2 Fresh JUICE ! Vol. 21/2011 Fresh JUICE ! refresh your soul Fresh JUICE ! Fresh Juice adalah buku renungan harian berdasarkan penanggalan liturgi Katolik. Dibuat oleh para anggota DOJ Bali. (www.DOJCC.com). Terbit sebulan sekali di awal bulan. Untuk informasi berlangganan hubungi : Nathasa (0361 - 85 11223) Kritik dan saran : [email protected] Fresh JUICE ! Team Moderator: Rm. Hady Setiawan,Pr Penasihat : Herry Respatia Pemimpin Umum : Yovie Setiawan Pemimpin Redaksi : Nathasa Editor : Nathasa, Herry Respatia, Yovie Penulis :Nathasa, Lulu, Adhi, Martina, Agatha, Fransiska, Hanz, Franky, Yovie, Diakon Vincent MGL, Ardhi, Jeff, Rina, Rm. Jopeph, MGL, Bro Wenz MGL, Sr. Benedicta, Fr. Mattheus, Fr David Langganan & Marketing Iklan : Nathasa (0361- 85 11223) Distribusi : Anggota DOJ Bali Seluruh hasil Fresh Juice akan disumbangkan untuk pembangunan Rumah Retret di Bedugul Sumbangan dapat disalurkan ke : Bank BCA A/C No. 611 033 7785 An. Flora Ida W Harap sms / telpon 0361 - 8511223 untuk konfirmasi. Sapaan Redaksi Halo…halo…halo teman-teman semua…. Puji Tuhan, bulan Juli yang lalu DOJCC dan tim misi dari Australia telah mengadakan Seminar dan Retret Hidup Dalam Roh Kudus. Seminar dan Retret telah berjalan dengan baik dan banyak teman-teman baru. Semuanya menyenangkan. Bagi teman-teman baru yang mungkin belum kenal dengan Fresh Juice, kami hendak memperkenalkan diri. Ehem…ehem… Temanteman, Fresh Juice (FJ) adalah renungan harian yang dibuat sesuai dengan penanggalan liturgi Katolik dan ditulis oleh para anggota DOJ, baik yang ada di Bali, Sulawesi, Surabaya dan Australia. Dan ada juga saudari kita yang menjalankan panggilan sebagai suster OSB di Italia. Dengan FJ kami berusaha membagikan pengalaman kami akan Tuhan. Kami percaya setiap dari kita pasti mempunyai pengalaman yang berbeda-beda akan kasih Tuhan. Dengan membagikan pengalaman itu, kita akan diingatkan kembali bahwa kita punya Allah yang penuh Kasih dan Harapan. Semoga Fresh Juice yang akan kita nikmati sehari-hari ini dapat membuat kita semakin dekat dan mengenal Dia, Allah Tuhan dan Juruselamat kita. Dan namaNya akan semakin dimuliakan dan dipuji. Salam Fresh Juice… Tuhan Yesus memberkati Fresh JUICE ! managed by : Vol. 21/2011 www.DOJCC.com Fresh JUICE ! 3 1 Agustus 2011 : Kalo ada Papa, baru nggak takut Alfonsus Maria de Liguori Bil 11:4b-15, Mzm 81:12-13,14-15,16-17, Mat 14:22-36 Mat 14:27 Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Mat 14:28 Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: “Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” “Pa, temani Yoyo tidur dong” pinta Yoyo, anak saya suatu malam. ”Kenapa Yoyo nggak berani tidur sendiri. Katanya mau punya kamar sendiri” tanya saya, papanya. “Kalo ada papa, baru Yoyo gak takut” kata Yoyo lagi dengan wajah memelas. Walaupun anak-anak kami sekarang bertambah besar, Yonathan umur 10 tahun dan Vina tahun ini akan 8 tahun, tapi tetap saja terkadang setiap malam mereka minta ditemani untuk tidur. Walaupun kamar kami dengan anak-anak bersebelahan tetap saja terkadang mereka takut untuk tidur sendiri. Saya pikir gak pa pa lah saya temani, karena moment ini gak akan bisa terulang lagi kalau mereka sudah besar, Anak-anak kami tahu saat mereka ditemani orang tua nya, ketakutan mereka hilang. Mereka tahu saat orangtua mereka ada disisi mereka, kekhawatiran dan mungkin keresahan sebelum tidur pun sirna. Mereka tahu orangtua akan menjaga mereka saat tidur. Mereka merasa aman dan nyaman karena ada orangtua yang mendekap mereka. Injil hari ini mengingatkan kita betapa besar iman Petrus akan Yesus. Sesungguhnya saat Petrus mengatakan “Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air,” ia ingin mengatakan bahwa dengan perintah Yesus, ia pasti bisa berjalan di atas air. Dan memang terbukti Petrus bisa berjalan di atas air. Namun hanya untuk sesaat. Saat angin kembali datang iman Petrus kembali goyah, takut dan ia pun mulai tenggelam. Syukurlah Yesus akhirnya menolong Petrus. Seringkali kita juga mempunyai iman seperti Petrus. Iman yang hanya sebatas perkataan di bibir saja. Iman yang hanya sebatas di permukaan kulit saja. Yesus tak menginginkan iman yang hanya sesaat. Yesus menginginkan iman yang sungguh – sungguh berserah dan percaya padaNya. Iman yang tetap berpegang teguh bukan saja saat semuanya berjalan lancar dan berkat mengalir, namun iman yang teguh yang tetap percaya padaNya walaupun badai datang silih berganti dalam kehidupan kita. Iman yang percaya bahwa semuanya akan indah pada waktuNYA Sehingga kita bisa berkata seperti kata Yoyo pada papanya ”kalo ada Papa, baru Yoyo nggak takut” yovie 4 Fresh JUICE ! Vol. 21/2011 2 Agustus 2011 : I’ve been BLESSED by YOU Eusebius Vercelli, Petrus Yulianus Eymard, August Czartoryski, Yohanes dr Rieti, Petrus Faber Bil 12:1-13, Mzm 51:3-4,5-6a,6bc-7,12-13, Mat 15:1-2,10-14 Bilangan 12:13 “Lalu berserulah Musa kepada kepada Tuhan: ‘Ya, Allah, sembuhkanlah kiranya dia’.” Banyak di antara kita yang bila melihat orang lain diberkati, dia pun akan berkata, ‘Aku juga pengen punya rumah!” atau melihat temannya memiliki mobil, dia pun berkata, ‘Suatu hari nanti aku harus bawa mobilku sendiri!’ juga bila ada yang bisa jalan-jalan ke luar negeri, dia berseru, “Mauuu, aku mau bisa seperti itu!” dan masih banyak lagi hal-hal yang diinginkannya, diucapkannya agar diberkati seperti itu. Tetapi apakah yang keluar dari mulutnya terhadap sesamanya itu? Inilah yang selalu saya dengar, “Beli mobil kog, cari yang gaya Eropa. Terlalu mahal tuh! Ya, ampun, ternyata dia suka saingan sama orang lain, dia selalu mau terlihat lebih dari yang lain! Emang, cuman dia yang bisa? Wah!, keciil! Pantasnya, dia dapat yang jelek! Atau, mana mungkiiin! Ngaca dong!” dan banyak lagi, bahkan yang lebih buruk serupa katakata kutukkan. Tentang ucapan-ucapan seperti inilah Yesus bersabda dengan keras, ‘Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang.” Mengapa? Karena kata seperti itu keluar dari hati yang pahit, diliputi roh iri dan dengki. Dalam bacaan hari ini, mulai dari Kisah Miryam yang mengatai Musa karena Musa memilih wanita lain menjadi istrinya dan orang-orang Farisi yang memprotes Yesus karena murid-muridNya melanggar adat istiadat, menimbulkan kegusaran Allah. Baik Miryam maupun orang-orang Farisi, mengeluarkan kata-kata yang tidak memberkati, karena keluar dari hati yang pahit dan iri dengki. Miryam ditegur Allah dengan penyakit kusta dan Yesus menegor orang-orang Farisi dengan keras, sampai menyebut mereka ‘orang buta menuntun orang buta.’ Kita sadar sekarang, betapa dosa iri dan dengki yang menyebabkan orang-orang mengatakan hal-hal yang buruk tentang sesamanya, menimbulkan kemarahan Allah. Maka marilah kita belajar dari Musa yang lembut hatinya, yang memberkati dengan kata-kata seruannya kepada Allah. Ketika Harun melihat bahwa Miryam kena kusta, Harun memohon maaf kepada Musa dan seketika Musa berseru, memohon kesembuhan bagi Miryam, walaupun Tuhan menangguhkan kesembuhan itu sampai tujuh hari sebagai ganjaran bagi dosa Miryam. Jadilah berkat bagi sesama dengan perkataanmu. Bila Anda merasa belum sanggup, setiap hari mintalah hati yang murni dan berdoalah demikian, “Tuhan, kekanglah lidahku dan berjagalah pada pintu bibirku.” (Narita) Vol. 21/2011 Fresh JUICE ! 5 3 Agustus 2011 : Jangan Menyerah Bil 13:1-2a,25,14:1,26-29, Mzm 106:6-7a,13-14,21-22,23, Mat 15:21-28 Mat 15:28 ”Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki” Pada hari ini kita mendengar sabda Yesus melalui penginjil Matius tentang seorang perempuan Kanaan yang mempunyai seorang anak perempuan yang dirasuki setan. Tampaknya sudah tidak ada harapan lagi bagi anak perempuannya untuk sembuh sampai suatu hari ia mendengar bahwa Yesus berada di daerahnya. Perempuan yang putus asa ini datang kepada Yesus dengan permasalahannya karena percaya bahwa Yesus dapat membantunya. Ia memohon kepada Yesus walaupun ada hal yang merintangi sehingga orang tidak memihak kepadanya: ras dan latar belakang agama. Para murid dan bahkan Yesus tidak memperhatikannya (Mat. 15:22-27). Walaupun ada banyak hambatan, perempuan itu tidak menyerah. Dengan tekad yang mengagumkan, ia berusaha mendekati Yesus. Melihat kegigihannya, Yesus memuji iman perempuan Kanaan ini: ”Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki” (Mat 15:28). Keteguhan hati perempuan Kanaan inilah yang dipuji Yesus. Beriman menuntut sikap hidup yang konsisten serta tidak mudah menyerah pada keadaan. Selama kita beriman pada belas kasih Allah dan kuasa penyembuhan-Nya, jangan mudah menyerah pada keadaan. Ketika kita terus bertanya, mencari, dan mengetuk dengan penuh kepercayaan, kita akan menemukan anugerah Tuhan yang berlimpah. Dalam bacaan pertama, umat Israel dalam ketidakpercayaannya bersungut-sungut sehingga menimbulkan murka Tuhan, sekali lagi mereka menguji kesabaran Tuhan tidak seperti perempuan Kanaan yang begitu sabar dan percaya pada kuasa Tuhan. Santo Benediktus mengatakan bersungut-sungut adalah dosa yang sangat melemahkan iman (S.Regola). Ketidakpercayaan orang-orang beriman membuat mereka menjadi lemah dan tidak mampu berjuang karena hanya memperhitungkan kemampuan manusiawi mereka yang terbatas. Tuhan menegur dan menghajar umat Israel dengan keras agar mereka lebih percaya dan berserah dalam tangan-Nya. Hanya Dia yang berkuasa atas lsegala sesuatu di bumi dan di surga. Tuhan, teguhkanlah imanku akan kuasa dan belaskasih-Mu dalam hidupku. Janganlah membiarkan aku cepat menyerah dalam menghadapi segala tantangan hidup ini. Amin. Sr. Maria Margareth,O.S.B 6 Fresh JUICE ! Vol. 21/2011 4 Agustus 2011 : Jangan Keraskan Hati Yohanes Maria Vianney Bil 20:1-13, Mzm 95:1-2,6-7,8-9, Mat 16:13-23 Mzm 95:8 Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, Apakah Anda sudah punya jawaban yang pasti ketika Anda diberi pertanyaan “Apakah tujuan Tuhan menciptakan Anda?” Mungkin kata pertama yang keluar dari mulut Anda adalah “Hmm..” “Hmm.. yang pasti untuk tujuan yang baik lah. Rancangan Tuhan kan bukan rancangan kecelakaan.” Saya dan Anda jelas percaya tujuan Tuhan menciptakan kita pasti baik adanya. Tapi mungkin yang terkadang tidak kita sadari adalah bagaimana Tuhan bekerja membentuk hidup kita supaya tercapailah tujuanNya menciptakan kita. Atau mungkin kita sadari tapi tetap ingin bersandar pada pengertian diri kita sendiri. Kalau Anda adalah karyawan yang sudah bekerja selama beberapa tahun di sebuah perusahaan dan di hati kecil Anda ada keinginan suatu saat Anda punya usaha sendiri, tapi sampai detik ini pun Anda tetap menandatangani perpanjangan kontrak? Mungkin karena Anda berpikir Anda belum cukup mampu, Tuhan belum membukakan jalan, belum berani untuk rugi. Luangkanlah waktu dan curhatlah dengan Tuhan, Dia sudah punya jawaban untuk Anda, dengarkan saja dan terbukalah. Kalau Anda sekarang merasa sudah cukup dewasa untuk membina sebuah rumah tangga tapi tak kunjung menemukan pasangan yang tepat dan Anda semakin takut dikejar masalah usia, tapi Anda pun memiliki tipe khusus dalam mencari pasangan, bilanglah pada Tuhan bahwa Anda mau dipertemukan dengan pasangan hidup yang juga mencintai Tuhan lebih dari apapun, sisanya pasti akan ditambahkan dengan sendirinya. Kalau Anda saat ini merasa menjadi orang yang paling menderita dengan semua permasalahan hidup yang campur aduk menerjang, dan Anda hampir menyerah karena merasa sudah berkali – kali Anda memohon pada Tuhan tapi tak kunjung menenmukan jawaban, berdoalah terus dan terus lagi. Tuhan saja tidak pernah bosan mengampuni kita yang sering jatuh ke dalam dosa yang sama, kita pun harus tetap setia bersandar padaNya. Karena ketika kita semakin mengandalkan kekuatan kita sendiri, ingatlah bahwa Tuhan yang menciptakan kita, Tuhan yang punya tujuan untuk hidup kita. Janganlah mengeraskan hati dan bersandar pada pengertian kita sendiri. Maia Vol. 21/2011 Fresh JUICE ! 7 5 Agustus 2011 : Pengalaman Akan Allah Pemberkatan Gereja Basilik Santa Perawan Maria Ul 4:32-40, Mzm 77:12-13,14-15,16,21, Mat 16:24-28 Mat 16:25-26 “Barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?” Kitab Ulangan kali ini berisi tentang kilas balik sejarah Israel sebagai bangsa. Keberadaan mereka sebagai bangsa di dunia tidak terlepas dari karya agung Allah. Allah yang lebih dahulu memperkenalkan diri lewat semak yang berduri. Allah sendiri yang kemudian memimpin mereka keluar dari Mesir. Allah sendiri yang memimpin mereka keluar dari padang gurun dan memimpin mereka masuk ke tanah terjanji. Singkatnya, bagi Israel, mempelajari sejarah, sama dengan mencoba melihat kembali karya Allah yang bekerja dalam hidup mereka. Sejarah bagi Israel berarti mengkaji karya Allah dalam konteks lahirnya mereka sebagai bangsa. Dengan demikian, eksistensi Allah menjadi sumber hidup mereka sebagai bangsa. Dengan latar belakang pemikiran di atas, maka saya kira kita bisa memahami kutipan Injil Matius di atas. Sebagai pengikut Kristus, kita percaya bahwa Yesus bukan hanya sekedar tokoh sejarah yang berpengaruh di masa lampau. Yesus adalah tokoh sejarah, tetapi pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Kali ini kita diajak untuk merefleksikan kembali pertemuan-pertemuan kita dengan Allah dalam sejarh hidup kita masingmasing. Bagi saya sendiri yang dibaptis sejak bayi, pengalaman saya akan Allah yang paling istimewa tentunya saat komuni pertama. Saya merasa bahwa saya diterima secara penuh menjadi anggota Gereja. Saya bukan lagi orang luar yang belum layak menerima Tubuh Kristus. Saya ingat, betapa tidak sabarnya saya menunggu giliran untuk bangkit dan berbaris menerima Tubuh Kristus. Rasanya seperti mau menerima menerima trophi atau penghargaan atau diwisuda. Semua mata serasa hanya tertuju pada saya saat saya berjalan penuh percaya diri menerima Tubuh Kristus. Bagi saya saat itu, adalah saat istimewa. Karena itu tidak heran, kalau setelah peristiwa tersebut, saya jadi lebih sering ke Gereja, bukan lagi untuk sekedar bermain, tetapi untuk menerima Tubuh Kristus, mengecapi keistimewaan sebagai anggota penuh Gereja Allah. Ke Gereja tiap minggu menjadi suatu kebutuhan ketimbang kewajiban, sepertinya ada yang kurang kalau tidak ke Gereja tiap minggu. Tiap orang tentu punya pengalaman berbeda akan karya Allah yang kita rasakan dalam diri kita. Nah, hari ini kita diajak untuk melihat kembali pengalaman tersebut dan kemudian merasakannya sebagai bagian terpenting dari identitas kita sebagai manusia, bahwa tanpa pengalaman akan Allah, kita serasa mati. Fr. Wenz 8 Fresh JUICE ! Vol. 21/2011 6 Agustus 2011 : Tuhan Adalah Raja Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya Dan 7:9-10,13-14, atau 2Ptr 1:16-19, Mzm 97:1-2,5-6,9, Mat 17:1-9 Mat 17:5b “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia” Beberapa hari yang lalu sahabat saya sewaktu di SMUK St.Louis Surabaya mengirimkan sebuah sms.Sudah lama kami tidak “chatting” atau saling menelpon. Kami bersahabat kurang lebih 13 tahun waktu yang cukup lama. Seperti biasanya kami saling menanyakan kabar masing-masing,keluarga, pekerjaan, kehidupan rohani sampai sahabat saya ini bilang bahwa saat ini dia sedang bergumul hendak menikah atau hidup single. Saya sempat kaget sekali karena sebelumnya dia sempat berhubungan dengan seseorang.Hal ini membuat saya bertanya-tanya, apakah kamu sudah mempertimbangkan dengan matang?! Lalu dalam pembicaraan kami selanjutnya dia bercerita lebih detail lagi yang inti dari pembicaraan tersebut adalah dia sedang mengalami “kekeringan” Dimana dilingkungan kerjanya semua sudah pada menikah, tuntutan keluarga dan kegagalan demi kegagalan yang dia alami, sehingga secara tidak langsung hal ini cukup berpengaruh pada keputusannya. Saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus, Injil pada hari ini yang mengisahkan tentang Tuhan Yesus yang dimuliakan diatas gunung.Karena Tuhan Yesus adalah Raja. “Inilah Anak yang Kukasihi... Dengarkanlah Dia”.Ketika kita menerima pembabtisan Dalam nama Bapa Putera dan Roh Kudus, kita telah menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, Tuhan adalah Raja yang berkuasa atas hidup kita. Didunia modern ini seringkali kita menjadi “Raja-Raja Kecil” atas hidup kita, dengan berbekal pengalaman hidup beberapa tahun usia kita, 20 tahun, 40tahun atau bahkan 60tahun sekalipun, kita sudah merasa tahu banyak hal tentang apa yang terbaik bagi masa depan kita. Baik dalam hal pilihan hidup, pekerjaan atau bisnis, keluarga, pelayanan, kesembuhan dsb. Pengaruh lingkungan dimana kita tinggal baik lingkungan keluarga, kerja, masyarakat dsb juga cukup berperan penting dalam setiap pengambilan keputusan. Hal itulah yang selama ini cukup berpengaruh untuk menjadi “Bekal” mengambil setiap keputusan.Jika kita mengakui dan percaya bahwa Tuhan Yesus yang adalah Raja bukankah sangat masuk akal jika Tuhan Yesus “Maha tahu” apa yang “Terbaik” bagi hidup kita. Jadi sudah selayaknya bagi kita untuk “mendengarkan Dia” Tuhan adalah pribadi yang sangat rendah hati. Dia sangat memahami kita, masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Jadi rancanganNya selalu “TEPAT” untuk setiap pribadi. Janganlah pernah membatasi karyaNya sebatas pola pikir kita, Dia lebih dari itu, karena Dia selalu Up to date lebih dari yang kita bayangkan, selalu kreatif oleh karena itu kita menyebutnya “Maha Kuasa”. Biarlah Tuhan Yesus berkuasa atas hidup kita. Bertahta menjadi Raja, dan terimalah pemeliharaanNya.. Bersediakah anda?!! Lulu Vol. 21/2011 Fresh JUICE ! 9 7 Agustus 2011 : Tuhan Yang Selalu Menolong Hari Minggu Biasa XIX 1Raj 19:9a,11-13a, Mzm 85:9ab-10,13-14, m 9:1-5, Mat 14:22-33 Mat. 14: 27 Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Dua tahun yang lalu aku pergi ke tempat temanku untuk makan malam bersama keluarganya. Sementara kami menikmati makan malam, sang istri menceriterakan pengalaman mereka ketika terjadi suatu kerusuhan di Ambon. Anak-anak mereka waktu itu masih sangat kecil. Saat terjadi kerusuhan itu, Sang Istri berusaha untuk meyakinkan anak-anak tentang apa yang sedang terjadi dan berusaha untuk menenangkannya. Si kecil waktu itu berumur sekitar 5 tahun. Dengan suara gemetar dan takut sang anak bertanya, “Mami, apa bunyi tembakan itu? Bagaimana dengan kita Mummy?” Sang Ibu berusaha menenangkan dirinya lalu menjawab sang anak, “Jangan takut, nak, kita akan baik-baik saja. Kita akan tetapi dilindungi oleh Tuhan.” Mendengar suara Ibu, sang anakpun berusaha untuk tidur di tengah keributan malam itu. Dengan penuh air mata, sang Ibu mengatakan, “Romo malam itu aku memasang lilin di atas kursi lalu ditutup dengan dengan sebuah kotak agar tidak kelihatan. Dan luar biasanya keagungan Tuhan, kami bertiga tidur dengan aman dibahwa nyalan lilin itu. Sekalipun terus bernyala tetapi kotak itu tidak terbakar. Puji Tuhan!” Di dalam Injil hari ini kita mendengarkan cerita tentang para rasul yang ketakutan ketika mereka melihat Yesus datang menghampiri mereka sambil berjalan di atas air. Hati mereka sungguh digelapkan oleh kelamnya malam itu. Hati mereka juga dibekukan oleh dinginnya malam itu. Karena itu ketika mereka melihat Yesus, kekelaman dan kedinginan malam itu berubah suka cita menjadi suatu ketakutan. Mereka sampai mengatakan, “Itu hantu!” Lalu berteriak-teriak karena takut. Melihat kedangkalan iman mereka, Yesus berkata, “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Pada saatketakutan yang sangat itu Tuhan datang dan memberikan suatu harapan dan peneguhan batin. Di dalam realitas hidup kita, ketika kita dilanda suatu bencana atau sesuatu cobaan, kita sering diliputi perasaan takut, cemas dan bimbang. Dengan adanya perasaan itu kita cendrung ingin mendapatkan jawaban yang cepat. Kita ingin tahu apa sebabnya dan ingin bebas dari perasaan ini. Namun banyak kali kita tidak memperoleh apa yang kita inginkan. Namun hari ini, kita diajak untuk selalu mendengarkan suara Tuhan. Kita diajak untuk datang dan berlari mendapatkan Yesus yang selalu menolong. Sama seperti istri temanku itu, dia berusaha menenangkan anaknya dan mengajaknya untuk berdoa dan percaya dengan teguh kepada Tuhan yang selalu menolong. Rm. Joseph 10 Fresh JUICE ! Vol. 21/2011 8 Agustus 2011 : Bersyukur Dominikus Guzman Ul 10:12-22, Mzm 147:12-13,14-15,19-20, Mat 17:22-27 Ul 10:12-13 “..takut akan Tuhan, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, berpegang pada perintah dan ketetatapan Tuhan supaya baik keadaanmu” Beberapa waktu yang lalu, beredar sebuah video di dunia maya yang berjudul “chicken ala carte”. Dikisahkan sebuah potret kota metropolitan, di sebuah restoran cepat saji, banyak pengunjung yang memesan makanan yang berlimpah ruah namun tidak dihabiskan. Setelah restoran tutup, ada seorang pemulung yang mengumpulkan sisasisa makanan yang telah dibuang dari restoran tersebut, lalu membawanya pulang. Di rumah dia disambut dengan gembira oleh anak-anaknya, yang telah menunggu makan malam bersama sang ayah. Meja makan segera disiapkan, lalu makanan sisa dari restoran tsb disajikan untuk keluarganya, yang berupa sisa-sisa ayam goreng yang telah disantap oleh pengunjung restoran tadi. Yang membuat hati makin tercekat, sebelum mulai makan, sang ayah pun menyuruh anak-anaknya untuk membuat tanda salib dan mengucap doa syukur atas berkat hidangan makan malam mereka. Sungguh video yang menyentuh hati. Terbayangkan saat-saat dimana kami kurang mensyukuri hidangan yang tersaji di hadapan, atau mengeluhkan rasa bosan akan menu yang sama dengan hari kemarin terhidang lagi. Kondisi yang sama pun bisa kita lihat di negeri kita. Bila kita berkunjung ke restoran yang menyajikan menu buffet atau makan sepuasnya dengan harga tertentu, bisa kita lihat ada pengunjung yang mengisi piringnya dengan kalap seakan tak ada lagi hari esok untuk makan, segala macam menu diambil dengan berlebih, namun karena kebanyakan tak sanggup dihabiskan, sisa makanan dibiarkan menumpuk di piring dan ditinggal begitu saja. Namun di sudut negeri yang lain, masih banyak warga yang untuk memperoleh makan sehari tiga kali pun sulit. Bacaan hari ini menyadarkan kita untuk dapat hidup sejahtera kita harus taat dan berpegang pada perintah dan ketetapan Tuhan, salah satu hal yang diinginkan Tuhan adalah kita wajib selalu bersyukur pada-Nya untuk setiap kondisi hidup kita. Bagaimanakah dengan keseharian kita selama ini ? Sudahkah kita mensyukuri setiap berkat yang kita terima atau malah menyia-nyiakannya pula ? Agatha Vol. 21/2011 Fresh JUICE ! 11 9 Agustus 2011 : Kerajaan Allah Teresia Benedikta dr Salib Ul 31:1-8, MT Ul 32:3-4a,7,8,9,12, Mat 18:1-5,10,12-14 Mat 18:3 “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Semua kita tentunya pernah melewati masa kanak kanak. Masa ini bagi banyak orang merupakan masa yang paling menyenangkan. Karena begitu indahnya, tempat anak anak bersekolah disebut “Taman Kanak-kanak. Taman selalu diandaikan memiliki beranekaragam bunga, yang pada gilirannya membawa kenikmatan spiritual bagi banyak orang. Karena itu, taman kanak kanak adalah tempat dimana anak dapat bertumbuh, belajar bersosialisasi, menerima kasih dari orang lain. Taman kanak kanak merupakan “surga” bagi mereka. Hari ini Yesus dalam injil Matius, menegaskan kepada kita bahwa yang terbesar dalam kerajaan surga itu adalah mereka yang mempunyai hati seperti anak anak. Mengapa Yesus mengatakan demikian? Satu hal yang pasti bahwa pada anak anak terdapat kepolosan jiwa, jujur, bersikap apa adanya, bertutur terbuka terhadap orang lain. Kualitas kualitas ini merupakan jendela jiwa yang mesti dimilki oleh orang Kristen. Yesus secara tegas menyamakan surga dengan anak anak. Siapa yang menerima anak anak, menerima diriNya. Saat ini, bangsa kita dirundung duka karena begitu banyak pemimpin kita kurang menyadari kejujuran. Hati nurani mereka sudah terbelenggu dengan uang dan kuasa. Kejujuran, kepolosan jiwa mereka sudah terbuai dengan ketamakan harta duniawi. Yesus pada injil hari ini, sekali lagi bertanya kepada kita, “apakah kita masih mempunyai hati nurani yang tulus, jujur seperti anak anak? Kalau di dalam diri masih terdapat banyak belenggu ketidakjujuran, kita mesti berbenah diri dan mengubah hidup kita. Karena kejujuran dan kepolosan adalah kualitas “kerajaan Surga” yang bias kita nikmati di dunia ini. Refleksi: Apakah saya sungguh sungguh mengembangkan kejujuran terhadap diri sendiri dan sesama? Fr. Matheus, MGL 12 Fresh JUICE ! Vol. 21/2011 10 Agustus 2011 : Bersaksi Pesta St. Laurensius 2Kor 9:6-10, Mzm 112:1-25-67-89, Yoh 12:24-26 Yoh 12:24 “Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” Dokumen resmi Gereja depositio martyrum (354) mencatat di antara para orang kudus terdapat seorang diakon dari gereja di Roma “St. Laurensius” yang dimakamkan pada tanggal 10 agustus 258 di Ager Veranus (perkuburan terbesar di Roma). St Laurensius ditahan dalam tahanan bersama Paus Sisto II. Laurensius tidak langsung dibunuh (karena penganiayanya bermaksud mengambil semua kekayaan dari Jemaat Kristiani,) tetapi dibakar hidup-hidup beberapa hari setelah ia menyatakan bahwa tidak memiliki harta kekayaan apapun selain orang- orang miskin yang dipercayakan kepadanya oleh Gereja. Teladan St. Laurensius adalah seperti biji gandum yang jatuh ke tanah, menghasilkan buah berlimpah, menggerakkan hati orang-orang muda untuk melayani Gereja dan kaum miskin. Bacaan ini mengajak kita untuk merenungkan kisah benih yang jatuh ke tanah. Sebuah perumpamaan kecil untuk dapat dibagikan dalam bahasa yang sederhana tetapi jelas kepada semua orang. Benih ini memulai perjalanannya di dalam tanah yang gelap, yang mematikan dan menghancurkannya, tetapi setelah itu menumbuhkan tunas, bertambah besar dan menghasilkan buah yang berlimpah. Benih yang jatuh ke dalam kegelapan tanah ini melambangkan Anak Allah, Yesus, yang diutus oleh Bapa ke dalam dunia. Tampaknya benih ini mengalami nasib yang malang karena hancur dan mati. Akan tetapi alam menampilkan suatu kejutan: benih bertumbuh menjadi sehelai gandum, menguak rahasia kematiannya. Benih memang harus mati untuk menghasilkan buah yang berlimpah. Walaupun kematian mempunyai karateristik kegelapan dan kehancuran, tetapi menyimpan suatu misteri kehidupan. Yesus Kristus telah memilih jalan salib bagi umat yang dikasihi-Nya: siapa yang ingin menjadi murid-Nya dipanggil untuk mengikuti jejak-Nya. Ia telah bersabda kepada para murid-Nya dengan tegas: “Barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya” (Luk. 9:24). Barangsiapa yang memelihara hidup dalam keegoisannya, sama seperti benih yang menutup diri dan tidak memiliki arah hidup, sedangkan yang tidak mencintai nyawanya di dunia ini telah menyangkal dirinya untuk membantu dan mengabdi Tuhan juga sesama. St. Laurensius telah berani memberikan nyawanya dan bersaksi akan kebenaran iman kepada Tuhan yang dikasihinya. Kita pun harus berani bersaksi akan kebenaran Tuhan dengan sukacita seperti St. Laurensius. Jangan takut! Allah mengasihi orang yang memberi dan melayani -Nya dan sesama dengan sukacita. AMiN! Sr.M.Geltrude, OSB Vol. 21/2011 Fresh JUICE ! 13 11 Agustus 2011 : Mengampuni sampai berapa kali ? Klara Yos 3:7-10a, Mzm 114:1-2,3-4,5-6, Mat 18:21-19:1 Mat 18:21-22 Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Mana lebih mudah meminta maaf atau mengampuni? Jawaban kita bisa bervariasi. Ada yang akan bilang meminta maaf lebih mudah. Ada juga yang bilang lebih mudah untuk mengampuni. Namun kenyataan mengampuni sangat sulit. Indah kedengarannya tapi sulit pada prakteknya. Bagi sebagian orang meminta maaf juga merupakan suatu hal yang memalukan. Namun inilah kenyataannya yang sering dihadapi kita sebagai manusia. Semua orang bahkan saya sendiri pernah marah ama orang. Jangankan ama orang lain, dengan anak sendiri atau kadang dengan istri juga bisa marah. Belum lagi pertengkaran antara Vina dan Yonathan (kedua anak kami). Terkadang mereka sama-sama tidak mau mengalah. Namun satu hal yang selalu kami ajarkan sejak mereka kecil, kalau salah satu dari kita berbuat salah, kita harus mau meminta maaf. Dan satunya lagi harus mau mengampuni. Tapi yang namanya anak-anak, gampang untuk meminta maaf tapi sulit untuk mengampuni. Eh, ternyata kita sebagai orang dewasa juga terkadang sama seperti itu. Kami bersyukur selama pernikahan kami, bisa dibilang jarang sekali pertengkaran hebat. Kalo pertengkaran kecil sih sering dan justru melalui pertengkaran kecil kami jadi lebih mengenal satu sama lain. Kami bersyukur pertengkaran yang kami alami tidak pernah sampai meminta ‘pulangkan aku ke rumah orangtua ku... “ (seperti lagu aja) Satu komitmen kami juga, setiap kali habis bertengkar kami pantang untuk tetap marahan dan berusaha untuk baikan sebelum tidur malam. Mengampuni memang sulit. Tapi Yesus telah memberikan teladan bagi kita bagaimana Yesus mengampuni Petrus yang menghianatiNya. Petrus yang telah bersama-sama Yesus kurang lebih selama 3 tahun, ternyata menghianati Yesus sampai 3 kali. Namun Yesus memberikan pengampunan baginya, dan bahkan Yesus mempercayakan Petrus menjadi gembala bagi domba-dombaNya. Kalo Bapa mau mengampuni dosa-dosa kita, mengapa kita tak mau mengampuni mereka yang telah bersalah pada kita? Mengampuni memberikan pembebasan. Bukan pembebasan untuk mereka yang melakukan perbuatan salah, namun membebaskan hati kita yang terluka. Pengampunan membawa berkat dan rahmat tersendiri dari Bapa untuk kita. Pengampunan membawa kita lebih dekat kepada Allah, Allah yang mencintai kita sebagai anak-anakNya. Bapa kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu. Datanglah kerajaan-Mu. Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga. Berilah kami rezeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami..... yovie 14 Fresh JUICE ! Vol. 21/2011 12 Agustus 2011 : Kesetiaan Yohana Fransiska de Chantal, Isodorus Bakanja Yos 24:1-13, Mzm 136:1-3,16-18,21-22,24, Mat 19:3-12 Mat 19:6 Yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia Saya selalu merasa tersentuh saat membaca rubrik kesaksian dalam majalah Hidup. Berbagai kisah kehidupan, perjuangan umat menghadapi tantangan hidup dikisahkan disana. Ada yang bersaksi tentang perjuangan menghadapi sakit yang didera, ada yang menuturkan suka duka yang dialami dalam hidup berkeluarga. Kekuatan doa dan kepasrahan pada Tuhan sungguh menguatkan saat diterpa cobaan. Dari beberapa kisah hidup berumah tangga, satu hal dapat diteladani adalah kesetiaan. Walaupun berat badai yang menerpa, namun sang pasangan selalu menemani. Perkawinan bukanlah hanya berdasarkan suka sama suka, namun harus disadari merupakan sebuah peristiwa iman dimana Tuhan sendiri yang hadir, mempertemukan dan menyatukan pasangan dalam ikatan pernikahan dan Tuhan pula yang akan menguatkan tali kasih mereka. Suatu perkawinan Katolik bersifat monogami, tak boleh diceraikan dengan alasan apa pun, seperti perintah Yesus dalam Injil hari ini. Merupakan tugas dari suami dan istri untuk menghadirkan wajah Allah dalam bentuk kesetiaan dalam rumah tangga mereka. Terkadang bukan tugas yang mudah namun tak ada yang tak mungkin bila kita berserah pada Tuhan. Selain perkawinan, ada pula pilihan hidup yang lain, yaitu hidup selibat seperti yang dilakoni oleh biarawan, biarawati, dan imam. Pilihan ini pun merupakan pilihan yang mulia, dan merupakan panggilan dari Tuhan sendiri. Tuhan yang memanggil, Tuhan pula lah yang akan menyertai setiap jatuh bangun yang dialami, agar dapat setia sampai akhir. Apapun pun pilihan hidup yang kita ambil, belajarlah untuk selalu setia. Agatha Vol. 21/2011 Fresh JUICE ! 15 13 Agustus 2011 : Biarkan Anak-Anak itu Datang Pontianus & Hippolitus, Markus dr Aviano Yos 24:14-29, Mzm 16:1-2a,5,7-8,11, Mat 19:13-15 Mat. 19:13a “Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus supaya Ia meletakkan tanganNya atas mereka dan mendoakan mereka.” Komunitas di Darwin, Saint Martin Catholic Aboriginal Community Darwin, dalam Misa kudus sebelum dimulainya bacaan pertama, romo mengundang anak-anak kecil termasuk yang masih bayi bersama bapak atau ibunya untuk maju ke depan supaya didoakan dengan penumpangan tangan. Yang menarik adalah bukan hanya romo saja yang menumpangkan tangan, tetapi semua umat yang hadir diajak untuk menumpangkan tangannya ke atas anak-anak yang maju ke depan altar. Yang lebih menarik lagi adalah adanya keyakinan dari umat yang hadir di komunitas kami bahwa setiap orang yang telah dibaptis dalam nama Yesus menjadi gambaran Yesus sendiri untuk setiap orang. Jadi ketika umat ikut menumpangkan tangan ke atas kepala anak-anak, Yesus sendiri hadir di dalamnya. Memang terkadang dalam mengikuti misa kudus, kita merasa kesal dan jengkel jikalau ada anak-anak yang lari sana sini, ada yang menangis, ada yang towel sana towel sini, sehingga mengganggu keagungan misa kudus itu sendiri. Yah, itulah dunia anak-anak, penuh kegembiraan dan keceriaan. Kita tidak boleh menghakimi anak-anak karena mereka masih polos. Bacaan hari ini mengajak kita untuk berefleksi kembali akan hadirnya anak-anak dalam hidup menggereja khususnya dalam mengikuti perayaan ekaristi. Yesus sendiri tidak mencegah ketika para orang tua menghantar anak-anaknya untuk menerima berkat Yesus. Yesus berkata, “Biarkanlah anak-anak itu datang kepadaku, karena merekalah yang empunya kerajaan Surga.” Anak-anak kecil menjadi simbol kepolosan, ketulusan, innocent, tidak bertopeng, apa adanya, dan lain sebagainya. Keceriaan anak kecil yang menikmati hidupnya adalah salah satu daya tarik dari setiap orang. Namun demikian, yang namanya anak kecil, mereka masih tergantung dari orang tua. Maka dari itu peranan orang tua sangatlah penting seperti yang disabdakan oleh Yesus sendiri. “Bawalah atau hantarlah anakanakmu mendekat kepadaKu.” Banyak sekali orang tua yang lebih senang membawa anak-anaknya pergi ke pesta dan berhura-hura daripada mengajaknya ke hal hal yang rohani. Bagaimana dengan anak-anak kalian? Diakon Vincent 16 Fresh JUICE ! Vol. 21/2011 14 Agustus 2011 : Yang Rendah Ditinggikan HARI RAYA SANTA PERAWAN MARIA DIANGKAT KE SURGA Why 11:19a,12:1,3-6a,10ab, Mzm 45:10bc,11,12ab,16, 1Kor 15:20-26, Luk 1:39-56 Luk. 1: 52 Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orangorang yang rendah. Seperti yang kita pelajari dan ketahui dari sejarah bangsa kita, Kartini mempunyai suatu peran yang sangat penting. Dia membuat suatu sejarah yang tak akan pernah dilupakan. Kartini berjuang dengan gigih untuk memperjuangkan harkat dan martabat kaumnya. Namun demikian aku ingin mengatakan bahwa secara rohani Kartini bukan saja memperjuangkan harkat dan martabat kaumnya. Dia sungguh memperjuangkan nasib dan hidup semua orang yang lemah, orang yang sakit dan orang yang tidak diperhatikan di dalam masyarakat. Dia membangun kembali puing-puing yang beruntuhan ketika musuh menyerang bangsa kita. Dia berhasil mengembalikan sebuah martabat yang tercolek akibat kecerobohan bangsa penjajah. Dia berhasil mengangkat harkat dan martabat bangsa kita berkat jiwanya yang bernyala-nyala di dalam hatinya. Dia berhasil merebutnya kembali, berkat suatu keyakinan bahwa bangsa kita kelak akan terbebas dari jajahan musuh. Dalam tradisi orang Yahudi dahulu, wanita dan orang-orang yang menderita sakit biasanya dianggap sebagai kelompok nomor dua. Mereka dikelompokan sebagai kelompok orang yang lemah dan tidak berproduktif di dalam masyarakat. Namun, di dalam Kitab Suci, kaum wanita dan orang-orang sakit dan lemah mendapatkan tempat yang terhormat. Seperti di dalam Injil yang kita dengarkan hari ini. Kita mendengarkan satu pujian dari Maria, Ibu Tuhan. Dengan hati yang lapang dan bahagia, Ia bernyanyi, “… Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah.” Bunda Maria, Ibu Tuhan dan Ibu kita neyampaikan sykurnya yang berlimpah atas karya dan ramhat Tuhan bagi Dia dan kaumNya-semua orang sakit dan lemah. Banyak sekali orang-orang yang dipandang rendah, yang kita dapat menemukan di dalam hidup kita. Mereka itu mungkin seorang pengemis atau seorang gelandangan atau anak-anak jalanan ataupun juga para penjual kaki lima di jalanan. Dunia sekarang berkembang semakin maju sehingga tidak menghiraukan orang-orang seperti itu. Kita juga, sering memandang rendah diri kita sendiri. Kita tidak menyukai diri kita mareka tidak mampu berbuat sesuatu. Kita juga sering membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita melihat orang lain lebih mampu dari diri kita. Hari ini kita diajak untuk bernyanyi dan bersyukur bersama Maria atas karya Tuhan yang telah dinyatakan kepada kita orang-orang yang dipandang rendah oleh dunia. Kita juga diajak untuk menerima diri kita apa adanya. Tuhan akan selalu memberikan apa saja yang kita memohon dari-Nya. Seperti Kartini kita diajak untuk selalu mendengarkan dan memperjuangkan orang-orang lemah dan mendengarkan suara mereka. Karena merekalah empunya Kerajaan Allah. Rm. Joseph, MGL Vol. 21/2011 Fresh JUICE ! 17 15 Agustus 2011 : Semuanya Untuk Tuhan Hak 2:11-19, Mzm 106:34-35,36-37,39-40,43ab,44, Mat 19:16-22 Mat 19: 21 Kata Yesus kepadanya:”Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Siapa yang tidak mau hidup nyaman? Pasti semua orang menginginkannya. Apalagi bila hidup nyaman itu sifatnya kekal. Tidak seperti di dunia, yang sebentar nyaman, sebentar ada masalah. Kenyamanan, kebahagiaan kekal menunggu kita di surga. Namun untuk itu kita perlu mengusahakannya saat masih ada di dunia. Bagaimana caranya? Mat 19:17b menyebutkan : Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah. Tuhan menginginkan kita taat padaNya. Di bacaan Injil hari ini, kita ditunjukkan pada seorang yang baik. Dia sudah menjalankan semua perintah Tuhan. Namun ternyata bagi Yesus, itu belum cukup. Yesus menginginkan penyerahan yang total, semuanya, seluruh diri kita. Menjadi orang baik seperti bacaan Injil, sudah cukup susah. Apalagi sempurna. Tuhan tahu bahwa bagi manusia ini sungguh berat. Maka, seperti bacaan pertama, Tuhan mengirim penolong untuk membantu kita menuju penyerahan total. Tuhan mengirim sesama kita, yang telah ditunjukNya untuk menuntun pada kebenaran. Orang itu bisa Romo, para rohaniwan, para Pembina, keluarga, teman dan komunitas rohani yang selalu mengingatkan dan membimbing pada Yesus. Hari ini, mari bersama-sama merenung, apa atau siapa saja yang masih jadi penghalang antara kita dan Tuhan? Ingat, Tuhan menginginkan seluruh hati kita untukNya. Bukan sebagian saja. Siska 18 Fresh JUICE ! Vol. 21/2011 16 Agustus 2011 : Kerinduan Hati Stefanus dr Hungaria Hak 6:11-24a, Mzm 85:9,1-12,13-14, Mat 19:23-30 Mat 19:29 Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal. Sewaktu menjadi Putra Altar di Gereja, waktu itu masih berumur 14 tahun, sempat terbersit untuk menjadi seorang Pastor. Alasannya bukan untuk menjadi Gembala, tapi karena ‘tergiur’ melihat pentahbisan Imam yang begitu keren dan menyenangkan. Wah.. keren banget dielu elukan seperti ini, diberkati, sepertinya semua orang mencintai Pastor baru. Keinginan itu pun lenyap sendirinya ketika masuk masa remaja, sudah mulai tidak aktif lagi di gereja. Ah, seperti cinta monyet. Keinginan itu cuma keinginan anak kecil. Sewaktu mulai terlibat dengan LSM dibidang kecacatan, mulai terbersit lagi untuk menjadi Bruder. Kali ini bukan pastor, tapi bruder. Alasannya sederhana, karena bertemu satu orang Bruder dari Maumere yang keren dan santai. Tanpa jubah, tanpa seragam, beraktifitas sebagai ‘orang biasa’ terlihat sangat menyenangkan. Dibanding menjadi Pastor, yang lebih disorot dimana mana. Awalnya aku tidak tahu kalau ia seorang Bruder, sampai seorang panitia keceplosan memanggil dia ‘bruder’.Keinginan itu pun hilang lagi sebatas waktu. Sempat mencari cari informasi di internet, tanya beberapa romo soal ini, dan akhirnya lupa… kembali sibuk dengan urusan manusiawi. Ah.. manusiawi kan. Membaca injil hari ini membuat aku tersenyum dengan percakapan ini. Siapa yang berani meninggalkan ’ladang’nya dan mengikuti Dia, akan peroleh 100x dan hidup yang kekal. Ketika bergabung dengan komunitas DOJCC, keinginan itu muncul lagi. Kali ini karena ada peluang jadi Romo dari Australi ! Kayaknya keren tuh.. romo lulusan luar negri ! Sempat tanya tanya ke Diakon Vincent soal ini. “Kenapa mau nya jadi Bruder? Kenapa ngak Pastor?” “Kelamaan ‘kuliah’nya. Mesti 7 tahun kan untuk jadi Pastur. Udah keburu tua baru ditahbiskan dong” “Hm, banyak kok yang memulai umur 40”, ujar Diakon Vincent berusaha meyakinkan. Aku pun berpikir keras. Ah, rasanya ngak mungkin menjadi Pastor. Terlalu banyak dosa dan masa lalu yang ngak baik. Apa kata orang.“Apapun masa lalu kita, tidak usah dihiraukan”, kata diakon Vincent, seperti membaca pikiranku saat itu. Keinginan itu pun hilang lagi. Tapi keinginan untuk melayani masih terus ada. Mulai dari menjadi sukarelawan untuk anak anak penyandang keterbatasan di Bali , sampai kini di Tajikistan, menjadi sukarelawan untuk mereka yang terpinggirkan. Tinggal dengan kondisi seadanya, tidak digaji, harus berhemat agar uang tunjangan hidup cukup sampai satu bulan, dan kadang mengorbankan ‘harta’ pribadi untuk orang lain. Meninggalkan rumah, teman , keluarga dan ‘ladang’. Aku tidak yakin apakah rasa itu akan muncul lagi, sehingga aku akan mantap memutuskan menjadi bruder. Ah, Menjadi AKU hari ini sudah cukup menyenangkan. Mungkin Tuhan punya Rencana istimewa untuk aku, hingga aku berada disini. Mungkin Tuhan punya waktu khusus , kapan saatnya aku ‘pulang’. Aku tidak tahu dan tidak mengerti, tapi yang aku tahu, Dia punya punya rencana hebat. Amin Jeff Kristianto, proud to be DOJCC. Volunteer di Tajikistan Vol. 21/2011 Jeff naik keledai Fresh JUICE ! 19 17 Agustus 2011 : Merdeka dari Dosa Sir 10:1-8, Mzm 101:1a2ac3a6-7, 1Ptr 2:13-17, Mat 22:15-21 Mat 22:21 “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” Tanggal 17 Agustus menjadi tanggal keramat bagi seluruh bangsa Indonesia. Tanggal yang harus dirayakan dalam suasana gembira, dengan pawai dan festival, dengan perlombaan atau sekedar makan-makan bersama. Gereja Katolik di Indonesia pun merayakannya Hari Kemerdekaan dengan perayaan Ekaristi syukur atas kemerdekaan sebagai bangsa. Terlepas dari segala kekurangan atau pun kegagalan pemerintahan yang mewarnai bangsa kita, kita diajak untuk bersyukur bahwa kita setidaknya masih bisa menikmati hidup damai bukan perang. Setidaknya kita masih lebih baik dari sebagian warga dunia yang masih harus hidup di tenda-tenda pengungsian atau terpaksa harus berimigrasi ke Negara lain mencari ketentraman hidup. Namun demikian, keadaan yang demikian tidak berarti menutup mata kita terhadap berbagai kepincangan yang kita alami sebagai bangsa. Korupsi dan kolusi tetap mewarnai warta berita kita setiap hari, selain itu kekerasan dan tawuran antar warga juga menjadi hal yang tidak asing lagi untuk telinga kita. Apakah ini tanda-tanda awal dari Negara Kesatuan kita yang akan terpecah-pecah? Mungkin bagi sementara orang, keterpecahan dalam masyarakat pada saatnya akan melahirkan perpecahan Negara. Kita tentu tidak mengharapkan hal demikian akan terjadi, sebab tiap perpecahan akan memakan korban dan kita tidak mengharapkan penambahan korban. Sebab tujuan Negara kita didirikan adalah justru untuk menghindari korban penindasan di dalam masyarakat. Selain sebagai Warga Negara Indonesia, kita juga merupakan Warga Gereja. Syukur kita sebagai Warga Negara Indonesia menjadi bagian dari rasa syukur kita sebagai Warga Kerajaan Allah di dunia. Karena itu ketika kita merayakan Hari Kemerdekaan, kita pun merayakan Hari Kemenangan kita terhadap dosa. Seperti halnya para pahlawan yang mengorbankan diri demi kemerdekaan Indonesia, demikian pun Kristus mengorbankan dirinya disalib demi kemerdekaan kita dari kuasa si jahat. Sabagai Bangsa Indonesia, kita telah merdeka, tapi kita belum penuh mencapai citacita kemerdekaan sepenuhnya. Kita masih terlibat hutang luar negeri, korupsi makin merajalela, kerukunana hidup beragama yang jauh panggang dari api. Pendek kata kita hampir jenuh dan pesimis untuk mempertahankan diri sebagai Indonesia. Sebagai Warga Gereja, kita pun telah diselamatkan, tetapi seringkali cara hidup kita jauh dari cirri-ciri orang yang telah diselamatkan. Apakah lantas kita pun akan menyerah menyebut diri Katolik? Tentu tidak, sebab semakin kita ini merasa berdosa dan tidak layak, maka semakin kuat pula Tuhan Yesus mencintai kita. Karena itu benar pula apa yang diserukan Paulus, bahwa dosa bertambah maka rahmat pengampunan pun berlimpah. Karena itu jangan takut dan merasa kecil hati, sebab tabib datang untuk menyembuhkan orang yang sakit. Fr. Wenz, MGL 20 Fresh JUICE ! Vol. 21/2011 18 Agustus 2011 : Yang Dipilih Angelus Agustinus Mazzinghi, Helena, Gervasius Brunel, Paulus Charles & Elias Desgardin Hak 11:29-39a, Mzm 40:5,7-8a,8b-9,10, Mat 22:1-14 Mat 22:14 ”…Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.” Waktu kecil, apabila ada undangan untuk menghadiri Pernikahan seseorang, mama pasti menawarkan aku untuk ikut dengannya. Aku pun menyanggupi untuk ikut mama, namanya juga masih anak kecil. Hehe ^_^ Setelah usiaku beranjak besar, mama juga masih sering ngajak aku daripada adikku. Tapi, aku kali ini tanya ke mama dulu, “apakah ada es krimnya nanti di sana – kalau ada aku mau ikut !!” Mama sich bilang ada, walaupun terkadang aku harus mengigit jari karena yang ada hanyalah es buah – bukan es krim seperti yang aku harapkan. Cerita lain, ketika aku sedang pulang liburan di rumah mama pasti sudah siap menyambut dengan memasak makanan kesukaanku. Karena feel at home, seperti biasa pasti lah kita akan bangun siang and setelah itu langsung menuju ke meja makan karena laper berat. Nach, kadang mama juga ngomel, “ayo sikat gigi dulu, mandi – mandi dulu – baru makan !!”” Ah mama nich, perut udah keroncongan masa gak boleh langsung makan aja !!” Dalam perikop hari ini, Yesus mengajak kita untuk menanggapi panggilannya dengan hati yang terbuka. Seorang Raja telah mengundang hamba-hambanya dan menyiapkan hidangan pesta, tetapi mereka tidak datang menanggapi undangan Raja. Akhirnya pun yang datang adalah mereka yang berada di jalanan. Banyak yang dipanggil, namun sedikit yang dipilih. Kalimat ini emang sekarang kayana bener – bener real terjadi di lingkungan kita. Jika ada event besar, wuih banyak banget tuch yang nongol di Gereja. Eh, ketika udah selesai ……… kabur lagi entah ke mana !! Sebagai umat pilihan Allah, marilah kita menyadari bahwa kita ini special di mataNya. Dia yang telah menciptakan dan memberi talenta serta anugerah kepada kita, maka sudah selayaknyalah kita memberikan talenta itu kembali kepadaNya. Salah satu caranya adalah dengan melayaniNya dalam kegiatan-kegiatan Gereja dan menjadi berkat bagi sesama melalui perkataan dan tindakan kita. Komitmen dan hati yang tulus untuk melayani Dia, akan menambah kerinduan kita untuk selalu berada di sisiNya. So, are you ready to selected as a guest of God, come & serve Him with your whole heart ?? KRIS Vol. 21/2011 Fresh JUICE ! 21 19 Agustus 2011 : Mencintai Dia Yohanes Eudes, Ezekhiel Moreno Rut 1:1,3-6,14b-16,22, Mzm 146:5-6,7,8-9a,9bc-10, Mat 22:34-40 Mat 22:37-38 Jawab Yesus kepadanya “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama..” Hanum begitulah nama teman saya, dia seorang yang sangat rajin berdoa dan sangat aktif di Parokinya, sebuah kota di jawa tengah. Saat dia telah menyelesaikan pendidikannya, Hanum berniat mencoba mencari pengalaman di Bali. Akhirnya dia mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan yang ada di Kuta. Tentu Hanum sangat bersuka cita dan semakin sering datang ke gereja dan adorasi, karena dia merasa Tuhan mengabulkan apa yang dia minta dalam doa-doanya. Suatu ketika Hanum berkenalan dengan seorang pemuda dan terjadilah pendekatan sebagai teman kemudian berlanjut ke hubungan pacaran. Hanum begitu menyanyangi pacarnya tersebut demikian juga sebaliknya, bahkan di Facebook mereka merubah status “Pacaran dengan…..” begitu banyak teman-temannya memberi ucapan selamat. Dan mereka semakin menunjukkan kemesraannya, sehingga Hanum menjadi lupa ke gereja dan adorasi. Hanum merasa cowok inilah satu-satunya tumpahan cintanya dan tidak peduli dengan doa, ke gereja dan pelayanan. Ternyata cinta mereka terhambat oleh orang tua si cowok , perbedaan status di gunakan sebagai alasan dan mereka berpisah. Hanum merasa sangat kecewa dan putus asa, karena dia sangat mencintai pacarnya tersebut bahkan rela tidak ke gereja dan berdoa selama ini demi memberikan waktunya kepada pacarnya tsb. Dia sangat marah dengan pacarnya, karena setelah satu tahun lebih mereka pacaran ternyata sang pacar melepaskan dia begitu saja. Juga dia sangat marah ke Tuhan, karena merasa Tuhan memberi pacar yang jahat terhadap dia. Semua itu Hanum tanggung, kepedihan-kepedihan dia simpan membuat dia menjadi pribadi yang keras dan tetap menjauh dari Tuhan. Tuhan Yesus tidak membiarkan dia semakin terpuruk, seorang temannya menawari ikut retret. Dengan terpaksa Hanum ikut dan berpikir “aaah paling retret biasa”. Pada saat seassion Penyembuhan Luka Batin dia benar-benar merasakan rapuh, amarahnya selama ini, kebencian dll. Tuhan ingin memberikan hati yang baru untuknya, untuk kembali mencintai Tuhan Yesus diatas segalanya. Selesai retret, Hanum merasa diperbaharui. Walau dia telah meninggalkan Tuhan namun Tuhan tetap mencintainya dan tidak membiarkan dia sendiri. Dan saat ini, Hanum telah banyak berubah,kembali aktif di gereja dan rajin adorasi. Dia semakin mencintai Tuhan diatas segala-galanya dan lebih berpasrah kepada kehendak Tuhan. Teman-teman, kita boleh mencintai seseorang yang kita sayang. Namun jangan pernah menduakan Tuhan Allah kita, dan saat ini mari kita tetap berusaha untuk mencintai Tuhan diatas segala-galanya apapun kondisi kita saat ini. Dengan begitu kita akan membuat bangga Tuhan Allah kita karena Dia yang selalu menuntun hidup kita dan membawa kita ke jalan yang terang…. Amin Rina 22 Fresh JUICE ! Vol. 21/2011 20 Agustus 2011 : Bos = Pelayan Bernardus Rut 2:1-3,8-11,4:13-17, Mzm 128:1-2,3,4,5, Mat 23:1-12 Mat 23 :11 “Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.” Menjadi seorang bos adalah menjadi seorang pelayan. Secara pintas terlihat bertolak belakang dan tidak masuk akal. Seorang bos tentu menjadi pelayan karena melayani anak buahnya yang bekerja untuk dirinya dan perusahaannya. Bidang pelayanan yang dilakukan oleh seorang bos antara lain memberikan gaji yang layak dan tepat pada waktunya, memberikan santunan hidup kepada keluarga karyawannya, bahkan memberikan pendidikan lanjut kepada beberapa karyawan yang dianggap pintar dan pandai yang dikemudian hari bisa berguna bagi sang bos sendiri dan perusahaannya. Namun pada kenyataannya, banyak bos yang hanya ongkang-ongkang kangkung alias hanya duduk di kursi pimpinan dan menunggu hasil yang memuaskan. Yang terjadi adalah hanya korupsi yang berambang kepada kebangkrutan. Seperti pepatah yang saya pelajari waktu di sekolah dasar dulu, “Tut Wuri Handayani… dan seterusnya”, seorang pemimpin harus berada di depan untuk memberi contoh yang terbaik supaya diteladani oleh pengikutnya. Seorang pemimpin juga harus berada di tengah yang artinya mau berbaur dengan para pengikutnya bahkan mendengarkan keluhankeluhan karyawannya. Seorang pemimpin juga harus berada di belakang yang artinya memberikan support dan dukungan moral dan spiritual supaya para pengikutnya tidak jatuh. Itulah yang aku pelajari dan amati selama aku tinggal di Australia lebih dari enam tahun. Banyak pemimpin, terutama pemimpin Gereja seperti Uskup bertindak seperti layaknya seorang pelayan. Dari hal-hal kecil seperti mencuci piring para tamunya yang datang untuk makan di rumahnya sampai memberikan dukungan yang maksimal kepada orang yang membutuhkannya. Sungguh luar biasa. Yang menjadi pertanyaan kita sekarang adalah bagaimana aku sebagai seorang pemimpin atau calon pemimpin di masa mendatang? Apakah aku akan menjadi pemimpin yang hanya tahu memerintah tetapi tidak tahu caranya melayani? Ataukah menjadi seorang pemimpin yang hanya mementingkan diri sendiri dan kurang memperhatikan kebutuhan orang lain, khususnya orang yang dipimpinnya? Diakon Vincent Vol. 21/2011 Fresh JUICE ! 23 21 Agustus 2011 : Yesus adalah Bosku Hari Minggu Biasa XXI Yes 22:19-23, Mzm 138:1-2a,2bc-3,6,8bc, Rm 11:33-36, Mat 16:13-20 Mat. 16:16 Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Beberapa tahun yang lalu aku diundang temanku untuk mengunjungi dia di tempat kerjanya. Aku begitu terkesan dengan kantor tempat kerjanya. Semua ruangan begitu rapih dan bersih. Semua pegawainya berpakaian rapih dan sopan. Sambil menunjukan tempat itu kepadaku, seorang berjalan melewati tempat di mana kami berdiri. Dengan penuh hormat dan sopan, temanku mengatakan, “Itu bosku.” Mendengar suara temanku itu, bos-pun terhentak berdiri sambil tersenyum mengulurkan tangannya untuk berjabatan tangan dengan aku. Aku begitu kagum melihat suasana itu. Di dalam bacaan Injil kita mendengarkan firman Tuhan lewat St. Mattheus. Dia mengisahkan sebuah diskusi antara Yesus dan para murid. Mereka mendiskusikan sebuah pertanyaan yang selama ini beredar di antara orang-orang tentang siapa diri Yesus. Namun Yesus berbalik bertanya kepada mereka, “Siapakah aku ini?” Petrus dengan percaya diri dna berani menjawab, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.” Engkau adalah Allah kami yang kami sembah, yang hidup dan tinggal bersama kami. Kalau kita sungguh merefleksikan pernyataan ini, Petrus membuat suat pengakuan iman di hadapan murid-murid yang lain. Petrus berani menyatakan imannya di hadapan orang banyak. Dia menyatakan iman secara pribadi tanpa didorong oleh orang lain. Di dalam kehidupan kita, kita terkadang takut dan ragu untuk mengakui Yesus di hadapan orang yang tidak mempunyai iman terhadap Yesus. Kita sering malu dan enggan untuk mengatakan iman itu. Seperti temanku itu, ktia juga harus berani mengatakan, “Ini bos-ku, kita diundang untuk setiap kali dan setiap hari memandang Yesus yang tersalib dan mengatakan, “Dia ini adalah Bos-ku. Engkau adalah Bos-ku” Kita harus berani memperkenalkan Yesus kepada orang yang tidak beriman, “Ini atau Dia ini adalah Bos-ku.” Yesus adalah seorang Bos yang datang dan meluangkan seluruh waktunya dan menyerahkan hidupNya bagi kita para karyawan/karyawati-Nya. Dia juga telah membuka lahan atau tempat yang adalah hati kita untuk membangun dan memulai bisnis suciNya. Marilah kita dengan penuh iman dan berani memperkenalkan Bos-Mesias Anak Allah yang hidup kepada sanak saudara kita sekalian. Rm. Joseph, MGL 24 Fresh JUICE ! Vol. 21/2011 22 Agustus 2011 : Kemarahan Santa Perawan Maria, Ratu 1Tes 1:2b-5,8b-10, Mzm 149:1-2,3-4,5-6a,9b, Mat 23:13-22 Mat 23:13 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk Pak Paulus sangat menyayangi Budi, anak semata wayangnya. Saking sayangnya, apa pun yang diinginkan Budi selalu dituruti, tak pernah sekalipun Budi dimarahi bila melakukan kesalahan. Lain lagi dengan pak Wahyu, yang juga memiliki anak tunggal, namanya Agung. Sejak kecil Agung dilatih untuk disiplin, tak boleh bermalas-malasan, harus membantu orang tua membereskan rumah, bila menginginkan sesuatu, misalnya mainan kesukaan, nilai rapor harus bagus dulu, baru dikabulkan. Bila melakukan kesalahan, orang tuanya tak segan untuk menghukum dan memarahi. Ketika beranjak dewasa, Agung tumbuh menjadi anak yang mandiri, sekolahnya bisa diselesaikan dengan nilai yang baik, dan setelah pendidikannya selesai, Agung mulai berwiraswasta dan bisa memiliki penghasilan sendiri. Lain halnya dengan Budi, karena sejak kecil terlalu dimanja dan tak pernah belajar mandiri, SMA nya tak dapat diselesaikan, setelah itu menjadi pengangguran yang tiap hari tinggal di rumah saja, tak bisa mendapatkan pekerjaan yang diharapkan. Dalam Injil hari ini, kita bisa melihat wajah Yesus yang lain. Bila biasanya Yesus tampil lemah lembut, hari ini Yesus marah. Ya, Yesus pun bisa marah dan menggunakan katakata yang keras untuk menegur. Yesus marah, karena Yesus mencintai mereka, dan ingin mereka bertobat. Apa yang dilakukan oleh orang-orang Farisi dan ahli Taurat itu, akan membawa kehancuran untuk diri mereka sendiri. Yesus tak mau itu terjadi, karena itu Yesus berusaha mengingatkan mereka. Dalam kehidupan kita sehari-hari, bila melihat ketidakberesan, janganlah ragu untuk bertindak tegas dan menegur. Tak selamanya kemarahan itu bersifat negatif, marah untuk kebaikan merupakan salah satu tanda cinta kita. Marah yang membawa perubahan ke arah yang lebih baik adalah hal yang positif. Agatha Vol. 21/2011 Fresh JUICE ! 25 23 Agustus 2011 : Allahku adalah Rahim Rosa dr Lima, Berardus dr Offida 1Tes 2:1-8, Mzm 139:1-3,4-6, Mat 23:23-26 Mat 23:25 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Abad 21 merupakan abad yang penuh dengan kekerasan, dan terorisme begitulah komentar salah di televisi swasta Australia. Betapa tidak? Dunia dikejutkan dengan aksi bom bunuh diri yang terjadi dibeberapa tempat termasuk Indonesia. Tindakan kekerasan dan terorisme ini menunjukan kepada kita suatu kebenaran ajaran Yesus, bahwa kekerasan hanya bisa diatasi hanya dengan pengampunan. Selama dendam dan benci menggelitik diri manusia, yang ada hanyalah kekerasan. Ia bisa diatasi kalau manusia mempuyai kerahiman hati Allah. Yesus pada injil hari ini, mengutuk para ahli taurat/ ahli hukum, karena mereka belum memahami hakekat Allah yang sebenarnya. Pengampunan, kerahiman, “mercy” adalah fondasi spiritualitas kita sebagai orang Kristen. Tanpa pengampunan dan kerahiman Allah, kita hanya memiliki kekerasan. Allah kita adalah Allah yang rahim. Ketika kita melakukan kesalahan dan dosa, Allah mengampuni kesalahan kita, dan mengaruniakan “kerahiman” atau pengampunan kepada kita. Seluruh isi pewartaan Yesus dapat disimpulkan dengan satu kata “ Allah adalah Rahim”. Lautan kerahiman Allah begitu besar dan luas,melampaui kesanggupan kita untuk berpikir. Kerena itu, pengampunan dan kerahiman Allah tak bisa dipahami oleh bangsa bangsa Timur tengah, termasuk para ahli taurat dan terrorist. Mereka melakukan korban demi membela Allah. Sementara korban yang Allah butuhkan adalah persembahan jiwa yang remuk redam kata pemazmur. Bukan membunuh, benci dan dendam. Kalau kekerasan dibalas dengan kekerasan hanya menghasikan kekerasan baru. Yesus dalam injil hari mengutuk para ahli taurat karena mereka tidak mengerti siapakah Allah yang sesungguhnya. Allah yang benar adalah Allah yang diwartakan oleh Yesus. Dialah Allah kita yang rahim. Karena itu, tak pantas bagi kita orang Kristen untuk hidup dalam lingkaran kekerasan. Kekerasan dapat menjelma dari tuturkata kita yang kurang menghargai orang lain, bersikap egois dan kurang memperhatikan orang lain, bersikap kurang adil terhadap diri dan sesama dll. Karena itu, hari ini yesus menyadarkan kita untuk tetap hidup didalam ‘kerahiman ilahi” terhadap diri dan sesama. Refleksi: Apakah saya sungguh menyadari bahwa Allah adalah rahim? Fr. Matheus, MGL 26 Fresh JUICE ! Vol. 21/2011 24 Agustus 2011 : Inisiatif dari Tuhan Pesta St. Bartolomeus, Rasul Why 21:9b-14, Mzm 145:10-11,12-13ab17-18, Yoh 1:45-51 Yoh 1:47 “ Mari dan lihatlah ” Panggilan adalah inisiatif dari Allah yang mengenal hati setiap manusia dan dengan kuasa-Nya dapat memanggil siapa saja yang mau mengikuti-Nya. Yesus memanggil para rasul untuk tinggal bersama-Nya, mengikuti teladan hidup-Nya dan mengambil bagian dalam karya keselamatan. Bagi orang yang terpanggil untuk mendekati Yesus, pertemuan dengan-Nya tidak menciptakan batasan, tidak mempersempit, juga tidak menjadikannya miskin dalam hidup, melainkan membuka mata dan hati untuk dapat melihat hal-hal yang lebih besar dan berarti. Hanya melalui pertemuan dengan Yesus hati Natanael diterangi untuk memahami dengan benar “apa yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi” (bdk. Yoh 1:50b). Natanael berasal dari Kana di Galilea, satu dari 12 rasul yang dipilih Yesus, yang kemudian dipanggil dengan nama Bartolomeus. Natanael adalah seorang yang terhormat, orang ‘penting’, mengenal seluruh isi kitab Taurat dan ‘tidak ada kepalsuan di dalamnya’. Seperti kebanyakan orang Israel pada jaman itu yang menantikan kedatangan Mesias (Yoh 7,41-42), Natanael tahu bila Mesias akan datang dari Betlehem (menurut nubuat nabi Mikhea). Tetapi ketika mendengar Filipus mengatakan bahwa mereka telah menemukan Dia, timbul satu harapan dalam hati Natanael sehingga ia berkata, “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nasaret?” ( Yoh 1:46). Ajakan Filipus yang sangat meyakinkan itu menuntun pada rahmat yang besar: “ Mari dan lihatlah ” (Yoh 1:47). Mengikuti Filipus, Natanael meninggalkan ‘pohon ara’ yang melambangkan hukum Taurat (bdk. Yoh 1:48). Sebelumnya bayangan dari pohon ara, naungan tempat berteduh Natanael, merintanginya untuk melihat Terang, yaitu Yesus Kristus, Putera Allah. Dari kejauhan Yesus telah melihat Natanael dan berkata, “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” (Yoh 1:47b). Pujian awal ini langsung menimbulkan sukacita yang meneguhkan harapan dalam hati Natanael sementara terang Roh Kudus membuka pikirannya untuk memahami isi kitab Taurat tentang tentang Kristus, Mesias terjanji. Ia lalu berkata “ Rabbi, Engkau Anak Allah, Engkau raja orang Israel!“(Yoh 1:49). Inilah pengakuan iman yang tulus dari Natanael. Menanggapi pengakuan iman Natanael, Yesus berkata: “Sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia” (Yoh 1:51). Yesus adalah Anak Allah yang mendamaikan dan mempersatukan manusia kembali dengan Allah. Ia juga adalah tangga keselamatan kita dimana melalui Dia kita dapat masuk, tinggal dan menikmati kemuliaan Allah bersama orang-orang pilihanNya (bdk. Ef 2:16; Kej 28:12 ). Bersama S.Bartolomeus kita memohon rahmat untuk terbuka dan menyambut undangan Tuhan untuk datang selalu pada-Nya, memperoleh terang, peneguhan akan pengharapan dan pengetahuan yang benar akan keselamatan yang dijanjikan dalam iman yang tulus untuk dapat menikmati surga abadi. Amin. Sr.M.Ildegarde, OSB Vol. 21/2011 Fresh JUICE ! 27 25 Agustus 2011 : Belajar Menjadi Hamba Ludowikus, Yosef dr Calasanz, Maria dr Yesus Tersalib 1Tes 3:7-13, Mzm 90:3-4,12-13,14,17, Mat 24:42-51 Mat 24:42 Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. (Hari ini aku membaca diaryku yang tertulis tanggal 11 Oktober 2005 ....) Pagi ini jam 7 dan aku sedang bersiap siap untuk melanjutkan pembuatan website sebuah perusahaan. Ketika aku berada di depan komputer, aku jadi teringat akan masa tahun 80an, mungkin tahun 1987 keatas ketika aku kelas SMP dan pertama kali mengenal komputer. Saat itu rasanya sudah senang betul ketika bisa mengetik tombol di keyboard dan apa yang kita ketik bisa kelihatan pada monitor. Symphony merupakan program favoritku saat itu. Tidak seperti sekarang dimana kita bisa memasukkan gambar pada sebuah file atau bisa berkreasi dengan huruf-huruf, software saat itu benar-benar sederhana sekali kalau dibandingkan dengan software yang saat ini bisa WYSIWYG (what you see is what you get). Lambat laun saat itu komputer pun mengalami masa expired dan ketika tahun 90-an komputer bisa dibilang mengalami kemajuan pesat. Aku masih ingat ketika masih jaman Pentium I dan sepertinya baru saja memiliki komputer dengan spesifikasi tersebut, eh tahu-tahunya udah keluar yang Pentium II. Rasanya komputer saat itu cepet benget expirednya. Sepertinya ketinggalan jaman terus. Sekarang seri komputer yang aku pake Pentium IV 2,41 Ghz dan ini pun rasanya udah rada expired karena udah keluar seri diatas seri yang aku miliki. Ngomong-ngomong mengenai expirednya komputer yang rasanya cepat sekali, aku jadi teringat ‘expired’nya manusia. Seperti pagi ini, aku dikejutkan dengan berita kematian SUAMI dari Ibu Maria Phang. Meninggalnya baru tadi pagi dan mendadak. Ibu Maria Phang yang udah tinggal di Bali beberapa tahun, aku udah kenal selama hampir 3 tahun dan Ibu Maria Phang merupakan ibunda dari Rm. Benny Phang, Ocarm. Ibu Maria Phang rasanya hampir setiap pagi selalu datang misa pagi dan beliau juga aktif mengikuti persekutuan doa. Aku sendiri tidak seberapa kenal dengan suami Ibu Phang, namun aku juga bisa merasakan kehilangan. Kematian seseorang kadang sering mengingatkanku betapa hidup ini singkat dan kita nggak tahu kapan ‘expired’nya seseorang. Baru saja aku dikejutkan dengan kematian Edwin Sindu dalam peristiwa BOM II, seseorang yang aku kenal tahun 97-98 semasa dia mengikuti Persekutuan Doa muda-i Algonz dan hari ini kembali berita meninggalnya seseorang. Seandainya manusia tahu kapan ‘expired’nya tentu kita akan bisa mempersiapkan segala sesuatunya. Seperti seseorang yang akan pergi untuk berlibur, sehari sebelumnya pastilah ia akan mempersiapkan barang apa yang akan dibawa dan mungkin ia akan meninggalkan pesan-pesan bagi orang yang akan menjaga rumahnya. Tapi nyatanya, kita ‘pergi berlibur’ (expired) tidak tahu kapan tanggal pastinya, jam berapa. Semuanya itu kadang terasa tibatiba. Semuanya yang bisa kita lakukan hanyalah mempersiapkan segala sesuatunya mulai sekarang semasa kita hidup. Mempersiapkan dengan memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan merupakan salah satunya. Dan memperbaiki hubungan dengan sesama juga tak kalah pentingnya. Aku jadi teringat akan pesan Yesus “Berjaga-jagalah karena kamu tidak tahu kapan waktunya akan tiba”. Salam Maria penuh rahmat, terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu Yesus Santa Maria Bunda Allah doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan WAKTU KAMI MATI, Amin Yovie 28 Fresh JUICE ! Vol. 21/2011 26 Agustus 2011 : Bersiap-siaplah Teresia dr Yesus, Dominikus dr. Bunda Allah, Zefyrinus Namuncura 1Tes 4:1-8, Mzm 97:1,2b,5-6,10,11-12 , Mat 25:1-13 Mat 25: 12-13 Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. Karena itu, berjagajagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.” Membaca injil hari ini menginggatkan saya pada 2 anak saya. Setiap hari mereka harus mempunyai waktu untuk latihan musik selama 30 menit - 1 jam, lalu mereka mengerjakan PR atau belajar kalau ada test. Baru setelah beres semuanya mereka mendapat reward boleh bermain. Yonathan, anak saya yang paling besar biasanya udah membuat jadwal, jam sekian sampai sekian berlatih musik, lalu belajar, dan jam 4 sore dia udah selesai semua tugasnya dan dia boleh bermain ke rumah teman. Sedangkan Vina, mungkin dia masih kecil jadi terkadang masih lengah, tidak fokus, sehingga sering membuang-buang waktu dan sampai malam belum selesai semua tugasnya... sehingga dia tidak punya waktu bermain. Kalau sudah demikian mulai dia merengek. Sering saya harus mengingatkan, tetapi karena sambil bekerja, saya tidak memantau mereka terus menerus. Yonathan pun sering lengah tapi bila diingatkan dia kembali pada fokusnya, belajar dan berlatih. Perumpamaan tentang 5 orang gadis bijaksana dengan persiapan minyaknya... saya bayangkan seperti Yonathan yang sudah membuat jadwal dan mempersiapkan semuanya...sehingga saatnya tiba mereka bisa mendapat reward untuk masuk bersama sang Mempelai. Kitapun udah mendengar panggilan Tuhan dalam hati kita, kita pun tau dengan setia melakukan kehendaknya, maka Dia akan memberikan mahkota/reward yang Dia janjikan yaitu kehidupan kekal (II Timotius 4:7-8 Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya. ) Tapi seringkali karena lengah, tidak fokus, atau terlena oleh pekerjaan, lingkungan, atau emosi, kita jadinya tidak mendengar panggilanNya atau peringatanNya dengan jelas. Kita tidak melakukan kehendakNya dengan sungguh. Sehingga seperti 5 gadis yang tidak bijaksana akhirnya mereka tidak bisa masuk dalam kebahagiaan kekal. Memang sulit, untuk mengikut Tuhan, jatuh bangun pasti kita alami, tapi biarlah dalam kejatuhan, ketidak fokusan, keterlenaan...kita tetap mau bangkit lagi, mempersiapkan diri, mau fokus lagi dan menantikan janjiNya. Semoga dalam satu komunitas kita bisa saling mengingatkan satu sama lain, bila ada yang jatuh, bila ada yang terlena dan tidak fokus. Sehingga saatnya nanti kita akan seperti 5 gadis bijaksana yang masuk bersama Mempelai dalam kebahagiaan kekal. Semoga Nathasa Vol. 21/2011 Fresh JUICE ! 29 27 Agustus 2011 : Ya Tuhan Saya Tidak Pantas Monika 1Tes 4:9-11, Mzm 98:1,7-8,9, Luk 7:1-17 Luk. 7:8a “Sebab aku sendiri seorang bawahan (perwira) dan di bawahku ada seorang prajurit.” Taat, patuh dan turut melakukan perintah atau komando dari atasan sangatlah penting dalam menjaga kualitas sebagai seorang bawahan karena itu akan menjadi nilai plus atau contoh baik untuk orang lain. Dalam kisah Injil hari ini, Yesus sangat terkagum dengan ketaatan dan kepatuhan sang perwira yang anak buahnya sakit keras dan rasanya sulit untuk disembuhkan. Tetapi perwira ini datang kepada Yesus supaya anak buah atau bawahannya disembuhkan. Sungguh hal yang luar biasa bagaimana seorang atasan meminta kesembuhan atas bawahannya. Mungkin bawahannya ini begitu setia kepadanya sehingga ia tidak mau kehilangannya. Tetapi yang mau saya fokuskan pada renungan kali ini adalah iman dari sang atasan terhadap kesembuhan bawahannya terhadap Kuasa Yesus. Seperti yang sering kita doakan saat sebelum menyambut komuni, “Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang kepada saya, namun bersabdalah saja maka saya akan sembuh.” Demikian pula sang perwira mempunyai iman yang kuat akan sabda Yesus yang menyembuhkan. Hal ini memang sering terjadi dalam hidup kita kalau kita percaya akan mukjizat Yesus melalui sabdaNya. Contoh nyata adalah bulan lalu ketika seorang panitia retret yang sedang menjalankan tugasnya sewaktu retret mendengar kabar bahwa istri dan anaknya sedang sakit keras sampai dibawa ke unit gawat darurat. Tentu sebagai seorang ayah dan sekaligus seorang suami hatinya begitu sedih dan ingin cepat pulang saja. Kemudian, sebagai sesama panitia retret, kami mendoakan beliau dan juga istri-anaknya. Setelah didoakan, seorang diantara kami mendapatkan sabda nubuat atau kenabian yang mengatakan bahwa dalam perjalanan pulang dari Bedugul ke Denpasar, sang istri dan anak akan mendapat kesembuhan. Puji Tuhan, apa yang terjadi, istri dan anak didapati oleh sang suami sekaligus ayah dengan keadaan yang sehat-sehat saja. Tuhan bekerja di luar kemampuan dan akal budi kita. Yang diharapkan dari kita hanyalah iman kepadaNya. Jika Tuhan mengatakan “IYA” kita harus melaksanakannya dengan penuh iman. Diakon Vincent 30 Fresh JUICE ! Vol. 21/2011 28 Agustus 2011 : Berani Memikul Salib Kita Hari Minggu Biasa XXII, Agustinus Yer 20:7-9, Mzm 63:2,3-4,5-6,8-9, Rm 12:1-2, Mat 16:21-27 Mat. 16:25 “… tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” Banyak kali aku selalu dicobai dengan banyak tantangan, terlebih saat aku berhadapan dengan orang-orang yang sungguh membutuhkan bantuanku. Aku bekerja dengan orang-orang Aborigin di Darwin-Australia. Suatu waktu, ketika sedang berdoa, ada orang datang ke tempat kami dan meminta makanan. Aku memberikan sesuatu buat makan siang mereka. Lalu pada malam hari orang yang sama datang dan meminta makanan. Dia meminta untuk beberapa temannya yang duduk di luar pastoran. “Dia mengatakan, Romo, aku lapar. Berikan kami sesuatu untuk makan,” lalu dia mengakhiri kalimatnya dengan kata, “Tolong”. Dia menyambung, “Romo aku seorang Katolik.” Dalam hati aku berkata sambil marah, “IYA, saya tahu kamu katolik.” Lalu aku memberikan mereka apa saja yang mereka minta. Setelah mereka meninggalkan pastoran, aku merefleksikan tingkah laku yang aku miliki saat itu. Aku sadar bahwa memang tidak baik kalau aku bersikap seperti itu terhadap mereka. Aku harus sungguh menunjukan bahwa aku ingin membantu mereka. Hari ini Yesus menjelaskan bagaimana mengikuti jejaknya. Dia mengatakan, “… barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” Tuhan Yesus tidak hanya menjelaskannya dengan kata-kata. Namun Dia menunjukannya dengan perbuatan. Dia menunjukan lewat warta pelayananNya bagi umat pilihan Allah, terlebih orang-orang yang sangat membutuhkan bantuanNya. Dia menyembuhkan orang yang menderita berbagai penyakit. Dia juga merelakan diriNya dicaci-maki, dibiarkan dan dipaksa memikil salib. Dan akhirnya Dia mati di kayu salib demi dosa dan salah manusia. Dia mengurbankan diri seutuhnya di atas kayu salib yang hina demi keselamatan kita umatNya. Yesus sungguh percaya dan tahu bahwa semuanya itu adalah rencana Bapa, Allah di Surga. Dia menunjukan ketaattanNya yang sempurnah kepada Bapa. Ketika kita ditantang dengan berbagai cobaan, kita merasa bahwa semuanya ini adalah kutukan dari Tuhan. Banyak sekali perasaan yang muncul pada saat itu. Kita terkadang merasa takut, cemas, bimbang dan tidak berani untuk menhadapi kenyataan itu. Kita tidak menginginkan untuk disakiti. Namun Yesus di sini mengundang kit aunguk mengikuti jalanNya. Dia mengundang kita unguk memikul dan berjalan mengikuti tapak yang Dia jalani sambil memikul salib-salib kita di dalam hidup kita. Dia mengajak kita untuk memberikan diri kita seutuhnya demi pelayanan sabdaNya. Seperti pengalamanku dengan orang Aborigin yang datang ke tempatku. Kita harus melayani dengan sepenuh hati. Rm. Joseph, MGL Vol. 21/2011 Fresh JUICE ! 31 29 Agustus 2011 : Pengorbanan Yohanes Pembaptis Wafatnya St. Yohanes Pembaptis Yer 1:17-19, Mzm 71:1-2,3-4a,5-6ab,15ab,17, Mrk 6:17-29 Mrk 6: 27 “Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes.Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes dipenjara.” Sudah lama saya tidak mengunjungi kakak atau mbak saya yang tinggal di Jimbaran. Sewaktu saya berkunjung kesana dia sempat menanyakan Lu kamu tahu boy band “Smash” ndak?! ini lho aku punya koleksi sinetronnya dari seri awal sampai dengan tamat. Ayo nonton sampai tamat biar kamu tidak penasaran. Karena mbak saya sangat ngefans berat tidak terasa 6 jam sudah kami berdua melototin lap top nonton “Smash”. Ada fans yang sampai pingsan-pingsan karena terlalu histerisnya ketika para personilnya muncul. Sampai rela dibela-belain berdiri demi konser Smash. Melihat fenomena ini saya sampai geleng-geleng kepala mbak saya yang tidak pernah ngefans boyband,bisa-bisanya punya koleksi Smash komplit. Bahkan dia jadi Smashblast julukan bagi para fans Smash. Yang paling membuat dia terkesan Personil Smash keren bisa menyanyi sambil ngedance, juga friendly dengan para fansnya. Siapapun artisnya,ketika para artis hendak tampil disuatu konser, atau bertemu dengan para fansnya persiapan dan totalitasnya “untuk memberikan yang terbaik” bagi para fans yang tentunya sudah menunggu-nunggu penampilannya. Injil pada hari ini mengisahkan wafatnya St.Yohanes Pembabtis. Bagaimana pengorbanannya, pelayanannya untuk memberitakan kabar sukacita. Ketika kita melihat bagaimana pengorbanan Yohanes Pembabtis untuk melayani Tuhan diutus untuk menyampaikan kabar sukacita, kebenaran membuat Yohanes harus kehilangan nyawanya dengan dipenggal kepalanya. Saudara yang terkasih sharing mengenai boyband yang sedang fenomenal dan kisah pengorbanan Yohanes Pembabtis memberikan sebuah perenungan bagi saya. Untuk memberikan yang terbaik bagi para fans,Smash berlatih dengan disiplin.Tidak hanya latihan menari,vocal, penampilan kostume juga mereka berikan yang terbaik, totalitas untuk menyenangkan para fans,sehingga penampilannya selalu ditunggutunggu oleh para fans. Bagaimana dengan kita ketika melayani Tuhan.”Apakah kita sudah memberikan yang terbaik waktu kita, skill untuk mau dikembangkan lagi?”. Untuk berkorban seperti Santo Yohanes Pembabtis bukanlah hal yang mudah. Namun semangat,totalitasnya untuk berkorban “memberikan yang terbaik” bagi Tuannya,patutlah menjadi teladan bagi kita. Marilah kita berikan yang terbaik, seperti para artis yang mempersiapkan “the best performance” bagi para fans, begitu juga dengan kita “lebih daripada itu” mempersiapkan pelayanan yang terbaik untuk Raja dari segala Raja yang berkuasa atas kehidupan ini.So Do the Best !! Biarlah namaNya semakin dimuliakan dalam setiap pelayanan kita. Lulu 32 Fresh JUICE ! Vol. 21/2011 30 Agustus 2011 : Remote Control Ghebre Michael, Guarinus & Amadeus, Eustaqio van Lieshout 1Tes 5:1-6,9-11, Mzm 27:1,4,13-14, Luk 4:31-37 Luk 4:35 Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: “Diam, keluarlah dari padanya!” Dan setan itupun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari padanya dan sama sekali tidak menyakitinya. Ketika roh jahat masuk ke dalam seseorang di rumah Ibadat di Kaparnaum, Galilea, ia memanggil Yesus dan menyebutNya “ Aku tahu siapa Engkau. Yang Kudus dari Allah”. Roh jahat tidak memaki, tapi menyerukan siapa Yesus. Memuji Yesus. Namun Yesus tahu siapa yang ada didalam orang ini, dan mengusir roh jahat dari padanya. Sering sekali, kita mendapat pujian, dan sering kali juga, pujian itu membuat kita besar kepala, dan tidak lagi menginjak bumi. Sebuah pujian bisa membuat orang menjadi bersemangat, tapi juga bisa menjerumuskan orang dalam ‘kenyamanan’ yang salah. Seorang teman mengumpakan hidup seperti Remote control. Perumpaan yang aneh. Ia bilang, remote control bisa mengubah ‘channel’ TV dari yang menyenangkan, sampai yang mengesalkan. Nonton acara music bisa membuat relax, tapi kalau nonton berita tentang Nazarudiin.. duuh.. bikin kesel. Lalu apa hubungannya dengan hidup? Yup, kadang kita memberikan remote control hidup kita pada orang lain. Orang lain yang punya kuasa mengubah ‘channel kita’. Ketika orang lain memencet kontrol ‘pujian’ kita menjadi senang, tapi ketika dia memencet kontrol ‘kritikan’ , kita menjadi sedih. Mengapa kita membiarkan orang lain memegang Remote control hidup kita? Mengapa kita begitu mudahnya menyerahkan ‘hidup’ kita pada orang lain? Biarlah kita memegang remote kontrol kita sendiri. Kita yang menentukan apakah kita bahagia, senang atau sedih. Apapun yang orang lain katakan, tidak mengubah ‘saluran’ kebahagiaan kita. Bila saja Yesus tidak tahu bahwa orang yang memuji Dia adalah roh jahat, maka Yesus akan terlena. Tapi Yesus tahu, pujian itu bukan datang dari hati yang tulus. Mulai hari ini, bila ada yang membuat kita sedih, katakan pada diri sendiri, “Hari ini saya yang pegang Remote Control hidup saya. Saya tidak peduli!” Salam dalam damai Kristus. Jeff Kristianto - Tajikistan Vol. 21/2011 Fresh JUICE ! 33 31 Agustus 2011 : SANTO AIDAN Aidan adalah seorang biarawan Irlandia yang hidup pada abad ketujuh. Ia tinggal di biara besar di Iona yang didirikan St Kolumbanus. St Oswald menjadi Raja Inggris Utara pada tahun 634. Raja mengundang para misionaris untuk mewartakan Injil kepada rakyatnya yang masih kafir. Misionaris pertama yang berangkat segera pulang kembali dengan mengeluh bahwa orang-orang Inggris amat kasar, keras kepala dan liar. Para biarawan berkumpul bersama untuk merundingkan situasi ini. “Menurutku,” kata St Aidan kepada biarawan yang kembali itu, “engkau terlalu keras dengan orang-orang ini.” Ia kemudian menjelaskan bahwa, sebagaimana dikatakan St Paulus, terlebih dahulu ajaran-ajaran yang mudahlah yang diberikan. Ketika orang-orang telah bertambah kuat dalam Sabda Allah, barulah dapat dimulai ajaran-ajaran yang lebih sempurna mengenai hukum-hukum Tuhan yang kudus. Ketika para biarawan mendengar nasehat yang bijaksana itu, mereka berpaling kepada Aidan. “Sebaiknya engkaulah yang pergi ke Inggris Utara untuk mewartakan Injil,” kata mereka. Aidan pergi dengan suka hati. Ia menerima tugas baru ini dengan kerendahan hati dan semangat doa. Ia mulai dengan berkhotbah. Raja St Oswald sendiri yang menerjemahkan khotbah-khotbah Aidan ke dalam bahasa Inggris hingga Aidan menguasai bahasa Inggris dengan lebih baik. St Aidan berkelana ke seluruh penjuru negeri, selalu dengan berjalan kaki. Ia bekhotbah dan menolong rakyat. Ia melakukan banyak perbuatan baik dan amat dikasihi oleh umatnya. Setelah tigapuluh tahun masa pelayanan St Aidan, setiap biarawan atau imam yang datang ke daerah itu akan disambut dengan penuh sukacita oleh segenap penduduk desa. Di Pulau Lindisfarne, St Aidan mendirikan sebuah biara besar. Betapa banyak orang kudus dihasilkan dari sana hingga Lindisfarne dikenal sebagai Pulau Kudus. Sedikit demi sedikit, pengaruh pewartaan yang giat ini mengubah Inggis Utara menjadi sebuah pulau Kristen yang beradab. St Aidan wafat pada tahun 651. Kita dapat belajar dari kisah hidup St Aidan bahwa kesaksian seorang yang baik hati dan penuh sukacita mendatangkan pengaruh kuat pada orangorang lain. Apabila kita membutuhkan pertolongan untuk melihat kebaikan dalam diri orang lain, kita dapat membisikkan doa kepada St Aidan. “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.” 34 Fresh JUICE ! Vol. 21/2011