materi tanah dan batuan - TEKNIK SIPIL WA CIVIL ENGINEERING

advertisement
Sumber : materi jurusan Teknik Sipil di Politeknik Negeri Malang.
BAB. I
TANAH DAN BATUAN
1.1. Pendahuluan
Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai material yang
terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat
secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk
(berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di
antara partikel-partikel padat tersebut.
Dalam ilmu mekanika tanah yang disebut “tanah” ialah semua endapan alam yang
berhubungan dengan teknik sipil, kecuali batuan tetap. Batuan tetap menjadi ilmu
tersendiri yaitu mekanika batuan (rock mechanics). Endapan alam tersebut mencakup
semua bahan, dari tanah lempung (clay) sampai berangkal (boulder).
Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan teknik
sipil, disamping itu tanah berfungsi juga sebagai pendukung pondasi dari bangunan.
Jadi seorang ahli teknik sipil harus juga mempelajari sifat-sifat dasar dari tanah, seperti
asal usulnya, penyebaran ukuran butiran, kemampuan mengalirkan air, sifat
pemampatan bila dibebani (compressibility), kekuatan geser, kapasitas daya dukung
terhadap beban dan lain-lain.
Jadi Mekanika Tanah (Soil Mechanics) adalah cabang dari ilmu pengetahuan yang
mempelajari sifat fisik dari tanah dan kelakuan massa tanah tersebut bila menerima
bermacam-macam gaya. Sedangkan ilmu Rekayasa Tanah (Soil Engineering)
merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip mekanika tanah dalam problema-problema
praktisnya.
Pada tahun 1948 Karl Von Terzaghi seorang sarjana teknik sipil Jerman/Austria
berpendapat bahwa : Mekanika tanah adalah pengetahuan yang menerapkan kaidah
mekanika dan hidrolika untuk memecahkan persoalan-persoalan teknik sipil yang
berhubungan dengan endapan dan kumpulan butir-butir padat yang terurai/tidak terpadu
(unconsolidated) yang dihasilkan oleh proses penghancuran (disintegration) secara
alami dan kimiawi batu-batuan. Oleh karena itu, Terzaghi disebut sebagai Bapak
mekanika tanah, karena jasanya memelopori pengembangan ilmu mekanika tanah.
Beliau lahir di Praha pada tanggal 2 Oktober 1883 dan meninggal dunia pada tanggal 25
Oktober 1963 di Winchester, Massachusets USA.
I-1
Rekayasa Geoteknik (geotechnical engineering), didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan dan pelaksanaan dari bagian teknik sipil yang menyangkut materialmaterial alam yang terdapat pada (dan dekat dengan) permukaan bumi. Arti secara
umum rekayasa geoteknik juga mengikutsertakan aplikasi dari prinsip-prinsip dasar
mekanika tanah dan mekanika batuan dalam masalah-masalah perancangan pondasi.
1.2. Sejarah Perkembangan Mekanika Tanah
Pengetahuan tentang penggunaan tanah sudah ada sejak zaman prasejarah. Manusia
pada zaman itu mulai membangun dinding-dinding rumah tempat tinggal dan jalan
untuk transportasi yang memakai tanah.
Kemudian pada zaman primitif orang menggunakan tanah sebagai bahan untuk
fondasi dan konstruksi lainnya yang tidak dibakar. Pengetahuan tentang tanah sebagai
fondasi dan jalan diperoleh dengan cara coba-coba (trial and error).
Baru pada permulaan abab ke-17 sarjana teknik militer Perancis turut
menyumbangkan ilmunya dalam mekanika tanah secara empiris dan analitis perihal
tekanan tanah pada dinding penahan untuk perencanaan benteng-benteng/kubu-kubu
pertahanan. Pada tahun 1715 Perancis mendirikan Departemen Jalan dan Jembatan, dan
pada tahun 1747 mulai membuka sekolah jalan dan jembatan yang terkenal di seluruh
dunia saat itu, (Ecole desponts et chaussees). Yang terbesar andilnya ialah Charles
Augustin Coulomb 1776 yang telah memancangkan tonggak teori tekanan tanah pada
zamannya. Selanjutnya ilmu mekanika tanah mulai berkembang dan berkembang
hingga kini.
1.3. Siklus Batuan dan Asal Usul Tanah
Kerak bumi pada umumnya dibagi dalam dua kategori, yaitu : Batuan dan Tanah.
Kata tanah pada umumnya digunakan oleh para ahli geologi untuk mendekripsikan
gumpalan atau komposisi butiran-butiran mineral-mineral dan materi organik yang
relatif lemah ikatan antar butirnya yang terdapat dari permukaan bumi hingga ke lapisan
batuan padat. Ikatan antar butir yang lemah ini pada umumnya dapat dipisahkan hanya
dengan sedikit gangguan mekanis, misalnya dengan mengaduknya di dalam air.
Butiran-butiran mineral yang membentuk bagian padat dari tanah merupakan hasil
pelapukan dari batuan. Ukuran setiap butiran padat tersebut sangat bervariasi dan sifatsifat fisik dari tanah banyak tergantung dari faktor-faktor ukuran, bentuk dan komposisi
kimia dari butiran. Untuk lebih jelasnya tentang faktor-faktor tersebut, harus lebih
I-2
dikenal dahulu tipe-tipe dasar dari batuan yang membentuk kerak bumi, mineralmineral yang membentuk batuan dan proses pelapukan. Berdasarkan asal-usulnya,
batuan dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tipe dasar, yaitu :
 Batuan beku (Igneous rocks).
 Batuan sedimen (Sedimentary rock).
 Batuan metamorf (Metamorphic rocks).
Pada Gambar 1.1 ditunjukkan diagram dari siklus kejadian beberapa jenis batuan
tersebut berikut proses kejadiannya. Diagram tersebut disebut siklus batuan, juga
diberikan beberapa keterangan singkat untuk tiap-tiap elemen dari siklus batuan
tersebut.
Batuan
Sedimen
Pemadatan
Sementasi
Kristalisasi
Sedimentasi
Peristiwa
Metamorf
Pengangkutan
(transportasi)
Erosi, pelapukan
Batuan
Metamorf
Batuan
Beku
Magma
Mencair
Gambar 1.1 Siklus Batuan
I-3
1.3.1. Batuan Beku (Igneous rocks)
Batuan beku terbentuk dari membekunya magma cair yang terdesak ke
permukaan (dari bagian yang dalam sekali pada mantel bumi). Sesudah tersembul ke
permukaan melewati rekahan-rekahan pada kulit bumi (fissure eruption) atau melalui
gunung berapi (volcanic eruption), sebagian dari magma cair tersebut mendingin di
permukaan bumi dan membatu.
Kadang-kadang magma tersebut berhenti bergerak sebelum sampai ke
permukaan bumi dan mendingin di dalam kulit bumi dan membentuk batuan beku
dalam plutonic rocks (disebut juga intrusive rocks). Batuan beku dalam yang telah
terbentuk tersebut pada suatu saat dapat timbul ke permukaan bumi karena adanya
proses erosi yang terus menerus terhadap lapisan batuan dan tanah yang terletak di atas
batuan beku dalam tersebut.
Proses pelapukan batuan menjadi tanah dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu :
proses
penghancuran
fisik
(disintegration)
dan
proses
pelapukan
kimiawi
(decomposition). Proses penghancuran fisik adalah proses pelapukan tanah akibat dari
factor-faktor fisika, misalnya : perubahan temperature secara berkala, pembekuan dan
pencairan (air dalam batuan), proses perusakan oleh tanaman, binatang dan/atau es di
dalam celah batuan. Proses pelapukan kimiawi terjadi akibat reaksi kimiawi, misalnya :
oksidasi, hidrasi, karbonasi, dan efek kimia dari tanaman. Proses pelapukan kimiawi ini
dapat dipercepat bila dipengaruhi oleh temperature yang tinggi dan keberadaan zat-zat
asam organic. Beberapa factor yang sangat berpengaruh dalam proses pelapukan tanah
ini diantaranya adalah : cuaca, topografi, waktu, sejarah geologi dan tipe batuan.
Jenis batuan beku yang terbentuk karena mendinginnya magma tergantung pada
beberapa faktor seperti komposisi dari magma dan kecepatan mendinginnya magma
tersebut. Setelah melakukan beberapa penyelidikan di laboratorium pada tahun 1922,
Bowen berhasil menerangkan hubungan antara kecepatan mendingin dari magma
dengan pembentukan bermacam-macam jenis/tipe batuan dan dikenal dengan prinsip
Reaksi Bowen, menggambarkan urutan-urutan terbentuknya mineral batuan akibat
mendinginnya magma. Pada cairan magma yang mendingin tersebut, ukuran kristal
mineral berangsur-angsur membesar dan sebagian mengendap (pada suhu tinggi).
Kristal batuan yang tetap tinggal dalam larutan magma cair kemudian bereaksi dengan
kristal-kristal terlarut yang lain dan membentuk mineral baru pada temperatur yang
lebih rendah, proses ini berlangsung terus sampai seluruh massa batuan cair tersebut
membeku menjadi padat.
I-4
Daya tahan yang
lebih rendah
terhadap pelapukan
Kristalisasi pd
temperatur yg
lebih tinggi
Kalsium feldspar
Olivine
Augite
Natrium feldspar
Hornblende
Biotite (mika hitam)
Daya tahan yang
lebih tinggi
terhadap pelapukan
Orthoclase (kalsium feldspar)
Kristalisasi pd
temperatur yg
lebih rendah
Muscovite (mika putih)
Quartz (kwarsa)
Gambar 1.2 Rangkaian Reaksi
Bowen
Tabel 1.1 Komposisi mineral-mineral Batuan pada rangkaian Reaksi Bowen.
MINERAL
Olivine
Augite
Hornblende
Biotite (mika hitam)
Kalsium feldspar
Plagioclase
Natrium feldspar
Orthoclase (kalsium feldspar)
Muscovite (mika putih)
Quartz (kwarsa)
KOMPOSISI
(Mg, Fe)2SiO4
Ca, Na (Mg, Fe, Al)(Al, Si2O6)
Silikat ferromagnesium kompleks dari Ca,
Na, Mg, Ti dan Al
K(Mg, Fe)3AlSi3O10(OH)2
Ca(Al2Si2O8)
Na(AlSi3O8)
K(Alsi3O8)
Kal3Si3O10(OH)2
SiO2
Sumber : Mekanika Tanah Braja M Das.
1.3.2. Batuan Sedimen (Sedimentary Rock)
Hasil lapukan yang berupa kerikil, pasir, lanau dan lempung dapat menjadi padat
karena adanya tekanan lapisan tanah di atasnya dan adanya proses sementasi antar
butiran oleh unsure-unsur sementasi seperti besi, kalsit, dolomite dan quartz. Unsurunsur sementasi tersebut biasanya terbawa dalam larutan air tanah. Unsur-unsur tersebut
mengisi ruang-ruang di antara butiran dan kemudian membentuk batuan sediment.
Batuan yang terbentuk dengan cara ini disebut batuan sediment detrital. Contoh dari
tipe/jenis batuan sedimen detrital adalah : conglomerate, breccia mudstone, shale
I-5
(claystone). Sedimentary rock ada juga yang dibentuk oleh reaksi kimia, misalnya :
limestone, chalk, dolomite, gypsum, dan sebagainya.
Batuan sedimen mungkin juga mengalami pelapukan dan membentuk tanahtanah sedimen (endapan), atau terkena proses peristiwa metamorf dan berubah menjadi
batuan metamorf.
1.3.3. Batuan Metamorf (Metamorphic Rock)
Peristiwa metamorf adalah proses perubahan komposisi dan tekstur dari batuan
akibat panas dan tekanan tanpa pernah menjadi cair. Dalam peristiwa metamorf,
mineral-mineral baru terbentuk dan butir-butir mineralnya terkena geseran yang
kemudian membentuk tekstur batu metamorf yang berlapis-lapis. Granit, diorite dan
gabbro berubah menjadi slates dan phyllites pada peristiwa metamorf tingkat rendah.
Schist adalah sejenis batuan metamorf yang mempunyai tekstur berlapis-lapis
dan dapat dilihat pula pada teksturnya ada bentuk-bentuk kepingan atau lempenganlempengan dari mineral mika.
Batu pualam (marmer) terbentuk dari batuan calcite dan dolomite yang
mengalami proses kristalisasi ulang. Butiran mineral pada marmer umumnya lebih besar
dari pada yang terdapat pada batuan induknya.
Quartzite adalah sejenis batuan metamorf yang terbentuk dari sandstone yang
kaya akan mineral quatz. Bahan silika kemudian memasuki pori-pori batuan dan ruangruang diantara butiran pasir dan quartz, dan menjadi unsur-unsur sementasi antar
butiran. Quartzite merupakan salah satu dari batuan yang sangat keras. Pada tekanan
dan panas yang besar sekali, batuan metamorf mungkin mencair menjadi magma dan
siklus batuan berulang kembali.
1.4. Partikel Tanah (Soil Particles)
Sebagaimana telah dibahas di bagian depan, ukuran dari partikel tanah adalah
sangat beragam dengan variasi yang cukup besar. Tanah umunya dapat disebut sebagai
kerikil (gravel), pasir (sand), lanau (silt) atau lempung (clay), tergantung pada ukuran
partikel yang paling dominan pada tanah tersebut.
Beberapa organisasi telah mengembangkan batasan-batasan ukuran golongan jenis
tanah (soil separate size limits) berdasarkan ukuran-ukuran partikelnya. Pada Tabel 1.2
ditunjukkan batasan-batasan ukuran golongan jenis tanah yang telah dikembangkan oleh
beberapa organisasi yang ahli di bidangnya.
I-6
Tabel 1.2 Batasan-Batasan Ukuran Golongan Tanah.
Nama Kelompok
Organisasi
Massachusetts Institute of Technology
(MIT)
U.S. Departement of Agriculture
(USDA)
American Association of State Highway
and Transportation Officials (AASHTO)
Unified Soil Classification System (U.S.
Army Corps of Engineers, U.S. Bureau
of Reclamation)
Ukuran Butiran (mm)
Pasir
Lanau
Kerikil
Lempung
>2
2 – 0,06
0,06 – 0,002
< 0,002
>2
2 – 0,05
0,05 – 0,002
< 0,002
76,2 - 2
2 –0,075
76,2-4,75
4,75-0,075
0,075–0,002
< 0,002
Halus
(yaitu lanau dan lempung)
< 0,0075
Sumber : Mekanika Tanah, Braja M Das

Kerikil (gravels) adalah kepingan-kepingan dari batuan yang kadang-kadang
juga mengandung partikel-partikel mineral quartz, feldspar dan mineral-mineral
lain, Diameter butiran > 5 mm.

Pasir (sand) sebagian besar terdiri dari mineral quartz dan feldspar. Butiran dari
mineral yang lain mungkin juga masih ada pada golongan ini , Diameter
butiran 0,0075 – 5,0 mm.

Lanau (silt) sebagian besar merupakan fraksi mikroskopis (berukuran sangat
kecil) dari tanah yang terdiri dari butiran-butiran quartz yang sangat halus, dan
sejumlah
partikel-partikel
berbentuk
lempengan-lempengan
pipih
yang
merupakan pecahan dari mineral-mineral mika, Diameter butiran 0,002 – 0,0075
mm.

Lempung (clays) sebagian besar terdiri dari partikel mikroskopis dan
submikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas bila hanya dengan mikroskopis
biasa) yang berbentuk lempengan-lempengan pipih dan merupakan partikelpartikel dari mika. Lempung didefinisikan sebagai golongan partikel yang
berukuran kurang dari 0,002 mm (= 2 mikron).
I-7
1.4.1 Mineral Lempung (Clay Minerals)
Mineral lempung adalah kristal yang sangat kecil (hanya dapat dilihat dengan
bantuan mikroskop elektron) yang berasal dari pelapukan kimiawi dari mineral batuan
tertentu adalah kristal alumunium silikat dengan ion-ion logam yang kompleks yang
merupakan komposisi 2 lembar kristal dasar yaitu :
1. Silica Tetrahedron.
2. Alumina Octahedron.
Tiap unit tetrahedron terdiri dari 4 atom oksigen mengelilingi sebuah atom
silicon. Kombinasi beberapa unit tetrahedron membentuk lembar silica (silica sheet),
tiga atom oksigen yang di dasar dipakai bersama oleh tetrahedron yang berdekatan.
Tiap unit octahedron terdiri dari 6 hidroxil yang mengelilingi satu atom
aluminium. Kombinasi beberapa unit octahedron aluminium hidroxil membentuk
lembar octahedron yang disebut gibbsite, kadang-kadang atom-atom magnesium
mengganti aluminium, hal ini disebut lembar brucite.
Mineral Kaolinite, satu lembar kaolinite terdiri dari berlapis-lapis lembar
silica dan gibbsite yang tiap lapis silica-gibbsite tebalnya 7,2 . Lembar-lembar
tersebut diikat oleh hidrogen. Kaolinite berada dalam bentuk lempengan, yang
dimensi lateralnya 1000 – 10000 , tebal 100 – 1000 . Luas permukaannya = 15
m2/gr. (luas permukaan perunit massa disebut specific surface).
Illite, satu lembar illite terdiri dari sebuah lembar gibbsite yang menyatu dan
diapit oleh 2 lembar silica. Kadang-kadang disebut mica lempung (clay mica), tebal 1
lembar 10 , lembar satu dengan yang lainnya diikat oleh ion potasium (natrium). Ada
substitusi aluminium untuk silicon pada lembar tetrahedral. Substitusi elemen tanpa
mengubah bentuk kristal disebut substitusi isomorphous. Lembar-lembar illite menyatu
menyerupai lembar yang mempunyai dimensi lateral 1000 – 5000  dan tebal 50 – 500
. Specific surface = 80 m2/gr.
Mineral-mineral Montmorillonite, Strukturnya mirip illite, yaitu 1 lembar
gibbsite diapit oleh 2 lembar silica, tetapi substitusi isomorphousnya ialah magnesium
dan besi untuk aluminium dari lembar octahedral. Di sini tidak ada potasium untuk
mengikat lembar satu dengan yang lainnya, tetapi air. Dimensi lateralnya 1000 – 5000
 dan tebalnya 10 – 50  dengan specific surface = 800 m2/gr. Partikel lempung
mempunyai muatan listrik negatif pada permukaannya yang disebabkan oleh adanya
substitusi isomorphous dan putusnya kontinyuitas di ujung. Muatan negatifnya lebih
I-8
besar kalau specific surfacenya lebih besar. Pada lempung kering, muatan listrik negatif
diimbangi oleh cation yang bisa berpindah-pindah seperti Ca++, Mg++, Na++, dan K+
diseputar partikel. Kalau air ditambahkan pada lempung, cation tadi beserta sedikit
anion mengambang di sekitar partikel lempung. Yang ini disebut diffuse double layer.
Konsentrasi cation berkurang kalau jarak dengan partikel bertambah.
1.4.2 Jenis-Jenis Tanah Berdasarkan Proses Pembentukannya.
Lapisan tanah yang terbentuk dapat tetap berada ditempatnya, atau terbawa oleh
gletser/sungai es, angina, dan/atau air ke tempat lain untuk kemudian terendapkan
ditempat yang lain. Berdasarkan proses yang disebut diatas ini, lapisan tanah dapat
dibagi ke dalam empat bagian utama, yaitu : tanah residual (residual soil), tanah
endapan air (water transported soil), tanah endapan angin (wind transported soil), tanah
endapan sungai es (soil of glacial origin).
Tanah Residual (residual soil)
Tanah yang terbentuk dari proses penghancuran dan pelapukan batuan dasar dan
masih berada ditempat asalnya. Di daerah tropis, ketebalan tanah residual yang
terbentuk dari batuan beku dapat mencapai ketebalan lebih dari 20 m. Tekstur tanah
residual tergantung kepada kondisi lingkungan dimana tanah tersebut terbentuk dan
kepada tipe batuan induknya. Granite menghasilkan lanau kepasiran dan pasir
kelanauan dengan komposisi mineral mica dan lempung kaolin yang bervariasi Basalt
menghasilkan lempung dengan kadar montmorillonite yang tinggi dan bersifat plastis.
Tanah Endapan Air (water transported soil)
Tergantung dari macam air yang mengangkut dan mengendapkannya, tanah
endapan air dapat dibagi lagi menjadi tiga golongan, yaitu : tanah alluvium (oleh air
sungai), tanah lacustrine (di danau) dan tanah marina (di pantai/air laut).
Tanah alluvium terbentuk ketika air sungai dari pegunungan mencapai dataran
rendah. Partikel-partikel kecil yang terapung didalam air sungai terbawa ke daerah hilir
relative tanpa mengalami perubahan secara fisik. Partikel-partikel yang lebih besar,
seperti pasir, kerikil dan kerakal, diangkut dan berguling di dasar sungai, akibatnya
partikel tersebut akan terkikis dan berbentuk bulat.
Tanah lacustrine terbentuk ketika danau berfungsi sebagai tempat pengendapan
dari partikel-partikel tanah yang terbawa oleh air sungai yang bermuara di danau
tersebut. Di daerah yang lembab, ketika danau terisi sediment dan menjadi dangkal,
tumbuh-tumbuhan di sekitar tepian danau meningkat. Pembusukan material tumbuhI-9
tumbuhan ini menghasilkan bahan organic yang mengendap bersama dengan lanau dan
lempung hingga terbentuk tanah organic. Di tingkat akhir dari proses sedimentasi ini
danau dapat dipenuhi dengan tumbuh-tumbuhan dan hanya terjadi pembusukan
sebagian dari sisa-sisa tanaman. Akhirnya terbentuklah tanah gambut (peat). Pada tahap
ini danau berubah menjadi tanah rawa (marshland).
Tanah Endapan Angin (wind transported soil)
Pergerakan angin melalui daerah bertanah pasir atau lanau yang luas akan
membawa partikel-partikel berukuran pasir dan lanau. Partikel-partikel yang lebih besar
dari 0,05 mm (pasir) akan berguling atau terangkat ke udara untuk jarak yang relative
pendek dan akan tertumpuk membentuk bukit-bukit pasir (sand dunes). Partikel-partikel
lanau yang lebih halus akan terbawa ke daerah yang lebih jauh. Angin mensortir
butiran-butiran pasir dan mengendapkannya dengan ukuran butir yang relative seragam
dan umumnya dalam keadaan lepas (loose condition).
Tanah Endapan Sungai Es (soil of glacial origin)
Penyebaran dari massa es ini mengerosi, mencampur baur, mengangkut dan
mengendapkan batuan-batuan lepas dan tanah dengan berbagai cara. Material yang
diendapkan langsung oleh es disebut dengan TILL. Tanah jenis ini sangat beragam
dalam teksturnya, partikelnya bervariasi dari kerakal (boulder) hingga lempung. Air
yang mencair dari lempengan-lempengan es membawa pasir dan kerikil dan
mengendapkannya didepan sungai es dan disebut OUTWASH. Bila iar yang mencair itu
bermuara diantara dataran tinggi dan sungai es, tercipta suatu danau dimana endapan
danau es akan terbentuk. Ketika air mengalir ke dalam danau tersebut, material yang
kasar diendapkan dipinggir danau dan membentuk delta-delta pasir dan kerikil.
1.4.3 Tanah-Tanah Khusus
Perilaku tanah sering tergantung dari keberadaan material tanah yang khusus.
Tanah Expansive, adalah tanah yang berpotensi mengalami pengembangan
(peningkatan volume) bila tereskpos terhadap air. Clay shales dan tanah lempung
dengan kadar montmorillonite yang tinggi merupakan tanah expansive.
Tanah Collapsible, adalah merupakan tanah dengan potensi pengurangan
volume yang besar ketika mengalami peningkatan kadar air. Perubahan volume terjadi
tanpa adanya perubahan beban eksternal. Contoh : tanah loess, pasir dan lanau
bersementasi lemah yang ikatan semennya biasanya gypsum atau halite, mudah larut
dalam air. Tanah collapsible ini umumya dijumpai di daerah-daerah yang gersang.
I-10
Quick Clay, adalah merupakan lempung yang sangat peka (high sensitivity)
terhadap gangguan. Kekuatan geser tanah ini akan berkurang drastis ketika mengalami
gangguan. Semua quick clay merupakan lempung marina dengan kadar kepekaan lebih
besar dari 15. Kadar kepekaan adalah perbandingan antara kuat geser tanah asli dengan
kuat geser tanah terganggu.
Tanah Organik, adalah merupakan tanah yang mengandung banyak komponen
organik, ketebalannya dari beberapa meter hingga puluhan meter di bawah tanah. Tanah
jenis ini umumnya berkuat geser rendah dan mudah mengalami penurunan yang besar.
I-11
Download