Ringkasan Khotbah - 09 September 2012 Respon Nehemia dalam Menghadapi Masalah Neh. 13:1-31 Pdt. Andi Halim, M.Th. Inilah pasal terakhir dari Kitab Nehemia. Sebelum ini adalah daftar-daftar penduduk di Yerusalem, Yehuda, daftar para imam dan orang Lewi. Ternyata akhir dari suatu kisah tidak selalu harus berakhir dengan baik. Meski demikian, bagian akhir ini pun sebenarnya masih belum akhir karena Nehemia bukan mengerjakan pekerjaannya sendiri melainkan pekerjaan Allah. Nehemia sedang mengerjakan pekerjaan Kerajaan Allah dan maksud Allah. Dan maksud serta rencana Allah tidak akan selesai selama dunia kita masih ada dan selama kita sebagai orang-orang pilihan-Nya masih dititipkan di dunia ini. Puncak pelayanan Ezra dan Nehemia tidak mencapai akhir yang terbaik. Jika kita melihat pelayanan para nabi dan rasul, sampai mereka mati pun seringkali tetap tidak menunjukkan bahwa pekerjaan mereka telah selesai. Sekali lagi adalah karena mereka sedang mengerjakan pekerjaan Tuhan. Karya anak-anak Tuhan tidak selalu langgeng / eksis selama-lamanya. Kita harus memiliki pandangan yang benar akan Kerajaan Allah. Misalnya: mengapa gereja mula-mula di Yerusalem yang seharusnya menjadi contoh bagi dunia kini tidak kelihatan lagi? Mana gereja-gereja yang dirintis oleh rasul Paulus saat ini? Sepertinya lenyap tanpa bekas. Namun tidak demikian. Pekerjaan Tuhan sedang terus berlangsung. Buktinya adalah kita sekarang dapat menjadi orang percaya dan gereja (tubuh Kristus yang tidak kelihatan) terus berlangsung dan tetap dalam pemeliharaan Allah. Para nabi pun bertahun-tahun mendidik bangsa Israel tetapi hasilnya bangsa itu tetap tegar tengkuk dan memberontak terhadap Allah. Nabi demi nabi mati tetapi bangsa Israel tetap keras kepala. Demikian jugalah yang terjadi pada zaman Nehemia. Nehemia sudah mengadakan kebangunan rohani tetapi setelah itu apa yang terjadi? Sebentar saja mereka sudah menyeleweng lagi. Hal ini tercatat dalam Neh. 13. Pada waktu pembacaan kitab Musa ternyata ada peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi. Waktu peristiwa-peristiwa itu terjadi Nehemia sedang pulang ke Persia kira-kira 1 tahun (ayat 6). Setelah kembali, Nehemia melihat kejahatan yang sudah dilakukan oleh Elyasib untuk keuntungan Tobia (ayat 7). Inilah realita hidup. Hidup tidak pernah sempurna dan semua manusia sudah berdosa. Termasuk kita. Kita perlu diingatkan terus. Kecenderungan manusia berdosa adalah terus mau berbuat dosa. Jika tidak diingatkan kita bisa lupa diri. Itulah kewajiban nabi, rasul, pemimpin-pemimpin yang dipilih Tuhan, yaitu supaya mereka mengingatkan satu bangsa yang tegar tengkuk. Demikian juga pada zaman rasul-rasul, mereka dipakai Tuhan untuk mengingatkan gereja-Nya supaya kembali ke jalan kebenaran. Panggilan ini tidak pernah selesai selama dunia ini belum berakhir. Untuk itu kita tidak boleh berhenti memperjuangkan 1/4 Ringkasan Khotbah - 09 September 2012 kebenaran. Kita sendiri pun terus-menerus diingatkan supaya tidak menjadi seperti orang Israel yang tegar tengkuk. Kita harus menjadi garam dan terang. Jangan kita hanya menjadi orang yang selalu menunggu untuk ditegur dan diingatkan. Kita akan melihat beberapa permasalahan yang dialami Nehemia. Pertama adalah masalah Tobia, orang Amon itu. Mengapa Nehemia begitu sengit dan marah terhadap Tobia pada saat ia diberikan sebuah bilik besar oleh imam Elyasib? (Ayat 7-9). Kita perlu melihat apa yang dilakukan Tobia selama ini: Tobia mengolok-olok pembangunan tembok Yerusalem (Neh. 4:3). Tobia, Sanbalat dan Gesyem adalah orang-orang yang merongrong, menghambat dan memecah belah umat Tuhan dalam melakukan pekerjaan-Nya. Memang tidak beres jika sebagai orang percaya kita terus membenci dan tidak pernah mau mengampuni orang lain. Namun di satu sisi jika kita menjadi orang yang begitu mudahnya bersahabat, berelasi, mengampuni dengan siapa pun juga dan tidak pernah ada ketegasan untuk melakukan hal yang benar, ini juga tidak beres. Rasul Paulus memang mengatakan bahwa musuh kita bukan melawan darah dan daging tetapi melawan penguasa musuh-musuh di udara. Tetapi musuh-musuh di udara itu pun memakai wujud manusia. Ams. 14:7 mengatakan supaya kita menjauhi orang bebal yang orientasi hidupnya bukan untuk taat pada firman. Hal ini juga dicatat dalam 2Tim. 3:5. Jika memang ada orang yang membahayakan, memecah belah dan merusak pekerjaan Tuhan atau mengajarkan ajaran yang menyesatkan jemaat, maka kita harus bersikap tegas. Jika kita membiarkan orang-orang semacam ini maka mereka akan terus merusak pekerjaan Tuhan. Jika Tuhan beri kita kepekaan pada orang-orang yang memang sudah tidak mau bertobat, maka kita harus bersikap tegas. Masalah kedua adalah bangsa Israel ketika ditinggal oleh Nehemia, mereka tidak lagi memberikan persembahan pada orang Lewi. Mengapa begitu bangsa Israel ditinggal pemimpinnya langsung bersikap demikian? Apakah sudah seharusnya hidup kita bergantung pada seorang pemimpin? Ini tidak benar. Ada sesuatu yang salah. Billy Graham sadar akan hal ini. Pada satu waktu ia berkata bahwa “mulai sekarang iman saya tidak bergantung lagi pada manusia tetapi belajar bergantung pada Allah”. Ini menjadi kunci. Memang di Perjanjian Lama orientasi kepemimpinan sangat besar. Kepemimpinan dalam Perjanjian Lama adalah Theokrasi. Allah memilih para nabi untuk memimpin umat-Nya. Nabi ini menjadi perantara antara Allah dan manusia. Maka faktor kepemimpinan sangat besar. Oleh karena itu ketika Nehemia pulang ke Babel bangsa Israel langsung goyah. Hal ini juga terjadi pada zaman Musa, ketika ia naik ke atas gunung untuk menerima loh batu dari Allah. Sedangkan dalam Perjanjian Baru Allah memilih rasul-rasul untuk mengawali gereja mula-mula. 2/4 Ringkasan Khotbah - 09 September 2012 Namun ini sudah final. Allah memilih nabi, Allah memilih rasul lalu Tuhan Yesus Kristus turun ke dunia untuk menggenapi semua rencana-Nya. Firman-Nya sudah dinyatakan menjadi satu kesatuan Alkitab yang utuh mulai dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru. Setelah Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memberi kita Penolong yang lain yaitu Roh Kebenaran, Roh Kudus yang akan menyertai kita selama-lamanya. Dari kepemimpinan Theokrasi menjadi kepemimpinan Roh Kudus yang menyertai umat-Nya sepanjang zaman. Kita melihat bagaimana gereja Tuhan terus bertumbuh sampai saat ini. Hal ini merupakan pimpinan dan penyertaan dari Roh Kudus. Roh Kudus bekerja pada setiap orang percaya. Reformasi mengembalikan ajaran ini di saat kepemimpinan gereja berada di tangan Paus. Martin Luther mengajarkan bahwa Raja gereja adalah Yesus Kristus. Begitu juga halnya dalam membaca Alkitab. Alkitab tidak lagi hanya dapat dibaca dan dipelajari oleh sekelompok golongan melainkan dapat dipelajari oleh setiap umat Tuhan dalam pimpinan Roh Kudus. Oleh karena itu seharusnya hidup kita bukanlah bergantung pada kepemimpinan manusia tetapi kepada Allah. Tuhan Yesus datang ke dunia bukan untuk memberi ajaran baru tetapi Ia mengembalikan pada porsi yang sebenarnya. Ahli Taurat dan orang Farisi dikoreksi untuk kembali pada ajaran yang sebenarnya. Nabi-nabi pun melakukan hal ini, termasuk Nehemia. Mereka berjuang membawa umat Tuhan kembali kepada firman yang benar. Adam dan Hawa pun sudah dididik Reformed oleh Allah karena mereka dididik untuk kembali pada firman. Meskipun saat itu firman belum lengkap tetapi firman sudah dinyatakan. Maka ini bukan kebetulan. Semangat Reformed, kembali kepada firman, terus dipelihara oleh Tuhan sejak mulanya sampai pada akhir zaman. Oleh karena itu gereja yang mengajarkan ajaran yang tidak kembali pada firman, tidak masuk dalam jalur Kerajaan Allah. Jalur Kerajaan Allah selalu mau kembali pada firman. Demikian juga dalam hal pengenalan akan Allah. Ada kepercayaan yang paling dekat dengan Kekristenan yaitu agama Yahudi. Agama Yahudi asal usulnya dari nenek moyang Kristen tetapi ternyata Allahnya pun berbeda. Tuhan Yesus sendiri berkata kepada orang-orang Yahudi yang mengaku bahwa Bapa mereka adalah Abraham, “Kalau Bapamu adalah Abraham kamu pasti mengasihi Aku. Bapamu bukan Allah, Bapamu adalah iblis.” Tuhan Yesus dengan tegas mengatakan bahwa agama yang paling dekat dengan kekristenan pun ternyata memiliki Allah yang berbeda (Yoh. 8:44). Bahkan sesama orang Kristen pun Allahnya bisa lain (2Kor. 11:4). Bagaimana dengan kita? Kita menyembah Allah yang mana? Penyembahan kita mau dibawa kemana? Inilah panggilan Nehemia, ia terpanggil untuk mengembalikan umat Israel ke jalan yang benar. Masalah yang ketiga adalah pencemaran Sabat. Waktu Nehemia tidak ada di sana, mereka memanfaatkan Sabat demi keuntungan pribadi. Hal ini dikoreksi Nehemia dengan keras. Pintu-pintu ditutup supaya mereka tidak berjualan di depan pintu gerbang. Nehemia begitu tegas dalam memimpin dan tidak kompromi. Mengapa? Karena hari Sabat adalah hari yang harus dikhususkan untuk beribadah kepada Allah. Apakah kita mengutamakan Sabat untuk 3/4 Ringkasan Khotbah - 09 September 2012 beribadah dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan atau tidak? Sabat adalah saat di mana kita mengkhususkan hari untuk beribadah bersama dengan seluruh umat Tuhan lainnya untuk memuliakan Allah. Orientasi ibadah adalah mempersembahkan hidup untuk dipakai oleh Allah dan hidup bagi kemuliaan-Nya. Masalah yang terakhir yang dihadapi Nehemia adalah masalah kawin campur. Orang-orang Yahudi menikahi bangsa kafir. Semua ini merupakan penyangkalan terhadap perjanjian mereka di hadapan Allah. Mengapa tidak boleh kawin campur? Dalam rangka bangsa Israel menjaga kekudusan sebagai banga pilihan supaya tidak menyembah kepada berhala-berhala bangsa kafir. Kawin campur pada saat itu akan mempengaruhi pendidikan Allah bagi bangsa Israel untuk menyembah satu-satunya Allah yang benar. Nehemia begitu marah sampai mereka dipukuli dan dicabuti rambutnya. Mungkin hal ini kelihatan tidak manusiawi bagi kita tetapi jika kita mengingat konteks bangsa Israel saat itu yang begitu tegar tengkuk, mungkin apa yang dilakukan oleh Nehemia masih diperlukan. Tuhan Yesus pun pernah memporakporandakan meja-meja berjualan di Bait Suci karena kekudusan Tuhan dilanggar. Kesimpulan: Nehemia adalah seorang pemimpin yang sangat teliti dan strategis. Sampai nama-nama orang yang menjaga pedang, membangun tembok bahkan para penduduk pun dituliskan. Nehemia pemimpin yang strategis adalah karena ia melakukan survey sebelum bertindak. Selain itu Nehemia juga seorang pekerja keras dan sangat rohani, ia selalu ingat dan datang mendekat pada Allah. Nehemia sangat percaya bahwa Tuhan menyertai dan memimpinnya. Nehemia pun dalam doa-doanya dengan terbuka selalu mengoreksi motivasinya di hadapan Allah, apakah ia sungguh-sungguh melakukan semua demi kemuliaan Allah atau tidak. Nehemia juga seorang yang berpegang teguh pada kebenaran dan hal-hal yang prinsip tanpa kompromi. Tentu saja bukan berarti Nehemia seorang yang murni dan steril dari dosa. Namun ada satu ketegasan dalam hati Nehemia untuk berpegang pada prinsip-prinsip kebenaran. Terakhir, Nehemia juga adalah seorang Reformator yang selalu mau kembali pada firman Tuhan. Nehemia tetap bukan orang sempurna, tetapi ia mau kembali pada firman dan membawa umat-Nya juga kembali pada firman Tuhan. Biarlah ini menjadi semangat kita juga untuk kembali pada firman-Nya. Maukah kita? Jika kita tidak pernah belajar firman, bagaimana kita dapat menjadi saksi-Nya di tengah-tengah dunia ini? (Transkrip belum diperiksa oleh Pengkhotbah : VP) 4/4