Faktor-faktor Risiko Yang Berhubungan dengan Kejadian Asma Pada Anak Usia 1-5 Tahun di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Ulfah Kuraesin ¹ Nur Lina dan Siti Novianti ² Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi Penyakit ¹ Universitas Siliwangi ( [email protected] ) Dosen Pembimbing Bagian Epidemiologi Penyakit Fakultas Ilmu Kesehatan ² Universitas Siliwangi Abstrak Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran pernapasan. Asma masih terjadi masalah kesehatan di negara maju maupun negara berkembang. Banyak faktor menjadi penyebab asma diantaranya jenis kelamin, paparan asap rokok, makanan alergen, keberadaan binatang peliharaan, riwayat penyakit asma, dan riwayat pemberian ASI eksklusif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian asma. Penelitian ini menggunakan metode case control dengan jumlah sampel 72 orang anak yang terdiri dari 36 kasus dan 36 kontrol. Pengambilan sampel secara Aksidental Sampling. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang tidak ada hubungan dengan kejadian asma antara lain: jenis kelamin (p=0,238 OR=1,964), paparan asap rokok (p=1,000 OR 1,000), makanan alergen (p=0,318 OR 1,400), keberadaan binatang peliharaan dengan kejadian asma (p=0,099 OR 2,469), dan variabel yang ada hubungan dengan kejadian asma adalah riwayat penyakit asma dengan kejadian asma, diperoleh nilai p=0,001 < 0,05, OR=8,941 pada CI 2,618-6,086. Saran yang bisa disampaikan adalah bagi masyarakat agar melakukan pencegahan sedini mungkin dan menghindarkan faktor pencetus asma pada anak. Kata Kunci: Asma, Faktor Risiko, Anak Abstract Asthma is a chronic inflammatory disease of respiratory tract. Asthma still going health problem in developed countries and developing countries. Many factors cause asthma include gender, exposure to cigarette smoke, food allergens, presence of pets, a history of asthma, and the history of exclusive breastfeeding. The purpose of this study was to determine the risk factors associated with the incidence of asthma. This study uses a case control method with a sample of 72 children consisting of 36 cases and 36 controls. Sampling of accidental sampling. The statistical test used is Chi Square. The results showed that the variables are not related to the incidence of asthma among others: gender (p = 0.238 OR = 1,964), exposure to cigarette smoke (p = 1,000 OR 1,000), food allergens (p = 0.318 OR 1.400), presence of pets with the incidence of asthma (p = 0.099 OR 2.469), and variable in connection with the incidence of asthma is a history of asthma with the incidence of asthma, the value p = 0.001 <0.05, OR = 8.941 at CI 2.618 to 6.086. Suggestions can be submitted is for people to take precautions as early as possible and avoid trigger factors of asthma in children. Keywords: Asthma, Risk Factors, Children 1 Pendahuluan Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran pernapasan. Asma masih menjadi masalah kesehatan di negara maju maupun negara berkembang. Asma sering kurang terdiagnosis dan terobati secara dini. Asma dapat menimbulkan beban besar untuk individu dan keluarga dan mungkin membatasi aktivitas individu seumur hidup. Asma merupakan salah satu dari lima penyebab kematian di dunia. Sebanyak 80% kematian disebabkan oleh asma terjadi di negara maju dan berkembang. Kematian akibat asma akan meningkat pada 10 tahun mendatang jika tidak segera ditangani. Pengobatan yang tepat seperti penggunaan inhalasi kortikosteroid untuk meringankan inflamasi dapat menurunkan angka kematian asma (WHO, 2011). Berdasarkan data WHO (World Health Organization) 2011 didapatkan bahwa 235 juta orang menderita asma. Prevalensi asma di Indonesia belum diketahui dengan pasti. Diperkirakan 2-5% penduduk Indonesia menderita asma. Prevalensi asma diperkotaan lebih tinggi dari di pedesaan disebabkan karena pola hidup di kota besar dapat meningkat faktor risiko terjadinya asma (Oemiati et al, 2010). Berdasarkan laporan riset kesehatan dasar yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pemerintah dan Kesehatan pada tahun 2007 prevalensi nasional sebesar 4%. Prevalensi penyakit asma di provinsi Jawa Barat sebesar4,1% (kisaran 1,5 - 7,7%). Penyakit asma terdapat di semua kelompok umur dan prevalensinya cenderung meningkat sesuai pertambahan usia (Riskesdas, 2007). Penelitian epidemiologi di berbagai negara mengenai prevalensi asma menunjukkan angka yang sangat bervariasi, di Skandinavia 0,7-1,8%, Norwegia 0,92,0%, Finlandia 0,7-0,8%, Inggris 1,6-5,1%, Australia 5,4-7,4%, India 0,2%, Jepang 0,7%, Barbados 1,1%. Prevalensi asma di seluruh dunia adalah sebesar 8-10% pada anak dan 3-5% pada dewasa, dan dalam 10 tahun terakhir ini meningkat sebesar 50%. Beberapa survei menunjukkan bahwa penyakit asma menyebabkan hilangnya 16% hari sekolah pada anak-anak di Asia, 43% anak-anak di Eropa, dan 40%hari pada anak-anak di Amerika Serikat (Vita Health, 2005). Terdapat beberapa faktor risiko asma yang dikompilasi dari penelitian ISAAC dan penelitian-penelitian lain yang telah dilakukan untuk diikutkan dalam ISAAC fase III yang sudah mulai dilakukan, diantaranya yaitu risiko obesitas, mengkonsumsi makanan tidak dominan sayuran, mengkonsumsi makanan cepat saji, kurang olahraga, memasak menggunakan gas atau minyak tanah, sering menggunakan parasetamol, pemberian antibiotik sebelum berusia satu tahun, jumlah saudara, rumah dekat lalu lintas, berat badan lahir rendah, tidak diberi ASI, alergen (anjing dan kucing) dan orang tua perokok. Dasar mekanisme beberapa faktor risiko ini sudah juga mulai diteliti dan diduga berhubungan dengan sensitisasi dini, hygiene hyphothesis dan kadar antioksidan, sedangkan beberapa yang lain baru murni bersifat epidemiogik (Asher MI, Grant C (2006). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi asma anak usia 1-5 tahun di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya dan mengidentifikasi faktor-faktor yang berisiko asma. 2 Metode Penelitian Merupakan suatu penelitian Case Control di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya yang dilaksanakan pada bulan September 2015. Populasi penelitian adalah seluruh penderita asma bagian Poliklinik Penyakit Anak pada anak 1-5 tahun dengan orang tua mereka sebagai responden. Kasus adalah anak yang berobat ke bagian Poliklinik Penyakit Anak unit rawat jalan RSUD dr. Soekardjo dan didiagnosis menderita asma sebanyak 36 orang. Sampel kontrol adalah anak yang berobat ke bagian Poliklinik Penyakit Anak unit rawat jalan RSUD dr. Soekardjo yang bukan didiagnosis asma. Perbandingan antara kasus dan kontrol adalah 1:1 sehingga jumlah kontrol yang diambil sebanyak 36 orang. Kriteria Inklusi adalah tercatat pada kartu register berobat di RSUD dr. Soekardjo, seluruh penderita yang berkunjung ke bagian Poliklinik Penyakit Anak unit rawat jalan pada usia 1-5 tahun yang berobat ke Rumah Sakit Umum dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya pada tahun 2015, penderita yang berkunjung ke unit rawat jalan dibagian Poliklinik Penyakit anak pada bulan September, ibu anak bersedia dijadikan responden. Kriteria Eksklusi adalah anak yang mengidap penyakit tuberkulosis paru, anak yang terdiagnosa kelainan jantung. Pengumpulan Data Pengumpulan data dengan cara pengisian kuesioner dilakukan dengan wawancara kepada responden. Identifikasi variabel Variabel terikat pada penelitian ini adalah kejadian asma dan variabel bebasnya adalah jenis kelamin, paparan asap rokok, makanan alergen, keberadaan binatang peliharaan, riwayat penyakit asma, riwayat pemberian ASI eksklusif. Definisi Operasional Asma yaitu kumpulan tanda dan gejala wheezing (mengi) atau batuk dengan karakteristik timbul secara episodik atau kronik yang dilakukan oleh dokter atau para medis. Jenis kelamin balita berdasarkan fisik dan akta kelahiran. Ada tidaknya anggota keluarga yang merokok di dalam rumah dan dekat balita. Frekuensi konsumsi makanan alergen pemicu asma contoh:susu sapi, ikan laut, kacangkacangan, berbagai buah-buahan seperti tomat, strawberry, mangga, durian, coklat, es krim berbahan susu. Ada atau tidaknya memelihara binatang peliharaan (kucing, anjing, unggas) di rumah. Ada atau tidaknya riwayat penyakit asma pada ayah, ibu, kakek atau nenek. Riwayat pemberian air susu ibu saja pada bayi tanpa makanan atau minuman tambahan selain obat untuk terapi selama 0 - 6 bulan. 3 Hasil Selama periode penelitian bulan September 2015 di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya dengan jumlah kasus 36 anak dan kontrol 36 anak. Persentase jenis kelamin subjek penelitian tidak jauh berbeda antara laki-laki dan perempuan (52,7% banding 47,3%) (tabel 1) Tabel 1. Karakteristik dasar subjek penelitian Non Nilai Asma Jenis Asma p No. Kelamin f % f % 1. Laki-laki 22 57,9 16 42,1 0,238 2. Perempuan 14 41,2 20 58,8 Jumlah 36 100 36 100 Tabel 1, menunjukkan responden berdasarkan jenis kelamin proporsi kejadian asma lebih besar (57,9%) pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan (41,2%). Tabel 2. Hubungan faktor paparan asap rokok dengan kejadian asma Non Nilai Asma Paparan Asma p No. Asap Rokok f % f % 1. Ada 30 50 30 50 1,000 2. Tidak 6 50 6 50 Jumlah 36 100 36 100 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan responden yang asma dengan paparan asap rokok proporsi kejadian asma sama dengan yang tidak asma yaitu 50%. . Grafik 1. Hubungan makanan alergen dengan kejadian asma 40 35 30 25 20 15 10 5 0 22 18 23 31 30 25 14 0 5 0 1 0 2 11 0 13 0 35 17 4 1 0 10 12 14 26 22 20 Tidak Pernah 2 2 Jarang Sering 4 Berdasarkan Grafik 1, diketahui bahwa pada anak mengkonsumsi makanan alergen dengan kategori sering mengkonsumsi susu sapi pada kasus 35 anak (49,3%). yang yaitu Tabel 3. Hubungan keberadaan binatang peliharaan dengan kejadian asma No . 1. 2. Keberadaan Binatang Peliharaan Ada Tidak Jumlah Kasus Asma f % 22 61,1 14 38,9 36 100 Kontrol Asma f % 14 38,9 22 61,1 36 100 Nilai p 0,099 Kasus asma banyak yang mempunyai binatang peliharaan seperti kucing (61,1%) dibandingkan yang tidak memelihara binatang peliharaan (38,9%). Tabel 4. Hubungan riwayat penyakit asma dengan kejadian asma No . Riwayat Penyakit Asma Non Asma Asma f % f % Total f % Nilai p OR Cl OR 95% 1. 2. Ada 19 82,6 4 17,4 51 100 Tidak 17 34,7 32 65,3 21 100 0,048 8,941 Jumlah 36 100 36 100 72 100 Kasus asma banyak pada keluarga yang memiliki riwayat penyakit asma pada keluarga (82,6%) dibandingkan yang tidak memiliki riwayat asma (17,4%) Tabel 5. Hubungan riwayat ASI eksklusif dengan kejaian asma Riwayat Kasus Kontrol Total Pemberian Asma Asma No. Nilai ASI p f % F % f % Eksklusif 1. Ada 29 54,7 24 45,3 53 100 2. Tidak 7 36,8 12 63,2 19 100 0,285 Jumlah 36 100 36 100 72 100 Kasus asma banyak pada anak yang tidak diberi ASI Eksklusif (63,2%) dibandingkan dengan yang diberi ASI Eksklusif (36,8%). 5 Analisis Bivariat terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian asma Nilai OR No. Faktor Risiko Hasil 95% Cl p 1,964 1. Jenis Kelamin 0,238 Tidak ada hubungan 0,768-5,022 Paparan Asap 1,000 2. 1,000 Tidak ada hubungan Rokok 0,290-3,454 1,400 3. Makanan Alergen 0,318 Tidak ada hubungan 0,552-3,550 Keberadaan 2,469 4. Binatang 0,099 0,957-6,370 Tidak ada hubungan Peliharaan Riwayat Penyakit 8,941 5. 0,001 Ada hubungan Asma 2,618-30,536 Riwayat 2,071 6. Pemberian ASI 0,285 0,705-6,086 Tidak ada hubungan Eksklusif Hasil Penelitian Proporsi anak jenis kelamin laki-laki adalah 52,77% dan anak berjenis kelamin perempuan adalah 47,22%. Proporsi kasus asma pada anak yang berjenis kelamin laki-laki lebih tinggi 57,9% daripada jenis kelamin perempuan 41,2%. Proporsi kontrol asma pada anak yang berjenis kelamin laki-laki lebih rendah 42,1% daripada perempuan 58,8%. Hasil uji statistik Chi Square dengan Continuity Correction diperoleh nilai p = 0,238> 0,05 OR = 1,964 pada Cl 0,768-5,022. Proporsi anak yang memiliki anggota keluarga yang merokok sebanyak 83,33% dan yang tidak memiliki anggota keluarga yangmerokok sebanyak 16,66%. Proporsi kasus asma pada anak yang ada paparan asap rokok sama dengan kontrol asma pada anak yang ada paparan asap rokok yaitu 50%. Hasil uji statistik Chi Square terdapat nilai p = 1,000 > 0,05. Pada anak yang mengkonsumsi makanan alergen dengan kategori sering 100% yaitu telur dan pada anak yang mengkonsumsi makanan alergen dengan kategori jarang 25% yaitu mengkonsumsi strawberry. Proporsi kasus asma pada anak yang jarang mengkonsumsi makanan alergen lebih besar 54,5% dibandingkan kontrol asma 45,5%, dan proporsi kasus asma yang sering mengkonsumsi makanan alergen lebih rendah 46,2% dibandingkan kontrol asma 53,8%. Hasil uji statistik Chi Square didapat nilai p = 0,318 > 0,05. Proporsi anak yang memiliki riwayat penyakit asma pada keluarga 31,94% lebih rendah dibandingkan anak yang tidak memiliki riwayat asma pada keluarga 68,05%. Proporsi kasus asma pada anak yang memiliki riwayat penyakit asma pada keluarga lebih tinggi 82,6% dibandingkan yang tidak 34,7%. Proporsi kontrol asma pada anak yang memiliki riwayat penyakit asma pada keluarga lebih rendah 17,4 dibandingkan dengan kontrol anak 6 yang tidak memiliki riwayat asma pada keluarga 65,3%. Hasil uji statistik didapat nilai p = 0,001 < 0,05 dengan OR 8,941 pada CI 2,618 – 30,536. Proporsi anak yang diberi ASI eksklusif adalah 51,38% dan anak yang tidak diberi ASI eksklusif adalah 48,61%. Proporsi kasus asma pada anak yang diberi ASI eksklusif lebih tinggi 54,7% daripada anak yang tidak diberi ASI eksklusif 36,8%. Proporsi kontrol pada anak dengan ASI tidak eksklusif lebih tinggi 63,2% daripada anak dengan ASI eksklusif 45,3%. Hasil uji statistik didapat nilai p = 0,285 > 0,05 dengan OR = 2,071 pada CI 0,705 – 6,086. Pembahasan 1. Jenis Kelamin Hasil penelitian Purnomo di Semarang (2008) menyatakan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian asma, di mana didapat nilai p = 0,03, OR = 2,362 pada 95% Cl 1,08-5,19, sehingga anak laki-laki berisiko lebih tinggi terkena asma sebesar 2,362 kali daripada anak perempuan. Tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian asma pada penelitian ini kemungkinan disebabkan karena pasien penderita asma yang berobat ke Poliklinik Anak yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan jumlah nya hampir sebanding. 2. Paparan Asap Rokok Hasil penelitian Purnomo di Semarang (2008), bahwa pada penderita asma akan terpapar asap rokok lebih besar risiko 58,78 kali dibandingkan dengan yang bukan penderita asma, dengan hasil penelitian OR 58,78 dengan 95% Cl 17,65-195,8 dan secara statistik bermakna dengan nilai p = 0,000. Tidak ada hubungan antara paparan asap rokok dengan kejadian asma dalam penelitian ini kemungkinan disebabkan karena anggota keluarga yang merokok tidak banyak yang merokok di dekat anak. 3. Makanan Alergen Hasil penelitian Purnomo di Semarang (2008) menyatakan bahwa ada hubungan antara jenis makanan yang dikonsumsi sebagai pemicu asma dengan kejadian asma pada anak, dimana didapat nilai p = 0,500, OR = 0,0495 pada 95% Cl 0,407 – 0,602. Artinya anak yang mempunyai asma mengkonsumsi susu, telur, ikan laut, buah durian makanan terdapat zat pewarna, makanan yang diberi zat pengawet, memiliki peluang 0,0494 kali lebih kecil, tapi secara statistik tidak bermakna dengan nilai p = 0,500. Tidak adanya hubungan antara makanan alergen dengan kejadian asma pada penelitian ini kemungkinan disebabkan anak yang menderita asma jarang mengkonsumsi makanan alergen pemicu asma. 4. Keberadaan Binatang Peliharaan Hasil penelitian Purnomo di Semarang (2008) menyatakan bahwa ada hubungan keberadaan binatang peliharaan dengan kejadian asma, dimana di dapat nilai p = 0,0000 OR 16,94 pada 95% CI 3,71 – 77,28, sehingga menunjukkan keluarga yang memiliki binatang peliharaan memiliki risiko 16,94 kali lebih besar terkena asma. 7 Tidak adanya hubungan antara keberadaan binatang peliharaan dengan kejadian asma pada penelitian ini kemungkinan disebabkan karena pada kasus hanya sedikit yang memiliki binatang peliharaan. 5. Riwayat Penyakit Asma Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Purnomo di Semarang (2008) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara riwayat penyakit asma dengan kejadian asma pada anak dimana riwayat keluarga yang menderita asma memberikan risiko terkena asma. Hasil analisis tabulasi silang menunjukkan anak yang menderita asma dengan keluarga memiliki riwayat pernah menderita asma memiliki risiko lebih besar. Besar risiko terkena asma pada anak dengan riwayat keluarga menderita asma adalah 24,11 kali lebih besar dengan 95% CI 6,633 – 87,646 kali menderita asma. 6. Riwayat Pemberian ASI Eksklusif Prevalensi asma semakin meningkat sejak dua dekade terakhir. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya faktor protektif kejadian asma, termasuk diantaranya pemberian air susu ibu (ASI). Kesimpulan Berdasarkan analisis bivariat bahwa ada hubungan riwayat asma dengan kejadian asma (nilai p = 0,001 OR = 8,941). Sedangkan variabel lainnya seperti jenis kelamin, paparan asap rokok, makanan alergen, keberadaan binatang peliharaan, riwayat pemberian Asi eksklusif tidak ada hubungan dengan kejadian asma. Daftar Pustaka WHO, 2011. Asthma, (http:// www. Who.int/ respiratory/ asthma/en/index.html dikutip pada 12 Juni 2015). Oemiati, R. dkk. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Asma Di Indonesia. Media litbang kesehatan volume XX nomor 1 tahun 2010. Diakses tanggal 12 Juni 2015. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Pedoman Pewawancara Petugas Pengumpul Data. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI, 2007. Vita Health, Asma Informasi Lengkap Untuk Penderita dan Keluarganya. PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.2005. Asher Mi, Grant C. Epidemiology of Asthma. Dalam: Chernick V, Boat TF, Wilmott RW, Bush A, penyunting. Kendig’s disorders of the respiratory tract in children. Edisi ketujuh. Philadelphia: Elsevier Inc; 2006. H. 762-85. Purnomo, 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma Bronkial Pada Anak (Studi Kasus di RS Kabupaten Kudus), Tesis:Universitas Diponegoro. Semarang http://eprints.undip.ac.id/18656/1/P_U_R_N_O_M_O.pdf 8