AGUSTIN INTAN PERMATA-FDK - UIN Repository

advertisement
AKTIVITAS DAKWAH USTADZAH HJ. IDA FARIDA A. S.
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I.)
Oleh :
Agustin Intan Permata
104051001814
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
AKTIVITAS DAKWAH USTADZAH HJ. IDA FARIDA A. S
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh :
Agustin Intan Permata
NIM. 104051001814
Dibawah Bimbingan :
Drs. Helmi Rustandi, MA
NIP. 150235946
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi berjudul Pengaruh Aktivitas Majlis Taklim Nurul Musthofa Terhadap
Akhlak Remaja Di Kelurahan Jagakarsa telah diujikan dalam sidang
munaqasah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tanggal 04 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada Program Studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 19 September 2008
Sidang Munaqasah
Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Study Rizal Lk. MA.
NIP. 150262876
Umi Musyarrofah MA.
NIP. 150281980
Anggota,
Penguji I
Penguji II
Drs. H. Murodi MA.
NIP. 150254102
Armawati Arbi, M.Si.
NIP. 150246288
Pembimbing,
Drs. Jumroni, M.Si.
NIP. 150254959
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan sekalian alam yang telah memberikan
rahmat, taufiq, rezeki yang berlimpah, dan Hidayah-Nya kepada manusia.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan kepada baginda Rasulullah
SAW yang selalu memberikan cahayanya kepada seluruh umatnya. Sehingga
penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.yang berjudul “Aktivitas
Dakwah Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.”
Karena ini adalah tugas akhir bagi penulis sebagai persyaratan untuk
mendapatkan gelar sarjana strata 1 dari UIN Syarif Hidyatullah Jakarta, maka
selama penulis melakukan penelitian, tidak mudah bagi penulis untuk
menyelesaikan penelitian ini. Disamping itu penulis juga mengalami berbagai
macam hambatan baik itu hambatan kecil maupun besar . Tetapi tak hanya itu,
dukungan moril, support dari orang tua , dan para kerabat menjadikan penulis
bersemangat untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Walaupun ini masih jauh dari
kesempurnaan.
Selanjutnya penulis ingin sekali mengucapkan banyak-banyak terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis. Karena dengan bimbingan,
arahan serta semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, terutama
kepada :
1. Papa Gusairi dan Mama Yuli Susanti tercinta, terima kasih atas doa,
support dan motivasinya, “Insya Allah dengan segenap jiwa raga, penulis
akan membuatmu bahagia dan bangga walaupun penulis belum bisa
membalas jasamu.”
2. Dr. H. Murodi, MA sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta dengan seluruh jajaran Pembantu
Dekan I, II, dan III.
3. Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Kajur Komunikasi dan Penyiaran Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberi motivasi kepada
Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
4. Umi Musyarofah , MA selaku Sekjur Komunikasi dan Penyiaran Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu banyak memberikan motivasi
dan nasehat yang sangat berarti serta meluangkan waktunya bagi penulis.
5. Drs. Helmi Rustandi, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan arahan serta nasehat-nasehat yang begitu berharga bagi
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Pimpinan dan seluruh staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, yang telah memberikan kesempatan
bagi penulis untuk menggunakan fasilitas kepustakaan sebagai referensi
dalam penulisan ini.
7. Ustadzah Hj. Ida Farida A. S selaku nara sumber sekaligus inspirasi bagi
penulis untuk membuat skripsi ini, yang telah banyak memberikan
informasi serta nasehat yang bermanfaat dan berkat beliau pula skripsi ini
bisa ada.
8. Adik-adikku tersayang M. Fajar Dwi Putra, M. Zaky Al-Kahfi, dan
Achmad Ibnu Rusy yang selalu menghibur, apabila penulis mengalami
kejenuhan dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Iskandar, Hayustiro, Ray Sangga, Reinal Rinoza, Willy, Badru Zaman,
Luthfi Anwar, Hetty Maryati, Lilis Nurkholisoh, dan Murniati, kalian
adalah sahabat-sahabat terbaikku dan teman-teman pada jurusan KPI-C
angkatan 2004.
10. Bie yang selalu sabar mendampingi sekaligus mendukung penulis dalam
suka maupun duka, sehingga support darinya begitu berarti bagi penulis.
11. Lulu, Dini, Dely, Sarah, Dedeh Wahidah terima kasih atas doanya.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap dan berdoa kepada Allah SWT,
semoga mereka diberikan balasan yang berkah dan berlipat atas semua
kebaikannya, yang telah diberikan kepada penulis.
Jakarta, 15 agustus 2008
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................
i
DAFTAR ISI ...........................................................................................
iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................
vi
BAB
PENDAHULUAN ............................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...............................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................
6
D. Metodologi Penelitian ..................................................
6
E. Tinjauan Pustaka...........................................................
8
F. Sistematika Penulisan ...................................................
9
BAB
I
II
KERANGKA TEORI TENTANG AKTIVITAS Dan
DAKWAH ISLAM ..........................................................
11
A. Aktivitas ......................................................................
11
B. Dakwah Islam ..............................................................
12
1. ............................................................................ Pengert
ian Dakwah ............................................................
12
2. ............................................................................ Tujuan
Dakwah ..................................................................
15
3. ............................................................................ Karakt
eristik Dakwah .......................................................
18
4. ............................................................................ Metode
Dakwah...................................................................
19
5. ............................................................................ Sasara
n Dakwah ...............................................................
24
6. ............................................................................ Media
Dakwah ..................................................................
25
7. ............................................................................ Aktivit
BAB
BAB
III
IV
as Dakwah dan Bentuk-bentuknya ..........................
27
C. Karakteristik Da’i dan Da’iyyah Yang Ideal .................
29
BIOGRAFI USTADZAH Hj. IDA FARIDA. A. S ..........
32
A. Profil Ustadzah Hj. Ida Farida. A. S. ............................
32
B. Pendidikan Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. ....................
34
C. Aktivitas Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. ........................
35
ANALISIS AKTIVITAS DAKWAH USTADZAH Hj.
IDA FARIDA A. S. ..........................................................
38
A. Dakwah Bil Lisan Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. ..........
38s
B. Dakwah Bil Qalam Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. ........
46
C. Dakwah Bil Hal Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. .............
48
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................
53
B. Saran-saran ..................................................................
55
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
56
LAMPIRAN .............................................................................................
59
DAFTAR TABEL
1. Aktivitas Ceramah Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. Di Jakarta
2. Aktivitas Ceramah Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. Di Luar Negeri
3. Aktivitas Mengaji Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.
4. Aktivitas Halaqoh Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.
5. Paper Yang Dibuat Oleh Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.
6. Aktivitas Santunan Anak Yatim dan Para Jompo Ustadzah Hj. Ida Farida
A. S
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peradaban masa kini lazim disebut sebagai “peradaban masyarakat
informasi”. Informasi menjadi suatu komoditi primer bahkan sumber
kekuasaan karena informasi dapat dijadikan alat untuk membentuk pendapat
public (public opinion) yang mempengaruhi dan mengendalikan pikiran,
sikap, dan perilaku manusia.
Pada era informasi ini, arus informasi dunia dikuasai dan dikendalikan
kaum kuffar yang memandang Islam sebagai musuh yang harus dihancurkan.
Sedangkan umat Islam tidak memiliki suatu media massa yang memadai
untuk memperjuangkan dan menegakkan nilai-nilai Islam atau membela
kepentingan agama dan umat Islam. Akibatnya yang terjadi tidak hanya
kurang tersalurkannya aspirasi umat, tetapi juga umat Islam hanya menjadi
konsumen.
Islam adalah agama dakwah. Islam harus disebarkan kepada seluruh
umat manusia. Dengan demikian, umat Islam bukan saja berkewajiban
melaksanakan ajaran Islam dalam keseharian hidupnya, melainkan juga harus
menyampaikan kebenaran ajaran agama Islam terhadap orang lain. Para
pemeluk ajaran agama Islam diberi gelar oleh Allah SWT sebagai umat
pilihan, sebaik-baik umat (khairu ummah), yang mengemban tugas dakwah,
yaitu mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran. Oleh karena itu,
aktivitas dakwah harus menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari seorang
muslim1.
Dakwah lewat podium yang muncul dalam bentuk khotbah atau
ceramah masih dominan hingga kini. Walaupun sebetulnya masih banyak cara
lain yang bisa juga dilakukan seperti berdialog, diskusi, yang penyebarannya
bisa memanfaatkan media elektronik (tv atau radio). Belakangan ini juga
dakwah dilakukan lewat koran, bulletin, dan buku bahkan melalui media
alternatif semisal internet dan media seluler.2
Dakwah menjadi penting karena meliputi semua persoalan yang di
dakwahinya. Oleh karena itu, manusia dianugerahkan akal dan pikiran untuk
berusaha mencurahkan potensi insaninya dengan mempelajari, memahami,
merenungkan, serta mengamalkan pesan dakwah tersebut. Sehingga dapat
mengambil manfaat dari si penyampai pesan dakwah tersebut (da’i).3
“Islam terhalang karena kaum muslimin itu sendiri”, demikian
ungkapan salah seorang Intelektual Islam Yaitu M. Abduh. . Banyak orang
menolak Islam bukan lantaran mereka tidak menaruh respon kepada nilai-nilai
ajarannya, melainkan lebih karena mereka merasa tidak melihat bagaimana
nilai-nilai Islam itu direalisasikan secara konkrit dalam kehidupan nyata. Islam
lebih sering di diskusikan sebagai nilai-nilai teoritis, sementara realitas umat
Islam sendiri masih belum menunjukkan komitmen secara sungguh-sungguh
1
. Dr. H. AsepMuhiddin, MA, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, Penerbit: Pustaka
Setia, Bandung, 2002. Cet-1.
2
. Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah Visi Dan Misi Dakwah Bil Qalam,
Penerbit : Rosdakarya,
Bandung, 2003, hal 21.
3
. Murtadha Mutahhari, Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama, (Bandung :
CV Pustaka Setia, 2002), cet-1, hal 23.
kepada
ajaran
agamanya.
Perlu
diperhatikan
bahwa
dakwah
amat
membutuhkan contoh konkrit dan keteladanan, baik dari umat Islam itu
sendiri maupun dari sosok seorang da’I sebagai figure panutan di medan
dakwah.
Akan tetapi tidak dapat dipungkiri, sebagian umat Islam kadang
berfikir bahwa yang berhak berdakwah itu hanyalah seorang da’i. Da’I dalam
pengertian ini sering kali dipandang sempit. Da’I juga adalah seorang yang
dianggap valid dalam ilmu-ilmu keislaman dan akhlaknya yang luhur, selain
orang yang biasa berdiri atau duduk di depan sekumpulan jama’ah untuk
menyampaikan pesan-pesan yang membawa umat Islam kepada kebaikan.
Setiap muslim dan muslimah adalah da’I (juru dakwah). Menjadi
seorang muslim otomatis menjadi juru dakwah, menjadi muballigh, kapan dan
dimana saja. “Kedudukan kuadrat” yang diberikan Islam kepada pemeluknya
adalah menjadi seorang muslim merangkap menjadi juru dakwah atau
muballigh. Dakwah adalah salah satu bentuk komitmen muslim dan muslimah
seluruh dunia terhadap agamanya. Seperti terjemahan ayat 125 surat An-Nahl
yang menjelaskan tentang bagaimana cara seorang da’I
atau da’iyyah
menyampaikan pesan dakwah Islamnya.
ُ ْ‫"ِ! وَ َدُِْْ اَََِْ وَاََِِْْ ﺏَِِِْْ رَﺏَ َِِ إَِ اد‬#ِ‫ﺏ‬
‫ع‬
َ!ِ‫ُ ه‬%َْ‫ أَﺡ‬#‫َ إِن‬#‫ْ أَْ)َُ هَُ رَﺏ‬%َِ‫ ﺏ‬#َ* ْ%َ ِ+ِ)َِ َُ‫أَْ)َُ وَه‬
َ%‫ِی‬-َ"ُِْْ‫ﺏ‬
Artinya : “Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, mauizhoh hasanah, dan
bantahlah mereka dengan sesuatu yang baik, sesungguhnya
Tuhanmu Dia lebih mengetahui orang yang sesat dari jalanNya dan
Dia Maha Mengetahui tentang orang-orang yang memberi
petunjuk” (QS. An-Nahl :125).4
Dan Rasulullah SAW bersabda.
ْ%َ ْ!ِ‫ٍ اَﺏ‬-ِْ/َ ‫ْرِي‬-ُ1ْ‫ُ رَ*ِ!َ ا‬+#)‫ُ ا‬+َْ َ‫َل‬3 : ُ4ْ/َِ َ‫رَُْل‬
ِ+)#‫ ا‬#)َ5 #‫ُا‬+) ِ+َْ)َ َ#)ََ‫ُْلُ و‬6َ‫ ی‬: ْ%َ‫ًا ﻡُِْْ رَأَى ﻡ‬:َُْ‫ْ;ُ ﻡ‬:َ<ُْ)َ=
ِ;ِ-َِ‫ِ یَْ"َ?ِ>ْ َْ ِنْ=َ ﺏ‬+ِ‫ِ َیَْ"َ?ِ>ْ َْ =َِنْ =َِ)َِﻥ‬+ِْ)َ6َِ= ََِ‫ُ وَذا‬Cَ/ْ*َ‫ا‬
ِ‫ِیَْن‬D‫ ا‬.‫ملسم ;اور‬
Artinya :“Barang siapa diantara kalian melihat kemunkaran (kemaksiatan),
maka cegahlah hal itu dengan tangannya (kekuasaan), jika tidak
mampu, cegahlah dengan lisannya (ucapan), jika masih tidak
mampu, maka cegahlah dengan hatinya, dan ini selemah-lemahnya
Iman” (H. R. Muslim). 5
Dakwah juga merupakan sebuah aktivitas yang bersentuhan dengan
manusia dan kemanusiaan. Oleh karena itu dakwah membutuhkan seorang
pengarah atau da’I yang berwawasan luas dan memiliki pemahaman yang
dalam akan perangkat yang dibutuhkan.
Da’I atau da’iyyah adalah orang yang menyampaikan isi pesan dakwah
kepada mad’u atau khalayak luas yakni mengajak agar umat manusia masuk
ke jalan Allah SWT.
6
Sukses atau tidaknya dakwah tersebut tergantung
bagaimana cara da’I itu menyampaikan pesan dakwahnya.
Salah satu sosok da’iyyah ini tak hanya mampu mengeksistensikan
dirinya di bidang dakwah, melainkan juga di kancah Indonesia. Profilnya
4
. (QS. An-Nahl : 125).
. Hadist Arba’in Nawawi dan terjemahannya, Kutipan Hadist Ke-40, h. 60.
6
. Ilmu Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, hal : 27
5
sudah tidak asing lagi di kalangan umat Islam di Jakarta bahkan juga di luar
negeri. Karena selain beliau adalah salah satu putri seorang kyai besar dan
tokoh masyarakat Betawi, ia juga adalah da’iyyah yang mudah bergaul dengan
orang lain.
Tidak hanya pandai berbicara atau pidato di atas mimbar, sosok
ustadzah Hj. Ida Farida A. S. juga seorang yang sukses dalam membangun
kiprahnya yang berdedikasi di bidang dakwah. Selain itu beliau sekarang juga
menjabat
sebagai pimpinan
Pondok Pesantren
Putri As-Syafi’iyyah
Jatiwaringin Pondok Gede sekaligus ketua Dewan Da’I dan Da’iyyah seIndonesia. Maka tidak diragukan oleh banyak orang bahwa beliau adalah salah
satu da’iyyah yang sukses dengan dakwahnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik menulis skripsi
dengan mengambil judul pada skripsi ini “Aktivitas Dakwah Ustadzah Hj.
Ida Farida. A. S.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Sesungguhnya banyak sekali masalah yang bisa kita bahas tentang
aktivitas dakwah ustadzah Hj. Ida Farida A. S. seperti : aktivitas dakwahnya,
metode dakwahnya, media dakwahnya dan lain-lain. Namun agar pembahasan
ini lebih fokus, saya akan membatasi diri dalam pembahasan aktivitas
dakwahnya saja. Adapun untuk memudahkan penelitian, penulis merumuskan
masalah-masalah sebagai berikut :
1. Apa saja aktivitas dakwah ustadzah Hj. Ida Farida A. S.?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
1. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui kegiatan dan aktivitas dakwah Islam ustadzah
Hj. Ida Farida A. S.
2. Manfaat Penelitian
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi positif bagi perkembangan wacana keilmuan dakwah Islam,
terutama tentang aktivitas dakwah Islam seorang da’iyyah yang sukses dan
membawa peningkatan multiguna bagi umat Islam. Sekaligus dapat
menambah khazanah keilmuan dakwah Islam. Seperti aktivitas dakwah
Islam ustadzah Hj. Ida Farida. A. S dengan pengalaman, pengetahuan, dan
motivasinya terhadap dakwah Islam.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode
Sesuai dengan masalah yang hendak diteliti, maka metode yang
penulis gunakan untuk penelitian ini adalah kualitatif yaitu suatu metode
penelitian yang dihasilkan dari suatu data-data yang dikumpulkan berupa
kata-kata, gambar, dan merupakan penelitian ilmiah.7
Seperti berupa
laporan tertulis yang bersumber dari dokumen-dokumen dari karya tulis
7
. Lexy, J. Maloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda
Karya,1999), Cet, Ke-10, h.3
ustadzah Hj. Ida Farida A. S. atau foto-foto aktivitas dakwah beliau,
sedangkan untuk buku-buku yang digunakan oleh penulis adalah bukubuku yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah ustadzah Hj. Ida
Farida A. S.
Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah
aktivitas dakwah Islam ustadzah Hj. Ida Farida A. S.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penulis melakukan penelitian pada bulan april 2008 sampai dengan
bulan September 2008. Adapun tempat penelitian ini berlokasi di
kediaman ustadzah Hj. Ida Farida A. S yang beralamatkan di Jatiwaringin
Pondok Gede.
4. Tehnik Pengumpulan Data
a. Observasi, yaitu penulis langsung mendatangi kediaman ustadzah Hj.
Ida Farida A. S., majlis taklim al-Mar’atun Sholihah, dan yayasan
yatim
piatu
As-Syafi’iyah
Jatiwaringin
Pondok
Gede
guna
mendapatkan data-data yang akurat tentang aktivitas dakwah ustadzah
Hj. Ida Farida A. S.
b. Dokumentasi, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku tertentu atau
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan apa yang diteliti penulis,
dan internet yaitu dengan membuka situs-situs yang sangat berkaitan
dengan penelitian tersebut.
c. Wawancara, merupakan alat pengumpulan informasi langsung tentang
beberapa jenis data.8 Dalam penelitian ini penulis mengajukan
pertanyaan-pertanyaan langsung atau via telepon dengan ustadzah Hj.
Ida Farida. A. S. atau asisten beliau, untuk mendapatkan data yang
akurat mengenai beliau.
5. Analisis Data
Setelah data
terkumpul,
analisa
dilakukan
dengan tehnik
triangulasi, yaitu menggabungkan ketiga hasil data sementara dari
observasi, dokumentasi dan wawancara, kemudian dikumpulkan untuk
dibuat kesimpulan. Kemudian data-data tersebut diolah atau direvisi
kembali dengan menggunakan metode deskriptif analisis dengan
pendekatan kualitatif.9
Penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan
Skripsi, Tesis, dan Desertasi edisi terbaru yang diterbitkan oleh UIN
Jakarta Press.
E. Tinjauan Pustaka
Setelah peneliti melakukan pengecekan pada Perpustakaan
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan perpustakaan lain ternyata telah ada tulisan
tentang ustadzah Hj. Ida Farida A. S. yaitu :
8
. Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Andy Offet, 1983), h. 49.
. Rachmad, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi.
9
1. Ananda Septiani dengan judul Kegiatan Organisasi Ustadzah Hj. Ida
Farida A. S. yang berisi tentang semua kegiatan ustadzah Hj. Ida
Farida A. S. dalam berorganisasi.
Berbeda dengan tulisan di atas, skripsi saya ini membahas tentang
aktivitas dakwah ustadzah Hj. Ida Farida A. S. meliputi : dakwah bil lisan,
dakwah bil qalam, dan dakwah bil hal.
F. Sistematika Penulisan
BAB I
Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang, Pembatasan dan
Perumusan
Masalah,
Tujuan
dan
Manfaat
Penelitian,
Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II
Kerangka
Teoritis
yang
membahas
tentang
pengertian
Aktivitas, Dakwah Islam dan Karakteristik Da’I dan Da’iyyah,
Yang Ideal.
BAB III
Menjelaskan tentang Biografi Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.,
Meliputi Profil Ustadzah Hj. Ida Farida. A. S., Pendidikan
Ustadzah Hj. Ida Farida A. S., Aktivitas Ustadzah Hj. Ida
Farida A. S.
BAB IV
Menjelaskan
tentang Analisis Aktivitas
Dakwah Islam
Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. meliputi : Aktivitas Dakwah bil
lisan, Dakwah bil qalam ,dan Dakwah bil hal.
BAB V
Penutup
Kesimpulan dan Saran-saran dari hasil penelitian yang
dilakukan.
BAB II
KERANGKA TEORITIS TENTANG AKTIVITAS Dan DAKWAH ISLAM
A. Pengertian Aktivitas
Aktivitas merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan
tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, aktivitas berarti kearifan, atau salah satu kegiatan kerja
yang dilaksanakan dalam tiap bagian.10
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali kegiatan atau aktivitas
yang dikerjakan oleh manusia. Namun berhasil atau tidaknya kegiatan tersebut
tergantung dari individu itu sendiri. Menurut Samuel Soeltoe sebenarnya
aktivitas bukan hanya sekedar kegiatan, beliau juga mengatakan bahwa
aktivitas dipandang sebagai usaha mencapai atau memenuhi kebutuhan.11
Seseorang yang ingin mendalami ilmu agama dan ingin membangun
serta berinteraksi dengan masyarakat, haruslah melakukan aktivitas-aktivitas
yang membantu tercapainya keinginan tersebut.
Terwujudnya
dakwah bukan sekedar
usaha
peningkatan dan
pemahaman agama dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga
sasaran yang luas. Terutama di zaman sekarang ini, dakwah harus lebih
berperan untuk mengimplementasikan ajaran Islam secara universal dalam
aspek kehidupan.
10
. Ahmadi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Depdiknas, 2000).
. Samuel Soeltoe, Psikologi Pendidikan II. (Jakarta : FEUI, 1982), h. 52.
11
Sedangkan yang dimaksud dengan aktivitas dakwah Islam adalah salah
satu kegiatan keagamaan yang sangat penting dalam ajaran agama Islam.
Karena di dalamnya mengandung seruan atau ajakan kepada keinsyafan yang
mampu mengubah situasi yang buruk menjadi lebih baik dan sempurna baik
terhadap pribadi maupun orang lain.
B. Dakwah Islam
1. Pengertian Dakwah
Secara etimologi kata ”dakwah” berasal dari Bahasa Arab yaitu
sebuah isim masdar dari kata da’a, yad’u, da’watan yang berarti
“memanggil, menyeru, atau mengajak”.12
Sedangkan dakwah ditinjau dari segi terminologi mengandung
beberapa arti yang beraneka ragam. Dalam hal ini banyak ilmuan dakwah
yang memberikan definisi terhadap istilah dakwah, antara lain :
Menurut H. M. Arifin, Dakwah adalah suatu ajakan baik dalam
bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara
sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara
individual maupun secara kelompok, agar timbul dengan sendirinya suatu
pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap
ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya tanpa adanya
unsur-unsur paksaan.13
12
. Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta : Yayasan Penyelenggaraan
Penterjemah Penafsir Al-Qur’an, 1973), cet. ke-1, h. 127.
13
. H. M. Arifin, M. Pd, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Study, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2000), Cet. Ke-5, h. 6.
Sedangkan pendapat Toha Yahya Umar, “Dakwah adalah
mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang baik dan
benar dan sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemashlahatan dan
kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.14
Amrullah Ahmad menyatakan bahwa, “Dakwah Islam merupakan
aktualisasi imani yang dimanifestasikan dalam suatu system kegiatan
manusia beriman, dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara
teratur, untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap, dan bertindak
manusia. Khususnya pada daratan kenyataan individual dan sosio-cultural,
dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam sebuah segi
kehidupan manusia, dengan menggunakan cara tertentu.
Menurut M. Nastir, “Dakwah adalah tugas suci bagi tiap muslim
dan muslimah dimanapun mereka berada. Di dalam Al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah SAW jelas mempertegas bahwa umat Islam berkewajiban
untuk berdakwah dengan menyeru atau mengajak juga menyampaikan
ajaran Islam bagi saudara-saudara muslim sekalian.15 Di dalam surat AlImran ayat 104 Allah berfirman :
ِ‫ُوف‬:ْ/َِْ‫ُونَ ﺏ‬:ُ‫ْﻡ‬Hَ‫ِ وَی‬:َْ1ْ‫ُْنَ إَِ ا‬-َ‫ٌ ی‬#‫ْ ﻡُِْْ أُﻡ‬%َُ"َْ‫و‬
َ‫ْ)ُِن‬Kُْ‫َِ هُُ ا‬Jَ‫ِ وَأُو‬:َُْْ‫ِ ا‬%َ َ‫وَیََْْن‬
14
. Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah, (Jakarta : PT. Wijaya, 1971), Cet. Ke-2, h. 1
. M. Nastir, Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta : Gema Insani Press, 1999), Cet. Ke-1,
15
h. 63.
Artinya : “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang
beruntung”.
Pernyataan datang juga dari Abdullah Syinata, yang menyatakan
bahwa dakwah adalah panggilan atau ajakan kepada orang lain ke jalan
Allah SWT yang diridhoi.16
Pendapat dari A. Hasyimi yang menyatakan bahwa dakwah
islamiyah adalah mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan
akidah dan syari’ah Islam yang lebih dahulu telah diyakini dan diamalkan
oleh pendakwah sendiri.17
Sedangkan dakwah pada dasarnya dapat pula diartikan sebagai
upaya terus-menerus untuk melakukan perubahan pada diri manusia
menyangkut pikiran (fikrah), perasaan (syu’ur), dan tingkah laku (suluk)
yang membawa mereka kepada jalan Allah SWT, sehingga terbentuk dan
terciptanya sebuah masyarakat Islami (al-mujtama’ al-islamiyah).
Dakwah memiliki dimensi yang luas. Setidaknya ada empat
aktivitas utama dakwah, yaitu :
a. Mengingatkan orang akan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dengan
lisan.
b. Mengkonsumsikan prinsip-prinsip Islam melalui karya tulis.
c. Memberi contoh keteladan akan perilaku atau akhlak yang baik.
d. Bertindak tegas dengan kemampuan fisik, harta, dan jiwanya.
16
. Abdullah Syinata, Dakwah Islamiyah (DIRJEN Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam, 1984), h. 4.
17
. A. Hasyim, Loc. Cit, h. 17.
Dalam uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dakwah
bukan hanya terbatas pada penjelasan dan penyampaiannya saja,
melainkan juga menyentuh pada pembinaan dan pembentukan pribadi,
keluarga dan masyarakat.
2. Tujuan Dakwah
Dakwah merupakan usaha memindahkan umat dari situasi negatif
ke situasi positif, seperti dari situasi kekufuran kepada keimanan, dari
kemelaratan kepada kemakmuran, dari perpecahan kepada persatuan, dari
kemaksiatan kepada ketaatan untuk mencapai keridhoan Allah SWT.
Untuk memudahkan aktivitas dakwah maka para pelaku dakwah
harus memahami terlebih dahulu tujuan dakwah itu sendiri. Dakwah juga
adalah aktivitas internalisasi dan transformasi yang berkesinambungan
dalam ajaran agama Islam. Dalam proses dakwah banyak melibatkan
komponen dakwah seperti : (da’I, pesan, metode, media dan sebagainya).
Tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin
dicapai atau diperoleh dari keseluruhan tindakan dakwah. Untuk
tercapainya tujuan utama inilah, penyusunan semua rencana dan tindakan
dakwah harus ditujukan dan diarahkan.
Menurut Jamaluddin Kafi, “Akhlak seseorang akan membentuk
akhlak masyarakat, Negara, dan umat manusia seluruhnya. Maka
karenanya bangunan akhlak inilah yang sangat diutamakan di dalam
dakwah sebagai tujuan utamanya.18
18
. Jamaluddin Kafi, Psikologi Dakwah, Indah : Surabaya, 1993, h. 66-67.
Tidak ketinggalan pula dakwah bertujuan agar tingkah laku
manusia yang berakhlak itu secara eksis dapat tercermin dalam fakta hidup
dan lingkungannya serta dapat mempengaruhi jalan pikirannya.
Sedangkan tujuan dakwah secara umum, menurut KH. Didin
Hafiduddin yaitu : “Mengubah prilaku sasaran dakwah agar menerima dan
merealisasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari agar mencapai
kehidupan yang penuh keberkahan dunia dan akhirat.19
Tujuan dakwah dimaksudkan sebagai pemberi arah atau pedoman
bagi gerak langkah kegiatan dakwah, sebab jika dakwah tanpa tujuan yang
jelas seluruh kegiatan dakwah akan sia-sia, maka tujuan dakwah
merupakan salah satu unsur yang terpenting sebagai proses dakwah itu
sendiri.
Salah satu tujuan dakwah dapat ditemukan di dalam Al-Qur’an
surat Yusuf ayat 108, yang berbunyi :
!َِ/َ#‫ِ اﺕ‬%َ‫َةٍ أَﻥَ وَﻡ‬:ِNَ‫ِ َ)َ ﺏ‬+#)‫ِ;ِ َِ)ِ! أَدُْ إَِ ا‬Lَ‫ُْ ه‬3
َ%ِ‫ِآ‬:ْQُْ‫َ ا‬%ِ‫ِ وَﻡَ أَﻥَ ﻡ‬+#)‫وََُْنَ ا‬
Artinya : “Katakanlah : inilah jalan (agama)-Ku, aku dan orang-orang
yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah
yang nyata, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orangorang musyrik”.
Dalam perspektif sosiologi juga dijelaskan bahwa tujuan dakwah
adalah membawa masyarakat pada keadaan yang lebih baik dan lebih maju
dibandingkan dengan keadaan yang sebelumnya.20
19
. K. H. Didin Hafiduddin, Dakwah Aktual
. Asep Muhyiddin dan Agus Ahmad Syafi’I, Metode Perkembangan Dakwah, (Bandung
: Pustaka Setia, 2002), Cet. Ke-1, h. 159.
20
Pendapat Bardawi Umar mengenai tujuan dakwah dengan mengacu
kepada firman Allah SWT yang tertera di dalam surat Ali-Imran ayat 110 :
َ ََْْ‫ُوفِ وَﺕ‬:ْ/َِْ‫ُونَ ﺏ‬:ُ‫ْﻡ‬Hَ‫سِ ﺕ‬#)ِ ْ4َ ِ:ْ‫ٍ أُﺥ‬#‫ أُﻡ‬:َ َْ‫آُْ"ُْ ﺥ‬
‫ن‬
‫ًا‬:َْ‫َ أَهُْ اِْ"َبِ ََنَ ﺥ‬%َ‫ِ وََْ ءَاﻡ‬+#)ِ‫ْﻡُِنَ ﺏ‬Sُ‫ِ وَﺕ‬:َُْْ‫ِ ا‬%َ
َ‫ُن‬6َِKْ‫ُهُُ ا‬:َVْ‫ْﻡُِنَ وَأَآ‬Sُْ‫َُْ ﻡُُِْ ا‬
Artinya : “Kami adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia,
menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah yang munkar, dan
beriman kepada Allah SWT”. Sekiranya Ahli Kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka : di antara mereka ada
yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik.”
Berdasarkan ayat di atas, umat Islam mendapat perintah dari Allah
SWT, untuk melaksanakan dakwah sebaik mungkin. Jika kewajiban ini
telah dilaksanakan secara sempurna, maka umat Islam akan menempati
kedudukan umat terbaik di permukaan bumi dan dapat menjadi contoh
yang baik untuk masyarakat luas. Selain itu untuk melanjutkan tersiarnya
syari’at ajaran Islam, dan juga bagian hidup dari umat beragama.
Dari
penjelasan
tujuan
dakwah
di
atas
maka
penulis
mengemukakan bahwa seseorang yang berprofesi sebagai juru dakwah
harus berusaha semaksimal mungkin untuk membawa dan menyampaikan
dakwahnya
sehingga
dapat
membawa
kebaikan
bagi
manusia,
meningkatkan spiritualitas manusia agar manusia itu dapat memotivasi
dirinya agar hidup lebih baik lagi, sehingga di ridhoi oleh Allah SWT.
3. Karakteristik Dakwah
Salah satu komitmen seorang muslim terhadap keislamannya
adalah menyerukan, menyebarkan dan menyampaikan Islam kepada orang
lain. Al-Qur’an sebagai rujukan dakwah mempunyai watak atau
karakteristik yang khas. Dari berbagai ekspresi di dalam al-Qur’an
tersebut, diturunkan beberapa pesan moral al-Qur’an tentang penyampaian
dakwah, antara lain :
a. Dengan cara yang lebih baik.
b. Dengan penuh kasih sayang.
c. Tidak muncul dari rasa kebencian.
d. Tidak dengan kekerasan.
Jadi, inti sasaran utamanya adalah kesadaran pribadi. Untuk itu,
pendekatan dan watak (karakteristik) dari kegiatan dakwah adalah melalui
cara pencerahan fikiran, penyejukan jiwa tanpa harus menggunakan cara
kekerasan dan kekuatan. Dengan demikian idiom-idiom yang harus
muncul dan dibangun dalam kegiatan dakwah adalah idiom perdamaian,
persahabatan,pemaafan, pertolongan, pembebasaan, dan sebagainya.
Bukan
idiom-idiom
kekerasan,
cacian,
penghinaan,
penghujatan,
provokasi, dan fitnah.
Dakwah islamiyah juga memiliki beberapa karakter yang
membedakan dengan dakwah yang lainnya. Yaitu :
a. Rabaniyah, artinya bersumber dari wahyu Allah SWT.
b. Washatiya, artinya tengah-tengah atau seimbang.
c. Ijabiyah, artinya positif dalam memandang sekalian alam.
d. Waqi’iyah, artinya realistis dalam memperlakukan individu dan
masyarakat.
e. Ahlaqiyah, artinya syarat dengan nilai kebenaran, baik dalam sarana
maupun tujuannya.
f. Syumuliyah, artinya utuh dan menyeluruh dalam manhajnya.
g. Alamiyah, bersifat mendunia.
h. Syuriyah,
artinya
berpijak
diatas prinsip
musyawarah
dalam
menentukan sesuatunya.
i. Jihadiyah,
artinya
terus memerangi siapa
saja
yang berani
menghalang-halangi Islam, dan mencegah tersebarnya dakwah Islam.
j. Salafiyah, artinya menjaga orisinalitas dalam pemahaman dan akidah.
Inilah
dakwah
Islam
dengan
berbagai
karakternya
yang
membedakan antara dakwah Islam dengan dakwah yang lainnya.
Ini
adalah dakwah Allah. Sesuai dengan pedoman al-Qur’an dan Hadist. 21
4. Metode Dakwah
Problemantika dakwah dalam situasi kini terus-menerus berubah
secara cepat, dengan implikasi pergeseran nilai-nilai yang berskala global,
regional maupun lokal perlu mendapatkan perhatian yang serius, betapa
tidak pergeseran nilai-nilai tersebut telah terjadi di seluruh aspek
kehidupan manusia.22
21
. Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah, (Solo, Era Intermedia : 2005), Cet, Ke-1, h.
46
22
. M. Yunan Yusuf, Problematika Dakwah : Agenda dan Solusi, Jurnal Simbol Edisi 3juli-1999, h. 67.
Dalam penyajian materi dakwah Islam, al-Qur’an terlebih dahulu
meletakan prinsipnya
bahwa manusia yang dihadapi (mad’u) adalah
makhluk yang terdiri atas unsur jasmani, akal, dan jiwa, sehingga harus
dilihat dan diperlakukan dengan keseluruhan.
Menurut Quraish Shihab, materi-materi dakwah yang disajikan
oleh al-Qur’an dibuktikan kebenarannya dengan argumentasi yang
dipaparkan atau yang dapat dibuktikan manusia melalui penalaran akalnya.
Adakalanya al-Qur’an menuntun manusia dengan redaksi-redaksi yang
sangat jelas dan dengan tahapan-tahapan pemikiran yang sistematis,
sehingga manusia menemukan sendiri kebenaran yang dikehendakinya.
Metode ini digunakan agar manusia merasa bahwa ia ikut berperan dalam
menentukan suatu kebenaran.
Banyak ayat al-Qur’an yang mengungkapkan masalah dakwah.
Namun, dari sekian banyak ayat itu, yang dapat dijadika acuan utama
dalam prinsip metode dakwah secara umum adalah surat an-Nahl ayat 125
yang berbunyi :
ْ ُِْ‫ادْعُ إَِ َِِ رَﺏَ ﺏَِِِْْ وَاََِِْْ اَََِْ وَ َد‬
َُ‫ِ وَه‬+ِ)َِ ْ%َ #َ* ْ%َِ‫َ هَُ أَْ)َُ ﺏ‬#‫ رَﺏ‬#‫ُ إِن‬%َْ‫"ِ! هِ!َ أَﺡ‬#ِ‫ﺏ‬
َ%‫ِی‬-َ"ُِْْ‫أَْ)َُ ﺏ‬
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dijalan-Nya dan dialah yang
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Metode dakwah sangat penting bagi proses dan perkembangan
dakwah Islam, tanpa metode dakwah yang sesuai dengan al-Qur’an, ayat
ini menjelaskan pesan tentang kewajiban dan metode dakwah Islam bagi
manusia. Dari pernyataan surat an-Nahl ayat 125 tersebut dapat dijelaskan
dan disimpulkan bahwa seruan dan ajakan menuju jalan Allah itu harus
menggunakan metode-metode dakwah seperti : Bil hikmah, mau’idzah
hasanah, dan mujadalah bi al-lati hiya ahsan.
a. Metode Dakwah bil Hikmah
Kata hikmah menurut Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawi
adalah sesuatu yang akurat dan berfaedah untuk penetapan akidah atau
keyakinan. Al-Zamakhsyari memberikan makna bi al-hikmah adalah
perkataan yang pasti benar, yakni dalil yang menjelaskan kebenaran
dan menghilangkan keraguan atau kesamaran.
Sedangkan dakwah bil hikmah berarti dakwah yang bijak,
mempunyai makna selalu memperhatikan suasana, situasi, dan kondisi
mad’u. Hal ini berarti menggunakan metode yang relevan dan realistis
sebagaimana tantangan dan kebutuhan, dengan selalu memperhatikan
kadar pemikiran dan intelektual, suasana psikologis, dan situasi social
cultural mad’u.
Prinsip-prinsip metode dakwah bi al-hikmah ini ditujukan
terhadap mad’u yang kapasitas intelektual pemikiranya terkatagorikan
khawas, cendekiawan, dan ilmuan.
Menurut Sayyid Quthub, dakwah dengan metode hikmah akan
terwujud apabila tiga factor berikut diperhatikan, yaitu :
1) Keadaan dan situasi orang-orang yang didakwahi.
2) Kadar atau ukuran materi dakwah yang disampaikan agar mereka
merasa tidak keberatan dengan beban materi tersebut.
3) Metode penyampaian materi dakwah dengan membuat variasi
sedemikian rupa yang sesuai dengan kondisi pada saat itu.23
Dari kutipan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa metode
hikmah dalam dakwah adalah metode yang berlandaskan kemampuan
intelektual, baik subjek dakwah (da’I dan da’iyyah) ataupun objek
dakwah (mad’u). Dengan demikian metode dakwah bil hikmah ini
adalah upaya mengajak manusia kejalan Allah dengan penuh
semangat, kelemah lembutan, sabar, tabah, dan lapang dada.
b. Metode Maw’izhah Hasanah
Al-Maw’izhah Hasanah, menurut Absul Hanid Al-Bilahi,
adalah merupakan salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk
mengajak seseorang ke jalan Allah SWT dengan memberikan
bimbingan atau nasihat yang baik dengan lemah lembut agar mereka
dapat berubah menjadi lebih baik.24
“Sedangkan yang di maksud dengan metode maw’izhah
hasanah adalah memberikan nasihat kepada orang lain dengan
cara yang baik, berupa petunjuk-petunjuk kearah kebaikan
dengan bahasa yang baik yang dapat mengubah hati, agar
nasihat tersebut dapat diterima, berkenan di hati, enak di
23
. Moh. Sayyid Quthub, Tafsir Fi Dzilal Al-Qur’an, h. 122.
. Abdul Hamid Al-bilali, Op. Cit. Hal. 260.
24
dengar, menyentuh perasaan, lurus pikiran, menghindari sikap
kasar dan tidak boleh mencaci atau menyebut kesalahan
audience sehingga objek dakwah dengan rela hati dan atas
kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh
pihak subyek dakwah.” 25
Dari dua pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
metode maw’izhah hasanah adalah cara menyampaikan pesan dakwah
Islam berupa pemberian nasihat baik kepada mad’u, dengan tutur
bahasa yang lemah lembut dan menyentuh perasaan sehingga dapat
mengambil hati para mad’unya.
c. Metode Mujadalah (Diskusi) Dengan Cara Yang Baik
Dakwah bertujuan untuk mengajak sekaligus memperbaiki
kondisi masyarakat agar mengikuti ajaran agama Islam. Sedangkan
dakwah dengan metode ini adalah suatu upaya atau tujuan seorang da’I
dan da’iyyah yang terakhir dalam menjalankan dakwahnya. Bila mana
dua metode sebelumnya tidak lagi efektif untuk mencapai tujuan
dakwah, maka metode inilah yang lazim digunakan untuk orang yang
lebih berfikir kritis dan berwawasan luas.
Ada tiga macam jidal (diskusi) dalam berdakwah, yaitu :
1) Jidal yang buruk, adalah dakwah yang disampaikan dengan sikap
yang
kasar,
yang mampu mengundang kemarahan lawan
diskusinya serta menggunakan dalih-dalih yang tidak benar.
25
. Siti Muriah, ibid. Hal. xv.
2) Jidal yang baik, adalah dakwah yang disampaikan dengan lemah
lembut, penuh kesopanan dan menggunakan pedoman al-Qur’an
dan Hadist.
3) Jidal yang lebih baik, adalah dakwah yang disampaikan dengan
argumentasi yang jelas, baik dan benar.26
Berdasarkan
pendapat-pendapat
sebelumnya,
penulis
menyimpulkan bahwa seorang da’I dan da’iyyah tidak hanya harus
berada di atas mimbar untuk menyampaikan pesan dakwaknya.
Melainkan juga seorang da’I dan da’iyyah dapat menyampaikan materi
dakwahnya melalui proses diskusi yang berakhir pada tanya-jawab,
atau memulai dengan argumentasi yang berbeda-beda sehingga
timbullah pemahaman dari diri mereka.
5. Sasaran Dakwah
Sasaran dakwah atau objek dakwah adalah umat manusia. Baik
individu atau berkelompok. Pengertian mengenai manusia itu beragam.
Bidang sosiologi berpendapat bahwa manusia mempunyai struktur dan
mengalami perubahan-perubahan.
Manusia juga di sebut mad’u, dan mad’u adalah seluruh umat
Islam. Dalam surat As-Saba ayat : 28 Allah SWT berfirman mengenai
objek dakwah yaitu :
َ َْ)َْ‫وَﻡَ أَر‬
ِ‫س‬#‫َ ا‬:َVْ‫ أَآ‬#%ََِ‫ًا و‬:‫ِی‬Lَ‫ًا وَﻥ‬:ِQَ‫سِ ﺏ‬#)ِ ً#=َ‫ آ‬#ِ‫ك إ‬
َ‫ْ)َُن‬/َ‫َ ی‬
26
. Quraish Shihab, ibid, h. 389
Artinya : “ Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat
manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan
sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui.”
6. Media Dakwah
Media berawal dari kata “median” yang berasal dari bahasa latin
yang artinya perantara. Pengertian media secara istilah adalah segala
sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat (perantara) untuk mencapai
tujuan tertentu.27
Dalam kamus istilah telekomunikasi, media dalah sarana yang
digunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu
pesan kepada komunikan apabila komunikan jauh tempatnya.28
Media dakwah Islam adalah sarana atau prasarana yang membantu
subjek dakwah atau da’I dan da’iyyah dalam memberikan dan
menyampaikan pesan dakwahnya secara efektif dan efisien. Dengan
demikian media dakwah sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan dakwah
yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa orang, materi,
tempat kondisi tertentu dan sebagainya.
Sedangkan fungsi media massa dalam dakwah adalah untuk
memberikan informasi, pendidikan, hiburan, dan mempengaruhi para
mad’u. Media dakwah juga merupakan hal yang sangat penting dalam
proses dakwah, untuk menentukan keberhasilan dakwah itu sendiri kepada
masyarakat.
27
. Ahmad Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, h. 165.
. Ghazali Syahdar, Kamus Istilah Komunikasi, (Bandung : Djembatan,1992), h. 227.
28
Media
sebagai
salah
satu
indikator
terpenting
dalam
mengembangkan dakwah saat ini. Dengan berbentuk media cetak atau
elektronik. walaupun instrumen berupa podium atau mimbar masih banyak
digunakan untuk menyampaikan pesan dakwah, akan tetapi kemajuan
pesat industri komunikasi serta media massa telah memberikan
kemungkinan-kemungkinan media dakwah yang sangat luas dan
berteknologi canggih.
Sebagaimana diutarakan oleh M. Yunan yusus senagai berikut:
“ Kemajuan pesat industri komunikasi serta media
massa telah menyodorkan media dakwah yanbg sangat luas
dan canggih, pemanfaatan lat-alat komunikasi tersebut,
menjadi tuntutan yang tidak boleh ditawar lagi seperti : radio,
televise, film, dan internet. Itu semua merupakan media-media
yang harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya
pemberdayaan dakwah itu sendiri.”29
Dari keterangan di atas penulis menyimpulkan bahwa media
dakwah adalah sarana dakwah yang mampu membantu da’I dan da’iyyah
atau juru dakwah dalam menyampaikan pesan dakwahnya agar diterima
oleh mad’unya.
7. Aktivitas Dakwah dan Bentuk-Bentuknya.
Aktivitas dakwah Islam yang dilakukan oleh umat Islam tentunya
bermacam-macam. Hingga pada saat ini aktivitas tersebut semakin
beragam seiring dengan berkembangnya alur kehidupan. Bahkan sekarang
ini bisa dikatakan bahwa segala kegiatan yang dilakukan oleh umat Islam
mengandung unsur dakwah.
29
. M. Yunan Yusuf, ibid, h. 68.
Menurut para pelaku dakwah, aktivitas dakwah Islam merupakan
operasionalisasi yang dilakukan, sehingga ada tiga kategori di dalamnya,
yaitu: 30
a. Dakwah bil lisan
Dakwah bil lisan, adalah penyampaian informasi atau pesan
dakwah melalui lisan, dapat berupa ceramah, symposium, diskusi,
khutbah, brain stroming dan sebagainya. Seperti dalam Q.S Fusilat
ayat 33 yang berbunyi :
َ‫َل‬3َ‫ًَِ و‬5 َََِ‫ِ و‬+#)‫ْ دََ إَِ ا‬%#ِ‫ًَْ ﻡ‬3 ُ%َْ‫ْ أَﺡ‬%َ‫وَﻡ‬
َ%ِِ)ُْْ‫َ ا‬%ِ‫ِ! ﻡ‬#‫إِﻥ‬
Artinya : “Dan barang siapa yang lebih baik perkataannya daripada
orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal sholeh
dan berkata : “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang
yang menyerah diri”.
b. Dakwah bil Qalam
Dakwah bil Qalam, adalah penyampaian informasi atau pesan
dakwah melalui tulisan, dapat berupa buku, majalah, surat kabar,
spanduk, pamphlet, kaligrafi, bulletin dakwah dan lain sebagainya.
c. Dakwah bil hal
Dakwah bil hal, adalah dakwah melalui perbuatan yang nyata
perilaku yang dilakukan atau sopan santun sesuai dengan ajaran Islam,
30
. Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu,
1997), hal. 34.
memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, sabar,
kerjasama, dan saling tolong-menolong sesama manusia. Islam
memerintahkan manusia agar dapat mencontoh (teladan) dari para
ahlul fikr (orang-orang yang berfikir), ahli kebenaran dan mereka yang
berakidah lurus.31
Sebagai juru dakwah atau da’I dan da’iyyah yang menyampaikan
misi ajaran Islam kepada manusia, juru dakwah juga berkewajiban
meneladani sifat-sifat dan kepribadian Rasulullah SAW.
Pada dasarnya dakwah inilah yang lebih efektif dan mengena pada
sasaran dibanding dengan bentuk-bentuk aktivitas dakwah yang lainnya.
Tetapi sampai detik ini umat Islam masih kurang memperhatikan
efektivitas dari dakwah bil hal ini. Dan masih menganggap bahwa dakwah
bil lisan lebih efektif.
C. Karakteristik Da’I dan Da’iyyah Yang Ideal
Bagi orang yang menyampaikan dakwah seperti da’i, atau orang
yang mengajak seluruh umat kepada jalan kebaikan dan berusaha untuk
mengubah kondisi sekitarnya dengan hal yang positif, maka seorang da’I dan
da’iyyah
haruslah mempunyai beberapa karakter yang mampu mengajak
umatnya untuk bercermin kepada jalan yang lebih terang.
Secara individual maupun kelompok, atau sebagai komunikator
yang menyampaikan pesan dakwah untuk mengubah diri menjadi lebih baik,
31
. Musthafa Mansur, Teladan Di Medan Dakwah, (Solo : Era Intermedia, 2000), h. 42
seorang da’I dan da’iyyah merupakan unsur dakwah yang sangat berpengaruh
bagi seluruh umat, karena berhasil atau tidaknya dakwah tersebut tergantung
bagaimana da’I dan da’iyyah tersebut menyampaikan pesan dakwahnya. Oleh
karena itu karakter yang harus dimiliki seorang da’I dan da’iyyah yang ideal
dalam dakwah Islam, yaitu :
1. Sehat jasmani dan rohani, seorang da’I dan da’iyyah memang sudah
seharusnya berada ditengah-tengah jama’ah atau masyarakat dan ia juga
selalu dibutuhkan kapan saja dan dimana saja. Karena bagi masyarakat
seorang da’I dan da’iyyah (juru dakwah) adalah sosok panutan yang
membawa ajaran kebaikan untuk disampaikan kepada umat agar
menempuh jalan keridhoan dari Allah SWT. Jika seorang da’I tidak
memiliki jasmani dan rohani yang kuat, maka seluruh aktivitas dakwahnya
akan terganggu.
2. Keinginan yang kuat, segala pekerjaan yang hebat dan mulia memerlukan
kemauan dan keinginan yang kuat bagi pelaksananya, agar supaya
pekerjaan itu dapat terlaksana dengan sempurna.32 Sama halnya dengan
da’I dan da’iyyah dalam berdakwah, karena mereka harus teguh dan tegas
untuk mempertahankan prinsip akidah dalam menyampaikan pesan
dakwah dan menyusun strategi dakwahnya.
3. Mengajak dan memberi motivasi, adapun aspek kebaikan yang bisa
dilakukan oleh da’I dan da’iyyah dalam memotivasi mad’unya adalah
dengan mengajak mad’u untuk berbuat baik dan mengorbankan dirinya
32
. Toha Yahya Omar, MA., Islam dan Dakwah, (Jakarta : PT. AL-MAWARDI PRIMA,
2004), Cet, Ke-1, h. 157.
dengan perilakunya di jalan Allah SWT. Dan mereka juga harus
menciptakan kedamaian pada mad’u dan keluarga da’I dan da’iyyah
tersebut.33
4. Ilmu Pengetahuan, bagi seorang da’I dan da’iyyah yang selalu
bermasyarakat dan memberi nasihat bijak kepada umat, sudah sepatutnya
ia harus mempunyai ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas agar
aktivitas dakwah yang ia lakukan berjalan efektif dan membawa
perubahan baik bagi dirinya juga masyarakat. Tidak hanya itu seorang da’I
dan da’iyyah juga adalah panutan bagi para mad’unya.
5. Bersikap dan bertindak adil, sebagai juru dakwah yang membawa amanat
dari Allah SWT da’I dan da’iyyah haruslah mempunyai sikap-sikap yang
baik diantaranya, yaitu jujur, benar, menyampaikan pesan apa adanya,
adil, lemah lembut, sabar, tidak sombong, pemaaf dan selalu dekat dengan
Allah SWT. Dengan adanya sikap-sikap tersebut dalam diri seorang da’I,
maka pemimpin atau da’I dan da’iyyah tersebut akan berfikir objektif
dalam menilai permasalahan yang ada sekaligus menilai individual.
Muhammad Ghazali juga menegaskan dalam tulisannya bahwa
seorang da’I dan da’iyyah harus mempunyai dua syarat utama diantaranya
yaitu : pertama, pengetahuan mendalam tentang ilmu agama Islam, dan kedua,
juru dakwah harus mempunyai jiwa kebenaran (ruh yang penuh kebenaran,
kegiatan, kesadaran, dan kemajuan).34
33
. DR. Ali Abdul Halim Mahmud, Fiqih Dakwah Muslimah, (Jakarta : RABBANI
PRESS, 2003), Cet, Ke-1, H. 421.
34
. A. Hasyimi, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an, (Jakarta : Bulan Bintang, 1994), cet.
Ke-3. h. 167.
Dari penuturan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang da’I atau
da’iyyah tidak hanya mampu berbicara, tetapi figure da’I yang ideal itu harus
mempunyai rasa sosial yang tinggi, berpengetahuan luas, baik budi pekerti,
bijaksana dan tidak sombong. Karena apa yang ia ucapkan dan lakukan akan
diikuti oleh mad’unya.
BAB III
BIOGRAFI USTADZAH Hj. IDA FARIDA A. S.
A. Profil Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.
Terlahir di Jakarta, pada tanggal 05 Januari tahun 1951, Ustadzah Hj.
Ida Farida A. S. adalah putri dari keluarga pasangan Alm. KH. Abdullah
Syafi’I dan Almh. Ustadzah Hj. Rogayah Binti KH. Ahmad Muchtar. Ia
terlahir dari keluarga yang sangat religius. Ayahnya semasa hidupnya
berprofesi sebagai seorang da’I besar, dan beliau di kenal sebagai singa
podium. Sedangkan ibunya semasa hidupnya berprofesi sebagai ustadzah yang
memimpin sebuah majlis taklim.
Ustadzah Hj. Ida Farida adalah da’iyyah dan tokoh masyarakat betawi
yang sangat dihormati, Khadimutthalabah perguruan Asy-Syafi’iyah yang
kharismatik dan rendah hati.”
Posisi sebagai da’iyyah ini, memberikan motivasi tersendiri bagi
ustadzah Hj. Ida Farida untuk berkesempatan berdakwah dan mengetahui
bagaimana cara mempraktekkan dakwah diberbagai forum, baik di dalam
maupun di luar negeri.
Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. mempunyai beberapa saudara kandung,
namun yang ada hingga saat ini hanya dua orang saja. Ia adalah bungsu dari
seorang kakak perempuan yaitu Ustadzah Hj. Tuty Alawiyah A. S. dan
seorang kakak laki-laki yang bernama KH. Abdur Rasyid. Tidak berbeda
dengan kakak-kakaknya, ia juga menekuni dan terjun di bidang dakwah.
Sejak kecil
kedua orang tuanya sudah mempersiapkan bekal
pendidikan agama, berupa belajar membaca al-Qur’an, cinta dengan ilmu
agama yang mengharuskan ia untuk belajar dan terus belajar.
Dari usia belia, ia sudah terbiasa dengan kesibukan dakwah, sama
halnya dengan anak-anak seusianya, ia juga bermain bersama teman-temannya
tetapi ia tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai pelajar untuk
menuntut ilmu.
Perempuan berdarah betawi ini semasa mukim di asrama tidak hanya
ikut keduanya orangtuanya untuk berdakwah dalam bidang ceramah, akan
tetapi ia juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah berupa
ekstrakulikuler seperti marching band, rebana, tilawatil qur’an, dan pidato.
Beliau sudah mulai belajar berdakwah dari kecil, tetapi sesudah
menikah atau kurang lebih 25 tahun lalu, ternyata ia justru lebih menyukai dan
menekuni profesi dakwah mengikuti jejak ayah dan bundanya. Di usianya
yang sudah matang ini, ia masih berkecimpung di dunia dakwah atas
dukungan dan kerjasama dengan sang suami tercinta KH. Agus Alwi yang
notabennya juga adalah seorang da’I.
Ia bukan hanya sekedar seorang da’iyyah yang berani berjuang di
medan dakwah, melainkan ia juga seorang guru atau ustadzah yang selalu
membimbing dan mendidik semua murid-muridnya agar menjadi lebih baik
dan berakhlakul karimah. Tidak hanya itu beliau adalah seorang istri dan ibu
yang baik, karena sesibuk apapun, ia selalu menyempatkan waktu luang untuk
berkumpul dan bersenda gurau bersama keluarga besarnya.
Hingga saat ini ustadzah Hj. Ida Farida A. S mempunyai 6 orang anak
yang sangat dibanggakanya. Diantaranya H. Ahmad Bariansyah S. Ip, H.
Anton Fathoni S. Ip. MM, M. Waisy Firmansyah, Fairuz Andalusia,
Salsabilah Firdausi, dan si bungsu Aqidah.
B. Pendidikan Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.
Da’iyyah yang sangat ramah ini tidak hanya pandai berbicara, tetapi ia
juga pandai dan aktif saat masih duduk dibangku sekolah, Sejak kecil ia
bercita-cita ingin menjadi da’iyyah sekaligus guru. Dari kecil ia juga sering
mengikuti ibu dan ayahnya mengaji. Sehingga apapun ilmu yang diturunkan
padanya selalu ia realisasikan.
Ia sama sekali tidak membeda-bedakan antara ilmu umum dengan ilmu
agama, karena menurut sang ayah apapun ilmu itu selama baik dan membawa
manfaat maka raihlah terus.
Ibu dari 6 orang anak. yang terdiri dari 3 putra dan 3 putri ini pernah
menuntut ilmu di beberapa sekolah di Jakarta diantaranya: di SDN Bukit Duri
Putra diusianya yang masih beranjak 6 tahun sampai selesai, kemudian beliau
melanjutkan pendidikannya di SMPN 25 tepatnya di jalan Slamet Riyadi,
setelah lulus dari SMP ia melanjutkan kembali sekolahnya di SMAN 08
Manggarai Jakarta.
Dan yang luar biasanya, beliau juga menuntut ilmu secara bersamaan
antara sekolah umum dengan madrasah. Jadi dari SD sampai SMA, ia selalu
membagi waktunya untuk menuntut ilmu agama di madrasah. Menurutnya
apabila pagi hari ia berangkat ke sekolah umum dan siangnya ia berangkat
untuk menimba ilmu agama.
Ia belajar ilmu agama di Madrasah Ibtidaiyyah, Madrasah Tsanawiyah,
dan Madrasah Aliyah yang ayahnya dirikan yaitu di Yayasan As-Syafi’iyah.
Karena pada waktu itu belum ada sekolah umum di yayasan ini, maka ia
memilih sekolah umum di luar.
Tidak hanya itu karena tekadnya untuk menjunjung tinggi ilmu, maka
ia tidak membeda-bedakan antara ilmu umum dengan ilmu agama, karena
menurutnya antara ilmu dunia dan ilmu akhirat itu harus seimbang.
Tidak puas dengan mengecam tamatan SMA saja, ia melanjutkan
kembali sekolahnya di Perguruan Tinggi. Pada awalnya ia ingin sekali
melanjutkan studinya di luar negeri tepatnya di Kuwait bersama dengan
teman-temannya. Namun sang ayah sangat melarang ia untuk pergi ke sana.
Akhirnya karena ayahnya tidak mengizinkan, ia melanjutkan studinya
di Universitas Islam As-Syafi’iyyah Matraman dengan mengambil Fakultas
Ushuluddin Jurusan Dakwah. Menurutnya ini adalah jurusan yang tepat untuk
meneruskan cita-cita sang ayah sekaligus merealisasikan dakwahnya, agar
membawa harapan yang baik untuk ke depan dan mengedepankan prospek
dakwah yang lebih maju.
C. Aktivitas Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.
Aktivitas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
atau lebih. Begitu juga dengan kegiatan yang dilakukan oleh perempuan 57
tahun ini, ia adalah istri, sekaligus ibu dan da’iyyah yang aktif dalam semua
perannya. Dalam setiap perannya ia tidak pernah melupakan kewajibannya.
Sejak belia ia sudah banyak melakukan hal-hal positif yang
membawanya kearah yang lebih baik, dintaranya : belajar mengajar, belajar
pidato, bahkan marching band masih ia kuasai hingga saat ini. Ia termasuk
orang yang gemar membaca dan tidak pernah jauh dari meja computer untuk
menuangkan semua inspirasinya, waktu selebihnya ia gunakan untuk ceramah
dan memberikan ilmu kepada orang lain.
Da’iyyah yang penuh senyum ini, tak pernah merasa lelah untuk
melakukan semua aktivitasnya. Dari kecil sampai sekarang ia terkenal mudah
bergaul dengan siapa saja. Dan dari sinilah ia mempunyai tekad dakwah untuk
mengembangkan agama Islam.
Aktivitas dakwah yang ia geluti saat ini sangat banyak, diantaranya
ceramah di majlis taklim. Ia adalah da’iyyah yang mandiri, menurut pimpinan
Pondok Pesantren Putri As-Syafi’iyah ini, ia sering sekali mengendarai mobil
pribadinya tanpa didampingi sang supir, karena menurutnya ia merasa lebih
bebas dan dapat melakukan aktivitas apapun. Tetapi kebiasaan ini biasa ia
lakukan apabila ia mendapat undangan ceramah di daerah jabodetabek saja.
Selama ini ia tidak hanya hanya ceramah dimajlis taklim yang ia
pimpin saja yaitu Al-Mar’atus Sholihah, tetapi ia juga berceramah dimajlis-
majlis taklim lainnya. Selain itu ia juga sering diundang ceramah pada acara
hari-hari besar Islam seperti : Maulid Nabi SAW, Isra Mi’raj dan undangan
ceramah di luar negeri.
Beliau juga mempunyai karya-karya yang ditulis sendiri, isinya
tentang pesan dakwah, yang terdapat di al-Qur’an dan Sunnah.
Dengan kesibukan yang banyak menyita waktunya, ia tidak pernah
lupa untuk memperhatikan proyek sosial yang sudah ia geluti kurang lebih dua
windu. Proyek social yang ia tangani adalah mengasuh dan mendidik anakanak yatim, dan para jompo yang kurang mampu untuk mendapatkan
perhatian yang lebih layak.
Padatnya aktivitas yang ia jalankan, tidak menyurutkan kewajibannya
sebagai istri, sekaligus da’iyyah. Jika di rumah ia adalah sosok ibu rumah
tangga yang santun dan sayang terhadap suami dan anak-anaknya. Tetapi
apabila ia sedang tugas di luar ia adalah seorang guru, mu’allim, dan da’iyyah
yang ramah.
Dari kegiatan-kegiatan dakwahnya ia mempunyai visi dan misi yang
sangat rasionalis seperti : ia membangun generasi muda dan kaum ibu agar
menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT dengan menjalankan
perintahNya dan menjauhkan laranganNya.
BAB IV
ANALISIS AKTIVITAS DAKWAH USTADZAH Hj. IDA FARIDA
A. Aktivitas Dakwah Bil Lisan Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.
Aktivitas dakwah yang dilakukan ustadzah Hj. Ida Farida A. S. kepada
masyarakat
merupakan
upaya
dalam
mengembangkan
pengetahuan
keagamaan yang berdasarkan pada tuntutan al-Qur’an dan Sunnah yang pada
akhirnya masyarakat mampu menghadapi masa depan yang lebih baik, baik di
dunia dan di akhirat.
Akan tetapi kewajiban umat Islam untuk menyampaikan risalah secara
keseluruhan, sistematik dan mendalam tentunya tidak akan dapat dilakukan
oleh semua muslim dan muslimat.
Jadi menurut ustadzah Hj. Ida farida diperlukan seorang pemimpin
atau da’I juga da’iyyah yang mempunyai peranan bagi mad’unya, memiliki
pengetahuan yang cukup dan kemampuan seorang professional sehingga ia
layak dikatakan seorang pemimpin, guru, dan da’I.
Kebutuhan manusia terhadap dakwah Tuhan yang menciptakan
manusia sebagai makhluk mulia. Ia mempunyai fitrah yang suci dengan desain
kejiwaan yang sempurna, memiliki rasa keadilan dan keagamaan yang hanif.
Pada diri manusia terkumpul potensi-potensi, baik yang positif maupun yang
negative diantaranya manusia mempunyai akal, hati dan nurani tetapi dia juga
mempunyai syahwat dan hawa nafsu.
Pada dasarnya, dakwah bil lisan itu sendiri adalah membekali manusia
dengan informasi dan berita (pesan-pesan) yang benar, dengan pengetahuan
ilmiyah, kenyataan faktual dan akurat untuk membantu terbentuknya pikiran
dan pandangan dalam menghadapi kenyataan dan kesulitan yang dihadapi.
Pada awalnya kegiatan dakwah bil lisan ustadzah Hj. Ida Farida A. S
hanya dilakukan di majlis taklim milik ibunya saja, tetapi karena efek yang
ditimbulkan dari dakwah yang disampaikannya membuahkan hasil, maka ia
terus melanjutkan dakwahnya dengan mengajak masyarakat setempat untuk
belajar mengaji.
Pada usia 25 ia sudah mulai memberanikan diri untuk menunjukkan
perfomanya sebagai penceramah atau da’iyyah muda. Meskipun dakwah yang
disampaikannya belum maksimal ternyata dakwah yang dirasakan sangat
bermanfaat bagi mad’u saat itu. Sehingga ia mengajak masyarakat setempat
untuk mengaji dan belajar bersama.
Ia bukan wanita yang mudah menyerah, tetapi ia semakin penasaran
untuk lebih mendalami ilmu agamanya, agar ia terus mampu untuk
mengimplementasikan dakwahnya kepada orang lain.
Pada tahun 1972 ia menikah dengan KH. Agus Alwi. Setelah menikah
ia lebih konsentrasi dan maksimal lagi dalam berdakwah, karena ia sudah
sudah mempunyai banyak pengalaman sekaligus pengetahuan yang ia
dapatkan dari membaca.
Kembali pada pokok penelitian yakni
tentang analisis aktivitas
dakwah bil lisan ustadzah Hj. Ida Farida. Ia mengkategorikan dakwah bil lisan
sama halnya seperti pidato, ceramah, mengaji, diskusi, nasehat atau segala hal
yang penyampaiannya melalui lisan dengan bertujuan untuk mengajak orang
lain menjadi lebih baik.
Di daerah DKI. Jakarta hampir seluruh masyarakatnya mengenal sosok
da’iyyah yang satu ini. Selain ia adalah anak dari seorang guru besar dan
tokoh masyarakat Betawi KH. Abdullah Syafi’I, ia juga mempunyai posensi
yang kuat dalam berdakwah.
Figurnya sebagai da’iyyah yang haus akan ilmu dan beramal,
mengajak dirinya dimanapun ia berada dan ada kesempatan, beliau tak segansegan untuk mengadakan suatu acara atau kegiatan-kegiatan yang bersifat
keagamaan. Dakwah bil lisan yang dilakukan ustadzah Hj. Ida Farida A. S.
penulis kelompokkan menjadi beberapa bentuk, yaitu :
1. Ceramah, dakwah yang ia lakukan melalui ceramah ini adalah
menyampaikan pesan-pesan dan nasehat-nasehat yang baik yang
membawa nilai-nilai positif kepada mad’u, yang gunanya untuk membawa
mad’u menjadi manusia yang bermanfaat dan berguna bagi masyarakat
dan Tuhannya (Allah SWT). Biasanya ia melakukan ceramah di beberapa
majlis taklim di Jakarta dalam satu harinya.
Tabel 1
Aktivitas Ceramah Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. Di Jakarta
Tempat
Kegiatan
Majlis Taklim Al-Hilal
Maulid Nabi Muhammad SAW
Majlis Taklim Al-Mar’atus Sholihah
Ceramah Mingguan dan Hari-hari
Besar Umat Islam
Majlis Taklim At-Thahiriyyah
Maulid Nabi Muhammad SAW
Yayasan As-Syafi’iyah Jatiwaringin
Ceramah Mingguan
Yayasan As-Syafi’iyah Matraman
Maulid Nabi Muhammad SAW
Stasiun Televisi Republik Indonesia
Mengisi Acara Siraman Rohani Agama
(TVRI) Jakarta
Islam
Masjid Istiqlal Jakarta
Ceramah Hari Besar Umat Islam
35
Table diatas dapat diperoleh data bahwa ustadzah Hj. Ida Farida A.S tidak
hanya aktif untuk ceramah dimajlis-majlis taklim di Jakarta tetapi juga di
stasiun Televisi.
Tidak hanya itu selain ceramah di Jakarta, ia juga ceramah di luar kota dan
bahkan di luar negeri seperti di Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam,
Hongkong dan Amerika. Aktivitas ceramah di luar negeri ini ia mulai
lakukan sejak tahun 1988 hingga saat ini. Menurutnya banyak perbedaan
antara ceramah di negeri atau kota sendiri dengan ceramah di luar negeri,
35
. Analisis Data ini Diperoleh Oleh Penulis Dengan Mewawancara Langsung Objek
Penelitian Skripsi ini.
apabila ceramah di negeri sendiri ia hanya membutuhkan waktu pagi dan
siang saja untuk ceramah tetapi jika di luar negeri ia biasa dipanggil
ceramah pada waktu malam tepatnya ba’da magrib atau ba’da isya. Dan
uniknya lagi tutur ustadzah Hj. Ida Farida, di sana penceramah hanya satu
orang saja. Jadi sejak mulai acara sampai selesai atau doa, yang memimpin
hanya beliau.
Tabel 2
Aktivitas Ceramah Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. Di Luar Negeri
Tahun 1988-2004
Tanggal
Tempat
Kegiatan
Juni 1988
Brunei Darussalam
Menyambut Tahun Baru
1409 Hijriah
17 Agustus 1989 s/d 24
Brunei Darussalam
Agustus 1989
22 Oktober 1989 s/d 29
1410 Hijriah
Brunei Darussalam
Oktober 1989
20 Februari 1990 s/d 13
Singapura dan Malaysia
Singapura
Memperingati Maulid
Nabi SAW
Singapura
15 Oktober 1991
3 Juli 1994 s/d 10 Juli
Memperingati Maulid
Nabi SAW
Oktober 1990
29 September 1991 s/d
Memperingati Maulid
Nabi SAW
Maret 1990
10 Oktober 1990 s/d 20
Menyambut Tahun Baru
Memperingati Maulid
Nabi SAW
Brunei Darussalam,
Tour Dakwah
1994
Singapura dan Malaysia
Agustus 1996
Brunei Darussalam
HUT Ke-50 Sultan dan
Pernikahan Putri Sultan
Juni 1997
Singapura
HUT Ke-20 Masjid
Mujahidin
12 Oktober 2000 s/d 27
Yordan dan Palestina
Ibadah Umroh dan Ziarah
Singapura dan Malaysia
Tour Dakwah
Singapura
Memperingati Maulid
Oktober 2000
10 Agustus 2001 s/d 19
Agustus 2001
14 Mei 2004 s/d 24 Mei
2004
Nabi SAW
36
Dari tabel di atas, dapat diperoleh data bahwa ustadazah Hj. Ida Farida A.
S. adalah juru dakwah atau da’iyyah yang aktif dan banyak berperan serta
dalam bidang dakwah. Sehingga ia mampu mengeksistensikan dirinya di
dalam dan di luar negeri.
2. Mengaji, dakwah ini juga biasa ia lakukan dalam setiap minggunya.
Dengan mengadakan pengajian mingguan ibu-ibu di wilayah Jatiwaringin
Pondok Gede, guna menyampaikan pesan dakwah sekaligus nasehatnasehat yang sholih dan diakhiri dengan tanya jawab dari mad’u kepada
beliau. Biasanya hal ini dilakukan di majlis taklim atau di masjid.
36
. Data Ini Diperoleh Dari Dokuntasi Serta Arsip-arsip dari ustadzah Hj. Ida Farida A. S.
Tabel 3
Aktivitas Mengaji Ustadzah Hj. Ida Farida A. S
Waktu
Tempat
Kegiatan
Hari Selasa Minggu
Di Kediaman Ustadzah
Pengajian Bulanan Kaum
Kedua
Hj. Tuty Alawiyah
Ibu
Hari Rabu
Di Majlis Taklim Al-
Pengajian Mingguan
Mar’atus Shalihah
Kaum Ibu
Di Aula Ruqayyah
Shalat Tasbih berjama’ah
Hari Jum’at Pagi
dan Pengajian Mingguan
37
Dari tabel di atas, dapat diperoleh data bahwa ustadzah Hj. Ida Farida A. S
tidak hanya pandai untuk berceramah tetapi ia juga masih mau belajar atau
tepatnya berkumpul bersama jama’ahnya untuk mengikuti pengajian serta
membimbing jama’ahnya untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama.
3. Musyawarah (diskusi), dakwah bentuk ini biasanya dilakukan oleh
ustadzah Hj. Ida Farida A. S. dengan mengadakan pertemuan yang dihadiri
oleh ustadzah-ustadzah sekaligus tokoh agama untuk membahas suatu
permasalahan dan bertukar fikiran tentang agama Islam. Musyawarah
seperti ini biasa dilakukan dibalai-balai pertemuan atau sarana pendidikan
lainnya.
37
. Data ini diperoleh dari hasil wawancara langsung oleh ustadzah Hj. Ida Farida A. S.
4. Halaqah, dakwah dalam bentuk seperti ini biasanya dilakukan oleh
ustadzah Hj. Ida Farida A. S. dengan memberikan pelajaran atau pengajian
kepada ibu-ibu majelis taklim yang membahas tentang aqidah, fiqih,
akhlak, pengetahuan umum dan sebagainya. Dalam pengajian ini biasanya
ustadzah Hj. Ida Farida A. S. memberikan suatu paper atau beberapa
tafsiran ayat yang sesuai dengan temanya pada saat itu. Sehingga tugas
mad’u disini tidak hanya mendengarkan tetapi mad’u juga dapat bertanya
sekaligus membaca paper tersebut.
Tabel 4
Aktivitas Halaqah Ustadzah Hj. Ida Farida A. S
Waktu
Tempat
Kegiatan
Hari Rabu
Majelis Taklim AL-
Pengajian Mingguan
Mar’atus Sholihah
38
Dari tabel di atas, dapat diperoleh data bahwa beliau masih aktif hingga
saat ini untuk memberikan informasi keagamaan lewat beberapa lembar
kertas yang berisi ayat-ayat al-Qur’an yang ia sebut paper.
Apa yang disampaikan, dan diamalkan oleh ustadzah Hj. Ida Farida.
dalam dakwah bil lisan yang penulis kelompokkan di atas, tidak lain semua
bersumber dari al- Qur’an dan as-Sunnah yang notabennya adalah sumber
utama yang mencakup keseluruhan kultur Islam yang murni. Adapun materi
yang digunakan untuk isi ceramahnya yaitu tentang : tauhid, muamalah,
38
. Data ini diperoleh dari hasil wawancara langsung oleh ustadzah Hj. Ida Farida A. S.
sejarah, akhlak dan doa-doa lainnya. Profesinya sebagai da’iyyah membuat ia
banyak bersosialisasi dengan siapapun sehingga ia sering kali di undang untuk
ceramah di berbagai tempat baik itu di jabodetabek tetapi juga di luar negeri.
B. Aktivitas Dakwah Bil Qalam Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.
Bila ditelusuri di dalam tafsir Departemen Agama RI disebutkan
bahwa definisi dakwah bil qalam adalah mengajak manusia dengan cara
bijaksana kepada jalan yang benar menurut perintah Allah SWT, lewat seni
tulisan.39
Pada zaman sekarang model dakwah seperti ini sudah mulai efektif
untuk direalisasikan. Mengingat kemajuan teknologi informasi yang
memungkinkan seseorang berkomunikasi secara intens dan menyebabkan
pesan dakwah bisa menyebar seluas-luasnya, maka dakwah lewat tulisan
muthlak dimanfaatkan oleh subjek dakwah.40
Dalam hal ini ustadzah Hj. Ida Farida A. S. adalah seseorang yang
mahir dalam membuat paper atau suatu tulisan yang di dalamnya berisikan
ayat-ayat al-Qur’an dan Hadist-hadist Nabi SAW. yang sesuai dengan dengan
tema dakwah yang ia sampaikan.
Sudah banyak sekali paper-paper yang ia buat untuk di sebar luaskan
kepada jama’ah-jama’ahnya di majlis taklim yang ia bina baik di dalam negeri
atau di luar negeri. Menurutnya paper itu ia buat tidak hanya untuk di baca
39
. Departemen Agama RI, Proyek Penggandaan Kitab Suci Al-Qur’an, Al-Qur’an dan
Tafsirnya, jilid XI, juz 29(Jakarta : YPPA, 1995), h. 255.
40
. Jalaluddin Rahmat, Islam Aktual : Refleksi Sosial Cendikiawan Muslim, (Bandung :
Mizan, 1998), h. 172.
saja melainkan untuk dipelajari dan dipahami oleh jama’ahnya, isinya
memang tidak banyak hanya beberapa lembar saja tiap pembahasan. Akan
tetapi ia optimis bahwa
seluruh jama’ahnya mampu mengerti sekaligus
memahami paper yang ditulis tersebut.
Tabel 5
Paper Yang Dibuat Oleh Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.
Judul
Sasaran
Perintah Allah SWT Berpuasa Bagi
Jama’ah Majlis Taklim Kaum Ibu
Orang Yang Beriman
Allah Maha Pencipta Pemilik dan
Jama’ah Majlis Taklim Kaum Ibu
Penguasa Alam Semesta
Tanda-tanda Kekuasaan Allah SWT
Jama’ah Majlis Taklim Kaum Ibu
41
Dari tabel di atas, dapat diperoleh data bahwa beliau juga berdakwah
dengan membuat suatu tulisan seperti paper atau artikel yang berguna untuk
memberikan informasi tentang keagamaan kepada setiap jama’ahnya.
Bahkan tidak jarang pula jama’ahnya sangat antusias untuk menyebar
luaskan papernya dengan cara datang kepadanya untuk meminta izin agar
diperbolehkan memfotocopy tulisan-tulisannya. Menurut adik kandung
ustadzah Hj. Tuty Alawiyah ini, dari hal seperti inilah yang memacu dirinya
untuk terus menulis dan membuat paper, agar seluruh masyarakat dimanapun
dapat memahami dakwahnya lewat tulisan. Paper yang ia tulis menggunakan
41
. Data ini diperoleh dari dokuntasi serta arsip-arsip dari ustadzah Hj. Ida Farida A. S.
bahasa Indonesia dan materi yang ia gunakan untuk penulisan isi paper ini
hampir sama dengan apa yang ia sampaikan dalam ceramahnya. Seperti :
tauhid, akhlak, muamalah, dan doa-doa lainnya.
Dalam perkembangan seperti sekarang ini dakwah juga harus
menyesuaikan situasi dan kondisi karena dunia semakin berubah ke arah yang
lebih maju. Untuk itulah keberhasilan dakwah ditentukan oleh da’I atau
da’iyyah itu sendiri.
Keberhasilan dan kesuksesan yang ia raih sekarang ini, tidak ia
dapatkan dengan mudah. Justru keberhasilan itu datang karena ketekunannya
dalam ajaran Islam untuk berdakwah, selalu berusaha dan mempunyai tekat
yang kuat untuk meneruskan cita-cita yang ia inginkan dari kecil.
C. Aktivitas Dakwah Bil Hal Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.
Pada hakikatnya seorang da’I atau da’iyyah harus menguasai semua
kategori dalam aktivitas dakwah, salah satunya seperti dakwah bil hal.
Dakwah bil hal itu sendiri adalah cara berdakwah yang mengacu kepada
dakwah dalam bentuk tindakan nyata.
Dakwah ini sifatnya memecahkan masalah tertentu, dengan menaruh
perhatian besar terhadap masalah masyarakat seperti kemiskinan, kebodohan,
dan sebagainya. Karena itu dakwah bil hal lebih diorientasikan kepada
kebutuhan nyata masyarakat terutama yang bersifat fisik.
Untuk mengembangkan dakwah bil hal yang dilakukan oleh ustadzah
Hj. Ida Farida A. S. maka ia lebih memilih melakukan dakwah bil halnya
dengan membantu secara kontinyu melalui santunan dan memberikan tempat
tinggal bagi anak-anak yang kurang mampu khususnya anak yatim piatu yang
miskin dan para jompo. Menurutnya hal ini dilakukan agar hidup mereka lebih
terarah dan menjadi orang yang berguna.
Pada tahun 1978 ayahnya membangun sebuah Yayasan Pondok
Pesantren As-Syafi’iyah Khusus Yatim. Yayasan ini dibangun guna
membantu sekaligus menampung anak-anak yatim piatu yang kurang mampu
dan lansia atau jompo. Sekarang yayasan ini dikelola oleh seluruh anggota
keluarganya dan diantaranya adalah ustadzah Hj. Ida Farida A. S.
Menurut ustadzah Hj. Ida Farida A. S. didirikannya yayasan khusus
yatim ini adalah guna menampung anak-anak yatim dan jompo yang kurang
mampu, agar mereka dapat merasakan bersosialisasi satu sama lain dan
merasakan diperlakukan secara adil dengan diberikan asuhan yang baik,
tempat tinggal, pendidikan, keterampilan dan lain-lain. Sehingga mereka tidak
merasa kecil hati (minder).
Di tempat ini, tutur ustadzah Hj. Ida Farida A. S. anak-anak yatim dan
jompo tidak hanya diberi fasilitas tempat tinggal dan pendidikan saja, baik
formal maupun nonformal, tetapi mereka juga diajarkan keterampilan. Bagi
anak-anak perempuan ada keterampilan menjahit, memasak, menyulam dan
sebagainya. Sedangkan untuk anak laki-laki ada keterampilan otomotif,
bengkel, design grafis dan sebagainya. Bahkan banyak tamu-tamu beliau dari
dalam dan juga luar negeri yang datang berkunjung ke yayasan khusus yatim
ini untuk memberikan motivasi dan memberikan dukungan morilnya sekaligus
melihat kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan. Tidak hanya itu banyak juga
dari pengunjung yang ingin mengajak beberapa orang dari mereka untuk di
ajak bekerja.
Ia juga sangat berharap sekali kepada semua anak-anak yatim yang
diasuh di yayasan ini agar mereka berguna dan semoga dengan mendapatkan
fasilitas tempat tinggal, pendidikan, dan keterampilan mereka bisa lebih berani
dalam menghadapi dunia luar. Dan ternyata banyak diantara mereka yang
menjadi khotib, muadzin, dan lain-lain, setelah mereka keluar yayasan atau
lulus sekolah.
Perempuan paruh baya ini menuturkan bahwa untuk masuk menjadi
santri yayasan khusus yatim ini tidak rumit, karena anak-anak yatim dan
orangtua yang tidak mampu tidak dikenakan biaya sedikitpun. Melainkan
hanya mengisi formulir dan mengikuti prosedur yang ada. Karena ini adalah
salahsatu program sosial yang ia tekuni.
Tidak hanya itu sebelum masuk yayasan ini anak-anak di tes terlebih
dahulu agar pihak yayasan mengetahui anak-anak yang sungguh-sungguh
untuk menuntut ilmu dan melakukan perubahan diri ke yang lebih positif.
Hingga saat ini jumlah anak-anak yatim dan para jompo di yayasan khusus
yatim ini kurang lebih empat ratus orang.
Dalam kurun waktu satu tahun tiga kali, yayasan ini selalu
membagikan atau memberikan santunan juga sedekah kepada anak-anak yatim
dan para jompo yang diasuhnya.
Tabel 6
Aktivitas Santunan Anak Yatim dan Para Jompo
Ustadzah Hj. Ida Farida A. S
Waktu
Tempat
Sasaran
1 Syawal atau Hari Raya
Pondok Pesantren
Anak Yatim dan Para
Idul Fitri
Khusus Yatim As-
Jompo
Syafi’iyah
10 Muharram atau Hari
Pondok Pesantren
Anak Yatim dan Para
Raya Idul Adha
Khusus Yatim As-
Jompo
Syafi’iyah
Milad (HUT) As-
Pondok Pesantren
Anak Yatim dan Para
Syafi’iyah
Khusus Yatim As-
Jompo
Syafi’iyah
42
sDari tabel di atas, dapat diperoleh data bahwa ustadzah Hj. Ida Farida
A. S. adalah sosok da’iyyah yang murah hati dan mempunyai jiwa sosial yang
tinggi khususnya dalam mengembangkan pendidikan anak-anak dan
mensejahterakan kehidupan para jompo sehingga mereka hidup lebih terarah.
Dahulu pada masa Orde Baru atau kepemimpinan Presiden Soeharto
yayasan ini selalu mendapatkan dana rutin setiap bulannya dari Yayasan
Darmais milik Presiden Soeharto, akan tetapi menurut Ibu Ida sapaan
42
. Data ini diperoleh dari hasil wawancara langsung oleh ustadzah Hj. Ida Farida A. S.
akrabnya, dana yang didapatkan sekarang ini untuk yayasan khusus yatim ini
berasal dari sumbangan-sumbangan para donatur atau tamu-tamu beliau, dan
para pejabat dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Visi, misi dan tujuan dari program sosial ini adalah agar anak-anak
yatim yang kurang mampu mendapatkan perhatian lebih di dunia pendidikan,
dan keterampilan yang mereka pelajari selama ini. Serta membawa mereka
kearah lebih baik.
Dan hasil yang diperoleh dari program sosial ini cukup memuaskan,
karena diantara mereka banyak yang sudah berhasil meraih cita-cita mereka.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Figur ustadzah Hj. Ida Farida A. S. sebagai da’iyyah yang haus akan
ilmu dan beramal, mengajak dirinya dimanapun ia berada dan ada
kesempatan, beliau tak segan-segan untuk mengadakan suatu acara atau
kegiatan-kegiatan
yang bersifat keagamaan. Dakwah bil lisan,dakwah bil
qalam, dan dakwah bil hal yang dilakukan ustadzah Ida Farida A. S., yaitu :
1. Ceramah, dakwah yang ia lakukan melalui ceramah ini adalah
menyampaikan pesan-pesan dan nasehat-nasehat yang baik yang
membawa nilai-nilai positif kepada mad’u, yang gunanya untuk membawa
mad’u menjadi manusia yang bermanfaat dan berguna bagi masyarakat
dan Tuhannya (Allah SWT). Biasanya ia melakukan ceramah di beberapa
majlis taklim di Jakarta dalam satu harinya. Tidak hanya itu selain
ceramah di Jakarta, ia juga ceramah diluar kota dan bahkan di luar negeri
seperti di Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Hongkong dan
Amerika.Aktivitas merupakan kegiatan yang biasa dikerjakan atau
dilakukan oleh manusia yang berkesinambungan. Sedangkan dakwah
adalah sarana untuk mengajak manusia kearah yang lebih baik. Maka
untuk memudahkan aktivitas dakwah tersebut, para pelaku dakwah baik
da’I maupun da’iyyah harus memahami terlebih dahulu apa yang
dimaksud dengan tujuan dakwah itu sendiri.
2. Mengaji, dakwah ini juga biasa ia lakukan dalam setiap minggunya.
Dengan mengadakan pengajian mingguan ibu-ibu di wilayah Jatiwaringin
Pondok Gede.
3. Musyawarah (diskusi), dakwah bentuk ini biasanya dilakukan oleh
ustadzah Hj. Ida Farida A. S. dengan mengadakan pertemuan yang dihadiri
oleh ustadzah-ustadzah sekaligus tokoh agama untuk membahas suatu
permasalahan dan bertukar fikiran tentang agama Islam.
4. Halaqah, dakwah dalam bentuk seperti ini biasanya dilakukan oleh
ustadzah Hj. Ida Farida A. S. dengan memberikan pelajaran atau pengajian
kepada ibu-ibu majlis taklim yang membahas tentang aqidah, fiqih,
akhlak, pengetahuan umum dan sebagainya.
5. Usaha yang sudah dilakukan oleh ustadzah Hj. Ida Farida A. S. untuk
membangun dakwah Islam hingga saat ini adalah ia mempunyai anak asuh
atau anak didik yang sekarang bermukim di yayasan khusus yatim AsSyafi’iyah Jatiwaringin, yang gunanya untuk memberi perhatian yang
lebih layak dengan diberi pendidikan dan keterampilan.
6. Sedangkan dakwah bil qalam yang sudah lakukan hingga saat ini adalah
menulis artikel atau paper yang di dalamnya berisikan ayat-ayat al-Qur’an
dan Hadist-hadist Nabi SAW. yang sesuai dengan dengan tema dakwah
yang ia sampaikan.
Untuk meraih kesuksesan ini beliau harus bekerja keras untuk
membangun dakwah Islam sedari kecil. Dan dengan bantuan dan dukungan
orangtuanya semasa hidup, ia masih bisa tetap eksis dalam bidang dakwah
hingga sekarang.
Dari sekian banyak uraian yang penulis sampaikan, maka penulis
menyimpulkan bahwa dakwah merupakan tanggung jawab seluruh umat Islam
demi kemashlahatan dunia akhirat, kemudian usaha-usaha untuk memajukan
dan meningkatkan dakwah harus terus dilakukan agar aktivitas dakwah
ustadzah Hj. Ida Farida A. S. sampai kepada tujuannya (mad’u) secara efektif.
Disamping itu diperlukan sarana dakwah yang memadai agar masyarakat lebih
giat dalam merealisasikan dakwah Islam .
B. Saran-saran
1. Semoga aktivitas dakwah yang dilakukan ustadzah Hj. Ida Farida A. S.
hingga saat ini dapat ditingkatkan kembali sehingga dapat memotivasi
masyarakat, sekaligus da’I dan da’iyyah yang lain untuk memajukan
dakwah Islam baik di negeri sendiri atau di luar negeri.
2. Hendaknya ustadzah Hj. Ida Farida A. S. lebih melebarkan sayap lagi
untuk bekerjasama dengan lembaga-lembaga di Jakarta bahkan di seluruh
Indonesia yang berguna sebagai pedukung aktivitas dakwahnya.
3. Sebaiknya
konsep-konsep
atau
program-program
yang
belum
dilaksanakan ustadzah Hj. Ida Farida A. S. agar secepatnya diwujudkan,
hal ini demi kemajuan dakwah yang ia bangun.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Depdiknas, 2000).
Arifin. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Study, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2000), Cet. Ke-5, h. 6.
Aziz, Jum’ah Amin Abdul. Fiqih Dakwah, (Solo, Era Intermedia : 2005), Cet, Ke1, h. 46.
Bachtiar, Wardi Bachtiar. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos
Wacana Ilmu, 1997), hal. 34.
Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), cet. ke-2, h. 39.
Departemen Agama RI. Proyek Penggandaan Kitab Suci Al-Qur’an, Al-Qur’an
dan Tafsirnya, jilid XI, juz 29 (Jakarta : YPPA, 1995), h. 255.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research, (Yogyakarta : Andy Offet, 1983), h. 49.
Hadist Arba’in Nawawi dan terjemahannya. Kutipan Hadist Ke-40, h. 60.
Hasyimi, Ahmad. Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an, (Jakarta : Bulan Bintang,
1994), cet. Ke-3. h. 167.
Ilmu Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, hal : 27
Kafi, Jamaluddin. Psikologi Dakwah, Indah : Surabaya, 1993, h. 66-67.
M. Romli. Asep Syamsul. Jurnalistik Dakwah Visi Dan Misi Dakwah Bil Qalam,
Penerbit: Rosdakarya, Bandung, 2003, hal 21.
Mahmud, Ali Abdul Halim.Fiqih Dakwah Muslimah,
PRESS, 2003), Cet, Ke-1, H. 421.
(Jakarta : RABBANI
Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta : Yayasan
Penyelenggaraan Penterjemah Penafsir Al-Qur’an, 1973), cet. ke-1, h. 127.
Maloeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda
Karya,1999), Cet, Ke-10, h.3
Mansur, Musthafa. Teladan Di Medan Dakwah, (Solo : Era Intermedia, 2000),
h. 42
Muhyiddin, Asep dan Syafi’I, Agus Ahmad. Metode Perkembangan Dakwah,
(Bandung : Pustaka Setia, 2002), Cet. Ke-1, h. 159.
Muhyiddin, Asep. Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, Penerbit: Pustaka Setia,
Bandung, 2002. Cet-1.
Mutahhari, Murtadha. Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama,
(Bandung : CV Pustaka Setia, 2002), cet-1, hal 23.
Nastir, Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta : Gema Insani Press, 1999), Cet. Ke1, h. 63.
Quthub, Moh. Sayyid. Tafsir Fi Dzilal Al-Qur’an, h. 122.
Rahmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi
Rahmat, Jalaluddin. Islam Aktual : Refleksi Sosial Cendikiawan Muslim,
(Bandung : Mizan, 1998), h. 172.
Soeltoe, Samuel. Psikologi Pendidikan II. (Jakarta : FEUI, 1982), h. 52.
Syahdar, Ghazali. Kamus Istilah Komunikasi, (Bandung : Djembatan,1992), h.
227.
Syinata, Abdullah. Dakwah Islamiyah (DIRJEN Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam, 1984), h. 4.
Syukir, Ahmad. Dasar-Dasar Strategi Dakwah, h. 165.
Umar, Toha Yahya. Islam dan Dakwah, (Jakarta : PT. aL-Mawardi Prima, 2004),
Cet, Ke-1, h. 157.
Umar, Toha Yahya. Ilmu Dakwah, (Jakarta : PT. Wijaya, 1971), Cet. Ke-2, h. 1.
Yusuf, Yunan. Problematika Dakwah : Agenda dan Solusi, Jurnal Simbol Edisi
3-juli-1999, h. 67.
Jakarta, 18 Januari 2008
Nomor
: Istimewa
Lampiran
: 1 (satu) Berkas
Perihal
: Permohonan Pengajuan Judul Skripsi
Kepada Yth
Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Di Tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Salam sejahtera teriring do’a semoga Bapak senantiasa dalam lindungan serta
maghfirah Allah SWT. Amin.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama
: Agustin Intan
NIM
: 104051001814
Fakultas
: Dakwah dan Komunikasi
Jurusan
: Komunikasi Penyiaran Islam
Bermaksud mengajukan proposal skripsi dengan judul : “Aktivitas Dakwah
Ustadzah Hj. Ida Farida A. S Sebagai bahan pertimbangan, berikut ini saya
lampirkan :
1. Outline Skripsi
2. Proposal Skripsi
3. Daftar Pustaka Sementara
Demikianlah kiranya permohonan ini saya sampaikan. Atas segala perhatian
Bapak saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penasehat Akademik
Drs. Suhaimi. M. Si
Nip. 150270890
Pemohon
Agustin Intan
NIM. 104051001814
Download