ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL

advertisement
1
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL
BUDIDAYA TANAMAN AKAR WANGI PADA RANTAI
PASOKAN MINYAK AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT
Oleh
NOLA NOVIAWATI
H24097086
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
1
RINGKASAN
NOLA NOVIAWATI. H24097086. Analisis Manajemen Risiko Operasional
Budidaya Tanaman Akar Wangi Pada Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Di
Kabupaten Garut. Di bawah bimbingan H. MUSA HUBEIS dan ALIM
SETIAWAN S.
Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi perekonomian
Indonesia. Pada tahun 2010, persentase sektor pertanian memberikan kontribusi 15,34
persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB). Dari banyak sektor yang menyerap
tenaga kerja, pertanian masih memberikan kontribusi yang paling besar dengan
persentase 35,86 persen pada tahun 2011. Minyak akar wangi merupakan salah satu
komoditi ekspor Indonesia yang memiliki pangsa pasar tingkat dunia. Petani sebagai
pemasok bahan baku akar wangi, memiliki peran yang sangat penting di hulu.
Penelitian ini bertujuan (1) mengkaji mekanisme rantai pasokan Industri Kecil
Menengah (IKM) minyak akar wangi di Kabupaten Garut; (2) menganalisis
manajemen risiko operasional dalam budidaya akar wangi sebagai bagian rantai
pasokan minyak akar wangi.
Jenis data terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui
wawancara dan pengisian kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari
dokumen, literatur, hasil penelitian terdahulu, jurnal, internet, Badan Pusat Statistik
(BPS), Dinas Perkebunan Garut, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi
Kabupaten Garut. Pengolahan data dilakukan dengan software Excel 2007 dan
software Statistical Package for Sosial Science (SPSS 16.0). Analisis data dilakukan
secara deskriptif untuk memperoleh gambaran mengenai rantai pasokan minyak akar
wangi dan risiko operasional yang terjadi pada budidaya akar wangi. Risiko
operasional yang dikaji dalam penelitian ini mencakup risiko yang ada dalam input,
proses dan output. Penilaian risiko menggunakan teknik Multi-Expert Multi Criteria
Decision Macing (ME-MCDM) dengan agregasi penilaian menggunakan teknik
Ordered Weighted Averaging (OWA). Rekomendasi pengelolaan risiko
menggunakan basis aturan untuk menerjemahkan hasil penilaian risiko.
Anggota primer rantai pasokan akar wangi di Kabupaten Garut terdiri dari
petani yang memasok bahan baku akar wangi, pengumpul akar wangi, penyuling
minyak akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, dan eksportir minyak akar
wangi. Hasil perhitungan agregasi menunjukkan bahwa tingkat risiko operasional
pada budidaya akar wangi adalah tinggi. Risiko yang berada di input bernilai sedang,
risiko proses bernilai tinggi dan risiko output bernilai tinggi. Basis aturan digunakan
untuk menerjemahkan hasil penilaian risiko.
1
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL
BUDIDAYA TANAMAN AKAR WANGI PADA RANTAI
PASOKAN MINYAK AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
NOLA NOVIAWATI
H24097086
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
2
Judul Skripsi
: Analisis Manajemen Risiko Operasional Budidaya Tanaman
Akar Wangi Pada Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Di
Kabupaten Garut
: Nola Noviawati
: H24097086
Nama
NIM
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA
NIP 19550626 198003 1 002
Alim Setiawan S, S.TP,M.Si
NIP 19820227 200912 1001
Mengetahui,
Ketua Departemen
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc
NIP 19610123 198601 1 0002
Tanggal Lulus :
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padang, pada tanggal 20 November 1988. Penulis adalah
anak pertama dari pasangan Tafrizal dan Ernawati. Penulis merupakan anak pertama
dari 2 bersaudara. Penulis menyelesaikan studi di Taman Kanak-Kanak (TK) AlIkhsan pada tahun 1993-1994, Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kota Batu 1 pada tahun
1994-2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTP) 9 Bogor pada tahun
2000-2003, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 7 Bogor pada tahun 2003-2006.
Penulis lulus dari SMA Negeri 7 Bogor sebagai siswa berprestasi Tahun Pelajaran
2005/2006 (Angkatan ke 13) dari program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Tahun 2006 penulis di terima di Program Diploma, Institut Pertanian Bogor
(IPB)
dengan
bidang
keahlian
Perencanaan
dan
Pengendalian
Produksi
Manufaktur/Jasa (PPMJ). Tahun 2009 penulis lulus dengan mendapat prestasi
akademik sebagai lulusan terbaik pada Program Keahlian PPMJ, kemudian
melanjutkan studi di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, IPB.
iii
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
berjudul ‖Analisis Manajemen Risiko Operasional Budidaya Tanaman Akar
Wangi Pada Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Di Kabupaten Garut‖ sebagai
syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian
ini mengungkapkan pentingnya integrasi harus dicapai untuk seluruh mata rantai
pengadaan produk minyak akar wangi, mulai dari hulu sampai hilir. Dalam hal ini,
petani sebagai pemasok bahan baku akar wangi, memiliki peran sangat penting di
hulu. Untuk itu, para petani harus memasok bahan baku bermutu dan
berkesinambungan, agar komoditas minyak akar wangi dari Garut dapat memberikan
keunggulan kompetitif, namun akar wangi dihadapkan pada berbagai risiko,
diantaranya risiko operasional dalam budidaya akar wangi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak
yang membutuhkan.
Bogor, Maret 2012
Penulis
iv
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Ketika menyusun skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil, maka mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Bapak Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing,DEA dan Bapak Alim Setiawan
S, S.TP, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan
penuh kesabaran memberikan bimbingan, membagi ilmu, motivasi dan
pengarahannya.
2.
Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc sebagai dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan sarannya.
3.
Ibu Heti Mulyati, S.TP, MT sebagai pembimbing awal yang telah memberikan
bimbingan, saran dan motivasi, serta pengarahannya.
4.
Kedua orang tua yang telah memberikan doa dan motivasi untuk terus
bersemangat dalam mencapai cita-cita.
5.
Ketua Departemen Manajemen dan seluruh dosen Program Sarjana Alih Jenis
Manajemen, FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang
bermanfaat.
6.
Staf Program Sarjana Alih Jenis Manajemen atas bantuan selama menyelesaikan
perkuliahan.
7.
Bapak H. Ede Kadarusman dan Bapak H. Abdullah S. Rasadi yang banyak
membantu selama penelitian tentang akar wangi di Kabupaten Garut.
8.
Rekan-rekan seperjuangan selama penelitian di Kabupaten Garut, yaitu Reni,
Izni, Lina, Intan, Irma, Agung dan Kak Roni yang merasakan suka duka selama
penelitian.
9.
Sahabat-sahabatku, Novi, Eka, Ebi, Firsty, Najib, Rozi, Rangga, Hendra, Teh
Yulay, Ipal yang telah memberikan semangat dan dorongan, sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan dengan baik.
10. Sahabat-sahabat terbaik di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Angkatan 7
yang memberikan persahabatan yang indah.
v
vi
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini yang tidak
bisa disebutkan satu persatu.
Semoga
skripsi
ini
dapat
bermanfaat
bagi
semua
pihak
yang
membutuhkannya, khususnya yang terkait dengan manajemen risiko operasional
dalam rantai pasok. Terima kasih.
vi
vii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ............................................................................
iii
KATA PENGANTAR ........................................................................
iv
UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................
v
DAFTAR TABEL ..............................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................
xi
I. PENDAHULUAN ..........................................................................
1
1.1. Latar Belakang .........................................................................
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................
1.4. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................
1
4
5
5
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
6
2.1. Rantai Pasok dan Manajemen Rantai Pasok ............................
2.1.1 Area Cakupan Manajemen Rantai Pasok .......................
2.1.2 Pemain Utama dalam Manajemen Rantai Pasokan ........
2.2. Definisi Risiko dan Jenis Risiko ..............................................
2.2.1 Risiko Operasional ..........................................................
2.2.2 Proses Manajemen Risiko ...............................................
2.3. Penelitian Terdahulu.................................................................
6
8
9
10
12
13
14
III. METODE PENELITIAN ...........................................................
18
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................
3.2. Tahapan Penelitian ...................................................................
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................
3.4. Pengumpulan Data ...................................................................
3.5. Pengolahan dan Analisis Data ..................................................
18
20
22
22
25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................
29
4.1. Gambaran Umum Rantai Pasok Minyak Akar Wangi ............
4.1.1 Potensi Pengembangan Minyak Akar Wangi di
Indonesia .......................................................................
4.1.2 Karakteristik Tanaman Akar Wangi .............................
4.1.3 Identifikasi Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi .........
4.1.4 Aktivitas Petani Akar Wangi .........................................
29
vii
29
30
31
35
viii
4.1.5 Aktivitas Pengumpul Akar Wangi ................................
4.1.6 Aktivitas Penyuling Minyak Akar Wangi .....................
4.1.7 Aktivitas Pengumpul Minyak Akar Wangi ...................
4.2. Manajemen Risiko Operasional dalam Budidaya Akar
Wangi ...................................................................................
4.2.1 Identifikasi Risiko Operasional Budidaya Akar Wangi
4.2.2 Pemetaan Risiko Operasional Budidaya Akar Wangi ...
4.2.3 Penilaian Risiko Operasional Budidaya Akar Wangi ...
4.2.4 Rekomendasi Pengelolaan Risiko Menggunakan Basis
Aturan ............................................................................
4.3. Implikasi Manajerial...............................................................
40
40
43
KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................
59
1. Kesimpulan ......................................................................................
2. Saran ................................................................................................
59
59
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................
60
LAMPIRAN ........................................................................................
62
viii
44
44
47
52
55
58
ix
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1.
Produk domestik bruto atas dasar harga berlaku menurut
lapangan usaha (miliar rupiah) .....................................................
2. Penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan
pekerjaan utama pada tahun 2011 .................................................
3. Lima bagian utama dalam sebuah perusahaan manufaktur yang
terkait dengan fungsi-fungsi utama rantai pasok .........................
4. Jumlah responden penelitian .........................................................
5. Luas areal dan produksi minyak akar wangi di Kabupaten
Garut..............................................................................................
6. Standar mutu minyak akar wangi menurut SNI 06-2386-2006 ...
7. Standar mutu minyak akar wangi menurut ISO 4716 : 2002 ........
8. Skala penilaian risiko ....................................................................
9. Hasil agregasi penilaian risiko pada peubah penentu risiko .......
10. Negasi bobot untuk kriteria ...........................................................
11. Perhitungan nilai risiko dari setiap faktor .....................................
ix
1
2
9
23
29
42
43
47
48
52
53
x
DAFTAR GAMBAR
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Halaman
Simplikasi model rantai pasok dan tiga macam aliran yang dikelola
Alur kerangka pemikiran penelitian ..............................................
Tahapan penelitian .......................................................................
Diagram pemetaan risiko menurut Djohanputro ..........................
Tanaman akar wangi .....................................................................
Pola aliran rantai pasokan minyak akar wangi ..............................
Sistem budidaya akar wangi .........................................................
Diagram pemetaan risiko operasional budidaya akar wangi.........
Pohon keputusan analisis risiko operasional budidaya akar
wangi .............................................................................................
x
8
19
21
26
30
33
45
49
54
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1. Kuesioner A.1 : identifikasi rantai pasokan untuk petani akar
wangi..................................................................................................
2. Kuesioner A.2: identifikasi rantai pasokan untuk penyuling akar
wangi .............................................................................................
3. Kuesioner A.3 : identifikasi rantai pasokan untuk pengumpul
bahan baku akar wangi ......................................................................
4. Kuesioner A.4 : identifikasi rantai pasokan untuk pengumpul
minyak akar wangi ........................................................................
5. Kuesioner 5 : identifikasi risiko budidaya akar wangi untuk
petani akar wangi ..........................................................................
6. Hasil penilaian petani ahli terhadap risiko operasional.................
7. Perhitungan manual penilaian risiko operasional .........................
8. Perhitungan penilaian risiko menggunakan software Excel 2007
xi
63
71
78
83
88
91
93
96
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi
perekonomian Indonesia. Sektor pertanian masih memberikan kontribusi yang
cukup besar bagi perekonomian nasional. Perkembangan Produk Domestik
Bruto (PDB) Indonesia tahun 2006 sampai dengan 2010 dari sektor pertanian
masih mengalami pertumbuhan. Persentase sektor pertanian selama lima (5)
tahun terakhir (2006-2010) terhadap PDB, rata-rata memberikan kontribusi
sebesar 14,36%. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Pada tahun 2010, persentase
sektor pertanian memberikan kontribusi 15,34% dari total PDB.
Tabel 1. Produk domestik bruto atas dasar harga berlaku menurut
lapangan usaha (miliar rupiah)
Lapangan
Usaha
Pertanian
2006
2007
2008
2009
2010
433.223,4
541.931,5
716.656,2
857.241,4
985.143,6
Pertambangan
366.520,8
440.609,6
541.334,3
591.912,7
716.391,2
Industri
Listrik, Gas
dan Air Bersih
Konstruksi
919.539,3
1.068.653,9
1.376.441,7
1.477.674,3
1.594.330,4
30.354,8
34.723,8
40.888,6
47.165,9
50.042,2
251.132,3
304.996,8
419.711,9
555.201,4
660.967,5
Perdagangan
Transportasi,
Pergudangan,
Komunikasi
Keuangan
501.542,4
592.304,1
691.487,5
744.122,2
881.108,5
231.523,5
264.263,3
312.190,2
352.423,4
417.466,0
269.121,4
305.213,5
368.129,7
404.013,4
462.788,8
Jasa-jasa
Produk
Domestik
Bruto
336,258.9
398.196,7
481.848,3
574.116,5
654.680,0
3.339.216,8
3.950.893,2
4.948.688,4
5.603.871,2
6.422.918,2
Sumber : BPS, 2011
Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB Indonesia memang tidak terlalu
besar namun pertanian masih merupakan sektor yang menyediakan lapangan
pekerjaan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Dari banyak sektor yang
menyerap tenaga kerja, pertanian masih memberikan kontribusi yang paling
besar (35,86%) pada tahun 2011. Ada 39,3 juta penduduk Indonesia yang
memenuhi kebutuhan hidupnya dari sektor pertanian (Tabel 2).
2
Tabel 2. Penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan
pekerjaan utama pada tahun 2011 (juta orang)
Lapangan Pekerjaan Utama
2011* (orang)
Persentase (%)
Pertanian
Pertambangan
Industri
Listrik, gas dan air
Bangunan
Perdagangan
Angkutan, pergudangan dan komunikasi
Keuangan
Jasa kemasyarakatan
Total
39.328.915
1.465.376
14.542.081
239.636
6.339.811
23.396.537
5.078.822
2.633.362
16.645.859
109.670.399
35,86
1,34
13,26
0,22
5,78
21,33
4,63
2,40
15,18
100
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011 (Diolah kembali)
*Data sampai bulan Agustus
Pertumbuhan sektor pertanian akan mendorong pembangunan sektor
agroindustri. Salah satu sektor agroindustri yang berkembang saat ini adalah
minyak atsiri. Minyak atsiri memberikan kontribusi sebesar US $ 89,3 juta pada
pemantauan ekspor 31 kelompok hasil industri (Kemenperin, 2011). Salah satu
jenis minyak atsiri yang masih memiliki potensi yang cukup besar untuk
dikembangkan adalah minyak akar wangi. Minyak akar wangi merupakan salah
satu komoditi ekspor Indonesia yang memiliki pangsa pasar tingkat dunia.
Minyak ini banyak digunakan sebagai bahan baku parfum, kosmetik dan bahan
pewangi sabun (Guenther, 1990). Permintaan pasar dunia terhadap minyak
yang dikenal dengan vetiver oil ini diperkirakan 100 ton/tahun. Negara
eksportir vetiver oil utama untuk pasar dunia adalah Haiti. Indonesia berperan
dalam memenuhi permintaan pasar sebanyak 20-30 ton/tahun (Rusli, 2010).
Sentra produksi minyak akar wangi di Indonesia berada di Kabupaten Garut,
Jawa Barat. Minyak akar wangi telah menjadi salah satu Industri Kecil
Menengah (IKM) yang sedang berkembang di Garut.
IKM minyak akar wangi yang sedang berkembang di Kabupaten Garut
membuat para petani banyak mengusahakan tanaman akar wangi di wilayah
33
tersebut. Selain di Kabupaten Garut, sentra tanaman akar wangi berada di
Sukabumi, Bandung, Sumedang, Kuningan, Wonosobo, Purwokerto, dan
sebagian wilayah Sumatera Utara (Rusli, 2010). Luas area perkebunan tanaman
akar wangi di Kabupaten Garut mencapai 2.400 ha dan tersebar di beberapa
Kecamatan. Nilai ekonomis tanaman akar wangi terletak pada akarnya yaitu
sebagai bahan baku penghasil minyak atsiri. Mutu dan kuantitas minyak akar
wangi bergantung dari keadaan tanaman akar wangi itu sendiri dan cara
pembudidayaan yang dilakukan oleh petani.
Pengelolaan rantai pasok akar wangi sebagai salah satu komoditi ekspor
harus dilakukan secara baik agar pemenuhan permintaan terhadap minyak akar
wangi yang berkualitas dapat dicapai. Menurut Marimin dan Nurul (2010),
manajemen rantai pasok merupakan serangkaian pendekatan yang diterapkan
untuk mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang dan tempat penyimpanan
lainnya secara efisien. Produk yang dihasilkan harus dapat didistribusikan
dengan kuantitas, tempat dan waktu yang tepat untuk memperkecil biaya, serta
memuaskan pelanggan. Upaya pengelolaan rantai pasok minyak akar wangi
harus memiliki kerjasama perdagangan di antara lima stakeholder yang terlibat,
yaitu petani sebagai produsen bahan baku, penyuling sebagai pengolah minyak
akar wangi, koperasi atau badan swasta sebagai penampung minyak akar wangi
dari penyuling, eksportir yang membeli minyak akar wangi dari koperasi atau
badan swasta yang kemudian akan menjualnya kepada pemakai akhir diluar
negeri (Indrawanto, 2009).
Integrasi harus dicapai untuk seluruh mata rantai pengadaan produk
minyak akar wangi, mulai dari hulu sampai hilir. Petani sebagai pemasok bahan
baku akar wangi, memiliki peran yang sangat penting di hulu. Para petani harus
memasok bahan baku yang bermutu dan berkesinambungan agar komoditas
minyak akar wangi dari Garut dapat memberikan keunggulan yang kompetitif.
Untuk memenuhi pasokan bahan baku yang bermutu dan berkesinambungan,
para petani akar wangi dihadapkan pada berbagai risiko. Risiko merupakan
ketidakpastian. Ketidakpastian ini terjadi karena kurangnya atau tidak
4
tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi (Kountur, 2004).
Salah satu risiko yang dihadapi oleh petani akar wangi adalah risiko operasional
dalam budidaya akar wangi. Saat ini, budidaya tanaman akar wangi di
Kabupaten Garut masih dilaksanakan secara tradisional dan dipanen pada umur
yang relatif muda. Mutu bahan baku yang rendah dapat menyebabkan
rendahnya rendemen dan mutu minyak akar wangi yang dihasilkan.
Petani sebagai pemasok bahan baku harus menyediakan akar wangi yang
berkualitas dan berkesinambungan agar para pengusaha di bidang minyak akar
wangi bisa memenuhi permintaan konsumen. Dalam suatu rantai pasok, jika
suatu pelaku mengalami masalah dalam rantai pasok maka akan berpengaruh
baik secara langsung atau tidak langsung kepada mitra dalam jaringan rantai
pasoknya. Begitupun dengan risiko akibat dari permasalahan tersebut, sehingga
terjadi interaksi antar risiko yang menyebabkan kerugian secara menyeluruh
dalam jaringan pasokan (Marimin dan Nurul, 2010). Risiko operasional dalam
budidaya akar wangi sangat penting untuk dianalisis agar risiko penurunan
kuantitas dan mutu dari bahan baku akar wangi sebagai penghasil minyak atsiri
dapat dikurangi.
1.2. Perumusan Masalah
Petani sebagai pemasok bahan baku akar wangi, memiliki peranan yang
sangat penting di hulu. Budidaya tanaman akar wangi yang masih dilaksanakan
secara tradisional menyebabkan mutu bahan baku yang rendah. Hal ini sangat
berpengaruh kepada kuantitas dan mutu rendemen minyak atsiri yang
dihasilkan.
Analisis
risiko
operasional
sangat
diperlukan
untuk
mengidentifikasi, mengukur dan mengendalikan risiko operasional dalam
budidaya tanaman akar wangi.
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana mekanisme rantai pasokan IKM minyak akar wangi di
Kabupaten Garut ?
2.
Bagaimana manajemen
risiko operasional dalam budidaya akar wangi
sebagai bagian dari rantai pasokan minyak akar wangi ?
5
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Mengkaji mekanisme rantai pasokan IKM minyak akar wangi di
Kabupaten Garut.
2.
Menganalisis manajemen risiko operasional dalam budidaya akar wangi
sebagai bagian rantai pasokan minyak akar wangi.
1.4.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini terfokus pada pengkajian mekanisme rantai pasokan minyak
akar wangi di Garut mulai dari Petani, Pengumpul Bahan Baku, Penyuling, dan
Pengumpul
Minyak
yang
berada
di
wilayah
Kecamatan
Samarang,
Bayongbong, Cilawu dan Leles, disamping analisis manajemen risiko
operasional dalam budidaya akar wangi oleh petani.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rantai Pasok dan Manajemen Rantai Pasok
Rantai pasok adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara
bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan mengantarkan suatu produk ke
tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk
pemasok, pabrik, distributor, toko, atau ritel dan perusahaan-perusahaan
pendukung seperti perusahaan jasa logistik (Pujawan, 2005). Menurut Indrajit
dan Djokopranoto (2002), rantai pasok adalah suatu sistem tempat organisasi
menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Konsep
rantai pasok merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistik. Dalam
konsep ini, masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang
terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang
dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata rantai penyediaan barang.
Manajemen rantai pasokan adalah pengintegrasian aktivitas pengadaan
bahan dan layanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir,
serta pengiriman ke pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup pembelian dan
outsourcing, ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan antara pemasok
dengan distributor (Heizer dan Barry, 2005). Manajemen rantai pasokan tidak
hanya berorientasi pada urusan internal sebuah perusahaan, melainkan juga
urusan eksternal yang menyangkut hubungan perusahaan-perusahaan partner.
Perusahaan-perusahaan yang berada pada suatu rantai pasok, intinya ingin
memuaskan konsumen akhir yang sama, yaitu bekerjasama untuk membuat
produk murah, mengirimkannya tepat waktu dan dengan mutu bagus. Hanya
dengan kerjasama antara unsur-unsur pada rantai pasok tujuan tersebut akan
dicapai. Oleh karena itu, cukup tepat kalau banyak orang mengatakan bahwa
persaingan dewasa ini bukan lagi antara satu perusahaan dengan perusahaan
yang lain, tetapi antara rantai pasok yang satu dengan rantai pasok yang lain.
Semangat kolaborasi dan koordinasi pada rantai pasok tidak mesti (dan tidak
boleh) mengorbankan kepentingan tiap individu perusahaan. Manajemen rantai
7
pasokan yang baik dapat meningkatkan kemampuan bersaing bagi rantai pasok
secara keseluruhan, namun tidak menyebabkan satu pihak berkorban dalam
jangka panjang. Oleh karena itu, diperlukan pengertian, kepercayaan, dan
aturan main yang jelas (Pujawan, 2005).
Menurut Marimin dan Nurul (2010), manajemen rantai pasok merupakan
serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan pemasok,
pengusaha, gudang dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien. Produk
yang dihasilkan dapat didistribusikan dengan kuantitas, tempat dan waktu yang
tepat untuk memperkecil biaya, serta memuaskan pelanggan. Manajemen rantai
pasokan bertujuan untuk membuat seluruh sistem menjadi efisien dan efektif,
minimalisasi biaya dari transportasi dan distribusi sampai inventori bahan baku,
bahan dalam proses, serta barang jadi.
Pada suatu rantai pasok biasanya ada tiga (3) macam aliran yang harus
dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu ke hilir.
Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari pemasok ke pabrik. Setelah
produk selesai diproduksi, dikirim ke distributor, lalu ke pengecer atau ritel,
kemudian ke pemakai akhir. Yang kedua adalah aliran uang dan sejenisnya
yang mengalir dari hilir ke hulu. Yang ketiga adalah aliran informasi yang
terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Informasi tentang persediaan
produk yang masih ada di masing-masing supermarket sering dibutuhkan oleh
distributor maupun pabrik. Informasi tentang ketersediaan kapasitas produksi
yang dimiliki oleh pemasok juga sering dibutuhkan oleh pabrik. Informasi
tentang status pengiriman bahan baku sering dibutuhkan oleh perusahaan yang
mengirim maupun yang akan menerima. Perusahaan pengapalan harus
membagi informasi seperti ini supaya pihak-pihak yang berkepentingan bisa
memonitor untuk kepentingan perencanaan yang lebih akurat (Pujawan, 2005).
Gambar 1 memberikan ilustrasi konseptual sebuah rantai pasok.
8
Finansial : invoice dan term pembayaran
Material : bahan baku, komponen dan produk jadi
Informasi : kapasitas, status pengiriman dan quotation
Supplier
Tier 1
Supplier
Tier 2
Manufacturer
Distributor
Ritel/Toko
Finansial : pembayaran
Material : retur, recycle dan repair
Informasi : order dan ramalan
Gambar 1. Simplikasi model rantai pasok dan tiga macam aliran yang dikelola
(Pujawan, 2005)
2.1.1 Area Cakupan Manajemen Rantai Pasok
Menurut Pujawan (2005), semua kegiatan yang terkait dengan aliran
material, informasi dan uang di sepanjang rantai pasok adalah kegiatan-kegiatan
dalam cakupan manajemen rantai pasok. Apabila mengacu pada sebuah
perusahaan manufaktur, kegiatan-kegiatan utama yang masuk dalam klasifikasi
manajemen rantai pasok adalah :
a. Kegiatan merancang produk baru
b. Kegiatan mendapatkan bahan baku
c. Kegiatan merencanakan produksi dan pengendalian
d. Kegiatan melakukan produksi
e. Kegiatan melakukan pengiriman/distribusi
Kelima (5) klasifikasi tersebut biasanya tercermin dalam bentuk
pembagian departemen atau divisi pada perusahaan manufaktur. Pembagian
tersebut sering dinamakan functional division karena mereka dikelompokkan
sesuai dengan fungsinya. Umumnya sebuah perusahaan manufaktur akan
memiliki bagian pengembangan produk, bagian pembelian atau bagian
pengadaan, bagian produksi, bagian perencanaan produksi, dan bagian
pengiriman atau distribusi barang jadi. Tabel 3 menguraikan lebih lanjut
beberapa contoh kegiatan yang biasanya dilakukan oleh masing-masing bagian.
9
Tabel 3. Lima bagian utama dalam sebuah perusahaan manufaktur yang
terkait dengan fungsi - fungsi utama rantai pasok
Bagian
Cakupan kegiatan antara lain
Pengembangan Produk
Melakukan riset pasar, merancang produk baru dan melibatkan
pemasok dalam perancangan produk baru
Pengadaan
Memilih pemasok, mengevaluasi kinerja pemasok, melakukan
pembelian bahan baku dan komponen, memonitor risiko
pasokan, membina dan memelihara hubungan dengan pemasok.
Perencanaan dan Pengendalian
Perencanaan kebutuhan, peramalan permintaan, perencanaan
kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan.
Operasi/Produksi
Pengiriman/Distribusi
Eksekusi produksi, pengendalian kualitas
Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman,
mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa
pengiriman dan memonitor service level di tiap pusat distribusi.
Sumber : Pujawan, 2005
2.1.2 Pemain Utama dalam Manajemen Rantai Pasokan
Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002), ada beberapa pemain utama
yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang
sama, yaitu :
a. Rantai 1 : Suppliers (pemasok)
Jaringan
bermula
disini,
yang
merupakan
sumber
yang
menyediakan bahan pertama, di mana mata rantai penyaluran barang akan
di mulai. Bahan pertama berbentuk bahan baku, bahan mentah, bahan
penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku cadang, dan sebagainya.
Sumber pertama ini dinamakan pemasok.
b. Rantai 1-2 : Suppliers
Rantai
Manufacturer
pertama
dihubungkan
dengan
rantai
kedua,
yaitu
manufacturer atau plants atau assembler atau fabricator atau bentuk lain
yang
melakukan
pekerjaan
membuat,
memfabrikasi,
merakit,
mengkonversikan, ataupun menyelesaikan barang (finishing).
c.
Rantai 1-2-3 : Suppliers
Manufacturer
Distribution
Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai
harus disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk
10
penyaluran barang ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor
dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain. Barang dari
pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau
wholesaler atau pedagang besar dalam jumlah besar dan pada waktunya
nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada
retailers atau pengecer.
d.
Rantai 1-2-3-4 : Suppliers
Manufacturer
Distribution
Retail
Outlets
Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau
dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk
menimbun barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Sekali lagi
di sini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk
jumlah inventories dan biaya gudang, dengan cara melakukan desain
kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang manufacturer
maupun ke toko pengecer (retail outlets).
e.
Rantai 1-2-3-4-5 : Suppliers
Outlets
Manufacturer
Distribution
Retail
Customer
Dari rak-raknya, para pengecer atau retailers ini menawarkan
barangnya langsung kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna
barang tersebut. Yang termasuk outlets adalah toko, warung, toko serba
ada, pasar swalayan, toko koperasi, mal, club stores, dan sebagainya.
Walaupun secara fisiknya dapat dikatakan bahwa ini merupakan mata
rantai yang terakhir, sebetulnya masih ada satu mata rantai lagi, yaitu dari
pembeli (yang mendatangi retail outlet tadi) ke real customers atau real
user, karena pembeli belum tentu pengguna sesungguhnya. Mata rantai
pasokan baru betul-betul berhenti setelah barang bersangkutan tiba di
pemakai langsung (pemakai yang sebenarnya) barang atau jasa dimaksud.
2.2. Definisi Risiko dan Jenis Risiko
Risiko merupakan suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi
seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak merugikan
11
(Kountur, 2004). Menurut Djohanputro (2008), risiko diartikan sebagai
ketidakpastian yang telah diketahui tingkat probabilitas kejadiannya. Pengertian
lain dan sering digunakan oleh kebanyakan orang, risiko adalah ketidakpastian
yang bisa dikuantitaskan yang dapat menyebabkan kerugian atau kehilangan.
Risiko juga dapat diartikan penyebaran atau penyimpangan dari target, sasaran,
atau harapan.
Menurut Marimin dan Nurul (2010), Risiko rantai pasok dapat
didefinisikan sebagai kerugian yang dikaji dari sisi kemungkinan terjadinya,
sisi kemungkinan penyebabnya, dan sisi akibatnya dalam rantai pasok sebuah
perusahaan dan lingkungannya. Dalam suatu rantai pasok, jika satu pelaku
mengalami masalah rantai pasok maka akan berpengaruh baik secara langsung
atau tidak langsung kepada mitra dalam jaringan rantai pasoknya. Begitupun
dengan risiko akibat dari permasalahan tersebut, sehingga terjadi interaksi antar
risiko yang menyebabkan kerugian secara menyeluruh dalam rantai pasokan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian risiko rantai pasok agar dapat
terhindar dari akibat berkelanjutan yang terjadi pada setiap titik dalam jaringan
pasokan dengan cara melakukan analisis risiko.
Menurut Djohanputro (2008), risiko dapat dikategorikan ke dalam risiko
murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan risiko yang dapat
mengakibatkan kerugian pada perusahaan, tetapi tidak ada kemungkinan
menguntungkan. Sedangkan risiko spekulatif adalah risiko yang dapat
mengakibatkan dua (2) kemungkinan, merugikan atau menguntungkan
perusahaan. Cara lain mengklasifikasi risiko adalah mengategorikan ke dalam
risiko sistematik dan risiko spesifik. Risiko sistematik disebut risiko yang tidak
dapat didiversifikasi. Ciri dari risiko sistematik adalah tidak dapat dihilangkan
atau dikurangi dengan cara penggabungan berbagai risiko. Sedangkan risiko
spesifik atau risiko yang dapat didiversifikasi dapat dihilangkan melalui proses
penggabungan.
12
Menurut Kountur (2004), Risiko dapat dibedakan dalam beberapa jenis,
yaitu :
1. Sudut pandang manajer perusahaan
Bagi para manajer perusahaan atau orang-orang yang berkecimpung di dunia
bisnis, risiko sering dibedakan ke dalam dua (2) kelompok, yaitu :
a. Risiko spekulatif
Risiko spekulatif adalah risiko yang dihadapi perusahaan yang dapat
memberikan dua (2) kemungkinan, yakni kemungkinan merugikan dan
menguntungkan.
b. Risiko murni
Risiko murni adalah risiko dimana tidak ada kemungkinan yang
menguntungkan dan yang ada hanya kemungkinan yang merugikan.
2. Sumber penyebab risiko
Dari sumber penyebabnya, risiko secara umum dapat dikelompokkan ke
dalam dua (2) kelompok besar, yaitu :
a. Risiko keuangan
Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor
ekonomi dan keuangan, seperti perubahan harga, tingkat bunga dan mata
uang.
b. Risiko operasional
Risiko operasional adalah semua risiko yang tidak masuk pada kelompok
risiko keuangan. Risiko operasional disebabkan oleh faktor manusia, alam
dan teknologi.
2.2.1. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang
diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, teknologi, atau faktor
lain (Djohanputro, 2008). Risiko operasional bisa terjadi pada dua (2) tingkatan,
yaitu teknis dan organisasi. Pada tataran teknis, risiko operasional bisa terjadi
apabila sistem informasi, kesalahan mencatat, informasi yang tidak memadai,
dan pengukuran risiko tidak akurat dan tidak memadai. Pada tataran organisasi,
13
risiko operasional muncul dikarenakan sistem pemantauan dan pelaporan,
sistem dan prosedur, serta kebijakan tidak berjalan sebagaimana seharusnya.
Menurut Muslich (2007), Risiko operasional merupakan kerugian
finansial yang disebabkan oleh kegagalan proses internal perusahaan, kesalahan
sumber daya manusia (SDM), kegagalan sistem, kerugian yang disebabkan
kejadian dari luar perusahaan, serta kerugian karena pelanggaran peraturan dan
hukum yang berlaku. Kerugian risiko operasional terjadi tidak saja pada
lembaga keuangan bank dan bukan bank, tetapi juga terjadi pada perusahaan
industri, perdagangan, pertambangan dan semua perusahaan dalam sektor
ekonomi lainnya.
Risiko operasional merupakan risiko yang umumnya bersumber dari
masalah internal perusahaan, dimana risiko ini terjadi disebabkan oleh
lemahnya sistem kontrol manajemen yang dilakukan oleh pihak internal
perusahaan (Fahmi, 2010). Contoh risiko operasional adalah risiko pada
komputer akibat terserang virus, kerusakan maintenance pabrik, kecelakaan
kerja, kesalahan dalam pencatatan pembukuan secara manual, kesalahan
pembelian barang dan tidak ada kesepakatan bahwa barang yang dibeli dapat
ditukar kembali, dan lain sebagainya.
2.2.2. Proses Manajemen Risiko
Menurut Halikas et al dalam Marimin dan Nurul (2010), proses
manajemen risiko yang umum terjadi pada suatu perusahaan terdiri dari empat
(4) kegiatan utama, yaitu identifikasi risiko, pengkajian risiko, pengambilan
keputusan dan implementasi pada kegiatan manajemen risiko dan pengawasan
risiko.
1. Identifikasi risiko
Fokus utama dari identifikasi risiko adalah mengenali ketidakpastian yang
akan terjadi agar dapat mengendalikan risiko secara proaktif. Risiko yang
bersifat potensial harus diidentifikasi, jika tidak akan menyebabkan
kesalahan arah dalam proses manajemen risiko rantai pasok dan
menimbulkan tidak tepatnya atau tidak sesuainya strategi pengendalian
14
risiko tersebut, sehingga menyebabkan kerugian yang besar. Salah satu
aspek penting dalam identifikasi risiko adalah mendaftar risiko yang
mungkin terjadi sebanyak mungkin. Teknik-teknik yang dapat digunakan
dalam identifikasi risiko, antara lain brainstorming, survei, wawancara,
informasi historis, kelompok kerja, dan lain-lain.
2. Pengkajian risiko
Setiap risiko yang sudah diidentifikasi dilakukan pengkajian, meliputi
pengukuran risiko rantai pasok secara kuantitatif dan kualitatif, yaitu
mengukur besarnya dampak kerugian yang mungkin muncul baik kerugian
sosial atau ekonomi dan probabilitas terjadinya risiko tersebut. Dua metode
utama untuk mengukur risiko rantai pasok adalah metode pengukuran risiko
berdasarkan pendapat pakar dan metode pengukuran risiko secara statistik.
3. Keputusan dan Implementasi Tindakan Manajemen Risiko
Tahap ini adalah tahap memilih metode manajemen yang akan digunakan
untuk mencegah atau mengurangi risiko yang akan terjadi, baik secara
parsial atau menyeluruh, sehingga mampu meminimalkan dampak terhadap
pengoperasian rantai pasok.
4. Pengawasan Risiko
Status sebuah risiko dapat berubah-ubah sesuai kondisi, sehingga faktorfaktor risiko harus dimonitor untuk mengetahui keefektifan respon yang
telah dipilih dan mengidentifikasi adanya risiko yang baru maupun berubah
dari kemungkinan dan konsekuensinya. Ketika suatu risiko terjadi, maka
respon yang dipilih akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif.
2.3. Penelitian Terdahulu
Santoso (2005) meneliti Rekayasa Model Manajemen Risiko Untuk
Pengembangan Agroindustri Buah-Buahan Secara Berkelanjutan. Penelitian ini
difokuskan pada rancang bangun sistem penunjang keputusan (SPK)
manajemen risiko untuk pengembangan agroindustri berkelanjutan. Model
analisis risiko pengadaan bahan baku, proses pengolahan dan pemasaran serta
agregasi nilai risikonya secara berjenjang menggunakan fuzzy non-numeric
15
multi criteria multi person decision making, dengan penilaian pakar secara
independen. Model kelayakan usaha menggunakan metode analisis finansial
dengan sumber pembiayaan konvensional dan pembiayaan syariah. Analisis
risiko finansial menggunakan koefisien variasi, analisis sensitivitas dan teknik
simulasi risiko. Model manajemen risiko menggunakan Analytical Hierarchy
Process (AHP), sedangkan rancangan pengendalian menggunakan metode
Interpretative Structural Modeling (ISM)
Hasil validasi SPK M-RISK dengan studi kasus agroindustri mangga
yang dilakukan di Kabupaten Pasuruan Jawa Timur menunjukkan bahwa sari
buah merupakan produk agroindustri mangga dengan prioritas tertinggi untuk
dikembangkan dan prioritas berikutnya konsentrat. Pengembangan agroindustri
mangga mempunyai risiko sedang. Risiko tertinggi dalam pengembangan
agroindustri mangga terdapat pada aspek penggadaan bahan baku, sedangkan
aspek pengolahan dan pemasaran mempunyai risiko sedang. Hasil analisis
kelayakan
dengan
skenario
mempertimbangkan
risiko
menunjukkan
pembiayaan syariah relatif lebih dapat mengelola risiko untuk pengembangan
usaha
agroindustri
mangga
dibandingkan
dengan
skema
pembiayaan
konvensional.
Hadiguna (2010) meneliti Perancangan Sistem Penunjang Keputusan
Rantai Pasok dan Penilaian Risiko Mutu Pada Agroindustri Minyak Sawit
Kasar. Penelitian bertujuan merumuskan cara penilaian risiko operasional,
merumuskan
model
matematik
manajemen
panen-angkut-olah
dan
menghasilkan rancang bangun Sistem Penunjang Keputusan (Decision Support
System) yang berfungsi untuk pengelolaan risiko penurunan mutu dan optimasi
rantai pasok minyak sawit kasar. Penelitian ini menggunakan berbagai teknik
antara lain penilaian risiko mutu menggunakan teknik Non-Numeric MultiExpert Multi Criteria Decision Making (ME-MCDM) dengan agregasi
penilaian menggunakan teknik Ordered Weighted Averaging (OWA).
Rekomendasi pengelolaan risiko menggunakan rule base. Prakiraan Tandan
16
Buah Segar (TBS) dan penjualan minyak sawit kasar menggunakan teknik
Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA).
Penelitian ini menghasilkan sebuah sistem penunjang keputusan yang
berguna membantu pengambil keputusan dalam pengelolaan rantai pasok dan
penilaian risiko mutu minyak sawit kasar. Pengelolaan risiko mutu setiap unit
rantai pasok adalah penanganan di kebun adalah meminimumkan waktu angkut,
mengevaluasi jumlah trip dan menjamin ketersediaan truk. Penanganan di
pabrik adalah menjaga akurasi proses sortasi tandan buah segar dan menjamin
penumpukan di loading ramp tidak memicu kerusakan tandan buah segar.
Penanganan di pelabuhan adalah meningkatkan pengawasan pemuatan dan
pembongkaran minyak sawit kasar dan perawatan tangki timbun dengan baik.
Santoso dan Marimin (2001) melakukan penelitian mengenai Penentuan
Produk Olahan Apel Unggulan Menggunakan Teknik Fuzzy Non Numeric Dan
Analisis Struktur Serta Pola Pembinaan Kelembagaannya. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan produk agroindustri berbasis apel unggulan di
Malang, Jawa Timur dengan menggunakan pendekatan fuzzy non numeric,
memberikan rekomendasi kelembagaan yang mendukung pengembangan
agroindustri olahan apel unggulan dengan menganalisis struktur dan pola
pembinaannya. Hasil penelitian menunjukkan pemilihan produk olahan apel
unggulan di Malang, Jawa Timur dengan pendekatan fuzzy non numeric
menghasilkan dodol apel sebagai produk unggulan dengan kategori tinggi (T),
sari buah dan keripik apel terkategori sedang (M), sedang produk lainnya
terkategori rendah (R). Struktur kelembagaan pengembangan agroindustri
olahan apel unggulan dengan teknik ISM menunjukkan elemen pengusaha kecil
dan menengah merupakan elemen kunci, dan bersama elemen koperasi dan
perguruan tinggi tergolong sektor IV yang memilki power driver sangat besar
dan tingkat ketergantungan yang relatif kecil.
Lestari (2009) melakukan penelitian mengenai Manajemen Risiko Dalam
Usaha Pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), studi kasus di
PT. Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Penelitian ini
17
bertujuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko operasional dan risiko
pasar yang dihadapi oleh PT. Suri Tani Pemuka, menganalisis tingkat dan
dampak risiko yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko pada kegiatan
pembenihan udang Vannamei terhadap PT. Suri Tani Pemuka, dan
menganalisis strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh PT. Suri Tani
untuk mengendalikan risiko dalam kegiatan pembenihan udang Vannamei.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sumber-sumber risiko yang ada di
PT. Suri Tani Pemuka dalam kegiatan pembenihan udang vannamei dapat
diklasifikasikan ke dalam empat (4) kuadran risiko berdasarkan tingkat
kemungkinan terjdinya dan dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut.
Sumber risiko yang dianggap oleh PT. Suri Tani Pemuka memiliki
kemungkinan terjadinya besar dan dampak yang ditimbulkan jika risiko
tersebut terjadi juga besar adalah risiko timbulnya penyakit dan risiko yang
terjadi akibat tingginya tingkat mortalitas benih udang vannamei.
18
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Tanaman akar wangi merupakan komoditi unggulan yang sedang
berkembang di Kabupaten Garut. Pengembangan budidaya akar wangi menjadi
salah satu alternatif dalam pembangunan sektor pertanian di wilayah tersebut.
Nilai ekonomis tanaman akar wangi terletak pada akarnya yaitu sebagai bahan
baku penghasil minyak atsiri. Minyak akar wangi merupakan salah satu jenis
minyak atsiri yang masih memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan,
karena merupakan komoditi ekspor Indonesia yang memiliki pangsa pasar
tingkat dunia. Mutu dan kuantitas minyak akar wangi bergantung dari keadaan
tanaman akar wangi itu sendiri dan cara pembudidayaan yang dilakukan oleh
petani.
Pengelolaan rantai pasok minyak akar wangi harus memiliki kerjasama
perdagangan di antara lima stakeholder yang terlibat, yaitu petani sebagai
produsen bahan baku, penyuling sebagai pengolah minyak akar wangi, koperasi
atau badan swasta sebagai penampung minyak akar wangi dari penyuling,
eksportir yang membeli minyak akar wangi dari koperasi atau badan swasta
yang kemudian akan menjualnya kepada pemakai akhir diluar negeri
(Indrawanto, 2009).
Integrasi harus dicapai untuk seluruh mata rantai pengadaan produk
minyak akar wangi, mulai dari hulu sampai hilir. Petani sebagai pemasok bahan
baku akar wangi, memiliki peran yang sangat penting di hulu. Untuk memenuhi
pasokan bahan baku bermutu dan berkesinambungan maka, para petani akar
wangi dihadapkan pada berbagai risiko. Salah satu risiko yang dihadapi oleh
petani akar wangi adalah risiko operasional dalam budidaya akar wangi. Risiko
operasional yang dikaji dalam penelitian ini mencakup risiko yang berada
dalam input, proses dan output. Risiko dalam budidaya akar wangi sangat
penting untuk dianalisis agar risiko penurunan kuantitas dan mutu dari bahan
baku akar wangi sebagai penghasil minyak atsiri dapat diminimalisir. Dengan
19
begitu petani dapat memasok bahan baku bermutu dan berkesinambungan,
sehingga komoditas minyak akar wangi dari Garut dapat memberikan
keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif tersebut diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan para petani yang mengembangkan komoditi
tersebut. Alur kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Pengembangan budidaya akar
wangi
Pengembangan komoditi
minyak akar wangi
Pangsa pasar tingkat dunia
Pengelolaan rantai pasokan
minyak akar wangi
Peran petani sebagai pemasok
bahan baku
Manajemen risiko operasional pada
budidaya akar wangi
Input
Proses
Output
Keunggulan Kompetitif
Peningkatan kesejahteraan
petani
Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian
20
3.2. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian terdiri dari :
1.
Mempelajari berbagai studi pustaka untuk memahami pustaka yang
berhubungan dengan manajemen rantai pasokan dan manajemen risiko
operasional.
2.
Membuat proposal penelitian untuk mengetahui latar belakang penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, manfaat
penelitian dan merancang pengumpulan data penelitian.
3.
Pengajuan ijin penelitian ke Badan Kesatuan Bangsa (Kesbang) dan
Perlindungan Masyarakat (Linmas) Kabupaten Garut.
4.
Pencarian data sekunder ke Dinas Perkebunan dan Dinas Perindustrian,
Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Garut.
5.
Wawancara kepada Ketua sentra akar wangi untuk mendapatkan gambaran
secara umum rantai pasokan akar wangi dan mengetahui kondisi geografis
obyek penelitian.
6.
Wawancara dengan anggota rantai pasokan akar wangi, yaitu petani,
pengumpul bahan baku, penyuling, dan pengumpul minyak akar wangi.
7.
Wawancara dengan petani akar wangi untuk mengidentifikasi risiko
operasional pada budidaya akar wangi. Risiko yang diidentifikasi meliputi
risiko yang yang berada dalam input, proses dan output.
8.
Wawancara dengan petani ahli dalam budidaya akar wangi untuk
melakukan penilaian risiko.
9.
Pengolahan data primer dan sekunder untuk mengkaji mekanisme rantai
pasokan minyak akar wangi di Garut dengan analisis deskriptif.
10. Pengolahan data primer untuk menganalisis manajemen risiko operasional
(identifikasi risiko, pemetaan risiko, penilaian risiko dan rekomendasi
pengelolaan risiko) secara deskriptif.
21
Mulai
Proposal penelitian
Ijin dan penjajakan penelitian
Rancangan Pengumpulan Data
Analisis rantai
pasokan akar wangi
Analisis risiko
operasional budidaya
akar wangi
Identifikasi risiko
operasional pada
petani akar wangi
Identifikasi rantai
pasok dengan
wawancara
Pengelolaan risiko
dengan peta risiko
Input data
identifikasi rantai
pasok
Penilaian risiko
operasional
(ME-MCDM dengan
agregasi OWA)
Analisis deskriptif
Rekomendasi
pengelolaan risiko
dengan basis aturan
Analisis deskriptif
risiko
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar 3. Tahapan penelitian
Pra Penelitian
Studi pustaka
22
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Garut yang tersebar di empat
Kecamatan yaitu Samarang, Bayongbong, Cilawu dan Leles. Penelitian
dilakukan kepada petani akar wangi, pengumpul akar wangi, penyuling minyak
akar wangi, dan pengumpul minyak akar wangi. Penelitian berlangsung dari
bulan Mei sampai Oktober 2011.
3.4. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, wawancara dan pengisian
kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen, literatur, hasil
penelitian terdahulu, jurnal, internet, BPS, Dinas Perkebunan Garut, Dinas
Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Garut.
Metode pengumpulan data terdiri dari :
1.
Pengamatan langsung obyek penelitian untuk memahami kondisi rantai
pasok yang sebenarnya.
2.
Wawancara dan diskusi dengan petani, pengumpul akar, penyuling dan
pengumpul minyak akar wangi untuk mengidentifikasi rantai pasok minyak
akar wangi.
3.
Penyebaran kuesioner yang ditujukan kepada pihak-pihak terkait dengan
topik penelitian, yaitu petani, pengumpul akar, penyuling dan pengumpul
minyak akar wangi. Ada dua (2) jenis kuesioner yang disebar, yaitu
kuesioner untuk mengetahui model rantai pasokan IKM akar wangi dan
kuesioner risiko operasional petani akar wangi.
4.
Mencari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan perkembangan
minyak akar wangi dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi
dan Dinas Perkebunan Kabupaten Garut.
23
Populasi penelitian ini pelaku industri minyak akar wangi di Kabupaten
Garut yang dikelompokkan ke dalam empat (4) kelompok, yaitu petani,
penyuling, pengumpul akar wangi dan pengumpul minyak akar wangi.
Pengambilan sampel non probability sampling dilakukan secara purposive
sampling dengan sampel kriteria pengambilan contoh mengetahui dan terlibat
dalam aliran komoditas, finansial dan informasi yang terjadi dalam rantai
pasokan minyak akar wangi.
Karakteristik contoh disesuaikan dengan kriteria pelaku usaha, yaitu
mempertimbangkan lokasi usaha, status usaha dan keberlanjutan usaha petani,
pengumpul akar, penyuling dan pengumpul minyak akar wangi. Jumlah
responden yang dikumpulkan terdiri dari 25 petani, tiga (3) pengumpul akar, 12
penyuling dan dua (2) pengumpul minyak akar wangi (Tabel 4). Responden
untuk penilaian risiko operasional berasal dari 25 orang petani untuk
mengidentifikasi risiko operasional dan tiga (3) orang petani yang ahli dalam
budidaya
akar
wangi,
serta
memiliki
pengaruh terhadap
kelompok-
kelompoknya taninya.
Tabel 4. Jumlah responden penelitian
Responden untuk analisis
risiko operasional
Responden untuk identifikasi rantai pasok
No
Kecamatan
1.
Samarang
10
5
2
Pengumpul
minyak akar
wangi
-
2.
Bayongbong
7
4
1
1
7
1
3.
Cilawu
7
2
-
-
7
1
4.
Leles
1
1
-
-
1
-
5.
Garut Kota
-
-
-
1
-
-
25
12
3
2
25
3
Total
Petani
Penyuling
Pengumpul
akar wangi
Petani
(identifikasi
risiko)
10
Petani ahli
(penilaian
risiko)
1
24
Kuesioner digunakan untuk mengidentifikasi rantai pasokan minyak akar
wangi dan risiko operasional pada petani. Kuesioner berisi daftar pertanyaan
yang ditujukan kepada pihak-pihak terkait topik penelitian, yaitu petani akar
wangi, pengumpul akar wangi, penyuling minyak akar wangi dan pengumpul
minyak akar wangi. Informasi yang digali dari anggota rantai pasokan adalah :
a. Kuesioner A.1 untuk petani akar wangi
Kuesioner berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan identitas
responden, identitas usaha, aspek budaya dan pasca panen, aspek pemasaran,
aspek keuangan dan kemitraan. Kuesioner dapat dilihat di Lampiran 1.
b. Kuesioner A.2 untuk penyuling akar wangi
Kuesioner berisi pertanyaan yang berhubungan dengan identitas responden,
identitas usaha, aspek penyulingan akar wangi, aspek pemasaran, aspek
keuangan, dan aspek tenaga kerja. Kuesioner dapat dilihat di Lampiran 2.
c. Kuesioner A.3 untuk pengumpul bahan baku akar wangi
Kuesioner berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan identitas
responden, identitas usaha, aspek pemasaran, aspek keuangan dan kemitraan.
Kuesioner dapat dilihat di Lampiran 3.
d. Kuesioner A.4 untuk pengumpul minyak akar wangi
Kuesioner berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan identitas
responden, identitas usaha, aspek pemasaran, aspek keuangan dan kemitraan.
Kuesioner dapat dilihat di Lampiran 4.
e. Kuesioner A.5 untuk mengidentifikasi risiko budidaya akar wangi untuk
petani akar wangi.
Kuesioner berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan identifikasi
risiko operasional yang mencakup risiko yang berada dalam input, proses
dan output. Kuesioner dapat dilihat di Lampiran 5.
f. Kuesioner 6 untuk penilaian risiko operasional oleh petani ahli
Kuesioner berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan risiko
operasional yang telah teridentifikasi, sehingga dapat dinilai oleh petani.
Kuesioner dapat dilihat di Lampiran 6.
25
3.5. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Excel 2007
dan Statistical Package for Sosial Science (SPSS) 16.0. Bentuk analisis data
yang digunakan adalah :
1. Analisis Deskriptif
Analisis ini merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok
manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif
adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan antarfenomena
yang diselidiki. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode ini, sehingga
dapat diperoleh gambaran karakteristik responden, aspek-aspek yang terkait
dengan rantai pasokan dan risiko operasional yang terjadi pada budidaya
akar wangi. Identifikasi risiko operasional dibatasi pada risiko input, proses
dan output.
2. Diagram pemetaan risiko
Sebelum menangani risiko, hal yang dapat dilakukan adalah
memetakan risiko. Pada prinsipnya, pemetaan risiko merupakan penyusunan
risiko berdasarkan kelompok-kelompok tertentu, sehingga manajemen dapat
mengidentifikasi karakter dari masing-masing risiko dan menetapkan
tindakan yang sesuai terhadap masing-masing risiko (Djohanputro, 2008).
Risiko selalu terkait dengan dua (2) dimensi, pemetaan yang paling
tepat juga menggunakan dua (2) dimensi yang sama. Kedua dimensi yang
dimaksud adalah peluang terjadinya risiko dan dampaknya bila risiko
tersebut terjadi. Dimensi pertama adalah peluang, menyatakan tingkat
kemungkinan suatu risiko akan terjadi. Semakin tinggi kemungkinan suatu
risiko terjadi, semakin perlu mendapat perhatian dan sebaliknya. Dimensi
kedua berupa dampak, merupakan tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi
jika risiko tersebut benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak
26
suatu risiko, semakin perlu mendapat perhatian khusus dan sebaliknya.
Diagram pemetaan risiko dapat dilihat pada Gambar 4.
Dampak
Risiko II
Tinggi
Risiko berbahaya
Yang jarang terjadi
Sedang
Risiko IV
Risiko tidak
Berbahaya
Risiko I
Mengancam pencapaian
Tujuan perusahaan
Risiko III
Risiko yang terjadi
secara rutin
Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Peluang
Gambar 4. Diagram pemetaan risiko menurut Djohanputro (2008)
3. Pengukuran Risiko
Data historis untuk mengukur risiko secara kuantitatif tidak tersedia,
maka pengukuran risiko dilakukan secara kualitatif. Pengukuran risiko
mengacu pada dua (2) ukuran yaitu, frekuensi dan dampak. Frekuensi
mengacu pada seberapa besar kemungkinan risiko akan terjadi. Sedangkan
dampak atau akibat merupakan ukuran mengenai berapa besar akibat yang
ditimbulkan bila risiko tersebut benar-benar terjadi (Djohanputro, 2008).
Menurut Kountur (2004), dalam kondisi yang sangat ekstrem, dimana
sulit untuk membuat perhitungan dalam bentuk persentasi, dimungkinkan
untuk mengunakan skala. Kemungkinan dapat diukur dengan lima (5) skala,
yaitu dari skala 1 yang menunjukkan kemungkinan sangat kecil sampai
dengan skala 5 yang menunjukkan sangat mungkin. Untuk mengukur
dampak atau konsekuensi dari suatu risiko, dalam kondisi tertentu
diperkenankan menggunakan skala. Dampak dapat diukur mengunakan lima
(5) skala, yaitu skala 1 yang menunjukkan konsekuensi sangat kecil sampai
skala 5 yang menunjukkan konsekuensi sangat besar.
27
Menurut Hadiguna (2010), Multi-Expert Multi Criteria Decision
Making (ME-MCDM) merupakan proses pengambilan keputusan yang
melibatkan penilaian atau pendapat berbagai pihak atau ahli yang didasarkan
pada kriteria jamak. Pada ME-MCDM akan ditemui sebuah proses penting,
yaitu agregasi rating dan preferensi, serta penggabungan pendapat dari setiap
ahli, sehingga penyelesaian yang dihasilkan adalah yang paling diterima oleh
kelompok secara keseluruhan. Ordered Weighted Averaging (OWA)
merupakan merupakan salah satu teknik agregasi pengambilan keputusan
berkelompok untuk menentukan nilai gabungan dari seluruh hasil penilaian
para ahli (Hadiguna, 2010).
Tahapan
yang dilakukan
dalam
menghitung penilaian
risiko
operasional budidaya akar wangi adalah sebagai berikut :
1. Menghitung nilai risiko dari setiap faktor untuk setiap ahli pada semua
peubah risiko. Menggunakan rumus perhitungan Yager dalam Hadiguna
(2010), yaitu :
Pik = Minj [Neg (I(qj) v Pik (qj)]………………………………………(1)
Dimana
Pik
= nilai agregasi risiko dari penilai
I (qj)
= nilai kemungkinan terjadinya risiko
Neg I (qj) = nilai negasi I (qj)
Pik (qj)
= nilai tingkat dampak risiko dari pendapat penilai
V
= notasi maksimum
2. Menurut Yager dalam Hadiguna (2010), menentukan bobot penilai atau
ahli menggunakan rumus :
Q(k) = Sb(k)
b(k) = Int [1 + k* (q-1)/r]………………………………………….(2)
Dimana
Q(k) = bobot rataan penilai pada skala k.
q = jumlah skala penilaian risiko
r = jumlah penilai/ahli
28
3. Menentukan nilai gabungan dari seluruh nilai para ahli dengan
menggunakan metode OWA menurut Yager dalam Hadiguna (2010)
dengan rumus :
Pi = Max j=1...r [Q(j) Λ Bj]………………………………….……….(3)
Dimana
Pi = agregasi pendapat gabungan ahli
Qj = bobot kelompok penilai/ahli
Bj = pengurutan nilai dari besar ke kecil
4. Proses perhitungan dari tahap ke-1 sampai ke-3 dilakukan secara berulang
sampai diperoleh nilai agregasi total sebagai nilai risiko operasional
budidaya akar wangi.
4. Rekomendasi pengelolaan risiko menggunakan basis aturan.
Rekomendasi pengelolaan risiko menggunakan basis aturan untuk
menerjemahkan hasil penilaian risiko. Kumpulan alternatif rekomendasi
dirumuskan untuk tidak saling meniadakan tetapi saling memperkuat.
Pendekatan ini lebih praktis dilakukan dalam praktik manajemen rantai
pasok karena bersifat operasional. Mekanisme inferensi yang digunakan if
nilai agregasi then rekomendasi (Hadiguna, 2010).
29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Rantai Pasok Minyak Akar Wangi
4.1.1 Potensi Pengembangan Minyak Akar Wangi di Indonesia
Minyak akar wangi merupakan produk industri kecil berbasis sumber
daya lokal yang berorientasi pasar ekspor. Sebelum perang dunia I, pulau Jawa
mengekspor akar wangi kering dalam jumlah besar ke negara-negara Eropa
seperti Jerman, Perancis dan Inggris. Saat itu ekspor ditujukan untuk kegiatan
penyulingan atau sebagai pengharum ruangan, laci dan koper pakaian
(Guenther, 1990). Saat ini sentra produksi akar wangi terbesar di Indonesia
berada di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat. Budi daya akar wangi di
Kabupaten Garut didasarkan pada keputusan Bupati Kabupaten Garut Nomor :
520/SK.196-HUK/96 tanggal 6 Agustus 1996, yang diantaranya menetapkan
luas areal perkebunan akar wangi dan pengembangannya oleh masyarakat
seluas 2.400 Ha. Areal perkebunan tersebut tersebar di Kecamatan Cilawu 240
Ha, Bayongbong 210 Ha, Samarang 1.100 Ha, Pasirwangi 100 Ha, Tarogong
Kaler 200 Ha dan Leles 550 Ha. Pada tahun 2010, Kabupaten Garut dapat
memproduksi 73,60 ton minyak akar wangi dari 2.400 Ha areal yang telah
digarap. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Luas areal dan produksi minyak akar wangi di Kabupaten Garut
Kecamatan
Luas Lahan (Ha)
Hasil (Ton)
Cilawu
240
6,5
Bayongbong
210
6
Samarang
1.100
35
Pasirwangi
100
3,3
Tarogong Kaler
200
5
Leles
550
17,8
Jumlah
2.400
73,6
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Garut, 2010 (Diolah kembali)
Menurut Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Perkoperasian Kabupaten
Garut (2010), komoditas minyak akar wangi yang dapat di ekspor mencapai
25.750 kg dengan nilai US $ 1.416.250. Negara tujuan ekspor adalah Jepang,
30
Singapura, Inggris, Amerika, Swiss, Italia, Jerman, Hongkong dan India.
Peluang ekspor untuk pemasaran minyak akar wangi masih cukup terbuka
khususnya ekspor untuk kawasan Asia Selatan dan Asia Timur, Eropa Timur
dan
Amerika
Selatan.
Hal
ini
dikarenakan
negara
pesaing
yang
mengembangkan komoditas yang sama hanya negara Haiti dan Borbon.
4.1.2 Karakteristik Tanaman Akar Wangi
Tanaman akar wangi (vetiveria zizaniodes) merupakan tanaman yang
berasal dari India, Birma dan Srilangka. Akar wangi termasuk famili
Gramineae atau rumput-rumputan. Komoditas tanaman akar wangi (Gambar 5)
terletak pada akarnya yang mengandung minyak atsiri berwujud kental dengan
bau yang sangat wangi dan tahan lama.
b. Tumpang sari
a. Monokultur
c. Akar wangi yang siap disuling
Gambar 5. Tanaman akar wangi
Ciri-ciri tanaman akar wangi menurut Ditjenbun (2011) adalah :
a. Memiliki bau akar yang sangat wangi
b. Tumbuh merumpun lebat
31
c. Akar tinggal bercabang banyak berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai
merah tua
d. Tangkai daun tersembul dari akar tinggal sampai mencapai 200 cm.
e. Daun akar wangi berwarna kelabu, tampak kaku, panjangnya mencapai 100
cm dan tidak mengandung minyak.
Akar wangi akan tumbuh dengan baik pada ketinggian 500-1.500 meter
di atas permukaan laut (dpl). Tanah yang baik bagi pertumbuhan akar wangi
adalah tanah yang tidak padat (gembur) atau tanah berpasir yang mengandung
abu vulkanik. Tanah tersebut akan membuat tanaman tumbuh dengan baik dan
mudah dicabut pada waktu panen, sehingga tidak meninggalkan sisa-sisa akar
di dalam tanah. Toleran tumbuh di lingkungan dengan suhu 17-27ºC, curah
hujan 1.500-2.500 mm per tahun, sinar matahari yang cukup dan lahan terbuka
atau tidak terlindung oleh tanaman lain (Ditjenbun, 2011). Pola penanaman akar
wangi di wilayah Kabupaten Garut umumnya ditanam dengan sistem
monokultur atau tumpang sari.
Selain sebagai penghasil minyak atsiri, tanaman akar wangi memiliki
banyak manfaat lainnya, yaitu :
a. Akar wangi dapat dijadikan kerajinan seperti taplak meja, tas, lampion,
tudung saji, tutup kulkas, boneka, sarung bantal, hingga sekat ruangan.
b. Bila dibiarkan tumbuh, akar wangi dapat dijadikan pengontrol erosi.
c. Daun akar wangi dapat dijadikan pengusir serangga.
4.1.3 Identifikasi Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi
Rantai pasokan minyak akar wangi merupakan rantai keterkaitan suatu
kegiatan usaha yang dimulai dari kegiatan pembudidayaan akar wangi oleh
petani sampai dengan konsumen industri. Konsumen industri dalam rantai
pasok minyak akar wangi adalah industri parfum, kosmetik, sabun, dan lainlain. Rangkaian kegiatan produktif tersebut membentuk rantai nilai industri.
Cakupan rantai pasokan minyak akar wangi di Indonesia berakhir sampai
pengekspor, karena konsumen industri merupakan negara tujuan ekspor.
Anggota primer rantai pasokan minyak akar wangi terdiri dari petani yang
32
memasok bahan baku akar wangi, pengumpul akar, penyuling minyak akar
wangi, pengumpul minyak akar wangi, dan eksportir minyak akar wangi.
Aktivitas-aktivitas operasional yang dilakukan setiap anggota bertujuan untuk
menghasilkan minyak akar wangi yang berkualitas sehingga memiliki daya
saing di pasar luar negeri.
Ada tiga (3) macam aliran yang harus dikelola pada rantai pasokan
minyak akar wangi. Menurut Pujawan (2005), pada suatu rantai pasok biasanya
ada tiga macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang
mengalir dari hulu ke hilir. Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang
mengalir dari hilir ke hulu. Ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari
hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Pola aliran rantai pasokan minyak akar wangi
dapat dilihat pada Gambar 6.
Aliran barang dimulai dari aliran bahan baku akar wangi dari petani
sampai minyak akar wangi yang digunakan oleh konsumen industri. Petani
berperan penting di hulu dalam menghasilkan bahan baku akar wangi yang
bermutu. Akar wangi yang siap panen di beli oleh pengumpul akar atau
penyuling yang berada di daerah sekitar. Petani yang tergabung dalam suatu
kelompok tani binaan pengumpul akar atau penyuling biasanya langsung
memasok akar wangi kepadanya. Pengumpul yang mengumpulkan akar wangi
akan menjualnya lagi ke penyuling. Harga akar wangi ditentukan oleh
pengumpul atau penyuling berdasarkan mutunya. Kisaran harga yang diterima
petani Rp 2.000 - Rp 3.000 per kg. Ketika terjadi musim hujan, harga akar
wangi cenderung turun, karena penyuling menghindari masalah seperti
timbangan akar wangi yang lebih berat dan kadar air yang tinggi pada akar
wangi. Harga akar wangi juga turun ketika terjadi panen raya. Dalam menjual
akar wanginya, petani menjualnya dengan sistem timbang bayar atau beli
langsung di lahan dengan sistem kebun. Saat ini para petani lebih suka menjual
akar wanginya dengan sistem kebun.
33
2
3
2
4
1
5
6
7
2
2
3
Keterangan:
1
2
3
4
5
Penyedia sarana produksi untuk petani
Petani akar wangi
Pengumpul akar wangi
Penyuling akar wangi
Pengumpul minyak akar wangi
6
7
Pengekspor minyak akar wangi
Konsumen Luar Negeri
Aliran barang
Aliran finansial
Aliran informasi
Cakupan rantai pasok minyak akar wangi
Indonesia
Gambar 6. Pola aliran rantai pasokan minyak akar wangi
Alat transportasi yang digunakan petani untuk mendistribusikan akar
wanginya menggunakan truk atau motor jika berada di wilayah yang sulit
dijangkau. Bahan baku yang diolah oleh penyuling menghasilkan minyak atsiri
yang akan didistribusikan kepada pengumpul minyak akar wangi atau langsung
ke eksportir. Harga minyak akar wangi saat ini berkisar antara Rp 1.000.000 Rp 1.400.000, tergantung dari mutunya. Terkadang eksportir tidak menerima
penjualan dari penyuling dalam jumlah sedikit, sehingga penyuling harus
mengumpulkan dulu hasil produksinya baru dikirim ke eksportir. Eksportir
menerima minyak yang dijual oleh penyuling minimal sebanyak 40 kg dalam
sekali pengiriman. Peran pengumpul minyak sangat diperlukan untuk
mengumpulkan minyak akar wangi dari penyuling. Selanjutnya, minyak akar
wangi yang telah terkumpul oleh pengumpul di jual kepada eksportir. Minyak
akar wangi yang telah terkumpul oleh eksportir akan dikirim ke konsumen
industri yang ada di luar negeri. Negara tujuan ekspor minyak akar wangi
diantaranya Jepang, Singapura, Inggris, Amerika, Swiss, Italia, Jerman,
Hongkong dan India.
34
Aliran finansial berasal dari konsumen industri yang membeli minyak
dari eksportir minyak akar wangi. Penyuling menerima pembayaran atas
minyak akar wangi yang telah dikirim ke pengumpul minyak akar wangi atau
eksportir. Pengumpul minyak atau eksportir terkadang juga memberikan
bantuan modal kepada penyuling. Harga yang diterima penyuling jika
mendapatkan bantuan modal biasanya tidak sebesar jika dijual secara umum.
Petani mendapatkan bayaran dari pengumpul bahan baku atau penyuling secara
langsung. Jika petani mengalami kesulitan modal dalam budidaya akar wangi,
penyuling akan memberikan bantuan modal untuk pemeliharaan atau
memberikan bantuan berupa pupuk. Petani yang mendapatkan bantuan modal
secara tidak langsung harus menjual hasil panennya kepada pemilik modal.
Aliran informasi diantara anggota rantai pasokan minyak akar wangi
sudah terintegrasi cukup baik. Aliran informasi berasal dari konsumen industri
ke pengekspor minyak akar wangi, eksportir ke pengumpul minyak akar wangi
atau langsung ke penyuling, penyuling ke pengumpul akar wangi atau
langsung ke petani, pengumpul akar wangi ke petani atau sebaliknya. Aliran
informasi yang baik harus tersedia dalam dua arah. Aliran informasi yang
terjadi disetiap anggota rantai pasok secara umum berhubungan dengan jumlah
pemesanan, harga, jadwal pengiriman, sistem pembayaran, harga yang berlaku,
kemampuan anggota dalam menyediakan produk, dan lain-lain. Komunikasi
antara eksportir dengan penyuling atau pengumpul minyak dilakukan melalui
telepon untuk mengetahui harga yang berlaku dan tanggal pengiriman.
Penyuling juga mendiskusikan kendala-kendala yang dihadapi dalam memasok
akar wangi. Kendala-kendala seperti kurangnya modal atau mutu rendemen
yang buruk akibat bahan baku yang rusak karena cuaca. Komunikasi antara
petani akar wangi dengan penyuling berhubungan dengan tanggal panen, harga
yang berlaku, kapasitas pengiriman, kendala-kendala yang dihadapi dan lainlain. Petani yang memiliki kelompok tani mendiskusikan pola budidaya yang
baik, bantuan modal, penggunaan pupuk atau bibit agar petani dapat memasok
bahan baku bermutu. Diskusi-diskusi tersebut dilakukan secara informal.
35
4.1.4 Aktivitas Petani Akar Wangi
Budidaya akar wangi banyak diusahakan oleh masyarakat di Kabupaten
Garut, karena sangat potensial untuk terus dikembangkan. Petani akar wangi di
wilayah Kabupaten Garut tersebar di Kecamatan Cilawu, Bayongbong,
Samarang, Pasirwangi, Tarogong Kaler dan Leles. Ada 1.538 sebagai pemilik
lahan, 59.812 tenaga kerja dan 35 kelompok tani yang terlibat dalam kegiatan
pengembangan akar wangi (Dinas Perkebunan, 2010). Kelompok tani biasanya
diketuai oleh seorang penyuling. Penyuling tersebut akan memberikan binaan
kepada kelompok taninya dalam berbudiya dan memberikan bantuan modal.
Petani yang tergabung dalam kelompok tani harus menjual akar wanginya
kepada penyuling tersebut sebagai pemilik modal. Namun, tidak semua petani
terlibat dalam kelompok tani. Ada petani yang menanam secara individu dan
menjualnya akar wanginya secara bebas ke pengumpul akar wangi atau
penyuling sesuai harga yang disepakati.
Budidaya akar wangi merupakan usaha turun temurun warga Garut. Para
petani di Garut mulai menanam komoditas ini sekitar tahun 1918 dan kini telah
menjadi salah satu usaha yang menjadi tumpuan hidup sebagian warga Garut.
Luas lahan yang dimiliki oleh petani sangat bervariasi dari mulai di bawah satu
(1) Ha sampai 25 Ha. Kepemilikan lahan budidaya akar wangi dalam bentuk
sewa atau milik sendiri. Tanah yang disewa untuk lahan akar wangi berasal dari
tanah carik desa.
Sebagian besar petani di Garut hanya menyediakan bahan baku yang di
jual kepada pengumpul akar wangi atau penyuling. Namun, ada pula petani
yang menyuling sendiri akar wanginya dengan menyewa kepada penyuling dan
menjual akar wanginya dalam bentuk sulingan ke pemilik penyulingan. Para
petani yang bermodal besar biasanya memiliki tempat penyulingan sendiri.
Petani yang memiliki penyulingan sendiri disebut petani penyuling. Para petani
penyuling tersebut tidak hanya memiliki lahan pribadi untuk ditanam akar
wangi namun juga memiliki kelompok tani untuk mempermudah pasokan
bahan baku akar wangi untuk proses penyulingan. Petani yang bertindak
36
sebagai penyuling biasanya sangat memperhatikan Good Agriculture Product
(GAP) dalam melakukan budidaya karena sangat menjaga mutu dan kuantitas
dari rendemen minyak atsiri yang dihasilkan.
Penanaman akar wangi dapat dilakukan dengan sistem monokultur atau
tumpang sari dengan sayuran. Sebagian besar petani akar wangi di Garut
menanam dengan sistem tumpang sari. Ada dua (2) keuntungan yang didapat
petani dari sistem tumpang sari. Pertama tidak perlu menunggu sampai 12
bulan untuk mendapatkan penghasilan dari akar wangi, karena rataan sayuran
yang ditanam sudah dapat dipanen pada usia 3-4 bulan. Selain itu, sisa pupuk
serta limbah sayuran dapat mengembalikan kesuburan tanah yang dikuras oleh
akar wangi. Tanaman yang biasa ditumpangsarikan oleh petani adalah kol,
tomat, kentang, kubis, cabai dan singkong.
Budidaya akar wangi dengan teknologi tepat guna dimulai dari
pencangkulan lahan, pemberian pupuk dan penanaman bibit pada bulan
pertama. Lahan untuk menanam akar wangi harus bersih dari gulma. Tanah
yang sudah dicangkul dilubangi dan diberikan pupuk. Ada dua (2) macam
pupuk yang dapat digunakan, yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk
organik adalah pupuk kandang, sedangkan pupuk anorganik yang digunakan
adalah jenis pupuk ZA, TSP, KCL dan MPK kecuali UREA. Pupuk UREA
sangat dihindari oleh petani, karena dapat menyebabkan rendemen minyak
menurun walaupun tanaman terlihat tumbuh dengan baik. Pada bulan pertama
pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang/kompos. Petani hanya membeli
bibit akar wangi ketika pertama kali akan menanam akar wangi. Setelah itu
tidak perlu membeli kembali, karena penanaman bibit berasal dari bonggol akar
wangi yang telah dipanen sebelumnya. Petani tidak akan kekurangan bonggol
sebagai bibit, jika berasal dari panen sebelumnya, kecuali jika petani akan
memperluas lahan budidaya akar wanginya. Bibit tanaman yang dipergunakan
para petani di Garut merupakan bibit tanaman yang berasal dari tanaman tidak
berbunga. Untuk satu (1) Ha lahan yang akan ditanam dibutuhkan sekitar 2.000
kg bibit dengan jarak tanaman 0,5 m – 0,75 m. Namun, karena kondisi lahan
37
yang berbeda-beda, terkadang penanamannya sering dilakukan dengan jarak
yang tidak teratur.
Proses selanjutnya dilakukan pengemburan dan pemupukan pada bulan
ketiga. Pemupukan pada bulan ketiga mengunakan pupuk anorganik. Hanya
petani binaan dari kelompok tani yang dapat melakukan pemupukan secara
teratur. Hal ini dikarenakan para petani terkendala dengan permodalan. Untuk
melakukan pemupukan sesuai dengan teknologi yang tepat guna, para petani
yang tidak memiliki modal dapat meminjam kepada penyuling. Tidak semua
petani menerapkan hal tersebut, mereka biasanya hanya melakukan pemupukan
sekali pada musim tanam. Petani yang hanya menanam akar wangi sebagai
usaha sampingan tidak secara khusus memberikan pupuk kepada tanaman akar
wangi. Mereka mengutamakan pemupukan untuk tanaman tumpang sarinya.
Menurut petani, akar wangi akan tetap tumbuh dengan baik, walaupun tidak
dipupuk. Namun, untuk menghasilkan rendemen minyak dengan mutu dan
kuantitas yang baik pemupukan perlu dilakukan.
Tanaman akar wangi harus sering dilakukan penyiangan untuk
menghilangkan tanaman penganggu yang mengurangi nutrisi bagi akar.
Penyiangan akan berpengaruh pada jumlah rendemen minyak dan dapat
meningkatkan hasil sampai 10%. Penyiangan dapat dilakukan pada bulan
kelima. Semakin sering dilakukan penyiangan, maka hasilnya akan semakin
baik. Penyiangan yang dilakukan oleh petani dapat dilakukan 3-4 kali pada satu
periode musim tanam. Akar wangi dapat dipanen pada usia minimal 12 bulan
untuk mendapatkan rendemen minyak yang baik. Namun, jika menginginkan
jumlah rendemen minyak yang maksimum dapat dilakukan panen setelah 14
bulan. Kadangkala para petani tidak dapat menunggu pada usia minimal 12
bulan akibat terdesak berbagai macam kebutuhan, yaitu memanen pada usia
delapan (8) bulan atau menjualnya kepada penyuling dengan sistem kebun.
Penyuling yang membeli akar wangi dengan sistem kebun akan menunggu pada
usia panen minimal untuk mendapatkan rendemen minyak yang baik.
38
Pengendalian hama dan penyakit tanaman belum menjadi masalah yang
penting bagi petani, sehingga sistem pengendaliannya jarang dilakukan.
Beberapa kasus yang terjadi ketika survei dilakukan, ada beberapa petani yang
terkena hama binatang yang disebut ―kuuk‖. Namun, hama tersebut hanya
menyerang sebagian
kecil
petak
lahan
saja,
sehingga
petani
tidak
menganggapnya sebagai masalah besar. Kuuk memakan daun tanaman.
Biasanya petani akan memotong daun yang dimakan kuuk tersebut. Masalah
lainnya yang kadang dihadapi adalah ganguan ayam hutan atau babi hutan.
Untuk mengatasi hal tersebut petani akan sering mengontrol lahannya.
Pemasaran hasil panen akar wangi oleh petani dapat dilakukan dengan
sistem timbang atau sistem kebun. Sistem timbang adalah membeli akar wangi
yang sudah dipanen dengan cara ditimbang, sedangkan sistem kebun adalah
membeli akar wangi di kebun yang belum dipanen, karena usia tanaman belum
mencapai usia ideal untuk panen. Petani yang tidak tergabung dalam kelompok
tani akan menjual panennya kepada pengumpul akar atau penyuling yang
berada disekitarnya, yaitu menjual kepada pengumpul atau penyuling yang
memberikan harga tinggi. Bagi petani yang terlibat dalam kelompok tani akan
menjualnya kepada penyuling yang telah membina dan memberikan modal
padanya. Petani yang bertindak sebagai penyuling akan menyuling sendiri hasil
panennya dan akan menjualnya kepada pengumpul minyak atau eksportir
secara langsung. Namun, bagi petani yang menyewa tempat penyulingan
biasanya akan menjual minyak hasil sulingannya kepada penyuling yang
menyewakan tempatnya.
Saat ini para petani tidak mengalami kesulitan dalam menjual hasil
panennya, karena semua hasil panen akan terserap oleh pasar. Minyak akar
wangi yang telah berkembang menjadi komoditas ekspor ini masih memiliki
jumlah permintaan yang tinggi, sehingga mendorong petani untuk menanam
akar wangi, walaupun hanya sebagai usaha sampingan. Harga jual akar wangi
berat basah Rp1.200-Rp3.000 per kg. Kisaran harga tersebut tergantung dari
mutu akar wangi yang dihasilkan.
39
Pabrik penyulingan lebih suka membeli akar wangi pada musim kemarau
daripada musim hujan karena menghindari masalah-masalah yang timbul
karena lebih berat dan kadar air (KA) yang tinggi. Biasanya pada musim hujan
harga akar wangi akan lebih rendah jika dibandingkan pada musim kemarau.
Modal yang dimiliki petani dalam berbudidaya akar wangi biasanya
berasal dari modal sendiri, atau meminjam, yaitu kepada sanak saudaranya atau
penyuling yang membinanya. Untuk satu (1) Ha lahan dibutuhkan modal 25
juta rupiah per hektar. Sebagian besar petani tidak berminat untuk meminjam
modal ke Bank, karena persyaratannya begitu sulit dan rumit. Masa panen akar
wangi yang lama membuat para petani harus membuat usaha lain seperti
melakukan tumpang sari pada tanaman yang lain. Jika dalam keadaan yang
terdesak, biasanya akan memanen tanamannya. Panen dini akan membuat mutu
dan kuantitas rendemen akar wangi menjadi kurang baik. Berdasarkan
wawancara yang telah dilakukan, para petani yang telah mendapatkan binaan
sulit untuk menerapkan pola budidaya yang tepat guna, karena fluktuasi harga
yang diterima oleh petani. Petani merasa bahwa biaya operasional yang di
keluarkan jauh lebih besar dan tidak seimbang dengan harga jual yang diterima
oleh petani. Hal tersebut membuat petani masih mengabaikan pola budidaya
yang baik dan benar. Untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut, kemitraan
sangat diperlukan untuk mengatasi masalah permodalan, pelatihan budidaya
dan pemasaran akar wangi. Petani dapat bermitra dengan pihak-pihak yang
terlibat dalam rantai pasok minyak akar wangi, karena petani memiliki peranan
yang sangat penting di hulu untuk memasok bahan baku akar wangi bermutu.
Petani masih sangat bergantung pada cuaca dalam budidaya akar wangi.
Musim tanam terbaik adalah diawal musim hujan. Jika pembibitan dilakukan
pada musim kemarau, maka petani harus sering menyiram
tanamannya.
Namun, jika terjadi hujan yang terus menerus, juga akan merusak tanaman.
Masalah lain yang dihadapi petani adalah dari segi peralatan dalam memanen.
Belum ada alat, atau traktor yang bisa membantu petani untuk mencabut akar
secara sempurna. Panen masih dilakukan secara tradisional dengan cara
40
mencangkul tanah disekeliling rumpun tanaman agar tanah menjadi longgar,
sehingga akar mudah dicabut. Untuk melakukan kegiatan panen yang baik dan
benar hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu, karena orang yang melakukan
pekerjaan jenis ini masih langka dan menjadi rebutan para produsen minyak
akar wangi yang lain. Petani berharap, perkembangan agroindustri minyak akar
wangi akan membuat kesejahteraan petani meningkat, karena selama ini petani
hanya sebagai penerima harga.
4.1.5 Aktivitas Pengumpul Akar Wangi
Pengumpul akar wangi
sangat berperan bagi penyuling untuk
menyediakan pasokan bahan baku, karena kebutuhan akar wangi untuk
penyulingan sangat tinggi. Pengumpul akar wangi biasanya diberikan modal
oleh penyuling untuk mencari pasokan bahan baku. Jumlah pengumpul hanya
sedikit di tiap wilayah. Hanya ada satu atau dua orang saja yang bekerja sebagai
pengumpul. Akar wangi yang dibeli oleh pengumpul dapat dijual ke penyuling
secara langsung atau disuling sendiri dengan menyewa alat suling. Pengumpul
akan membayarnya dengan minyak akar wangi kasar hasil sulingannya.
Jumlah bahan baku akar wangi yang dapat dikumpulkan oleh pengumpul
dengan rataan 4-5 ton per hari dan membeli akar wangi petani dengan harga
dua ribu rupiah sampai tiga ribu rupiah per kg, tergantung dari mutunya.
Pemasaran akar wangi tidak pernah mengalami masalah, karena semua hasil
panen petani terserap oleh pasar. Kebutuhan akan bahan baku terkadang belum
cukup untuk memenuhi permintaan penyuling karena tidak ada jaminan
kontinuitas bahan baku dari petani. Hal ini membuat para pengumpul harus
mencari pasokan akar wangi di Kecamatan atau Desa yang lain.
4.1.6 Aktivitas Penyuling Minyak Akar Wangi
Penyuling minyak akar wangi di Kabupaten Garut, tersebar di empat
kecamatan yaitu Kecamatan Samarang, Bayongbong, Cilawu dan Leles.
Berdasarkan survei yang dilakukan, sebagian besar penyuling tergabung dalam
koperasi penyuling akar wangi yang berada di wilayah Kecamatan Samarang.
Koperasi ini baru berdiri pada tahun 2010. Penyuling akar wangi sebagian
41
besar bertindak sebagai petani/penyuling. Penyuling memiliki lahan yang
dibudidayakan sendiri dan memiliki kelompok tani untuk menjaga pasokan
bahan baku untuk disuling. Penyuling yang bertindak sebagai petani/penyuling
berusaha untuk menjaga mutu pasokan bahan baku akar wanginya dengan
melakukan pembinaan kepada petani, agar minyak akar wangi yang dihasilkan
memiliki kuantitas dan mutu rendemen minyak yang baik. Penyuling yang tidak
memiliki kelompok tani, biasanya sangat membutuhkan peranan pengumpul
akar wangi dalam menjaga kontinuitas pasokan bahan baku untuk penyulingan.
Sebagian besar penyuling menggunakan sistem perebusan untuk
menyuling minyak. Hanya ada dua (2) penyuling yang menggunakan sistem
boiler atau sistem uap terpisah. Jumlah produksi rataan dalam sekali
penyulingan sekitar 4-8 kg. Penyuling dapat melakukan dua (2) kali
penyulingan dalam sehari, karena untuk melakukan satu kali proses
penyulingan dibutuhkan waktu 12 jam. Kapasitas tungku untuk satu kali
penyulingan sekitar 1,2-2 ton. Rataan rendemen yang dihasilkan saat ini sekitar
0,4-0,5%. Untuk menghasilkan minyak akar wangi dengan mutu baik, tekanan
harus dijaga pada tiga (3) bar. Namun, kondisi saat ini membuat penyuling
harus menaikkan tekanan menjadi lima (5) bar untuk mempercepat proses
penyulingan. Suhu yang digunakan sekitar 140ºC-160ºC pada sistem kukus.
Tekanan yang dinaikkan tersebut dapat mengakibatkan biaya operasional yang
mahal, jika harus mengukus pada tekanan tiga (3) bar. Tekanan yang lebih
rendah akan membuat waktu proses penyulingan lebih lama dan akan
meningkatkan jumlah pemakaian bahan bakar.
Bahan bakar yang digunakan saat ini menggunakan solar dan oli bekas,
namun masih ada penyuling yang menggunakan kayu bakar. Penggunaan solar
lebih mahal jika dibandingkan dengan oli bekas, namun lebih ramah
lingkungan. Saat ini harga solar Rp4.500 per liter, sedangkan oli bekas sekitar
Rp2.200 – Rp2.500 per liter. Sebelum krisis moneter, penyuling menggunakan
minyak tanah sebagai bahan bakar, namun harga minyak tanah yang terus naik
membuat para penyuling harus mencari alternatif bahan bakar yang lebih
42
murah. Walaupun harga oli bekas lebih murah, para penyuling terkendala
masalah perijinan. Para penyuling seringkali harus berurusan dengan pihak
berwajib karena masalah oli bekas. Saat ini, dengan adanya Koperasi USAR
diharapkan dapat membantu penyuling dalam mengatasi masalah perijinan oli
bekas.
Menurut Tutuarima (2009), Permasalahan utama yang dihadapi minyak
akar wangi Indonesia khususnya di Garut adalah rendahnya rendemen dan
kualitas minyak yang berwarna gelap dan berbau gosong. Tinggi rendahnya
mutu minyak akar wangi ditentukan oleh ciri-ciri fisik dan kimianya. Ciri-ciri
fisikokimia yang menjadi parameter mutu minyak akar wangi antara lain warna,
aroma, bobot jenis, indeks bias, bilangan asam, bilangan ester, bilangan ester
setelah asetilasi, kelarutan dalam alkohol, dan total kandungan vetiverol dalam
senyawa aromatik.
Minyak akar wangi Indonesia yang akan diperdagangkan harus
memenuhi standar mutu dan persyaratan mutu berdasarkan Standar Nasional
Indonesia yaitu SNI 06-2386-2006, seperti yang tercantum pada Tabel 6.
Sedangkan untuk perdagangan internasional standar yang diacu adalah ISO
(International Organization for Standardization) 4716:2002, seperti tercantum
pada Tabel 7.
Tabel 6. Standar mutu minyak akar wangi menurut SNI 06-2386-2006
No. Jenis Mutu / Satuan
1.
Warna
2.
3.
4.
5.
6.
Bau
Bobot jenis 20˚/20˚ C
Indeks bias pada 20˚
Bilangan asam
Kelarutan dalam
etanol 95%
7.
Bilangan ester
8.
Bilangan ester setelah
asetilasi
9.
Vetiverol total
Sumber: SNI, 2006
Satuan
-
-
Syarat Mutu
Kuning muda sampai
coklat kemerahan
Khas akar wangi
0,980-1,003
1,520-1,530
10-35
1:1 jernih, dan
seterusnya jernih
5-26
100-150
%
Minimum 50
-
43
Tabel 7. Standar mutu minyak akar wangi menurut ISO 4716:2002
No.
Jenis Mutu/Satuan
1.
Warna
2
3
Bau
Bobot jenis 20˚/20˚ C
4
Indeks bias pada 20˚
Syarat Mutu
Reunion
Haiti
Coklat hingga merah
Coklat hingga merah
kecoklatan
kecoklatan
Khas akar wangi
Khas akar wangi
0,99—1,015
0,986—0,998
1,5220—1,5300
5
6
Bilangan asam
Maks. 35
Kelarutan dalam
Maks. 1 : 2
etanol 80% pada suhu
20˚C
7
Bilangan ester
5-16
8
Putaran optic pada
+19—+30
20˚C
9
Bilangan karbon
44-68
Sumber: ISO dalam Tutuarima, 2009
1,521—1,526
Maks. 14
Maks.1 : 2
5-16
+22-+38
23-59
4.1.7 Aktivitas Pengumpul Minyak Akar Wangi
Pengumpul minyak akar wangi sangat berperan dalam mengumpulkan
pasokan minyak dari penyuling yang tersebar di wilayah Kabupaten Garut.
Peran pengumpul cukup penting bagi penyuling tingkat kecil dan menengah
untuk membantu memasarkan hasil sulingannya. Eksportir terkadang tidak
menerima penjualan dalam jumlah sedikit, yaitu menerima jika hasil sulingan
sudah terkumpul minimal 40 kg. Bagi penyuling yang ingin cepat menjual
minyaknya dapat dilakukan melalui pengumpul minyak akar wangi.
Berdasarkan survei, pengumpul minyak akar wangi yang ada di wilayah Garut
hanya ada dua (2) yang berskala besar, yaitu agen eksportir dari Jakarta dan
Bogor. Kedua pengumpul minyak ini memiliki karakteristik yang berbeda
dalam menerima minyak akar wangi dari penyuling. Pengumpul minyak yang
pertama sangat menekankan pada mutu minyak akar wangi yang dihasilkan,
sedangkan pengumpul minyak yang ke dua tidak terlalu memperhatikan mutu
minyak yang dibelinya. Hal ini menyebabkan sebagian penyuling tidak terlalu
memperhatikan
mutu minyak akar wangi hasil sulingannya. Ada sebagian
44
penyuling yang merasa bahwa jika menyuling dengan mutu baik atau rendah
sama saja, karena perbedaan harganya tidak terlalu besar jika dibandingkan
dengan biaya operasional yang akan dikeluarkan. Hal ini karena penyuling
hanya menerima harga dari pengumpul minyak akar wangi yang mendapat
harga dari eksportir.
Modal yang dikeluarkan pengumpul minyak untuk usaha ini lebih dari Rp
100 juta. Eksportir terkadang memberi bantuan modal kepada pengumpul
minyak untuk menjalankan usahanya. Pengumpul minyak yang mendapat
modal dari eksportir akan membantu penyuling yang kekurangan modal. Hal
ini dilakukan untuk menjaga kontinuitas pasokan minyak. Pengumpul minyak
mampu mengumpulkan 100-400 kg minyak akar wangi pada musim panen
raya sekitar bulan Juli-September, dalam jangka waktu seminggu. Sedangkan
pada
bulan-bulan
sulit
seperti
Maret-Juni,
pengumpul
hanya
dapat
mengumpulkan 200 kg dalam 10 hari. Sebagian penyuling tidak memiliki
ikatan kontrak yang mengikat dengan pengumpul minyak akar wangi.
Penyuling yang dibantu permodalannya oleh pengumpul minyak secara tidak
langsung harus menjualnya kepada pengumpul tersebut.
4.2. Manajemen Risiko Operasional dalam Budidaya Akar Wangi
4.2.1 Identifikasi Risiko Operasional Budidaya Akar Wangi
Petani sebagai pemasok bahan baku akar wangi, memiliki peran yang
sangat penting di hulu. Sistem budidaya akar wangi memiliki unsur-unsur yang
terdiri dari input, proses dan output. Unsur-unsur tersebut saling terkait guna
menghasilkan bahan baku akar wangi yang bermutu dan berkesinambungan.
Komponen-komponen yang ada dalam unsur-unsur budidaya akar wangi dapat
dilihat pada Gambar 7.
Input yang dibutuhkan untuk budidaya akar wangi adalah bibit akar
wangi yang berasal dari bonggolnya, pupuk organik dan anorganik, tenaga
kerja untuk proses budidaya, peralatan tani, lokasi penanaman yang ideal dan
informasi budidaya yang sesuai GAP. Proses yang dilakukan dalam budidaya
akar wangi adalah dimulai dari proses pencangkulan lahan, pemeliharaan dan
45
pemanenan. Cuaca juga sangat mempengaruhi proses budidaya akar wangi.
Output
yang
dihasilkan
adalah
akar
wangi
yang
bermutu
dan
berkesinambungan.
Input
Pembibitan
Pemupukan
Tenaga Kerja
Peralatan
Lahan
Informasi budidaya
-
-
Proses
Pencangkulan lahan
Pemeliharaan
Pemanenan
Cuaca
Output
Pemanenan Akar Wangi
Gambar 7. Sistem budidaya akar wangi
Kegiatan budidaya akar wangi memiliki risiko-risiko operasional yang
dapat mempengaruhi mutu tanaman akar wangi yang dihasilkan. Risiko
operasional yang dapat diidentifikasi dari input, proses dan output meliputi :
a.
Risiko input
1)
Petani kurang memahami cara penanaman yang baik, yaitu risiko
rendahnya mutu tanaman akibat petani tidak tahu cara bertani yang
benar.
2) Petani tidak menerapkan budidaya yang sesuai dengan GAP, yaitu
risiko rendahnya mutu tanaman, akibat petani sengaja tidak mengikuti
aturan yang benar karena hal-hal tertentu.
46
3) Petani kurang terampil dalam memelihara tanaman akar wangi, yaitu
risiko rendahnya mutu tanaman akibat petani yang tidak terampil
dalam perawatan tanaman
4) Kekurangan pasokan bibit tanaman akar wangi, yaitu risiko
terhambatnya budidaya akibat petani tidak mendapatkan pasokan bibit
karena hal-hal tertentu.
5) Kekurangan pupuk yaitu risiko rendahnya mutu tanaman akibat petani
tidak mendapatkan pupuk, ketika membutuhkannya karena tidak ada
dipasaran.
6) Informasi budidaya yang baik masih kurang, yaitu risiko kurang
optimalnya kegiatan budidaya akibat petani belum mendapatkan
informasi yang dibutuhkannya.
7) Mutu bibit buruk, yaitu risiko hasil panen berkualitas buruk akibat
bibit yang buruk.
8) Kekurangan peralatan budidaya, yaitu risiko yang menghambat
terjadinya proses budidaya akibat kekurangan peralatan tani.
b.
Risiko proses
1) Kelalaian pemberian pupuk, yaitu risiko rendahnya mutu tanaman
akibat lalai dalam memberikan sejumlah pupuk pada tanaman.
2) Kelalaian dalam pemeliharaan, yaitu risiko rendahnya mutu tanaman
akar wangi akibat kelalaian dalam pemeliharaan seperti penyiangan.
3) Kelalaian saat panen, yaitu risiko kurang tercabutnya akar secara
menyeluruh.
4) Cuaca, yaitu risiko rendahnya mutu tanaman karena hujan terus
menerus atau musim kemarau.
c.
Risiko output
Memanen lebih dini, yaitu risiko mutu dan kuantitas akar wangi
menjadi rendah akibat panen dini yang dilakukan petani.
47
4.2.2 Pemetaan Risiko Operasional Budidaya Akar Wangi
Pemetaan risiko mengacu pada dua (2) dimensi yaitu frekuensi terjadinya
risiko dan dampaknya apabila risiko tersebut terjadi. Ukuran frekuensi dan
dampak risiko ditentukan secara kualitatif dengan mengkategorisasikannya ke
dalam lima (5) kelompok. Ukuran frekuensi dan dampak dapat dilihat pada
Tabel 8. Pemetaan risiko didasarkan pada perhitungan agregasi penilaian
peubah penentu risiko, yang berasal dari penilaian risiko operasional budidaya
akar wangi yang dilakukan oleh tiga orang petani yang ahli dalam budidaya
akar wangi. Hasil penilaian dapat dilihat pada Lampiran 6.
Tabel 8. Skala penilaian risiko
Ukuran
Frekuensi
1
Tidak pernah terjadi
2
Jarang terjadi
3
Cukup sering terjadi
4
Sering terjadi
5
Sangat sering terjadi
Dampak
Tidak berpengaruh
Kurang berpengaruh
Cukup berpengaruh
Berpengaruh
Sangat berpengaruh
SR
R
S
T
ST
Simbol
(Sangat rendah)
(Rendah)
(Sedang)
(Tinggi)
(Sangat Tinggi)
Tabel 8 digunakan sebagai dasar untuk menghitung nilai agregasi pada
peubah penentu risiko dari tiga (3) orang petani yang ahli dalam budidaya akar
wangi. Perhitungan dilakukan dengan metode pengambilan keputusan
berkelompok secara bebas dengan teknik agregasi menggunakan OWA.
Dengan menggunakan rumus (3) diperoleh :
a. Nilai agregasi frekuensi
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
= Max [(R Λ R), (T Λ R), (ST Λ SR)]
= Max [(R Λ T), (T Λ T), (ST Λ T)]
= Max [(R Λ R), (T Λ R), (ST Λ SR )]
= Max [(R Λ R), (T Λ R), (ST Λ SR)]
= Max [(R Λ S), (T Λ R), (ST Λ SR)]
= Max [(R Λ T), (T Λ T), (ST Λ S)]
= Max [(R Λ R), (T Λ SR), (ST Λ SR)]
= Max [(R Λ R), (T Λ SR), (ST Λ SR) ]
= Max [(R Λ S), (T Λ R), (ST Λ SR) ]
= Max [(R Λ T), (T Λ R), (ST Λ R)]
= Max [(R Λ S), (T Λ S), (ST Λ S) ]
= Max [(R Λ S), (T Λ S), (ST Λ S) ]
= Max [(R Λ T), (T Λ T), (ST Λ S) ]
= Max [R, R, SR] = R
= Max [R, T, T]
=T
= Max [R, R, SR] = R
= Max [R, R, SR] = R
= Max [R, R, SR] = R
= Max [R, T, S]
=T
= Max [R, SR, SR] = R
= Max [R, SR, SR] = R
= Max [R, R, SR] = R
= Max [R, R, R] = R
= Max [R, S, S]
=S
= Max [R, S, S]
=S
= Max [R, T, S]
=T
48
b. Nilai agregasi dampak
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
= Max [(R Λ S), (T Λ S), (ST Λ R)]
= Max [(R Λ T), (T Λ T), (ST Λ S)]
= Max [(R Λ S), (T Λ R), (ST Λ R) ]
= Max [(R Λ S), (T Λ S), (ST Λ R)]
= Max [(R Λ S), (T Λ S), (ST Λ S )]
= Max [(R Λ T), (T Λ T), (ST Λ S)]
= Max [(R Λ S), (T Λ S), (ST Λ S)]
= Max [(R Λ S), (T Λ S), (ST Λ S)]
= Max [(R Λ S), (T Λ S), (ST Λ S )]
= Max [(R Λ ST), (T Λ T), (ST Λ T)]
= Max [(R Λ T), (T Λ T), (ST Λ S)]
= Max [(R Λ T), (T Λ T), (ST Λ T)]
= Max [(R Λ T), (T Λ T), (ST Λ T)]
= Max [R, S, R]
= Max [R, T, S]
= Max [R, R, R]
= Max [R, S, R]
= Max [R, S, S]
= Max [R, T, S]
= Max [R, S, S]
= Max [R, S, S]
= Max [R, S, S]
= Max [R, T, T]
= Max [R, T, S]
= Max [R, T, T]
= Max [R, T, T]
=S
=T
=R
=S
=S
=T
=S
=S
=S
=T
=T
=T
=T
Hasil agregasi penilaian risiko pada peubah penentu risiko kemudian
dijadikan dasar untuk penyusunan pemetaan risiko operasional budidaya akar
wangi (Tabel 9). Agregasi yang diperoleh menunjukkan tingkat frekuensi risiko
dan tingkat dampak risiko dari setiap peubah penentu risiko.
Tabel 9. Hasil agregasi penilaian risiko pada peubah penentu risiko
No
1
2
3
Faktor risiko
Input
Proses
Output
Peubah Penentu Risiko
Petani kurang memahami cara
penanaman yang baik
Petani tidak menerapkan
budidaya yang sesuai dengan
GAP
Petani kurang terampil dalam
memelihara tanaman akar
wangi
Kekurangan pasokan bibit
tanaman akar wangi
Kekurangan pupuk
Informasi budidaya yang baik
masih kurang
Mutu bibit buruk
Kekurangan peralatan dalam
budidaya
Kelalaian pemberian pupuk
Kelalaian dalam pemeliharaan
(penyiangan)
Kelalaian saat panen
Cuaca
Memanen lebih dini
Tingkat
Frekuensi
Risiko
Tingkat
Dampak Risiko
Rendah
Sedang
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Tinggi
Tinggi
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
49
Hasil agregasi peubah penentu risiko dipetakan berdasarkan nilai tingkat
frekuensi risiko dan tingkat dampak risikonya. Semakin tinggi kemungkinan
suatu risiko terjadi, semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin
rendah kemungkinan suatu risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan
petani untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan.
Peta risiko terdiri dari empat (4) kuadran. Diagram pemetaan risiko
operasional ditunjukkan oleh Gambar 8. Kuadran I merupakan area yang dihuni
oleh risiko-risiko yang memiliki tingkat frekuensi sedang sampai tinggi dan
memilki dampak sedang sampai tinggi. Risiko-risiko yang ada di kuadran I
masuk ke dalam prioritas utama. Risiko yang ada pada kuadran I adalah risiko
kelalaian saat panen, petani tidak menerapkan budidaya yang sesuai GAP,
informasi budidaya yang baik masih kurang, memanen lebih dini dan cuaca.
Kuadran II
Kuadran I
 Kelalaian dalam pemeliharaan (penyiangan)
Tinggi
Sedang
Rendah
 Kelalaian saat panen
 Petani tidak menerapkan budidaya yang
sesuai dengan GAP
 Informasi budidaya yang baik masih
kurang
 Memanen lebih dini
 Cuaca
Kuadran IV
Kuadran III
 Kelalaian pemberian pupuk
 Petani kurang terampil dalam memelihara
tanaman akar wangi
 Petani kurang memahami cara penanaman
yang baik
 Kekurangan pasokan bibit
tanaman akar wangi
 Kekurangan pupuk
 Mutu bibit buruk
 Kekurangan peralatan dalam
budidaya
Rendah
Sedang
Tinggi
Frekuensi
Gambar 8. Diagram pemetaan risiko operasional budidaya akar wangi
50
Risiko kelalaian saat panen adalah risiko kurang tercabutnya akar secara
keseluruhan. Pemanenan masih dilakukan secara tradisional, sehingga
kemungkinan untuk tertinggalnya akar di dalam tanah masih besar. Dampaknya
sangat besar bagi petani, karena akan mengurangi hasil panennya, sehingga
petani akan mengalami kerugian besar. Untuk menghindari hal tersebut
biasanya petani menyewa tenaga kerja yang khusus dalam kegiatan pemanenan
karena tidak semua orang dapat melakukan panen akar wangi dengan baik dan
benar. Biasanya para pekerja yang melakukan pekerjaan ini sudah dikontrak
satu minggu sebelumnya, karena tenaga kerja untuk pekerjaan jenis ini masih
jarang dan menjadi rebutan para produsen minyak akar wangi yang lain.
Petani akar wangi di Garut masih melakukan budidaya akar wangi secara
tradisional dan tidak menerapkan budidaya yang sesuai GAP. Pembinaan sulit
diterima petani, karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya,
diantaranya yaitu faktor kebiasaan cara penanaman yang dilakukan secara
turun-temurun, permintaan pasar yang berubah karena akar wangi selalu dapat
dijual walaupun kualitasnya kurang bagus (banyaknya permintaan setelah
gempa di Haiti), terkendala oleh modal karena pembudidayaan yang sesuai
GAP memerlukan biaya yang lebih besar. Informasi budidaya yang baik juga
masih kurang, karena selama ini kegiatan penyuluhan tidak diikuti oleh buktibukti yang dapat memberikan contoh yang nyata. Hal ini menyebabkan petani
banyak yang mengabaikan arti penyuluhan tersebut.
Pemanenan akar wangi sebaiknya dilakukan pada usia minimal 12 bulan,
agar mutu dan kuantitas rendemen yang dihasilkan sesuai dengan standar yang
diharapkan. Pada praktiknya, masih banyak petani yang melakukan pemanenan
di bawah usia 12 bulan karena faktor desakan kebutuhan ekonomi. Selama ini
yang bisa dilakukan oleh petani adalah menjual akar wanginya dengan sistem
kebun kepada para penyuling agar penyuling dapat memanen akar wangi sesuai
usia ideal pemanenan.
Periode pemanenan tergantung dari cuaca. Jika pada tanah yang sama
ditanami kembali dengan akar wangi, maka akar-akar tersebut hanya dapat
51
dipanen selama musim hujan, karena sebagian dari akar ini akan dipakai
sebagai bibit. Tetapi, apabila tanah tersebut digunakan untuk tanaman pangan
maka pemanenan akar lebih baik dilakukan selama musim kering, tidak hanya
karena akar dapat lebih mudah dipisahkan dari tanah, tetapi juga karena akan
lebih cepat kering (Guenther, 1990). Pabrik penyulingan cenderung untuk
membeli akar kering, demi menghindari masalah-masalah yang timbul, karena
lebih berat dan KA tinggi.
Kuadran II merupakan area yang dihuni oleh risiko-risiko yang memiliki
tingkat frekuensi rendah sampai sedang dan memiliki dampak sedang sampai
tinggi. Risiko-risiko yang ada dikuadran II cukup jarang terjadi, tetapi jika
terjadi dampaknya buruk. Risiko pada kuadran II adalah risiko karena kelalaian
dalam pemeliharaan atau penyiangan. Petani sangat rajin dalam hal penyiangan
karena akan berdampak pada mutu dan kuantitas akar wangi yang akan
dihasilkan.
Kuadran III merupakan area yang dihuni oleh risiko-risiko yang memiliki
tingkat frekuensi sedang sampai tinggi dan memiliki dampak rendah sampai
sedang. Risiko dalam kuadran ini rutin terjadi, tetapi tidak terlalu menganggu
pencapaian tujuan. Dalam hasil pemetaan tidak ada yang masuk dalam kategori
kuadran tiga. Risiko-risiko yang dianalisis didasarkan pada survei kepada
responden saat penelitian berlangsung. Risiko-risiko yang ada bersifat dinamis,
sehingga dapat berubah bila ada perubahan kondisi eksternal maupun internal
secara nyata.
Kuadran IV dihuni oleh risiko-risiko yang memiliki tingkat frekuensi
yang rendah sampai sedang dan memiliki tingkat dampak yang rendah sampai
sedang. Risiko pada kuadran ini adalah risiko karena kelalaian pemberian
pupuk, petani kurang terampil dalam memelihara akar wangi, petani kurang
memahami cara penanaman yang baik, kekurangan pasokan bibit tanaman,
kekurangan pupuk, mutu bibit yang buruk dan kekurangan peralatan dalam
budidaya.
52
Petani jarang melakukan kelalaian dalam pemberian pupuk, karena akan
mengurangi rendemen minyak akar wangi yang dihasilkan. Menanam akar
wangi tidak sulit, sehingga petani mudah dalam menanamnya dan tidak perlu
keterampilan khusus. Penanaman akar wangi telah dilakukan secara turun
temurun oleh masyarakat Garut sehingga petani umumnya tahu cara bertani
akar wangi. Kekurangan pupuk dalam penanaman akar wangi jarang ditemukan
karena pemupukan akar wangi tidak sulit dan dapat menggunakan pupuk
organik atau non organik kecuali pupuk Urea. Mutu bibit yang buruk tidak akan
terjadi jika berasal dari tanaman yang ditanam sebelumnya. Petani biasanya
tidak pernah membeli bibit, jika ingin melakukan penanaman selanjutnya,
karena penanaman kembali akar wangi berasal dari bonggolnya. Petani hanya
membeli bibit di awal atau untuk memperluas kebunnya. Sedangkan untuk
peralatan dalam budidaya akar wangi tidak menggunakan alat yang sulit, hanya
menggunakan peralatan tani pada umumnya, sehingga masalah kekurangan
peralatan budidaya jarang terjadi. Risiko-risiko yang ada di kuadran IV dapat
diabaikan, karena jarang terjadi dan dampaknya juga tidak terlalu berpengaruh
pada tanaman akar wangi.
4.2.3 Penilaian Risiko Operasional Budidaya Akar Wangi
Penilaian risiko mengacu pada ukuran frekuensi risiko dan ukuran
dampak risiko yang akan ditimbulkan bila risiko benar-benar terjadi.
Perhitungan dilakukan dengan metode pengambilan keputusan berkelompok
secara bebas dengan teknik agregasi OWA. Penilaian didasarkan pada hasil
penilaian risiko operasional budidaya akar wangi yang dilakukan oleh tiga (3)
orang petani yang ahli dalam budidaya akar wangi. Hasil penilaian dapat dilihat
pada Lampiran 6. Negasi bobot kriteria dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Negasi bobot untuk kriteria
Neg (ST) = SR
Neg (T) = R
Neg (S) = S
Neg (R) = T
Neg (SR) = ST
53
Dengan menggunakan rumus (1) diperoleh :
Pinput1 = Min [Neg (R) V S, Neg (T) V T, Neg (R) V S, Neg(R) V S, Neg (R)
V S, Neg (T) V T, Neg (SR) V S, Neg(SR) VS]
= Min [T V S, R V T, T V S, T V S, T V S, R V T, ST V S, ST V S]
= Min [T, T, T, T, T, T, ST, ST] = T
Pproses1 = Min [Neg (R) V S, Neg (T) V T, Neg (S) V T, Neg (S) V T]
= Min [T V S, R V T, S V T, S V T]
= Min [T, T, T, T] = T
Poutput1 = Min [Neg (T) V T]
= Min [R V T]
= Min [T] = T
Kemudian dilakukan dengan cara yang sama sampai diperoleh hasil seperti
yang terlihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Perhitungan nilai risiko dari setiap faktor
Pakar/ahli
Risiko
Operasional
1
2
T
S
Input
3
S
Proses
T
T
S
Output
T
T
T
Selanjutnya perhitungan untuk penentuan bobot nilai pengambil keputusan
dilakukan dengan rumus (2), dengan r = 3 dan q = 5, maka :
Q(1) = Int [1 + 1*4/3] = 2 = R
Q(2) = Int [1 + 2*4/3] = 4 = T
Q(3) = Int [1 + 3*4/3] = 5 = ST
Kemudian menghitung nilai gabungan dari seluruh nilai para ahli dengan
menggunakan metode OWA dengan rumus (3).
P input
= Max [(R Λ T), (T Λ S), (ST Λ S]
= Max [R, S, S] = S
Proses perhitungan dengan menggunakan rumus (1), (2), dan (3)
dilakukan terus menerus sampai diperoleh agregasi total sebagai nilai risiko
operasional budidaya akar wangi. Proses perhitungan secara lengkap dapat
dilihat pada Lampiran 7. Perhitungan penilaian risiko dapat mengunakan
54
software Excel 2007 untuk mempermudah perhitungan, perhitungan tersebut
dapat dilihat pada pada Lampiran 8.
Petani kurang memahami
cara penanaman yang baik.
Petani tidak menerapkan
budidaya yang sesuai GAP.
Petani kurang terampil
memelihara tanaman.
Kekurangan pasokan bibit.
Risiko Input
Sedang (3)
Kekurangan pupuk.
Informasi budidaya yang
baik masih kurang.
Mutu bibit buruk.
Risiko Operasional
Budidaya
Akar Wangi : Tinggi (4)
Kekurangan peralatan dalam
budidaya.
Kelalaian pemberian pupuk.
Kelalaian dalam
pemeliharaan (penyiangan).
Risiko Proses
Tinggi (4)
Kelalaian saat panen.
Cuaca
Memanen lebih dini.
Risiko Output
Tinggi (4)
Gambar 9. Pohon keputusan analisis risiko operasional budidaya akar wangi
Gambar 9 menunjukkan hasil analisis risiko operasional budidaya akar
wangi. Nilai risiko operasional budidaya akar wangi didapatkan dari hasil
agregasi nilai risiko yang terkait dengan input, proses dan output. Hasil
55
perhitungan agregasi menunjukkan bahwa tingkat
risiko operasional pada
budidaya akar wangi adalah tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa risiko
operasional yang ada pada budidaya akar wangi harus dikelola dengan baik,
agar akar wangi yang dihasilkan dapat memiliki rendemen minyak yang
bermutu.
4.2.4 Rekomendasi Pengelolaan Risiko Menggunakan Basis Aturan
Risiko yang ada tidak bisa dikelola keseluruhannya oleh petani. Risiko
yang berhubungan dengan cuaca sulit untuk diantisipasi. Oleh karena itu,
penelitian difokuskan pada risiko-risiko yang dapat dikelola oleh petani dan
pihak-pihak yang berkepentingan dalam budidaya akar wangi. Rekomendasi
pengelolaan
risiko
operasional
menggunakan
basis
aturan
untuk
menerjemahkan hasil penilaian risiko. Basis aturan manajemen risiko
operasional adalah :
Aturan 1
Jika risiko input sangat tinggi, maka manajemen risiko operasional adalah :
-
Menumbuhkan kesadaran petani akan pentingnya budidaya yang sesuai
GAP melalui pembinaan, pendampingan dan pemberian fasilitas.
-
Mengevaluasi hasil pembinaan yang telah dilakukan.
-
Mengadakan pendidikan dan pelatihan lapangan bagi petani.
-
Mengawasi pasokan bibit dan pupuk.
-
Melakukan sortasi terhadap bibit yang buruk.
-
Melakukan pembinaan secara berkelanjutan.
Aturan 2
Jika risiko input tinggi, maka manajemen risiko operasional adalah :
-
Menumbuhkan kesadaran petani akan pentingnya budidaya yang sesuai
GAP melalui pembinaan, pendampingan dan pemberian fasilitas.
-
Mengevaluasi hasil pembinaan yang telah dilakukan.
-
Mengadakan pendidikan dan pelatihan lapangan bagi petani.
-
Mengawasi pasokan bibit dan pupuk.
56
Aturan 3
Jika risiko input sedang, maka manajemen risiko operasional adalah :
-
Menumbuhkan kesadaran petani akan pentingnya budidaya yang sesuai
GAP melalui pembinaan, pendampingan dan pemberian fasilitas.
-
Mengevaluasi hasil pembinaan yang telah dilakukan.
-
Mengawasi pasokan bibit dan pupuk.
Aturan 4
Jika risiko input rendah, maka manajemen risiko operasional adalah :
-
Mengawasi pasokan bibit dan pupuk.
-
Melakukan sortasi terhadap bibit yang buruk.
Aturan 5
Jika risiko input sangat rendah, maka manajemen risiko operasional adalah :
-
Melakukan sortasi terhadap bibit yang buruk.
Aturan 6
Jika risiko proses sangat tinggi, maka manajemen risiko operasional adalah :
-
Mengawasi proses pemupukan.
-
Mengawasi proses pemeliharaan.
-
Mengawasi proses pemanenan.
-
Mengevaluasi cara pemanenan yang benar agar tidak banyak akar yang
tertinggal dalam tanah.
Aturan 7
Jika risiko proses tinggi, maka manajemen risiko operasional adalah :
-
Mengawasi proses pemeliharaan.
-
Mengawasi proses pemanenan.
-
Mengevaluasi cara pemanenan yang benar agar tidak banyak akar yang
tertinggal dalam tanah.
Aturan 8
Jika risiko proses sedang, maka manajemen risiko operasional adalah :
-
Mengawasi proses pemeliharaan.
-
Mengawasi proses pemanenan.
57
Aturan 9
Jika risiko proses rendah, maka manajemen risiko operasional adalah :
-
Mengawasi proses pemeliharaan.
Aturan 10
Jika risiko proses sangat rendah, maka manajemen risiko operasional adalah :
-
Mengawasi proses pemanenan
Aturan 11
Jika risiko output sangat tinggi, maka manajemen risiko operasional adalah :
-
Perlu dikembangkan pembiayaan dengan pola syariah yang memakai
sistem bagi hasil dan bagi risiko.
-
Pemberian pinjaman oleh Koperasi
-
Bantuan permodalan dari para stakeholder
-
Meminjam kepada sanak saudara
Aturan 12
Jika risiko output tinggi, maka manajemen risiko operasional adalah :
-
Perlu dikembangkan pembiayaan dengan pola syariah yang memakai
sistem bagi hasil dan bagi risiko.
-
Pemberian pinjaman oleh Koperasi
-
Bantuan permodalan dari para stakeholder
Aturan 13
Jika risiko output sedang, maka manajemen risiko operasional adalah :
-
Pemberian pinjaman oleh Koperasi
-
Bantuan permodalan dari para stakeholder
Aturan 14
Jika risiko output rendah, maka manajemen risiko operasional adalah :
-
Bantuan permodalan dari para stakeholder
Aturan 15
Jika risiko output sangat rendah, maka manajemen risiko operasional adalah :
-
Meminjam kepada sanak saudara
58
4.3. Implikasi Manajerial
1. Harus ada komitmen yang kuat diantara anggota rantai pasokan untuk
menjaga mutu minyak akar wangi sesuai standar internasional (ISO dalam
Tutuarima, 2009), agar minyak akar wangi asal Kabupaten Garut memiliki
daya saing kompetitif dalam pasar minyak atsiri dunia.
2. Hasil penilaian risiko operasional menunjukkan bahwa risiko input bernilai
sedang, risiko proses bernilai tinggi dan risiko output bernilai tinggi.
Rekomendasi pengelolaan berdasarkan basis aturan menunjukkan :
a. Jika risiko input sedang, maka manajemen risiko operasional adalah :
1) Menumbuhkan kesadaran petani akan pentingnya budidaya yang
sesuai GAP melalui pembinaan, pendampingan dan pemberian
fasilitas.
2) Mengevaluasi hasil pembinaan yang telah dilakukan.
3) Mengawasi pasokan bibit dan pupuk.
b. Jika risiko proses tinggi, maka manajemen risiko operasional adalah:
1) Mengawasi proses pemeliharaan.
2) Mengawasi proses pemanenan.
3) Mengevaluasi cara pemanenan yang benar agar tidak banyak akar yang
tertinggal dalam tanah.
c. Jika risiko output tinggi, maka manajemen risiko operasional adalah :
1) Perlu dikembangkan pembiayaan dengan pola syariah yang memakai
sistem bagi hasil dan bagi risiko.
2) Pemberian pinjaman oleh Koperasi
3) Bantuan permodalan dari para stakeholder
59
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
a. Anggota primer rantai pasokan minyak akar wangi di Kabupaten Garut
terdiri dari petani yang memasok bahan baku akar wangi, pengumpul akar,
penyuling minyak akar wangi, pengumpul minyak akar wangi dan eksportir
minyak akar wangi.
b. Nilai risiko operasional budidaya akar wangi didapatkan dari hasil agregasi
nilai risiko yang terkait dengan input, proses dan output. Hasil perhitungan
agregasi menunjukkan bahwa risiko input bernilai sedang, risiko proses
bernilai tinggi dan risiko output bernilai tinggi. Oleh karena itu, tingkat
risiko operasional pada budidaya akar wangi adalah tinggi di dalam konteks
rantai pasokan minyak akar wangi di Kabupaten Garut.
2.
Saran
a. Risiko-risiko yang ada pada budidaya tanaman akar wangi pada rantai
pasokan minyak akar wangi bersifat dinamis, sehingga masih berubah bila
ada perubahan kondisi eksternal, maupun internal secara nyata. Oleh karena
itu, perlu dikaji lebih dalam lagi mengenai risiko-risiko yang terkait
budidaya tanaman akar wangi pada rantai pasokan minyak akar wangi di
Kabupaten Garut.
b. Penelitian lanjutan untuk mengetahui risiko budidaya akar wangi, ditinjau
dari segi risiko operasional, pemasaran dan keuangan.
60
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2010. Produk Domestik Bruto. http://www.bps.go.id. [20
Desember 2011].
Badan Pusat Statistik. 2010. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut
Lapangan Pekerjaan Utama. http://www.bps.go.id. [20 Desember 2011].
Dinas Perkebunan. 2010. Tabel Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat,
Kabupaten Garut. Kabupaten Garut.
Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Perkoperasian. 2010. Laporan Komoditas
Ekspor Tahunan. Kabupaten Garut.
Ditjetbun. 2011. Komoditas Akar Wangi.
http://ditjenbun.deptan.go.id/budtansim/images/pdf/akar%20wangi.pdf. [10 Juli
2011].
Djohanputro, B. 2008. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. PPM, Jakarta.
Fahmi, I. 2010. Manajemen Risiko Teori, Kasus, dan Solusi. Alfabeta, Bandung.
Guenther, E.1990. Minyak Atsiri (Terjemahan). UI-Press, Jakarta.
Hadiguna, R.A. 2010. Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Rantai Pasok dan
Penilaian Risiko Mutu pada Agroindustri Minyak Sawit Kasar. Disertasi pada
Program Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Heizer, J dan R. Barry. 2005. Manajemen Operasi (Terjemahan). Salemba Empat,
Jakarta.
Indrawanto, C. 2009. Kajian Pengembangan Industri Akar Wangi (Vetiveria
zizanoides L.) Menggunakan Interpretative Structural Modelling. Informatika
Pertanian 18 (1): 1-18.
Indrajit, R.E. dan R. Djokopranoto. 2006. Konsep Manajemen Supply Chain.
Grasindo, Jakarta.
Kemenperin. 2011. Pemantauan Ekspor 31 Kelompok
http://www.kemenperin.go.id. [22 Desember 2011].
Kountur, R. 2004. Manajemen Risiko Operasional. PPM, Jakarta.
Hasil
Industri.
61
Lestari, A. 2009. Manajemen Risiko Operasional Dalam Usaha Pembenihan Udang
Vannamei (Litopenaeus vannamei). Skripsi pada Departemen Agribisnis.
Fakultas Ekonomi dan Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Marimin. 2001. Penentuan Produk Olahan Apel Unggulan Menggunakan Teknik
Fuzzy Non Numerik dan Analisis Struktur Serta Pola Pembinaan
Kelembagaannya. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 12 (2) : 163-170.
Marimin dan M. Nurul. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam
Manajemen Rantai Pasok. IPB Press, Bogor.
Muslich, M. 2007. Manajemen Risiko Operasional Teori dan Praktek. Bumi Aksara,
Jakarta.
Pujawan, I.N. 2005. Supply Chain Management. Guna Widya, Surabaya.
Rusli, MS. 2010. Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Santoso, I. 2005. Rekayasa Model Manajemen Risiko Untuk Pengembangan
Agroindustri Buah-Buahan Secara Berkelanjutan. Disertasi pada Program
Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
[SNI]
Standar Nasional Indonesia 06-2386-2006. Minyak Akar wangi.
http://www.bsn.or.id/files/sni/SNI%2001-2386-2006%20_akar %20wangi_.pdf
[20 Desember 2011]
Tutuarima, T. 2009. Rekayasa Proses Penyulingan Minyak Akar Wangi Dengan
Peningkatan Tekanan Dan Laju Uap Bertahap. Tesis pada Program Studi
Teknologi Industri Pertanian. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
62
LAMPIRAN
63
Lampiran 1.
KUISIONER A.1 : UNTUK PETANI AKAR WANGI
IDENTIFIKASI RANTAI PASOKAN
Gambaran Ringkas
Survei ini merupakan program penelitian skripsi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi rantai
pasokan minyak akar wangi berbasis Industri Kecil Menengah (IKM) di Indonesia.
Kami sangat mengharapkan informasi yang akurat dari Bapak/Ibu demi keberlanjutan
industri minyak akar wangi di Indonesia berbasis IKM. Hasil penelitian ini
diharapkan menjadi informasi dan rekomendasi berharga bagi pemangku
kepentingan, baik pemerintah (instansi sektor terkait), lembaga keuangan (khususnya
perbankan), calon investor, maupun pelaku usaha minyak atsiri itu sendiri. Sebagai
pelaku usaha, jawaban anda akan sangat menentukan hasil penelitian ini dan
rekomendasi yang akan dibuat. Informasi yang didapatkan dari survei ini akan
dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan akademik. Analisis dan
tabulasi akan dilakukan secara gabungan sehingga informasi setiap responden tidak
akan diketahui. Atas kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
PP Petunjuk Umum
Jenis pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner ini adalah :
1.
2.
3.
4.
C
Pertanyaan berupa pilihan berganda tertutup serta pertanyaan yang bersifat
terbuka.
Responden diharapkan memberikan tanda silang (x) pada jawaban yang paling
sesuai.
Pertanyaan terdiri dari 6 (enam) bagian yang terdiri dari (1) Identitas
Responden, (2) Identitas Usaha, (3) Aspek Budidaya dan Pasca Panen,
(4) Aspek Pemasaran, (5) Aspek Keuangan dan (6) Kemitraan
Contoh
dipilih
berdasarkan
teknik
purposive
sampling
dengan
mempertimbangkan lokasi usaha, status usaha dan keberlanjutan usaha.
Contact Person
Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi peneliti : Nola Noviawati
(085717874070)
Lanjutan Lampiran 1.
Nama Responden
64
: .......................................................................................
Hari, Tanggal Wawancara : .......................................................................................
Tanda tangan
: .......................................................................................
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Responden
2. Alamat
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
: ...........................................................................
: ...........................................................................
No. Telp / Faximile
Desa
Kecamatan
Kota/Kabupaten
Propinsi
Jenis Kelamin
Umur Responden
: ...........................................................................
: ...........................................................................
: ...........................................................................
: ...........................................................................
: ...........................................................................
: A. Laki-laki
B. Perempuan
: A. < 30 tahun, sebutkan… B. 30 – 40 tahun
C. > 50tahun, sebutkan…
10. Latar belakang pendidikan : [ ] Tidak Tamat SD
[ ] Tamat SD
[ ] SLTP/Tsanawiyah
[ ] SMU/Aliyah
[ ] Diploma [D3], sebutkan…
[ ] Sarjana, sebutkan…
II. IDENTITAS USAHA
1. Apakah saudara tergabung dalam kelompok ?
A. YA (Jika Ya, lanjutkan ke nomor 2 dan seterusnya)
B. TIDAK (jika Tidak, lanjutkan ke nomor 7 dan seterusnya)
2. Nama Kelompok Tani
: ...........................................................................
3. Alamat Kelompok Tani
: ...........................................................................
4. Bentuk organisasi
: A. Koperasi
B. Tidak berbadan hukum
C. Lainnya,sebutkan...........................................
5. Jumlah Anggota Kelompok : ........... orang
6. Tanggal terbentuk
: ...........................................................................
7. Sejak kapan penanaman akar wangi dimulai di daerah Saudara : tahun ............
8. Sejak kapan Saudara menjalani usaha ini ? : ........................................ tahun
9. Luas budidaya akar wangi yang dimiliki saat ini : ................................. Ha
10. Jumlah produksi rata-rata : .................................ton/tahun/petani
11. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki : ...................................orang
12. Status lahan saat ini : A. Milik Sendiri
B.Sewa dari orang lain/perusahaan
C. Milik pemda
D. Lainnya, sebutkan.............................
13. Apakah Saudara mempunyai usaha lain :
[ ] Ya
[ ] Tidak
Lanjutan Lampiran 1.
65
14. Jika Ya, Jenis usaha
:............................................................................
dengan jumlah investasi
:Rp ...........................................................
15. Apakah saudara melakukan penyulingan juga ?
A. YA. Jika Ya mohon mengisi kuesioner A.2. di bagian terpisah
B. TIDAK
III.
1.
2.
3.
4.
ASPEK BUDIDAYA DAN PASCA PANEN
Pola budidaya yang paling banyak diakukan adalah :
A. Monokultur
B. Tumpang sari dengan tanaman ......................
Jenis/varietas tanaman yang paling banyak diusahakan : .................................
Bagaimana tahapan budidaya tanaman akar wangi mulai dari penyiapan
lahan sampai hasilnya siap dipasarkan?
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
Sebutkan persyaratan tumbuh dan agroklimat untuk budidaya tanaman akar
wangi
- Ketinggian tanah dari permukaan laut ......................... m dpl
- Suhu rataan
: ...............................˚C
- Tingkat kelembaban (RH)
: ............................... %
- Curah hujan rataan
: ............................... mm/bln
- Jenis tanah yang cocok
: ...............................................................
5. Umur tanaman akar wangi mulai menghasilkan : ................. bulan
6. Sampai umur berapa tanaman akar wangi masih ekonomis di panen ?
..........tahun
7. Dalam 1 tahun akar wangi dapat dipanen : .................... kali
8. Darimanakah saudara memperoleh bibit akar wangi ? (jawaban boleh lebih
dari satu)
A. Pemerintah pusat, yaitu Departemen Pertanian
B. Pemerintah daerah, yaitu Dinas Perkebunan
C. Melakukan pembibitan sendiri, caranya ................................................
D. Lainnya, ......................................................................................................
9. Berapa rataan memesan bibit dalam setiap penanaman ? ......................ton/Ha
10. Bagaimana sistem pemesanan yang dilakukan ? (jawabanboleh lebih dari
satu)
A. Sistem kontrak (sudah ada perjanjian dengan pemasok)
B. Dipesan langsung
C. Lainnya, ......................................................................................................
1.
66
Lanjutan Lampiran 1.
11. Bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan untuk bibit ?
A. Dibayar lagsung (cash and carry )
B. Dibayar di akhir
C. Dibayar di awal
D.Lainnya, ..............................
12. Permasalahan apa yang sering dihadapi dalam penyediaan bibit ? (jawaban
boleh lebih dari satu)
A. Ketersediaan bibit yang tidak konsisten
B. Mutu bibit yang tidak sesuai yang diharapkan.
C.Lainnya, ........................................................................................................
13. Apakah sebagian besar petani melakukan pemupukan ?
A. Ya, Jenis pupuk :[ ]
[ ]anorganik*
B. Tidak
14. Jenis hama dan penyakit apakah yang terdapat dalam tanaman akar wangi ?
........................................................................................................................
15. Apakah sebagian besar petani melakukan pemberantasan hama dan penyakit
tanaman ?
A.Ya, caranya ..........................................................................................
Jenis pestisida : ...........................................................................................
B. TIDAK
16. Bagaimana jenis pemasok yang saudara gunakan untuk bibit, pupuk, obatobatan dan pestisida, dan peralatan yang digunakan untuk budidaya akar
wangi ? Isilah tabel berikut :
Input
budidaya
Jenis pemasok
1=UB, 2=UM,
3=UK
Kerjasama yang Hubungan dengan
pemasok
Informasi pemasok dilakukan antara
1=jangka pendek
diperoleh dari
petani dan
pemasok
2=jangka panjang
BBibit
PPupuk
OObat-obatan
PPeralatan
17. Apakah saudara selalu mengetahui informasi tentang cara budidaya tanaman
akar wangi yang baik atau Good Agricultural Processing (GAP) yang baik ?
A. Ya, yaitu tentang : ........................................................................................
Informasi diperoleh dari : ............................................................................
B. Tidak
Lanjutan Lampiran 1.
67
18. Permasalahan apa yang sering dihadapi dalam budidaya akar wangi selama
ini?.....................................................................................................................
...........................................................................................................................
19. Bagaimana mengatasi permasalahan tersebut ?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
IV. ASPEK PEMASARAN
1. Penjualan akar wangi saat ini dilakukan oleh :
A. Petani sendiri
B. Melalui Kelompok usaha tani
C. Melalui Koperasi
D. Lainnya,..................................
2.
3.
Siapakah yang membeli akar wangi saudara selama ini ? (jawaban boleh
lebih dari satu)
A. Penyuling
B. Pengumpul akar wangi
C. Pedagang
D. Lainnya, .......................................................................................................
Bagaimana saudara berhubungan dengan pembeli tersebut ? (jawaban boleh
lebih dari satu)
A. Pembeli datang sendiri ke tempat saudara
B. Saudara yang menawarkan akar wangi kepada mereka
C. Dikumpulkan ke koperasi
D. Lainnya, ...................................................................................................
4.
Daerah penjualan akar wangi yang saudara lakukan :
DDaerah Penjualan*
DDalam satu kecamatan : ........................................................
...............................................................................................
DDalam satu kabupaten : ........................................................
..............................................................................................
DDalam satu propinsi : ...........................................................
..............................................................................................
AAntar propinsi : ..............................................................
*Sebutkan daerah penjualannya
PPersentase (%)
Lanjutan Lampiran 1.
5.
68
Apakah saudara mengetahui harga akar wangi atau tidak?
A. YA
B. TIDAK
Jelaskan .........................................................................................................
............................................................................................................................
6.
Harga akar wangi : Rp .................................................../kg berat basah atau
Rp ................................................../kg berat kering
7.
Mekanisme pembayaran yang dilakukan ketika menjual akar wangi adalah
A. Dibayar langsung (cash and carry)
B. Jatuh tempo
C. Lainnya .........................................................................................................
8. Apakah saudara mengalami kesulitan dalam memasarkan tanaman akar wangi ?
A. YA, kesulitan yang dihadapi ........................................................................
B. TIDAK, jelaskan ..............................................................................................
9. Bagaimana mengatasi hal tersebut ?
.................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
V. ASPEK KEUANGAN
1. Modal saudara selama ini diperoleh dari mana?
A. Modal sendiri
B. Dibantu oleh saudara
C. Perbankan
D. Modal sendiri (........ %), dan modal dari pinjaman saudara (........ %)
E. Lainnya, ..........................................................................................................
2. Berapa investasi saudara dalam budidaya akar wangi per Hektar dalam satu
periode penanaman ?
A. < Rp 25 juta, sebutkan…
C. Rp Rp 50 juta – Rp 75 juta
B. Rp 25 – 50 juta
D. Rp 75 – 100 juta
3. Apakah saudara memanfaatkan fasilitas pinjaman modal berupa kredit ?
A. Ya (Lanjutkan ke pertanyaan no.4)
B. Tidak (Lanjutkan ke pertanyaan no.5)
Lanjutan Lampiran 1.
69
4. Jika ya, siapakah yang memberikan kredit tersebut ?
A. Bank umum, yaitu ..........................................................................................
B. Bank Perkreditan Rakyat, yaitu ......................................................................
C. Koperasi
D. Baitul mal Watamwil (BMT)
E. Lainnya, ........................................................................................................
5. Apakah sulit memperoleh bantuan dana tersebut? (misalnya dalam segi
persyaratannya, agunan dan lainnya ?)
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan ...............................................................................................................
6. Apa yang diharapkan saudara dalam mengatasi permodalan ini ?
A. Bantuan dari pemerintahan
B. Bantuan pihak perbankan
C. Investasi pihat swasta/ BUMN
D. Lainnya, ..........................................................................................................
VI. KEMITRAAN
1. Apakah Saudara melakukan kemitraan dengan usaha lain :
A. Ya, sebutkan perusahaan mitranya : .............................................................
B. Tidak
2. Jenis kemitraan yang lakukan, pilih salah satu :
A. Inti-plasma
B. Dagang umum
C. Sub-kontrak
D. Waralaba
E. Keagenan
F. Contract Farming
G. Bentuk lain : ...........................................................................................
3. Bentuk kemitraan yang dilakukan terutama dalam hal :
A. Pembelian bibit
B. Pelatihan budidaya akar wangi
C. Modal
D. Pemasaran tanaman akar wangi
4. Apakah dengan bekerja sama tersebut memperoleh manfaat ?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan,...............................................................................................................
.............................................................................................................................
70
5. Apakah saudara mendapatkan pembinaan ? [ ] Ya
[ ] Tidak
Jika Ya, dari ........................................................................................................
Bentuk pembinaan yang dilakukan :
A.
B.
C.
D.
E.
Budidaya tanaman akar wangi [ ] Ya [ ] Tidak
Manajemen usaha
[ ] Ya [ ] Tidak
Administrasi keuangan
[ ] Ya [ ] Tidak
Penyusunan rencana bisnis
[ ] Ya [ ] Tidak
Lainnya : ......................................................................................................
6. Menurut saudara, apakah kebijakan pemerintah daerah maupun pusat cukup
kondusif/mendukung dalam budidaya akar wangi ? :
[ ] Ya
[ ] Tidak
Jelaskan................................................................................................................
.........................................................................................................................
7. Apakah saudara melakukan kerjasama lainnya seperti yang tercantum di
bawah ini ?
A. Ya (isilah tabel berikut) B. Tidak (lanjutkan ke nomor 8)
No
Lembaga
Bentuk
Sifat (temporer/kontinu)
Manfaat
Kerjasama
1
Perguruan
tinggi
(sebutkan
................ )
2
Instansi pemerintah (sebutkan
................ )
3
Lembaga perbankan (sebutkan
................ )
4
Lembaga penelitian (sebutkan
................ )
5
Lainnya
(sebutkan ................ )
8. Harapan saudara terhadap perkembangan tanaman akar wangi di masa depan :
..............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
Lampiran 2.
71
KUESIONER A.2 : UNTUK PENYULING AKAR WANGI
IDENTIFIKASI RANTAI PASOK
Gambaran Ringkas
Survei ini merupakan program penelitian skripsi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi rantai
pasokan minyak akar wangi berbasis Industri Kecil Menengah (IKM) di Indonesia.
Kami sangat mengharapkan informasi yang akurat dari Bapak/Ibu demi keberlanjutan
industri minyak akar wangi di Indonesia berbasis IKM. Hasil penelitian ini
diharapkan menjadi informasi dan rekomendasi berharga bagi pemangku
kepentingan, baik pemerintah (instansi sektor terkait), lembaga keuangan (khususnya
perbankan), calon investor, maupun pelaku usaha minyak atsiri itu sendiri. Sebagai
pelaku usaha, jawaban anda akan sangat menentukan hasil penelitian ini dan
rekomendasi yang akan dibuat. Informasi yang didapatkan dari survei ini akan
dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan akademik. Analisis dan
tabulasi akan dilakukan secara gabungan sehingga informasi setiap responden tidak
akan diketahui. Atas kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
Petunjuk Umum
Jenis pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner ini adalah :
1. Pertanyaan berupa pilihan berganda tertutup serta serta pernyataan yang bersifat
terbuka.
2. Responden diharapkan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang paling
sesuai.
3. Pertanyaan terdiri dari 6 (enam) bagian yang terdiri dari (1) Identitas
Responden, (2) Identitas Usaha, (3) Aspek Penyulingan Akar Wangi, (4)
Aspek Pemasaran, (5) Aspek Keuangan dan (6) Aspek Tenaga Kerja.
4. Responden yang menjawab adalah pimpinan perusahaan (pemilik/ direktur atau
manajer setingkat).
5. Contoh
dipilih
berdasarkan
teknik
purposive
sampling
dengan
mempertimbangkan lokasi usaha, status usaha dan keberlanjutan usaha.
Contact Person
Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi peneliti : Nola Noviawati
(085717874070)
Lanjutan Lampiran 2.
72
Nama Responden
:
...........................................................................................
Hari, Tanggal Wawancara :
..........................................................................................
Tanda tangan
:
............................................................................................
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Responden
:
....................................................................................................
2. Alamat
:
....................................................................................................
3. No. Telp/ Faximile
:
....................................................................................................
4. Desa
:
....................................................................................................
5. Kecamatan
:
....................................................................................................
6. Kota/ Kabupaten
:
....................................................................................................
7. Propinsi
:
....................................................................................................
8. Jenis Kelamin
: A. Laki-laki B. Perempuan
9. Umur Responden
: A. < 30 tahun, sebutkan.. B. 30 – 50 tahun
C. > 50 tahun, sebutkan..
10. Latar belakang Pendidikan : [ ] Tidak Tamat SD
[ ] Tamat SD
[ ] SLTP/ Tsanawiyah [ ] SMU/ Aliyah
[ ] Diploma (D3)
[ ] Sarjana, sebutkan…
[ ] Pasca Sarjana (S2/ S3)
II. IDENTITAS USAHA
1. Apakah Saudara tergabung dalam kelompok penyuling akar wangi atau
koperasi ?
A. YA (Jika Ya, lanjutkan ke nomor 2 dan seterusnya)
B. TIDAK (Jika Tidak, lanjutkan ke nomor 5 dan seterusnya)
2. Nama kelompok
: ..................................................................
3. Alamat kelompok
: ..................................................................
4. Kelompok didirikan pada
: tahun ........................................................
Lanjutan
Lampiran
2.
5. Bentuk usaha
: A. CV
B. PD
C. PT
D. Tidak berbadan hukum
6. Sejak kapan usaha ini dimulai di daerah Saudara : tahun ...................................
7. Sejak kapan Saudara menjalani usaha ini? : tahun ..............................................
8. Jumlah produksi rata-rata
: ..............................................................kg / hari
73
9. Rendemen rata-rata
: ........................................................................%
10. Status alat penyulingan: A. Milik sendiri
B. Sewa dari orang
lain/perusahaan
C. Milik kelompok D. Milik Pemda
E. Lainnya,
......................................................................................................................
11. Apakah Saudara mempunyai usaha lain : [ ] Ya
[ ] Tidak
12. Jika Ya, Jenis usaha
: ...........................................................................
dengan jumlah investasi
: Rp ......................................................................
III. ASPEK PENYULINGAN AKAR WANGI
1. Penyulingan yang digunakan saat ini adalah :
A. Rebus
C. Uap langsung / boiler terpisah
B. Kukus
D. Lainnya, .........................................................
2. Bagaimana ketel yang digunakan untuk penyulingan?
A. Ketel stainless steel
Jumlah ketel
: ........................................... unit
Kapasitas ketel : ........................................... kg
B. Ketel non stainless steel
Jumlah ketel
: ........................................... unit
Kapasitas ketel : ........................................... kg
3. Rataan frekuensipenyulingan per hari
4. Rataan jumlah hari penyulingan per bulan : .................. hari
5. Bulan-bulan tidak melakukan penyulingan dalam setahun : .............................
6. Bagaimana tahapan penyulingan akar wangi mulai dari penyiapan
penyulingan sampai hasilnya siap dipasarkan ?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
7. Kondisi proses penyulingan akar wangi :
- Tekanan
: ...........................................................................
- Suhu
: ......................................................... °C
- Waktu yang diperlukan : ......................................................... jam
8. Jenis bahan bakar yang digunakan :
A. Ampas hasil suling
C. Bahan bakar minyak
E. Lainnya, ..........
B. Kayu
D. Gas
9. Darimanakah saudara memperoleh akar wangi ?
A. Pemerintah daerah (Dinas Pertanian)
C. Kebun mulik sendiri
B. Petani setempat
D. Lainnya, .....................
10. Berapa rata-rata memesan akar wangi setiap hari ? .............................kg / hari
11. Bagaimana sistem pemesanan yang dilakukan ?
A. Sistem kontrak (sudah ada perjanjian dengan pemasok)
B. Dipesan langsung
C. Lainnya, .......................................................................................................
Lanjutan Lampiran 2.
74
12. Permasalahan apa yang sering dihadapi dalam penyulingan akar wangi ?
A. Ketersediaan bahan baku akar wangi yang tidak konsisten
B. Mutu akar wangi yang tidak sesuai yang diharapkan
C. Kurangnya informasi
D. Lainnya,
....................................................................................................................
13. Bagaimana jenis pemasok yang saudara gunakan untuk bahan baku, mesin/
alat penyulingan, bahan bakar, untuk penyulingan akar wangi ? Isilah tabel
berikut:
Jenis pemasok Informasi
1= UB,
pemasok
Input budidaya
2=UM, 3=
diperoleh
UK
dari
Hubungan
Kerjasama yang dengan
pemasok 1=
dilakukan
jangka
antara
pendek, 2=
penyuling
dan pemasok jangka
panjang
Bahan baku
Alat / mesin
penyuling
Bahan bakar
14. Bantuan peralatan
15. Jika Ya
16. Apakah Saudara selalu mengetahui informasi tentang cara meningkatkan
produksi dan mutu penyulingan akar wangi ?
A. Ya, yaitu tentang :
....................................................................................................
Informasi diperoleh dari :
.........................................................................................
B. Tidak
17. Permasalahan apa yang sering dihadapi dalam penyulingan akar wangi
selama ini ?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
.............................................................................................................................
..............................................................................................................................
18. Bagaimana mengatasi permasalahan tersebut ?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
Lanjutan Lampiran 2.
75
IV. ASPEK PEMASARAN
1. Penjualan minyak akar wangi saat ini dilakukan oleh:
A. Petani sendiri
C. Melalui Koperasi
B. Melalui kelompok usaha tani
D. Lainnya,
..........................................................
2. Siapakah yang membeli akar wangi Saudara selama ini ?
A. Agen pengumpul
B. Pedagang
C. Lainnya, ........................................................................................................
3. Bagaimana Saudara berhubungan dengan pembeli tersebut ?
A. Pembeli datang sendiri ke tempat Saudara
B. Saudara yang menawarkan akar wangi kepada mereka
C. Dikumpulkan ke koperasi
D. Lainnya, ........................................................................................................
4. Daerah penjualan produk akar wangi yang Saudara lakukan:
Daerah Penjualan
Persentase (%)
Dalam satu kecamatan
Dalam satu kabupaten
Dalam satu propinsi
Antar propinsi
Ekspor *)
5. Apakah Saudara mengetahui harga minyak akar wangi saat ini ?
A. YA
B. TIDAK
Jelaskan .............................................................................................................
............................................................................................................................
6. Apakah Saudara mengalami kesulitan dalam memasarkan minyak akar
wangi?
A. Ya,
Kesulitan yang dihadapi ....................................................................................
B. Tidak, Jelaskan .............................................................................................
7. Bagaimana mengatasi hal tersebut ? …………………………………………...
V. ASPEK KEUANGAN
1. Modal Saudara selama ini diperoleh dari mana ?
A. Modal sendiri
B. Dibantu oleh Saudara
C. Perbankan
D. Lainnya, ..................................................................................................
Lanjutan Lampiran 2.
76
2. Berapa investasi Saudara dalam penyulingan akar wangi ?
A. < Rp 25 juta, sebutkan…
C. Rp 50 – 75 juta
B. Rp 25 – 50 juta
D. Rp 75 – 100 juta
3. Apakah Saudara memanfaatkan fasilitas pinjaman modal berupa kredit ?
A. Ya. (Lanjutkan ke pertanyaan no.4)
B. B. Tidak
4. Jika ya, siapkah yang memberikan kredit tersebut ?
A. Bank Umum, yaitu........................................................................................
B. Bank Perkreditan Rakyat, yaitu....................................................................
C. Koperasi
D. Baitul wal Watamwil (BMT)
E. Lainnya, ...................................................................................................
5. Apakah sulit memperoleh bantuin dana tersebut ? (misalnya dalam segi
persyaratan atau peraturan lainnya ?)
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan....................................................................................................
6. Apa yang diharapkan saudara dalam mengatasi permodalan ini ?
A. Bantuan dari pemerintah
B. Bantuan pihak perbankan
C. Investasi pihak swasta/BUMN
D. Lainnya, .....................................................................................................
IV. ASPEK TENAGA KERJA
1. Apakah Saudara melakukan kemitraan dengan usaha lain :
A. Ya, sebutkan perusahaan mitranya : ...............................................
B. Tidak
2. Jenis kemitraan yang lakukan, pilih salah satu :
A. Inti-Plasma
B. Dagang Umum
C. Sub-Kontrak
D. Waralaba
E. Keagenan
F.Contract
Farming
G. Bentuk lain : ............................................................................................
3. Bentuk Kemitraan yang dilakukan terutama dalam hal :
A. Pembelian bahan baku
B. Pelatihan penyulingan akar wangi
C. Modal
D. Pemasaran minyak akar wangi
E. Lainnya,..................................................................................................
4. Apakah dengan bekerja sama tersebut memperoleh manfaat ?
A. YA
B. TIDAK
Jelaskan.......................................................................................................
77
5. Apakah saudara melakukan kerjasama lainnya seperti yang tercantum di
bawah ini ?
A. YA (Isilah tabel berikut)
B. TIDAK (STOP)
No
Lembaga
1
Pendidikan / Perguruan tinggi
(sebutkan ................ )
2
Instansi pemerintah (sebutkan
................ )
3
Lembaga perbankan (sebutkan
................ )
4
Lembaga pelatihan SDM
(sebutkan ................ )
5
Pemasaran
(sebutkan...................)
6
Lainnya (sebutkan ................ )
Bentuk
Sifat
Manfaat
Kerjasama (temporer/kontinu)
78
Lampiran 3.
KUESIONER A.3 : UNTUK PENGUMPUL BAHAN BAKU AKAR WANGI
Gambaran Ringkas
Survei ini merupakan program penelitian skripsi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi rantai
pasokan minyak akar wangi berbasis Industri Kecil Menengah (IKM) di Indonesia.
Kami sangat mengharapkan informasi yang akurat dari Bapak/Ibu demi keberlanjutan
industri minyak akar wangi di Indonesia berbasis IKM. Hasil penelitian ini
diharapkan menjadi informasi dan rekomendasi berharga bagi pemangku
kepentingan, baik pemerintah (instansi sektor terkait), lembaga keuangan (khususnya
perbankan), calon investor, maupun pelaku usaha minyak atsiri itu sendiri. Sebagai
pelaku usaha, jawaban anda akan sangat menentukan hasil penelitian ini dan
rekomendasi yang akan dibuat. Informasi yang didapatkan dari survei ini akan
dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan akademik. Analisis dan
tabulasi akan dilakukan secara gabungan sehingga informasi setiap responden tidak
akan diketahui. Atas kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
Petunjuk Umum
Jenis pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Pertanyaan berupa pilihan berganda tertutup serta pertanyaan yang bersifat
terbuka.
2. Responden diharapkan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang
paling sesuai.
3. Pertanyaan terdiri dari 5 ( lima ) bagian yang terdiri dari (1) Identitas
Responden, (2) Identitas Usaha, (3) Aspek Pemasaran, (4) Aspek
Keuangan, (5) Kemitraan
4. Responden yang menjawab adalah pimpinan perusahaan
5. Contoh dipilih berdasarkan teknik purposive sampling dengan
mempertimbangkan lokasi usaha, status usaha, dan keberlanjutan usaha.
Contact Person
Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi peneliti : Nola Noviawati
(085717874070)
Nama Responden
: .......................................................................................
Hari, Tanggal Wawancara : .......................................................................................
Tanda tangan
: .......................................................................................
79
Lanjutan Lampiran 3.
IDENTITAS RESPONDEN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Nama Responden
Alamat
No. Telp / Faximile
Desa
Kecamatan
Kota/Kabupaten
Propinsi
Jenis Kelamin
Umur responden
:.......................................................................................................
:.......................................................................................................
:.......................................................................................................
:.......................................................................................................
:.......................................................................................................
:.......................................................................................................
:.......................................................................................................
: A. Laki-laki
B. Perempuan
: A. < 30 tahun, sebutkan..
B. 30-50 tahun
C. > 50 tahun, sebutkan..
10. Latar belakang pendidikan: [ ] Tidak Tamat SD
[ ] Tamat SD
[ ] SLTP/Tsanawiyah
[ ] SMU/ Aliyah
[ ] Diloma [D3]
[ ] Sarjana, sebutkan..
I. IDENTITAS USAHA
1. Apakah saudara tergabung dalam kelompok pengumpul bahan baku akar wangi
atau Koperasi ?
2. Nama Kelompok
:.......................................................................................................
3. Alamat Kelompok
:.......................................................................................................
4. Kelompok didirikan pada : tahun ......................................................................................
5. Bentuk usaha saat ini : A. CV
B. PD
C. PT
D. Tidak berbadan hukum
6. Sejak kapan saudara menjalani usaha ini ? : tahun .........................................................
7. Jumlah pengumpulan bahan baku akar wangi rataan : kg/hari
8. Apakah saudara mempunyai usaha lain :
[ ] Ya
[ ] Tidak
9. Jika Ya, jenis usaha
: ...............................................................................................
Dengan jumlah investasi : Rp
.......................................................................................
10. Bagaimana sistem pemesanan bahan baku akar wangi yang dikeluarkan ?
A. Sistem kontrak ( sudah ada perjanjian dengan petani)
B. Dipesan langsung
C. Lainnya .................................................................................................................
11. Bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan ?
A. Dibayar langsung (cash and carry)
B. Dibayar di akhir
C. Dibayar di awal
D. Lainnya :
.................................................................................................................
12. Apakah saudara selalu mengetahui informasi tentang cara meningkatkan produksi
dan budidaya akar wangi ?
A. Ya, yaitu tentang : .....................................................................................................
Informasi diperoleh dari : .........................................................................................
B. Tidak
Lanjutan Lampiran 3.
80
13. Apakah di tempat saudara banyak yang melakukan usaha pengumpulan bahan
baku akar wangi ?
A. YA
B. TIDAK
Jelaskan : ..........................................................................................................................
14. Permasalahan apa yang sering dihadapi dalam mengumpulkan bahan baku akar
wangi ?
A. Ketersediaan bahan baku akar wangi yang tidak konsisten
B. Mutu akar wangi tidak sesuai dengan yang diharapkan
C. Lainnya, .......................................................................................................................
15. Bagaimana mengatasi permasalahan tersebut ?
............................................................................................................................................
II. ASPEK PEMASARAN
1. Siapakah yang membeli akar wangi saudara selama ini ? (jawaban boleh lebih
dari satu)
A. Penyuling
B. Pengumpul akar wangi yang skala usahanya besar
C. Eksportir, sebutkan .......................................................................................................
D. Lainnya, .......................................................................................................................
2. Bagaimana saudara berhubungan dengan pembeli tersebut ? (jawaban boleh lebih
dari satu)
A. Pembeli dating sendiri ke tempat saudara
B. Saudara yang menawarkan akar wangi kepada mereka
C. Dikumpulkan ke operasi
D. Lainnya, ........................................................................................................................
3. Apakah saudara mengetahui harga minyak akar wangi kepada mereka ?
A. YA
B. TIDAK
Jelaskan ............................................................................................................................
4. Harga bahan baku akar wangi : RP ............................................................................./kg
5. Apakah saudara mengalami kesulitan dalam memasarkan bahan baku akar wangi?
A. Ya,Kesulitan yang dihadap
B. Tidak, Jelaskan .............................................................................................................
6. Bagaimana mengatasi hal tersebut ?
............................................................................................................................................
III. ASPEK KEUANGAN
1. Modal saudara selama ini diperoleh dari mana ?
A. Modal Sendiri
B. Dibantu oleh saudara
C. Perbankan
D. Modal sendiri (…….%), dan modal dari pinjaman saudara (……%)
E. Lainnya,…..
81
Lanjutan Lampiran 3.
2. Berapa investasi awal dalam mengumpulkan bahan baku akar wangi ?
A. < Rp 25 juta, sebutkan…
B. Rp 25-50 juta
C. Rp 50 juta – Rp 75 juta
D. Rp 75-100 juta
3. Apakah saudara memanfaatkan fasilitas pinjaman modal berupa kredit ?
A. Ya. ( lanjutkan ke pertanyaan no. 4)
B. Tidak ( lanjutkan ke pertanyaan no. 5)
4. Jika ya, siapakah yang memberikan kredit tersebut?
A. Bank Umum, yaitu
B. Bank Perkreditan Rakyat
C. Koperasi
D. Baitul mal Watamwil (BMT)
E. Lainnya, .......................................................................................................................
5. Apakah sulit memperoleh bantuan dana tersebut? (misalnya dalam segi
persyaratan atau peraturan lainnya?)
A. Ya
B. Tidak, Jelaskan ………………………………………………………………
6. Apa yang diharapkan saudara dalam mengatasi permodalan ini?
A. Bantuan dari pemerintah
B. Bantuan dari pihak perbankan
C. Investasi pihak swasta/ BUMN
D. Lainnya, ........................................................................................................................
V. KEMITRAAN
1. Apakah saudara melakukan kemitraan dengan usaha lain:
A. Ya, sebutkan perusahaan mitranya :.............................................................................
B. Tidak
2. Jenis kemitraan yang dilakukan, pilih salah satu :
A. Inti-Plasma B. Dagang Umum
C. Sub-kontrak
D . Waralaba
E. Keagenan
F. contract farming
Bentuk lain : ......................................................................................................................
3. Bentuk kemitraan yang dilakukan terutama dalam hal :
A. Pembelian Bahan Baku
B. pelatihan teknologi penyulingan
akar wangi
C . Modal
D. Pemasaran bahan baku akar wangi
Lainnya, ............................................................................................................................
4. Apakah dengan bekerjasama tersebut memperoleh manfaat?
A. YA
B. TIDAK
Jelaskan……….. ...............................................................................................................
82
5. Apakah saudara mendapatkan pembinaan ?
[ ] YA
[ ] TIDAK
Jika YA, dari ...........................................................................................................................
6. Bentuk pembinaan yang dilakuakan :
A. Teknologi penyulingan akar wangi
[ ] Ya [ ] Tidak
B. Manajemen usaha
[ ] Ya [ ] Tidak
C. Administrasi keuangan
[ ] Ya [ ] Tidak
D. Penyusunan rencana bisnis
[ ] Ya [ ] Tidak
E. Lainnya……
7. Harapan saudara terhadap peekembangan minyak akar wangi di masa depan :
............................................................................................................................................
TERIMA KASIH
83
Lampiran 4.
KUESIONER A.4 : UNTUK PENGUMPUL MINYAK AKAR WANGI
Gambaran Ringkas
Survei ini merupakan program penelitian skripsi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian adalah untuk
mengidentifikasi rantai pasokan minyak akar wangi berbasis Industri Kecil Menengah
(IKM) di Indonesia. Kami sangat mengharapkan informasi yang akurat dari
Bapak/Ibu demi keberlanjutan industri minyak akar wangi di Indonesia berbasis
IKM. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi dan rekomendasi berharga
bagi pemangku kepentingan, baik pemerintah (instansi sektor terkait), lembaga
keuangan (khususnya perbankan), calon investor, maupun pelaku usaha minyak atsiri
itu sendiri. Sebagai pelaku usaha, jawaban anda akan sangat menentukan hasil
penelitian ini dan rekomendasi yang akan dibuat. Informasi yang didapatkan dari
survei ini akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan akademik.
Analisis dan tabulasi akan dilakukan secara gabungan sehingga informasi setiap
responden tidak akan diketahui. Atas kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
Petunjuk Umum
Jenis Pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner ini adalah :
1. Pertanyaan berupa yang diajukan berganda tertutup serta pertanyaan yang bersifat
terbuka.
2. Responden diharapkan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang paling
sesuai.
3. Pertanyaan terdiri dari 5 (lima) bagian yang terjadi dari (1) Identitas Responden,
(2) Identitas Usaha, (3) Aspek Pemasaran, (4) Aspek Keuangan dan (5)
Kemitraan
4. Responden yang menjawab adalah pimpinan perusahaan
5. Contoh dipilih berdasarkan teknik purposive sampling dengan mempertimbangkan
lokasi usaha, status usaha, keberlanjutan usaha.
Contact Person
Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi peneliti : Nola Noviawati
(085717874070)
Lanjutan Lampiran 4.
Nama Responden
84
: .......................................................................................
Hari, Tanggal Wawancara : .......................................................................................
Tanda tangan
: .......................................................................................
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Responden
:
..................................................................................
2. Alamat
:
.................................................................................
3. No. Telp / Faximile
:
.................................................................................
4. Desa
:
................................................................................
5. Kecamatan
:
..............................................................................
6. Kota/Kabupaten
:
..............................................................................
7. Propinsi
:
.................................................................................
8. Jenis Kelamin
: A. Laki-laki
B. Perempuan
9. Umur Responden
: A. < 30 tahun, sebutkan.. B. 30 – 40 tahun
C. > 50 tahun, sebutkan..
B. Latar belakang pendidikan : [ ] Tidak Tamat SD
[ ] Tamat SD
[ ] SLTP/Tsanawiyah
[ ] SMU/Aliyah
[ ] Diploma [D3]
[ ]Sarjana, sebutkan..
II. IDENTITAS USAHA
1. Apakah saudara tergabung dalam kelompok pengumpul minyak akar wangi atau
Koperasi ?
A. YA (Jika Ya, lanjutan ke nomor 2 dan seterusnya)
B. TIDAK (Jika Tidak, lanjutan ke nomor 5 dan seterusnya)
2. Nama Kelompok :....................................................................................................
3. Alamat Kelompok :....................................................................................................
4. Kelompok didirikan pada : tahun..............................................................................
5. Bentuk usaha saat ini
: A. CV
B. PD
C. PT
D. Tidak berbadan hukum
6. Sejak kapan Saudara menjalani usaha ini ?
: tahun..........................................
7. Jumlah pengumpulan minyak akar wangi rata-rata : ......................................kg/hari
8. Apakah Saudara mempunyai usaha lain :
[ ] Ya
[ ] Tidak
9. Jika Ya, Jenis usaha
: .......................................................................................
dengan jumlah investasi
: Rp...................................................................................
Lanjutan Lampiran 4.
85
10. Bagaimana sistem pemesanan minyak akar wangi yang dilakukan ?
A. Sistem kontrak (sudah ada perjanjian dengan petani)
B. Dipesan langsung
C. Lainnya,....................................................................................................................
11. Bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan ?
A. Dibayar langsung (cash and carry)
B. Dibayar di awal
C. Dibayar di awal
D. Lainnya :................................
12. Apakah Saudara selalu mengetahui informasi tentang cara meningkatkan produksi
dan mutu minyak akar wangi ?
A. Ya, yaitu tentang : ....................................................................................................
Informasi diperoleh dari : .............................................................................................
B. Tidak
13. Apakah di tempat saudara banyak yang melakukan usaha pengumpulan minyak
akar wangi ?
A. YA
B. TIDAK
Jelaskan ........................................................................................................................
.......................................................................................................................................
14. Permasalahan apa yang sering dihadapi dalam mengumpulkan minyak akar
wangi?
A. Ketersediaan minyak akar wangi yang tidak konsisten
B. Mutu minyak akar wangi tidak sesuai yang diharapkan
C. Lainnya,....................................................................................................................
15. Bagaimana mengatasi permasalahan tersebut ?
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
III. ASPEK PEMASARAN
1. Siapakah yang membeli minyak akar wangi saudara selama ini ? (jawaban boleh
lebih dari satu)
A. Pengumpul akar wangi yang skala usahanya besar
B. Eksportir, sebutkan......................................................................................................
C. Lainnya,.......................................................................................................................
2. Bagaimana saudara berhubungan dengan pembeli tersebut ? (Jawaban boleh lebih
dari satu)
A. Pembeli datang sendiri ke tempat saudara
B. Saudara yang menawarkan akar wangi kepada mereka
C. Lainnya,.......................................................................................................................
3. Apakah saudara mengethui harga minyak akar wangi saat ini ?
A. YA
B. TIDAK
Jelaskan.......................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
4. Harga minyak akar wangi : Rp........................................................................./kg
Lanjutan Lampiran 4.
86
5. Apakah Saudara mengalami kesulitan dalam memasarkan minyak akar wangi ?
A. Ya,
Kesulitan yang dihadapai.................................................................................................
B. Tidak, jelaskan...........................................................................................................
6. Bagaimana mengatasi hal tersebut
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
IV. ASPEK KEUANGAN
1. Modal Saudara selama ini diperoleh dari mana ?
A. Modal sendiri
B. Dibantu oleh saudara
C. Perbankan
D. Modal sendiri (.....%), dan modal dari pinjaman saudara (.....%)
E. Lainnya,.......................................................................................................................
2. Berapa investasi awal dalam mengumpulkan minyak akar wangi ?
A. < Rp 25 juta, sebutkan..
B. Rp 25-50 juta
C. Rp 50 juta- Rp 75 juta
D. Rp 75-100 juta
3. Apakah saudara memanfaatkan fasilitas pinjaman modal berupa kredit ?
A. Ya. (Lanjutan ke pertanyaan no. 4)
B. Tidak (lanjutkan ke pertanyaan no. 5)
4. Jika ya, siapakah yang memberikan kredit tersebut ?
A.
Bank
Umum,
yaitu.............................................................................................................
B.
Bank
Perkreditan
Rakyat,
yaitu.........................................................................................
C. Koperasi
D. Baitul mal Watamwil (BMT)
E.
Lainnya,.......................................................................................................................
......
5. Apakah sulit memperoleh bantuan dana tersebut ? (misalnya dalam segi
persyaratan atau peraturan lainnya ?)
A. Ya.
B. Tidak
Jelaskan............................................................................................................................
.........................................................................................................................................
6. Apa yang diharapkan saudara dalam mengatasi permodalan ini?
A. Bantuan dari pemerinyah
B. Bantuan pihak perbankan
C. Investasi pihak swasta/ BUMN
D. Lainnya,......................................................................................................................
87
V. KEMITRAAN
1. Apakah Saudara melakukan kemitraan dengan usaha lain :
A. Ya, sebutkan perusahaan mitranya : ..........................................................................
B. Tidak
2. Jenis kemitraan yang lakukan, pilih salah satu :
A. Inti-Plasma
B. Dagang Umum
C. Sub-Kontrak
D. Waralaba
E. Keagenan
F. Contract Farming
G. Bentuk lain :................................................................................................................
3. Bentuk Kemitraan yang dilakukan terutama dalam hal :
A. Pembelian minyak
B. Pelatihan teknologi penyulingan akar wangi
C. Modal
D. Pemasaran minyak akar wangi
E. Lainnya,.......................................................................................................................
4. Apakah dengan bekerja sama tersebut memperoleh manfaat ?
A. YA
B. TIDAK
Jelaskan............................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
5. Apakah Saudara mendapatkan pembinaan ?
[ ]YA
[ ]TIDAK
Jika Ya, dari.....................................................................................................................
Bentuk pembinaan yang dilakukan :
a. Teknologi penyulingan akar wangi
[ ]Ya
[ ]Tidak
b. Manajemen usaha
c. Administrasi keuangan
d. Penyusunan rencana bisnis
e. Penyusunan rencana bisnis
f. Lainnya :.......................................................................................................................
6. Harapan saudara terhadap perkembanga minyak akar wangi di masa depan :
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
Terima Kasih
88
Lampiran 5.
KUISIONER A.5 : IDENTIFIKASI RISIKO BUDIDAYA AKAR WANGI
PETANI AKAR WANGI
Gambaran Ringkas
Survei ini merupakan program penelitian skripsi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian adalah untuk
mengidentifikasi rantai pasokan dan risiko minyak akar wangi berbasis Industri Kecil
Menengah (IKM) di Indonesia. Kami sangat mengharapkan informasi yang akurat
dari Bapak/Ibu demi keberlanjutan industri minyak akar wangi di Indonesia berbasis
IKM. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi dan rekomendasi berharga
bagi pemangku kepentingan, baik pemerintah (instansi sektor terkait), lembaga
keuangan (khususnya perbankan), calon investor, maupun pelaku usaha minyak atsiri
itu sendiri. Sebagai pelaku usaha, jawaban anda akan sangat menentukan hasil
penelitian ini dan rekomendasi yang akan dibuat. Informasi yang didapatkan dari
survei ini akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan akademik.
Analisis dan tabulasi akan dilakukan secara gabungan sehingga informasi setiap
responden tidak akan diketahui. Atas kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
Petunjuk Umum
Jenis pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner ini adalah :
5.
6.
7.
Pertanyaan berupa pilihan berganda tertutup serta pertanyaan yang bersifat
terbuka.
Responden diharapkan memberikan tanda silang (x) pada jawaban yang paling
sesuai.
Contoh
dipilih
berdasarkan
teknik
purposive
sampling
dengan
mempertimbangkan lokasi usaha, status usaha, keberlanjutan usaha.
IDENTITAS RESPONDEN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Nama Responden :..............................................................................................
Alamat
:........................................................................................
No. Telp
:…………………………………………………............
Desa
:………………………………………………………....
Kecamatan
:........................................................................................
Jenis Kelamin
: A. Laki-laki
B. Perempuan
Umur Responden
: A. < 30 tahun, sebutkan.. B. 30-40 tahun
C. 40-50 tahun
D. > 50 tahun, sebutkan..
Lanjutan Lampiran 5.
8.
89
Latar Belakang Pendidikan : [ ] Tidak Tamat SD
[ ] SLTP/Tsanawiyah
[ ] Diploma [D3]
[ ] Tamat SD
[ ] SMU/Aliyah
[ ] Sarjana, sebutkan..
RISIKO OPERASIONAL
Risiko operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan akibat
tidak berfungsinya suatu sistem. Risiko operasional yang diidentifikasi mencakup
risiko yang ada dalam input, proses dan output. Tabel berikut menyajikan identifikasi
risiko operasional, frekuensi, dampak dan penyebabnya.
Identifikasi
Risiko
No
1.
SR
R
Frekuensi
N
T
ST
SR
R
Dampak
N
T
Penyebab
ST
Input
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Petani kurang memahami cara
penanaman yang baik
Kelalaian dalam pemberian
obat-obatan
Petani tidak menerapkan
budidaya yang sesuai dengan
Good Agricultural Product
(GAP)
Petani kurang terampil dalam
memelihara tanaman akar
wangi
Kekurangan pasokan bibit
tanaman akar wangi
Kekurangan pupuk
Informasi budidaya yang baik
masih kurang
Mutu bibit buruk
Petani lalai dalam memelihara
tanaman seperti pemupukan
yang tidak teratur
Kekurangan peralatan dalam
budidaya
Lokasi penanaman kurang
ideal
Kekurangan obat-obatan
Lainnya……………..
2.
Proses
a.
Kelalaian pemberian pupuk
b.
Kelalaian saat panen
c.
Budidaya tidak sesuai aturan
d.
Kelalaian dalam pemeliharaan
(penyiangan)
Lainnya….
3.
Output
Memanen lebih dini
Keterangan :
Berikan tanda ceklis (√ ) pada pilihan kolom yang sesuai jawaban
* Frekuensi :
1. Tidak pernah terjadi (SR) 3. Cukup sering terjadi (S)
5. Sangat sering terjadi (ST)
2. Jarang terjadi (R)
4. Sering terjadi (T)
*Dampak :
1. Tidak berdampak/berpengaruh (SR)
3. Cukup berpengaruh (S)
5. Sangat berpengaruh (ST)
2. Kurang berpengaruh (R)
4. Berpengaruh (T)
90
Identifikasi upaya manajemen risiko yang telah dilakukan, hasilnya, dan pihak lain yang diharapkan dapat membantu mengantisipasi risiko
No
Risiko yang dihadapi
Upaya yang telah dilakukan dalam
meminimalisir/mengantisipasi
risiko
1. Input
a.
Petani kurang memahami
cara penanaman yang baik
b. Kelalaian dalam pemberian
obat-obatan
c. Petani tidak menerapkan
budidaya yang sesuai dengan
Good Agricultural Product
(GAP)
d. Petani kurang terampil dalam
memelihara tanaman akar
wangi
e. Kekurangan pasokan bibit
tanaman akar wangi
f. Kekurangan pupuk
g. Informasi budidaya yang baik
masih kurang
h. Mutu bibit buruk
i. Petani lalai dalam memelihara
tanaman seperti pemupukan
yang tidak teratur
j. Kekurangan peralatan dalam
budidaya
k. Lokasi penanaman kurang
ideal
l. Kekurangan obat-obatan
Lainnya……………..
2.
Proses
a. Kelalaian pemberian pupuk
b. Kelalaian saat panen
c. Budidaya tidak sesuai aturan
d. Kelalaian dalam pemeliharaan
(penyiangan)
Lainnya….
3. Output
Memanen lebih dini
Keterangan : * Beri tanda ceklis (√) pada pilihan yang dianggap tepat
A : Asosiasi usaha/Kelompok Usaha/Dewan Atsiri
F. Dan lain-lain
B : Dinas Perkebunan
C : Pemasok bahan baku akar wangi
D : Kementrian Perindustrian
E : Perbankan
Hasil upaya*
Berhasil
Gagal
Bila gagal,
penyebabnya:
Pihak lain yang dapat
dinilai dapat membantu*
A B C D E F
Peran yang
diharapkan
91
Lampiran 6. Hasil penilaian Petani ahli terhadap Risiko Operasional
Penilaian petani ahli
Faktor
1
2
3
No
1
2
3
Input
Proses
Output
Faktor
Input
Proses
Output
Peubah penentu
Petani kurang
memahami cara
penanaman yang
baik
Petani tidak
menerapkan
budidaya yang sesuai
dengan GAP
Petani kurang
terampil dalam
memelihara tanaman
akar wangi
Kekurangan pasokan
bibit tanaman akar
wangi
Kekurangan pupuk
Informasi budidaya
yang baik masih
kurang
Mutu bibit buruk
Kekurangan
peralatan dalam
budidaya
Kelalaian pemberian
pupuk
Kelalaian dalam
pemeliharaan
(penyiangan)
Kelalaian saat panen
Cuaca
Memanen lebih dini
Ahli 1
R
S
T
Frekuensi
Ahli 2
R
R
T
1
Frekuensi
2
1
Dampak
2
3
3
R
SR
R
S
R
S
T
T
T
T
S
T
R
SR
R
S
R
R
R
SR
R
S
S
R
R
SR
S
S
S
S
T
T
S
T
T
S
SR
SR
R
S
S
S
SR
SR
R
S
S
S
R
SR
S
S
S
S
T
R
R
T
T
ST
S
S
T
S
S
T
S
S
S
T
T
T
T
T
T
S
T
T
Keterangan :
Ahli 3
S
S
S
ST
T
S
R
SR
: Sangat Tinggi
: Tinggi
: Sedang
: Rendah
: Sangat rendah
92
Lampiran 6. Hasil penilaian Petani ahli terhadap Risiko Operasional
Penilaian petani ahli
Faktor
1
2
3
No
1
2
3
Input
Proses
Output
Faktor
Input
Proses
Output
Peubah penentu
Petani kurang
memahami cara
penanaman yang
baik
Petani tidak
menerapkan
budidaya yang sesuai
dengan GAP
Petani kurang
terampil dalam
memelihara tanaman
akar wangi
Kekurangan pasokan
bibit tanaman akar
wangi
Kekurangan pupuk
Informasi budidaya
yang baik masih
kurang
Mutu bibit buruk
Kekurangan
peralatan dalam
budidaya
Kelalaian pemberian
pupuk
Kelalaian dalam
pemeliharaan
(penyiangan)
Kelalaian saat panen
Cuaca
Memanen lebih dini
Ahli 1
R
S
T
1
Frekuensi
2
3
1
Dampak
2
3
R
SR
R
S
R
S
T
T
T
T
S
T
R
SR
R
S
R
R
R
SR
R
S
S
R
R
SR
S
S
S
S
T
T
S
T
T
S
SR
SR
R
S
S
S
SR
SR
R
S
S
S
R
SR
S
S
S
S
T
R
R
T
T
ST
S
S
T
S
S
T
S
S
S
T
T
T
T
T
T
S
T
T
Frekuensi
Ahli 2
R
R
T
Keterangan :
Ahli 3
S
S
S
ST
T
S
R
SR
: Sangat Tinggi
: Tinggi
: Sedang
: Rendah
: Sangat rendah
93
Lampiran 7. Perhitungan manual penilaian Risiko Operasional
1. Perhitungan agregasi risiko operasional
Tahap pertama
Menghitung nilai risiko dari setiap faktor untuk setiap ahli pada semua peubah risiko. Menggunakan
rumus perhitungan Yager dalam Hadiguna (2010), yaitu :
Pik = Minj [Neg (I(qj) v Pik (qj)]………………………………………(1)
Dimana
Pik
= nilai agregasi risiko dari setiap ahli
I (qj) = nilai kemungkinan terjadinya risiko
Neg I (qj)
= nilai negasi I (qj)
Pik (qj) = nilai tingkat dampak risiko dari pendapat penilai
V
= notasi maksimum
Neg (ST) = SR
Neg (T) = R
Neg (S) = S
Neg (R) = T
Neg (SR) = ST
Pinput1
= Min [Neg (R) V S, Neg (T) V T, Neg (R) V S, Neg(R) V S, Neg (R) V S, Neg (T) V
T, Neg (SR) V S, Neg(SR) VS]
= Min [T V S, R V T, T V S, T V S, T V S, R V T, ST V S, ST V S]
= Min [T, T, T, T, T, T, ST, ST] = T
Pinput2
= Min [Neg (SR) V R, Neg (T) V S, Neg (SR) V R, Neg(SR) V S, Neg (SR) V S, Neg
(T) V T, Neg (SR) V S, Neg(SR) VS]
= Min [ST V R, R V S, ST V R, ST V S, ST V S, R V T, ST V S, ST V S]
= Min [ST, S, ST, ST, ST, T, ST, ST] = S
Pinput3
= Min [Neg (R) V S, Neg (T) V T, Neg (R) V R, Neg(R) V R, Neg (S) V S, Neg (S) V
S, Neg (R) V S, Neg(R) V S]
= Min [T V S, R V T, T V R, T V R, S V S, S V S, T V S, T V S]
= Min [T, T, T, T, S, S, T, T] = S
Pproses1
= Min [Neg (R) V S, Neg (T) V T, Neg (S) V T, Neg (S) V T]
= Min [T V S, R V T, S V T, S V T]
= Min [T, T, T, T] = T
94
Lanjutan Lampiran 7.
Pproses2
= Min [Neg (SR) V S, Neg (R) V T, Neg (S) V T, Neg (S) V T]
= Min [ST V S, T V T, S V T, S V T]
= Min [ST, T, T, T] = T
Pproses3
= Min [Neg (S) V S, Neg (R) V ST, Neg (S) V S, Neg (S) V T]
= Min [S V S, T V ST, S V S, S V T]
= Min [S, ST, S, T] = S
Poutput1
= Min [Neg (T) V T,]
= Min [R V T]
= Min [T] = T
Poutput2
= Min [Neg (T) V T,]
= Min [R V T]
= Min [T] = T
Poutput3
= Min [Neg (S) V T,]
= Min [S V T]
= Min [T] = T
Tahap kedua
Menentukan bobot penilai atau ahli dengan rumus menurut Yager dalam Hadiguna (2010) :
Q(k) = Sb(k)
b(k) = Int [1 + k* (q-1)/r]………………………………………….(2)
Dimana
Q(k) = bobot rataan penilai pada skala k
q
= jumlah skala penilaian risiko
r
= jumlah penilai/ahli
Q(1) = Int [1 + 1*4/3] = 2 = R
Q(2) = Int [1 + 2*4/3] = 4 = T
Q(3) = Int [1 + 3*4/3] = 5 = ST
Tahap ketiga
Menentukan nilai gabungan dari seluruh nilai para ahli dengan menggunakan metode OWA
menurut Yager dalam Hadiguna (2010) dengan rumus :
Pi = Max j=1,….r [Qj Λ Bj]………………………………….……….(3)
95
Lanjutan Lampiran 7.
Dimana
Pi = agregasi pendapat gabungan ahli
Qj = bobot kelompok penilai/ahli
Bj = Pengurutan nilai dari besar ke kecil
P input
= Max [(R Λ T), (T Λ S), (ST Λ S]
= Max [R, S, S] = S
P proses
= Max [(R Λ T), (T Λ T), (ST Λ S]
= Max [R, T, S] = T
P output
= Max [(R Λ T), (T Λ T), (ST Λ T]
= Max [R, T, T] = T
Tahap keempat mencari total agregasi risiko operasional
Faktor
Agregasi pakar
Input
S
Proses
T
Output
T
No
Faktor
1 Input
2 Proses
3 Output
Pf1
Pf2
Pf3
Pakar 1
R
S
T
Frekuensi
Pakar 2
R
R
T
Pakar 3
S
S
S
= Min [Neg (R) V S , Neg (S) V T , Neg (T) V T ]
= Min [ T V S, S V T, R V T ]
= Min [T, T, T] = T
= Min [Neg (R) V S , Neg (R) V T, Neg (T) V T ]
= Min [ T V S , T V T , R V T]
= Min [T, T, T] = T
= Min [Neg (S) V S, Neg (S) V T , Neg (S) V T ]
= Min [ S V S, S V T , S V T]
= Min [S, T, T] = S
PF
= Max [(R Λ T), (T Λ T), (ST Λ S]
= Max [R, T, S] = T
Hasil agregasi menunjukkan nilai risiko operasional budidaya akar wangi bernilai risiko tinggi.
96
Lampiran 8. Perhitungan penilaian risiko menggunakan Software Excel 2007
Download