Fraksi di DPR Minta LPEI Tidak Membahayakan APBN Kamis, 31 januari 2008 | 02:37 WIB Jakarta, Kompas - Sebanyak lima fraksi, dari 10 fraksi, di DPR meminta agar Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia atau LPEI, yang akan mengganti kedudukan Bank Ekspor Indonesia, tidak membahayakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Hal itu ditegaskan sebab salah satu klausul pendirian LPEI menyebutkan, kewajiban pemerintah untuk menutup kekurangan modal lembaga itu jika terjadi kerugian. Penegasan itu disampaikan dalam Rapat Kerja Panitia Khusus Rancangan Undang-Undang LPEI dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Rabu (30/1). Fraksi-fraksi yang memberi penegasan itu adalah Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (FPDIP), Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS), Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F- PKB), dan Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN). Juru bicara F-PAN, Zulkifli Hasan, menyatakan, kewajiban menambah modal LPEI itu menjadi salah satu dari tujuh masalah yang menjadi perhatian utama fraksinya, meski kewajiban itu bisa terjadi atau tidak. ”Namun, ini mengkhawatirkan anggaran negara. Harus ada mekanisme pengamanan anggaran sejak sekarang,” katanya. Menanggapi hal itu, Menkeu menegaskan, seluruh lembaga yang dirancang sebagai institusi milik pemerintah akan mendapatkan dukungan penuh pemerintah, termasuk LPEI. Dukungan dilakukan karena LPEI melakukan pembiayaan, penjaminan, dan asuransi untuk kegiatan bisnis yang berpotensi ekspor. Tugas itu merupakan program pemerintah sehingga dukungan modal akan diberikan secara penuh. ”Dalam upaya menggiatkan ekspor, LPEI memang akan menambah risiko bagi pemerintah. Sebab, di satu sisi ada keinginan agar LPEI bisa mendapatkan akses pada pendanaan yang lebih murah. Namun, di sisi lain akan menimbulkan risiko bagi negara karena negara harus memberi jaminan,” ujarnya. Praktik umum Sri Mulyani mengungkapkan, praktik yang hampir sama dilakukan pada lembaga-lembaga lain, seperti Bank Indonesia (BI). Jika modal BI turun hingga berada di bawah cadangan umum, secara otomatis pemerintah harus menginjeksi dana. Itu tetap dilakukan meskipun BI berstatus bank sentral. Namun, ujar Menkeu, pemerintah tidak akan membiarkan LPEI berjalan dengan kemauannya sendiri. Pemerintah menetapkan berbagai rambu yang harus dilaksanakan Dewan Direktur LPEI. ”Di sisi modal, uangnya berstatus aset yang dipisahkan dari kekayaan negara. Setelah itu, kami akan membangun rambu- rambu kehati-hatian sehingga saat risiko belum terjadi risikonya sudah terdeteksi. Oleh karena itu, kewajiban kontijensi pemerintah bisa dicegah,” ujar Menkeu. LPEI dipastikan memiliki independensi dalam mengambil keputusan teknis. Namun, untuk kebijakan yang strategis dan penting tetap dipegang oleh pemerintah. Dengan demikian, LPEI beroperasi dengan tetap menjalankan kepentingan pemerintah. (OIN)