Bab 1 - Widyatama Repository

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah earning management atau manajemen laba mungkin tidak terlalu asing
bagi para pemerhati manajemen dan akuntansi. Schiper (2009) mendefinisikan
manajemen laba adalah suatu intervensi yang disengaja dilakukan untuk
memperoleh beberapa keuntungan pribadi pihak tertentu. Salah satu contoh
kasusnya yang terjadi di Indonesia berdasarkan Neraca (2012) Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mencurigai adanya
penyelewengan dan manipulasi laporan keuangan tahun 2012 yang dilakukan
manajemen Grup Bakrie di PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Salah satu
indikasinya, BUMI memilki masalah dengan induknya, masalah tersebut semakin
berkembang karena harga batubara di pasaran internasional terus menurun
sehingga harga sahampun menurun. Di sisi lain hutang grup Bakrie pun terus
bertambah sehingga rekayasa keuangan (refinancing) termasuk pembiayaan dari
dana-dana berbunga tinggi harus dilakukan.
Terjadinya kasus manajemen laba menimbulkan rasa ketidak percayaan
masyarakat terhadap laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan.
Salah Satu motivasi manajemen laba adalah ketika suatu perusahaan melakukan
IPO. Salah satu kasus yang terjadi yaitu kasus PT Katarina Utama yang
1
2
melakukan manajemen laba sebelum IPO dan satu tahun setelah IPO. Dalam
Wordpress (2013) BEI pernah kecolongan dengan meloloskan IPO PT Katarina
Utama Tbk yang menghimpun dana masyarakat sebanyak puluhan milyar, namun
akhirnya dana tersebut hanya digunakan untuk keperluan pribadi direksi saja. PT
Katarina Utama Tbk (RINA) melakukan IPO tanggal 14 Juli 2009 dengan nilai
yang berhasil dikumpulkan sebanyak Rp 33,6 milyar. Namun sayangnya, uang itu
bukan untuk menunjang operasional perusahaan. Proses IPO Katarina sejak awal
memang sudah penuh dengan akal-akalan. Laporan keuangan perseroan per
Desember 2008 yang digunakan sebagai dokumen prasyarat IPO diduga
dipalsukan. Angka-angka di laporan posisi keuangan 2008 banyak yang fiktif,
nilai aset perseroan memang terlihat naik hampir 10 kali lipat dari Rp7,9 miliar
pada 2007 menjadi Rp76 miliar pada 2008. Adapun ekuitas peseroan tercatat naik
16 kali lipat menjadi Rp64,3 miliar dari Rp4,49 miliar. Pada 2010, jumlah aset
terlihat menyusut drastis dari Rp105,1 miliar pada 2009, menjadi Rp26,8 miliar.
Ekuitas anjlok dari Rp97,96 miliar menjadi Rp20,43 miliar. Akhirnya, pada 1
Oktober 2012, saham RINA forced delisting karena tidak jelas kelangsungan
usahanya.
Proses penawaran sebagian saham perusahaan kepada masyarakat untuk
pertama kali melalui bursa efek disebut dengan initial public offerings (IPO) atau
penawaran saham perdana. Menurut Hartono (2011) salah satu alasan mengapa
perusahaan melakukan go public karena sebagaimana biasanya jika perusahaan
3
berkembang, kebutuhan modal tambahan sangat dirasakan, sehingga perusahaan
tersebut melakukan penghimpunan dana dari masyarakat melalui penerbitan
saham.
Salah satu yang ditetapkan Badan Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM)
dalam hal ini merupakan lembaga tertinggi di pasar modal yang melakukan
pengawasan dan pembinaan atas pasar modal, mewajibkan kepada setiap
perusahaan yang akan melakukan penawaran saham perdana di pasar modal untuk
menerbitkan prospektus. Menurut Hartono (2011:44), prospektus merupakan
dokumen yang berisi informasi tentang perusahaan penerbit sekuritas dan
informasi lainnya yang berkaitan dengan sekuritas yang ditawarkan. Informasi
yang termuat dalam prospektus memberikan gambaran mengenai keadaan
perusahaan dan ramalan laba yang menjadi dasar bagi para calon investor dalam
pembuatan keputusan investasi.
Ketika perusahaan melakukan IPO, investor potensial hanya mengandalkan
informasi dari prospektus. Menurut Rao (1993) dalam Teoh et al.(1998a) tidak
terdapat media lain yang menyediakan informasi perusahaan yang sedang
melakukan IPO, kecuali prospektus yang disyaratkan pengawas pasar modal.
Kelangkaan informasi perusahaan sebelum IPO inilah yang menyebabkan para
manajer cenderung lebih banyak menguasai informasi tentang perusahaan
dibandingkan dengan investor karena perusahaan belum memiliki kewajiban
untuk mempublikasikan laporan keuangannya terhadap publik, sehingga hal
4
tersebut memicu tindakan manajemen laba yang pada akhirnya akan
mempengaruhi respon pasar perdana Sulistyanto (2008).
Menyadari ketergantungan calon investor terhadap informasi yang dimuat
dalam prospektus membuat manajer untuk menyajikan informasi yang dapat
memperlihatkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik. Biasanya
laba digunakan sebagai indikator dalam penilaian kinerja perusahaan dan
manajemen. Menurut Martani dkk (2012:113) banyak perusahaan yang berusaha
mencapai laba yang tinggi untuk memenuhi ekspektasi investor agar dinilai baik,
sehingga akan berdampak pada kompensasi yang diterimanya. Oleh karena itu,
issuers berusaha mengatur tingkat laba yang dilaporkan sehingga dapat
meningkatkan penerimaan dari IPO.
Beberapa penelitian sebelumnya telah melakukan studi manajemen laba di
sekitaran IPO. Penelitian Joni dan Jogiyanto (2009) dengan menggunakan sampel
sebanyak 75 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan melakukan IPO
tahun 1990 - 2002. Penelitian ini berhasil menemukan manajemen laba di sekitar
IPO, yaitu perioda sebelum IPO dan setelah IPO.
Penelitian Januarty (2013) dengan menggunakan sampel sebanyak 30
perusahaan manufaktur yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun
2006-2010. Penelitian ini menemukan manajemen laba di sekitar IPO, yaitu
perioda satu tahun sebelum IPO dan pada saat tahun melakukan IPO, kemudian
5
satu tahun setelah IPO perusahaan tidak melakukan manajemen laba dikarenakan
perusahaan tidak dapat terus menerus melakukan manajemen laba.
Penelitian lain tidak dapat menemukan bukti adanya manajemen laba atau
terbukti tetapi lemah. Penelitian Azwir Nasir, Yesi Mutia Basri dan Yutri
Nurmalasari (2012) dengan menggunakan sampel sebanyak 32 perusahaan yang
go public antara tahun 2008 sampai dengan 2010 dan melakukan penawaran
saham perdananya (Initial Public Offering atau IPO) di Bursa Efek Indonesia.
Hasilnya tidak terdapat penerapan manajemen laba sebelum dan saat, namun
terdapat penerapan manajemen laba sesudah IPO.
Masih adanya ketidak konsistenan hasil penelitian terdahulu mengenai
manajemen laba di sekitar IPO tersebut mendorong kembali dilakukannya
penelitian ini. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu
peneliti menggunakan konsep alternatif yang di kembangkan Roychowdhury
(2006) yaitu manajemen laba melalui aktivitas riil. Menurut Roychowdhury
(2006) manajemen tidak hanya mengandalkan tindakan manipulasi melalui akrual
dalam memanipulasi laba karena manipulasi aktivitas riil digunakan apabila
manipulasi akrual tidak mencapai target. Selain itu, manipulasi akrual hanya dapat
dilakukan pada akhir periode untuk mencapai target, apabila tidak terpenuhi maka
manajemen dapat menggunakan manipulasi melalui aktivitas riil yang dilakukan
sepanjang tahun dan sulit dideteksi. Hal tersebut disebabkan karena pengelolaan
akrual lebih sering dijadikan pusat pengamatan auditor dan regulator selain itu
menitikberatkan pada pengelolaan akrual merupakan tindakan yang beresiko.
6
Dengan referensi penelitian-penelitian tersebut, serta melihat fenomena
manajemen laba di sekitar IPO dan latar belakang yang telah diuraikan
sebelumnya, oleh karena itu penulis berminat untuk melakukan penelitian dengan
judul: “Perbedaan Penerapan Praktik Manajemen Laba Riil Pada Periode
Sebelum Saat Dan Setelah Initial Public Offerings (Studi Kasus Pada Perusahaan
yang Melakukan IPO di BEI Tahun 2010-2012)”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan penerapan manajemen laba pada periode sebelum
dan saat IPO.
2. Apakah terdapat perbedaan penerapan manajemen laba pada periode saat dan
setelah IPO.
7
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan penerapan manajemen laba melalui aktifitas riil pada periode sebelum
dan saat IPO serta pada periode saat dan setelah IPO dengan menggunakan model
yang dikembang oleh Roychowdhury.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat meberikan kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti
mengenai praktik manajemen laba.
2. Bagi Investor dan pengguna laporan keuangan lainnya
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan
masukan dalam menganalisis laporan keuangan emiten yang dipublikasikan
dan faktor lainnya dalam rangka pengambilan keputusan.
3. Bagi emiten
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan petunjuk tentang pentingnya
kejelasan dan kelengkapan informasi keuangan dan non keuangan yang
dipublikasikan bagi stakeholders.
8
4. Bagi Pihak Lainnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan dan
dapat menjadi bahan referensi, khususnya untuk mengkaji topik-topik yang
berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi,
penulis melakukan penelitian melalui situs website www.idx.co.id di Kantor
Perwakilan Bursa Efek Indonesia Jalan Veteran No.10 Bandung. Waktu yang
diperlukan penulis dalam melakukan penelitian dimulai pada bulan April 2014
sampai dengan bulan Agustus 2014.
Download