BAB 2 LANDASAN TEORI

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Sistem
Setiap perusahaan memiliki sistem untuk setiap fungsi yang ada dalam
perusahaan. Sistem-sistem yang ada di setiap fungsi berbeda. Perbedaan ini
disebabkan karena perbedaan alur kerja dan proses bisnis yang terjadi pada setiap
fungsi tersebut.
Definisi sistem menurut O’Brien (2006, p29) merupakan sekelompok
elemen yang saling berhubungan atau berinteraksi hingga membentuk satu
kesatuan. Menurut Gelinas dan Dull (2010, p111), sistem adalah sekelompok
elemen yang bergantung satu sama lain yang bersama-sama mencapai suatu
tujuan. Sedangkan James A. Hall (2011, p5) berpendapat bahwa “A system is a
group of two or more interrelated components or subsystems that serve a
common purpose.” Artinya sistem adalah sekelompok komponen atau sub sistem
yang memiliki tujuan yang sama.
Dari ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan
sekelompok elemen yang saling berhubungan dan berinteraksi yang bertujuan
mencapai suatu tujuan tertentu.
2.2
Sistem Informasi
Informasi merupakan salah satu sumber daya penting bagi perusahaan.
Informasi yang baik bagi perusahaan adalah informasi yang diperoleh dari
mengolah data yang akurat dan terpercaya. Selain itu, informasi yang dapat
membantu perusahaan khususnya pihak manajemen adalah informasi yang dapat
diperoleh sewaktu-waktu. Informasi-informasi seperti ini dapat diperoleh jika
perusahaan menerapkan sistem informasi yang terintegrasi.
Menurut Gelinas dan Dull (2010, p12), sistem informasi adalah suatu
sistem yang terdiri dari seperangkat komponen yang berbasis komputer dan
komponen manual yang dibangun untuk mengumpulkan, menyimpan, dan
mengelola data serta menghasilkan informasi bagi pengguna.
Menurut O’Brien (2006, p5), sistem informasi merupakan kombinasi
sumber daya manusia, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber
daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam
sebuah organisasi.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p7), sistem informasi
merupakan
kumpulan
dari
komponen-komponen
yang
mengumpulkan,
memproses, menyimpan, dan menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan dalam bisnis.
Jadi, berdasarkan beberapa defisini di atas, dapat disimpulkan bahwa
sistem informasi merupakan kumpulan dari komponen-komponen berbasis
komputer yang mengumpulkan, menyimpan, mengolah, dan menghasilkan
informasi bagi sebuah organisasi.
2.3
Sistem Informasi Akuntansi
Informasi yang dibutuhkan oleh manajemen suatu perusahaan dapat
diperoleh dengan menerapkan sistem informasi. Sistem informasi yang
terintegrasi dengan baik akan mencakup semua aspek dan fungsi di perusahaan.
Salah satu aspek perusahaan adalah aspek keuangan dan akuntansi. Informasi
terkait aspek keuangan dan akuntansi dalam perusahaan dapat diperoleh melalui
sistem informasi akuntansi.
Definisi sistem informasi akuntansi menurut Gelinas dan Dull (2010,
p14) adalah subsistem khusus dari sistem informasi yang berfungsi untuk
mengumpulkan, memproses, dan melaporkan informasi yang berkaitan dengan
aspek keuangan dari suatu kejadian bisnis.
Menurut James A. Hall (2011, p7), sistem informasi akuntansi adalah
suatu subsistem yang memproses transaksi keuangan dan non-keuangan yang
berpengaruh secara langsung terhadap pemrosesan transaksi keuangan.
Sedangkan menurut Rama dan Jones (2006, p5), sistem informasi
akuntansi adalah subsistem dari sistem informasi manajemen yang menyediakan
informasi akuntansi, keuangan, dan informasi lain yang diperoleh dari proses
rutin transaksi akuntansi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan
subsistem dari sistem informasi yang mengumpulkan, memproses, dan
menyediakan informasi-informasi yang berkaitan dengan transaksi akuntansi
perusahaan.
2.3.1
Siklus Transaksi pada Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Jones dan Rama (2008, p4), terdapat tiga siklus transaksi utama, yaitu :
1. Acquisition (purchasing cycle)
Siklus ini mencakup proses pembelian barang dan jasa.
2. Conversion cycle
Siklus ini mencakup proses mengubah sumber daya menjadi barang
jadi maupun jasa.
3. Revenue cycle
Siklus ini mencakup proses penyediaan barang atau jasa kepada
pelanggan dan pengumpulan kas.
2.3.1.1 Tahapan Siklus Pembelian (Purchasing Cycle)
Siklus pembelian mencakup proses pembelian, penerimaan, dan
pembayaran barang maupun jasa. Setiap perusahaan memiliki tahapan siklus
pembelian yang berbeda-beda. Namun, secara umum tahapan siklus pembelian
pada perusahaan-perusahaan memiliki kemiripan satu sama lain. Tahapantahapan siklus pembelian menurut Rama dan Jones (2006, p20) adalah sebagai
berikut :
1. Konsultasi dengan supplier
Perusahaan menghubungi beberapa supplier untuk mendapatkan
pemahaman mengenai produk dan jasa yang tersedia beserta
harganya.
2. Proses rekuisisi
Dokumen permintaan pembeliaan disiapkan oleh karyawan dan harus
disetujui oleh supervisor. Daftar permintaan pembelian ini kemudian
akan diserahkan kepada bagian pembelian untuk melakukan transaksi
pembelian dengan supplier.
3. Melakukan kesepakatan dengan supplier untuk membeli barang di
masa mendatang.
Kesepakatan dengan supplier mencakup purchase order dan kontrak
dengan supplier.
4. Menerima barang atau jasa dari supplier
Perusahaan melalui bagian penerimaan harus memastikan bahwa
barang yang diterima sesuai dengan pesanan dan dalam keadaan baik.
5. Menerima klaim atas barang atau jasa yang diterima
Setelah barang diterima, supplier akan mengirimkan tagihan dan akan
dicatat oleh bagian piutang.
6. Memilih tagihan yang akan dibayar
Pemilihan
tagihan
yang
akan
dibayar
umumnya
dilakukan
berdasarkan jadwal yang biasanya adalah jadwal mingguan.
7. Menulis cek
Setelah memilih tagihan yang akan dibayar, maka cek pembayaran
akan ditulis dan dikirimkan kepada supplier.
2.3.1.2 Tahapan Siklus Penjualan (Revenue Cycle)
Siklus penjualan pada perusahaan menurut Jones dan Rama (2006, p18)
mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Merespon permintaan informasi dari pelanggan
Informasi untuk pelanggan dimaksudkan agar pelanggan memahami
produk perusahaan sehingga dapat memilih produk yang sesuai.
2. Mengembangkan kesepakatan dengan pelanggan untuk menyediakan
barang atau jasa di masa yang akan datang
Kesepakatan antara perusahaan dengan pelanggan dicatat dalam
catatan pesanan
3. Menyediakan layanan atau mengirim barang kepada pelanggan
Pada perusahaan jasa, karyawan berfungsi sebagai penyedia jasa
layanan. Sedangkan pada perusahaan dagang, karyawan warehouse
dan petugas pengantar (delivery) memegang peranan penting dalam
proses pengiriman barang kepada pelanggan.
4. Menagih pelanggan
Tahap ini merupakan tahap di mana perusahaan melakukan klaim
kepada pelanggan dengan mencatat piutang dan menagih kepada
pelanggan.
5. Mengumpulkan pembayaran pelanggan
Selama
siklus
penjualan,
kas
dari
pembayaran
pelanggan
dikumpulkan.
6. Menyetorkan uang ke bank
Kas yang diterima selama siklus penjualan disetor di bank. Pihakpihak yang terlibat dalam proses ini adalah kasir dan bank.
7. Menyiapkan laporan
Laporan yang disiapkan dalam siklus penjualan juga termasuk daftar
pesanan, daftar pengantaran, dan daftar piutang.
2.3.2
Manfaat dan Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Jones dan Rama (2008, p6), sistem informasi memiliki lima
manfaat dan kegunaan, yaitu :
1. Membuat laporan eksternal
Sistem informasi akuntansi membuat manajemen dapat memperoleh
informasi dengan lebih mudah. Dengan informasi yang lebih mudah
dan cepat diperoleh, maka akan lebih mudah dan cepat pula untuk
menghasilkan laporan-laporan untuk memenuhi kebutuhan informasi
para investor, kreditor, ataupun pihak-pihak lain.
2. Mendukung kegiatan rutin
Sistem informasi akuntansi akan membantu manajemen untuk
menangani aktivitas-aktivitas operasi rutin perusahaan selama
berlangsungnya siklus operasi perusahaan.
3. Mendukung keputusan
Sistem informasi akuntansi akan dapat menyediakan informasi yang
dibutuhkan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan.
4. Perencanaan dan pengendalian
Informasi historis yang didapat dari sistem informasi akuntansi dapat
digunakan untuk melakukan perencanaan dan pengendalian dalam
perusahaan.
5. Menerapkan pengendalian internal
Sistem informasi akuntansi yang terkomputerisasi dapat menjadi
salah satu alat pengendalian internal. Pengendalian internal ini dapat
berupa pemberian sandi (password) dan pembagian hak akses sesuai
dengan peran dan tanggungjawab setiap karyawan.
2.4
Sistem Informasi Akuntansi Penjualan
Sistem informasi akuntansi mencakup fungsi-fungsi yang ada dalam
perusahaan untuk memperlancar transaksi-transaksi yang terjadi dalam
perusahaan. Salah satu cakupan sistem informasi akuntansi adalah sistem
informasi akuntansi pada siklus penjualan. Menurut James A.Hall (2011, p335)
siklus penjualan merupakan serangkaian aktivitas bisnis yang mengubah barang
atau jasa untuk pelanggan menjadi kas.
2.4.1
Fungsi-fungsi yang Terkait dalam Siklus Penjualan
Menurut Mulyadi (2008, p211) siklus penjualan pada perusahaan
melibatkan beberapa fungsi yang terkait, antara lain :
1. Fungsi Penjualan
Fungsi penjualan merupakan fungsi yang bertanggung jawab untuk
menerima surat order dari pembeli, mengedit order dari pelanggan
untuk menambahkan informasi yang belum terdapat pada surat order,
meminta otorisasi kredit, menentukan tanggal pengiriman dan asal
gudang darimana barang akan dikirim, dan mengisi surat order
pengiriman. Fungsi penjualan juga bertanggung jawab untuk
membuat “back order” jika persediaan di gudang tidak memenuhi
order pelanggan.
2. Fungsi Kredit
Fungsi kredit merupakan suatu fungsi di bawah fungsi akuntansi yang
bertanggung jawab untuk meneliti status kredit pelanggan dan
memberikan otorisasi pemberian kredit kepada pelanggan.
3. Fungsi Gudang
Fungsi gudang bertanggung jawab untuk meyimpan dan menyiapkan
barang yang dipesan oleh pelanggan serta menyerahkan ke bagian
pengiriman.
4. Fungsi Pengiriman
Fungsi pengiriman bertanggung jawab untuk mengirim barang kepada
pelanggan.
5. Fungsi Penagihan
Fungsi
penagihan
bertanggung
jawab
untuk
membuat
dan
mengirimakan faktur penjalan kepada pelanggan.
6. Fungsi Akuntansi
Fungsi akuntansi bertanggung jawab untuk mencatat piutang yang
muncul dari transaksi penjualan.
2.4.2
Dokumen yang Digunakan dalam Sistem Informasi Akuntansi Penjualan
Menurut Mulyadi (2008, p214) dokumen yang digunakan dalam sistem
informasi akuntansi penjualan meliputi :
1. Surat order pengiriman dan tembusannya
Surat order pengiriman digunakan untuk memberikan otorisasi
kepada bagian pengiriman untuk mengirim barang sesuai dengan
jenis, jumlah, dan spesifikasi yang ada pada surat order pengiriman.
2. Faktur dan tembusannya
Faktur digunakan untuk mengirimkan tagihan kepada customer dan
merupakan dokumen yang menjadi dasar bertambahnya piutang.
3. Rekapitulasi harga pokok penjualan
Rekapitulasi harga pokok penjualan merupakan dokumen yang
digunakan untuk menghitung total harga pokok produk yang dijual
selama periode tertentu.
4. Bukti memorial
Bukti memorial digunakan sebagai dasar pencatatan harga pokok
produk yang dijual selama periode tertentu.
2.5
2.5.1
Sistem Informasi Akuntansi Pembelian
Pengertian Pembelian
Untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dalam rangka usahanya untuk
memenuhi permintaan pelanggan atas barang dan material, perusahaan perlu
melakukan pembelian kepada pemasok. Proses pembelian menurut Gelinas dan
Dull (2010, p430) adalah suatu struktur interaksi antara orang-orang, peralatan,
metode-metode, dan pengendalian yang dirancang untuk mencapai fungsi-fungsi
utama sebagai berikut :
1. Menangani rutinitas pekerjaan yang berulang-ulang dari bagian
pembelian dan penerimaan.
2. Mendukung pengambilan keputusan dari orang-orang yang mengatur
bagian pembelian dan penerimaan.
3. Membantu dalam penyajian laporan internal dan laporan eksternal.
2.5.2
Fungsi-fungsi yang Terlibat dalam Siklus Pembelian
Dalam setiap siklus pembelian, terdapat fungsi-fungsi yang terlibat, yaitu :
1. Fungsi gudang
Fungsi gudang bertugas untuk mengajukan permintaan pembelian
berdasarkan jumlah stok barang di gudang.
2. Fungsi pembelian
Fungsi pembelian bertanggung jawab terhadap proses permintaan
barang kepada supplier, termasuk harga barang dan memilih supplier
yang akan dipilih. Selain itu, fungsi pembelian juga bertugas untuk
membuat permintaan pembelian (purchase order) untuk supplier.
3. Fungsi Penerimaan
Fungsi penerimaan bertugas untuk menerima barang pesanan yang
dikirim oleh supplier. Fungsi penerimaan harus mengecek kesesuaian
jenis barang yang dipesan, mutu, dan kuantitas yang diterima.
4. Fungsi Akuntansi
Fungsi akuntansi bertugas untuk mencatat hutang dan mencatat
persediaan.
2.5.3
Dokumen yang Digunakan dalam Siklus Pembelian
Dalam siklus pembelian, terdapat dokumen-dokumen yang digunakan
untuk mendukung setiap transaksi. Dokumen yang digunakan dalam siklus
pembelian menurut Mulyadi (2008, p303) antara lain :
1. Surat permintaan pembelian
2. Surat permintaan penawaran harga
3. Surat order pembelian
4. Laporan penerimaan barang
5. Surat perubahan order
6. Bukti kas keluar
2.6
2.6.1
Sistem Informasi Akuntansi Persediaan
Pengertian Persediaan
Persediaan dalam perusahaan merupakan salah satu fakor penting yang
perlu dijaga ketersediaannya untuk mendukung kelancaran operasional
perusahaan khususnya siklus penjualan. Definisi persediaan menurut Ikatan
Akuntan Indonesia (2007) adalah aktiva yang tersedia untuk dijual dalam
kegiatan perusahaan, dalam proses produksi, dalam perjalanan, dalam bentuk
bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa.
Secara umum, istilah persediaan menunjuk pada barang yang dimiliki
perusahaan untuk dijual kembali atau digunakan dalam proses pemberian jasa.
2.6.2
Metode Pencatatan Persediaan
Dalam siklus persediaan, dikenal dua metode pencatatan persediaan,
yaitu :
1. Metode mutasi persediaan (perpetual inventory method)
Pada metode mutasi persediaan, setiap perpindahan persediaan akan
dicatat pada kartu persediaan.
2. Metode persediaan fisik (physical inventory method)
Pada metode persediaan fisik, yang dicatat pada kartu persediaan
hanya pertambahan persediaan akibat adanya pembelian saja.
Sedangkan, berkurangnya persediaan akibat pemakaian tidak dicatat
pada kartu persediaan.
2.6.3
Sistem dan Prosedur Sistem Akuntansi Persediaan
Dalam sistem akuntansi persediaan, terdapat sistem-sistem dan prosedurprosedur yang berkaitan, yaitu :
1. Prosedur pencatatan produk jadi.
2. Prosedur pencatatan harga pokok yang dijual.
3. Prosedur pencatatan harta pokok produk jadi yang diterima kembali
dari pembeli.
4. Prosedur pencatatan tambahan dan penyesuaian kembali harga pokok
persediaan produk dalam proses.
5. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli.
6. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan
kepada pemasok.
7. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang.
8. Prosedur pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena
pengembalian barang gudang.
9. Sistem penghitungan fisik persediaan.
2.6.4
Dokumen yang Digunakan Sistem Informasi Akuntansi Persediaan
Menurut Mulyadi (2008, p576) dokumen yang digunakan untuk
merekam, meringkas, dan membukukang hasil pengitungan fisik adalah :
1. Kartu penghitungan fisik
2. Daftar hasil penghitungan fisik
3. Bukti memorial
2.7
2.7.1
Sistem Pengendalian Internal
Pengertian Sistem Pengendalian Internal
Suatu sistem yang baik harus memilki pengendalian internal agar
terhindar dari kesalahan atau kecurangan yang mungkin terjadi dan dilakukan
oleh karyawan yang menjalankan sistem. Sistem pengendalian internal menurut
Mulyadi (2008, p163) meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran
yang dikoordinasikan yang bertujuan untuk menjaga kekayaan organisasi,
mengecek ketelitian, dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan
mendorong pemenuhan kebijakan manajemen.
Berdasarkan tujuan pengendalian internal yang dijabarkan dalam
pengertiannya, sistem pengendalian internal dapat dibagi menjadi dua kategori,
yaitu :
1. Pengendalian internal akuntansi (internal accounting control)
Pengendalian internal akuntansi meliputi struktur organisasi, metode,
dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan
organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.
Pengendalian internal akuntansi yang baik dapat menjadi jaminan
bagi investor dan kreditur untuk menanamkan modalnya. Selain itu,
dengan pengendalian internal akuntansi yang baik, maka laporan
keuangan yang dihasilkan akan terpercaya.
2. Pengendalian internal administratif (internal administrative control)
Pengendalian internal administratif meliputi struktur organisasi,
metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk mendorong
efisiensi dan pemenuhan kebijakan manajemen.
2.7.2
Komponen Sistem Pengendalian Internal
Sistem pengendalian internal yang diterapkan dalam organisasi terdiri
dari beberapa komponen atau unsur yang terdapat di dalamnya. Komponen atau
unsur-unsur tersebut menurut Mulyadi (2008, p164 ) adalah :
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional
secara tegas.
Pemisahan tanggung jawab fungsional dalam suatu organisasi harus
ditetapkan secara tegas. Pembagian tanggung jawab fungsional dalam
organisasi didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan harus dipisahkan
dengan fungsi akuntansi. Fungsi operasi berwenang dalam
pelaksanaan suatu kegiatan, fungsi penyimpanan berwenang
dalam menyimpan aktiva perusahaan, dan fungsi akuntansi
berwenang untuk mencatat peristiwa keuangan perusahaan.
b. Suatu fungsi tidak boleh bertanggung jawab penuh atas semua
tahap dalam suatu transaksi.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang melindungi
kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya.
Setiap transaksi hanya dapat terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat
yang berwenang. Oleh sebab itu setiap organisasi harus memilki
pembagian wewenang otorisasi untuk setiap transaksi.
3. Praktik yang sehat dalam menjalankan tugas dan fungsi setiap unit.
Pembagian tanggung jawab fungsional, sistem wewenang dan
prosedur pencatatan dapat berjalan dengan baik jika ada cara-cara
untuk
menjamin
praktik
yang
sehat
dalam
pelaksanaannya,
diantaranya :
a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak.
b. Pemeriksaan mendadak untuk mendorong karyawan selalu
melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan.
c. Setiap transaksi tidak boleh dilakukan oleh satu orang atau
fungsi organisasi dalam setiap tahapannya.
d. Perputaran jabatan untuk menjaga independensi pejabat dan
menghindari persengkongkolan.
4. Karyawan yang kompeten sesuai dengan tanggung jawabnya.
Karyawan yang melaksanakan fungsi-fungsi pada organisasi harus
kompeten sesuai tanggung jawabnya masing-masing sehingga dapat
mendukung sistem pengendalian internal. Karyawan yang kompeten
akan melaksanakan tugasnya dengan baik dan jujur serta dapat
melaksanakan tugasnya dengan efektif dan efisien.
2.7.3
Pengendalian Internal pada Siklus Penjualan
Pengendalian internal pada siklus penjualan terdiri dari beberapa aspek, yaitu :
1. Organisasi
Aspek organisasi dalam pengendalian internal siklus penjualan
mencakup pemisahan fungsi penjualan dengan fungsi kredit dan
fungsi akuntansi, pemisahan fungsi akuntansi dengan fungsi kas, dan
pelaksanaan transaksi harus dilakukan oleh lebih dari satu orang.
2. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
Aspek sistem otorisasi dan prosedur pencatatan mengatur bahwa
semua transaksi dalam siklus penjualan harus mendapat otorisasi dari
pihak yang berwenang dan menggunakan prosedur pencatatan
tertentu.
3. Praktik yang sehat
Pengendalian internal pada siklu penjualan juga mengatur praktik
yang sehat dalam operasional sehari-hari seperti :
a. Penggunaan formulir bernomor urut
b. Pengadaan rekonsiliasi secara periodik terhadap kartu piutang
2.7.4
Pengendalian Internal pada Siklus Pembelian
Sistem pengendalian internal pada siklus pembelian menurut Mulyadi
(2008, p183) mencakup tiga aspek, yaitu :
1. Organisasi
Aspek organisasi pada sistem pengendalian internal siklus pembelian
dapat dilakukan dengan memisahkan fungsi pembelian dengan fungsi
penerimaan, fungsi pembelian dengan fungsi akuntansi, fungsi
penerimaan dengan fungsi penyimpanann barang, dan transaksi tidak
boleh dilakukan oleh hanya satu orang.
2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
Semua transaksi yang terjadi dalam siklus pembelian harus
berdasarkan otorisasi pejabat berwenang dan dicatat dalam catatan
akuntansi melalui prosedur pencatatan tertentu.
3. Praktik yang sehat
Sistem pengendalian siklus pembelian dapat berjalan dengan baik jika
dipraktekkan oleh karyawan dengan baik dalam kegiatan operasional
sehari-hari. Sistem pengendalian siklus pembelian dapat dilakukan
dengan berbagai cara, di antaranya :
a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak
b. Pemilihan pemasok berdasarkan harga yang paling bersaing di
antara pemasok lain.
c. Pemeriksaan dan penerimaan barang oleh fungsi penerimaan
hanya dilakukan setelah menerima tembusan surat order
pembelian dari fungsi pembelian.
d. Pemeriksaan barang yang diterima fungsi penerimaan
dilakukan dengan menghitung dan menginspeksi barang dan
membandingkannya dengan tembusan surat order pembelian.
2.7.5
Pengendalian Internal pada Siklus Persediaan
Dalam siklus persediaan, menurut Mulyadi (2008 , p581) terdapat
pengendalian internal yang harus perhatikan. Secara garis besar ada tiga
pengendalian internal yang ada pada siklus persediaan, yaitu :
1. Organisasi
Dari sisi organisasi, pengendalian internal pada siklus persediaan
adalah :
a. Penghitungan fisik persediaan harus dilakukan oleh panitia
gabungan dengan tiga fungsi, yaitu fungsi pemegang kartu
penghitungan fisik, fungsi penghitung, dan fungsi pengecek.
Fungsi penghitung dan fungsi pengecek bertugas menghitung
barang dan mengecek mutunya secara independen. Sedangkan
fungsi pemegang kartu penghitungan fisik bertanggung jawab
akan formulir yang digunakan dalam penghitungan persediaan,
perbedaan data yang dihasilkan penghitung dan pengecek, serta
penyalinan data dari kartu penghitungan fisik ke dalam daftar
hasil penghitungan fisik.
b. Panitia gabungan ini harus terdiri dari orang-orang di luar fungsi
gudang serta fungsi akuntansi persediaan dan biaya. Hal ini
bertujuan untuk menjamin ketelitian dan keakuratan data
penghitungan persediaan sehingga dapat mengevaluasi fungsi
gudang serta fungsi akuntansi persediaan secara obyektif.
2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
Dari sisi sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, ada empat
pengendalian internal yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Penandatanganan daftar hasil penghitungan fisik persediaan
oleh ketua panitia penghitungan fisik persediaan sebagai bentuk
otorisasi pada hasil penghitungan fisik persediaan.
b. Hasil penghitungan fisik persediaan yang dicatat harus sesuai
dengan kartu penghitungan fisik dan telah diperiksa oleh
pemegang kartu persediaan.
c. Harga satuan yang dicatat pada daftar hasil penghitungan fisik
sesuai dengan kartu persediaan barang tersebut.
d. Perubahan kartu persediaan harus berdasarkan informasi tiap
jenis persediaan yang terdapat pada daftar penghitungan fisik.
3. Praktik yang sehat
Dari sisi praktik yang sehat, ada empat pengendalian internal, yaitu :
a. Penggunaan kartu penghitungan fisik bernomor urut tercetak
yang dapat dipertanggungjawabkan oleh fungsi pemegang kartu
penghitungan fisik.
b. Penghitungan fisik setiap jenis persediaan dilakukan masingmasing satu kali oleh fungsi penghitung dan fungsi pengecek.
Penghitungan
independen.
oleh
setiap
fungsi
ini
dilakukan
secara
c. Pencocokan kuantitas dan data persediaan pada bagian ke-2 dan
bagian ke-3 kartu penghitungan fisik sebelum data tersebut
dicatat pada daftar hasil penghitungan fisik. Pencocokan ini
dilakukan oleh fungsi pemegang kartu penghitungan fisik.
d. Penggunaan peralatan dan metode yang jelas dan ketelitian yang
terjamin untuk mengukur dan menghitung kuantitas persediaan.
2.8
2.8.1
Sistem Akuntansi Jasa Konstruksi
Pengertian Jasa Konstruksi
Menurut Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 1983 yang dikutip oleh Ida
Bagus Teddy Prianthara dalam bukunya yang berjudul Sistem Informasi
Akuntansi Perusahaan Jasa Konstruksi (2010, p6), perusahaan konstruksi adalah
perusahaan yang pekerjaannya melaksanakan pembangunan, pembuatan,
perbaikan, atau pemugaran bangunan atau barang yang tidak bergerak lainnya,
baik untuk kepentingan sendiri maupun atas perintah orang lain dengan ada atau
tidaknya perjanjian tertulis.
Sedangkan, menurut Ida Bagus Teddy Prianthara sendiri pekerjaan
konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan
atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural,
sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan untuk mewujudkan suatu
bangunan atau bentuk fisik lain.
2.8.2
Jenis-jenis Perusahaan Jasa Konstruksi
Usaha jasa konstruksi dapat berbentuk perseorangan atau badan usaha.
Jenis-jenis usaha jasa konstruksi dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Perusahaan perencanaan konstruksi
Perusahan jenis ini memberikan layanan dalam tahap perencanaan
mulai dari studi pengembangan sampai penyusunan dokumen kontrak
kerja.
2. Perusahaan pelaksanaan konstruksi
Perusahaan jenis ini memberikan layanan jasa mulai dari penyiapan
lapangan hingga penyerahan hasil akhir pekerjaan konstruksi.
3. Perusahan pengawasan konstruksi
Perusahaan jenis ini memberikan layanan jasa pengawasan baik
sebagian maupun seluruhnya mulai dari penyiapan lapangan hingga
penyerahan hasil akhir konstruksi.
2.8.3
Kontrak Perusahaan Jasa Konstruksi
Kontrak konstruksi dalam perusahaan jasa konstruksi menurut PSAK 34
Revisi 2010 adalah suatu kontrak konstruksi yang dinegosiasikan secara khusus
untuk konstruksi suatu aktiva atau suatu kombinasi aktiva yang berhubungan erat
satu sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi, dan tujuan
utama. Sedangkan, kontrak harga tetap adalah kontrak konstruksi yang telah
disetujui oleh kontraktor dimana nilai per unit output telah ditentukan dan dalam
beberapa hal tunduk pada ketentuan kenaikan biaya.
2.8.4
Pendapatan Kontrak Jasa Konstruksi
Pendapatan kontrak jasa konstruksi menurut Ida Bagus Teddy Prianthara
(2010, p9) diukur pada nilai wajar dari imbalan yang diterima atau yang akan
diterima. Pengukuran pendapatan kontrak dipengaruhi oleh ketidakpastian yang
bergantung pada hasil di masa mendatang. Estimasi nilai kontrak dapat berubah
sesuai dengan realisasi dan hilangnya ketidakpastiaan.Oleh sebab itu, nilai
pendapatan kontrak dapat meningkat atau menurun dari suatu periode ke periode
berikutnya. Klaim atas pendapatan kontrak hanya dapat dimasukkan jika :
1. Negosiasi telah mencapai tingkat akhir sehingga besar kemungkinan
pemberi kerja menerima klaim tersebut.
2. Nilai klaim besar kemungkinannya disetujui oleh pemberi kerja dapat
diukur secara handal.
2.9
2.9.1
Object Oriented Analysis and Design (OOAD)
Perencanaan Strategis Sistem Informasi
Setiap perusahaan memiliki tujuan yang ingin dicapai. Untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut, perusahaan perlu melakukan perencanaan strategis.
Perencanaan
strategis
perusahaan
dapat
membantu
manajemen
dalam
menentukan dan menggambarkan kondisi dan posisi perusahaan saat ini, ke
mana arah bisnis perusahaan yang akan dituju dimasa mendatang, serta apa yang
harus dilakukan untuk mencapai posisi yang dituju tersebut.
Salah satu komponen dalam perencanaan strategis adalah perencanaan
strategis sistem informasi. Definisi perencanaan strategis sistem informasi
(information systems strategic planning) menurut Satzinger, Jackson, dan Burd
(2005, p16) adalah sebuah rencana yang menjelaskan teknologi dan aplikasi yang
dibutuhkan oleh fungsi sistem informasi untuk mendukung rencana strategis
perusahaan.
Dalam perencanaan strategis sistem informasi, tim pengembang pada
perusahaan akan menggabungkan dua rencana arsitektur, yaitu application
architecture plan dan technology architecture plan. Menurut Satzinger, Jackson,
dan Burd (2005, p16), application architecture plan merupakan sebuah deskripsi
dari sistem informasi yang terintegrasi yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk
menjalankan fungsi bisnisnya. Sedangkan, masih menurut Satzinger, Jackson,
dan Burd (2005, p16) definisi technology architecture plan merupakan sebuah
deskripsi dari hardware, software, dan jaringan komunikasi yang dibutuhkan
untuk mengimplementasi sistem informasi yang telah direncanakan.
2.9.2
Pengembangan Sistem
2.9.2.1 Konsep Pengembangan Sistem
Dalam proses pengembangan sistem, dibutuhkan metode-metode tertentu
untuk menjadi panduan dalam mengembangkan sistem. Metode pengembangan
sistem (system development methodology) itu sendiri menurut Satzinger,
Jackson, dan Burd (2005, p47) adalah acuan yang dapat diikuti untuk
menyelesaikan setiap aktivitas dalam pengembangan sistem, termasuk models,
tools, dan teknik-teknik tertentu. Model dalam definisi ini adalah perumpamaan
dari aspek penting dalam dunia nyata. Sedangkan tools adalah software
pendukung yang membantu membuat model atau komponen lain yang
dibutuhkan dalam proyek.
2.9.2.2 Unified Modeling Language (UML)
Model dalam metodologi pengembangan sistem mencakup perumpamaan
inputs, outputs, proses, data, obyek, interaksi antar obyek, lokasi, network, dan
peralatan. Model-model ini digambar dalam bentuk diagram sesuai dengan notasi
yang didefinisikan oleh Unified Modeling Language (UML). Pengertian Unified
Modeling Language menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p48) adalah
seperangkat konstruksi model dan notasi yang dikembangkan terutama untuk
pengembangan beorientasi obyek.
Model komponen sistem yang menggunakan Unified Modeling Language
terdiri dari tujuh diagram, yaitu :
1. Use case diagram
2. Class diagram
3. Activity diagram
4. Sequence diagram
5. Communication diagram
6. Package diagram
7. Deployment diagram
2.9.2.3 Metodologi Pengembangan Sistem
Salah satu metodologi yang dapat digunakan dalam pengembangan
sistem adalah Unified Process (UP). Unified Process merupakan sebuah
metodologi pengembangan sistem yang berorientasi obyek. Unified Process kini
sudah menjadi salah satu metodologi yang paling banyak digunakan untuk
pengembangan sistem beriorientasi obyek.
Unified Process (UP), Unified Modeling Language (UML) models, tools,
dan teknik-teknik dirancang untuk memperkuat contoh best practice dari banyak
metodologi yang umum digunakan dalam pengembangan sistem, seperti :
1. Mengembangkan secara iteratif
Membagi proyek menjadi serangkaian proyek kecil yang masingmasing diselesaikan dengan iterasi yang membangun sebagian dari
software.
2. Menjabarkan dan mengelola system requirements
Menjabarkan requirements secara keseluruhan di awal proyek,
kemudian menyaring dan memfinalisasi detil requirements dari
proyek melalui iterasi.
3. Menggunakan arsitektur komponen
Mendefinisikan arsitektur software yang memungkinkan sistem
dibangun menggunakan komponen yang jelas serta merancang dan
menerapkan sistem untuk mencapai arsitektur komponen.
4. Membuat model visual
Menggunakan
UML
diagram
untuk
menyelesaikan
model
requirements dan merancang komponen sistem untuk membantu tim
memvisualisasikan
dan
mengkomunikasikan
requirement
dan
rancangan sistem yang dibangun.
5. Memverifikasi kualitas
Melakukan tes pada sistem sejak awal dan berkelanjutan dengan
menentukan uji kasus berdasarkan requirement sistem dan memenuhi
uji unit, uji integrasi, uji kegunaan, dan uji penerimaan pengguna di
setiap iterasi.
6. Mengendalikan perubahan
Mendokumentasikan
permintaan
akan
perubahan
sistem
dan
keputusan akan perubahan yang akan dibuat, serta memastikan bahwa
versi dari model atau komponen sebelumnya teridentifikasi dan
digunakan dalam pengembangan atau perubahan selanjutnya.
2.9.3
Konsep Object Oriented
Dalam mengembangkan sistem, dapat digunakan pendekatan berorientasi
obyek (object oriented approach). Pendekatan beriorientasi obyek sendiri
menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p60) adalah suatu pendekatan
pengembangan sistem yang memandang sistem informasi sebagai sekumpulan
obyek yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugastugas.
Analisis yang digunakan dalam pengembangan sistem dengan pendekatan
berorientasi obyek adalah object oriented analysis (OOA). Object Oriented
Analysis menjabarkan semua jenis obyek yang bekerja dalam sistem dan
menunjukkan interaksi yang dibutuhkan pengguna untuk menyelesaikan tugastugas. Sedangkan Object Oriented Design (OOD) menjabarkan semua jenis
obyek yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan orang-orang dan peralatanperalatan
dalam
sistem,
menunjukkan
bagaimana
obyek-obyek
saling
berinteraksi untuk menyelesaikan tugas-tugas, dan memperjelas definisi dari
setiap obyek sehingga dapat diimplementasi dengan bahasa tertentu.
2.9.4
System Requirements
Dalam mengembangkan suatu sistem, perlu diketahui apa kebutuhan user
dan fungsi apa yang diharapkan user untuk ada pada sistem yang sedang
dikembangkan. Semua kebutuhan user dan fungsi yang harus ada pada sistem ini
disebut system requirements. Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, 130)
secara umum, system requirements dibagi ke dalam dua kategori, yaitu :
1. Functional requirement
Mencakup semua aktivitas yang harus dapat ditangani oleh sistem
atau fungsi-fungsi yang harus ada pada sistem.
2. Nonfunctional requirement
Mencakup karakteristik sistem selain aktivitas yang harus ada pada
sistem. Nonfunctional requirement dapat dibagi menjadi beberapa
jenis, di antaranya :
a. Technical requirements
Menjelaskan karakteristik operasional yang berhubungan
dengan lingkungan organisasi, hardware, dan software.
b. Performance requirements
Menjelaskan karakteristik operasional yang berhubungan
dengan pengukuran beban kerja, seperti waktu respon.
c. Usability requirements
Menjelaskan karakteristik operasional yang berhubungan
dengan users, seperti tampilan antar muka (user interface),
prosedur kerja, bantuan online, dan dokumentasi.
d. Reliability requirements
Menjelaskan karakteristik operasional yang berhubungan
dengan ketergantungan suatu sistem, pencatatan untuk semua
event atau kejadian, pemrosesan kesalahan, dan deteksi serta
perbaikan kesalahan.
e. Security requirements
Menjelaskan pembagian akses setiap user pada fungsi-fungsi
yang ada pada sistem.
2.9.5
Event Table
Dalam pengembangan sistem, perlu diketahui event-event apa saja yang
ada dalam sistem dalam rangka respon kepada permintaan pengguna. Eventevent tersebut perlu dijabarkan untuk menentukan apakah use case perlu
merespon setiap event-event tersebut. Event-event tersebut dapat dimasukkan ke
dalam tabel yang disebut event table. Definisi event table menurut Satzinger,
Jackson, dan Burd (2005, p174) adalah sebuah katalog dari use case yang
mendaftar event-event dalam ke dalam baris-baris dan potongan informasi
mengenai setiap event tersebut ke dalam kolom-kolom.
Gambar 2.1 : Event Table
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p175)
2.9.6
Use Case
Use case merupakan pendekatan visual yang dapat digunakan untuk
proses pemodelan dalam pengembangan sistem. Use case menurut Satzinger,
Jackson, dan Burd (2005, p166) merupakan aktivitas yang dilakukan sistem yang
biasanya berupa respon terhadap permintaan pengguna.
Dalam penggambaran use case diagram, digunakan beberapa simbol atau
lambang untuk merepresentasikan setiap pengguna dan apa saja yang dilakukan
sistem untuk merespon permintaan pengguna atas sistem.
Gambar 2.2 : Simbol/ notasi use case diagram
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p215)
Gambar 2.3 : Use Case Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p216)
2.9.7
Use Case Description
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p220) Use Case
Description adalah penjelasan yang lebih detil mengenai proses dari sebuah use
case.
Use Case Description dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Brief Description
Brief description digunakan untuk use case yang sangat sederhana dan bila
sistem yang dibangun berskala kecil.
Gambar 2.4 : Brief Description dari Use Case
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p221)
2. Intermediate Description
Intermediate description merupakan pengembangan dari brief description
untuk menyertakan aliran internal dari aktifitas untuk sebuah use case.
Exception dapat didokumentasi jika diperlukan.
Gambar 2.5 : Intemediate Description dari Use Case
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p222)
3. Fully Developed Description
Fully developed description adalah metode paling formal yang dapat
digunakan dalam mendokumentasikan use case.
Gambar 2.6 : Fully Developed Description dari Use Case
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p223)
2.9.8
Class Diagram
2.9.8.1 Domain Model Class Diagram
Class diagram merupakan diagram yang digunakan untuk mendefinisikan
kelas-kelas problem domain. Oleh karena itu, class diagram disebut juga domain
model class diagram. Domain model class diagram menurut Satzinger, Jackson,
dan Burd (2005, p184) merupakan sebuah diagram UML yang menggambarkan
semua yang penting dalam pekerjaan user, kelas-kelas problem domain, atribut,
serta hubungan antar kelas.
Dalam class diagram, sebuah class digambarkan dengan bentuk kotak.
Kotak ini terdiri dari tiga bagian, yaitu nama kelas di bagian atas, atribut-atribut
dari kelas tersebut di bagian tengah, dan method di bagian bawah. Sedangkan
hubungan antar class digambarkan dengan garis penghubung antar class.
Keterangan :
Menggambarkan sebuah class
Menggambarkan penghubung antar class
Hubungan antar class yang digambarkan dengan garis penghubung
disebut multiplicity of association. Hubungan antar class ini dapat dibedakan
menjadi enam jenis yang digambarkan dalam tabel sebagai berikut :
Hubungan
Simbol
Zero to one (optional)
0..1
One and only one (mandatory)
1
One and only one alternate (mandatory)
1..1
Zero or more (optional)
0..*
Zero or more alternate (optional)
*
One or more (mandatory)
1..*
Tabel 2.1 : Tabel hubungan relasional antar class
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p186)
Contoh class dan hubungan antar class:
Gambar 2.7 : Class
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p185)
Gambar 2.8 : Hubungan antar class
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p187)
Dalam class diagram, juga dikenal hierarki berdasarkan karakteristik
class yang sama. Hierarki berguna untuk menyusun class mulai dari karakteristik
yang umum hingga karakteristik yang khusus. Class yang memiliki karakteristik
umum disebut superclass. Sedangkan class yang memiliki karakteristik khusus
disebut subclass. Sebuah subclass dapat memiliki karakteristiknya superclassnya
dengan penurunan karakteristik atau inheritance.
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p191), dalam hierarki class diagram
terdapat whole-part hierarchies yang merupakan hierarki yang menyusun classclass sesuai dengan komponen-komponen yang terkait. Whole-part hierarchies
sendiri dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Aggregation
Hubungan seluruh-sebagian antara obyek dengan bagian-bagiannya
dimana setiap bagian dapat terpisah-pisah.
2. Composition
Hubungan seluruh-sebagian dimana bagian-bagian yang ada tidak
dapat dipisahkan dengan obyeknya.
Simbol-simbol yang digunakan dalam hierarki class diagram adalah :
1. Generalization (inheritance)
Notasi :
2. Composition
Notasi:
3. Aggregation
Notasi:
Contoh penggunaan hierarki dalam class diagram :
Gambar 2.9 : Contoh class diagram dengan generalization
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p190)
Gambar 2.10 : Contoh class diagram dengan aggregation
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p192)
Gambar 2.11 : Contoh class diagram dengan composition
2.9.8.2 First-Cut Class Diagram
First-cut class diagram menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005,
p309) merupakan perluasan dari domain class diagram yang dikembangkan
melalui dua langkah, yaitu dengan menguraikan atribut dengan tipe dan nilai
awal serta menambahkan navigation visibility arrows.
Gambar 2.12 : First-cut Class Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p311)
2.9.8.3 Updated Design Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p337), updated design class
diagram dapat dikembangkan untuk setiap layer. Pada view dan data access
layer, harus ditambahkan beberapa class baru. Demikian pula dengan domain
layer juga membutuhkan penambahan class baru sebagai use case controller.
Pada updated design class diagram, method dapat ditambahkan untuk setiap
class. Tiga method umum yang banyak dijumpai pada class-class updated
design class diagram adalah constructor methods, data get and set methods, dan
use case specific method objects.
Gambar 2.13 : Updated Design Class Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p340)
2.9.9
Activity Diagram
Activity
diagram
merupakan
diagram
yang
digunakan
untuk
menggambarkan aliran kerja dari aktivitas user secara berurutan. Dalam
menggambar activity diagram terdapat beberapa simbol yang digunakan, yaitu :
1. Synchronization bar
Merupakan notasi yang digunakan untuk mengontrol pemisahan atau
penyatuan dari jalur yang berurutan.
2. Swimlane
Merupakan suatu daerah persegi dalam activity diagram yang
mewakili aktivitas-aktivitas yang diselesaikan agen tunggal.
3. Starting activity (pseudo)
Merupakan notasi yang menandakan dimulainya sebuah aktivitas.
4. Transition arrow
Merupakan garis penunjuk panah yang menggambarkan transisi dari
suatu aktivitas dan arah dari suatu aktivitas.
5. Activity
Merupakan notasi yang menggambarkan suatu aktivitas.
6. Ending activity (pseudo)
Merupakan notasi yang menandakan berakhirnya suatu aktivitas.
Contoh notasi-notasi dalam activity diagram :
Gambar 2.14 : Activity Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p145)
2.9.10 Sequence Diagram
Sequence
diagram
merupakan
diagram
yang
digunakan
untuk
menjelaskan interaksi antar obyek. Sequence diagram juga menggambarkan
interaksi antara sistem dengan dunia luar yang digambarkan sebagai aktor. Aktor
sebagai pengguna sistem memberika pesan kepada sistem dan sistem akan
mengembalikan data.
Dalam sequence diagram digunakan beberapa notasi untuk membuat
sequence diagram, yaitu :
1. Lifeline atau object lifeline
Berupa garis vertikal di bawah obyek yang berguna untuk
menunjukkan waktu hidup obyek.
2. Object
Berupa simbol orang yang berguna sebagai penggambaran pengguna
sistem atau sistem yang terotomatisasi.
3. Input Message
Berupa garis horizontal yang menggambarkan pesan masukan dari
user.
4. Output Message
Berupa garis horizontal putus-putus yang menggambarkan keluaran
atau hasil dari inputan user.
Contoh sequence diagram :
Gambar 2.15 : Sequence Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p229)
2.9.10.1 System Sequence Diagram
System sequance diagram merupakan sebuah diagram yang menunjukkan
interaksi antara sistem dan dunia luar yang diwakilkan oleh aktor. Interaksi
antara sistem dan actor dilakukan dengan pesan yang diberikan oleh aktor ke
sistem dan sistem akan mengembalikan output untuk ditampilkan. Berikut ini
adalah contoh system sequance diagram :
Gambar 2.16 : System Sequence Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p315)
2.9.10.2 First-cut Sequence Diagram
First-cut sequence diagram merupakan pengembangan dari system
sequence diagram. Pengembangan system sequence diagram terletak pada
penentuan obyek-obyek yang terkait untuk melakukan use case.Pada first-cut
sequence diagram juga ditambahkan use case controller object yang berguna
untuk menerima input messages dan menyampaikannya kepada obyek internal
yang terkait.
Gambar 2.17 : First-cut Sequence Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p439)
2.9.10.3 Completed Three-Layer Design Sequence Diagram
Completed three-layer design sequence diagram merupakan gambaran
lengkap dari sequence diagram dan juga pengembangan dari first-cut sequence
diagram. Completed three-layer design sequence diagram menambahkan data
layer.
Gambar 2.18 : Completed Three-Layer Design Sequence Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p229)
2.9.11 Communication Diagram
Communication diagram dan sequence diagram adalah diagram interaksi.
Fungsi communication diagram juga sama dengan sequence diagram, yaitu
untuk menunjukkan interaksi antar obyek. Notasi yang digunakan pada kedua
diagram tersebut hampir sama. Hanya saja pada communication diagram tidak
terdapat lifeline. Sedangkan untuk mengidentifikasi urutan pesan, pada
communication diagram setiap pesan diberi nomor urut. Notasi yang digunakan
untuk membawa pesan antara aktor dan obyek pada communication diagram
disebut links.
Contoh communication diagram :
Gambar 2.19 : Communication Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p229)
2.9.12 Package Diagram
Package diagram merupakan suatu diagram yang memungkinkan
perancang sistem untuk mengasosiasikan kelas dari suatu kelompok. Secara
umum, package diagram digunakan untuk menunjukkan komponen-komponen
yang berhubungan dan hubungan antar komponen. Package diagram terdiri dari
tiga lapisan, yaitu lapisan desain (view layer), lapisan domain (domain layer),
dan lapisan akses data (data access layer). Pada setiap lapisan terdapat package
yang di dalamnya terdapat class-class yang sesuai dengan lapisan masing-masing
class.
Package dalam package diagram ini direpresentasikan dengan tab
persegi
panjang.
Sedangkan
hubungan
ketergantungan
antar
package
direpresentasikan dengan tanda panah bergaris putus-putus. Hubungan
ketergantungan antar package ini mengindikasikan efek suatu elemen terhadap
elemen lain dalam sistem sehingga perancang sistem dapat melacak efek-efek
dari perubahan yang terjadi. Pada hubungan ketergantungan antar package, ekor
panah menunjuk pada package yang dependen, sedangkan kepala panah
menunjuk pada package yang independen.
Gambar 2.20 : Package Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p345)
2.9.13 Deployment and Software Architecture
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p270) deployment
environment terdiri dari hardware, software, dan network.
Deployment
environment terbagi atas dua tipe, yaitu :
1. Single Computer Architecture
Single computer architecture menggunakan sistem komputer tunggal
yang menjalankan seluruh software. Kelebihan utama single
computer architeture adalah kesederhanaannya. Sistem informasi
yang dijalankan pada single computer architecture umumnya mudah
dirancang, dibangun, dioperasikan dan dikelola.
Contoh single computer architecture :
Gambar 2.21 : Single Computer Architecture
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p271)
2. Multitier Computer Architecture
Multitier computer architecture merupakan tipe arsitektur yang
menggunakan
proses
pengeksekusiannya
terjadi
di
beberapa
komputer. Mutltitier computer architecture dapat dibagi menjadi dua,
yaitu :
a. Clustered Architecture
Clustered architecture merupakan tipe arsitektur yang
menggunakan beberapa komputer dengan model dan produksi
yang sama.
Contoh clustered architecture :
Gambar 2.22 : Single Computer Architecture
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p271)
b. Multicomputer Architecture
Multicomputer architecture merupakan tipe arsitektur yang
menggunakan beberapa komputer namun dengan spesifikasi
yang berbeda-beda.
Contoh multicomputer architecture :
Gambar 2.23 : Multicomputer Architecture
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p271)
Deployment architecture menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005,
p272) dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Centralized Architecture
Centralized architecture merupakan arsitektur yang menggambarkan
penyebaran
sistem
komputer
pada
satu
lokasi.
Centralized
architecture umumnya digunakan untuk proses aplikasi berskala
besar termasuk batch dan real-time application.
2. Distributed Architecture
Distributed architecture merupakan arsitektur yang menggambarkan
penyebaran
sistem komputer
pada
beberapa
tempat
dengan
menggunakan jaringan komputer.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p277), software
architecture terdiri atas dua, yaitu :
1. Client/server architecture
Client/server architecture membagi software ke dalam dua tipe, client
dan server. Server berfungsi untuk mengolah sumber informasi atau
menyediakan
servis.
Sedangkan,
client
berfungsi
untuk
berkomunikasi dengan server untuk meminta sumber daya atau servis
dan server akan merespon terhadap permintaan tersebut.
2. Three-layer client/server architecture
Three-layer client/server architecture merupakan pengembangan dari
client/server architecture yang terdiri dari tiga layer, yaitu :
a. Data layer
Merupakan layer untuk mengatur penyimpanan data pada satu
atau lebih database.
b. Business logic layer
Merupakan layer yang mengimplementasikan aturan dan
prosedur dari proses bisnis.
c. View layer
Merupakan layer yang menerima input dan menampilkan hasil
proses.
2.9.14 Persistent Object
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p66) persistent object
merupakan obyek yang diingat oleh sistem dan tersedia untuk digunakan dari
waktu ke waktu
2.9.15 User Interface
User interface menurut
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p442)
adalah bagian dari sistem informasi yang membutuhkan interaksi dari user untuk
membuat input dan output.
Download