitif, Atrisi, Abrasi, Erosi, Karies Mencapai Pulpa Vital Gigi Sulung,
Periodontitis Kronis dengan kehilangan jaringan periodontal ringan-sedang,
Gingivitis akibat Plak Mikrobial, Primary Herpetic Gingivostomatitis, Oral Hygiene
Universitas Sumatera Utara
Buruk, Stomatitis Aftosa, Angular Cheilitis, Pulpitis Reversibel, Nekrosis pulpa
(Akar tunggal, akar jamak yang lurus dengan sudut pandang kerja pada orifice tidak
terhalang), Nekrosis pulpa gigi tinggal akar (gigi sisa sudah tidak mendukung untuk
dilakukan tumpatan), Pulpitis Irreversibel, Iritasi Pulpa Gigi Tetap Muda, Hyperemia
Pulpa Gigi Tetap Muda, Nyeri Orofasial,Persistensi Gigi Sulung, Akar Gigi
Tertinggal, Lesi Traumatik, Abses Periapeks, Abses Periodontal.
2.3.2. Tugas dan Wewenang Tenaga Kesehatan Gigi
Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (KKI, 2006), tentang Standard
Kompetensi Dokter Gigi, yang menjadi kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh
dokter gigi di Indonesia , yaitu :
1. Etik dan jurisprudensi
1. Menerapkan etika kedokteran gigi serta hukum yang berkaitan dengan praktik
kedokteran gigi secara profesional :
Menerapkan etika kedokteran gigi secara profesional, Menjaga kerahasiaan profesi
dalam hubungannya dengan teman sejawat, staf dan pasien, Membedakan hak dan
kewajiban dokter dan pasien.
2. Melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut sesuai dengan kode etik :
Memberikan pelayanan kedokteran gigi yang manusiawi dan komprehensif,
Menjaga hubungan terbuka dan jujur serta saling menghargai dengan pasien,
pendamping pasien dan sejawat, Memperkirakan keterbatasan kemampuan diri
untuk kepentingan rujukan.
Universitas Sumatera Utara
3. Memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan hukum yang berkaitan
dengan praktik kedokteran gigi : Membedakan tanggung jawab administratif,
pelanggaran etik, disiplin dan hukum yang diberlakukan bagi profesi Kedokteran
Gigi berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, Memahami peraturan dan
perundang-undangan yang berkaitan dengan praktik kedokteran gigi di Indonesia,
Mengetahui pemanfaatan jalur organisasi profesi.
2. Analisis informasi kesehatan secara kritis, ilmiah dan efektif
1. Menganalisis secara kritis kesahihan informasi : Menggunakan teknologi ilmiah
mutakhir untuk mencari informasi yang sahih secara profesional dari berbagai
sumber, Menggunakan teknologi ilmiah mutakhir untuk menilai informasi yang
sahih secara profesional dari berbagai sumber.
2. Mengelola Informasi kesehatan secara ilmiah, efektif, sistematis dan
komprehensif.
3. Berfikir kritis dan alternatif dalam mengambil keputusan.
4. Menggunakan Pendekatan evidence based dentistry dalam pengelolaan
kesehatan gigi dan mulut : Menapis sumber rujukan yang sahih untuk
kepentingan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut,
Menggunakan informasi kesehatan secara profesional untuk kepentingan
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
Universitas Sumatera Utara
3. Komunikasi
Melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi secara efektif dan bertanggung
jawab baik secara lisan maupun tertulis dengan pasien, keluarga atau pendamping
pasien serta masyarakat, teman sejawat dan profesi kesehatan lain yang terkait :
Berdialog dengan pasien dalam kedudukan yang setara, Bersikap empati terhadap
pasien akan keluhan kesehatan gigi dan mulut yang mereka kemukakan,
Menuliskan surat rujukan pasien kepada sejawat dan atau penyelenggara kesehatan
lain jika diperlukan sesuai dengan standar prosedur operasional yang berlaku,
Berdialog dengan teman sejawat, praktisi kesehatan, dan praktisi lain terkait.
4. Hubungan sosio kultural dalam bidang kesehatan gigi dan mulut
Mengelola dan menghargai pasien dengan keanekaragaman sosial, ekonomi,
budaya, agama dan ras melalui kerjasama dengan pasien dan berbagai pihak terkait
untuk menunjang pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang bermutu : Memahami
adanya keanekaragaman sosial, ekonomi, budaya, agama dan ras berdasarkan asal
usul pasien, Memperlakukan pasien secara manusiawi tanpa membeda-bedakan
satu sama lainnya, Bekerja sama dengan berbagai pihak terkait untuk menunjang
peningkatan kesehatan gigi dan mulut.
5. Ilmu kedokteran dasar
Mengintegrasikan ilmu pengetahuan biomedik yang relevan sebagai sumber
keilmuan dan berbagai data penunjang untuk diagnosis dan tindakan medik
kedokteran gigi.
Universitas Sumatera Utara
6. Ilmu kedokteran klinik
Memahami ilmu kedokteran klinik yang relevan sebagai pertimbangan dalam
melakukan perawatan gigi dan mulut pada pasien medik kompromis.
7. Ilmu kedokteran gigi dasar
Memahami prinsip ilmu kedokteran gigi dasar mencakup: Biologi Oral, BioMaterial dan Teknologi Kedokteran Gigi untuk menunjang keterampilan preklinik
dan klinik, serta penelitian bidang kedokteran gigi.
8. Ilmu kedokteran gigi klinik
Memahami prinsip ilmu kedokteran gigi klinik sebagai dasar untuk melakukan
pelayanan klinis kesehatan gigi dan mulut yg efektif dan efisien : Memahami
prinsip pelayanan klinis kesehatan gigi dan mulut yang meliputi tindakan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, Menghubungkan berbagai tatalaksana
kedokteran gigi klinik untuk membantu dalam memberikan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut dalam mengembalikan fungsi optimal sistem stomatognatik.
9. Pemeriksaan pasien
1. Melakukan pemeriksaan fisik secara umum dan sistem stomatognatik dengan
mencatat informasi klinis, laboratoris, radiologis, psikologis dan sosial guna
mengevaluasi kondisi medik pasien : Mengidentifikasi keluhan utama penyakit
atau gangguan sistem stomatognatik, Menerapkan pemeriksaan komprehensif
sistem stomatognatik dengan memperhatikan kondisi umum, Menentukan
pemeriksaan penunjang laboratoris yang dibutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
2. Mengenal dan mengelola perilaku pasien secara profesional : Menerapkan sikap
saling menghargai dan saling percaya melalui komunikasi yang efektif dan
efisien dengan pasien dan/atau pendamping pasien, Menganalisis perilaku
pasien
yang
memerlukan
perawatan
khusus
secara
profesional,
Mengidentifikasi kondisi psikologis dan sosial-ekonomi pasien berkaitan
dengan penatalaksanaan lebih lanjut, Menggunakan rekam medik sebagai acuan
dasar dalam melaksanakan perawatan gigi dan mulut.
10. Diagnosis
Menegakkan diagnosis dan menetapkan prognosis penyakit/kelainan gigi dan
mulut melalui interpretasi, analisis dan sintesis hasil pemeriksaan pasien :
Membuat rekam medik secara akurat dan Komprehensif, Mengelola
rekam
medik sebagai dokumen legal dengan baik, Merencanakan perawatan medik
kedokteran gigi berdasarkan catatan medik yang tertulis pada rekam medik,
Menegakkan diagnosis sementara dan diagnosis kerja berdasarkan analisis hasil
pemeriksaan riwayat penyakit, temuan klinis, temuan laboratoris, temuan
radiografis, dan temuan alat bantu yang lain, Memastikan lokasi, perluasan,
etiologi karies dan kelainan periodontal serta kerusakannya, Membedakan antara
pulpa yang sehat dan tidak sehat, Membedakan antara jaringan periodontal yang
sehat dan tidak sehat, Memastikan
penyimpangan dalam proses tumbuh
kembang yang mengakibatkan maloklusi, Menjelaskan kondisi, kelainan,
penyakit dan fungsi kelenjar saliva, Menjelaskan gambaran klinis proses
penyakit pada mukosa mulut akibat inflamasi, gangguan imunologi, metabolit
Universitas Sumatera Utara
dan neoplastik, Menjelaskan keadaan kehilangan gigi
yang memerlukan
tindakan rehabilitatif, Menjelaskan keadaan akibat kelainan oklusal dan
gangguan fungsi mastikasi dan kondisi yang memerlukan perawatan,
Mengidentifikasi kelainan oromaksilofasial, Menjelaskan hubungan kebiasaan
buruk pasien dengan adanya kelainan oromaksilofasial, Membedakan kelainan
dental, skeletal atau fasial yang berhubungan dengan gangguan tumbuh
kembang, fungsi dan estetik, Memastikan adanya manifestasi penyakit sistemik
pada rongga mulut, Menganalisis dan menentukan derajat risiko penyakit rongga
mulut dalam segala usia guna menetapkan prognosis, Memastikan kelainan
kongenital dan herediter dalam rongga mulut.
11. Rencana perawatan
1. Mengembangkan, mempresentasikan dan mendiskusikan rencana perawatan
yang didasarkan pada kondisi, kepentingan dan kemampuan pasien :
Menganalisis derajat risiko penyakit gigi dan mulut, Merencanakan pengelolaan
ketidaknyamanan dan kecemasan pasien yang berkaitan dengan pelaksanaan
perawatan, Merencanakan pelayanan preventif berdasarkan analisis risiko
penyakit, Merencanakan perawatan dengan memperhatikan kondisi sistemik
pasien, Mengembangkan rencana perawatan yang komprehensif dan rasional
berdasarkan diagnosis, Menjelaskan temuan, diagnosis dan perawatan pilihan,
ketidak nyamanan dan resiko perawatan untuk mendapat persetujuan
melakukan perawatan, Menjelaskan tanggung jawab pasien, waktu yang
Universitas Sumatera Utara
dibutuhkan, langkah-langkah perawatan, dan perkiraan biaya perawatan,
Bekerjasama dengan profesi lain untuk merencanakan perawatan yang akurat.
2. Menentukan rujukan yang sesuai : Membuat surat rujukan kepada spesialis
bidang lain terkait dengan penyakit/ kelainan pasien, Mampu melakukan
rujukan kepada yang lebih kompeten sesuai dengan bidang terkait.
12. Pengelolaan sakit dan kecemasan
Mengendalikan rasa sakit dan kecemasan pasien disertai sikap empati :
Meresepkan obat obatan secara benar dan rasional, Mengatasi rasa sakit, rasa
takut dan ansietas dengan pendekatan farmakologik dan non farmakologik,
Menggunakan anastesi lokal untuk mengendalikan rasa sakit (control of pain)
untuk prosedur restorasi dan beda.
13. Tindakan medik kedokteran gigi
1. Melakukan perawatan konservasi gigi sulung dan permanen yang sederhana
2. Melakukan perawatan penyakit/kelainan periodontal
3. Melakukan perawatan ortodonsia pada pasien anak dan dewasa
4. Melakukan perawatan bedah sederhana pada jaringan keras dan lunak
5. Melakukan perawatan non-bedah pada lesi jaringan lunak mulut
6. Melakukan perawatan kelainan sendi temporoman dibular dan oklusi dental
7. Melakukan perawatan postodontik pada pasien anak dan dewasa
8. Mengelola kegawatdaruratan di bidang kedokteran gigi
9. Bekerja dalam tim secara efektif dan efisien untuk mencapai kesehatan gigi dan
mulut yang prima
Universitas Sumatera Utara
14. Melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut masyarakat
1. Mendiagnosis masalah kesehatan gigi dan mulut masyarakat.
2. Melakukan upaya promotif dan preventif pada masyarakat : Mengkomunikasikan
program kesehatan gigi dan mulut masyarakat : Menerapkan strategi promotif dan
preventif kesehatan gigi dan mulut masyarakat, Menganalisis program kesehatan
gigi dan mulut masyarakat yang telah dilaksanakan.
3. Mengupayakan teknologi informasi untuk kepentingan pelayanan kesehatan
masyarakat.
4. Bekerja dalam tim serta membuat jejaring kerja (networking) yang efektif dan
efisien dalam usaha menuju kesehatan gigi dan mulut yang optimal.
15. Manajemen perilaku
Memahami konsep perilaku kesehatan individu dan masyarakat di bidang
kedokteran gigi : Mengidentifikasi perilaku kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat di bidang kesehatan gigi dan mulut, Memotivasi perilaku hidup sehat
individu, keluarga dan masyarakat di bidang kesehatan gigi dan mulut, Mampu
menjabarkan upaya mengubah kebiasaan masyarakat dari berorientasi kuratif
menjadi preventif.
16. Manajemen praktik dan lingkungan kerja
1.
Menata manajemen praktik serta tatalaksana lingkungan kerja praktik
kedokteran gigi.
2.
Menata lingkungan kerja kedokteran gigi secara ergonomik dan prinsip
keselamatan kerja.
Universitas Sumatera Utara
3.
Menerapkan prinsip dasar pengelolaan praktik dan hubungannya dengan
aspek sosial : Melakukan komunikasi secara efektif dan bertanggung jawab
secara lisan maupun tulisan dengan tenaga kesehatan, pasien dan masyarakat.
Tugas dan wewenang tenaga kesehatan gigi menurut Depkes 2009, yaitu :
1. Tugas Dokter Gigi Spesialis ;
a. Melaksanakan pelayanan spesialistik
b. Menerima rujukan kasus medik spesialistik
c. Memberikan rujukan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dalam rangka
meningkatkan mutu penilaian pelayanan spesialistik
2. Tugas Dokter Gigi
a. Medis Tehnis :
1) melaksanakan pelayanan medik gigi ; umum dan khusus
2) menerima rujukan kasus-kasus medik gigi dasar dan merujuk kasus-kasus
spesialistik
3) melaksanakan pelayanan asuhan baik asuhan sistematik maupun asuhan
masyarakat
b. Manajemen (Makro)
1) menyangkut masalah umum/luas seperti dalam mengidentifikasikan,
merencanakan, memecahkan masalah, mengevaluasi program kesehatan gigi
dan mulut di wilayahnya
2) mengkoordinir, memonitor keseluruhan program kesehatan gigi di
Puskesmas
Universitas Sumatera Utara
3) mengkoordinasi,
menggerakkan
perawat
gigi
dalam
melaksanakan
pelayanan asuhan
4) membimbing dan mengawasi perawat gigi dalam bidang medis tehnis
5) bertanggungjawab dalam pencatatan/pelaporan tentang kesehatan gigi di
wilayahnya
3. Tugas Perawat Gigi
a. Pelayanan kesehatan gigi/mulut
1) Pelayanan asuhan kesehatan gigi/mulut meliputi ; pelayanan asuhan
sistematik (pada kelompok anak sekolah/UKGS, ibu hamil/menyusui dan
anak pra sekolah dan pelayanan asuhan kesehatan masyarakat)
2) Berdasarkan pendelegasian dari dokter gigi, bila diperlukan bisa
melakukan pelayanan medis gigi dasar
b. Manajemen (Makro)
1) Mempersiapkan pelaksanaan evaluasi program pelayanan asuhan kesehatan
gigi dan mulut di sekolah
2) Membina, mengkoordinasi, melatih dalam bidang kesehatan gigi dan mulut
di Posyandu
3) Melaksanakan pencatatan/pelaporan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut di klinik gigi (Depkes RI, 2009).
2.3.3. Alur Pelayanan di Poli Gigi Puskesmas
Salah satu jenis pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya dibidang perawatan adalah
Universitas Sumatera Utara
pelayanan poli gigi yang merupakan pelayanan rawat jalan yaitu pasien berkunjung
ke poli gigi untuk memperoleh pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada waktu dan
jam yang telah ditentukan.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang ditujukan
kepada masyarakat, keluarga maupun perorangan baik yang sakit maupun yang sehat
meliputi : peningkatan kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi dan
penyembuhan terbatas (Tampubolon, 2011).
Pada saat pasien berkunjung ke poli gigi puskesmas, maka pasien akan
mendapatkan pelayanan sebagai berikut antara lain :
1) Pelayanan administrasi/penerimaan
Merupakan tempat pasien mendaftarkan diri dan memperoleh kartu sebelum
memasuki ruangan poli gigi. Bagian penerimaan pasien juga merupakan wajah
dari suatu puskesmas serta merupakan tempat dimana kesan pertama tentang
puskesmas yang ditemui pasien, untuk itu diperlukan petugas – petugas yang
dapat menggunakan prosedur kerja dengan baik, ramah, sopan, simpatik dan
terampil.
2) Pelayanan tenaga medis/dokter gigi
Tenaga medis/dokter gigi merupakan unsur yang memberikan pengaruh paling
besar dalam menentukan kualitas dari pelayanan yang diberikan pada pasien di
puskesmas. Dokter juga dapat dianggap sebagai jantung puskesmas. Fungsi
utamanya adalah memberikan pelayanan medik kepada pasien dengan mutu
Universitas Sumatera Utara
sebaik-baiknya dengan menggunkan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu
kedokteran.
3) Pelayanan tenaga para medis/perawat
Tenaga para medis/perawat adalah orang yang lebih dekat hubungannya dengan
pasien karena pada umumnya pasien lebih sering berkomunikasi dengan perawat
sebelum bertemu dengan dokter gigi.
4) Penyediaan sarana medis/non medis
Sarana medis yang diperlukan di poli gigi yaitu : alat-alat diagnosa (misalnya,
kaca mulut, sonde, pinset dan ekscavator), alat-alat pencabutan gigi (misalnya,
tang ekstrasi, cryer, bein ekstrasi), bahan-bahan penambalan gigi (misalnya,
amalgam, zinc semen, phospat semen), bahan – bahan perawatan saluran akar
(gutta percha dan endomethazone). Sarana non medis yang diperlukan di poli
gigi antara lain, kursi pasien/dental chair, gelas kumur, lampu pemeriksaan,
selain itu diperlukan juga lemari obat, lemari alat, sterilisator.
5) Lingkungan pasien
Merupakan tempat di mana pasien menghabiskan waktunya selama memperoleh
pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang meliputi ruangan, keamanan,
kenyamanan, kebersihan dan kemudahan bagi pasien. Lingkungan pasien ini
meliputi kontruksi bangunan dan disain ruang tunggu dan ruang periksa
(Tampubolon, 2011).
Standar operasional prosedur (sop) pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
puskesmas ditetapkan sebagai panduan dalam pelayanan Poli Gigi, dalam rangka ;
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut, menurunkan angka kesakitan gigi,
meningkatkan
pengetahuan
kesehatan
gigi
dan
mulut
yang
kegiatannya
diperuntukkan kepada penanganan seluruh pasien gigi yang berkunjung ke Puskemas.
Uraian prosedurnya yaitu :
1. Pasien datang dari loket pendaftaran dengan membawa rekam medik atau status
pasien
2. Petugas menerima rekam medis dan nomor urut antrian
3. Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urut antrian
4. Petugas mencocokkan identitas pasien dengan rekam medis, bila tidak sesuai di
konfirmasi ke sub unit pendaftaran
5. Petugas mempersilahkan pasien duduk di dental unit
6. Dokter gigi / perawat gigi melakukan anamnese pasien untuk menegakkan
diagnosa
7. Dokter gigi / perawat gigi mempertimbangkan perlu atau tidak dilakukan
pemeriksaan penunjang (laboratorium, RO Foto)
8. Dokter gigi / perawat gigi rencana perawatan dengan pertimbangan perlu atau
tidak dilakukan rujukan kepelayanan yang lebih tinggi
9. Dokter gigi / perawat gigi melakukan tindakan perawatan
10. Dokter gigi / perawat gigi memberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada
pasien
Universitas Sumatera Utara
11. Dokter gigi / perawat gigi mendokumentasikan tindakan dan pengobatan yang
diberikan pada pasien ke rekam medik pasien dan memberikan resep pada pasien
gigi
12. Petugas membersihkan dan mensterilkan alat alat yang telah digunakan
13. Petugas mencatat status pasien atau rekam medik ke buku register poli gigi
2.4. Faktor-faktor Mutu Pelayanan Kesehatan yang Memengaruhi Jumlah
Kunjungan Pasien di Poli Gigi
Kunjungan pasien sangat berpengaruh dari sumber daya manusia, motivasi
pasien, ketersediaan alat dan bahan, tarif dan lokasi/jarak.
1. Sumber daya manusia
Sumber daya manusia yang berkualitas yaitu petugas kesehatan (dokter gigi
dan perawat gigi) harus memiliki kemampuan non teknik yakni sikap, perilaku serta
mengadakan pendekatan sehingga menimbulkan kepercayaan pasien kepada petugas
kesehatan dengan perawatan yang akan diberikan kepada pasien saat berkunjung.
Keberhasilan suatu pelayanan kesehatan ditentukan oleh sumber daya manusia yang
ada di lembaga/poli gigi tersebut, baik dokter gigi maupun perawat gigi, sehingga
mampu memberikan pelayanan yang terbaik demi kepuasan pasien yang datang
berkunjung ke poli gigi.
Salah satu upaya yang dilakukan dalam peningkatan sumber daya manusia
adalah kemampuan dan keterampilan yang dimiliki petugas kesehatan gigi dalam hal
ini dokter gigi dan perawat gigi.
Universitas Sumatera Utara
2. Motivasi pasien
Kesadaran masyarakat menjaga kesehatan gigi dan mulut secara rutin masih
rendah, kondisi ini dapat dilihat dari kunjungan pasien gigi di poli gigi adalah
biasanya penderita karies gigi (gigi berlubang) yang parah, mereka baru berobat ke
poli gigi atau dokter gigi ketika gigi berlubang sudah menyiksa dan mengganggu
fungsi tubuh lainnya. Keberhasilan perawatan sangat dipengaruhi oleh sikap, perilaku
dan motivasi pasien. Motivasi pasien sangat memengaruhi kunjungan pasien di poli
gigi. Oleh karena itu, motivasi akan sangat berpengaruh terhadap perubahan perilaku
seseorang.
3. Ketersediaan alat dan bahan
Poli gigi merupakan tempat untuk melaksanakan tindakan baik promotif,
preventif dan kuratif sederhana dalam pelayanan asuhan kepada masyarakat yang
membutuhkannya. Oleh karena itu dibutuhkan peningkatan pelayanan kepada pasien
secara efisien dengan memanfaatkan peralatan dan bahan obat-obatan yang esensial.
Dengan menyediakan peralatan yang sesuai dengan standar peralatan teknologi saat
ini sehingga menjamin kelancaran kegiatan di poli gigi dalam melayani pasien.
Ketersediaan alat dan bahan merupakan faktor pendukung dalam proses
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien saat berkunjung. Kelengkapan
sarana dan prasarana itu sangat menunjang dan mendukung operasional pelayanan
kesehatan dan cukup berpengaruh terhadap minat dan kunjungan pasien. Peralatan
yang digunakan disertai dengan kemampuan yang dimiliki adalah tepat sehingga
tujuan yang ingin dicapai dengan hasil yang memuaskan. Peralatan, bahan dan obat-
Universitas Sumatera Utara
obatan pendukung pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi yang paling
dibutuhkan untuk meningkatkan ketepatan, keamanan sekaligus berdaya guna dan
berhasil guna.
Alat–alat yang tersedia di poli gigi antara lain :
1. Peralatan besar (dental unit lengkap dengan kompresor dan mikromotor)
2. Peralatan kecil (alat diagnostik, alat konservasi, alat pencabutan, alat pembersihan
karang gigi, alat bedah mulut sederhana dan alat pelengkap)
3. Ultrasonic Scaller
4. Alat sterilisasi
Selain alat yang dibutuhkan, bahan dan obat esensial yang baiknya tersedia di
poli gigi antara lain : Bahan tumpatan sementara, Obat-obatan untuk gigi (Eugenol,
Lidokain, Alkohol 70%).
4. Tarif
Biaya kesehatan gigi dan mulut di poliklinik gigi merupakan biaya yang harus
dibayarkan oleh seseorang apabila berobat ke klinik gigi. Biaya tersebut bervariasi
yang mengacu pada peraturan. Menurut Anggraini (2014), bahwa tarif yang
ditetapkan untuk setiap jenis pemeriksaan maupun tindakan dapat dijangkau oleh
pasien yang membutuhkan pelayanan dan adanya hubungan yang bermakna antara
tarif dengan kunjungan pasien di poliklinik gigi.
5. Lokasi/jarak
Poliklinik gigi merupakan salah satu fasilitas yang penting bagi masyarakat
yang membutuhkan pelayanan kesehatan gigi. Lokasi yang utama adalah kedekatan
Universitas Sumatera Utara
jarak atau jarak tempuh yang minimun ditempat pelayanan kesehatan tersebut.
Ketersediaan jalur angkutan umum yang melalui tempat wilayah pelayanan kesehatan
merupakan pertimbangan utama bagi masyarakat (Anggraini, 2014).
2.5. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Jaminan Kesehatan Nasional atau JKN merupakan bagian dari Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan
mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada
setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.
Peraturan Presiden RI Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
menyebutkan Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah
membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
2.5.1. Prinsip Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Jaminan
Kesehatan
Nasional
mengacu
pada
prinsip-prinsip
Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang termuat dalam Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Kegotongroyongan
Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), prinsip gotong royong berarti
peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat
membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaannya bersifat wajib untuk
seluruh penduduk.
2. Nirlaba
Dana yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
(BPJS Kesehatan) adalah dana amanah yang dikumpulkan dari masyarakat secara
nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Tujuan utamanya adalah untuk
memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta.
3. Keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas.
Prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang
berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.
4. Portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan
yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat
tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Kepesertaan bersifat wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga
dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat,
penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah,
serta kelayakan penyelenggaraan program.
Universitas Sumatera Utara
6. Dana Amanah
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan
penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana
tersebut untuk kesejahteraan peserta.
7. Hasil pengelolaan dana Jaminan Sosial
Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesarbesar kepentingan peserta.
2.6. Manfaat Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut dalam Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)
Menurut Permenkes Nomor 71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada
Jaminan Kesehatan Nasional, Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan
perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat. Adalah hal yang baru dan
inovatif dalam era JKN dimana Fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan untuk p eserta JKN disebut dengan Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL). FKTP
yang dimaksud adalah:
1. Puskesmas atau yang setara,
2. Praktik Dokter,
3. Praktik Dokter Gigi,
4. Klinik Pratama atau yang setara,
Universitas Sumatera Utara
5. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara.
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional mencakup pelayanan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis
habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis
Menurut Peraturan BPJS Kesehatan No.1 Tahun 2014, Cakupan Pelayanan
yang akan diterima oleh peserta yang datang ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
di poli gigi meliputi :
1. Administrasi pelayanan, terdiri atas biaya pendaftaran pasien dan biaya
administrasi lain yang terjadi selama proses perawatan atau pelayanan kesehatan
lain
2. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
3. Premedikasi
4. Kegawatdaruratan oro-dental
5. Pencabutan gigi sulung (topikal, infiltrasi)
6. Pencabutan gigi permanen tanpa penyulit
7. Obat pasca ekstraksi
8. Tumpatan komposit/GIC
9. Skeling gigi (1x dalam setahun)
Untuk pelayanan kesehatan gigi yang tidak dijamin, meliputi :
1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur
dalam peraturan yang berlaku;
Universitas Sumatera Utara
2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat;
3. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;
4. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;
5. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);
6. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat Jaminan
Kesehatan yang diberikan (BPJS, 2014).
2.7. Sumber Daya Manusia (SDM)
Menurut pendapat para ahli yang dikutip dari Human Capital Journal (2014),
sumber daya manusia adalah ;
1. Sonny Sumarsono; Sumber Daya Manusia atau human recources mengandung dua
pengertian. Pertama, adalah usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi. Dalam hal lain SDM mencerminkan kualitas usaha yang
diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan
jasa. Pengertian kedua, SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu
melakukan kegiatan yang mempunyai kegiatan ekonomis, yaitu bahwa kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
2. Mathis dan Jackson; SDM adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah
organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien
guna mencapai tujuan organisasi.
3. Mary Parker Follett, Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu seni untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk
melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata lain tidak
melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.
Berdasarkan Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
masyarakat disebutkan dan dijelaskan bahwa :
1. Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non
kesehatan.
2. Tenaga kesehatan di puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi,
standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak
pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan
memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja.
3. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas harus memiliki surat izin
praktik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Untuk menghasilkan kualitas SDM yang berkualitas, diperlukan pendidikan
dan pelatihan yang terus menerus. Pengelolaan SDM yang baik harus dilaksanakan
secara berkesinambungan melalui rangkaian aktivitas yang terintegrasi. Dengan
pengelolaan SDM yang baik maka dapat diciptakan SDM yang profesional dalam
jumlah
memadai
berdasarkan
keahlian
yang
dibutuhkan
sesuai
tuntutan
Universitas Sumatera Utara
perkembangan usaha, sehingga tercapai produktivitas SDM yang optimal dalam
mendukung keberhasilan implementasi strategi yang telah ditetapkan. Pendidikan dan
pelatihan ini bisa dilakukan secara internal, in house training, ataupun mengirimkan
pekerja secara bergantian ke berbagai training provider baik di dalam negeri maupun
di luar negeri, untuk mengikuti pelatihan SDM, workshop, seminar dan lain-lain.
Secara garis besar program pendidikan dan pelatihan terdiri atas : Program
pembekalan, Pendidikan pengembangan, Pendidikan aplikasi. Secara umum pelatihan
SDM bertujuan untuk menyediakan pekerja yang siap pakai baik dari sisi kompetensi,
manajerial, maupun perilaku, sehingga memberikan kontribusi positif bagi organisasi
yang secara terus menerus sesuai dengan perkembangan persaingan dan jabatan.
2.8. Pengertian Komunikasi
Komunikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015), adalah
pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga
pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Carl Hoveland menyatakan komunikasi adalah proses dimana seorang
komunikator menyampaikan perangsang untuk merubah tingkah laku orang lain.
Sedangkan menurut Edward Depari, komunikasi adalah proses penyampaian gagasan,
harapan
dan
pesan
yang
disampaikan
melalui
lambang-lambang
tertentu,
mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditunjukkan kepada penerima
pesan dengan maksud mencapai kebersamaan/Commons (Febrianti, 2013) .
Universitas Sumatera Utara
Secara umum, komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam
bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Perpindahan pengertian
tersebut melibatkan lebih dari kata-kata yang digunakan dalam percakapan, tetapi
juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus vokal dan sebagainya. Dan perpindahan
yang efektif memerlukan tidak hanya transmisi data, tetapi bahwa seseorang
mengirimkan berita dan menerimanya sangat bergantung pada keterampilanketerampilan tertentu (membaca, menulis, mendengar, berbicara dan lain-lain) untuk
membuat sukses pertukaran informasi.
2.8.1. Prinsip Dasar Komunikasi
Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk
lambang atau simbol bahasa atau gerak (non-verbal), untuk memengaruhi perilaku
orang lain. Proses komunikasi yang menggunakan
stimulus atau respon dalam
bentuk bahasa baik lisan maupun tulisan selanjutnya disebut komunikasi verbal.
Sedangkan apabila proses komunikasi tersebut menggunakan simbol-simbol disebut
komunikasi non-verbal (Febrianti, 2013).
2.8.2. Unsur-unsur Komunikasi
Agar terjadi komunikasi yang efektif antara pihak satu dengan pihak yang
lain, antara kelompok satu dengan yang lain, atau seseorang dengan orang lain
diperlukan keterlibatan beberapa unsur komunikasi, yakni : Komunikator (source)
adalah orang atau sumber yang menyampaikan atau mengeluarkan stimulus antara
lain dalam bentuk informasi atau lebih tepatnya disebut pesan yang harus
disampaikan. Komunikan (recevier) adalah pihak yang menerima stimulus dan
Universitas Sumatera Utara
memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon bisa aktif dalam bentuk
ungkapan ataupun pasif dalam bentuk pemahaman. Pesan (message) adalah isi
stimulus yang dikeluarkan oleh komunikator (sumber) kepada komunikan. Unsur
komunikasi yang terakhir yaitu Saluran (media), adalah alat atau sarana yang
digunakan oleh komunikan dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada
komunikan (Notoatmodjo, 2003).
2.8.3. Komunikasi Efektif dalam Hubungan Tenaga Kesehatan-Pasien
Aplikasi definisi komunikasi dalam interaksi antara tenaga kesehatan dan
pasien di fasilitas kesehatan diartikan tercapainya pengertian dan kesepakatan yang
dibangun pada setiap langkah penyelesaian masalah pasien.
Secara umum, komunikasi kesehatan adalah proses penyampaian pesan
kesehatan oleh komunikator melalui saluran/media tertentu kepada komunikan
dengan tujuan untuk mendorong perilaku manusia demi tercapainya kesejahteraan
sebagai kekuatan yang mengarah kepada keadaan (status) sehat utuh secara fisik,
mental (rohani) dan sosial. Jadi, komunikasi kesehatan adalah proses penyampaian
informasi tentang kesehatan.
Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan
oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa mengembangkan
komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu dokter, tampaknya harus
diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang
efektif dengan pasiennya, banyak hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat
Universitas Sumatera Utara
mengetahui dengan baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya
sepenuhnya kepada dokter.
Kurtz (1998) dalam Konsil Kedokteran Indonesia (2006), menyatakan bahwa
komunikasi efektif justru tidak memerlukan waktu lama. Komunikasi efektif terbukti
memerlukan lebih sedikit waktu karena tenaga kesehatan terampil mengenali
kebutuhan pasien (tidak hanya ingin sembuh). Dalam pemberian pelayanan medis,
adanya komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi yang
diharapkan sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah
kesehatan bersama pasien, berdasarkan kebutuhan pasien.
Komunikasi efektif berarti pengembangan hubungan secara efektif yang
berlangsung secara efisien, dengan tujuan utama penyampaian informasi atau
pemberian penjelasan yang diperlukan dalam rangka membangun kerja sama antara
tenaga kesehatan dengan pasien. Komunikasi yang dilakukan secara verbal dan nonverbal menghasilkan pemahaman pasien terhadap keadaan kesehatannya, peluang dan
kendalanya, sehingga dapat bersama-sama dokter mencari alternatif untuk mengatasi
permasalahannya.
Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk
mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih
memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi
keduanya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kurzt, dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi
yang digunakan:
1. Disease centered communication style atau doctor centered communication style.
Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis,
termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.
2. Illness centered communication style atau patient centered communication style.
Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang
secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien,
kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang
dipikirkannya.
2.9. Landasan Teori
Program
kesehatan
gigi
puskesmas
dilaksanakan
melalui
kegiatan
pembinaan/pengembangan, pelayanan asuhan pada kelompok rawan serta pelayanan
medik gigi dasar. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 93
dan 94, dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
peningkatan kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi, dan
pemulihan kesehatan gigi yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan dan dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan gigi perseorangan,
pelayanan gigi masyarakat, usaha kesehatan gigi sekolah serta pemerintah dan
pemerintah daerah wajib menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan
Universitas Sumatera Utara
obat kesehatan gigi dan mulut dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut yang aman, bermutu dan terjangkau oleh masyarakat (Kemenkes RI,
2011).
Menurut Gilson (1994) dalam Binyamin (2012), yang menjadi elemen penting
dalam menentukan harapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan :
a.
Kemanjuran obat, keterjangkauan biaya, tidak membutuhkan waktu yang lama
dalam proses perawatan
b.
Memperoleh obat merupakan faktor yang terpenting yang mendasari pola
pemanfaatan pelayanan kesehatan
c.
Pandangan yang menyeluruh mengenai penampilan, seperti sikap petugas yang
baik, kecakapan petugas berkomunikasi dan hubungan dengan pasien
d.
Persepsi masyarakat terhadap kualitas sarana dan prasarana yang meliputi jarak
yang dapat dicapai, keadaan gedung, ruang tunggu, privasi dan kelengkapan
peralatan medis
e.
Persepsi masyarakat terhadap kualitas proses yang meliputi keterampilan
petugas, kecukupan staf, biaya perawatan dan penjelasan pengobatan
Keberhasilan komunikasi pada umumnya akan melahirkan kenyamanan dan
kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya menciptakan satu kata tambahan bagi
pasien yaitu empati.
Menurut Carma L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang
Emphatic Communication in Physician-Patient Encounter (2002), menyatakan betapa
Universitas Sumatera Utara
pentingnya empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam
batasan definisi berikut :
(1) Kemampuan kognitif tenaga kesehatan dalam mengerti kebutuhan pasien (a
physician cognitive capacity to understand patient’s needs),
(2) Menunjukkan afektifitas/sensitifitas tenaga kesehatan terhadap perasaan pasien
(an affective sensitivity to patient’s feelings),
(3) Kemampuan perilaku tenaga kesehatan dalam memperlihatkan/menyampaikan
empatinya kepada pasien (a behavioral ability to convey empathy to patient),
(Konsil Kedokteran, 2006).
2.10. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori yang telah ada maka kerangka penelitian ini dapat
ditunjukkan dalam skema berikut ini :
Input :
• Fasilitas Kesehatan di Poli
Gigi
• Kompetensi Dokter Gigi
dan Perawat Gigi
• Pola Komunikasi
Proses :
• Kepatuhan
memenuhi standar
pelayanan gigi dan
mulut
Output :
• Pelayanan gigi
dan mulut
sesuai standar
pelayanan
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Download