POTENSI ANTIBAKTERI DARI DAUN Melastoma malabathricum

advertisement
POTENSI ANTIBAKTERI DARI DAUN Melastoma
malabathricum DAN Melastoma saigonense TERHADAP
Staphylococcus aureus (ATCC 6538) DAN Escherichia coli
(ATCC 8739)
ELSY ANDRIANI KABAN
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Antibakteri dari
Daun Melastoma malabathricum dan Melastoma saigonense terhadap
Staphylococcus aureus (ATCC 6538) dan Escherichia coli (ATCC 8739) adalah
benar karya saya bersama dengan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2016
Elsy Andriani Kaban
NIM G34120086
ABSTRAK
ELSY ANDRIANI KABAN. Potensi Antibakteri dari Daun Melastoma
malabathricum dan Melastoma saigonense terhadap Staphylococcus aureus
(ATCC 6538) dan Escherichia coli (ATCC 8739). Dibimbing oleh SRI
BUDIARTI dan TRIADIATI
Tumbuhan Melastoma malabathricum dan Melastoma saigonense termasuk
ke dalam famili Melastomaceae yang diketahui memiliki manfaat sebagai obat
penyakit yang disebabkan oleh bakteri seperti diare. Tujuan penelitian ini adalah
menguji potensi antibakteri dari ekstrak kasar daun M. malabathricum dan M.
saigonense terhadap Staphylococcus aureus (ATCC 6538) dan Escherichia coli
(ATCC 8739). Terdapat tiga jenis sampel daun yang digunakan yaitu dua jenis
daun M. malabathricum (MM1 dan MM2) dan satu jenis daun M. saigonense
(MS). Ekstrak kasar daun diujikan terhadap S. aureus (ATCC 6538) dan E. coli
(ATCC 8739) dengan pembagian beberapa jenis konsentrasi yaitu 25%, 50% dan
100% dengan menggunakan metode difusi agar. Hasil pengujian menunjukkan
bahwa ekstrak kasar daun Melastoma menghasilkan daya hambat terhadap bakteri
S. aureus (ATCC 6538), tetapi tidak menghasilkan daya hambat terhadap E. coli
(ATCC 8739). Hasil analisis GC-MS diketahui bahwa terdapat 18 jenis senyawa
bioaktif pada ekstrak kasar daun MM1, MM2, dan MS. Jumlah senyawa bioaktif
yang tertinggi dimiliki oleh ekstrak kasar daun MM2.
Kata kunci: GC-MS, metode difusi agar, senyawa bioaktif.
ABSTRACT
ELSY ANDRIANI KABAN. Antibacteria potencial of Melastoma malabathricum
and Melastoma saigonense Leaves on Staphylococcus aureus (ATCC 6538) and
Escherichia coli (ATCC 8739). Supervised by SRI BUDIARTI and TRIADIATI
Melastoma malabathricum and Melastoma saigonense are belong to the
family of Melastomaceae that has a function as drug of disease caused by bacteria
such as diarrhea. The aim of this research was to analyze the antibacteria potencial
of M. malabathricum and M. saigonense leaves crude extract against S. aureus
(ATCC 6538) and E. coli (ATCC 8739). There were three samples of leaves that
has been used in the research, two of them are from leaves of M. malabathricum
(MM1 and MM2) and one of them from leaves of M. saigonense (MS). The leaves
crude extract were tested against S. aureus (ATCC 6538) and E. coli (ATCC
8739) using various concentration that were 25%, 50% and 100% by using agar
disc diffusion method. The result showed that Melastoma leaves crude extract
produced inhibition zone against S. aureus (ATCC 6538), but there was not any
inhibition zone against E. coli (ATCC 8739). The GCMS test analyzed resulted 18
kind of bioactive compounds from MM1, MM2,MS leaves crude extract. Most of
the bioactive compounds were produced by MM2 leaves crude extract.
Keywords: Agar diffusion method, bioactive compund, GCMS.
POTENSI ANTIBAKTERI DARI DAUN Melastoma
malabathricum DAN Melastoma saigonense TERHADAP
Staphylococcus aureus (ATCC 6538) DAN Escherichia coli
(ATCC 8739)
ELSY ANDRIANI KABAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
Pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Tri Tunggal atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Potensi Antibakteri dari Daun
Melastoma malabathricum dan Melastoma saigonense terhadap Staphylococcus
aureus (ATCC 6538) dan Escherichia coli (ATCC 8739) dapat terselesaikan
dengan baik. Penelitian ini menggunakan dana penelitian mandiri atas nama
Almarhumah Dr Ir Utut Widyastuti, MSi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Almarhumah Dr Ir Utut Widyastuti,
MSi sebagai pembimbing pertama yang telah membimbing, mendukung, dan
memberikan waktunya dengan baik untuk penulis selama penelitian hingga pada
tahap seminar penelitian, terima kasih penulis ucapkan kepada Dr dr Sri Budiarti
sebagai pembimbing kedua yang telah bersedia menggantikan Almarhumah Dr Ir
Utut Widyastuti, MSi sebagai pembimbing pertama, atas saran, bimbingan, waktu,
dan dukungan yang diberikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr dra
Triadiati, MSi yang telah bersedia menggantikan Dr dr Sri Budiarti sebagai
pebimbing kedua, atas saran, bimbingan, waktu, dan dukungan sehingga karya
ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Terima kasih penulis ucapkan kepada
Ir. Hadisunarso, MSi selaku dosen penguji, atas saran dan masukan selama ujian
sehingga skripsi ini bisa menjadi lebih baik lagi. Penelitian ini didanai oleh
Penelitian Mandiri atas nama Almarhumah Dr Ir Utut Widyastuti, MSi, terima
kasih atas kesempatan yang diberikan.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh staf di Laboratorium
Biotechnology Research Indonesia-The Netherlands (BIORIN), Pusat Penelitian
Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi (PPSHB) IPB, khususnya untuk Mba Pepi
Elvavina, Bapak Abdul Mulya, Bapak Sairi, Ibu Ara, Pak Hadi atas segala
bantuannya selamapenelitian. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada rekan
seperjuangan penelitian S-1, Sasti, Elina, Kak Yoseva, Rinda, Kak Riana, Mas
Gani, Betsi, Kak Iga , Putra, Jerry, Seven, Abila, Iis, Gigis dan rekan-rekan
Pascasarjana Kak Seni, Kak Nurul, Kak Nuril, Kak Yusdar, Gabriello, Mas Nono,
Ibu Ifa, Ibu Idha, Pak Asri, dan Pak Ilyas dan teman-teman Biologi 49 yang ikut
mendukung dalam penelitian ini.
Ucapan terima kasih saya yang terakhir namun yang terpenting dalam hidup
saya yaitu kepada kedua orang tua saya Suruh Kaban dan Beloh Mabasa Tarigan
atas dukungan doa dan kasih sayangnya yang tulus kepada penulis begitu juga
kepada Kakak Emmy, Bang Benson, Kak Karin, dan Bang Nando.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
.
Bogor, Oktober 2016
Elsy Andriani Kaban
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
METODE
2
Waktu dan Tempat
2
Bahan
2
Alat
2
Prosedur Percobaan
2
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Uji Daya Hambat Ekstrak Kasar Daun Melastoma terhadap bakteri S. aureus
(ATCC 6538) dan E. coli (ATCC 8739)
5
Analisis Senyawa Bioaktif Ekstrak Kasar Daun M. malabathricum dan M.
saigonense dengan GC-MS (Gas Chromatography-mass spectrofotometry)
SIMPULAN DAN SARAN
8
12
Simpulan
12
Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
14
RIWAYAT HIDUP
15
DAFTAR TABEL
1 Diameter zona hambat ekstrak kasar daun Melastoma terhadap
bakteri S.aureus (ATCC 6538) dan E. coli (ATCC 8739)
2 Hasil analisis statistik perbandingan rata-rata zona hambat oleh
ekstrak kasar daun Melastoma terhadap bakteri S. aureus (ATCC
6538)
3 Senyawa bioaktif ekstrak kasar daun Melastoma yang mempunyai
kualitas ≥ 90%
4 Senyawa bioaktif ekstrak kasar daun Melastoma yang mempunyai
kualitas < 90%
7
8
9
10
DAFTAR GAMBAR
5 Habitus dan posisi daun yang diambil pada daun M. malabathricum
(a) dan M. saigonense (b)
6 Zona hambat ekstrak kasar daun Melastoma terhadap bakteri
S.aureus (ATCC 6538)
7 Zona hambat ekstrak kasar daun Melastoma terhadap bakteri E. coli
(ATCC 8739)
3
5
6
DAFTAR LAMPIRAN
1 Perbedaan M. malabathricum dan M. saigonense
14
1
PENDAHULUAN
Tumbuhan yang berasal dari famili Melastomaceae dikenal sebagai
tumbuhan yang memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah sebagai tanaman
obat. Beberapa spesies dari famili Melastomaceae yang diketahui memiliki
manfaat sebagai obat yaitu Melastoma malabathricum dan Melastoma
saigonense. Famili Melastomaceae merupakan tanaman asli Asia yang memiliki
nama lokal seperti Strait Rhododendron (Singapura), Malabar Melastome
(Australia), Indian-Rhododendron/Lutki (India), Senduduk (Malaysia dan
Indonesia). Tumbuhan tersebut memiliki manfaat secara tradisional sebagai obat
diare, obat luka, dan obat diabetes (Ong dan Nordiana 1999).
Daun Melastomaceae banyak digunakan sebagai obat secara tradisional.
Warga Malaysia banyak yang menggunakan daun M. malabathricum sebagai
pengobatan luka, perawatan setelah melahirkan, pencegahan luka infeksi, disentri,
dan diare (Sulaiman 2004). Selain itu, penelitian tentang pemanfaatan daun M.
malabathricum sudah banyak yang diteliti seperti ekstrak daun yang dilaporkan
memiliki manfaat sebagai antiinflamasi (Zakaria et al. 2006). Daun M.
malabathricum juga memiliki manfaat sebagai antibakteri (Alwash et al. 2013).
Selain itu, tumbuhan tersebut juga memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
lingkungan. M. malabathricum merupakan tumbuhan yang masih tumbuh liar
pada tempat-tempat yang mendapat cukup sinar matahari, semak belukar, atau di
daerah objek wisata sebagai tanaman hias. Tumbuhan tersebut dapat tumbuh
sampai ketinggian 1650 mdpl (Simanjuntak 2008). Penelitian Watanabe dan
Osaki (2002) juga mengemukakan bahwa M. malabathricum dapat tumbuh
dengan baik pada tanah masam sehingga menjadi indikator tanah masam dan
dapat mengakumulasi aluminium dalam jumlah tinggi di daun dan akar sehingga
disebut sebagai akumulator aluminium. Berdasarkan manfaat yang dimiliki oleh
tumbuhan Melastomaceae dan kemampuannya dalam beradaptasi pada
lingkungan, maka sangat diperlukan penindaklanjutan penelitian terhadap manfaat
famili Melastomaceae. Salah satu manfaat yang dimiliki tumbuhan tersebut yaitu
daun M. malabathricum yang dapat digunakan sebagai antibakteri. Penelitian
Pratama (2015) mengemukakan bahwa terdapat dua jenis spesies dari famili
Melastomaceae di Kampus IPB Darmaga Bogor yaitu M. malabathricum dan M.
saigonense.
Daun M. malabathricum dan M. saigonense merupakan dua jenis spesies
yang dimiliki oleh famili Melastomacae di Kampus IPB Darmaga, Bogor. Daun
tersebut berbeda berdasarkan urutan nukleotida yang diteliti berdasarkan DNA
barcode gen maturase K (matK). Perbedaan urutan nukleotida tersebut
menyebabkan terjadinya perbedaan secara morfologi (Pratama 2015). Famili
Melastomaceae terdiri atas 22 spesies. M. malabathricum dan M. saigonense yang
digunakan berasal dari kampus IPB Darmaga. Menurut BOLDS (2014), M.
malabathricum dan M. saigonense masuk ke dalam dunia Plantae, filum
Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Myrtales, famili Melastomaceae, dan
genus Melastoma.
Selama ini, belum ada penelitian tentang potensi antibakteri yang dimiliki
oleh Melastomaceae yang berada di lingkungan kampus IPB Darmaga. Oleh
sebab itu, penelitian ini bertujuan menguji potensi antibakteri dari ekstrak kasar
2
daun M. malabathricum dan M. saigonense terhadap Staphylococcus aureus
(ATCC 6538) yang mewakili gram positif dan Escherichia coli (ATCC 8739)
yang mewaliki bakteri gram negatif.
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2016 hingga Juli 2016 di
Laboratorium Pusat Penelitian Pengembangan Sumber Daya Hayati (PPSHB),
Institut Pertanian Bogor. Analisis jenis senyawa ekstrak kasar daun M.
malabathricum dan M. saigonense dengan GC-MS di Laboratorium Forensik
Mabes POLRI, Jakarta Selatan.
Bahan
Bahan utama yang digunakan adalah daun M. malabathricum dan M.
saigonense yang berasal dari daerah sekitar kampus IPB Darmaga Bogor. Daun M.
malabathricum berasal dari dua tempat yaitu Lapangan Poolbis IPB (MM1) dan
Jasinga (MM2) sedangkan daun M. saigonense (MS) berasal dari lahan Fakultas
Peternakan IPB. Bahan yang digunakan untuk ekstraksi daun adalah metanol pro
analysis, DMSO (dymethyl sulfooxide) 5% sebagai pelarut, kertas saring
Whatman No. 1, aluminium foil. Bahan yang digunakan untuk uji daya hambat
ekstrak kasar daun Melastoma terhadap bakteri uji adalah isolat bakteri E. coli
(ATCC 8739) dan S. aureus (ATCC 6538) yang berasal dari IPBCC, media
nutrient broth (NB), media nutrient Agar (NA), kertas cakram 6 mm, dan alkohol
70%.
Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini, yaitu autoklaf, Laminar Air Flow
Cabinet (LAFC), oven, rotary evaporator, timbangan analitik, spektrofotometer
UV-Vis, shaker, dan GC-MS (Agilent Technologies 6890N series).
Prosedur Percobaan
Pengambilan dan Preparasi Daun M. malabathricum dan Daun M.
saigonense. Pengambilan sampel dimulai dari satu daun yang berada di bawah
pucuk daun hingga daun terbawah (Gambar 1). Selanjutnya daun tersebut dicuci
hingga bersih lalu dikeringanginkan, dan dikeringkan menggunakan oven pada
suhu 40 ºC selama 72 jam (Alwash et al. 2014). Setellah itu, dilakukan
penimbangan sebelum dan setelah dikeringkan dengan oven. Daun yang sudah
kering tersebut dihancurkan dengan blender hingga membentuk serbuk.
3
Posisi daun
yang diambil
a
b
Gambar 1 Habitus dan posisi daun yang diambil pada daun M. malabathricum (a)
dan M. saigonense (b)
Ekstraksi Daun M. malabathricum dan Daun M. saigonense. Proses
ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi, yaitu dengan pelarutan simplisia dan
metanol p.a ( pro analysis) dengan perbandingan jumlah simplisia kering dengan
pelarut yaitu 1:10 (b/v) (Alwash et al.2014). Sampel yang diambil sebanyak 25
gram dan dilarutkan dalam 250 ml metanol p.a. Proses maserasi dilakukan selama
72 jam, setiap 24 jam ekstrak disaring dengan kertas saring Whatman No. 1 dan
dihasilkan filtrat dan residu. Selanjutnya residu diberi metanol p.a dan filtrat
dievaporasi dengan rotary evaporator pada suhu 40 ºC sampai terbentuk pasta
yang merupakan ekstrak kasar.
Preparasi Ekstrak Kasar Daun Melastoma. Ekstrak kasar daun
Melastoma yang berbentuk pasta dilarutkan dengan DMSO 5% dengan
perbandingan 1:1 (konsentrasi 100%), 1:2 (konsentrasi 50%), 1:4 (konsentrasi
25%). Pemilihan konsentrasi ekstrak kasar daun tersebut dianggap sebagai
konsentrasi yang mewakili untuk perbedaan pengaruh ekstrak kasar daun
Melastoma terhadap bakteri uji dalam percobaan.
Preparasi Isolat Bakteri. Isolat bakteri disubkultur dalam 5 ml nutrient
broth (NB) dan diinkubasi selama 24 jam di waterbath shaker pada suhu 37 ºC.
Setelah itu, bakteri tersebut digoreskan kembali ke media nutrient agar (NA) dan
diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam lalu bakteri tersebut di simpan dalam
kulkas pada suhu 4 ºC. Sebanyak dua ose bakteri ditumbuhkan pada media
nutrient broth (NB) pada suhu 37 ºC selama 6 jam dan diukur pada nilai OD 0,60,8 serta panjang gelombang 600 nm dengan menggunakan spektrofotometer UVVIS.
4
Uji Daya Hambat Ekstrak Kasar Daun Melastoma terhadap Bakteri S.
aureus (ATCC 6538) dan E. coli (ATCC 8739). Pengujian daya hambat bakteri
ini bertujuan menguji potensi antibakteri dari daun M. malabathricum (MM1 dan
MM2) dan M. saigonense (MS) terhadap bakteri S. aureus (ATCC 6538) dan E.
coli (ATCC 8739) dengan menggunakan konsentrasi ekstrak kasar daun
Melastoma yang berbeda. Daun yang digunakan adalah daun yang berasal dari
tiga lokasi berbeda yang dinamai dengan ekstrak kasar daun MM1, MM2, dan MS.
Pengujian daya hambat Melastoma terhadap bakteri S. aureus (ATCC 6538) dan
E. coli (ATCC 8739) dilakukan dengan metode difusi agar atau metode difusi
Kirby-Bauer. Percobaan ini dilakukan dengan tiga kali pengulangan. Sebanyak
100 µL bakteri yang memiliki nilai OD 0,6-0,8 dicampurkan dengan media
tumbuh bakteri (nutrient agar 40ºC) di tabung erlenmeyer 100 mL dan dituang ke
dalam cawan petri, lalu media tersebut dibiarkan hingga padat. Kertas cakram
diameter 6 mm ditetesi dengan ekstrak kasar daun Melastoma dengan konsentrasi
25%, 50%, 100% sebanyak 30 µL. Kontrol yang digunakan yaitu kontrol negatif
dan kontrol positif. Kontrol negatif yang digunakan yaitu DMSO 5%, metanol pro
analysis, dan DMSO 5% + metanol pro analysis yang masing-masing digunakan
sebanyak 30 µL. Masing-masing perlakuan konsentrasi ekstrak kasar daun dan
kontrol diulang sebanyak 3 kali. Kontrol positif yang digunakan yaitu ampisilin
10 µg. Masing-masing kertas cakram tersebut diletakkan diatas media. Media
tersebut diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 . Daya hambat bakteri yang
terbentuk ditunjukkan dengan adanya zona bening pada daerah disekitar kertas
cakram yang disebut sebagai zona hambat (Pratiwi 2008). Selanjutnya, dilakukan
pengukuran zona hambat dengan penggaris. Zona hambat pertumbuhan bakteri
merupakan selisih diameter zona bening dengan diameter kertas cakram.
Analisis Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak Kasar Daun M.
malabathricum dan M. saigonenese dengan GC-MS (Gas ChromatographyMass Spectrometry). Setiap ekstrak kasar daun Melastoma dianalisis kandungan
metabolit sekundernya dengan menggunakan alat GC-MS Agilent Technologies
6890N series. Sebanyak 0.4 µL sampel diinjeksikan ke dalam kolom dengan
panjang 30 m dan diameter 0.5 mm pada suhu awal kolom yaitu 70 , kemudian
suhu dinaikkan hingga 290
dengan laju alir gas sebesar 1.0 mL/menit
(Rahmawati 2008). Waktu akhir yang dibutuhkan pada proses analisis yaitu 35
menit, kemudian komponen senyawa diidentifikasi dengan spektrofotometri
massa dan hasilnya dicocokkan dengan data WILEY9TH library.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Daya Hambat Ekstrak Kasar Daun Melastoma terhadap bakteri S.
aureus (ATCC 6538) dan E. coli (ATCC 8739)
Hasil pengujian daya hambat ekstrak kasar daun Melastoma terhadap
bakteri S. aureus (ATCC 6538) adalah terdapat zona bening pada setiap
konsentrasi ekstrak kasar daun Melastoma yang digunakan (Gambar 2). Hal ini
membuktikan bahwa ekstrak kasar daun Melastoma dapat menghambat
pertumbuhan bakteri S. aureus (ATCC 6538). Hasil pengujian daya hambat
ekstrak kasar daun Melastoma terhadap bakteri E. coli (ATCC 8739) tidak
menghasilkan zona bening pada setiap konsentrasi ekstrak kasar daun Melastoma
yang digunakan (Gambar 3). Tidak adanya zona bening tersebut telah dibuktikan
dengan dilakukannya pengklarifikasian ulang, yaitu dengan cara pengujian zona
yang dihasilkan oleh ekstrak kasar daun Melastoma ke dalam media tumbuh
bakteri yang baru (nutrient agar) dan hasil yang didapatkan yaitu masih
terdapatnya pertumbuhan bakteri di media yang baru. Hal tersebut membuktikan
bahwa ekstrak kasar daun Melastoma tidak dapat menghambat bakteri E. coli
(ATCC 8739).
a
a
d
e
f
b
d
g
d
b
e
f
1
c
e
f
b
g
g
c
a
2
c
3
Gambar 2 Zona hambat ekstrak kasar daun Melastoma terhadap bakteri
S.aureus (ATCC 6538)
Keterangan: Ekstrak kasar daun MM1 (1); MM2 (2); MS (3); konsentrasi ekstrak
kasar daun Melastoma 100% (a); 50% (b); 25% (c); kontrol positif
ampisilin 10 µg (d); kontrol negatif DMSO 5% (e); kontrol negatif
metanol (f); kontrol negatif DMSO 5% + metanol (g)
Hasil pengukuran rata-rata diameter zona hambat terhadap bakteri S.
aureus (ATCC 6538) dan E. coli (ATCC 8739) dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai
daya hambat tertinggi terhadap bakteri S. aureus (ATCC 6538) dihasilkan oleh
ekstrak kasar daun MM2 pada konsentrasi 100% dengan diameter zona hambat
sebesar 12,17 mm dan nilai daya hambat terendah dihasilkan oleh ekstrak kasar
daun MM1 pada konsentrasi 25% dengan diameter zona hambat sebesar 3,17 mm.
Hal ini memperlihatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak semakin tinggi
zona hambat yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan penelitian Khasanah (2014)
yang membuktikan bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu ekstrak semakin
tinggi komponen zat aktif yang terkandung di dalamnya. Davis dan Stout (1971)
menggolongkan aktivitas penghambatan berdasarkan ukuran zona hambat dengan
empat kriteria, yaitu diameter zona hambat kurang dari 5 mm memiliki
6
kemampuan lemah, 5-10 mm memiliki kemampuan sedang, 11-20 mm memiliki
kemampuan kuat, dan lebih besar dari 20 mm memilliki
kemampuan sangat kuat.
2
a
a
d
g
d
b
e
e
f
c
a
f
g
b
d
2
c
1
2
b
e
g
f
c
3
Gambar 3 Zona hambat ekstrak kasar daun Melastoma terhadap bakteri
E. coli (ATCC 8739)
Keterangan: Ekstrak kasar daun MM1 (1); MM2 (2); MS (3); konsentrasi ekstrak
kasar daun Melastoma 25% (a); 50% (b); 100% (c); kontrol positif
ampisilin 10 µg (d); kontrol negatif DMSO 5% (e); kontrol negatif
metanol (f); kontrol DMSO 5% + metanol (g)
Perbedaan pengaruh daya hambat oleh ekstrak kasar daun Melastoma
terhadap S. aureus (ATCC 6538) dan E. coli (ATCC 8739) disebabkan oleh
perbedaan struktur sel yang terdapat di masing-masing bakteri. Bakteri S. aureus
(ATCC 6538) dan E. coli (ATCC 8739) merupakan perwakilan bakteri gram
positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif memiliki peptidoglikan yang
lebih tebal namun tidak memiliki membran terluar sedangkan bakteri gram negatif
memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis dan memiliki lapisan membran
terluar. Hal ini sesuai dengan penelitian Mendonc (2006) yang membuktikan
bahwa ada tidaknya penghambatan bakteri dipengaruhi oleh tipe mikroorganisme
yang terkait pada struktur sel bakteri dan situs target mikrooganisme.
Membran terluar memiliki endotoksin yang penting untuk pertahanan
hidup bakteri sehingga komponen senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai
antibakteri pada ekstrak kasar daun Melastoma tidak dapat menghambat
pertumbuhan bakteri E. coli (ATCC 8739). Selain itu, terdapat adanya
lipopolisakarida pada membran terluar yang dapat berfungsi sebagai penetrasi
molekul antibiotik. Namun bakteri S. aureus (ATCC 6538) tidak memiliki
membran terluar yang dapat berfungsi sebagai penetrasi molekul antibiotik
sehingga bakteri S. aureus (ATCC 6538) mudah dirusak oleh senyawa antibiotik
yang terdapat pada ekstrak kasar daun Melastoma. Hal ini sesuai dengan
penelitian Stiles et al. (1999) yang membuktikan bahwa resistensi bakteri gram
negatif tergantung pada kandungan senyawa antibakteri yang terdapat di
permukaan hidrofilik pada membran luar bakteri seperti molekul lipopolisakarida
yang memiliki penetrasi molekul antibiotik.Namun bakteri gram ositif tidak
memiliki membran terluar seperti bakteri gram negatif sehingga kandungan
antibakteri dapat dengan mudah merusak dinding sel dan membran sitoplasma
bakteri. Hal ini juga didukung dengan adanya penelitian Cushnie & Lamb (2005)
yang mengemukakan bahwa komponen flavonoid pada ekstrak Melastoma sp.
menghasilkan daya hambat yang lebih tinggi pada bakteri gram positif
dibandingkan dengan bakteri gram negatif. Hal tersebut menjadi bukti bahwa
ekstrak kasar daun Melastoma memiliki daya hambat terhadap S. aureus (ATCC
6538) namun tidak memiliki daya hambat pada E. coli (ATCC 8739).
7
Tabel 1 Diameter zona hambat ekstrak kasar daun Melastoma terhadap bakteri
S.aureus (ATCC 6538) dan E. coli (ATCC 8739)
Diameter zona hambat (mm)
B
Ekstrak kasar daun
MM1 (%)
Ekstrak kasar daun
MM2 (%)
Ekstrak kasar daun
MS (%)
25
50
100
25
50
100
25
50
100
D
M
DM
3.5
6
9
6
9
13
8
10
11
0
0
0
24
2.5
5.5
8
5
10
12
7
9
11.25
0
0
0
21
3.5
6
9
5.5
8.5
11.5
6.5
10
10.25
0
0
0
22
3.17
5.83
8.67
5.5
9.17
12.17
7.17
9.67
10.83
0
0
0
22.3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5.67
K (-)
K(+)
A
S.a
Ratarata
E.c
Ratarata
Keterangan : B : Bakteri uji
S.a : Staphylococcus aureus
E.c : Escherichia coli
Kontrol positif yang digunakan adalah antibiotik ampisilin 10 μg. Daya
hambat yang dihasilkan oleh antibiotik memiliki nilai terbesar dibandingkan
dengan daya hambat ekstrak kasar daun Melastoma sedangkan pengaruh kontrol
negatif yang menggunakan DMSO, metanol pro analysis, DMSO + metanol pro
analysis tidak menghasilkan zona hambat. Tidak terbentuknya zona hambat pda
kontrol negatif menandakan bahwa tidak ada pengaruh pelarut yang sebagai
kontrol negatif dalam pembentukan zona hambat pada bakteri. Ampisilin
merupakan antibiotik golongan β-laktam. Ampisilin merupakan antibakteri yang
memiliki spektrum luas yang dapat mencakup bakteri gram negatif dan bakteri
gram positif. Mekanisme kerja β-laktam yaitu dengan cara menghambat enzim
transpeptidase. Enzim ini sangat penting dalam biosintesis dinding sel, sehingga
apabila kerja enzim ini terhambat maka dinding sel tidak terbentuk sempurna dan
sel akan lisis (Doran et al. 1990).
Ekstrak kasar daun MM2 dan MS pada konsentrasi 100 % dan 50% tidak
berbeda nyata (P >0.05) (Tabel 2). Hal tersebut membuktikan bahwa daya hambat
yang dihasilkan oleh kedua jenis ekstrak kasar daun Melastoma tersebut memiliki
kemampuan daya hambat yang sama.
8
Tabel 2 Hasil analisis statistik perbandingan rata-rata zona hambat oleh ekstrak
kasar daun Melastoma terhadap bakteri S. aureus (ATCC 6538)
Konsentrasi ekstrak
daun Melastoma spp.
P-value pada uji t antar perlakuan
MM1 & MM2
MM1 & MS
MM2 & MS
100%
0.003*
0.008*
0.067
50%
0.002*
0.001*
0.42
25%
0.006*
0.002*
0.034*
*
Keterangan : Berbeda nyata antar perlakuan yang diuji dengan uji t (α = 0.05)
Analisis Senyawa Bioaktif Ekstrak Kasar Daun M. malabathricum dan M.
saigonense dengan GC-MS (Gas Chromatography-mass spectrofotometry)
Analisis kandungan senyawa bioaktif yang dimiliki ekstrak kasar daun
MM1, MM2, dan MS memiliki jumlah kandungan yang berbeda-beda. Senyawa
yang diperbandingkan diantara ketiga jenis ekstrak kasar daun Melastoma adalah
senyawa yang memiliki kualitas ≥ 90% (Tabel 3). Alasan pemilihan kualitas
tersebut dikarenakan %kualitas mencerminkan kemiripan dengan database GCMS yang digunakan yaitu WILEY9TH library, sehingga hanya senyawa tersebut
yang diperbandingkan untuk perbedaan daya hambat ekstrak kasar daun
Melastoma. Banyaknya kandungan senyawa bioaktif yang dimiliki oleh suatu
senyawa bioaktif ekstrak kasar daun dinyatakan dengan %area yang didapatkan
dari jumlah suatu senyawa per jumlah keseluruhan senyawa yang terdapat di
dalam ekstrak kasar daun Melastoma tersebut. Senyawa bioaktif ekstrak kasar
daun Melastoma yang memiliki kualitas < 90% dapat dilihat di Tabel 4. Jumlah
senyawa terbesar dihasilkan oleh ekstrak kasar daun MM2 dengan jumlah 14 jenis
senyawa dan jumlah senyawa terkecil dihasilkan oleh ekstrak kasar daun MS
dengan jumlah tujuh jenis senyawa.Senyawa 6-Octadecenoic acid merupakan
jenis senyawa yang memiliki area terbesar pada M. malabathricum (MM1 dan
MM2) namun dengan persentase yang berbeda, pada ekstrak kasar daun MM1
sebesar 25,98% dan pada ekstrak kasar daun MM2 sebesar 36,32%.
Senyawa 6-Octadecenoic acid diduga sebagai antibakteri. Dantas et al.
(2002) membuktikan bahwa asam stearat (6-Octadecenoic acid) memiliki fungsi
sebagai antibakteri. Senyawa Pyrogallol merupakan kandungan senyawa yang
memiliki area terbesar pada M. saigonense (MS) sebesar 20,97% dan diduga
sebagai antibakteri. Senyawa tersebut merupakan senyawa fenol yang berifat
toksik terhadap mikroorganisme seperti bakteri (Godstime et al. 2014). Setiap
ekstrak kasar daun Melastoma memiliki jenis senyawa yang hanya dimiliki oleh
masing-masing ekstrak kasar daun Melastoma. Ekstrak kasar daun MM1 memiliki
3 jenis senyawa yang berbeda dengan ekstrak kasar daun MM2 dan MS. Salah
satu yang tertinggi dari senyawa tersebut adalah Stigmastan-3,5-diene sebesar
2,29% yang diduga berfungsi sebagai antibakteri dan antioksidan (Hamdan et al.
2011; Navarro et al. 2011). Ekstrak kasar daun MM2 memiliki empat jenis
senyawa yang berbeda dengan ekstrak kasar daundaun MM1 dan MS. Salah satu
senyawa yang tertinggi adalah Clionast erol sebesar 3,11% yang diduga sebagai
antibakteri.
9
Tabel 3 Senyawa bioaktif ekstrak kasar daun Melastoma yang mempunyai
kualitas ≥ 90%
No
Nama Senyawa
1
Area (%)
MM1
MM2
n-Hexadecanoic acid
23.41
29.24
2
6-Octadecenoic acid
25.98
3
Octadecanoic acid
4
Kualitas (%)
MM1
MM2
MS
4.16
99
99
99
36.32
-
99
99
-
5.95
8.60
-
99
99
-
2,6,10,14,18,22Tetracosahexaene,2,6,10,1
5,19,23-hexamethyl-, (allE)- Squalene
1.75
1.47
-
99
99
-
5
Neophytadiene
0.67
0.46
-
98
99
-
6
Vitamin E
2.05
2.68
5.75
91
97
99
7
Myristic acid
-
0.57
-
-
98
-
8
Oleic Acid
-
1.12
-
-
95
-
9
1,2-Benzenedicarboxylic
acid, bis( 2-methylpropyl)
ester
-
0.36
-
-
93
-
10
Clionast erol
-
3.11
-
-
91
-
11
Methyl palmitate
0.76
-
-
98
-
-
12
Anhydro-d mannosan
0.67
-
-
91
-
-
13
Stigmastan-3,5-diene
2.29
-
-
90
-
-
14
Pyrogallol
-
-
20.97
-
-
95
15
Ethyl phthalate
-
-
11.84
-
-
94
16
Antagothyroil
-
-
1.52
-
-
90
17
2-Furancarboxaldehyde,
5-(hydroxym ethyl)-
10.35
13.55
91
90
91
4.58
MS
Keterangan: MM1 : Ekstrak daun Melastoma malabathricum yang berasal dari lapangan Poolbis
MM2 : Ekstrak daun Melastoma malabathricum yang berasal dari Jasinga,
MS : Ekstrak daun Melastoma saigonense yang berasal dari lahan
FakultasPeternakan
Senyawa tersebut merupakan terpen yang berfungsi sebagai antibakteri
dengan mekanisme penghancuran terhadap struktur dinding sel dan membran sel
(Afifah et al. 2010). Ekstrak kasar daun MS memiliki tiga jenis senyawa yang
berbeda dengan ekstrak kasar daun MM1 dan MS. Salah satu senyawa yang
memiliki area tertinggi adalah Pyrogallol sebesar 20,97% yang diduga berfungsi
sebagai antibakteri. Berdasarkan perbedaan jumlah senyawa yang dimiliki oleh
ekstrak kasar daun Melastoma, ekstrak kasar daun MM2 memiliki jumlah
senyawa yang tertinggi, hal ini dapat menjadi penyebab bahwa ekstrak kasar daun
10
MM2 memiliki daya hambat tertinggi terhadap S. aureus (ATCC 6538),
sedangkan daya hambat terendah dihasilkan oleh ekstrak kasar daun MM1.
Tabel 4 Senyawa bioaktif ekstrak kasar daun Melastoma yang mempunyai
kualitas <90
No
Nama Senyawa
1
Area (%)
MM1
MM2
D-Allose
6.69
-
2
3-fluoro-2,5-dimethyl-2,4hexadien
1.07
3
Methyl .beta.-dgalactopyranoside
4
Kualitas (%)
MM1
MM2
MS
-
86
-
-
-
-
86
-
-
1.40
-
-
72
-
-
5,6 - dihydro - 3 - hydroxy
- 6 -hydroxymethyl - (4H) pyran - 4 -
0,59
-
-
68
-
-
5
-Methoxy-6-oxaestra1,3,5(10),9(1)-tetraen-17one
1.04
-
-
64
-
-
6
2-Butenediamide, (E)-
0.43
-
-
52
-
-
7
Ethyl 3,4dihydroxybenzoate
0.43
-
-
49
-
-
8
Pyrimido[5,4d]pyrimidine, 2,4,6,8 tetra-m-toluidino-
0.86
-
-
47
-
-
Pyrimido[5,4d]pyrimidine, 2,4,6,8tetra-m-toluidino-
2.13
-
-
47
-
-
2-Furanmethanol
1.23
-
-
46
-
-
2-(3,5dimethylbenzylidene)-7(2,6-di-tert-butylacridin-9yl)-1-oxo-
1.85
-
-
38
-
-
12
2-(3,5dimethylbenzylidene)-7(2,6 -di-tert-butylacridin9-yl)-1-oxo-
1.61
-
-
35
-
-
13
2-Furancarboxylic acid,
hydrazide
0.57
-
-
30
-
-
14
Diisobutyl phthalate
-
2.10
-
-
87
-
9
10
11
MS
11
Tabel 4 Senyawa bioaktif ekstrak kasar daun Melastoma yang mempunyai
kualitas < 90% (Lanjutan)
No
Area (%)
Nama Senyawa
MM1
Kualitas (%)
MM2
MS
MM1
MM2
MS
15
Phytol isomer
-
0.44
-
-
86
-
16
Anhydro-d-mannosan
-
2.05
-
-
80
-
17
Thymine
-
0.91
-
-
72
-
18
1,2-Dihydro-1,4-dimethyl6-(methyl thio)-2-phenyl3H-indazol-3-one
-
2.25
-
-
64
-
19
Methyl .alpha.-D-galact
opyranoside
-
0.07
-
-
52
-
20
1-Butene, 4-ethoxy-
-
0.84
-
-
17
-
-
-
0.65
-
-
81
-
-
0.97
-
-
81
-
-
2.21
-
-
72
-
-
0.92
-
-
64
-
-
2.30
-
-
53
21
22
23
24
25
Phthalic acid, ethyl pentyl
ester
Hexanedioic acid, bis(2ethylhexyl
(S)-3-Ethyl-2-cyclohexen1-o1-Levoglucosenone
Exo-6-chloro-2norbornanone
5,6 - dihydro - 3 - hydroxy
- 6 -hydroxymethyl - (4H) pyran - 4 one
26
4-vinylphenol
-
-
1.78
-
-
53
27
Leucoglucosan
-
-
10.69
-
-
52
-
-
2.51
-
-
47
-
-
0.81
-
-
46
28
29
Benzoic acid, 4-hydroxy(CAS)
Dihydro - coniferyl
alcohol
30
2-Furoic acid, methylester
-
-
1.08
-
-
46
31
Benzene, 1,2-dimethoxy(CAS)
-
-
2.35
-
-
44
12
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak kasar daun M. malabathricum dan M. saigonense dapat
menghambat pertumbuhan S. aureus (ATCC 6538) namun belum dapat
menghambat pertumbuhan bakteri E. coli (ATCC 8739). Hasil GCMS
membuktikan bahwa ekstrak kasar daun MM2 memiliki jenis senyawa metabolit
sekunder terbanyak dibandingkan dengan ekstrak kasar daun MM1 dan MS.
Saran
Perlu dilakukannya uji fraksinasi pada setiap ekstrak kasar daun MM1,
MM2, dan MS agar terdapat senyawa yang lebih murni dan diujikan terhadap
bakteri. Perlu dilakukan konservasi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan
famili Melastomaceae. Perlu dilakukan penghancuran daun dengan metode
penggerusan agar kandungan sel dapat terekstrak lebih efektif. Perlu dilakukan
pemurnian senyawa bioaktif yang memiliki kualitas < 90%, yang diperlukan
untuk pengujian manfaat dari senyawa bioaktif tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Afifah SN, Darah I, Fariza S, Nordin MHJ, Aili ZN. 2010. Antimicrobial activity
of various extracts of a tropical chlorophyta macroalgae, Halimeda
discoidea. Appl Sci Res. 10(23):3007-3013.
Alwash SA, Ibrahim N, Yaacob WA, Din LB. 2014. Antibacterial, Antioxidant
and Cytotoxicity Properties of Traditionally Used Melastoma
malabathricum Linn Leaves. Adv JFood Sci Tech. 6(1): 6-12.
[BOLDS] Barcode of Life Data Systems. 2014. Taxonomy of Genus Melastoma
[internet].
[diunduh
2016
Ags
25].
Tersedia
pada:
http://www.boldsystems.org.
Dantas , Nascimento M, Siqueira SD, Furlan M, Silva BV.2002. Antibacterial
activity of a stearic acid derivative from Stemodia foliosa. Planta Med.
68(12):1137-1139.
Davis WW, Stout TR. 1971. Disc plate methods of microbiological antibiotic
assay. Appl Microbial. 22(4):659-665.
Doran JL, Leskiw BK, Aippersbach S. 1990. Isolation and characterization of a
beta-lactamase-inhibitory protein from Strepomyces clavuligerusand
cloning and analysis of the corresponding gene. J Bacteriol. 172 (9):
4909-4918.
Giesen W, Wulffraat S, Zieren M, Scholten L. 2006. Mangrove Guidebook for
Southeast Asia. Bangkok (TH): Food and Agriculture Organization of the
United Nations Regional Office for Asia and the Pacific.
Godstime O, Felix E, Augustina J, Christopher O. 2014. Mechanisms of
antimicrobial actions of phytochemicals against enteric pathogens. J
PharmChem BiolSci. 2(2):77-85.
13
Hamdan D, El-Readi MZ, Tahrani A, Herrmann F, Kaufmann D, Farrag N, ElShazly A, Wink M. 2011. Secondary metabolites of ponderosa lemon
(Citrus pyriformis) and their antioxidant, anti-inflammatory, and
cytotoxic activities. Naturforsch. 66:385.
Joffry SM, Yob NJ, Rofiee MS, Affandi MM, Suhaili Z, Othman F, Akim, Desa
MNM, Zakaria ZA. 2012. Melastoma malabathricum (L.) Smith
ethnomedicinal uses, chemical constituents, and pharmalogical
properties: A review. Evid.-based Complement. Alternat. Med.
doi:10.1155/2012/258434.
Khasanah I, Sarwiyono, Surjowardojo P. 2014. Ekstrak etanol daun kersen sebagai
antibakteri terhadap Streptoococcus agalactiae penyebab mastitis
subklinis pada sapi perah. [skripsi]. Malang [ID]. Universitas Malang.
Lamb AJ and Cushnie TPT. 2005. Antimicrobial activity of flavonoids. Int J
Antimicrob. 26(5):343–356.
Mendonc RR. 2006. A bioactive phytocompounds: new approaches in the
phytosciences. Modern Phytomedicine.23 (1):457–478.
Navarro VM, Luna-Herrera J, Rojas-Bribiesca MG, Álvarez-Fitz P, Ríos MY.
2011. Antibacterial activity of Aristolochia brevipes against multidrugresistant Mycobacterium tuberculosis.Molecules. 16: 7357.
Ong H, Nordiana M. 1999. Malay ethno-medico botany in Machang, Kelantan,
Malaysia. Fitoterapia. 70:502–513.
Pratama RE. 2015. Identifikasi Melastoma sp. di sekitar kampus IPB menggunakan
DNA barkode gen maturase K (matK). [skripsi]. Bogor [ID]. Institut
Pertanian Bogor.
Pratiwi ST. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Yogyakarta (ID): Erlangga.
Stiles ME, Belkum MJV, Gao Y.1999. The outer membrane of gram-negative
bacteria inhibits antibacterial activity of brochocin-C. AEM. 65(10):
4329–4333.
Sulaiman MR, Somchit MN, Israf DA, Ahmad Z, Moin S. 2004.Antinociceptive
effect of
Melastoma malabathricum ethanolic extract in mice.
Fitoterapia. 75:667-672.
Watanabe T, Osaki M. 2002. Mechanisms of adaptation to high aluminum
condition in native plants species growing in acid soils. Commun
SoilSciPlant Anal. 33:1247-126.
Zakaria ZA, Raden MN, Kumar HRNS, Ghani GA, Sulaiman ZDF, Devi MRR,
Jais GM, Somchit AM, Fatimah CA. 2006. Antinociceptive, antiinflammatory and antipyretic properties of Melastoma malabathricum
leaves aqueous extract in experimental animals. Can. J. Physiol.
Pharmacol. 84(12): 1291–1299.
14
LAMPIRAN
Lampiran 1 Perbedaan M. malabathricum dan M. saigonense
Perbedaan
Tinggi batang
Panjang daun
Lebar daun
Tekstur daun
Warna daun
M. malabathricum
M. saigonense
0.5 – 1.5 m
1-3 m
4-14 cm
9.2 -10.2 cm
1.7- 3.5 cm
3-4 cm
Kaku tipis, abaksial Ada yang berbulu dan
(strigose dan puberulos), tidak berbulu
adaksial strigose
Hijau
Hijau kekuningan
(Giesen et al. 2006;Joffry et al. 2012)
15
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabanjahe pada tanggal 22 April 1993 dari pasangan
Bapak Suruh Kaban dan Beloh Mabasa br Tarigan Amd. Penulis merupakan anak
ketiga dari tiga bersaudara. Penulis lulus dari SDN 040512 Sarimunte pada tahun
2005, kemudian lulus dari SMP RK Delimurni Bandar Baru, Kota Sibolangit pada
tahun 2008, dan lulus dari SMA Methodist 2 Medan pada tahun 2011. Penulis
diterima di jurusan Biologi Institut Pertanian Bogor pada tahun 2012 melalui jalur
SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) Tulis. Selama
kuliah, penulis aktif di beberapa kepanitiaan seperti kepanitiaan UKM PMK,
panitia Masa Perkenalan Departemen Biologi tahun 2014 dan panitia Masa
Perkenalan Fakultas FMIPA tahun 2014. Penulis juga pernah aktif di beberapa
organisasi seperti UKM PMK IPB sebagai kepala bidang pelawatan pada tahun
2014 dan UKM IGAF IPB sebagai bendahara divisi internal pada tahun 2015
Penulis pernah menjadi Asisten Praktikum Biologi Dasar, Fisiologi
Tumbuhan, dan Pengantar Genetika Molekuler pada tahun 2015/2016. Penulis
telah melakukan studi lapangan di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada tahun
2014 mengenai keanekaragaman cendawan mikoriza arbuskular di bawah tegakan
Pinus. Penulis telah melakukan praktik lapang dengan judul Standarisasi obat
herbal terstandarisasi tolak angin Sidomuncul.
Download