BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan komunikasi pada era modern saat ini membuat gaya hidup
masyarakat yang juga ikut mengalami perubahan ke arah yang lebih praktis dan
konsumtif. Hal ini terlihat dari meningkatnya kebutuhan manusia untuk mencari
sarana hiburan dan menghilangkan stress secara praktis. Fenomena tersebut
kemudian membuat bisnis karaoke, bisnis yang bergerak di jasa hiburan, menjadi
salah satu bisnis yang potensial dan semakin diminati di Indonesia, terutama di
Pulau Jawa (BeritaSatu, 2012). Bisnis karaoke sebagai sarana hiburan bagi target
konsumen semakin banyak dibidik oleh para pengusaha sehingga banyak
pengusaha, bahkan banyak selebritis yang kemudian menciptakan berbagai brand
baru untuk bisnis jasa hiburan karaoke dan berbondong-bondong melakukan
sistem bisnis waralaba terhadap bisnis ini. Akibatnya bisnis ini berjalan semakin
pesat dari tahun ke tahun dengan penyajian jasa dan harga yang semakin bersaing.
Persaingan yang semakin tinggi dalam bisnis karaoke juga dirasakan oleh
PT Halo Rumah Bernyanyi sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang
jasa family karaoke. PT Halo Rumah Bernyanyi sebagai perusahaan yang baru
berusia 2 tahun dalam menggeluti bisnis di bidang jasa hiburan karaoke perlu
terus memacu diri dan melakukan inovasi untuk bersaing dengan brand-brand
perusahaan karaoke yang telah lebih lama berdiri serta brand-brand baru yang
semakin banyak muncul di pasar bisnis ini.
PT Halo Rumah Bernyanyi merupakan perusahaan bisnis waralaba yang
berada di bawah naungan perusahaan holding company yang bernama Dafam
Group. Di bawah Dafam Group, PT Halo Rumah Bernyanyi berfokus pada sektor
bisnis di bidang jasa karaoke keluarga. PT Halo Rumah Bernyanyi telah berdiri
sejak bulan Juni 2013 dan mengambil strategi multibrand dalam menjalankan
bisnis family karaokenya. Perusahaan yang menerapkan sistem multibrand atau
merek majemuk berarti perusahaan tersebut menaungi anak perusahaan yang
memiliki brand atau merek yang lebih dari satu. Dalam hal ini, Hello Family
1
KTV yang berada di Seturan, Yogyakarta dan Inul Vizta Family KTV yang
berada di The Park Mall, Solo merupakan anak perusahaan yang dinaungi oleh PT
Halo Rumah Bernyanyi saat ini.
Sebagai pihak yang mewakili PT Halo Rumah Bernyanyi, Operation
Director dan Marketing Director dipilih menjadi pihak bertanggung jawab
terhadap segala hal mengenai perkembangan bisnis anak perusahaannya kepada
pihak Dafam Group. Selain bertanggung jawab terhadap pihak Dafam Group
sebagai holding company yang menaunginya, Operation Director dan Marketing
Director dari PT Halo Rumah Bernyanyi juga bertanggung jawab terhadap segala
perencanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh anak perusahaannya,
yakni Hello FKTV Yogyakarta dan Inul Vizta FKTV The Park Mall Solo.
The Jakarta Consulting Group mengatakan bahwa jika dilihat dari segi
cakupan pasar, diferensiasi perusahaan bisnis melalui strategi multi brand (brand
majemuk), terutama dalam satu sektor bisnis merupakan pendekatan yang berisiko
rendah. Melalui strategi ini, pola segmentasi dapat teratasi. Demikian pula dalam
suatu perang harga, strategi brand majemuk dapat dimanfaatkan secara efektif
untuk melindungi brand utama yang ingin dikembangkan dan menghadapi
persaingan brand lain oleh kompetitor. Namun strategi ini memiliki keterbatasan
terutama dalam proses pemasarannya. Hal ini dikarenakan setiap brand harus
didukung bauran pemasaran dan sumber daya yang berbeda-beda. Dalam proses
pemasarannya, khalayak memiliki pemahaman yang berbeda dari brand yang
berbeda sehingga pendekatan komunikasi pemasaran yang berbeda harus dikelola
dengan hati-hati (The Jakarta Consulting Group, 2014).
Segmen
pasar
akan
menentukan
pola
portfolio
brand
dengan
mempertimbangkan peran strategis masing-masing brand yang sifatnya saling
melengkapi secara sinergis. Perusahaan harus secara berhati-hati dalam
mendefinisikan peran masing-masing brand sehingga tidak terjadi kanibalisasi,
dan terjadi pertempuran di antara brand mereka sendiri (The Jakarta Consulting
Group, 2014).
Melalui pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang
menggunakan strategi merek majemuk merupakan suatu trik untuk melindungi
2
merek baru yang ingin dikembangkan dan menggepur merek kompetitor. Namun
kekurangannya, strategi ini perlu memerhatikan banyak aspek, terutama dari sisi
pemasaran agar pengelolaan dan sumber daya yang telah dikeluarkan perusahaan
dapat memberikan hasil yang optimal. Jika tidak, maka akan terjadi kanibalisasi
antar merek serta daya dan upaya secara bisnis dapat terbuang sia-sia.
Persaingan yang ketat dalam bisnis, terutama bisnis karaoke yang semakin
berkembang pesat membuat perusahaan tidak lagi hanya berusaha mencapai
tujuan, namun juga menjaga eksistensi dan menghadapi persaingan yang makin
tak terelakkan. Persaingan ini mengharuskan perusahaan perlu memperhatikan
dan mengelola kompleksitas lingkungan, terutama hal-hal yang berasal dari
lingkungan eksternal dalam bisnis. Adapun aspek dari lingkungan eksternal yang
dimaksud adalah aspek ekonomi dan politik dalam bisnis (Babatunde dan Adebisi,
2012: 25). Lingkungan eksternal bisnis yang sangat dinamis membuat perusahaan
harus peka dan mampu beradaptasi dengan aspek eksternal tersebut dalam rangka
mempertahankan kualitas di pasar.
Di sisi lain, pertimbangan terhadap aspek ekonomi dan politik dalam bisnis
perlu juga diimbangi oleh pengetahuan bahwa setiap lokasi bisnis memiliki
karakteristik konsumen yang berbeda-beda. Hal ini kemudian membawa pada
fakta bahwa faktor ekonomi dan politik yang dinamis dan berbeda di setiap daerah
atau lokasi berpengaruh pada perbedaan karakteristik konsumen di setiap lokasi
tersebut (Yucel dan Dagdelen, 2010: 65). Perusahaan yang memperhatikan
perbedaan aspek ekonomi dan politik di daerah atau lokasi yang berbeda akhirnya
berakibat pada perlunya memberikan pendekatan yang berbeda pula dalam
menyusun strategi pemasaran, terutama bagi perusahaan yang menggunakan
strategi merek majemuk dengan menaungi anak perusahaan yang berbeda brand
serta lokasi seperti PT Halo Rumah Bernyanyi.
Strategi pemasaran merupakan keseluruhan langkah dan kondisi yang harus
dipersiapkan sebelum melakukan pelayanan terhadap konsumen dalam mencapai
tujuan perusahaan, terutama tujuan dari sisi pemasaran (Tjiptono, 2000: 6). Maka
sebelum melakukan aktivitas pemasaran, strategi pemasaran dibutuhkan untuk
menyusun perencanaan pemasaran secara lebih matang. Menurut Kotler (dalam
3
Purwanto, 2008: 151), elemen dasar dari sebuah strategi pemasaran terdiri dari
tiga langkah, yaitu menentukan segmentasi pasar (segmentation), membidik target
pasar (targeting) serta menentukan posisi pasar (positioning).
Pada
era
modern,
strategi
pemasaran
perusahaan
membutuhkan
perkembangan yang lebih dari sekedar produk atau jasa yang berkualitas atau
harga kompetitif, melainkan proses komunikasi yang efektif demi memelihara
hubungan harmonis dengan konsumen.
Sebagus apapun rencana strategi
pemasaran yang dirancang sesuai dengan kondisi dan posisi persaingan industri
dari suatu produk atau jasa, namun apabila strategi pemasaran tidak
dikomunikasikan secara efektif dan efisien, maka pengetahuan konsumen yang
berakibat pada permintaan produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan juga
tidak akan terjadi secara efektif pula (Jatmiko, 2014: 3). Maka kemudian
komunikasi
pemasaran
dibutuhkan
sebagai
suatu
sarana
dalam
mengimplementasikan strategi pemasaran yang efektif.
Perkembangan teknologi dan media komunikasi yang tentunya berpengaruh
pada perkembangan strategi pemasaran modern membuat perusahaan perlu
menerapkan sebuah komunikasi interaktif yang berkesinambungan dengan
konsumen aktual dan konsumen potensial. Kondisi pemasaran yang sehat saat ini
adalah terjalinnya hubungan yang harmonis antara produsen dengan konsumen
(Nugroho dkk, 2013: 1). Perlunya menjaga hubungan dengan konsumen membuat
perusahaan akhirnya tidak bisa lagi hanya menerapkan satu atau dua aktivitas
komunikasi
pemasaran
dalam
mengimplementasikan
strategi
pemasaran.
Komunikasi pemasaran yang terpadu dan terintegrasi kemudian menjadi satu
solusi yang perlu dilakukan perusahaan agar dapat mempertahankan proses
komunikasi yang interaktif dengan para konsumennya di antara ketatnya
persaingan dan perkembangan komunikasi yang semakin canggih.
Komunikasi pemasaran terpadu atau sering disebut sebagai Integrated
Marketing Communications muncul sebagai alat yang memandu praktisi
pemasaran dalam mengembangkan dan melaksanakan komunikasi pemasaran
yang lebih konsisten dan efektif. Komunikasi pemasaran terpadu mampu
menciptakan citra (image) merek, serta mendorong penjualan, dan memperluas
4
pasar yang menjadi sasaran perusahaan (Jatmiko, 2014: 3). Munculnya konsep ini
telah menjadi salah satu yang paling signifikan sebagai contoh pengembangan
dalam penerapan aktivitas strategi pemasaran. Dalam penelitian ini, penerapan
yang dimaksud mengarah pada sebuah proses penerjemahan dari segala strategi
yang telah dipilih ke dalam sebuah tindakan dalam organisasi sehingga mencapai
tujuan yang diinginkan (Management Study Guide [MSG], 2013).
Don Schultz, salah satu tokoh terkemuka IMC, menjelaskan bahwa IMC
merupakan proses pengelolaan semua sumber informasi tentang produk/jasa yang
ditujukan kepada konsumen atau calon konsumen yang terkena perilaku
konsumen dengan tujuan untuk meningkatkan penjualan dan mempertahankan
loyalitas konsumen (Anugrah, 2014: 4). Di sisi lain, Kotler (2008: 120)
menjelaskan bahwa aktivitas IMC merupakan perpaduan spesifik dari lima
aktivitas komunikasi pemasaran yang paling sering digunakan perusahaan, yaitu
periklanan (advertising), penjualan personal (personal selling), promosi penjualan
(sales promotion), hubungan masyarakat (public relations), dan pemasaran
langsung (direct marketing). IMC dapat membantu perusahaan dalam membuat
pesan yang terkoordinasi konsisten di berbagai saluran komunikasi sehingga
sangat penting dimanfaatkan sebagai “senjata” perusahaan dalam menghadapi
berbagai persaingan di dunia bisnis.
Pentingnya IMC sebagai suatu inovasi dari komunikasi pemasaran yang
perlu diteliti ditunjukkan pula melalui penelitian yang berjudul “Integrated
Marketing Communications and Consumers Patronage of Nigerian Beverage
Products” (Joseph, 2009). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
banyak manfaat yang dirasakan dalam penerapan IMC yang matang, antara lain
penghematan biaya, pesan komunikasi pemasaran yang lebih efektif dan efisien
serta hubungan jangka panjang yang lebih baik antara perusahaan dan pelanggan
(Joseph, 2009). Lebih dalam lagi, penelitian lain yang berjudul “Product
Placement in Integrated Marketing Communications Strategy” menunjukkan
bahwa penerapan IMC yang selaras dengan tujuan perusahaan dan dilakukan
dengan memperhatikan banyak faktor yang berorientasi pada pelanggan akan
5
menghasilkan hubungan yang lebih baik antara perusahaan dan pelanggannya
(Kaijansinkko, 2003).
Berdasarkan permasalahan yang ada serta acuan dari penelitian sebelumnya,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penerapan Integrated
Marketing Communications (IMC) oleh PT Halo Rumah Bernyanyi yang
kemudian dilihat dari aspek eksternal dalam bisnis, yakni aspek ekonomi dan
politik serta kaitannya dengan strategi pemasaran segmentation, targeting, dan
positioning dalam menjalankan bisnis karaoke di dua brand yang berbeda dan
berada di dua area yang juga berbeda.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah penerapan Integrated
Marketing Communications (IMC) di PT Halo Rumah Bernyanyi?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan Integrated
Marketing Communications (IMC) di PT Halo Rumah Bernyanyi.
D.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian terdiri atas manfaat praktis dan manfaat akademis.
1.
Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan di level praktis mengenai
penerapan aktivitas Integrated Marketing Communications (IMC) di PT Halo
Rumah Bernyanyi sehingga dapat berkontribusi terhadap pengembangan
Integrated Marketing Communications (IMC) di PT Halo Rumah Bernyanyi
maupun di perusahaan yang serupa.
2.
Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan secara teoritis bagi
peneliti lain dan dapat digunakan sebagai referensi untuk mempelajari penerapan
Integrated Marketing Communications (IMC).
6
E.
Kerangka Pemikiran
Penelitian dimaksudkan untuk memberikan deskripsi mengenai penerapan
Integrated Marketing Communications (IMC) di PT Halo Rumah Bernyanyi yang
dilihat dari aspek ekonomi dan politik dalam bisnis serta kaitannya dengan elemen
pemasaran segmentation, targeting dan positioning. Maka pada bagian awal
kerangka pemikiran akan dijelaskan mengenai lingkungan eksternal yang perlu
diperhatikan di dalam bisnis untuk mencapai tujuan dan menghadapi persaingan.
Lingkungan eksternal yang dimaksud mencakup aspek ekonomi dan politik dari
lokasi atau negara tempat bisnis itu berada yang berpengaruh terhadap perilaku
masyarakat yang ada di dalamnya. Perlunya mempertimbangkan aspek ekonomipolitik dan hubungan terhadap konsumen membantu perusahaan untuk menyusun
elemen dasar dari strategi pemasaran, yakni segmentation, targeting dan
positioning. Tiga elemen dasar ini kemudian menjadi penentu perusahaan dalam
menerapkan aktivitas Integrated Marketing Communications (IMC) yang akan
dibahas pada bagian selanjutnya.
1.
Bisnis dan Strategi Pemasaran
Bisnis merupakan suatu kegiatan yang saat ini dipilih menjadi salah satu
profesi yang menjanjikan. Bisnis merujuk pada suatu kegiatan sistem ekonomi
yang diarahkan pada manajemen dan distribusi hasil industri serta jasa profesional
yang berorientasi pada keuntungan. Esensi dari kegiatan bisnis adalah suatu
kesibukan yang tentunya dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu
yang konstruktif bagi kehidupan manusia (Nawangsari, 1997: 105). Adapun
pengertian bisnis sendiri menurut Lawrence D. Brennan (dalam Priyatna dan
Ardianto, 2008: 24-25) adalah “a dinamic structure of interchanging ideas,
feelings and cooperative effortsto get profit“ (suatu struktur yang dinamis dari
pertukaran
gagasan,
perasaan
dan
usaha
bersama
untuk
mendapatkan
keuntungan). Maka kemudian melalui pernyataan Brennan, bisnis merupakan
suatu kegiatan yang memiliki struktur yang jelas, dilakukan lebih dari satu orang,
serta dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, termasuk memperoleh
keuntungan.
7
Di era modern ini, bisnis tidak lagi hanya berusaha mencapai tujuannya,
tetapi juga mampu menghadapi persaingan yang terjadi hanya dalam hitungan
hari. Persaingan ini mengharuskan sebuah bisnis harus memperhatikan berbagai
aspek untuk dapat terus meningkatkan serta mempertahankan eksistensinya. Maka
perencanaan dan pengelolaan yang tepat terhadap kompleksitas lingkungan, baik
internal maupun eksternal perusahaan perlu dilakukan secara berkelanjutan agar
mampu menempatkan perusahaan bisnis memiliki kualitas yang tinggi di pasar
(Babatunde dan Adebisi, 2012: 25). Lingkungan eksternal, sebagai lingkungan
yang perubahannya sangat dinamis kemudian perlu menjadi perhatian perusahaan
dalam rangka beradaptasi dengan situasi lingkungan yang ada demi mencapai
tujuan. Perlunya memperhatikan aspek lingkungan eskternal dalam bisnis
dimaksudkan agar suatu bisnis memiliki kepekaan yang tinggi terhadap perubahan
lingkungan sehingga dapat mempersiapkan perencanaan masa depan perusahaan
dan publik eksternal di tempat bisnis tersebut berada.
Aspek eksternal yang perlu diperhatikan suatu bisnis adalah berbagai hal
yang berhubungan dengan aspek ekonomi dan politik. Menurut Babatunde dan
Adebisi (2012: 27), memperhatikan serta mempertimbangkan lingkungan
eksternal yang berhubungan dengan aspek ekonomi dan politik penting bagi
perusahaan sebagai alat strategi untuk memahami pertumbuhan atau penurunan
pasar, posisi bisnis, potensi serta arah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.
Aspek politik berkaitan dengan campur tangan pemerintahan yang
berpengaruh terhadap perekonomian dari suatu perusahaan bisnis. Aspek politik
ini meliputi berbagai bidang seperti kebijakan pajak, aturan dan hukum
perburuhan, lingkungan hukum di suatu tempat, pembatasan perdagangan, tarif
serta stabilitas politik suatu negara atau tempat di mana perusahaan bisnis itu
berada. Perlunya untuk memastikan stabilitas iklim politik dan hukum, dapat
mendorong bisnis untuk menghindari risiko dari krisis. Faktor politik juga
mencakup barang atau jasa yang dapat atau tidak dapat diberikan pemerintah atau
yang pemerintah berikan (Babatunde dan Adebisi, 2012: 27).
Selain politik, aspek ekonomi juga perlu diperhatikan karena berhubungan
dengan pertumbuhan ekonomi, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, nilai tukar,
8
kebijakan fiskal, fluktuasi harga, dan lain-lain. Aspek ekonomi ini kemudian
bersinggungan dengan faktor teknologi di mana teknologi baru yang sangat cepat
dapat membantu perusahaan untuk mencapai produktivitas maksimal dan efektif,
menciptakan produk atau promosi baru sehingga dapat memenuhi kebutuhan serta
konsumsi konsumen. Aspek ekonomi memiliki dampak besar pada bagaimana
sebuah bisnis beroperasi serta membuat keputusan terhadap produk atau jasa yang
dihasilkan (Alina et al, 2010: 2).
Sebuah perusahaan bisnis perlu menyadari bahwa pertimbangan terhadap
aspek ekonomi dan politik perlu diimbangi dengan pengetahuan bahwa faktanya
setiap lokasi atau tempat memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Kondisi
ekonomi dan politik yang dinamis akan memberikan dampak yang berbeda bagi
setiap masyarakat yang berada di tempat yang berbeda pula (Yucel dan Dagdelen,
2010: 65). Perhatian terhadap perbedaan ini bertujuan agar perusahaan lebih peka
untuk memberikan pendekatan yang berbeda dan tepat di masing-masing lokasi
demi pencapaian tujuan pemasaran yang efektif kepada target konsumen.
Konsumen dalam sebuah perusahaan juga merupakan bagian penting dalam
memberikan profit kepada perusahaan. Maka kemudian segala perhatian
perusahaan melalui pendekatan pemasaran bermuara pada optimalnya pemenuhan
kebutuhan konsumen melalui barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan.
Konsumen menjadi aspek eksternal lain yang penting bagi perusahaan, terutama
perusahaan bisnis dalam mempertahankan eksistensinya.
Dalam kegiatannya, perusahaan bisnis, terutama yang bergerak di bidang
jasa harus berpikir inovatif, efektif, produktif dalam memenuhi kebutuhan dan
konsumsi
konsumen.
mengembangkan
Penyediaan
hubungan
dengan
layanan
yang
konsumen,
baik
bertujuan
meningkatkan
untuk
kepuasan
konsumen, mendorong keuntungan dari sisi finansial, membangun loyalitas
konsumen, serta pada akhirnya meningkatkan kinerja perusahaan dengan
memperluas pendapatan (Rust dan Thompson, 2004: 8). Hal inilah yang membuat
perusahaan harus peka terhadap kebutuhan dan harapan konsumen sehubungan
dengan isu-isu sosial dan lingkungan, seperti ekonomi dan politik yang telah
dijelaskan sebelumnya.
9
Konsumen adalah aset paling penting dari perusahaan bisnis yang bergerak
di bidang jasa. Oleh karena itu perhatian penuh terhadap konsumen ini perlu
ditemani oleh inovasi dari sisi pemasaran. Strategi pemasaran yang tidak lagi
berorientasi pada produk, melainkan pada konsumen memiliki pengaruh terhadap
fokus perusahaan yang tidak lagi sekedar melihat respon penjualan, tetapi juga
sebuah interaksi dengan konsumen untuk meningkatkan nilai hubungan dengan
konsumen (Rust dan Thompson, 2004: 12). Pada akhirnya, pemahaman yang
mendalam terhadap aspek eksternal dalam bisnis, baik ekonomi, politik maupun
dari konsumen membawa perusahaan untuk mampu menyusun strategi pemasaran
yang efektif dan tepat sasaran.
Strategi pemasaran sendiri merupakan alat fundamental yang direncanakan
untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing
yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran
yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut. Dengan kata lain, strategi
pemasaran merupakan keseluruhan langkah dan kondisi yang harus disiapkan
sebelum pelayanan / jasa informasi diberikan kepada pelanggan dalam mencapai
tujuan perusahaan dan menjelaskan langkah apa yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut termasuk pengalokasian sumber daya yang dimiliki
(Tjiptono, 2000 : 6).
Menurut Kotler (dalam Purwanto, 2008: 151), dalam mendesain suatu
strategi pemasaran, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah konsep STP
(Segmentation, Targeting, Positioning). Hal ini berarti elemen dasar dari sebuah
strategi pemasaran terdiri dari tiga langkah, yaitu menentukan segmentasi pasar
(segmentation), membidik target pasar (targeting) serta menentukan posisi pasar
(positioning). Tiga langkah dasar ini diperlukan untuk menyusun segala bentuk
penerapan strategi pemasaran melalui aktivitas komunikasi pemasaran yang
paling tepat dari perusahaan kepada target konsumennya. Deskripsi mengenai
segmentation, targeting dan positioning adalah sebagai berikut.
a.
Penentuan Segmentasi Pasar (Segmentation)
Segmentasi pasar merujuk pada kelompok konsumen yang memiliki
seperangkat keinginan yang sama. Tidak ada cara tunggal untuk
10
mensegmentasi pasar sehingga pemasar harus mencoba sejumlah variabel
segmentasi yang berbeda- beda, sendiri-sendiri atau bersama-sama, dengan
harapan dapat menemukan cara terbaik untuk melihat struktur pasar (Kotler,
2005: 307). Lebih lanjut, Kotler, Bowen dan Makens menyatakan bahwa
segmentasi dapat dilakukan berdasarkan beberapa variabel, antara lain
(Wijaya dan Chandra, 2006: 77):
1) Segmentasi Geografis (Geographic Segmentation)
Segmentasi geografis adalah segmentasi yang membagi pasar
menjadi unit geografis yang berbeda-beda seperti negara, daerah
otonomi, kota, iklim, atau kawasan pemukiman (Wijaya dan Chandra,
2006: 77).
2) Segmentasi Demografis (Demographic Segmentation)
Segmentasi demografis membagi pasar menjadi berbagai kelompok
berdasarkan variabel seperti usia, jenis kelamin, siklus hidup keluarga,
pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras dan kebangsaan. Faktor
demografis merupakan faktor yang paling sering dipakai sebagai dasar
untuk mensegmentasi kelompok konsumen. Hal ini dikarenakan
kebutuhan, keinginan dan tingkat penggunaan konsumen berhubungan
erat dengan variabel demografis. Selain itu, variabel demografis lebih
mudah diukur jika dibandingkan dengan jenis variabel lainnya (Wijaya
dan Chandra, 2006: 77).
3) Segmentasi Perilaku (Behavioral segmentation)
Segmentasi
ini
mengelompokkan
konsumen
berdasarkan
pengetahuan, sikap, tingkat penggunaan atas sebuah produk atau jasa,
serta manfaat yang dicari oleh konsumen dalam membeli dan
menggunakan sebuah produk atau jasa (Wijaya dan Chandra, 2006: 77).
4) Segmentasi Psikografis (Psychographic Segmentation)
Segmentasi ini membagi konsumen menjadi kelompok yang
berbeda-beda berdasarkan karakteristik gaya hidup dan kepribadian
konsumen (Wijaya dan Chandra, 2006: 77).
11
b. Penentuan Target Pasar (Targeting)
Setelah mengevaluasi berbagai segmen, perusahaan harus memutuskan
jumlah dan area segmen yang akan dilayani. Pasar sasaran mencakup
seperangkat pembeli yang memiliki kebutuhan atau karakteristik umum
yang ingin dilayani oleh perusahaan (Wijaya dan Chandra, 2006: 77).
Sehubungan dengan keputusan yang berhubungan kelompok konsumen atau
segmen target, perusahaan dapat memilih satu atau kombinasi dari strategi
pemasaran sebagai berikut:
1) Undifferentiated Marketing
Dengan
undifferentiated
marketing,
perusahaan
tidak
mempertimbangkan perbedaan antara masing-masing segmen dan
memilih untuk menargetkan pasar dengan satu tawaran. Dengan
demikian perusahaan memfokuskan pada kebutuhan serupa dari
pelanggan daripada perbedaan yang ada. Namun, bila menggunakan
undifferentiated marketing, tidak mungkin untuk memenuhi kebutuhan
setiap pelanggan dan dengan demikian tidak mungkin untuk
memuaskan semua pelanggan (Larsen, 2010: 14).
2) Differentiated Marketing
Differentiated marketing adalah strategi pemasaran di mana sebuah
perusahaan menargetkan banyak segmen pasar dengan melakukan
penawaran yang dirancang khusus untuk setiap segmen. Dengan
demikian perusahaan dapat memiliki penjualan yang lebih tinggi dan
posisi demikian kuat dalam setiap segmen pasar. Namun, menggunakan
strategi ini berarti biaya bisnis mengalami peningkatan karena rencana
pemasaran untuk setiap segmen menjadi terpisah. Oleh karena itu
perusahaan harus mempertimbangkan peningkatan penjualan terhadap
peningkatan
biaya
ketika
menggunakan
strategi
differentiated
marketing (Larsen, 2010: 14).
3) Concentrated Marketing
Concentrated marketing membuat perusahaan dapat memasarkan
lebih efektif karena posisi yang kuat dan pengetahuan yang besar
12
kebutuhan pelanggan dalam setiap segmen. Meskipun pemasaran yang
terkonsentrasi dapat sangat menguntungkan, tetapi juga melibatkan
resiko yang tinggi karena fakta bahwa perusahaan mengandalkan satu
atau beberapa segmen untuk seluruh bisnis dan akan sangat menderita
jika segmen ternyata tidak seperti segmen yang diharapkan perusahaan
(Larsen, 2010: 15).
c. Penetapan Posisi Pasar (Positioning)
Posisi produk adalah cara produk itu didefinisikan oleh konsumen
berdasarkan sejumlah atribut atau tempat produk tertentu di pikiran
konsumen secara relatif terhadap produk-produk yang bersaing. Dengan
kata lain, positioning adalah bagaimana konsumen memandang produk dan
bagaimana itu didefinisikan oleh konsumen untuk memaksimalkan potensi
manfaat bagi perusahaan. Hasilnya adalah alasan persuasif mengapa target
pasar harus membeli produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan (Wijaya
dan Chandra, 2006: 77). Konsumen terlalu banyak dihadapkan dengan
informasi tentang produk dan layanan. Konsumen tidak mungkin
mengevaluasi ulang produk setiap saat memutuskan pembelian, sebaliknya
dalam benak konsumen setiap produk atau brand akan dikelompokkan
dalam sejumlah kategori. Penetapan posisi dimulai dengan produk, yaitu
suatu barang, jasa, perusahaan, lembaga, atau bahkan orang. Penetapan
posisi bukanlah kegiatan yang pemasar lakukan terhadap produk, melainkan
merupakan kegiatan yang dilakukan pemasar terhadap pikiran calon
konsumen sehingga posisi produk dengan tepat dapat ditanamkan di benak
konsumen (Wijaya dan Chandra, 2006: 78).
Sebuah strategi pemasaran yang didasarkan pada konsep segmentation,
targeting, positioning akan berhasil sesuai keinginan perusahaan ketika strategi
tersebut dapat diterapkan dengan tepat. Sebagus apapun rencana strategi
pemasaran yang dirancang sesuai dengan kondisi dan posisi persaingan industri
dari suatu produk atau jasa, namun apabila strategi pemasaran tidak
13
dikomunikasikan secara efektif dan efisien, maka pengetahuan konsumen yang
berakibat pada permintaan produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan juga
tidak akan terjadi secara efektif pula (Jatmiko, 2014: 3). Maka kemudian sebuah
komunikasi pemasaran diperlukan perusahaan untuk mengimplementasikan
strategi pemasaran yang ditelah disusun demi mencapai tujuan organisasi.
Picton (dalam Akerlund, 2013: 25) mendefinisikan komunikasi pemasaran
sebagai semua elemen promosi dari bauran pemasaran yang melibatkan
komunikasi antara organisasi dan khalayak sasaran pada semua hal yang
mempengaruhi kinerja pemasaran. Hal ini berarti dalam elemen-elemen
pemasaran yang dibentuk dalam komunikasi pemasaran, terdapat pesan-pesan
khusus yang dirancang dan dikomunikasikan perusahaan kepada target konsumen
yang menjadi sasaran dalam rangka mempengaruhi pikiran maupun perilaku dari
target sasaran. Proses komunikasi yang terjalin kemudian merujuk pada
komunikasi interaktif atau dua arah antara perusahaan dan konsumen yang tidak
dapat dilakukan dengan satu atau dua aktivitas saja, melainkan suatu aktivitas
komunikasi pemasaran yang terintegrasi.
Perkembangan teknologi dan media komunikasi yang tentunya berpengaruh
pada perkembangan strategi pemasaran modern membuat perusahaan perlu
menerapkan sebuah komunikasi interaktif yang berkesinambungan dengan
konsumen aktual dan konsumen potensial. Kondisi pemasaran yang sehat saat ini
adalah terjalinnya hubungan yang harmonis antara produsen dengan konsumen
(Nugroho dkk, 2013: 1).
Perlunya menjaga hubungan dengan konsumen
membuat komunikasi pemasaran yang terpadu dan terintegrasi kemudian menjadi
satu solusi yang perlu dilakukan perusahaan agar dapat mempertahankan proses
komunikasi yang interaktif dengan para konsumennya di antara ketatnya
persaingan dan perkembangan komunikasi yang semakin canggih.
Komunikasi pemasaran terpadu (Integrated Marketing Communications)
kemudian muncul sebagai sebuah proses dari implementasi strategi pemasaran
yang banyak dipakai pada era bisnis modern dan merupakan sebuah langkah yang
Strategi melalui komunikasi pemasaran terpadu dengan memanfaatkan berbagai
media komunikasi bertujuan agar pesan yang ingin disampaikan dan telah disusun
14
dalam strategi dalam diterapkan secara komprehensif dan tepat sasaran kepada
konsumen yang diinginkan. Komunikasi pemasaran terpadu atau sering disebut
sebagai Integrated Marketing Communications berusaha membantu perusahaan
dalam mengelola hubungan efektif dengan konsumen dan menciptakan
komunikasi yang interaktif dengan konsumen di era digital yang semakin maju.
Strategi pemasaran melalui Integrated Marketing Communications (IMC) juga
mampu menciptakan citra (image) merek, serta mendorong penjualan, dan
memperluas pasar yang menjadi sasaran perusahaan (Jatmiko, 2014: 3).
Aktivitas Integrated Marketing Communications (IMC) selanjutnya dapat
berjalan efektif ketika perusahaan mampu menjangkau konsumen dan
memengaruhinya sehingga konsumen menjadi aset perusahaan untuk dapat
mencapai tujuannya serta memperoleh keuntungan. Perkembangan media dan
perubahan konsumen membuat perusahaan harus mampu merencanakan,
mengembangkan serta mengimplementasikan komunikasi pemasaran dengan
pendekatan yang selalu terintegrasi dan disesuaikan dengan keinginan pasar.
Integrated Marketing Communications (IMC) kemudian sebagai sebuah integrasi
yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka menyeimbangkan perilaku
konsumen melalui komunikasi pemasaran yang dinamis. Deskripsi lebih dalam
mengenai IMC akan dijelaskan selanjutnya.
2.
Integrated Marketing Communications (IMC)
Penelitian
ini
difokuskan
pada
penerapan
Integrated
Marketing
Communications (IMC). Menurut Badudu dan Zain, penerapan merupakan suatu
hal yang berhubungan dengan cara atau hasil (Badudu dan Zain, 1996: 1487).
Sedangkan menurut Abdul Wahab, penerapan merupakan sebuah tindakan yang
dilakukan baik secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai
tujuan yang telah dirumuskan (Abdul Wahab, 1990: 45). Penerapan berarti sebuah
proses penerjemahan dari segala strategi yang telah dipilih ke dalam sebuah
tindakan dalam organisasi sehingga mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan
merupakan cara di mana organisasi mampu mengembangkan sumber daya yang
ada dalam organisasi untuk mengikuti strategi yang mengarah pada keunggulan
15
kompetitif dan kinerja yang lebih baik. Strategi yang dirumuskan dengan sangat
baik akan gagal jika tidak diterapkan dengan benar. Di sisi lain, penerapan sebuah
strategi juga tidak mungkin dilaksanakan dengan baik jika tidak ada
keseimbangan antara strategi dan sumber daya yang dibutuhkan perusahaan untuk
menerapkan strategi tersebut (MSG, 2013). Adapun unsur-unsur penerapan
meliputi :
a. Adanya program yang dilaksanakan
b.
Adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang menjadi sasaran dan
diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut.
c. Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang bertanggung
jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun pengawasan dari proses
penerapan tersebut (Abdul Wahab, 1990: 45).
Integrated Marketing Communications (IMC) merupakan pendekatan
sinergis baru dan alternatif yang dapat menggantikan pendekatan komunikasi
pemasaran tradisional dalam menghadapi kompetisi bisnis yang semakin tinggi
serta perilaku konsumen yang dinamis dikarenakan kemajuan teknologi informasi
dan komunikasi. IMC difokuskan pada transaksi dan hubungan pemasaran karena
didasarkan pada perspektif konsumen berdasarkan komunikasi yang efektif.
(Porcu et al, 2012: 316).
Schultz sebagai salah satu tokoh pemasaran dunia memberikan definisi
mengenai IMC sebagai berikut :
Integrated Marketing Communications is the process of developing and
implementing various forms of persuasive communications programs with
customers and prospects over time. The goal of IMC is to influence or
directly affect the behavior of the selected communicationss audience. In
sum the IMC process starts with the customer or prospect and then works
back to determine and define the forms and methods through which
persuasive communications programs should be developed (Schultz, 1993:
17).
Definisi IMC menurut Schultz menyebutkan bahwa Integrated Marketing
Communications merupakan sebuah proses pengembangan dan implementasi
berbagai bentuk program komunikasi persuasif kepada konsumen dari waktu ke
waktu. Tujuan dari IMC adalah secara langsung maupun tidak langsung
16
memengaruhi perilaku audiens komunikasi yang telah dipilih. Proses IMC dimulai
dengan memilih konsumen atau calon konsumen yang potensial kemudian
menentukan dan mendefinisikan bentuk serta metode di mana program
komunikasi persuasif harus terus dikembangkan (Schultz, 1993: 17). Maka
kemudian IMC dipandang sebagai suatu proses sistemik komunikasi di mana
terdapat semua jenis sinergi yang pasti akan mendorong penerimaan dan
penggunaan program pemasaran dan komunikasi yang terintegrasi (Schultz, 1996:
143).
Penelitian ini berfokus pada aktivitas penerapan dari IMC. Melalui definisi
mengenai IMC dan penerapan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan IMC
yang dimaksud adalah proses penerjemahan atas strategi pemasaran yang telah
disusun melalui program-program komunikasi pemasaran yang telah dipilih
dengan tujuan agar dapat memengaruhi perilaku target konsumen yang menjadi
sasaran perusahaan. Elemen-elemen yang terdapat dalam penerapan IMC antara
lain adanya program IMC yang telah direncanakan dan dilaksanakan, adanya
target sasaran dalam pelaksanaan aktivitas IMC ini, serta adanya penanggung
jawab yang berasal dari perusahaan dalam mengelola hingga melaksanakan proses
penerapan tersebut.
Selain Schultz, Kliatchko (2005: 21) juga menjelaskan bahwa IMC
merupakan sebuah konsep dan proses yang berfokus pada pengelolaan audiens
secara strategis, dengan menggunakan berbagai saluran dan brand serta memiliki
hasil program komunikasi yang harus didorong dari waktu ke waktu. Dapat
dikatakan bahwa definisi menurut Kliatchko memiliki empat elemen yang
mendasarinya. Empat elemen tersebut terdiri dari IMC yang dipandang sebagai
sebuah konsep maupun proses, IMC membutuhkan pengetahuan, keterampilan
berpikir strategis, serta pengelolaan bisnis, IMC dibedakan atas tiga unsur
penting, yakni audiens, saluran, dan berorientasi pada hasil. Elemen terakhir
adalah IMC melibatkan pandangan mengenai suatu brand komunikasi (Kliatchko,
2005: 24).
Melalui definisi yang telah dijelaskan oleh Schultz dan Kliatchko tadi dapat
disimpulkan bahwa IMC adalah sebuah proses komunikasi yang harus didorong
17
secara terus-menerus yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan strategis
serta berorientasi pada konsumen atau audiens potensial yang telah dipilih
perusahaan. IMC mendorong terintegrasinya program pemasaran dan komunikasi
yang didasarkan pada proses yang dinamis.
IMC adalah konsep komunikasi pemasaran perencanaan yang mengakui
nilai tambah dari rencana komprehensif dan mengevaluasi peran strategis dari
berbagai disiplin ilmu komunikasi, yakni advertising, direct marketing, sales
promotion, personal selling dan public relations. Penggabungan disiplin ilmu ini
bertujuan untuk memberikan kejelasan, konsistensi, dan diharapkan berdampak
pada hasil komunikasi secara maksimum (Caywood et al, 1991: 2-3). Berbagai
disiplin ilmu komunikasi yang digabungkan dalam IMC akan dijelaskan sebagai
berikut.
a. Advertising
Periklanan atau advertising merupakan semua bentuk penyajian non
personal, promosi ide-ide, promosi produk dan jasa yang dilakukan oleh
sponsor tertentu yang dibayar oleh perusahaan (Kotler, 2007: 204). Iklan
adalah bentuk komunikasi tidak langsung yang didasari pada informasi
tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun sedemikian
rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran
seseorang untuk melakukan pembelian (Tjiptono, 2005: 226). Iklan dibayar
dengan menawarkan berbagai produk secara non personal oleh perusahaan
melalui berbagai jenis saluran, baik media cetak, outdoor, televisi maupun
media interaktif untuk menciptakan brand awareness dan brand image serta
membujuk konsumen untuk merespon produk dan jasa yang telah ditawarkan
melalui iklan tersebut (Boone dan Kurtz, 2007: 520).
b. Direct Marketing
Direct marketing adalah bentuk pemasaran yang didorong melalui proses
komunikasi langsung secara interaktif dengan menggunakan berbagai macam
media seperti surat, telepon, fax, email dan alat penghubung non personal lain
18
untuk berkomunikasi dan mendapatkan tanggapan langsung dari konsumen
atau calon konsumen tertentu (Kotler, 2007: 204).
c. Sales Promotion
Sales promotion adalah bentuk pemasaran yang melibatkan berbagai
insentif jangka pendek dan mendorong keinginan konsumen atau calon
konsumen untuk mencoba atau membeli produk atau jasa yang ditawarkan
(Kotler, 2007: 205). Promosi penjualan adalah nilai tambah jangka pendek
dalam memotivasi konsumen untuk melakukan tanggapan langsung dan
percobaan produk. Namun proses overusing semacam ini dapat mengganggu,
bahkan merusak citra brand dan mengurangi keuntungan dalam jangka
panjang (Aaker, 1996: 187).
d. Personal Selling
Personal selling merupakan hubungan interpersonal di mana perwakilan
penjualan memenuhi kebutuhan konsumen untuk saling mendapatkan
keuntungan. Personal selling memanfaatkan interaksi langsung dengan satu
calon pembeli atau lebih untuk melakukan suatu presentasi, menjawab
langsung dan menerima pesan (Kotler, 2007: 205). Dalam personal selling
setiap perorangan memiliki kekuatan untuk menciptakan komunikasi dua arah
yang secara langsung dapat memberikan respon berupa pertanyaan maupun
keberatan. Dengan kata lain konsumen menjadi lebih dekat dengan produk
atau jasa karena memperoleh informasi lebih detail mengenai produk atau jasa
yang ditawarkan (Boyd, Walker, Larrche, 1997: 104).
e. Public Relations
Public relations merupakan bentuk pemasaran yang terdiri dari berbagai
berbagai program untuk mepromosikan dan/atau melindungi citra perusahaan
atau produk individualnya (Kotler, 2007: 205). Public relations mencoba
untuk
membuat
dan
mengontrol
berita,
dan
pengumuman
yang
mempublikasikan perusahaan kepada masyarakat tanpa melalui belanja media.
19
Manajer pemasaran mengambil keuntungan dari public relations untuk
membangun dan memperkuat brand mereka (Robinson, 2006: 247).
F.
Kerangka Konsep
Melalui kerangka pemikiran yang ada, maka konsep-konsep yang digunakan
dalam penelitian ini akan dipaparkan sebagai berikut.
1.
Aspek Eksternal dalam Bisnis
Konsep mengenai bisnis penelitian ini mencakup pertimbangan terhadap
aspek eksternal dalam bisnis, yakni aspek ekonomi dan aspek politik dalam bisnis.
Aspek ekonomi berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi suatu daerah, tingkat
suku bunga, nilai tukar, kebijakan finansial dan fluktuasi harga yang berhubungan
dengan tingkat permintaan dan penawaran suatu barang atau jasa. Sedangkan
aspek politik berhubungan dengan campur tangan pemerintahan yang juga
memberikan dampak bagi perekonomian suatu perusahaan, antara lain kebijakan
pajak, aturan dan hukum perburuhan, lingkungan hukum di suatu tempat,
pembatasan perdagangan, tarif serta stabilitas politik suatu negara atau tempat di
mana perusahaan bisnis itu berada. Pertimbangan terhadap aspek ekonomi dan
politik kemudian berhubungan dengan pendekatan kepada konsumen dan strategi
pemasaran yang disusun. Elemen penting yang kemudian perlu diperhatikan
dalam strategi pemasaran adalah elemen segmentation, targeting dan positioning.
2.
Strategi Pemasaran Segmentation, Targeting dan Positioning
Dalam penelitian ini, elemen dasar yang dianggap penting dalam menyusun
sebuah strategi pemasaran terdiri dari tiga langkah, yaitu menentukan segmentasi
pasar (segmentation), membidik target pasar (targeting) serta menentukan posisi
pasar (positioning). Penentuan segmentation sendiri terdiri atas segmentasi
geografis (geographic segmentation), segmentasi demografis (demographic
segmentation), segmentasi perilaku (behavioral segmentation) dan segmentasi
psikografis (psychographic segmentation). Sedangkan dalam penentuan target
pasar (targeting), perusahaan dapat memilih satu atau kombinasi dari tiga pilihan
strategi pemasaran, yaitu undifferentiated marketing, differentiated marketing, dan
20
concentrated marketing. Perhatian terhadap elemen segmentation, targeting dan
positioning kemudian perlu diterapkan melalui suatu aktivitas komunikasi
pemasaran yang terpadu dan terintegrasi atau sering disebut sebagai Integrated
Marketing Communications (IMC).
3.
Integrated Marketing Communications (IMC)
Konsep komunikasi pemasaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teori mengenai komunikasi pemasaran yang berfokus pada Integrated Marketing
Communications (IMC) milik Schultz dengan bentuk-bentuk komunikasi
pemasaran yang dipilih terdiri dari lima aktivitas komunikasi pemasaran yang
paling spesifik dan sering digunakan dalam komunikasi pemasaran, yakni
advertising, direct marketing, sales promotion, personal selling dan public
relations.
G.
Model Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan model penelitian seperti yang
terlihat pada bagan 1.1. Penelitian dimulai dengan menguraikan konsep awal
gambaran bisnis karaoke yang lebih berfokus pada aspek eksternal dalam bisnis,
yakni aspek ekonomi dan politik. Setelah itu, aspek ekonomi dan politik tersebut
akan dikaitkan dengan strategi pemasaran dengan elemen penyusun yang terdiri
atas segmentation, targeting dan positioning. Terakhir, pertimbangan terhadap
aspek ekonomi dan politik dalam bisnis serta kaitannya dengan elemen
segmentation, targeting dan positioning akan digunakan sebagai acuan dalam
mendeskripsikan penerapan Integrated Marketing Communications di PT Halo
Rumah Bernyanyi.
21
Bagan 1.1.
Model Penelitian
Strategi Pemasaran
- Segmentation
- Targeting
- Positioning
Aspek Eksternal dalam Bisnis
- Ekonomi
- Politik
Integrated Marketing Communications (IMC)
- Advertising
- Direct marketing
- Sales promotion
- Personal selling
- Public relations
-
(Diadaptasi dari: Kotler dan Amstrong, 2001: 600)
-
H.
Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian terdiri atas metode penelitian, informan penelitian,
lokasi dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.
1.
Metode Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti mengambil jenis penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bersifat
menggambarkan atau melukiskan sesuatu hal. Maksud dari penggambaran atau
pelukisan suatu hal yaitu penggambaran berbagai gambar dan foto yang didapat
dari data lapangan maupun penggambaran melalui penjelasan kata-kata (Usman
dan Purnomo, 2008: 129). Penggambaran yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah penggambaran melalui kata-kata mengenai penerapan Integrated
Marketing Communications (IMC) dari PT Halo Rumah Bernyanyi yang dilihat
dari aspek ekonomi dan politik dalam bisnis serta elemen strategi pemasarannya,
yakni segmentation, targeting, positioning.
22
Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah (Moleong, 1996:
3): “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. Pendekatan
secara kualitatif mengarah pada pandangan terhadap latar dan individu yang akan
diteliti sebagai suatu keutuhan, sehingga tidak boleh diisolasi ke dalam bentuk
variabel atau hipotesis. Dari data lapangan yang diperoleh, peneliti akan
mendeskripsikan mengenai penerapan Integrated Marketing Communications
(IMC) dari PT Halo Rumah Bernyanyi yang dilihat dari aspek ekonomi dan
politik dalam bisnis serta elemen strategi pemasarannya, yakni segmentation,
targeting, positioning.
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah studi kasus. Studi
kasus adalah pengujian intensif menggunakan berbagai sumber bukti, baik
kualitatif, kuantitatif, atau keduanya, terhadap satu kejadian atau realitas yang
dibatasi oleh ruang dan waktu. Tujuan studi kasus adalah meningkatkan
pengetahuan mengenai peristiwa-peristiwa komunikasi kontemporer yang nyata
(Daymon, 2008: 162). Pada penelitian ini, kasus yang diambil menjadi fokus
adalah komunikasi pemasaran PT Halo Rumah Bernyanyi yang akan dianalisis
dengan teori Integrated Marketing Communications (IMC). Keunikan yang
terdapat dalam kasus ini terletak pada kondisi PT Halo Rumah Bernyanyi sebagai
informan penelitian, di mana PT Halo Rumah Bernyanyi yang merupakan
perusahaan bisnis waralaba baru dan berfokus pada bidang jasa hiburan family
karaoke menaungi brand yang berbeda serta lokasi yang berbeda pula dari kedua
brand yang dinaunginya itu, yaitu Hello Family KTV yang berada di Seturan,
Yogyakarta dan Inul Vizta FKTV yang berada di The Park Mall, Solo. Hal ini
membuat PT Halo Rumah Bernyanyi perlu memiliki strategi Integrated
Marketing Communications (IMC) yang berbeda dalam melakukan promosi,
meraih dan berkomunikasi dengan konsumen. Peneliti ingin mengetahui lebih
dalam mengenai proses PT Halo Rumah Bernyanyi dalam memandang serta
menjalankan bisnis karaoke pada dua brand yang berbeda serta pengaruhnya
terhadap
strategi
pemasaran
serta
penerapan
Integrated
Marketing
23
Communications (IMC) yang dilakukan PT Halo Rumah Bernyanyi kepada dua
brand tersebut.
2. Informan Penelitian
Lodico, Spaulding dan Voegtle dalam Emzir (2010: 7) menjelaskan bahwa
informan atau subjek penelitian merupakan individu yang dipilih melalui metode
nonrandom berdasarkan kemampuan individu dalam memberikan informasi
penting dari pertanyaan yang diajukan dalam penelitian. Pada penelitian ini,
informan penelitian adalah pihak Operation Director dan Marketing Director dari
PT Halo Rumah Bernyanyi sebagai pihak yang bertanggung jawab pada proses
perencanaan komunikasi pemasaran di PT Halo Rumah Bernyanyi dan dua
perusahaan yang dinaunginya, yaitu Hello FKTV Yogyakarta dan Inul Vizta
FKTV The Park Mall, Solo. Lalu pihak yang menjadi jembatan antara perencana
dengan eksekutor sekaligus menjadi wakil Marketing Director dalam melakukan
kontrol terhadap komunikasi pemasaran di outlet Inul Vizta FKTV The Park Mall
Solo, yakni Operation Manager Inul Vizta FKTV The Park Mall, Solo. Terakhir,
pihak yang melaksanakan komunikasi pemasaran yang telah direncanakan
(eksekutor), yakni Marketing Officer dari Hello FKTV Yogyakarta dan Inul Vizta
FKTV The Park Mall Solo.juga dipilih peneliti menjadi informan penelitian ini.
Peneliti memilih Informan penelitian dari dua bagian tanggung jawab yang
berbeda agar peneliti dapat melakukan verifikasi data lebih dalam serta
mengambil perbandingan berdasarkan topik penelitian, yakni bagaimana pihakpihak yang menjadi informan penelitian memandang aspek ekonomi dan politik
dalam bisnis serta aspek segmentation, targeting, positioning yang berpengaruh
terhadap penerapan Integrated Marketing Communications (IMC) di PT Halo
Rumah Bernyanyi.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang diambil untuk memperoleh data penelitian ada di tiga tempat,
yakni PT Halo Rumah Bernyanyi yang berlokasi di lingkungan Perumahan Casa
Grande, Condong Catur, Yogyakarta, serta dua brand yang dinaungi oleh PT Halo
24
Rumah Bernyanyi, yakni Hello Family KTV yang berada di Seturan, Yogyakarta
dan Inul Vizta FKTV yang berada di The Park Mall, Solo. Adapun waktu dalam
melaksanakan penelitian adalah bulan Juni 2015. Peneliti mengambil waktu
selama sebulan karena disesuaikan dengan kondisi waktu dan kesibukan dari para
informan penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data utama yang digunakan peneliti untuk mendapatkan
data primer dalam penelitian adalah wawancara mendalam dan dokumen lokasi.
Wawancara merupakan suatu percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee) dengan maksud
tertentu. Wawancara juga dapat didefinisikan sebagai interaksi di antara dua orang
dalam situasi saling berhadapan. Peneliti melakukan wawancara untuk meminta
informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti mengenai pendapat dan
keyakinannya (Emzir, 2010: 50). Dalam penelitian ini, wawancara yang dilakukan
terdiri atas sejumlah pertanyaan yang telah dipersiapkan oleh peneliti mengenai
penerapan Integrated Marketing Communications (IMC) yang dijalankan oleh PT
Halo Rumah Bernyanyi yang dilihat dari aspek ekonomi dan politik dalam bisnis
serta elemen strategi pemasarannya, yakni segmentation, targeting, positioning.
Topik penelitian diajukan peneliti secara tatap muka, lalu kemudian peneliti
merekam semua jawaban yang dikemukakan oleh informan penelitian. Selain
melakukan wawancara mendalam, peneliti juga menggunakan dokumen lokasi
untuk melengkapi data dari wawancara mendalam. Dokumen lokasi dapat
berfungsi untuk menambah informasi dan pemahaman peneliti terhadap lokasi dan
informan penelitian (Emzir, 2010: 61). Pada penelitian ini, penulis mengumpulkan
dokumen berupa informasi dan data mengenai penerapan Integrated Marketing
Communications (IMC) dari PT Halo Rumah Bernyanyi.
5.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi
tiga tahap, yakni menangkap fenomena, pemrosesan data dan kategorisasi data
25
(Keyton, 2006: 291). Langkah pertama dalam proses analisis data kualitatif adalah
menangkap fenomena. Fenomena yang dimaksud adalah segala hal yang
ditemukan pada saat di lapangan, seperti tatanan tempat (setting), dan interaksi
yang terjadi antara peneliti dengan informan penelitian lalu memisahkannya
dengan data yang telah dikumpulkan. Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan
wawancara kepada informan penelitian yang telah dipilih. Peneliti akan
memberikan pertanyaan serta menangkap jawaban dan interaksi yang terjadi saat
wawancara mendalam antara peneliti dengan informan penelitian mengenai
penerapan Integrated Marketing Communications (IMC) di PT Halo Rumah
Bernyanyi. Selain itu, peneliti juga akan membaca kondisi dan situasi di lokasi
penelitian yang berhubungan dengan data yang dibutuhkan peneliti tentang proses
PT Halo Rumah Bernyanyi dalam memandang serta menjalankan bisnis karaoke
pada dua brand yang berbeda aspek ekonomi dan politik serta hubungan terhadap
konsumen dalam bisnis, elemen dasar dari strategi pemasaran, yakni
segmentation, targeting dan positioning serta pengaruhnya pada penerapan
Integrated Marketing Communications (IMC) yang dilakukan PT Halo Rumah
Bernyanyi kepada dua brand tersebut.
Langkah kedua yang dilakukan adalah pemrosesan data. Pada poin ini
peneliti memproses data ke dalam unit-unit yang bermakna. Artinya, peneliti
melakukan pengurangan dan penataan data menjadi per permasalahan, judul, tema
atau interaksi. Pada tahap ini, peneliti mulai memroses data mengenai komunikasi
pemasaran dari PT Halo Rumah Bernyanyi yang telah dikumpulkan dari hasil
wawancara untuk dilakukan pengaturan dan pengelompokan data menjadi
beberapa bagian sesuai dengan kerangka pemikiran yang ada, antara lain
mengenai aspek ekonomi dan politik serta hubungan terhadap konsumen dalam
bisnis, elemen dasar dari strategi pemasaran, yakni segmentation, targeting dan
positioning serta pengaruhnya terhadap penerapan aktivitas dan bentuk-bentuk
Integrated Marketing Communications (IMC) yang di dilakukan oleh PT Halo
Rumah Bernyanyi kepada target pasar dan konsumen yang menjadi sasaran
perusahaan.
26
Langkah ketiga adalah pengkategorisasian data. Pengkategorisasian data
juga berguna untuk mengurangi data yang tidak berhubungan dengan penelitian.
Kategorisasi dapat ditarik dari literatur yang dijadikan untuk membangun desain
penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti mengkategorisasikan data melalui
pengurangan data-data wawancara yang tidak berhubungan dengan penelitian
kemudian akhirnya melakukan analisis mengenai penerapan Integrated Marketing
Communications (IMC) yang dilakukan PT Halo Rumah Bernyanyi yang dilihat
dari aspek ekonomi dan politik serta hubungan terhadap konsumen dalam bisnis,
kemudian dilihat pula dari elemen dasar dari strategi pemasaran itu sendiri, yakni
segmentation, targeting dan positioning.
27
Download