pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama

advertisement
1
TESIS
PENGARUH JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA,
LAMA TINGGAL, DAN KURS DOLAR AMERIKA
TERHADAP PENERIMAAN PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO INDUSTRI PARIWISATA
KABUPATEN BADUNG TAHUN 1997-2010
I NENGAH WIJAYA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
TESIS
PENGARUH JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA,
LAMATINGGAL, DAN KURS DOLAR AMERIKA
TERHADAP PENERIMAAN PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO INDUSTRI PARIWISATA
KABUPATEN BADUNG TAHUN 1997-2010
I NENGAH WIJAYA
NIM : 099 106 1010
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
i
ii
PENGARUH JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA,
LAMA TINGGAL, DAN KURS DOLAR AMERIKA
TERHADAP PENERIMAAN PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO INDUSTRI PARIWISATA
KABUPATEN BADUNG TAHUN 1997-2010
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
pada Program Magister, Program Studi Kajian Pariwisata
Program Pascasarjana Universitas Udayana
I NENGAH WIJAYA
NIM : 099 106 1010
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 1 AGUSTUS JULI 2011
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. I Wayan Tjatera, M.Sc
NIP. 1947 0506 1973 021001
Dr. Ir. Md Adhika, MSP.
NIP. 1959 1231 1986 011003
Mengetahui
Ketua Program Studi Kajian Pariwisata
Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Prof Dr. I Nyoman Sirtha, SH., MS
NIP. 1944 0929 1973 021001
Direktur,
Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)
NIP. 1959 0215 1985 102001
Tesis ini Telah Diuji pada
iv
Tanggal
8 Agustus 2011
Panitia Penguji Tesis, berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas,
Nomor : 1472/UN.14.4/HK/2011 , Tanggal 8 Agustus 2011
Ketua
: Prof. Dr. I Wayan Tjatera, M.Sc
Sekretaris : Dr. Ir. Md Adhika, MSP.
Anggota
:
1. Prof Dr. I Nyoman Sirtha, SH., MS
2. Prof. Dr. I Ketut Sudibia, SU
3. Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP.
v
PERNYATAAN
Dengan ini saya nyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar magister di suatu perguruan tinggi
dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Denpasar, 21 Agustus 2011
Yang Menyatakan
I Nengah Wijaya
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi
Wasa) Atas rahmatnya, yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Pengaruh Jumlah Wisatawan Mancanegara,
Lama Tinggal, dan Kurs Dolar Amerika terhadap Penerimaan PDRB Industri
Pariwisata Kabupaten Badung tahun 1997 – 2010.
Tersusunnya tesis ini sampai selesai, berkat bantuan dan kerjasama dari
semua pihak, begitu juga partisipasi rekan-rekan
serta pihak-pihak lain yang
banyak membantu dalam penulisisan tesis ini. Oleh karena itu melalui kesempatan
ini penulis menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada :
Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. I Made Bakta, Sp.Pd, (K) atas
kesempatan, dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas
Udayana.
Direktur Program Pasasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A.A.
Raka Sudewi, Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan
dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di
Universitas Udayana.
Ketua Program Studi Magister Kajian Pariwisata Universitas Udayana
Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH., MS, yang telah memberi dorongan dan motivasi
dalam penulisan tesis ini.
vii
Prof. Dr. I Wayan Tjatera, M.Sc, selaku pembimbing I dengan segala
kesabaran, kearifan dan tulus ikhlas membimbing, mengarahkan, serta memberikan
motivasi dan inspirasi yang sangat berarti sejak awal penulis mengikuti pendidikan
magister sampai terselesaikan penulisan tesis ini.
Dr. Ir. I Made Adhika, MSP, pembimbing II dengan penuh perhatian,
kesabaran, dan kecermatan membimbing serta memberikan pandangan-pandangan
positif untuk penyempurnaan tesis ini.
Para penguji tesis yaitu Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH., MS., Prof. Dr. I
Ketut Sudibia, SU., dan Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP., yang telah
memberikan masukan dan saran-saran demi kesempurnaan dari penulisan tesis ini
Instansi (cq. DIKTI, Depdiknas) yang telah memberikan Bantuan
Pendidikan Pascasarjana (BPPS) melalui beasiswa BPPS untuk mendanai program
Pendidikan Magister di Pascasarjana Universitas Udayana.
Direktur Politeknik Negeri Bali Ir. I Made Mudina, M.Sc., yang telah
memberikan kesempatan, dorongan dan bantuan untuk melanjutkan pendidikan
Magister.
Bapak /Ibu dosen Program Studi Magister Kajian Pariwisata atas
bimbingan dan asuhan terhadap mata kuliah selama proses belajar mengajar.
Seluruh Staf administrasi Program Studi Magister Kajian Pariwisata.
Ibunda, dan Ayahanda yang telah dengan ikhlas, dan tanpa pamrih telah
memdidik dan membesarkan, serta senantiasa memberikan doa yang tiada hentinya
kepada penulis. Semua saudara beserta keluarga yang turut memberi doa restu agar
viii
pendidikan penulis berjalan dengan lancar, serta mertua yang memberikan
dorongan moral dalam mengikuti proses belajar.
Terkhusus kepada istriku Ni Wayan Putriadi, SS., dan anak-anak
tercinta I Wayan Gde Wahyu PA. dan Ni Made Puspa Pawitri, dengan ketulusan
hati dan keikhlasan memberikan semangat dan dorongan kepada penulis untuk
menyelesaikan tesis ini.
Rekan-rekan karya siswa angkatan 2009/2010 Program Magister Kajian
Pariwisata, dan semua pihak yang tulus ikhlas telah membantu dan mendoakan bagi
keberhasilan penulis yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki
tesis ini belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang sifatnya
membangun guna penyempurnaan tesis ini..
Semoga amal baik Bapak/Ibu dan rekan-rekan semua mendapat imbalan
yang sepantasnya dari Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa).
Denpasar,
Penulis
Juli 2011
ix
ABSTRAK
PENGARUH JUMLAH WISATAWAN MANCA NEGARA, LAMA
TINGGAL, DAN KURS DOLAR AMERIKA TERHADAP
PENERIMAAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL
BRUTO INDUSTRI PARIWISATA KABUPATEN
BADUNG TAHUN 1997 – 2010
Industri pariwisata memegang peranan penting dalam perekonomian
Indonesia, baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa maupun sebagai
penciptaan lapangan kerja serta kesempatan berusaha. Sebagai sumber penerimaan
pendapatan, pariwisata tidak terlepas dari pengaruh perkembangan jumlah
wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika, terhadap
penerimaan Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten Badung.
Perkembangan pariwisata Kabupaten Badung telah terjadi perubahan segmen pasar
dari semula yang didominasi oleh wisatawan asal Eropah dan Amerika kemudian
didominasi oleh wisatawan Asia-Oceania.
Guna mengetahui pengaruh dari jumlah wisatawan manca Negara, lama
tinggal, dan kurs dolar Amerika terhadap penerimaan Produk Domestik Regional
Bruto industri pariwisata Kabupaten Badung digunakan teknik analisis regresi
berganda, dengan uji t, dan uji F, dan koefisien determinasi. Dengan menggunakan
data sekunder tahun 1997 – 2010 serta bantuan dari program SPSS versi 17,0,
diperoleh hasil analisis regresi dengan persamaan, Y= -183,622 + 1,019X1 -11,019X2 + 0,036X3 + e
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara parsial jumlah wisatawan
manca negara, dan kurs dolar Amerika berpengaruh nyata dan positif terhadap
penerimaan Produk Domestik Regional Bruto industri pariwisata Kabupaten
Badung, sedangkan lama tinggal berpengaruh tidak nyata terhadap penerimaan
Produk Domestik Regional Bruto industri pariwisata Kabupaten Badung.
Secara simultan jumlah wisatawan manca negara, lama tinggal, dan kurs
dolar Amerika berpengaruh nyata terhdap penerimaan Produk Domestik Regional
Bruto industri pariwisata Kabupaten Badung dengan nilai R2 dan R masing-masing
sebesar 0,706, dan 0,840 dengan jumlah wisatawan mancanegara sebagai faktor
yang paling besar pengaruhnya terhadap penerimaan Produk Domesti Regional
Bruto pariwisata Kabupaten Badung dengan nilai koefisien determinasi parsial (r2)
atau zero order sebesar 0,506 atau 25,60%.
Kata kunci
: jumlah wisatawan, lama tinggal, kurs dalar, dan PDRB
x
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF THE NUMBER OF FOREIGN TOURIST,
THE LENGTH OF STAY, AND EXCHANGE RATE OF AMERICAN
DOLLAR TO THE IN RELATION TO THE INCOME OF THE GROSS
REGIONAL DOMESTIC PRODUCT TOURISM INDUSTRY IN BADUNG
REGENCY 1997 – 2010
Tourism industry plays a very important role in Indonesia’s economy, both
as a source of foreign exchange earning as well as job creation and business
opportunities. As source of revenue receipts, tourism is inseparable from the
influence of the growing amount of tourists, length of stay, and U.S. dolar exchange
rate, toward the receipt of the Gross Regional Domestic Product in Badung
regency. Badung Regency tourism development has changed from its original
market segment dominated by tourists from Europa and America then dominated
by Asia-Oceania tourists.
To determine the influence of the number of foreign tourists, length of stay,
and U.S. dolar exchange rate against the acceptance of the Gross Regional
Domestic Product Badung tourism industry multiple regression analysis technique
was applied, with the t test and F test, and coefficient of determination. By using
secondary data of 1997-2010 as well as assistanse from the program SPSS 17.0
version, the results obtained by regression analysis equation, Y = -- 183.622 +
1.019X1— 11.019X2 + 0.036X3 + e.
The result suggest that the partial number foreign tourists and the U.S.
dolar exchange rate affect real and positive impact on the receipt of the Gross
Regional Domestic Product in Badung tourism industry, while the length of stay
did not affect the real toward the acceptance of the Gross Regional Domestic
Product in Badung tourism industry.
Simultaneously the number of foreign tourists, length of stay, and U.S. dolar
exchange rare significantly affect the acceptance of the Gross Regional Domestic
Product in Badung tourism industry with a value of R2 and R respectively 0.706
and 0.840 with the number of foreign tourists as the biggest factor against infuence
on the receipt of the Gross Regional Domestic Product in Badung tourism industry
with a value of the partial coefficient of determination (r2) or zero order of 0.506 or
25.60%
Key words : the namber of tourists, length of stay, dollar exchange rate, the
“GRDP”.
xi
RINGKASAN
Industri pariwisata memegang peranan penting dalam perekonomian
Indonesia, baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa maupun sebagai
penciptaan lapangan kerja serta kesempatan berusaha. Sebagai sumber penerimaan
pendapatan, pariwisata tidak terlepas dari pengaruh perkembangan jumlah
wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika, terhadap
penerimaan
Produk
Domestik
Regional
Bruto
di
Kabupaten
Badung.
Perkembangan pariwisata Kabupaten Badung telah terjadi perubahan segmen pasar
dari semula yang didominasi oleh wisatawan asal Eropa dan Amerika kemudian
didominasi oleh wisatawan Asia-Oceania.
Sasaran jangka panjang dari pembangunan nasional adalah terwujudnya
perekonomian yang tumbuh secara seimbang dari berbagai aspek dan sesuai dengan
amanat
pembangunan nasional, maka pembangunan
nasional tidak hanya
diarahkan untuk peningkatan di bidang ekonomi yaitu laju pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, tetapi juga memperhatikan aspek pemerataan hasil pembangunan, yang
sangat berpengaruh terhadap terciptanya pembangunan ekonomi dalam
ruang
lingkup daerah secara keseluruhan, dimana perekonomian secara makro, memiliki
tujuan untuk mencapai dan mempertahankan kesempatan kerja penuh (full
employmen), mempertahankan stabilitas harga, meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, dan mencapai keseimbangan neraca pembayaran internasional.
xii
Pada umumnya bagi negara yang sedang berkembang dalam usaha
membangun perekonomiannya mengalami kekurangan dana, baik dalam bentuk
mata uang negara yang bersangkutan maupun valuta asing (devisa). Devisa
diperlukan untuk mengimpor barang-barang modal yang tidak bisa diproduksi di
dalam negeri serta mengimpor bahan-bahan industri, dan
bahan-bahan pangan
untuk menutupi kelebihan permintaan barang-barang modal dari jumlah produksi
yang ada. Dalam usaha tersebut maka negara sedang berkembang biasanya
menggantungkan diri pada ekspor satu atau beberapa jenis barang-barang primer.
Industri yang bersifat melengkapi ekspor barang-barang primer, yang berarti terjadi
diversifikasi dalam bidang ekspor, hingga penghasilan devisa akan lebih stabil.
Salah satu industri yang prospektif adalah industri pariwisata.
Penelitian ini mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
penerimaan Produk Domesti Regianal Bruto (PDRB) industri pariwisata Kabupaten
Badung secara parsial maupun secara simultan. Dalam penelitian ini, jumlah
wisatawan mancanegara dan kurs dolar Amerika faktor penentu sedangkan bagi
peningkatan penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung, sedangkan
lama tinggal tidak berpengaruh terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata
Kabupaten Badung. Hubungan sebab akibat dalam penelitian ini dibentuk oleh tiga
variabel independen yaitu jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs
dolar Amerika dan satu variabel dependen yaitu penerimaan PDRB industri
pariwisata Kabupaten Badung. Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam
periode waktu 1997-2010. Teknik analisis data yang digunakan adalah model
xiii
regresi berganda dan uji asumsi klasik yang dianalisis dengan mengunakan program
aplikasi SPSS versi 17.0 for Windows.
Jumlah wisatawan mancanegara memiliki pengaruh positif terhadap
variabel penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung. Hal ini dapat
dilihat dari nilai p value 0,010 lebih kecil dari α = 0,05 serta memiliki koefisien
regresi β1 = + 1,019, hal ini berarti apabila jumlah wisatawan mancanegara
meningkat sebesar satu persen, sedangkan variabel indepennden lainnya konstan,
maka
penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung
sebesar 1,019 persen. Sebaliknya, jika jumlah wisatawan mancanegara
meningkat
menurun
sebesar satu persen, sedangkan variabel independen lainnya konstan, maka jumlah
penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung menurun 1,019 persen.
Lama tinggal berpengaruh tidak signifikan terhadap penerimaan PDRB
industri pariwisata Kabupaten Badung, dengan p value 0,360 lebih besar dari alpha
0,05 artinya lama tinggal tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PDRB
industri pariwisata Kabupaten Badung. Hal ini dapat dilihat dari nilai p value 0,360
lebih besar dari α = 0,05 serta memiliki koefisien regresi β2 = -11,001, hal ini
berarti apabila lama tinggal meningkat sebesar satu persen, sedangkan variabel
indepennden lainnya konstan, maka
penerimaan PDRB industri pariwisata
Kabupaten Badung menurun sebesar 11.001,54 persen.
Kurs dolar Amerika berpengaruh positif signifikan terhadap variabel
penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung dengan p value 0,003
lebih kecil dari α 0,05 dengan nilai koefisien regresi β3 = 0,036, hal ini berarti
apabila kurs dolar Amerika meningkat sebesar satu persen, sedangkan variabel
xiv
independen lainnya konstan, maka penerimaan PDRB industri pariwisata
Kabupaten Badung meningkat sebesar 0,036 persen. Sebaliknya apabila kurs dolar
Amerika menurun sebesar satu persen, sedangkan variabel independen lainnya
konstan, maka variabel penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung
menurun sebesar 0,036 persen.
Diperoleh koefisien determinasi
(R2) sebesar 0,706
atau sebesar
70,60% yang artinya variasi penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten
Badung dipengaruhi oleh variabel jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal,
dan kurs dolar Amerika secara simultan sebesar 70,60%. Sedangkan 29,40%
dipengaruhi oleh faktor lain di luar ke tiga faktor tersebut. Berdasarkan hasil
analisis koefisien regresi berganda dengan analisis data ke dua menghasilkan, nilai
lama tinggal berpengaruh tidak signifikan terhadap jumlah penerimaan PDRB
industri pariwisata Kabupaten Badung. Hal ini disebabkan karena dalam periode
analisis 1997-2010, terdapat data empiris nilai lama tinggal yang besarnya ada yang
menurun yaitu tahun 2006.
Berdasarkan hasil penelitian ini, Pemerintah Daerah Kabupaten
Badung, dan para pelaku industri pariwisata,dan masyarakat hendaknya menjaga
pangsa pasar yang utama di Asia Fasifik, Eropa, Rusia, dan Amerika, sehingga
dapat meningkatkan jumlah kunjungan dari pada wisatawannya, serta berupaya
meningkatkan Daya Tarik Wisata, dan rasa aman dan nyaman pada umumnya di
Bali, dan khususnya di Kabupaten Badung, sehingga dapat meningkatkan lama
tinggal wisatawan mancanegara.
xv
DAFTAR ISI
Isi
Halaman
JUDUL ..........................................................................................................
i
SAMPUL DALAM ......................................................................................
ii
PERSYARATAN GELAR ..........................................................................
iii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................
iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ...........................................................
v
PERNYATAAN ............................................................................................
vi
UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................
vi
ABSTRACT ..................................................................................................
ix
ABSTRAK ....................................................................................................
x
RINGKASAN ...............................................................................................
xi
DAFTAR ISI ................................................................................................
xv
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xx
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xxi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xxii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................
7
1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................
7
1.4 Manfat Hasil Penelitian .................................................................
8
xvi
BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL,
HIPOTESIS PENELITIAN ............................................................
9
2.1 Kajian Pustaka ................................................................................
9
2.2 Konsep Penelitian ..........................................................................
12
2.2.1 Pengertian Industri Pariwisata ..............................................
12
2.2.2 Pengertian Pariwisata ...........................................................
14
2.2.3 Pengertian Wisatawan ..........................................................
16
2.2.4 Jumlah Wisatawan ...............................................................
16
2.2.5 Lama Tinggal Wisatawan .....................................................
17
2.2.6 Kurs Valuta Asing, dan Devisa ............................................
18
2.2.7 Jumlah Wisatawan akan Medorong Peningkatan Penda
patan .....................................................................................
19
2.2.8 Lama Tinng gal dapat Berpengaruh terhadap Peningkatan
Pendapatan ...........................................................................
21
2.2.8 Kurs Dolar Amerika dapat Berpengaruh terhadap Penda
patan ....................................................................................
22
2.3 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .................
25
2.3.1 Dari Segi Produksi ...............................................................
27
3.3.2 Dari Segi Pendapatan ...........................................................
27
3.3.3 Dari Segi Pengeluaran ..........................................................
27
3.4 Landasan Teori ................................................................................
28
3.4.1Teori Permintaan, dan Penawaran .........................................
28
3.4.2Teori Faktor Pendorong, dan Penarik (Push and Pull Faktors
xvii
Theory) .................................................................................
29
2.5 Model Penelitian ............................................................................
30
3.6 Hipotesis .........................................................................................
34
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................
35
3.1 Rancangan Penelitian ....................................................................
35
3.2 Lokasi, dan Waktu Penelitian ........................................................
35
3.3 Jenis, dan Sumber Data .................................................................
35
3.3.1Jenis Data ..............................................................................
37
3.3.2 Sumber Data .........................................................................
37
3.4 Variabel Penelitian .........................................................................
37
3.5 Teknik Pengumpulan Data .............................................................
38
3.5.1Teknik Wawancara ................................................................
38
3.5.2 Observasi ..............................................................................
38
3.5.3 Studi Kepustakaan ................................................................
38
3.5.4 Metode Dokumentasi ...........................................................
39
3.6 Prosedur Penelitian ........................................................................
39
3.7 Alat Analisis ...................................................................................
39
3.7.1 Regresi Linier Berganda .......................................................
39
3.7.2 Uji t .......................................................................................
40
3.7.3 Uji F ......................................................................................
42
3.7.4 Analisis Koefisien Determinasi ............................................
44
3.7.5 Uji Asumsi Klasik ................................................................
44
xviii
BAB IV. HASIL PENELITIAN .................................................................
48
4.1 Uji Asumsi Klasik .........................................................................
48
4.1.1 Uji Multikolinearitas ...........................................................
48
4.1.2 Uji Autokorelasi ...................................................................
49
4.1.3 Uji Heteroskedastisitas .........................................................
50
4.2 Koefisien Korelasi Berganada .......................................................
51
4.3 Koefisien Determinasi Berganda ...................................................
51
4.4 Koefisien Regresi Berganda ..........................................................
52
4.4.1Variabel Jumlah Wisatawan Mancanegara (X1) ..................
53
4.4.2 Variabel Lama Tinggal (X2) ...............................................
53
4.4.3 Variabel Kurs Dolar Amerika
(X3) ..................................
54
4.4.4 Diperoleh Koefisien Determinasi (R2) ...............................
54
4.5 Pengujian Koefisien Regresi (Uji Hipotesis) .................................
54
4.5.1 Pengaruh Jumlah Wisatawan mancanegara
Penerimaan Produk Domestik Regional Bruto
terhadap
Industri
Pariwisata Kabupaten Badung dengan uji t ..........................
55
4.5.2 Pengaruh Lama tinggal terhadap Penerimaan Produk
Domestik Regional Bruto Industri Pariwisata Kabupaten
Badung dengan uji t .............................................................
4.5.3 Pengaruh kurs dolar Amerika
56
terhadap Penerimaan
Prodak Domestik Regional Bruto Industri
Pariwisata
Kabupaten Badung dengan uji t ..........................................
4.5.4 Pengaruh Jumlah Wisatawan mancanegara, Lama tinggal,
58
xix
dan Kurs
dolar Amerika secara simultan terhadap
Penerimaan
Produk
Domestik Regional
Bruto
Industri Pariwisata Kabupaten Badung ................................
60
BAB V. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ......................................
64
5.1 Gambaran Umum Pariwisata Kabupaten Badung ..........................
64
5.2 Potensi PasarWisatawan ................................................................
67
5.3 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis Pengaruh jumlah wisatawan
Mancanegara, Lama Tinggal, dan Kurs
secara parsial terhadap
penerimaan
Dolar Amerika
PDRB
Industri
pariwisata Kabupaten Badung .......................................................
68
5.3.1 Pengaruh Jumlah Wisatawan mancanegara terhadap
Penerimaan PDRB Industri pariwisata Kabupaten
Badung .................................................................................. .
5.3.2 Pengaruh Lama
Tinggal terhadap
68
penerimaan
PDRB Industri pariwisata Kabupaten Badung ................
72
5.3.3 Pengaruh Kurs Dolar Amerika terhadap penerimaan
PDRB Industri pariwisata Kabupaten Badung ...............
75
5.4 Pengaruh Jumlah Wisatawan mancanegara, Lama tinggal,
dan Kurs dolar Amerika
secara
simultan
terhadap
Penerimaan Produk Domestik Regional Bruto Industri
Pariwisata Kabupaten Badung .......................................................
77
BAB VI. PENUTUP .....................................................................................
81
6.1 Simpulan ........................................................................................
81
xx
6.2 Saran ..............................................................................................
82
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
84
LAMPIRAN ................................................................................................
87
xxi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................
49
Tabel 4.2 Hasil Analisis Uji Autokorelasi ...................................................
50
Tabel 4.3 Hasil Analisis Uji Heteroskedastisitas .........................................
51
Tabel 4.4 Hasil Regresi Linier Berganda ......................................................
52
Tabel 4.5 Hasil Uji F .....................................................................................
62
xxii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Model Penelitian (Kerangka konsep) Pengaruh Jumlah
Wisatawan mancanegara, Lama Tinggal, dan Kurs Dolar
Amerika terhadap Penerimaan PDRB industri Pariwisata
Kabupaten Badung ...................................................................
33
Gambar 3.1 Peta Daerah Kabupaten Badung Uji t ......................................
36
Gambar 3.2 Daerah Pengujian Penolakan, dan Penerimaan H0 dengan
Uji t ..........................................................................................
42
Gambar 3.3 Daerah Pengujian Penolakan, dan Penerimaan H0 dengan
Uji F .........................................................................................
43
Gambar 3.4 Daerah Pengujian Penolakan, dan Penerimaan H0 dengan
Uji F Durbin Watson ................................................................
46
Gambar 4.1 Daerah Pengujian Penolakan, dan Penerimaan H0 dengan
Uji t untuk Jumlah Wisatawan Mancanegara .........................
56
Gambar 4.2 Daerah Pengujian Penolakan, dan Penerimaan H0 dengan
Uji t untuk Lama Tinggal ........................................................
58
Gambar 4.3 Daerah Pengujian Penolakan, dan Penerimaan H0 dengan
Uji t untuk Kurs Dolar Amerika .............................................
60
Gambar 4.4 Daerah Pengujian Penolakan Ho dengan Uji F untuk
Penerimaan Jumlah Wisatawan mancanegara, Lama
Tinggal, dan Kurs Dolar Amerika secara simultan
terhadap Penerimaa PDRB Industri
Pariwisata
Kabupaten Badung ....................................................................
62
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Jumlah Wisatawan mancanegara, yang berkunjung di
Kabupaten Badung tahun 1997-2010 ....................................
87
Lampiran 2. Lama Tinggal Wisatawan, yang berkunjung di Kabupaten
Badung tahun 1997-2010 ..........................................................
88
Lampiran 3. Perkembangan Kurs Doalar Amerika terhadap Rupiah di
Kabupaten Badung tahun 1997-2010 ......................................
89
Lampiran 4. Perkembangan
Penerimaan
PDRB, industri pariwisata
Kabupaten Badung tahun 1997-2010 .......................................
90
Lampiran 5. Jumlah Wisatawan mancanegara, Lama tinggal, dan Kurs
Dolar Amerika, terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata
Kabupaten Badung tahun 1997-2010 .....................................
91
Lampiran 6. Jumlah Wisatawan mancanegara, Lama tinggal, dan Kurs
Dolar Amerika, terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata
Kabupaten Badung tahun 1997-2010 .....................................
92
Lampiran 7. Tabel Statistik untuk Uji t ........................................................
100
Lampiran 8. Tabel Statistik untuk Uji F .......................................................
101
Lampiran 9. Durbin Watson d Statistic: Significance point of dL at dU at 0.05
level Sinificance .......................................................................
102
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sasaran jangka panjang dari pembangunan nasional adalah terwujudnya
perekonomian yang tumbuh secara seimbang dari berbagai aspek dan sesuai dengan
amanat pembangunan nasional, maka pembangunan nasional tidak hanya diarahkan
untuk peningkatan di bidang ekonomi yaitu laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
tetapi juga memperhatikan aspek pemerataan hasil pembangunan, yang sangat
berpengaruh terhadap terciptanya pembangunan ekonomi dalam ruang lingkup daerah
secara keseluruhan atau secara makro, dimana perekonomian secara makro seperti yang
dijabarkan oleh Suparmoko (1991: 5), memiliki tujuan untuk mencapai dan
mempertahankan kesempatan kerja penuh (full employment), mempertahankan stabilitas
harga, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan mencapai keseimbangan neraca
pembayaran internasional.
Pertumbuhan ekonomi merupakan produksi dalam artian fisik dan produksi
tersebut harus senantiasa meningkat (Suparmoko, 1991: 8), karena jumlah penduduk
selalu meningkat dari tahun ke tahun, sehingga produksi barang maupun jasa juga harus
ditingkatkan supaya taraf
hidup penduduk tidak menurun, sehingga tingkat
kesejahteraan masyarakat bisa meningkat
1
2
Memacu pertumbuhan ekonomi perlu ditunjang oleh sektor ekonomi yang
produktif, diantaranya sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier. Ketiga sektor
produktif tersebut memegang peranan dalam pembentukan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) yang nantinya akan menunjukkan suatu kondisi nyata bagi perekonomian
dalam mengembangkan potensinya.
Pada umumnya bagi negara yang sedang berkembang dalam usaha
membangun perekonomiannya mengalami kekurangan dana, baik dalam bentuk mata
uang negara yang bersangkutan maupun valuta asing (devisa). Devisa diperlukan untuk
mengimpor barang-barang modal yang tidak bisa diproduksi di dalam negeri serta
mengimpor bahan-bahan industri, dan bahan-bahan pangan untuk menutupi kelebihan
permintaan barang-barang modal dari jumlah produksi yang ada. Dalam usaha tersebut
maka negara sedang berkembang biasanya menggantungkan diri pada ekspor satu atau
beberapa jenis barang-barang primer.
Industri yang bersifat melengkapi ekspor barang-barang primer, yang berarti
terjadi diversifikasi dalam bidang ekspor, hingga penghasilan devisa akan lebih stabil.
Salah satu industri yang prospektif adalah industri pariwisata yang tidak banyak
memiliki kelemahan, kelemahan umum expor berupa barang-barang primer antara lain
a) dasar tukar jangka panjang yang tidak menguntungkan; b) ekspor negara-negara yang
sedang berkembang pada umumnya terpusat pada satu atau beberapa barang primer
saja; c) pasar ekspor yang dihadapi tidak stabil dan; d) ekspor barang–barang primer
mempunyai efek yang tidak menguntungkan. Perkembangan perekonmian Indonesia
juga tidak terlepas dari kegiatan ekspor migas maupun non migas. Menurut Hutabarat
(1992: 2) sumber devisa negara kita yang terbesar sebelum tahun 1986 adalah dari hasil
3
ekspor minyak dan gas bumi (Migas) yang berkisar kurang lebih70%. Melihat harga
minyak di pasaran dunia yang semakin merosot tajam, maka pemerintah telah berusaha
sedapat mungkin untuk menggalakkan ekspor di luar minyak dan gas bumi (non migas),
sehingga setelah tahun 1987/1988 hasil non migas termasuk pariwisata telah mencapai
64,1 % dari seluruh ekspor Indonesia.
Pengembangan pariwisata sebagai suatu industri merupakan suatu hal yang
penting bagi banyak negara, termasuk Indonesia. Peranan pariwisata yang paling besar
adalah sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), dimana untuk tahun 1999
sebesar 2,56%, meningkat menjadi 2,60% untuk tahun
2001, untuk tahun 2007
pariwisata menyumbang sebesar 3,70%. Jika didakan perbandingan dengan nilai ekspor
barang-barang dangan industri pariwisata telah mengalami pertumbuhan pesat.
Penerimaan pendapatan industri pariwisata atau Prodak Domestik Regional
Bruto (PDRB) di Kabupaten
Badung dari tahun 2004-2007 telah mengalami
peningkatan. Rata-rata peningkatan penerimaan PDRB
industri pariwisata selama
periode 2004-2007 terjadi pertumbuhan rata-rata sebesar 11,44% per tahun. Tepatnya
untuk periode tahun 2005 kenaikan
Demikian
mampu
juga
dari penerinaan itu adalah sebesar 25,09%.
halnya untuk tahun 2007 penerimaan PDRB
industri pariwisata
mengalami pertumbuhan lagi sebesar 13,86%, tetapi pada tahun 2006
penerimaan PDRB yang berasal dari industri pariwisata sedikit mengalami penurunan
menjadi 6,82%, di bawah rata-rata pertumbuhan (BPS Kabupaten Badung, 2009)
Industri pariwisata merupakan industri yang potensial untuk dikembangkan
lebih lanjut. Dengan mengetahui keadaan pasar yaitu : permintaan. Menurut Morley
(Ross. 1998 :8) permintaan industri pariwisata tergantung pada ciri-ciri wisatawan
4
seperti penghasilan, umur, motivasi, dan watak. Ciri-ciri ini akan mempengaruhi
kecendrungan orang untuk berpergian mencari kesenangan.
Kebijakan dan tindakan pemerintah dapat mendorong atau menurunkan
permintaan faktor-faktor yang penting bagi wisatawan, dan faktor-faktor sosial juga
dapat mempengaruhi permintaan, seperti sikap penduduk setempat pada wisatawan dan
minat yang dibangkitkan oleh budaya setempat. Permintaan pada akhirnya akan
mempengaruhi penawaran pariwisata. Penawaran dari segi wisatawan dapat dituangkan
ke dalam
lama tinggal, kegiatan dan penggunaan sumber daya oleh wisatawan,
kepuasan , dan pengeluaran.
Perkembangan pariwisata sangat tergantung pada jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara maupun domestik. Jumlah kunjungan merupakan salah satu
indikator untuk mengukur keberhasilan pembangunan pariwisata. Dalam kenyataan
perkembangan pariwisata memang telah dapat menunjang perekonomian masyarakat
Bali, namum demikian kunjungan wisatawan setiap tahunnya mengalami suatu fluktuasi
seiring dengan berjalannya waktu.
Kabupaten Badung adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Bali,
yang juga mengandalkan pariwisata di dalam pembangunan perekonomiannya. Data
jumlah kunjungan wisatawan dari tahun 2003 sampai dengan 2010 menunjukan
peningkatan (Diparda Kabupaten Badung,
2010). Pada tahun 2010 lima besar pasar
utama Kabupaten Badung berdasarkan kebangsaan, pertama adalah wisatawan
Australia, dengan jumlah kunjungan wisatawan 62.732 orang, ke dua Malaysia dengan
jumlah kunjungan wisatawan 18.707 orang, ketiga adalah Jepang dengan jumlah
kunjungan wisatawan 16.112 orang, ke empat adalah Singapura dengan jumlah
5
kunjungan wisatawan 14.748 orang, dan yang ke lima adalah Cina dengan jumlah
kunjungan wisatawan sebanyak 11.113 orang (Diparda Kabupaten Badung, 2010)
Mengenai lama tinggal wisatawan mancanegara di Kabupaten Badung
sangat bervariasi,
faktor lama tinggal memang merupakan salah satu faktor yang
menentukan besar atau kecilnya pendapatan atau devisa yang diterima untuk negaranegara yang mengandalkan devisa dari industri pariwisata. Secara teoritis, semakin
lama seorang wisatawan tinggal si suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW), semakin
banyak uang yang dibelanjakan di daerah tersebut. Paling sedikit untuk keperluan
makan dan minum serta akomodasi hotel selama tinggal disana.
Rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara tiap tahun dari tahun 20042009 adalah pada 2004 rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara 10,6 hari, tahun
2005 rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara 10,84 hari, tahun 2006 rata-rata
lama tinggal wisatawan mancanegara 12,80 hari, tahun 2007 rata-rata lama tinggal
wisatawan mancanegara 10,60 hari, tahun 2008 rata-rata lama tinggal wisatawan
mancanegara 9,65 hari, dan tahun 2009 rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara
8,75 hari. Walaupun rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara pada tahun 2006,
dan 2007 cendrung mengalami penurunan, mungkin itu disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain adalah kemajuan teknologi dan informasi, di mana lalu lintas keberangkatan
diperlancar, sehingga bisa mempersingkat masa tinggalnya.
Kurs valuta asing adalah merupakan harga dari suatu mata uang yang diukur
dalam mata uang lainnya. Permintaan dan penawaran valuta asing menentukan kurs
valuta asing. Perubahan permintaan dan penawaran terhadap valuta asing terjadi sebagai
6
akibat dari perdagangan barang dan jasa, perubahan aliran modal, aktivitas pemerintah,
perubahan cadangan devisa, dan perubahan keadaan sosial politik suatu negara.
Mata uang dolar Amerika merupakan salah satu mata uang internasional,
karena sifatnya yang convertible sejalan dengan menanjaknya posisi Amerika Serikat di
dalam perekonomian dunia, dolar Amerika ditrima oleh siapapun sebagai alat
pembayaran transaksinya. Perdagangan internasional mengharuskan adanya angka
perbandingan antara nilai satu mata uang dengan mata uang lainnya. Angka
perbandingan tersebut disebut dengan kurs devisa (Boediono, 1985:45).
Perkembangan rata-rata kurs dolar Amerika selama beberapa tahun ini dari
tahun 2008-2010 adalah pada tahun 2008 rata-rata kurs dolar Amerika Rp 9.805,56,
tahun 2009 rata-rata kurs dolar Amerika Rp 10.408,00, dan tahun 2010 rata-rata kurs
dolar Amerika Rp 9.123,75 (Diparda Kabupaten Badung, 2010). Perkembangan kurs
dolar Amerika selama kurun waktu tiga tahun ini cukup stabil, yaitu jika nilai tukar
dolar terhadap rupiah menguat maka nilai rupiah melemah, berarti daya beli wisatawan
mancanegara meningkat menyebabkan minat wisatawan mancanegara berwisata ke
Indonesia khususnya ke Kabupaten Badung semakin tinggi, sehingga kunjungan
wisatawan mancanegara dapat meningkat juga.
Produk pariwisata sebagai invisible export, dimana menghasilkan devisa
tanpa mengekspor barang-barang ke luar negeri. Ada kecendrungan semakin
meningkatnya jumlah wisatawan, lama tinggal, dan lebih besar pengeluaran rata-rata
semakin besar PDRB yang diterima, sehingga perlu diusahakan agar lebih banyak
wisatawan yang datang, lama tinggal yang lebih panjang, dan lebih setabil nilai mata
uang rupiah terhadap Dolar Amerika.
7
1.2. Perumusan Permasalahan
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
dikemukakan pokok permasalahan yaitu :
1.2.1 Bagaimana pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs
dolar Amerika, secara
parsial
terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata
Kabupaten Badung tahun 1997 – 2010.
1.2.2 Bagaimana pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs
dolar Amerika, secara simultan
terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata
Kabupaten Badung tahun 1997 – 2010.
1.3 Tujuan Penelitian ada dua yaitu: tujuan umum, dan tujuan khusus
1.3.1 Tujuan Umum : Untuk nengetahui pengaruh jumlah wisatawan mancanegara,
lama tinggal, dan kurs dolar Amerika,
terhadap penerimaan PDRB industri
pariwisata Kabupaten Badung tahun 1997 – 2010.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk nengetahui pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal , dan
kurs dolar Amerika, secara parsial terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata
Kabupaten Badung tahun 1997 – 2010.
1.3.2.2 Untuk mengetahui pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan
kurs dolar Amerika, secara simultan
terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata
Kabupaten Badung tahun 1997 – 2010.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian ada dua yaitu: Manfaat akademis, dan Manfaat praktis
yaitu :
1.4.1 Manfaat Akademis
8
1.4.1.1 Bagi Mahasiswa penelitian ini dapat memberikan pemahaman teori, khususnya
mengenai jumlah
wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika,
terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung tahun 1997 – 2010.
1.4.1.2 Bagi Lembaga hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
bahan pembanding penelitian serupa atau obyek yang berbeda dengan penelitian ini
1.4.2 Manfaat Praktis yaitu : bagi pemerintah, masyarakat, dan pelaku pariwisata hasil
penelitian
ini diharapkan
dapat memberikan
masukan untuk menentukan
kebijakan yang dapat ditempuh dalam hal peningkatan penerimaan
industri pariwisata Kabupaten Badung.
PDRB
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL, DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian mengenai kepariwisataan sudah banyak dilakukan, tetapi
sebagian masih bersifat umum dan terbatas, antara lain hasil penelitian sebelumnya:
Ardhana (2004), dalam penelitiannya membahas pengaruh pendapatan per
kapita, nilai tukar dan keamanan serta implikasinya pada perencanaan kunjungan
wisatawan mancanegara ke Bali, dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda,
double log, semi log, dan log. Hasil menunjukkan bahwa wisatawan Jepang, Australia,
Amerika, dan Inggris variabel pendapatan per kapita memberikan pengaruh positif
signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan, dengan model linier, double log,
semi log, dan sedangkan dengan model log berpengaruh negatif. Kurs (nilai tukar)
berpengaruh positif, dan keamanan juga berpengaruh positif. Untuk wisatawan
Singpura, dan Amerika diperoleh bahwa pendapatan per kapita berpengaruh positif,
kurs berpengaruh negatif, dan keamanan berpengaruh
negatif terhadap jumlah
kunjungan wisatawan ke Bali. Secara prinsip penelitian tersebut sejalan dengan
penelitian yang dlaksanakan, yaitu variabel yang digunakan dan teknik analisis.
Bedanya adalah Ardhana
menggunakan variabel dependen
jumlah
kunjungan
wisatawan Jepang, Australia, Amerika, Inggiris, dan Singapura dari tahun 1989-2002,
dan variabel keamanan diukur dengan keadaan aman sebagai variabel dummy (boneka),
9
10
sedangkan penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu pendapatan Kabupaten
Badung dari tahun 1997-2010.
Eka Armoni (2009), dalam
penelitiannya mengkaji faktor-fator yang
berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan Korea Selatan ke Bali secara
simultan maupun secara partial. Dalam penelitian ini, pendapatan per kapita, dan nilai
tukar memiliki faktor pendorong, sedangkan keamanan mewakili faktor-faktor penarik.
Hubungan sebab akibat dalam penelitian ini dibentuk oleh tiga variabel independen
yaitu pendapatan per kapita Korea Selatan, nilai tukar Won terhadap rupiah, dan
keamanan yang diukur dengan banyaknya kasus yaitu jumlah kunjungan
wisatawan
Korea Selatan. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang telah diverivikasi
kebenarannya dalam periaode waktu tahun 1993-2007. Teknik analisis yang digunakan
adalah model regresi berganda, dan uji asumsi klasik. Hasil penelitian menunjukkan
pendapatan per kapita, nilai tukar, dan keamanan secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan Korea Selatan ke Bali. Faktor penentu
ke dua adalah perubahan nilai tukar Won terhadap Rupiah, sedangkan keamanan dalam
arti banyaknya kasus-kasus kriminal yang menimpa wisatawan asing selama mereka
tinggal di Bali tidak menjadi faktor penting mempengaruhi jumlah kunjungan
wisatawan Korea selatan ke Bali. Secara prinsip penelitian tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilaksanakan ini, yaitu variabel yang digunakan, dan teknik analisis.
Bedanya adalah Eka Armoni menggunakan variabel independen pendapatan per kapita,
nilai tukar Won, dan keamanan terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke Bali dari
tahun 1993-2007, dengan teknik linier berganda.
11
Lubis (2003) dalam penelitiannya mengkaji potensi wisatawan mancanegara
terhadap sektor pariwisata kota Medan.Variabel yang diamati antara lain jumlah
kunjungan, pengeluaran, pendapatan riil wisatawan, kurs valuta asing, dan kebijakan
pemerintah dalam promosi pariwisata. Analisis dalam penelitian tersebut menggunakan
aplikasi model teori permintaan double logaritme natural
dengan menggunakan
metode Ordinary Least Square (OLS) dengan jangka pengamatan tahun 1981-2001.
Hasil penelitian tersebut adalah seluruh variabel yang diamati berpengaruh positif dan
signifikan terhadap sektor pariwisata kota Medan, kecuali variabel kebijakan promosi.
Kebijakan promosi pariwisata pemerintah Indonesia kurang berhasil menumbuhkan
potensi sektor pariwisata kota Medan. Dimana Lubis
meneliti
variabel jumlah
kunjungan, pendapatan riil wisatawan, kurs valuta asing, dan kebijakan pemerintah
dalam promosi pariwisata kota Medan tahun 1981-2001, dengan analisis model double
logaritme natular metode Ordinary Least Square (OLS).
Bedanya adalah Lubis
menggunakan variabel independen jumlah kunjungan, pengeluaran, pendapatan riil
wisatawan, kurs valuta asing, dan kebijakan pemerintah dalam promosi pariwisata.
Kembar Sri Budhi (1999) dalam tulisannya berjudul “Efektivitas
Pertumbuhan sektor Pertanian dalam menunjang Pertumbuhan Ekonomi Bali”, yang
menggunakan data deret waktu 18 tahun terakhir. Pokok pembahasan yang dikaji
dalam tulisan tersebut, yaitu tentang efektivitas pertumbuhan ekonomi sektor pertanian
jika dibandingkan dengan sektor industri dan sektor jasa terhadap pertumbuhan
perekonomian daerah Bali. Kesimpulan yang diperoleh, yaitu bahwa secara simultan
variabel pertumbuhan sektor pertanian, industri dan jasa berpengaruh positip terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah Bali. Kontribusi pertumbuhan sektor pertanian terhadap
12
ekonomi Bali juga berpengaruh positif sebesar 0,33, yang berarti jika terjadi perubahan
sektor primer sebesar 1%, maka pertumbuhan ekonomi Bali berubah 0,33% cateris
paribus. Kemudian kontribusi pertumbuhan sektor industri terhadap pertumbuhan
ekonomi
berpengaruh positif sebesar 0,22, yang berarti jika terjadi perubahan
pertumbuhan sektor industri sebesar 1%, maka pertumbuhan ekonomi Bali berubah
0,22% cateris paribus. Sedangkan kontribusi pertumbuhan sektor
jasa
terhadap
pertumbuhan ekonomi berpengaruh positip sebesar 0,48, yang berarti jika terjadi
perubahan pertumbuhan sektor jasa sebesar 1%, maka pertumbuhan ekonomi Bali
berubah sebesar 0,48% cateris paribus. Sementara itu, efektifitas pertumbuhan sektor
pertanian dalam menunjang pertumbuhan ekonomi Bali dibandingkan dengan sektor
industri dan jasa terlihat 50% lebih tinggi dibandingkan sektor industri, namun 31% di
bawah sektor jasa selama 18 tahun terakhir. Secara prinsip penelitian tersebut sejalan
dengan penelitian yang dilaksanakan ini, yaitu variabel yang digunakan, dan teknik
analisis. Bedanya adalah Kembar Sri Budi menggunakan variabel independen “sektor
Pertanian dalam menunjang Pertumbuhan Ekonomi Bali”, yang menggunakan data
deret waktu 18 tahun terakhir.
2.2 Konsep
2.2.1 Pengertian Industri Pariwisata
Menurut Undang-undang No. 5 tahun 1984 tentang perindustrian
memberikan pengertian industri sebagai kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
mentah, bahan baku, bahan setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang
dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang
bangun untuk perekayasaan industri. Istilah industri pariwisata atau sektor
13
pariwisata, bukan merupakan suatu sektor ekonomi tertentu, dan bukan
merupakan cabang produksi tertentu. Barang dan jasa yang diperhitungkan dalam
pariwisata berasal dari beberapa sektor, dan ini memenuhi permintaan wisatawan
asing maupun dalam negeri (United Nations Conference on Trade and
Development dalam Erawan, 1994 : 4).
Selanjutnya berdasarkan penjelasan tersebut maka industri-industri yang
dianggap termasuk industri pariwisata adalah : akomodasi; agen perjalanan;
restoran dan cafetaria; perusahaan angkutan, dan lain-lainnya.
Kata industri mengandung pengertian suatu rangkean perusahaan-perusahaan
yang menghasilkan barang (product) tertentu. Produk wisata sebenarnya bukan
merupakan suatu produk nyata , melainkan rangkain jasa barang yang tidak
hanya mempunyai segi-segi yang bersifat ekonomis, tetapi juga segi-segi yang
bersifat sosial dan psikologis serta alam. Jasa-jasa yang diusahakan oleh berbagai
perusahaan itu terkait menjadi satu produk wisata (Direktorat Jenderal Pariwisata,
1976 :40).
Menurut Medlik dan Middleton (Yoeti, 1996:12) dalam tulisannya The
Formulation in Tourism, yang diterbitkan oleh Association of International Expert
& Scientific in Tourism (AIEST) dalam tahun 1973, yang dimaksud dengan
product dalam industri pariwisata ialah semua jenis jasa-jasa (servicess) yang
dibutuhkan wisatawan
semenjak
ia berangkat meninggalkan tempat
kediamannya sampai ia kembali ke rumah ia tinggal. Pada dasarnya ada tiga
golongan pokok industri pariwisata tersebut yaitu : a) Tourist objects atau objek
pariwisata yang terdapat pada daerah-daerah tujuan wisata, yang menjadi daya
14
tarik orang-orang untuk datang berkunjung ke daerah tersebut. b) Fasilitas yang
diperlukan ditempat tujuan tersebut, seperti akomodasi, bar dan restauran,
entertaiment dan rekreasi. c) Transportasi yang menghubungkan negara asal
wisatawan (tourist generating countries) dengan daerah tujuan wisatawan (tourist
destination area) serta transportasi ditempat tujuan ke objek-objek pariwisata.
2.2.2 Pengertian Pawisata
Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata,
yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat
tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang
menghasilkan atau mencari nafkah. Orang yang melakukan perjalanan disebut
traveler, sedangkan orang melakukan perjalanan untuk tujuan wisata disebut
tourist.
Pariwisata pada hakekatnya adalah merupakan perjalanan dari suatu
tempat ke tempat lain, bersifat sementara dilakukan perseorangan
maupun
kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian
dalam lingkungan hidup di dalam demensi sosial, budaya, alam dan ilmu
(Spillane, 1989).
Menurut Yoeti, (1996) pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan
untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat lain, dengan
maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi sematamata untuk menikmati perjalanan hidup guna bertamasya dan berkreasi untuk
memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
15
Sesuai dengan rekomendasi World Tourism Organization (WTO) dan
internasional Union Office Travel Organization, definisi wisatawan mancanegara
adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara diluar tempat tinggalnya,
didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh
penghasilan ditempat yang dikunjungi. Definisi ini mencakup dua katagori
wisatawan
mancanegara, yaitu : a) Wisatawan (tourism) adalah setiap
pengunjung seperti definisi tersebut yang tinggal paling sedikit 24 jam, akan tetapi
tidak boleh lebih dari 6 bulan ditempat yang dikunjungi dengan
maksud
kunjungan antara lain : berlibur, rekreasi, dan olah raga, bisnis, mengunjungi
teman, misi, menghadiri pertemuan, konferensi, kunjungan dengan alasan
kesehatan, belajar dan keagamaan; b) Pelancong (excursionist) adalah setiap
pengunjung yang tinggal kurang dari 24 jam ditempat yang dikunjungi (termasuk
cruise passangers) yaitu setiap pengunjung yang tiba di suatu negara dengan
kapal atau kereta api, dimana mereka tidak menginap di akomodasi yang tersedia
di negara tersebut.
Batasan tersebut bisa berlaku wisatawan dalam negeri maupun wisatawan asing,
akan tetapi tidak mengandung batasan waktu maupun ruang teritorial yang jelas.
Menurut Marpaung (2002:13) menyatakan bahwa pariwisata adalah
perpindahan sementara yang dilakukan
manusia dengan tujuan keluar dari
pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktivitas dilakukan
selama mereka tinggal di tempat yang dituju dan fasilitas yang dibuat untuk
memenuhi kebutuhan mereka.
16
2.2.3 Pengertian Wisatawan
Orang yang melakukan perjalanan wisata disebut wisatawan atau tourist.
Batasan terhadap wisatawan juga sangat bervariasi, mulai yang umum sampai
dengan yang khusus. Menurut Soekadijo (2000:3) wisatawan adalah orang yang
mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang
didatanginya, atau hanya untuk sementara waktu tinggal ditempat yang
didatanginya.
Mereka yang dianggap sebagai wisatawan adalah orang yang melakukan
untuk kesenangan, karena alasan kesehatan dan sebagainya: orang yang
melakukan perjalanan untuk pertemuan-pertemuan atau dalam kapasitasnya
sebagai perwakilan (ilmu pengetahuan, administrasi, diplomatik, keagamaan, atlit
dan alasan bisnis) (Foster, D 1987:7, dalam Sukarsa 1999:10).
2.2.4 Jumlah Wisatawan
Jumlah wisatawan mancanegara adalah banyaknya wisatawan tiap tahun
yang berkunjung ke suatu negara didorong oleh satu atau beberapa keperluan
tanpa bermaksud
memproleh pekerjaan dan penghasilan ditempat yang
dikunjungi, pada periode tertentu yang diukur dalam satuan orang. Jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara ke Kabupaten Badung cendrung mengalami
peningkatan, walaupun tingkat pertumbuhannya bervariasi tergantung pada situasi
ekonomi, sosial, dan politik yang terjadi baik di dalam negeri maupun di luar
negeri.
2.2.5 Lama Tinggal Wisatawan
17
Faktor lama tinggal merupakan salah satu faktor yang menentukan besar
atau kecilnya devisa yang diterima untuk negara-negara yang mengandalkan
devisa dari industri pariwisata. Secara teoritis, semakin lama seorang wisatawan
tinggal si suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW),
semakin banyak uang yang
dibelanjakan di daerah tersebut. Paling sedikit untuk keperluan makan dan minum
serta akomodasi hotel selama tinggal disana. Lama tinggal wisatawan biasanya
banyak tergantung pada: a. besarnya potensi wisata yang dimiliki DTW yang
bersangkutan; b. tour operator
setempat dapat mengemas paket wisata yang
dijual sehingga dapat menarik banyak wisatawan untuk membeli Option Tour; c.
kualitas pelayanan yang diberikan oleh akomodasi perhotelan dan restoran yang
ada; d. faktor kaamanan dan kenyamanan dapat dijaga sehingga wisatawan lebih
betah berlama-lama tinggal di DTW tersebut; dan; e. faktor transportasi ,
telekomonikasi, dan fasilitas rekreasi tersedia di DTW tersebut.
Lama tinggal yang dimaksud adalah banyaknya hari yang dihabiskan
oleh seorang wisatawan disuatu negara diluar tempat tinggalnya. Ada
kecendrungan semakin jauh negara tempat tinggal wisatawan mancanegara yang
meninggalkan Indonesia melalui pelabuhan negara, lebih lama tinggal di
Indonesia jika dibandingkan dengan wisatawan mancanegara yang meninggalkan
Indonesia melalui pelabuhan laut (Biro Pusat Statistik Indonesia, 1995: 38)
2.2.6 Kurs valuta Asing, dan Devisa
Kurs valuta asing adalah harga dari suatu mata uang yang diukur dalam
mata uang lainnya. Permintaan dan penawaran valuta asing menentukan kurs
valuta asing. Perubahan permintaan dan penawaran terhadap valuta asing terjadi
18
sebagai akibat dari perdagangan barang dan jasa, perubahan aliran modal,
aktivitas pemerintah, perubahan cadangan devisa, dan perubahan keadaan sosial
politik suatu negara. Menurut Nopirin (1997: 147) kurs valuta asing suatu negara
juga sangat ditentukan oleh sistem kurs valuta asing yang diterapkan oleh negara
tersebut.
Mata uang Dolar Amerika merupakan salah satu
mata uang
internasional, karena sifatnya yang convertible sejalan dengan menanjaknya posisi
Amerika Serikat di dalam perekonomian dunia, dolar Amerika diterima oleh
siapapun sebagai pembayaran bagi transaksinya. Perdagangan internasional
mengharuskan adanya angka perbandingan antara nilai satu mata uang dengan
mata uang lainnya. Angka perbandingan tersebut disebut dengan kurs devisa
(Boediono, 1985: 45)
Devisa umumnya disebut sebagai alat pembayaran luar negeri, kata
devisa berasal dari bahasa Belanda deviezen, sedangkan dalam bahasa Inggris
dipakai istilah foreign exchange (Soediyono, 1990: 46) Uang atau foreign
exchange mempunyai arti sebagai alat pembayaran; alat pertukaran; alat pengukur
nilai; dan alat menyimpan.
Dalam peredarannya devisa menpunyai berbagai macam atau bentuk,
yaitu wesel luar negeri; saham perusahaan luar negeri; surat obligasi luar negeri;
cheque atau giro luar negeri; rekening-rekening kita di luar negeri; uang kertas
luar negeri, dan surat-surat berharga lainnya. Aktivitas perdagangan internasional
yang salah satu kegiatannya berupa ekspor, dimana menghasilkan devisa dalam
19
bentuk mata uang asing, tentunya perubahan kurs dolar Amerika akan
mempengaruhi besarnya devisa.
2.2.7 Jumalah Wisatawan akan mendorong Peningkatan Pendapatan
Meningkatnya pendapatan per kapita merupakan salah satu indikasi telah
terjadi perubahan struktur dalam proses pembangunan suatu negara. Perubahan
struktur dalam proses pembangunan mencakup transformasi ekonomi, sosial dan
budaya, idiologi, politik dan kelembagaan. Rostow dalam Sukirno (2006:168),
menjelaskan bahwa transformasi masyarakat tradisional sebagai outcome dari
pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang berdemensi banyak.
Pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan
orientasi sosial yang pada mulanya mengarah ke dalam menjadi orientasi ke luar
dan menyebabkan pula terjadi perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah
anak dalam keluarga, yaitu semula yang menginginkan banyak anak menjadi lebih
sedikit atau membatasi jumlah anggota keluarga. Perubahan orientasi sosial dan
pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga adalah salah satu
aspek faktor pendorong untuk ingin berwisata sebagai perwujudan gaya hidup dan
hak untuk berlibur, (Ross, 1998:21)
Peningkatan pendapatan per kapita dari suatu waktu juga mempengaruhi
perubahan pola konsumsi individu atau rumah tangga. Secara garis besar,
komponen-komponen utama konsumsi dapat dibedakan atas tiga katagori, yaitu
konsumsi a) barang tahan lama (kendaran bermotor, mebel dan perlengkapan
rumah tangga, lain-lain), b) barang tidak tahan lama (makanan, pakaian dan
sepatu, barang-barang energi, lain-lain), dan c) jasa (perumahan, transportasi,
20
berwisata, perawatan medis, lain-lain). Di negara-negara midle income dan highincome countries, kebutuhan dasar untuk makanan telah terpenuhi dan kesehatan,
rekreasi dan pendidikan menuntut bagian yang lebih besar dari anggaran keluarga.
Pola konsumsi rumah tangga mencerminkan tingkat kualitas hidup sebagai suatu
indikator tingkat kesejahteraan penduduk.
Pendapatan per kapita dapat diartikan sebagai faktor pendorong setiap
individu untuk berwisata diakibatkan adanya berubahan orientasi sosial, nilai-nilai
sosial dalam keluarga sebagai perwujudan gaya hidup dan hak-hak berlibur. Di
samping itu pendapatan per kapita mempengaruhi tingkat konsumsi. Jika
pendapatan meningkat maka konsumsi juga meningkat. Akan tetapi, semakin
tinggi tingkat pendapatan pola konsumsi cenderung berubah yang dicirikan oleh
menurunnya alokasi pengeluaran untuk katagori konsumsi makanan. Sebaliknya,
terjadi peningkatan alokasi pengeluaran untuk konsumsi non makanan diantaranya
pendidikan, kesehatan, dan rekreasi. Pariwisata internasional tercipta sebagai
akibat kerjasama antar negara, dimana negara-negara yang pendapatan
perkapitanya tinggi sebagai pihak pengirim wisatawan. Sebaliknya, negara-negara
yang pendapatan per kapitanya yang memiliki potensi pariwisata sebagai pihak
penerima wisatawan atau daerah tujuan wisata (DTW).
Semakin meningkat pendapatan per kapita suatu negara, maka tingkat
kecenderungan penduduknya semakin banyak bepergian untuk berwisata ke
negara lain. Dengan semakin banyaknya wisatawan datang untuk berlibur,
sehingga kunjungan wisatawan mancanegara akan mengalami peningktan akan
21
menyebabkan pula meningkatnya devisa yang diterima oleh negara penerima atau
yang menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW)
2.2.8 Lama Tinggal dapat berpengaruh terhadap Pendapatan
Tingkat keamanan akan mempengaruhi rasa nyaman daerah tujuan
wisata, seperti kasus-kasus kriminal, bencana alam, pencemaran limbah, dan
masalah sosial di suatu Daerah Tujuan Wisata dalam periode waktu tertentu.
Semakin banyak kasus-kasus yang terjadi yang menimpa wisatawan di Daerah
Tujuan Wisata, maka tingkat keamanan dan kenyamanan di daerah tersebut akan
semakain rendah. Sebaliknya, semakin sedikit kasus-kasus yang terjadi maka
tingkat keamanan dan kenyamanan di Daerah Tujuan Wisata semakin baik atau
kodusif.
Faktor Lama Tinggal (Length of Stay) merupakan salah satu faktor yang
menentukan besar atau kecilnya devisa yang diterima oleh suatu negara yang
mengandalkan devisa dari sektor pariwisata.
Menurut Yoeti (2008:65) bahwa
semakin lama seseorang wisatawan tinggal di suatu Daerah Tujuan Wisata
(DTW), semakin banyak uang yang akan dibelanjakan di DTW tersebut. Paling
sedikit untuk keperluan makan dan minum serta akomodasi hotel selama tinggal
di situ.
Agar devisa sektor pariwisata lebih banyak titerima, maka diusahakan
wisatawan yang datang lebih banyak. Namun demikian wisatawan yang banyak
jumlahnya belum tentu menjamin bahwa perolehan devisa akan menjadi banyak
pula. Oleh karena itu faktor yang paling menetukan adalah pengeluaran wisatawan
itu sendiri. Semakin banyak uang yang dibelanjakan di negara tersebut , semakin
22
banyak devisa yang diterima negara yang bersangkutan. Ada suatu faktor lain
yang cukup menentukan, yaitu lama tinggal wisatawan. Kalau ketiga faktor itu
dapat diusahakan semaksimal mungkin, maka barulah devisa pariwisata itu akan
diterima lebih banyak seperti yang diharapkan. Yang paling idial adalah rata-rata
pengeluaran wisatawan yang harus diikuti jumlah wisatawan yang besar, dan baru
lama tinggal lebih panjang. Menurut Yoeti (2008:35) bahwa faktor rata-rata
pengeluaran tiap wisatawan dianggap paling menentukan, karena walaupun
banyak wisatawan datang tetapi uang yang
dibelanjakannya sedikit, maka
penerimaan devisa dari sektor pariwisata yang akan diperoleh sedikit. Kalau ini
terjadi berarti pariwisata yang kita kembangkan tidak efisien lagi.
2.2.9 Kurs Dolar dapat berpengaruh terhadap Pendapatan
Setiap negara memiliki sebuah mata uang yang menunjukkan atau
menetapkan harga-harga setiap barang dan jasa yang ada. Kurs memainkan
peranan penting dalam hubungan perdagangan internasional, karena dengan kurs
memungkinkan untuk memperbandinmgkan harga-harga setiap barang dan jasa
yang dihasilkan oleh berbagai negara.
Kurs dapat dikemukan dengan dua cara, yakni sebagai harga mata uang
asing dalam dolar (misalnya 1dolar per 9500 rupiah), atau sebaliknya harga dolar
dalam mata uang asing yang bersangkutan ( misalnya 9500 rupiah per 1 doalar).
Krugman dan Obstfeld (2005:42), mendefinisikan kurs sebagai besarnya nilai
mata uang yang harus dibayarkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing
atau disebut sebagai valuta asing. Seandainya, kurs antara dua mata uang dari dua
23
negara diketahui, maka disparitas nilai harga domestik dan harga luar negeri suatu
barang dapat ditentukan.
Perubahan-perubahan kurs dapat terjadi dalam dua arah yang
berlawanan, yaitu sebagai depresiasi (melemah), atau apresiasi (menguat).
Apabila kondisi lainnya tetap (cateris paribus), depresiasi mata uang suatu negara
membuat harga barang-barangnya menjadi lebih murah bagi pihak luar negeri.
Sebaliknya bila semua kondisi lainnya tetap, apresiasi mata uang suatu negara
menyebabkan harga barang-barang menjadi lebih mahal bagi pihak luar negeri.
Bila mata uang suatu negara mengalami depresiasi, ekspor bagi pihak luar negeri
menjadi semakin murah, sedangkan impor bagi penduduk negara itu semakin
mahal. Apresiasi menimbulkan dampak yang sebaliknya, harga-harga produk
negara itu bagi pihak luar negeri menjadi semakin mahal, sedangkan harga impor
bagi penduduk domestik lebih murah dibandingkan sebelumnya.
Menurut Hamdy (2001:24) kurs valuta asing dalam suatu negara juga
sangat ditentukan oleh sistem kurs valuta asing yang ditetapkan oleh negara yang
bersangkutan melalui suatu kebijakan yang disebut dengan kebijakan moneter.
Berdasarkan praktek kebijakan moneter yang ditetapkan di berbagai negara
dikenal tiga sistem penentuan nilai kurs, yaitu kurs baku (fixed exchange rates),
sistem kurs mengambang (floating exchange rate), dan sistem kurs mengambang
terkendali (managed floating exchange rates).
Sistem kurs tetap adalah kurs yang ditentukan oleh badan yang
berwenang dibidang moneter. Untuk waktu tertentu kurs ini tidak berubah-ubah,
apabila nilai mata uang negara tersebut berubah maka otomatis moneter yang
24
berhak mengambil kebijakan untuk mengembalikan nilai tukar yang ditetapkan.
Berbeda dengan sistem kurs mengambang bebas, pemerintah tidak ikut campur
tangan, sehingga kekuatan permintaan dan penawaran terhadap valuta asing
sepenuhnya diserahkan pada mekanisme pasar valuta asing. Sedangkan, pada
sistem kurs mengambang terkendali nilai kurs valas juga ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran valas. Namun apabila kurs berubah terlalu tinggi atau
rendah sampai batas yang tidak diharapkan, maka pemerintah akan turut campur
dengan menetapkan batas tinggi yang dilewati.
Menurut Yoeti (2008:151) dalam rangka menarik lebih banyak
wisatawan, kebijakan tentang nilai tukar mata uang cukup efektif untuk menarik
wisatawan lebih banyak berkunjung ke negara penerima wisatawan. Ada dua
kemungkinan yang dapat terjadi bila nilai mata uang negara penerima wisatawan
melemah terhadap mata uang negara pengirim wisatawan . Pertama wisatawan
mancanegara mrasakan murahnya belanjadi negara penerima sebagai akibat dari
nilai tukar yang lebih menguntungkan mereka. Akibatnya, kunjungan wisatawan
untuk jangka pendek akan meningkat. Kedua melemahnya nilai tukar negara
penerima, mengurangi keinginan warga sendiri untuk melakukan promosi
pariwisata keluar negeri, karena diperlukan jumlah uang dalam negeri yang lebih
banyak untuk dibelanjakan diluar negeri. Akibatnya, karena kurangnya promosi
maka kunjungan wisatawan mancanegara bisa menjadi menurun dalam jangka
pendek.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diartikan bahwa perubahan kurs antara
negara penerima dan pengirim wisatawan akan berpengaruh terhadap penerimaan
25
pendapatan atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu daerah.
Sepanjang proporsi penurunan nilai kurs tersebut lebih besar dibandingkan
proporsi kenaikan harga-harag yang terjadi di negara-negara penerima wisatawan
maka PDRB ke daerah tujuan akan meningkat. Demikian sebaliknya, jika proporsi
penurunan nilai kurs negara penerima lebih kecil dibandingkan proporsi kenaikan
harga-harga yang terjadi di negara-negara penerima maka PDRB ke daerah tujuan
akan berkurang, karena menurunnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara.
2.3 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pendapatan
nasional atau Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara
dapat diukur berdasarkan nilai nominal maupun nilai riil. PDB nominal adalah nilai
seluruh barang-barang dan jasa dalam satuan nilai uang yang dijual di pasar pada
tingkat harga yang berlaku. Berdasarkan definisi ini, PDB nominal juga disebut PDB
pada harga yang berlaku (GDP at current prices). PDB riil adalah jumlah barang dan
jasa dalam satuan unit yang dijual di pasar pada harga konstan. Pendapatan nasional
suatu negara yang besarnya mengalami peningkatan dibandingkan satu periode
sebelumnya menandakan keadaan ekonomi di suatu negara mengalami pertumbuhan,
(Hartono, 2006:125).
Kalau menghitung pendapatan daerah untuk Provinsi maupun Kabupaten
disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) adalah jumlah seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor atau
lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya di daerah atau wilayah tertentu
tanpa memperhatikan kepemilikan dari faktor-faktor produksi.
26
Pengertian PDRB tersebut dapat dipersempit menjadi PDRB menurut
lapangan usaha, adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha
dalam suatu wilayah
tertentu. Sedangkan PDRB menurut penggunaan adalah
jumla,barang dan jasa yang digunakan untuk konsumsi akhir. Komponen-komponen
penggunaan PDRB meliputi : pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran
konsumsi lembaga suasta nirlaba, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan
modal tetap domestik regional bruto, perubahan stok dan ekspor netto.
Untuk menghitung PDRB ada tiga metode perhitungan yang bisa digunakan
yaitu :
2.3.1 Dari segi produksi, PDRB merupakan jumlah nilai produk barang-barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi disuatu daerah dalam jangka waktu
tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut secara garis besar
dikelompokkan
menjadi sembilan
lapangan usaha, yaitu : a. Pertanian,
perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan; b. Pertambangan dan
penggalian; c. Industri pengolahan; Listrik, gas dan air bersih; d. Bangunan; e.
Perdagangan hotel dan restoran; f. Pengangkutan dan komonikasi; g. Lembaga
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; h. Jasa-jasa.
2.3.2 Dari segi pendapatan, PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh pemilik
faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah
dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa
tanah, bunga modal dan keuntungan. Selain variabel tersebut, penysutan, pajak
27
tidak langsung, akan subsidi juga merupakan bagian dalam penyusunan PDRB
melalui pendekatan pendapatan ini.
2.3.3 Dari segi pengeluaran, PDRB merupakan jumlah pengeluaran yang dilakukan
untuk konsumsi rumah tangga, lembaga sosial nirlaba, konsumsi pemerintah,
pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto.
Secara teoritis, agregat PDRB dibedakan menjadi : PDRB atas dasar
harga konstan adalah jumlah nilai produksi atau pendapatan atau pengeluaran
yang dinilai berdasarkan tahun dasar; PDRB atas dasar harga yang berlaku, adalah
jumlah nilai produksi atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai sesuai
dengan harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan; PDRB atas dasar harga
pasar, merupakan penjumlahan nilai tambah bruto dari seluruh sektor
perekonomian di wilayah itu, meliputi balas jasa faktor produksi (gaji, bunga,
sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung.
Produk Domestik Regional Bruto Netto (PDRBN) atas dasar harg, pasar
adalah PDRB atas harga pasar dikurangi nilai pajak tidak langsung netto pada
tahun yang bersangkutan.
PDRBN atas dasar biaya faktor adalah PDRBN atas dasar harga pasar
dikurangi nilai pajak langsung netto pada tahun bersangkutan (BPS,1998 :3)
2.4 Landasan Teori
2.4.1Teori Permintaan dan Penawaran
Menururt Sadono Sukirno (2008: 76), bahwa teori penawaran dan
permintaan (supply and demand), dimana permintaan adalah makin rendah harga
suatu barang makin banyak permintaan
terhadap barang tersebut, sedangkan
28
sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan
terhadap barang tersebut. Dan penawaran adalah makin tinggi harga sesuatu
barang
semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para
penjual, makin rendah harga sesuatu barang semakin sedikit jumlah barang
tersebut yang ditawarkan. Pada umumnya kurve penawaran naik dari kiri bawah
kekanan atas. Arah pergerakannya berlawanan dengan arah kurve permintaan
yaitu dari kiri atas kekanan bawah.
Selanjutnya keseimbangan pasar terjadi
apabila jumlah yang ditawarkan para penjual pada suatu harga tertentu adalah
sama dengan jumlah yang diminta para pembeli pada harga tersebut.
Menurut Wahab (2003: 108) penawaran dan permintaan wisata adalah :
1) Penawaran pariwisata mencakup yang ditawarkan oleh distinasi pariwisata
kepada wisatawan yang riil maupun yang potensial. Penawaran pariwisata
ditandai oleh tiga ciri khas utama yaitu: penawaran jasa-jasa, yang ditawarkan
sifatnya kaku dalam arti sulit mengubah sasaran penggunaan diluar pariwisata,
penawaran pariwisata harus bersaing ketat dengan penawaran jasa-jasa lain; 2)
permintaan pariwisata dibagi menjadi permintaan potensial dan permintaan nyata
(actual). Permintaan potensial adalah sejumlah orang yang memenuhi anasiranasir pokok suatu perjalanan dan karena itu mereka dalam keadaan siap untuk
bepergian ke suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW).
2.4.2 Teori Faktor pendorong dan Penarik (Push and Pull Factors Theory)
Menurut Goodal dalam Sharpley, (1994:98) menyatakan bahwa faktor
pendorong merupakan person-specific motivation, yakni faktor internal dalam diri
individu yaitu kebutuhan dan keinginan seseorang yang memotivasi wisatawan
29
untuk melakukan perjalanan, sedangkan faktor penarik merupakan distinationspcific atributs yang sesungguhnya faktor eksternal yang memotivasi wisatawan.
Selanjutnya dikatakan bahwa pembedaan Pull and push faktor menjadi sangat
penting dalam memahami peran motivasi dalam hubungannya dengan permintaan
pariwisata.
Ricardson dan Fluker (2004:67) menjelaskan pentingnya push and Pull
faktor dan pariwisata sebagai berikut: faktor pendorong adalah semua kekuatan
ekonomi, teknologi, dan kekuatan politik yang merangsang munculnya kebutuhan
untuk melakukan aktivitas pariwisata yang mendorong konsumen pergi dari
tempat tinggalnya ke suatu destinasi. Kekutan ini merupakan faktor dominan yang
mempengaruhi konsumen ketika mereka memutuskan kemana mau pergi.
Sedangkan faktor penarik adalah faktor-faktor yang menarik konsumen
pergi kesuatu destinasi khusus (seperti: citra positif, keamanan, atraksi wisata,
dan iklim). Bentuk-bentuk pariwisata berbeda diantara faktor-tawaran destinasi
kepada wisatawan.
Menurut Dann dalam Ross ( 1998:31) menyatakan bahwa dua faktor atau
tahap dalam keputusan untuk melakukan perjalanan sebagai berikut: 1) Faktor
pendorong adalah faktor yang membuat seseorang ingin bepergian; 2) Faktor
penarik adalah faktor yang mempengaruhi kemana seseorang akan pergi setelah
ada keinginan awal bepergian. Faktor-faktor tersebut “menarik: seseorang setelah
yang bersangkutan”didorong” untuk ingin bepergian. Oleh karena itu faktor
penarik harus didahului oleh kebutuhan untuk bepergian.
2.5 Model Penelitian
30
Permasalahan yang telah dirumuskan diperlukan kerangka, konsep atau
model penelitian, yang merupakan kerangka kerja dalam penelitian. Dalam
perkembangan pariwisata di Bali telah terjadi perubahan sigmen pasar dari yang
didominasi oleh wisatawan
Eropa dan Amerika bergeser didominasi kunjungan
wisatawan kawasan Asia dan Fasifik. Jumlah kunjungan wisatawan kawasan Asia dan
Fasifik dari tahun 1997-2010 terus menerus mengalami peningkatan, sedang jumlah
kunjungan wisatawan lainnya cendrung menurun. Hal ini menandakan bahwa jumlah
kunjungan wisatawan
mancanegara yang datang di Kabupaten Badung akan terus
meningkat.
Untuk mengetahui pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal,
dan kurs dolar Amerika, maka diperlukan pendekatan teori, dan konsep untuk
menggambarkan serta membahas fenomena masalah yang terjadi. Teori peningkatan
jumlah wisatawan dipengaruhi oleh beberapa teori yaitu teori permintaan dan
penawaran, serta teori faktor pendorong dan penarik (pull and push factors). Faktor
yang mendorong, juga sesorang ingin melakukan perjalanan wisata, tetapi daerah mana
yang dituju tergantung pada berbagai faktor penarik yang dimiliki oleh Daerah Tujuan
Wisata (DTW). Untuk lebih jelasnya Kerangka Berfikir dapat dilihat pada model
penelitian. Faktor-faktor pendorong dan penarik ini merupakan faktor yang secara
simultan memotivasi untuk melakukan perjalanan wisata dan memilih daerah tujuan
yang ingin dikunjungi. Faktor-faktor pendorong berkaitan dengan kondisi negara asal
wisatawan, sebaiknya faktor penarik berkaitan kondisi yang dimiliki oleh daerah tujuan
wisata.
31
Pendekatan konsep seperti pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama
tinggal, dan kurs dolar Amerika terhadap penerimaan PDRB. Dengan mengamati
faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan PDRB diharapkan dapat meningkatkan
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika ke
Kabupaten Badung.
Teori dan Konsep dapat mendukung hipotesis, karena hipotesis merupakan
dugaan atau jawaban sementara dari rumusan masalah yang harus diuji kebenarannya
melalui uji statistik. Untuk mengetahui pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama
tinggal, dan kurs dolar Amerika baik secara parsial maupun secara simultan terhadap
peneriman PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung digunakan analisis linier
berganda. Setelah melakukan analisis dan pengujian hipotesis maka dapat diperoleh
hasil penelitian, kemudian dirangkum
untuk rekomendasi dan kebijakan, agar lebih
jelas alur penelitian ini dapat dilihat pada model penelitian Gambar 2.5
32
Pengembangan Pariwisata
Bali
K unjunganWisatawan
Manca negara
Jumlah wisatawan
Manca negara
Lama Tinggal
Kurs dolar Amerika
PDRB Kab Badung
Teori
-Teori Permintaan
dan Penawaran
-Teori faktor pendo
rong dan penaruk
(push factor
and pull factor)
Konsep dan Landasan
teori
-Pariwisata
-Wisatawan
-Pendapatan
-Nilai tukar dolar
-Permintaan Pariwisata
Pokok Masalah
-Metode penelitian
-Pendekatan
kuantitatif
-Hasil pembahasan
-Simpulan dan
-Saran
Gambar : 2.5 Model Penelitian (Kerangka konsep)
Pengaruh Jumlah Wisatawan mancanegara, Lama Tinggal,
Kurs dolar Amerika terhadap Penerimaan PDRB industri
Pariwisata Kabupaten Badung
dan
33
2.6 Hipotesis
Berdasarkan pokok masalah di atas, maka dapat dirumuskan dua hipotesis
yang akan diuji dalam penelitian ini, yaitu :
2.6.1 Jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika,
parsial berpengaruh
nyata dan positif
secara
terhadap penerimaan PDRB industri
pariwisata Kabupaten Badung tahun 2007 – 2010.
2.6.2 Jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika, secara
simultan berpengaruh nyata dan positif terhadap penerimaan PDRB industri
pariwisata Kabupaten Bsdung tahun 2007 – 2010
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metoda kuantitatif, dua jenis variabel, yaitu
variabel bebas, dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang tidak
dipengaruhi oleh variabel lainnya. Dalam
hal ini adalah jumlah wisatawan
mancanegara, lama tinggal, dan kurs doalar Amerika. Variabel terikat adalah variabel
yang dipengaruhi oleh variabel bebas, dalam hal ini penerimaan PDRB industri
pariwisata.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Badung, sedangkan sebagai objek
penelitian ini adalah pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan
kurs dolar Amerika,
terhadap
penerimaan
PDRB industri pariwisata Kabupaten
Badung tahun 1997 – 2010. Adapun Peta Daerah Kabupaten Badung dapat dilihat
pada Gambar 3.1berikut :
34
35
Gambar : 3.1 Peta Daerah Kabupaten Badung
Sumer : BPS Kabupaten Badung Tahun 2010
36
3.3 Jenis, dan Sumber Data
Penelitian jenis ini, dan sumber data yang digunakan untuk mendukung
analisis adalah :
3.3.1 Jenis data
3.3.1.1 Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang
yang dalam
penelitian ini berupa data
berupa angka-angka dan dapat diukur,
mengenai nilai ekspor Kabupaten Badung,
penerimaan PDRB dari industri pariwisata, jumlah wisatawan mancanegara, lama
tinggal, dan kurs dolar Amerika.
3.3.1.2 Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang tidak berupa angka-angka, tetapi
keterangan-keterangan mengenai variabel-variabel yang
penelitian ini
berupa
berupa
akan diteliti, yang dalam
keterangan atau infomasi, penerimaan PDRB dari industri
pariwisata, jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs Dolar Amerika
3.3.2 Sumber data
Data menurut sumbernya yang digunakan dalam penelitian ini sumber
data sekunder yaitu data yang diolah dan disusun oleh lembaga pemerintah,
seperti nilai ekspor Kabupaten Badung, penerimaan PDRB dari industri
pariwisata, jumlah wisatawan
mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar
Amerika yang diperoleh dari Diparda Kabupaten Badung, Diparda Provinsi Bali,
maupun Badan Pusat Statistik Provinsi Bali.
37
3.4 Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel bebas, dan
variabel terikat. Variabel bebas adalah suatu variabel yang tidak dipengaruhi oleh
variabel yang lain. Dalam hal ini adalah jumlah wisatawan manca negara, lama tinggal,
dan tingkat hunian kamar. Variabel terikat adalah suatu variabel yang dipengaruhi oleh
variabel yang lain, dalam hal ini adalah penerimaan PDRB industri pariwisata
Kabupaten Badung.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Di dalam teknik pengambilan data, digunakan beberapa
pengambilan
teknik
yaitu :
3.5.1Teknik wawancara, yaitu
untuk mendapatkan
data
dengan
jalan
melakukan wawancara seperti nilai ekspor Kabupaten Badung, penerimaan PDRB
dari industri pariwisata, jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs
dolar Amerika yang diperoleh dari departemen kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Bali maupun Badan Pusat Statistik Provinsi Bali.
3.5.2 Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung untuk mengetahui dari dekat
tentang perkembangan nilai ekspor Kabupaten Badung, penerimaan PDRB dari
industri
pariwisata, jumlah
wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs
dolar Amerika yang diperoleh dari departemen kebudayaan dan
Pariwisata
Provinsi Bali maupun Badan Pusat Statistik provinsi Bali.
3.5.3 Studi Kepustakaan, yaitu untuk mendapatkan data dengan jalan
literatur yang ada di perpustakaan.
menggunakan
38
3.5.4 Metode Dokumentasi, yaitu untuk mendapatkan data dengan
jalan dimana
pengumpulan datanya dari berbagai dokumentasi ataupun publikasi pihak yang
berwenang seperti BPS Provinsi Bali, Diparda Provinsi Bali, Diparda Kabupaten
Badung, dan BPS Kabupaten Badung.
3.6 Posedur Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder yang telah
dipublikasikan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Badung, Badan Pusat Statistik
Kabupaten Badung, Bank Indonesia, dan Dinas Pariwisata Provinsi Bali. Dari segi
waktu pengumpulan data ini secara runtut waktu (time series) selama14 (empat belas)
tahun, yaitu periode tahun 1997-2010.
3.7 Alat Analisis
Alat Analisis untuk menganalisis pengaruh jumlah wisatawan, lamanya
tinggal, dan kurs dolar Amerika digunakan beberapa analisis yaitu:
3.7.1 Regresi Linier Berganda
Sebelum digunakan teknik analisis regresi berganda terlebih dahulu
dilaksanakan
pengujian
untuk memenuhi persyaratan analisis secara klasik
yaitu : uji asumsi klasik. Untuk mengetahui pengaruh jumlah wisatawan
mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika terhadap penerimaan PDRB
industri pariwisata Kabupaten Badung, penelitian ini menggunakan dua jenis
variabel, yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat adalah
penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung, yang diberikan simbol
(Y). Variabel bebas adalah jumlah wisatawan mancanegara disimbulkan dengan
39
(X1) lama tinggal wisatawan disimbulkan dengan (X2), dan kurs dolar Amerika
yang disimbulkan (X3)
Menurut Wirawan (1998:294), persamaan regresi linier berganda sampel
dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
Y i = b0 + b1 X 1 + b2 X 2 + b3 X 3 + e ...………………....……….......……… (1)
Keterangan :
Yi
= Penerimaan PDRB industri pariwisata
= Bilangan konstan
b0
b1, b2,b3 = Koefisien garis regresi
X1
= Jumlah wisatawan mancanegara
X2
= Lama tinggal wisatawan
X3
= Kurs dolar Amerika
ei
= Kesalahan pengganggu
3.7.2 Uji t
Analisis ini digunakan untuk menentukan signifikansi
masing koefisien, pada persamaan regresi berganda
pengaruh
variable Jumlah wisatawan
atau
untuk
masingmenguji
mancanegara (X1), Lama tinggal (X2),
dan Kurs dolar Amerika (X3) berpengaruh secara parsial terhadap Penerimaan
PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung.
Menurut Wirawan (1998:306) pengujian secara parsial (uji t) dapat
dilakukan dengan tahap pengujian sebagai berikut : Rumusan hipotesis
3.7.2.1 H
0
: β 1 = 0, berarti jumlah wisatawan mancanegara tidak berpengaruh
secara nyata dan positip terhadap penerimaan PDRB industri
pariwisata Kabupaten Badung
H1 : β 1 > 0, berarti jumlah
secara
nyata
wisatawan
dan
mancanegara
positip
berpengaruh
terhadap penerimaan
industri pariwisata Kabupaten Badung
PDRB
40
3.7.2.2 H
0
: β 2 = 0, berarti lama tinggal wisatawan tidak berpengaruh secara
nyata dan positip terhadap penerimaan PDRB
industri
pariwisata Kabupaten Badung
H 1 : β 2 > 0, berarti lama tinggal berpengaruh secara nyata dan
terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata
positif
Kabupaten
Badung
3.7.2.3 H 0 : β 3 = 0,
berarti kurs dolar Amerika tidak berpengaruh secara nyata
dan positip terhadap penerimaan PDRB industri
pariwisata
Kabupaten Badung
H 1 : β 3 > 0, berarti kurs dolar Amerika berpengaruh secara
positip
terhadap
penerimaan PDRB
nyata dan
industri
pariwisata
Kabupaten Badung
Dalam penelitian ini menggunakan uji satu sisi dengan taraf nyata ( α )
sebesar 5%. Atau tingkat
keyakinan 95% sedangkan df = n – k, dengan n adalah
ukuran sampel.
Pada regresi ini dan k adalah banyaknya variabel
statistik uji satu sisi secara
regresi. Untuk menghitung nilai
parsial (t hitung), menurut Nata Wirawan (1998 : 306)
dapat dirumuskan sebagai berikut :
b1 - β 1
Sb 1
Keterangan :
t0
b1
β1
Sb1
I
1
=
..................................................................................
= koefisien regresi parsial yang ke – i (i = 1,2) dari regresi sampel.
= koefisien parsial yang ke -i (i = 1,2) dari regresi populasi
= kesalahan standar (standar error) koefisien regresi sampel.
= sektor (i = 1,2, dan 3)
= jumah wisatawan
(2)
41
2
3
= lamanya tinggal wisatawan
= kurs dolar Amerika
Adapun daerah kritisnya dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut :
Daerah Penolakan H0
Ho Diterima
t α (n-k)
Gambar : 3.2 Daerah Pengujian Penolakan, dan Penerimaan H0 dengan Uji t
- Apabila t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
- Apabila t hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.
3.7.3 Uji F
Digunakan untuk
menguji pengaruh variable bebas (jumlah wisatawan
mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika) secara simultan terhadap
penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung dengan tahap pengujian
sebagai berikut : Rumusan hipotesis.
3.7.3.1 H 0 : β 1= β 2 = β 3= 0, berarti jumlah w isatawan, lama tinggal, dan kurs
dolar Amerika tidak berpengaruh nyata dan simultan
terhadap penerimaan PDRB indsustri pariwisata
Kabupaten Badung.
H 1 : β 1 ≠ β 2 ≠ β 3 = 0, atau paling tidak satu dari β 1 ≠ 0 (i = 1,2, dan dan 3),
berarti jumlah wisatawan, lama tinggal, dan kurs Dolar
Amerika
berpengaruh nyata dan simultan
terhadap penerimaan PDRB industri
Kabupaten Badung.
pariwisata
42
3.7.3.2 Dengan menggunakan
tingkat kepercayaan 95% ( α
= 5%) derajat
kebebasan pembilang = (k-1), derajat kebebasan penyebut = (n-k), maka F tabel =
F α (k-1) (n-k)
3.7.3.3 Untuk menghitung nilai statistik uji satu sisi secara simultan (F hitung) menurut
Wirawan (1998 : 307) dapat dirumuskan sebagai berikut :
R2
k-1
F =
……........…………………………
(1 - R2 )
(n-k)
Keterangan :
R2 = koefisien determinasi
k = banyaknya variabel dalam model regresi
n = ukuran sampel
Liahat Gambar 3.3 berikut :
Daerah Penolakan Ho
Daerah
Penerimaan Ho
F α (k-1) (n-k)
Gambar : 3.3 Daerah Pengujian Penolakan, dan Penerimaan H0 dengan Uji F
- Apabila F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
- Apabila F hitung < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.
( 3)
43
Kreteria pengujian :
Pada level of signifikan α = 5% dan df (k-1)(n-k), didapatkan apabila nilai F - hitung >
F – tabel, maka H0 ditolak, dan H1 diterima, ini berarti variabel bebas secara simultan
mempengaruhi variabel terikat. Dan jika F – hitung ≤ F – tabel, maka H0 diterima yang
berarti variabel bebas secara simultan tidak mempengaruhi variabel terikat
3.7.4 Analisis Koefisien Determinasi
Tujuan menghitung koefisien determinasi adalah
untuk mengetahui
besarnya pengaruh jumlah wisatawn (X1), pengaruh lama tinggal wisatawa
(X2), dan kurs dolar Amerika (X3) terhadap penerimaan Pendapatan industri
pariwisata Kabupaten Badung secara simultan.
Menurut Nata Wirawan (1998:301) untuk mengetahui pengaruh tersebut
digunakan rumus sebagai berikut:
R2 =
b1 ∑YiXi1 + b2 ∑YiXi1
……..………….....
( 4)
∑Y2
3.7.5 Uji Asumsi Klasik
Persamaan Regresi memiliki keunggulan sebagai penaksir yang paling
baik (Best Linier Unbias Estimate). Untuk menghasilkan penaksiran dan
persamaan regresi yang dapat dianalisis secara ekonomis maka persamaan regresi
tersebut harus bebas atau tidak mengandung salah satu fenomena sebagai berikut :
3.7.5.1 Multikolinieritas
Menurut Gujarati (1993:157) Multikolinieritas adalah suatu kondisi
sedemikian rupa dimana terdapat korelasi linier antara variabel yang satu dengan
variabel bebas yang lain. Adanya multikolinieritas dalam model, mengakibatkan sangat
44
sulitnya untuk memisahkan pengaruh masing-masing variabel bebas secara individu
terhadap variabel terikat.
Cara yang paling mudah untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas
adalah dengan melihat nilai R2, F, nilai t dan correlation matrik. Jika dari hasil
pengujian statistik diperoleh nilai R2 yang tinggi, Uji F yang signifikan, tetapi beberapa
atau mungkin seluruh uji t tidak ada yang signifikan, maka model regresi tersebut
kemungkinan besar terdapat adanya masalah multikolinieritas.
Cara
mengatasinya
adalah
yakni
dengan
menggunakan
informasi
sebelumnya untuk mendapatkan variabel yang mempengaruhi, baik yang diperoleh dari
teori ekonomi maupun yang diperoleh dari hasil emperis orang atau dengan
penambahan data baru.
3.7.5.2 Autokorelasi
Menurut Gujarati (1993:201) Autokorelasi dapat diartikan sebagai ada
tidaknya korelasi antara anggota serangkean data yang diurutkan. Autokorelasi ini
timbul karena hal-hal sebagai berikut : inersia, bias spesifikasi karena adanya variabel
yang tidak dimasukkan, bias spesifikasi keterlambatan (lag) dan manipulasi data. Alat
pengujiannya adalah melaui Durbin Watson statistik yaitu :
a. Melakukan regresi dengan metode Ordinary Least Square (OLS),
kemudian
dimpan residualnya
b. Menghitung nilai dengan rumus
∑ (et - et-1) 2
d hitung
=
................................................ ( 5)
∑ et
2
45
Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel bebas tertentu,
diperoleh nilai dl dan du dalam tabel distribusi Durbin Watson
c. Jika hipotesis H0 adalah bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif ataupun
kedua-duanya. Maka jika :
d < dl
d > 4 - du
d u < d < 4 - du
d l ≤ d ≤ du
(4 – du) ≤ d ≤ (4 – dl)
=
=
=
=
=
tolak H0 (ada autokorelasi +)
tolak H0 (ada autokorelasi -)
terima H0 (tidak ada autokorelasi)
pengujian tidak bisa disimpulkan
pengujian tidak bisa disimpulkan
Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 3.4 berikut :
Menolak Ho
Autokorelasi
0
Daerah keragu
-raguan
dL
du
Tidak ada
Autokorel
2
Daerah kera
rgu-raguan
4-du
4-dL
Menolak Ho
Autokorelasi
negatif
4d d
Gambar : 3.4 Daerah Pengujian Penolakan, dan Penerimaan H0 dengan Uji
Watson
Durbin
3.7.5.3 Hetoroskedastisitas
Salah satu asumsi dasar regresi linier adalah bahwa variasi residual
(variabel gangguan) sama untuk semua pengamatan. Jika terjadi suatu keadaan dimana
variabel gangguan tidak mempunyai varian yang sama untuk semua observasi, maka
dikatakan dalam model regresi tersebut terdapat suatu gejala heterokedastisitas
(Gujarati, 1993:177).
Heteroskedastisitas akan menyebabkan penarikan koefisien regresi tidak
efisien, sehingga kesimpulan yang akan dibuat akan menyesatkan karena terjadi
underestimate atau overestimate. Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala tersebut dapat
46
dilakukan dengan uji Park. Menurut Gujarati (1993:56) mekanisme uji Park dilakukan
dengan menggunakan dua tahap yaitu :
a. Melakukan regresi atas model dengan metode Ordinary Least Square (OLS) tanpa
memperhatikan ada atau tidaknya heteroskedastisitas. Dari hasil ini diperoleh
besarnya nilai residual.
b. Melakukan regresi dengan residual tadi sebagai variabel terikat regresi dilakukan
satu persatu dengan masing-masing variabel bebas.
Pengujian atas hasil estimit tersebut dapat ditulis sebagai berikut :
e2 =
β 0 + β 1 X1
Keterangan :
e
X1
Ho
H1
=
=
=
=
residual
variabel bebas
E(µ 21) = δ
E(µ 21) ≠ δ
Untuk menentukan ada tidaknya heteroskedastisitas, dapat dilihat pada nilai
koefisien β 1 persamaan. Apabila β 1 tidak signifikan maka H0 ditrima. Berarti tidak
ada masalah heteroskedastisitas.
Masalah heteroskedastisitas dapat diatasi dengan
tranformasi log yaitu mengubah
bentuk persamaan ke dalam bentuk log. Dengan metode ini maka skala ukuran semua
variabel diperkecil, sehingga masalah heteroskedastisitas dapat diperkecil. Gejala
semacam ini biasanya terdapat pada data cross sectio, jarang terdapat pada data time
series.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Uji Asumsi Klasik
Sebelum dianalisis dengan teknik analisis linear berganda, maka model
persamaan regresi harus diuji dulu dengan asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik
diperlukan untuk mengetahui hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas
dari adanya gejala multikolinieritas, gejala autokorelasi, dan hetoroskedastisitas.
Pengujian yang dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 17.0 adalah sebagai
berikut:
4.1.1 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas artinya terdapat hubungan linear yang sempurna
diantara semua variabel independent dari model regresi. Dalam model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent. Uji
multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai toleransi lebih besar dari 10
persen (0,10) dengan Variace Inflation Factor (VIF) kurang dari 10, maka tidak
terdapat multikolinearitas. Perhitungan
VIF X1= jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara, X2= lama tinggal, dan X3= kurs dolar Amerika dapat dilihat pada
Tabel 4.1
47
48
Tabel 4.1
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Bebas
Tolerance
Jumlah wisatawan mancanegara
Lama tinggal
Kurs dolar Amerika
Variance
Inflation
Faktor (VIF)
0,918
0,925
0,963
1,089
1,081
1,038
Sumber : Hasil Analisis Lampiran 6a
Pengujian tersebut diperoleh hasil bahwa semua variabel independent
mempunyai nilai VIF lebih kecil dari 10. Maka dapat dikatakan bahwa model ini
tidak terdapat hubungan liniar yang sempurna semua variabel independent, maka
tidak terdapat masalah multikolinearitas.
4.1.2 Uji Autokorelasi
Autokorelasi artinya ada tidaknya korelasi diantara anggota-anggota dari
serangkaian pengamatan yang tersusun dalam deret waktu terhadap variabel
dependent, dengan uji Durbin-Watson tahapan uji Durbin-Watson sebagai berikut
:
Kreteria Pengujian
- Tingkat Kepercayaan (α = 5%)
- Durbin Watson tabel (K’=3; n = 14), maka :
dl = 0,77;
du = 1,78
4-dl = 4 – 0,77 = 3,23
4-du = 4 – 1,78 = 2,22
Nilai Durbin Watson (d-hitung) = 1,551 (lampiran 6c)
49
Tabel 4.2
Hasil Analisis uji Autokorelasi
Model
Change Statistic
R Squre
Change
0,706
1
Durbin Watson
F Chnge df1
df2
Sig. F Change
7,992
10
.0005
3
1,551
Sumer : Hasil Analisis Lampiran 6g
Kriteria Pengujian
d < dl
: ada autokorelasi positif
d > 4-dl
: ada autokorelasi negatif
du < d < 4-du
: tidak ada autokorelasi positif dan negatif
atau dl < d < du
: daerah keragu-raguan
4-du < d < 4-dl
: daerah keragu-raguan
Karena nilai dl < d < du, hasilnya adalah 0,77 < 1,551< 1,78 maka nilai d
hitung terletak di daerah tidak ada autokorelasi positif dan negatif, dapat diartikan tidak
terjadi autokorelasi.
4.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidak samaan varian dan residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika varian dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lainnya
tetap, maka disebut hemokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Uji heteroskedastisitas antara pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, Lama
tinggal, dan Kurs dolar Amerika dapat dilihat pada Tabel 4.3. Uji ini dilakukan
dengan uji Glejser yang meregres absolut residual terhadap variabel bebas. Hasil
uji ini menunjukkan bahwa semua nilai βi tidak ada yang signifikan (taraf
50
signifikansi > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa model ini tidak ada masalah
heteroskedastisitas.
Tabel 4.3
Hasil Analisis Uji Heteroskedastisitas
Variabel Bebas
Koefisien Beta
Sig
X1
X2
X3
0,572
-0,171
0,676
0,010
0,360
0,003
Sumber : Hasil Analisis Lampiran 6c
4.2 Koefisien Korelasi Berganda
Nilai atau koefisien korelasi berganda digunakan untuk menentukan kuat
atau lemahnya hubungan antara penerimaan PDRB Industri pariwisata sebagai variabel
dependent dengan jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar
Amerika sebagai variabel independent
Hasil analisis diperoleh koefisien korelasi secara menyeluruh R adalah
0,840 berarti hubungan antara jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs
dolar Amerika terhadap penerimaan industri pariwisata Kabupaten Badung adalah kuat.
Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6c
4.3 Koefisien Determinasi
Dalam penelitian ini koefisien determinasi berganda digunakan untuk
mengetahui besarnya variasi variabel independen X1 (jumlah wisatawan mancanegara),
X2 (lama tinggal), dan X3 (kurs dolar Amerika) yang dapat dijelaskan variasi variabel
dependen Y (PDRB). Berdasrkan hasil perhitungan diperoleh koefisien determinasi (R2)
sebesar 0,706 atau 70,60%. Artinya penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten
Badung dipengaruhi oleh variabel jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan
51
kurs dolar Amerika secara bersama-sama atau simultan sebesar 70,60%, dan 29,40%
dipengaruhi oleh faktor lain di luar ketiga faktor tersebut misalnya pelayanan,
kenyamanan, dan keramah tamahan. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6c
4.4 Koefisien Regresi Berganda
Nilai koefisien regresi berganda digunakan untuk mengetahui besarnya
pengaruh jumlah wisatawan mancanegara (X1), lama tinggal (X2), dan kurs dolar
Amerika (X3) terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung (Y),
diperoleh hasil seperti Tabel 4.4
Tabel 4.4
Hasil Regresi Linear Berganda
Variabel
bebas
Koefisien
regresi
Standar
Error
Standardiized
Koefisien
Regresi
t-hitung
Sig
X1
1,019
0,319
0,572
3,196
0,010
X2
-11,001
11,475
-0,171
-0,959
0,360
X3
0,036
0,009
0,676
3,889
0,03
Konstante
= - 183,662
R Square
= 0,706
Adjusted R = 0,617
Suber : Hasil Analisis lampiran 6c
Durbin Watson
F – hitung
Sig
= 1,551
= 7,992
= 0,005
Berdasarkan Variabel yang digunakan persamaan Regresi menjadi :
Y= -- 183,662 +1,019 X1 -- 11,001 X2 + 0,036 X3 + e
Model regresi tersebut dapat diinterprestasikan sebagai berikut :
4.4.1 Variabel jumlah wisatawan mancanegara (X1) memiliki pengaruh positif terhadap
variabel penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung (Y). Hal ini
dapat dilihat dari nilai p value 0,010 lebih kecil dari α = 0,05 serta memiliki
52
koefisien regresi β1 = + 1,019, hal ini berarti apabila jumlah wisatawan
mancanegara (X1) meningkat sebesar satu persen, sedangkan variabel
indepennden lainnya konstan, maka
Kabupaten Badung
penerimaan PDRB industri pariwisata
(Y) meningkat sebesar 1,019 persen. Sebaliknya, jika
jumlah wisatawan mancanegara (X1) menurun sebesar satu persen, sedangkan
variabel independen lainnya konstan, maka jumlah penerimaan PDRB industri
pariwisata Kabupaten Badung (Y) menurun persen 1,019.
4.4.2 Variabel Lama tinggal (X2) berpengaruh tidak signifikan terhadap penerimaan
PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung, dengan p value 0,360 lebih besar
dari alpha 0,05 artinya lama tinggal tidak berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung. Hal ini dapat dilihat
dari nilai p value 0,360 lebih besar dari α = 0,05 serta memiliki koefisien regresi
β2 = -11,001 hal ini berarti apabila lama tinggal (X2) meningkat sebesar satu
persen, sedangkan variabel indepennden lainnya konstan, maka penerimaan
PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung (Y) menurun sebesar 11,001
persen. Sebaliknya, jika lama tinggal (X2) menurun sebesar satu persen,
sedangkan variabel independen lainnya konstan, maka jumlah penerimaan
PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung (Y) meningkat 11,001 persen.
4.4.3 Variabel kurs dolar Amerika berpengaruh positif signifikan terhadap variabel
penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung dengan p value 0,03
lebih kecil dari α 0,05 dengan nilai koefisien regresi β3 = 0,036, hal ini berarti
apabila kurs dolar Amerika (X3) meningkat sebesar satu persen, sedangkan
variabel independen lainnya konstan, maka penerimaan PDRB industri
53
pariwisata Kabupaten Badung (Y) meningkat sebesar 0,036 persen. Sebaliknya
apabila kurs dolar Amerika (X3) menurun sebesar satu persen, sedangkan
variabel independen lainnya konstan, maka variabel penerimaan PDRB industri
pariwisata Kabupaten Badung (Y) menurun sebesar 0,036 persen.
4.4.4 Diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0,706 atau sebesar 70,60% yang
artinya variasi penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung
dipengaruhi oleh variabel jumlah wisatawan mancanegara (X1), lama tinggal
(X2), dan kurs dolar Amerika (X3)
secara bersama-sama sebesar 70,60%.
Sedangkan 29,40% dipengaruhi oleh faktor lain di luar ke tiga faktor tersebut.
Berdasarkan hasil analisis koefisien regresi berganda dengan analisis
data ke dua menghasilkan, nilai lama tinggal berpengaruh tidak signifikan
terhadap jumlah penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung (Y),
(Lampiran 6c). Hal ini disebabkan karena dalam periode analisis 1997-2010,
terdapat data empiris nilai lama tinggal yang besarnya ada yang menurun yaitu
tahun 2009 (Lampiran 2).
4.5 Pengujian Koefisien Regresi (Uji Hipotesis)
4.5.1 Pengaruh Jumlah Wisatawan mancanegara terhadap Penerimaan Produk
Domestik Regional Bruto Industri Pariwisata Kabupaten Badung dengan uji t.
Pengujian koefisien regresi dengan uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh
(besar dan arah) variabel independen secara parsial yaitu jumlah wisatawan
mancanegara (X1) terhadap variabel dependen penerimaan PDRB industri
pariwisata Kabupaten Badung (Y), langkah pengujiannya sebagai berikut :
Rumusan Hipotesis
54
H0 : β 1 = 0, berarti jumlah wisatawan mancanegara tidak berpengaruh
secara nyata dan positip terhadap penerimaan PDRB industri
pariwisata Kabupaten Badung
H1 : β 1 > 0, berarti jumlah wisatawan mancanegara berpengaruh
secara
nyata dan positip terhadap penerimaan PDRB industri
pariwisata Kabupaten Badung
Dalam penelitian ini menggunakan uji satu sisi kanan dengan taraf nyata
( α ) sebesar 5%. Atau tingkat keyakinan 95% sedangkan df = n – k - 1, dengan n
adalah ukuran sampel yaitu : 14 – 3 -1 = 10, maka diperoleh t tabel untuk
menentukan besarnya t tabel = t (5%); df (10) = t (0,5; 10) = 1,812 (Lampiran 7)
Daerah pengujian apabila t hitung > t tabel (1,812), maka H0 ditolak dan
H1 diterima. Apabila t hitung < t tabel (1,812), maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Daerah pengujian seperti pada Gambar 4.1
Daerah Penolakan Ho
Ho Diterima
0
1,812
3,196 t
Gambar : 4.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Daerah Uji t untuk
wisatawan mancanegara.
Kesimpulan yang diperoleh, dengan menggunakan metode kuadrat
terkecil biasa atau Ordinary Least Square (OLS) hasil estimasi koefisien regresi
variabel independen jumlah wisatawan mancanegara (X1) terhadap variabel
55
dependen PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung (Y). Tingkat signifikansi
koefisien regresi (β1) diuji dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel.
Jika
besar t hitung > t tabel, dapat diartikan bahwa koefisien regresi (β1)
signifikan secara statistik, sebaliknya jika t hitung < t tabel, maka dapat
disimpulkan tidak signifikan.
Perhitungan pada lampiran 6g diperoleh nilai t hitung = 3,196, t tabel
1,812 berarti nilai t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan menerima H1 yang
berarti bahwa jumlah wisatawan mancanegara berpengaruh positif signifikan
terhadap PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung.
4.5.2 Pengaruh Lama tinggal terhadap Penerimaan Produk Domestik Regional Bruto
Industri Pariwisata Kabupaten Badung dengan uji t.
Pengujian koefisien regresi dengan uji t bertujuan untuk mengetahui
pengaruh (besar dan arah) variabel independen secara parsial yaitu Lama tinggal
(X2) terhadap variabel dependen penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten
Badung (Y), langkah pengujiannya sebagai berikut :
Rumusan Hipotesis
H 0 : β 2 = 0,
berarti lama tinggal wisatawan tidak berpengaruh secara nyata
dan positip terhadap penerimaan PDRB industri
pariwista
Kabupaten Badung
H1 : β 2 > 0,
berarti lama tinggal berpengaruh secara nyata dan positif
terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata
Badung
Kabupaten
56
Dalam penelitian ini menggunakan uji satu sisi kiri dengan taraf nyata
(α )
sebesar 5%. Atau tingkat keyakinan 95% sedangkan df = n – k - 1, dengan
n adalah ukuran sampel yaitu : 14 – 3 - 1 = 10, maka diperoleh t tabel untuk
menentukan besarnya t tabel = t (5%); df (10) = t (0,05; 10) = 1,812 (Lampiran 7)
Daerah Pengujian
Apabila t hitung > t tabel (1,812), maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Apabila t hitung < t tabel (1,812), maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Daerah pengujian seperti pada Gambar 4.2
Daerah Penolakan H0
Ho Diterima
-1,812
-0,959
0
t
Gambar : 4.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Daerah Uji t untuk
Lama Tinggal.
Kesimpulan :
Dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa atau Ordinary Least
Square (OLS) hasil estimasi koefisien regresi variabel independen lama tinggal
(X2) terhadap variabel dependen PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung
(Y). Tingkat signifikansi koefisien regresi (β2) diuji dengan membandingkan nilai
t hitung dengan t tabel. Jika besar t hitung > t tabel, dapat diartikan bahwa
koefisien regresi (β2) tidak signifikan secara statistik, sebaliknya jika t hitung < t
tabel, maka dapat disimpulkan signifikan.
57
Dari perhitungan pada lampiran 6g diperoleh nilai t hitung = -0,959, t
tabel -1,812 berarti nilai t hitung > t tabel, maka H0 menerima dan H1 ditolak yang
berarti bahwa lama tinggal berpengaruh tidak signifikan terhadap PDRB industri
pariwisata Kabupaten Badung
4.5.3 Pengaruh Kurs dolar Amerika terhadap Penerimaan Produk Domestik Regional
Bruto Industri Pariwisata Kabupaten Badung dengan uji t
Pengujian koefisien regresi dengan uji t bertujuan untuk mengetahui
pengaruh (besar dan arah) variabel independen secara parsial yaitu Kurs dolar
Amerika (X3) terhadap variabel dependen penerimaan PDRB industri pariwisata
Kabupaten Badung (Y), langkah pengujiannya sebagai berikut :
Rumusan Hipotesis
H 0 : β 3 = 0, berarti kurs dolar Amerika tidak berpengaruh secara nyata dan
positif terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten
Badung
H 1 : β 3 > 0, berarti kurs dolar Amerika berpengaruh secara nyata dan positif
terhadap penerimaan PDRB
industri
pariwisata Kabupaten
Badung
Dalam penelitian ini menggunakan uji satu sisi kanan dengan taraf nyata
( α ) sebesar 5%. Atau tingkat keyakinan 95% sedangkan df = n – k - 1, dengan n
adalah ukuran sampel yaitu : 14 – 3 -1 = 10, maka diperoleh t tabel untuk
menentukan besarnya t tabel = t (5%); df (10) = t (0,5; 10) = 1,812 (Lampiran 7)
Daerah Pengujian
Apabila t hitung > t tabel (1,812), maka H0 ditolak dan H1 diterima.
58
Apabila t hitung < t tabel (1,812), maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Daerah pengujian seperti pada Gambar 4.3
Daerah Penolakan H0
Ho Diterima
0
1,812
3,173
t
Gambar : 4.3 Daerah penerimaan dan penolakan H0 Daerah Uji t untuk Kurs
Dolar Amerika
Kesimpulan :
Dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa atau Ordinary Least
Square (OLS) hasil estimasi koefisien regresi variabel independen Kurs dolar
Amerika (X3) terhadap variabel dependen PDRB industri pariwisata Kabupaten
Badung (Y). Tingkat signifikansi koefisien regresi (β3) diuji dengan
membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Jika besar t hitung > t tabel, dapat
diartikan bahwa koefisien regresi (β3) signifikan secara statistik, sebaliknya jika t
hitung < t tabel, maka dapat disimpulkan tidak signifikan.
Dari perhitungan pada lampiran 6g diperoleh nilai t hitung = 3,889, t
tabel 1,812 berarti nilai t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan menerima H1 yang
berarti bahwa Kurs dolar Amerika
berpengaruh positif signifikan terhadap
penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung
59
4.5.4 Pengaruh Jumlah Wisatawan mancanegara, Lama tinggal, dan Kurs dolar Amerika
secara simultan terhadap Penerimaan Produk Domestik Regional Bruto Industri
Pariwisata Kabupaten Badung.
Pengujian ini digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh variabel
independen (Jumlah Wisatawan mancanegara, Lama tinggal, dan Kurs dolar
Amerika) secara simultan terhadap variabel dependen PDRB industri pariwisata
Kaupaten Badung (Y) dengan menggunakan uji F. Langkah pengujiannya adalah
sebagai berikut :
Rumusan Hipotesis :
H 0 : β 1= β 2 = β 3= 0, berarti jumlah wisatawan, lama tinggal, dan kurs dolar
Amerika tidak berpengaruh nyata dan simultan terhadap
penerimaan PDRB
industri
psriwisata Kabupaten
Badung
H 1 : β 1 ≠ β 2 ≠ β 3 ≠ 0, atau paling tidak satu dari β i ≠ 0 (i = 1,2,
dan 3),
berarti jumlah wisatawan, lama tinggal wisatwan dan
kurs Dolar Amerika berpengaruh nyata dan simultan
terhadap
penerimaan PDRB
industri
paririsata
Kabupaten Badung
Dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95 persen ( α = 5 persen) derajat
kebebasan pembilang (k-1) = (4-1) =3, derajat kebebasan penyebut (n - k) = (144) = 10, maka F tabel = 3,71 (Lampiran 8)
Kreteria pengujian :
Apabila F hitung > F tabel (3,71) maka H0 ditolak dan H1 diterima.
60
Apabila F hitung < F tabel (3,71) maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Untuk daerah penolakan dan penerimaan terlihat pada Gambar 4.4
Pengujian Koefisien Regresi (Uji Hipotesis)
Daerah Penolakan Ho
Daerah
Penerimaan Ho
0
3,71
8,05
F
Gambar : 4.4 Daerah Penolakan dan Penerimaan H0 dengan Uji F untuk
Jumalah wisatawan mancanegara, Lama tinggal, dan Kurs
doalr Amerika secara simultan.
Tabel 4.5
Hasil Uji F
Model
Sum of
Squares
df
Mean Square
F
Hitung
F
Tabel
sig
Regresion
49088,427
3
16362,809
7,992
3,71
0,005
Residual
20474,148
10
2047,415
Total
69562,575
13
Sumber : Hasil Analisis Lampiran 6g
Pada level of signifikan α = 5 persen dan df (4-1)(14-4), didapatkan apabila
nilai F hitung > F – tabel, maka H0 ditolak, dan H1 diterima, ini berarti variabel
61
bebas X1, X2, X3 secara simultan mempengaruhi variabel terikat terhadap PDRB
(Y) Kabupaten Badung. Jika F – hitung ≤ F – tabel, maka H0 diterima.
Dari hasil perhitungan analisis regresi pada lampiran 6g diperoleh F
hitung = 7,992 dan F tabel = 3,71. Karena F hitung lebih besar dari F tabel, maka
H0 ditolak dan menerima H1, ini berarti bahwa variabel jumlah Wisatawan
mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika secara simultan atau serentak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen penerimaan PDRB industri
pariwisata Kaupaten Badung.
BAB V
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Pariwisata Kabupaten Badung
Kabupaten Badung salah satu Kabupaten di Bali merupakan Daerah Tujuan
Wisata dunia, sebagai pilihan Daerah Tujuan Wisata karena berbagai alasan diantaranya
Kabupaten Badung memiliki keindahan alam seperti pegunungan, pantai, danau, taman
laut, memiliki daya tarik wisata, penduduknya ramah tamah dengan wisatawan, sarana
dan prasarana wisatawan, dan memiliki keunikan lainnya.
Pariwisata Kabupaten Badung, merupakan penyumbang pendapatan yang
terbesar, hal ini dapat dilihat dari sumber penerimaan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), bahwa sektor pariwisata dari tahun ke tahun memberikan kontribusi yang
paling tinggi jika dibandingkan sektor-sektor lainnya seperti sektor pertanian,
perkebunan, kehutanan dan perikanan, pertambangan dan galian, industri pengolahan,
listrik, gas dan air, bangunan, angkutan, pergudangan dan komonikasi, keuangan,
ansuransi, usaha persewaan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Badung (2010) kondisi ekonomi Kabupaten Badung tahun 2008 dapat dilihat dari
struktur perekonomian, distribusi prosentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
tahun 2008 masih didominasi oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 84,52%),
sektor pertanian (16,96%), sektor jasa-jasa (8,37%). PDRB Kabupaten Badung atas
dasar harga berlaku tahun 2008 sebesar Rp 10.478.390.000; dan PDRB atas harga
kostan sebesar Rp 5.196.125.340.000; . Kontribusi sektor ini menyerap tenaga kerja
62
63
terbanyak dari seluruh dari tenaga kerja yang ada di Kabupaten Badung. Dengan
demikian bahwa sektor pariwisata merupakan sektor yang sangat menentukan bagi
perekonomian Kabupaten Badung khususnya, dan Bali pada umumnya.
Daya tarik wisata di Kabupaten Badung merupakan salah satu modal bagi
pengembangan pariwisata di Kabupaten Badung. Jenis-jenis daya tarik wisata di
Kabupaten Badung bervariasi yang terdiri dari alam, Budaya, dan ada perpaduan antara
alam dan Budaya. Jumlah daya tarik wisata di Kabupaten Badung tahun 2009 tercatat
33 buah, yang tersebar di beberapa Kecamatan seperti Tabel 5.1
Tabel 5.1
Nama Daya Tarik Wisata di Kabupaten Badung, dan Lokasi dirinci per
KecamatanTahun 2009
No
Nama Daya Tarik Wisata
Lokasi
Jenis Wisata
Kecamatan
Desa/Kel
1
Kawasan Luar Pura Uluwatu
Wisata Budaya
Kuta Selatan
Pecatu
2
Pantai Suluban
Wisata Budaya
Kuta Selatan
Pecatu
3
Pantai Nyangnyang
Wisata Alam
Kuta Selatan
Pecatu
4
Pantai Padang-Padang
Wisata Alam
Kuta Selatan
Pecatu
5
Pantai Labuan Sait
Wisata Alam
Kuta Selatan
Pecatu
6
Pantai Batu Pageh
Wisata Alam
Kuta Selatan
Ungasan
7
Pantai Samuh
Wisata Alam
Kuta Selatan
Benoa
8
Pantai Gerger Sawangan
Wisata Alam
Kuta Selatan
Benoa
9
Pantai Nusa Dua
Wisata Alam
Kuta Selatan
T Benoa
10
Pantai Tanjung Benoa
Wisata Alam
Kuta Selatan
T Benoa
11
Pelestarian Penyu di Deluang
Wisata Alam
Kuta Selatan
T Benoa
12
Sari Tanjung Benoa
Wisata Alam
Kuta Selatan
T Benoa
Bersambung
..
64
Sambungannya
13
Taman Rekreasi Hutan Bakau Wisata Alam
Kuta Selatan
T Benoa
14
Pantai Jimbaran
Wisata Alam
Kuta Selatan
Jimbaran
15
Garuda Wisnu Kencana
Wisata Buatan
Kuta
Jimbaran
(GWK)
16
Pantai Kedongan
Wisata Alam
Kuta
Kuta
17
Pantai Kuta
Wisata Alam
Kuta Utara
Kuta
18
Water Boom Park & Spa
Wisata Alam
Kuta Utara
Legian
19
Pantai Legian
Wisata Alam
Kuta Utara
Kerobokan
20
Pantai Peti Tenget
Wisata Alam
Kuta Utara
Canggu
21
Pantai Canggu
Wisata Alam
Mengwi
Munggu
22
Pantai Seseh
Budaya
Mengwi
Kapal
23
Pura Sada Kapal
Wisata Alam
Mengwi
Mengwi
24
Kawasan Luar Pure T Ayun
Budaya
Abiansemal
Baha
25
Desa Wisata Baha
Wisata Budaya
Abiansemal
Blahkiuh
26
Bumi Perkemahan Belahkiuh
Wisata
Abiansemal
Sangeh
27
Alas Pala Sangeh
Wisata Remaja
Petang
Sangeh
28
Tanah Wuk
Wisata Alam
Petang
Plage
29
Air Terjun Nungnung
Wisata Alam
Petang
Plage
30
Wisata Agro Pelaga
Wisata Remaja
Kuta Utara
Petang
31
Kawasan Luar Pure Pucak
Wisata Alam
Mengwi
Tibubeneng
32
Tedung
Wisata Alam
Kuta
Sedang
33
Pantai Brawa
Wisata Alam
Kuta
Legian
Sumber : Diparda Kabupaten Badung tahun 2010
65
Kabupaten Badung merupakan Daerah Tujuan Wisata Dunia memiliki
beberapa kawasan, taman rekreasi, tempat pertunjukkan wisata, dan usaha wisata tirta
sebagaimana yang ditetapkan dalam perda Kabupaten Badung No.7 Tahun 2005 tentang
Obyek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Badung, hingga tahun 2009 Kabupaten
Badung memiliki 24 buah daya tarik wisata alam, 7 buah
wisata budaya,1 buah
wisata remaja, dan 1 buah wisata buatan seperti
Tabel 5.1
5.2 Potensi Pasar Wisatawan
Pasar wisata dunia bersifat dinamis yang disebabkan oleh perubahanperubahan yang bersifat eksternal seperti perubahan dalam bidang ekonomi, demografi,
sosial budaya, politik dan keamanan, teknologi, serta faktor internal seperti perubahan
dalam hal kebutuhan dan keinginan pasar, kesediaan waktu luang, selera, persepsi, gaya
hidup dan daya beli wisatawan, juga menimbulkan dampak pergeseran posisi pasar
utama Kabupaten Badung, terutama pergeseran pasar konvensional Eropa ke tingkat 7,
dan Amerika keluar dari posisi 10 pada pasar Kabupaten Badung. Posisi pangsa pasar
Asia-Oseania juga mengalami pergeseran, posisi 1 adalah Australia pada tahun 2010,
hal ini dikarenakan oleh pertumbuhan ekonomi Jepang melangalami kemunduran
sehingga Malaysia hanya pada posisi 2, posisi 3 adalah Jepang, posisi 4 Singapure,
posisi 5 adalah Cina, dan posisi 6 adalah Korea Selatan. Posisi pangsa pasar Eropa juga
menghalami pergeseran, Perancis menduduki peringkat ke 7, disusul Jerman ke 8,
Inggris ke 9, dan Belanda ke 10. Pangsa pasar Amerika menurun posisinya keluar dari
10 besar
66
Pemeliharaan pasar utama sangat penting untuk dilakukan dengan tujuan
untuk menjaga keberlanjutan pasar utama, sebagai pangsa pasar yang telah
berkontribusi besar bagi kepariwisataan Kabupaten Badung. Dengan menjaga kepuasan
dari pasar-pasar utama diharapkan kontribusi pasar utama akan semakin meningkat
yang dapat ditandai dari jumlah kunjungan dan lama tinggal. Disamping pasar utama,
pasar-pasar lainnya yang merupakan pasar potensial seperti Spanyol, India, dan Rusia.
5.3 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis Pengaruh jumlah wisatawan Mancanegara, Lama
Tinggal, dan Kurs Dolar Amerika secara parsial terhadap penerimaan PDRB Industri
pariwisata Kabupaten Badung
5.3.1 Pengaruh jumlah wisatawan Mancanegara terhadap penerimaan PDRB Industri
pariwisata Kabupaten Badung
Jumlah wisatawan mancanegara adalah banyaknya wisatawan tiap tahun
yang berkunjung ke suatu negara didorong oleh satu atau beberapa keperluan
tanpa bermaksud memperoleh pekerjaan dan penghasilan di tempat yang
dikunjungi pada periode tertentu yang diukur dalam satuan orang. Jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara ke Kabupaten Badung cenderung mengalami
peningkatan, walaupun tingkat pertumbuhannya bervariasi tergantung pada situasi
ekonomi, sosial, teknologi, dan politik yang terjadi baik di dalam negeri maupun
di luar negeri. Dalam perkembangan pariwisata sebagai suatu industri, jumlah
penduduk suatu negara selalu menjadi perhatian, selain Produk Nasional Bruto
negara yang bersangkutan. Secara teoritis hanya penduduk yang berpenghasilan
tinggilah yang bisa kemungkinannya melakukan perjalanan wisata. Meningkatnya
Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara berarti negara tersebut memiliki
67
kemampuan untuk meningkatkan pembangunan, dan secara tidak langsung
meningkatkan pendapatan per kapita penduduknya.
Pengembangan
pariwisata sebagai suatu industri merupakan hal yang penting bagi suatu negara,
karena dapat meningkatkan penghasilan devisa negara. Apabila komoditi ekspor
tidak memadai untuk memperoleh devisa, maka sektor pariwisata merupakan
salah satu pilihan yaitu dengan mendatangkan wisatawan sebanyak mungkin.
Pariwisata disebut sebagai invisible export, karena devisa diterima tanpa
mengekpor barang-barang ke luar negeri yang perlu di usahakan adalah
bagaimana bisa mendatangkan lebih banyak wisatawan yang berkunjung ke suatu
destinasi.
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegra adalah merupakan gambaran
tingkat keberhasilan dalam hal menarik wisatawan ke Daerah Tujuan Wisata. Data
pada
Lampiran
1.
menunjukkan
bahwa
jumlah
kunjungan
wisatawan
mancanegara ke Kabupaten Badung dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan dengan rata-rata di atas 7% walaupun tingkat pertumbuhannya sangat
bervariasi tergantung pada situasi ekonomi, sosial, teknologi, dan politik yang
terjadi baik di dalam negeri maupun di luar negeri seperti kebijakan pemerintah
khususnya di bidang kepariwisataan. Pada periode tahun 1997-2001 tingkat
pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar -5,22%, untuk periode tahun 2002-2006
tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 3,17%, dan untuk periode tahun
2007-2010 tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 14,16%. Tingginya
tingkat pertumbuhan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten
Badung untuk periode tahun 2002-2006 tingkat pertumbuhan rata-rata dicapai per
68
tahun sebesar 19,56%, disebabkan banyak kegiatan partisipasi yang dilakukan
oleh Diparda Kabupaten Badung, masyarakat, dan pelaku pariwista pada berbagai
kegiatan yang bersifat Internasional. Semakin banyak jumlah wisatawan
mancanegara, maka tingkat penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten
Badung akan semakin meningkat.
Sejalan dengan konsep tersebut, dan hasil pengujian hubungan variabel
seperti pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa jumlah wisatawan mancanegara (X1)
berpengaruh positif terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten
Badung (Y). Analisis regresi menghasilkan koefisien beta (β1) 1,019, dan p-value
= 0,010, maka dinyatakan signifikan. Hal ini menunjukkan perubahan jumlah
wisatawan mancanegara searah dengan perubahan penerimaan PDRB industri
pariwisata Kabupaten Badung.
Karena itu, hasil penelitian ini telah menjawab rumusan masalah yang
menyatakan bahwa : pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, secara
parsial
terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung tahun 1997–
2010. Jika dilihat dari besaran signifikansi pada koefisien βi yang bernilai lebih
kecil dari 0,05, maka hipotesis yang menyatakan bahwa jumlah wisatawan
mancanegara berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PDRB industri
pariwisata Kabupaten Badung telah terbukti kebenarannya.
Pada lampiran 6a didapatkan koefisien 1,019X1 menunjukkan bahwa jika
jumlah wisatawan mancanegara X1 naik sebesar satu persen, sedangkan variabel
independent lainnya konstan maka akan menaikkan penerimaan PDRB industri
pariwisata Kabupaten Badung (Y) sebesar 1,019 persen. Sebaliknya jika jumlah
69
wisatawan mancanegara X1 turun sebesar satu persen, sedangkan variabel
independent lainnya konstan maka akan menurunkan penerimaan PDRB industri
pariwisata Kabupaten Badung (Y) sebesar 1,019 persen, (ceteteris paribus).
Jumlah
wisatawan
mancanegara
berpengaruh
positif
terhadap
penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung. Berdasarkan data
penelitian (lampiran 1)
jika jumlah wisatawan mancanegara ke Kabupaten
Badung terus menerus mengalami peningkatan, yakni pada tahun 1997 jumlah
wisatawan mancanegara yang datang ke Kabupaten Badung sebanyak 1.764.854
orang, dan tahun 2010 telah mencapai 2.493.058 orang. Dalam kurun waktu
empat belas tahun rata-rata jumlah kunjungan wisatawan mancanegara adalah
1.500.497,07 orang. Meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara mendorong
meningkatnya terus menerus penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten
Badung
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ardhana (2004), yang
menyatakan bahwa faktor pendapatan dari suatu negara akan mendorong jumlah
wisatawan mancanegara yang melakukan perjalanan ke DTW di suatu negara. Hal
ini berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata
Kabupaten Badung. Demikian juga, mendukung hasil penelitian Eka Armoni
(2009)
yang menyatakan bahwa faktor pendapatan dari suatu negara akan
mendorong jumlah wisatawan mancanegara yang melakukan perjalanan ke DTW
di suatu negara. Hal ini berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan
PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung. Berdasarkan uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa jumlah wisatawan mancanegara dapat mempengaruhi
70
besarnya penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung, artinya
selama jumlah wisatawan mancanegara mengalami kenaikan, selama itu pula
penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung akan meningkat pula.
5.3.2 Pengaruh Lama Tinggal terhadap penerimaan PDRB industri Pariwisata
Faktor lama tinggal merupakan salah satu faktor yang menentukan besar
atau kecilnya devisa yang diterima untuk negara-negara yang mengandalkan
devisa dari industri pariwisata. Secara teoritis, semakin lama seorang wisatawan
tinggal si suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW),
semakin banyak uang yang
dibelanjakan di daerah tersebut. Paling sedikit untuk keperluan makan dan minum
serta akomodasi hotel selama tinggal disana. Lama tinggal wisatawan biasanya
banyak tergantung pada : besarnya potensi wisata yang dimiliki DTW yang
bersangkutan, Tour Operator
setempat dapat mengemas paket wisata yang
dijual sehingga dapat menarik banyak wisatawan untuk membeli Option Tour,
kualitas pelayanan yang diberikan oleh akomodasi perhotelan dan restoran yang
ada, faktor kaamanan dan kenyamanan dapat dijaga sehingga wisatawan lebih
betah berlama-lama tinggal di DTW tersebut, faktor transportasi, telekomonikasi,
dan fasilitas rekreasi tersedia di DTW tersebut.
Rata-rata beberapa lama tinggal wisatawan yang datang ke Daerah
Tujuan Wisata adalah komponen yang sangat penting diketahui, terutama dalam
menentukan perencanaan, berapa banyak kamar, dan fasilitas lainnya diperlukan
termasuk untuk menentukan besarnya penerimaan devisa.
Lama tinggal yang dimaksud disini yaitu banyaknya hari yang dihabiskan
oleh seorang wisatawan disuatu negara diluar tempat tinggalnya. Ada
71
kecendrungan semakin jauh negara tempat tinggal wisatawan mancanegara yang
meninggalkan Indonesia melalui pelabuhan negara, lebih lama tinggal di
Indonesia jika dibandingkan dengan wisatawan mancanegara yang meninggalkan
Indonesia melalui pelabuhan laut.
Sejalan dengan konsep tersebut dan hasil pengujian hubungan variabel
seperti pada lampiran 6g menunjukkan bahwa nilai tukar (X2) berpengaruh negatif
terhadap jumlah penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung. (Y).
Analisis regresi menghasilkan koefisien beta (β2) sebesar – 11,001 dan p-value =
0,360, maka diputuskan tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan
lama tinggal terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung
tidak signifikan. Karena itu, hasil penelitian ini telah menjawab rumusan masalah
lama tinggal berpengaruh positf dan signifikan terhadap penerimaan PDRB
industri pariwisata Kabupaten Badung tidak terbukti kebenarannya.
Lama tinggal dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu : potensi wisata, tour
operator,
kualitas
jasa,
keamanan
dan
kenyamanan,
dan
transportasi,
telekomonikasi, dan fasilitas rekreasi. Keputusan wisatawan untuk memilih
Kabupaten Badung pada khususnya, dan Bali pada umunya sebagai Daerah
Tujuan Wisata (DTW) lebih di tekankan oleh popularitas Kabupaten Badung yang
telah dikenal sebagai DTW terbaik di dunia. Pada umumnya wisatawan memilih
Kabupaten Badung sebagai pilihan DTW karena berbagai alasan antara lain :
karena Kabupaten Badung memiliki a) keindahan alam seperti pegunungan,
pantai, taman laut, b) memiliki daya tarik wisata yang variatif (peninggalan
budaya, adventure, entertaiment), penduduknya yang ramah tamah dengan
72
wisatawan, sarana dan prasaran untuk wisatawan yang memadai, serta memiliki
berbagai keunikan lainnya (Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Bali, 2005).
Pariwisata yang dikembangkan di Bali adalah pariwisata budaya yang dijiwai oleh
agama Hindu yaitu bahwa dengan pariwisata budaya akan dikembangkan pula
bidang ekonomi melaui pariwisata bersamaan dengan melestariakan budayanya.
Secara umum bahwa menurunnya masa tinggal wisatawan mancanegara
dikarenakan adanya penurunan kualitas daya tarik wisata. Karena itu masa tinggal
wisatawan mancanegara di Kabupaten Badung semakin menurun. Hal ini
disebabkan karena kualitas destinasi wisata di Kabupaten Badung menurun yakni
munculnya banyak hotel dan vila yang mewah yang menawarkan kenyamanan
buat wisatawan, tetapi ada suatu hal yang perlu mendapat perhatian yaitu faktor
kemacetan lalu lintas, keamanan, kebersihan daya tarik wisata, pelayanan yang
tidak setabil, ikut menurunkan kualitas kenyamanan distinasi wisata di Kabupaten
Badung khususnya, dan umumnya di Bali. Selain faktor infrastruktur yang
kualitasnya menurun di Kabupaten Badung, ada kecendrungan kian pendeknya
lama tinggal
wisatawan berlibur di Kabnupaten Badung sepertinya juga
ditentukan pengenaan visa on arrival (VOA) yang pilihannya sangat terbatas,
hanya ada dua jenis pilihan VOA yaitu visa untuk tinggal 7 hari, dan untuk visa
tinggal 30 hari dengan harga yang bervariasi. Walaupun masa tinggal wisatawan
menurun untuk menentukan pendapatan adalah jumlah wisatawan atau tingkat
hunian hotel, yaitu artinya hotel tetap penuh dan pajak akan masih tetap tinggi
yang dibayarkan.
73
5.3.3 Pengaruh Kurs dolar Amerika terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata
Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan atau menetapkan
harga setiap barang dan jasa yang ada. Nilai tukar atau kurs adalah besarnya nilai
mata uang yang harus dibanyarkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing
atau valuta asing. Nilai kurs antara dua mata uang dari suatu negara
menggambarkan disparitas nilai harga domestik dan harga luar negeri suatu
barang. Selain itu, dengan adanya nilai kurs tertentu memungkinkan untuk
membandingkan harga segenap barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai
negara.
Perubahan kurs dapat terjadi dalam dua arah yang berlawanan, yaitu
depresiasi (melemah), atau sebaliknya apresiasi (menguat). Kurs antara dua mata
uang dari dua negara sama dengan nisbah tingkat harga negara yang
bersangkutan. Daya beli domestik dari mata uang suatu negara tercermin
sepenuhnya pada tingkat ditunjukkan oleh kenaikan tingkat harga domestik akan
diiringi oleh depresiasi mata ungnya secara proposional dalam pasar paluta asing.
Begitu pula sebaliknya, kenaikan daya beli mata uang domestik akan disusul
dengan apresiasi mata uangnya secara proposional. Dengan demikian, perubahan
kurs mata uang suatu negara disebabkan oleh terjadinya dan atau penyebab inflasi
di negara tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut perubahan kurs antara negara penerima dan
pengirim wisatawan akan berpengaruh terhadap penerimaan PDRB industri
pariwisata Kabupaten Badung tergantung pada tingkat perubahan harga yang
terjadi di negara penerima. Sepanjang proposisi penurunan nilai kurs tersebut
74
lebih besar dibandingkan proposisi kenaikan harga yang terjadi di negara
penerima wisatawan maka jumlah penerimaan PDRB industri pariwisata
Kabupaten Badung akan meningkat. Demikian sebaliknya, jika proposisi menurun
nilai kurs negara penerima lebih kecil dibandingkan proposisi kenaikan harga
yang terjadi di negara penerima maka jumlah penerimaan PDRB industri
pariwisata Kabupaten Badung akan menurun.
Sejalan dengan konsep tersebut dan hasil pengujian hubungan variabel
seperti pada lampiran 6g menunjukkan bahwa nilai tukar (X3) berpengaruh positif
terhadap jumlah penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung. (Y).
Analisis regresi menghasilkan koefisien beta (β3) sebesar 0,036 dan p-value =
0,003, maka diputuskan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan nilai
tukar dolar Amerika terhadap rupiah searah dengan perubahan penerimaan jumlah
PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung. Karena itu, hasil penelitian ini telah
menjawab rumusan masalah kurs dolar Amerika berpengaruh positif dan
signifikan terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung
terbukti kebenarannya.
5.4 Pengaruh Jumlah Wisatawan Mancanegara, Lama Tinggal, dan Kurs dolar Amerika
secara simultan terhadap penerimaan PDRB Industri pariwisata Kabupaten Badung
Keputusan untuk melakukan perjalanan wisata sifatnya lebih luas
dibandingkan dengan mengambil keputusan untuk membeli barang-barang mewah
kebutuhan rumah tangga. Banyak hal yang secara bersamaan mempengaruhi keputusan
wisatawan untuk memilih daerah tujuan wisata yang ingin dikunjungi. Secara umum
dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu faktor pendorong yang merupakan person-sficific
75
motovation, yakni faktor internal dalam diri individu kebutuhan dan keinginan
seseorang yang memotivasi wisatawan untuk melakukan perjalanan, sedangkan faktor
penarik merupakan destination specific atributes, yang sesungguhnya faktor eksternal
yang memotivasi wisatawan.
Faktor-faktor pendorong adalah semua kekuatan ekonomi, sosial demografi,
teknologi, dan kekuatan politik yang merangsang akan munculnya kebutuhan untuk
melakukan aktivitas pariwisata yang mendorong konsumen pergi dari suatu tempat
tinggalnya ke suatu distinasi. Kebutuhan ini merupakan faktor dominan yang
mempengaruhi konsumen ketika mereka memutuskan kemana ingin pergi. Faktor
penarik adalah faktor-faktor yang mendorong konsumen pergi ke suatu distinasi khusus
(seperti citra positif, keamanan, atraksi wisata, dan iklim).
Pendapatan, waktu luang, pelayanan, dan nilai tukar dolar Amerika dapat
dipandang sebagai faktor pendorong sedangkan dilain pihak keramah-tamahan, dan
budaya merupakan faktor penarik. Semua faktor tersebut secara simultan dapat
mempengaruhi keputusan wisatawan untuk memilih daerah tujuan wisata yang akan
dikunjungi.
Sejalan dengan konsep tersebut dan hasil analisis (ANOVA) model regresi
menunjukkan bahwa variabel jumlah wisatawan mancanegara (X1), lama tinggal (X2),
dan kurs dolar Amerika (X3) secara simultan dapat memprediksi penerimaan PDRB
industri pariwisa (Y). Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji anova regresi dengan F = 7,992
dan tingkat p value = 0,005 dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,706 atau
sebesar 70,60% yang artinya penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung
dijelaskan oleh variabel jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar
76
Amerika secara simultan sebesar 70,60 %. Sedangkan 29,40% dijelaskan oleh fakltor
lain ke tiga faktor tersebut (Lampiran 6c)
Hasil penelitian ini menunjukkan diantara ke tiga variabel yang
mempengaruhi jumlah PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung, variabel jumlah
wisatawan mancanegara memberikan kontribusi yang paling besar (β1 = 1,019). Hal ini
berarti bahwa faktor penentu PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung adalah
jumlah wisatawan mancanegara yang terus menerus dijaga agar dapat memberikan
peningkatan setiap tahun maka penerimaan PDRB
industri pariwisata akan terus
meningkat. Demikian sebaliknya, jika sepanjang jumlah wisatawan mancanegara
mengalami penurunan setiap tahunnya maka penerimaan jumlah PDRB industri
pariwisata akan menururn. Kunjungan wisatawan mancanegara terus meningkat, hal ini
mencerminkan keberhasilan destinasi yang mempunyai daya tarik yang tinggi.
Faktor penentu ke dua, penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten
Badung adalah kurs dolar Amerika (β3 = 0,036). Perubahan kurs dolar Amerika
terhadap rupiah akan berpengaruh terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata
Kabupaten Badung tergantung pada tingkat perubahan nilai yang terjadi di negara
penerima. Sepanjang kurs dolar Amerika terus menerus dijaga kestabilan nilai tukarnya
terhadap rupiah, sehingga kunjungan wisatawan mancanegara terus meningkat, hal ini
mencerminkan keberhasilan distinasi dalam mengembangkan daya tarik wisata yang
tinggi. Faktor penentu yang ke tiga berpengaruh terhadap penerimaan PDRB industri
pariwisata Kabupaten Badung adalah berkaitan dengan lama tinggal wisatawan (β2 = 11,001). Hal ini menunjukkan bahwa daya tarik wisata yang merata dari daerah-daerah
di Indonesia, dan juga di negara lain, teknologi dan komonikasi yang memungkinkan
77
wisatawan datang dan pergi lebih cepat, namun tidak akan banyak mempengaruhi
penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor utama adalah
adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara secara terus menerus
dari tahun 1997 hingga tahun 2010 faktor ke dua adalah berkaitan dengan perubahan
nilai tukar atau kurs dolar Amerika terhadap Rupiah, yang mempengaruhi penerimaan
PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung, dan faktor ke tiga adalah lama tinggal
wisatawan itu sendiri. Walaupun masa tinggal wisatawan cenderung menurun untuk
menentukan pendapatan adalah jumlah wisatawan atau tingkat hunian hotel, artinya
bahwa hotel tetap penuh dan pajak akan masih tetap tinggi yang dibayarkan sehingga
tidak berpengaruh terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata di Kabupaten
Badung.
BAB VI
PENUTUP
6. 1 Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikaji baik secara kuantitatif
maupun kualitatif, maka dapat disusun simpulan sebagai berikut :
6.1.1 Pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika
secara parsial adalah sebagai berikut :
6.1.1.1 Jumlah wisatawan mancanegara berpengaruh positif signifikan terhadap
penerimaan PDRB Industri pariwisata Kabupaten Badung dengan p value 0,010 (p
value < 0,05) koefisien regresi β1 sebesar + 1,019. Setiap satu persen kenaikkan jumlah
wisatawan mancanegara, sedangkan variabel independen lainnya konstan maka
menaikkan 1,019 persen penerimaan PDRB Industri pariwisata Kabupaten Badung,
demikian sebaliknya
6.1.1.2 Lama tinggal berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap penerimaan PDRB
Industri pariwisata Kabupaten Badung, hal ini dapat dilihat dilihat dengan p value
0,360 (p value > 0,05) β2 sebesar – 11,001. Setiap satu persen kenaikan lama tinggal,
sedangkan variabel lainnya konstan maka dapat menurunkan penerimaan PDRB
Industri pariwisata Kabupaten Badung sebesar 11,002 persen demikian sebaliknya.
6.1.1.3 Kurs dolar Amerika berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan PDRB
Industri pariwisata Kabupaten Badung dengan p value 0,003 (p value < 0,05) koefisien
regresi β3 sebesar + 0,036. Setiap satu persen kenaikkan kurs dolar Amerika terhadap
78
79
rupiah, sedangkan variabel independen lainnya konstan maka menaikkan 0,036 persen
penerimaan PDRB Industri pariwisata Kabupaten Badung, demikian sebaliknya
6.1.1.4 Jumlah Wisatawan Mancanegra yang paling dominan berpengaruh terhadap
penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung dengan koefisien regresi
terbesar dari ketiga dari variabel independen.
6.1.2 Pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs doalar Amerika
secara simultan adalah berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PDRB
Industri
pariwisata
Kabupaten
Badung.
Perubahan
jumlah
wisatawan
mancanegara adalah penentu pertama, kurs dolar Amerika terhadap Rupiah faktor
penentu ke dua, dan lama tinggal merupakan faktor penentu yang ke tiga.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis, dan simpulan dapat disusun saran sebagai berikut
6.2.1 Pemerintah Daerah Kabupaten Badung, dan para pelaku Industri pariwisata
hendaknya menjaga pangsa pasar yang utama di Asia Fasifik, Eropa, Rusia, dan
Amerika,
sehingga
dapat
meningkatkan
jumlah
kunjungan
dari
pada
wisatawannya.
6.2.2 Pemerintah Daerah Kabupaten Badung bersama-sama masyarakat, serta para
pelaku Industri pariwisata hendaknya konsisten memjaga dan meningkatkan Daya
Tarik Wisata, dan rasa aman dan nyaman pada umumnya di Bali, dan khususnya
di Kabupaten Badung, sehingga dapat meningkatkan lama tinggal wisatawan
mancanegara.
6.2.3 Disarankan untuk melanjutkan penelitian ini, dengan membahas lebih mendalam
lagi mengenai faktor lama tinggal, bisa meningkatkan dan mempertajam Daya
80
Tarik Wisata (DTW) yang dikaitkan dengan aspek sosial, budaya, ekonomi, dan
teknologi.
81
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: STIE Yayasan Keluarga
Pahlawan Negara.
Ardhana, Putu. 2004. “Pengaruh Pendapatan per Kapita, Nilai Tukar, dan Keamanan
Serta Implikasinya pada Perencanaan Kunjungan Wisatawan Mancanegara
ke Bali” (Tesis) Denpasar: Universitas Udayana.
Armoni, Ni Luh Eka. 2009. “Pengaruh Pendapatan per Kapita, Nilai Tukar, dan
Keamanan terhadap Jumlah Kunjungan Wisatawan Korea Selatan ke Bali”
(Tesis) Denpasar: Universitas Udayana.
Badan Pusat Statistik. 2009. Badung Dalam Angka. Kabupaten Badung.
Bapeda Tingkat I Bali. 1994, 1998. Bali Membangun, Denpasar.
Boediono, 1985. Ekonomi Internasional. Jakarta: BPFE UGM.
Dinas Pariwisata Provinsi Kabupaten Badung, 2010, Profil Dinas Pariwisata Kabupaten
Baung.
Dinas Pariwisata Provinsi Bali kerja sama dengan Pusat Penelitian Kebudayaan dan
Kepariwisataan Unversitas Udayana, 2005, Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata Bali.
Erawan, I Nyoman. 1994. Pariwisata dan Pembangunan
Kasus).Denpasar : Upada Sastra.
Geriya, Wayan. 1996. Pariwisata dan Dinamika
Global. Denpasar : Upada Sastra.
Ekonomi. (Bali Sebagai
Kebudayaan
Lokal, Nasional.
Gujarati, Damodar. 1993. Ekonomitrika Dasar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hamdy, H. 2001. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan Keuangan Internasional.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Alpabeta Bandung.
82
Hutabarat, Rosalyne. 1992. Transaksi Ekspor Impor. Edisi 2. Jakarta: Erlangga.
Jhingan, ML. 1994. Ekonomi
Rajawali.
Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta : Penerbit CV
Supranto, J. 1994. Statistik Teori dan Aplikasi. Edisi ke lima. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Krugman, R. Paul dan Maurice Obstfeld. 2005. Ekonomi Internasional : Teori dan
Kebijakan. Jakarta : Indeks Kelompok Gramedia.
Kembar Sri Budi, Made.1999. Efektivitas Pertumbuhan Sektor
Pertanian Dalam
Menunjang Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Bali. Buletin Studi Ekonomi, 4.
Lubis, P. Risal. 2003. “Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Pariwisata kota Medan”, Medan: Tesis Program Pascasarjana Universitas
Sumatra Utara.
Nopirin. 1997. Ekonomi Internasional. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE UGM.
Raharja, Prathama, dan Manurung Mandala. 2005. Teori Ekonomi Makro : Suatu
Pengantar. Jakarta: LPFE Universitas Indonesia.
Reksoprayitno, Sudiyono. 1990. Ekonomi Internasional: Pengantar Lalulintas
Pembayaran Internasional. Yogyakarta: Liberty.
Ricardson, J. and M Fluker. 2004. Understanding and Managing Tourism. Sydney :
Pearson Hospitality Press.
Ross, Glenn F. 1998. Psikologi Pariwisata. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Sharpley. 1994. Tourism, Tourism and Socciety. Huntingdom: ELM Publication
Sudiarto. 1988. Ekonomi Moneter. Yogyakarta:BPFE UGM.
Sugiono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV. Alfabeta.
Spillane, James. J. 1989. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta:
Kanisius.
Sukarsa, I Made. 1999. Pengantar Pariwisata. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Badan Kerjasama Perguruan Tinggi
Negeri Indonesia Timur.
Sukirno, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah dan Dasar
Kebijakan. Jakarta: Premada Media Group.
83
Sukirno, Sadono. 2008. Mikro Ekonomi,Teori Pengantar. Edisi Ketiga.Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Suparmoko. 1991. Pengantar Ekonomi Makro. Yogyakarta : Penerbit BPFE.
Universitas Udayana. 2010. Buku Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Tesis dan
Disertasi. Denpasar : Program Pascasarjana Universitas Udayan.
Pendit, Nyoman S. 1995. Ilmu Ekonomi Pariwisata Sebuah Pengantar. Jakarta: PT.
Pradnya Paramita.
Yoeti, A, Oka. 1990. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.
Yoeti, A, Oka. 2008. Anatomi Pariwisata Indonesia. Bandung: Angkasa.
Wahab, Saleh. 2000. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Wirawan, I.G.P., Nata 2001.
Satistik 2, untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Kedua.
Denpasar : Penerbit Keraras Emas.
Anonimous. 1993-2001. Foreign Trade Satatistics. Jakarta: Biro Pusat Statistik
Indonesia.
…………..., 1993-2001. Foreign Visitor Satatistics. Jakarta: Biro Pusat Statistik
Indonesia.
…………..., 1993-2001, Pariwisata Indonesia Jakarta: Departemen
Pariwisata Indonesia.
Kebudayaan dan
84
Lampiran 1. Jumlah wisatawan mancanegara, yang berkunjung di Kabupaten
Badung tanun (dalam juataan) 1997-2010
Tahun
Jumlah Wisatawan
Pertumbuhan
Mancanegara (Orang)
%
1997
1.971.635
-
1998
1.087.153
-44,86
1999
1.335.782
22,87
2000
1.140.246
4,83
2001
1.248.246
-3,71
2002
1.279.489
2,51
2003
1.292.393
1,01
2004
1.357.280
5,02
2005
1.383.231
1,91
2006
1.458.178
5,42
2007
1.764.854
21,03
2008
1.966.318
11,42
2009
1.229.096
-37,49
2010
2.493.058
102,84
Sumber : Disparda Kabupaten Badung, dan BPS Kabupaten
Badungtahun 2010
85
Lampiran 2. Rata-rata Lama Tinggal wisatawan mancanegara, yang
di Kabupaten Badung tahun1997-2010
Tahun
berkunjung
Rata-rata Lama Tinggal
Pertumbuhan
Wisatawan Mancanegara (hari)
%
1997
10,55
-
1998
9,18
-22,46
1999
10,51
13,99
2000
12,26
16,65
2001
10,49
-14,44
2002
11,38
8,48
2003
10,93
-3,95
2004
10,60
-3,02
2005
10,84
2,26
2006
12,80
18,08
2007
10,60
-17,19
2008
9,65
-8,96
2009
8,75
-9,33
2010
9,20
5,14
Sumber : Disparda Kabupaten Badung tahun 2010
86
Lampiran 3.Perkembangan Kurs Dolar Amerika terhadap Rp tahun1997-2010
Tahun
Rata-rata Kurs Dolar Amerika
Pertumbuhan
Terhadap Rp
%
1997
5.700
-
1998
8.100
42,11
1999
7.161
-11,59
2000
9.385
31,06
2001
10.400
10,82
2002
9.893
-4,88
2003
10.146
2,56
2004
10.020
-1,24
2005
9.032
-9,86
2006
10.051
11,46
2007
10.067
0,16
2008
9.806
-2,59
2009
10.408
6,14
2010
9.123
-12,35
Sumber : Disparda Kabupaten Badung tahun, dan Bank Indonesia 2010
87
Lampiran 4. Perkembangan Penerimaan PDRB Industri Pariwisata
Badung Rp tahun 1997-2010
Tahun
Kabupaten
Penerimaan PDRB Industri
Pertumbuhan
Pariwisata (Rp)
%
1997
948.425,33
-
1998
965.233,80
1,77
1999
972.042,26
0,71
2000
993.449,24
2,20
2001
1.022.038,50
2,88
2002
1.836.468,72
79,69
2003
1.962.963,68
6,89
2004
2.078.895,88
5,91
2005
2.199.159,98
5,79
2006
2.284.941,15
3,91
2007
2.422.521,52
6,02
2008
2.577.475.56
6,40
2009
2.742.433,80
6,40
2010
2.917.948,98
4,40
Sumber : Disparda Kabupaten Badung tahun 2010
88
Lampiran 5. Pengaruh Jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan Kurs
dolar Amerika terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata
Kabupaten Badung tahun 1997-2010
Tahun
PDRB
Lama Tinggal
(Y)
948.425,33
Jumlah
Wisatawan
(X1)
1.971.635
(X2)
10,55
Kurs Dolar
Amerika
(X3)
5700
1997
1998
965.233,80
1.087.153
9,18
8100
1999
972.042,26
1.335.782
10,51
7161
2000
993.449,24
1.140.246
12,26
9385
2001
1.022.038,50
1.248.246
10,49
10400
2002
1.836.468,72
1.279.489
11,38
9893
2003
1.962.963,68
1.292.393
10,93
10146
2004
2.078.895,88
1.357.280
10,60
10020
2005
2.199.159,98
1.383.231
10,84
9032
2006
2.284.941,15
1.458.178
12,80
10051
2007
2.422.521,52
1.764.854
10,60
10067
2008
2.577.475.56
1.966.318
9,65
9806
2009
2.742.433,80
1.229.0958
8,75
10408
2010
2.917.948,98
2.493.058
9,20
9123
Sumber : Data diolah dari Lampiran 1, 2, 3, dan 4
89
Lampiran 6. Pengaruh Jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan Kurs
dolar Amerika terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata
Kabupaten Badung tahun 1997-2010
Tahun
1997
PDRB
(Rp. 10 M)
(Y)
94,84
Jumlah
Lama Tinggal
Wisatawan
( 10.000) (X1)
(X2)
197,16
10,55
1998
96,52
108,72
9,18
8100
1999
97,20
113,58
10,51
7161
2000
99,35
114,03
12,26
9385
2001
102,20
124,83
10,49
10400
2002
183,65
127,95
11,38
9893
2003
196,30
129,24
10,93
10146
2004
207,90
135,73
10,60
10020
2005
219,92
138,32
10,84
9032
2006
228,49
145,82
12,80
10051
2007
242,25
176,49
10,60
10067
2008
257,75
196,63
9,65
9806
2009
274,24
122,91
8,75
10408
2010
291,80
249,31
9,20
9123
Sumber : Data diolah dari Lampiran 5.
Kurs Dolar
Amerika
(X3)
5700
90
Lampiran
6a.
Hasil Pengolahan data Jumlah wisatawan Mancanegara, Lama
tinggal, dan Kurs dolar Amerila terhadap
penerimaan PDRB
industri parariwisata Kabupaten Badung
Regression
Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
N
PDRB
1.85172142857143E2
7.315030639596922E1
14
Jumlahw
Lamat
Kursd
1.48620864285714E2
1.05271428571429E1
9.23520214285714E3
4.104715756979277E1
1.137293876989304E0
1.371642113471623E3
14
14
14
Correlations
PDRB
Pearson Correlation
PDRB
N
Lamat
Kursd
.506
-.222
.559
.506
1.000
-.255
-.163
Lamat
-.222
-.255
1.000
.140
Kursd
.559
-.163
.140
1.000
Jumlahw
Sig. (1-tailed)
Jumlahw
1.000
PDRB
.
.033
.223
.019
Jumlahw
.033
.
.189
.289
Lamat
.223
.189
.
.316
Kursd
.019
.289
.316
.
PDRB
14
14
14
14
Jumlahw
14
14
14
14
Lamat
14
14
14
14
Kursd
14
14
14
14
Coefficientsa
Keter
angan
-
Unstandardized Coefficients
Model
J
1u (Constant)
m
l Jumlahw
a
h Lamat
w Kursd
B
Std. Error
-183.662
161.398
1.019
.319
-11.001
.036
Collinearity Statistics
t
Beta
Sig.
Tolerance
VIF
-1.138
.282
.572
3.196
.010
.918
1.089
11.475
-.171
-.959
.360
.925
1.081
.009
.676
3.869
.003
.963
1.038
a. Dependent Variable: PDRB
-
Standardized
Coefficients
= Jumlah Wisatawan Mancanegara
Lamat
= Lama Tinggal
Kursd
= Kurs Dalar Amerika
91
Lampiran 6b. Hasil Pengolahan data Jumlah wisatawan Mancanegara, Lama
tinggal, dankurs dolar Amerila terhadap penerimaan PDRB industri
parariwisata Kabupaten Badung dengan model Regresi Berganda
Regression
Coefficientsa
Correlations
Model
1
Zero-order
Jumlahw
Collinearity Statistics
Partial
Part
Tolerance
VIF
.506
.711
.548
.918
1.089
Lamat
-.222
-.290
-.164
.925
1.081
Kursd
.459
.774
.664
.963
1.038
a. Dependent Variable: PDRB
Collinearity Diagnosticsa
Variance Proportions
Dimensi
Model
on
Eigenvalue
Condition Index
1
1
3.922
1.000
.00
.00
.00
.00
2
.061
8.040
.00
.74
.02
.04
3
.014
16.775
.02
.02
.26
.81
4
.004
31.850
.98
.24
.72
.15
(Constant)
Jumlahw
Lamat
Kursd
a. Dependent Variable: PDRB
Collinearity Diagnosticsa
Variance Proportions
Dimensi
Model
on
Eigenvalue
Condition Index
1
1
3.922
1.000
.00
.00
.00
.00
2
.061
8.040
.00
.74
.02
.04
3
.014
16.775
.02
.02
.26
.81
4
.004
31.850
.98
.24
.72
.15
a. Dependent Variable: PDRB
Keterangan
- Jumlahw = Jumlah Wisatawan Mancanegara
- Lamat
= Lama Tinggal
- Kursd
= Kurs Dalar Amerika
(Constant)
Jumlahw
Lamat
Kursd
92
Lampiran 6c. Hasil Pengolahan data Jumlah wisatawan Mancanegara, Lama
tinggal, dan kurs dolar Amerila terhadap penerimaan PDRB
industry parariwisata Kabupaten Badung dengan model Regresi
Berganda
Model Summaryb
Model
R
R Square
.840a
1
Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
.706
.617
Durbin-Watson
4.524836813871809E1
1.551
a. Predictors: (Constant), Kursd, Lamat, Jumlahw
b. Dependent Variable: PDRB
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
49088.427
3
16362.809
Residual
20474.148
10
2047.415
Total
69562.575
13
F
Sig.
.005a
7.992
a. Predictors: (Constant), Kursd, Lamat, Jumlahw
b. Dependent Variable: PDRB
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
-183.662
161.398
1.019
.319
Lamat
-11.001
Kursd
.036
Jumlahw
Keterangan
- Jumlahw = Jumlah Wisatawan Mancanegara
- Lamat
= Lama Tinggal
- Kursd
= Kurs Dalar Amerika
Standardized Coefficients
t
Beta
Sig.
-1.138
.282
.572
3.196
.010
11.475
-.171
-.959
.360
.009
.676
3.869
.003
93
Lampiran 6d. Hasil Pengolahan data Jumlah wisatawan Mancanegara, Lama
tinggal, dan kurs dolar Amerila terhadap penerimaan PDRB
industri parariwisataKabupaten Badung dengan model Regresi
Berganda
Coefficientsa
95.0% Confidence Interval for B
Model
1
Lower Bound
(Constant)
Upper Bound
-543.279
175.955
.309
1.730
Lamat
-36.568
14.567
Kursd
.015
.057
Jumlahw
a. Dependent Variable: PDRB
Keterangan
- Jumlahw = Jumlah Wisatawan Mancanegara
- Lamat
= Lama Tinggal
- Kursd
= Kurs Dalar Amerika
94
Lampiran 6e. Hasil Pengolahan data Jumlah wisatawan Mancanegara, Lama
tinggal, dan kurs dolar Amerila terhadap
penerimaan PDRB
industri parariwisata Kabupaten Badung dengan model Regresi
Berganda
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
Jumlahw
.918
1.089
Lamat
.925
1.081
Kursd
.963
1.038
a. Dependent Variable: PDRB
Collinearity Diagnosticsa
Keter
angan
Variance Proportions
Condition
Model
Dimension
Eigenvalue
Index
- J
u
1
m
l
a
h
w
=
(Constant)
Jumlahw
Lamat
Kursd
1
3.922
1.000
.00
.00
.00
.00
2
.061
8.040
.00
.74
.02
.04
3
.014
16.775
.02
.02
.26
.81
4
.004
31.850
.98
.24
.72
.15
a. Dependent Variable: PDRB
J
umlah Wisatawan Mancanegara
- Lamat
= Lama Tinggal
- Kursd
= Kurs Dalar Amerika
95
Lampiran 6f. Hasil Pengolahan data Jumlah wisatawan Mancanegara, Lama
tinggal, dan kurs dolar Amerila terhadap
penerimaan PDRB
industri parariwisata Kabupaten Badung dengan model Regresi
Berganda
Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
N
PDRB
1.85172142857143E2
7.315030639596922E1
14
Jumlahw
1.48620864285714E2
4.104715756979277E1
14
Lamat
1.05271428571429E1
1.137293876989304E0
14
Kursd
9.23520214285714E3
1.371642113471623E3
14
Correlations
PDRB
Pearson Correlation
PDRB
N
Lamat
Kursd
1.000
.506
-.222
.559
.506
1.000
-.255
-.163
Lamat
-.222
-.255
1.000
.140
Kursd
.559
-.163
.140
1.000
PDRB
.
.033
.223
.019
Jumlahw
.033
.
.189
.289
Lamat
.223
.189
.
.316
Kursd
.019
.289
.316
.
PDRB
14
14
14
14
Jumlahw
14
14
14
14
Lamat
14
14
14
14
Kursd
14
14
14
14
Jumlahw
Sig. (1-tailed)
Jumlahw
Variables Entered/Removed
Model
Variables Entered
Variables Removed
Kursd, Lamat, Jumlahwa
1
Method
. Enter
a. All requested variables entered.
Model Summary
Model
1
R
R Square
.840a
Adjusted R Square
.706
a. Predictors: (Constant), Kursd, Lamat, Jumlahw
Keterangan
- Jumlahw = Jumlah Wisatawan Mancanegara
- Lamat
= Lama Tinggal
- Kursd
= Kurs Dalar Amerika
.617
Std. Error of the Estimate
4.524836813871809E1
96
Lampiran 6g. Hasil Pengolahan data Jumlah wisatawan Mancanegara, Lama
tinggal, dan kurs dolar Amerila terhadap penerimaan PDRB
industri parariwisata Kabupaten Badung dengan model Regresi
Berganda
Model Summaryb
Model
R
1
.840a
R Square
Adjusted R Square
.706
Std. Error of the Estimate
.617
Durbin-Watson
4.524836813871809E1
1.551
a. Predictors: (Constant), Kursd, Lamat, Jumlahw
b. Dependent Variable: PDRB
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
49088.427
3
16362.809
Residual
20474.148
10
2047.415
Total
69562.575
13
F
Sig.
7.992
.005a
a. Predictors: (Constant), Kursd, Lamat, Jumlahw
b. Dependent Variable: PDRB
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
-183.662
161.398
1.019
.319
Lamat
-11.001
Kursd
.036
Jumlahw
a. Dependent Variable: PDRB
Keterangan
- Jumlahw = Jumlah Wisatawan Mancanegara
- Lamat
= Lama Tinggal
- Kursd
= Kurs Dalar Amerika
Coefficients
t
Beta
Sig.
-1.138
.282
.572
3.196
.010
11.475
-.171
-.959
.360
.009
.676
3.869
.003
97
Lampiran 7. Tabel IV Statistik untuk Titik persentasi distribusi t
df
= 10
P(t> 1,812) = 0,05
P(t< - 1,812) = 0,05
Ho Diterima
1.12
0
1.812
∞
df
1
2
3
4
5
,25
,20
,10
,15
,05
,025
,01
,005
,005
1,000
,816
,765
,471
,727
1,376
1,061
,978
,941
,920
1,963
1,386
1,250
1,190
1,156
3,078
1,886
1,638
1,533
1,476
6,314
2,920
2,353
2,132
2,015
12,706
4,303
3,812
2,776
2,571
31,812
6,965
4,541
3,747
3,365
63,812
9,925
5,841
4,604
4,032
636,619
31,598
12,941
8,610
6,859
6
7
8
9
10
,718
,711
,706
,705
,700
,906
,896
,889
,883
,879
1,134
1,119
1,108
1,100
1,093
1,440
1,415
1,397
1,383
1,732
1,934
1,895
1,860
1,833
1,812
2,447
2,365
2,396
2,262
2,228
3,143
2,998
2,896
2,821
2,764
3,707
3,499
3,355
3,250
3,169
5,959
5,405
5,041
4,781
4,587
11
12
13
14
15
,697
,693
,964
,692
,691
,876
,875
,870
,868
,866
1,088
1,083
1,079
1,076
1,074
1,363
1,363
1,350
1,345
1,341
1,769
1,769
1,771
1,761
1,753
2,201
2,179
2,160
2,145
2,131
2,718
2,681
2,650
2,624
2,602
3,106
3,055
3,012
2,977
2,947
4,347
4,318
4,221
4,140
4,073
16
17
18
19
20
,690
,989
,688
,688
,687
,865
,863
,862
,861
,860
1,071
1,069
1,067
1,066
1,064
1,337
1,333
1,330
1,328
1,325
1,764
1,740
1,734
1,729
1,725
2,120
2,110
2,101
2,093
2,086
2,583
2,567
2,552
2,539
2,528
2,921
2,898
2,878
2,861
2,845
4,015
3,965
3,922
3,883
3,850
21
22
23
24
25
,686
,686
,685
,685
,684
,859
,858
,858
,857
,856
1,063
1,061
1,060
1,059
1,316
1,323
1,321
1,319
1,318
1,708
1,721
1,717
1,714
1,711
1,708
2,080
2,074
2,069
2,064
2,060
2,518
2,508
2,500
2,492
2,485
2,881
2,819
2,807
2,397
2,787
3,819
3,792
3,767
3,745
3,752
98
Lampiran 8. Tabel Statistik untuk Distribusi Nilai F. 05 +
Nilai F. 05 +
V2
1
2
3
4
V1
5
6
7
8
9
1
2
3
4
5
161
18,5
10,1
7,71
6,61
200
19,0
9,55
6,94
5,79
216
19,2
9,28
6,59
5,41
225
19,2
9,12
6,39
5,19
230
19,3
9,01
6,26
5,05
234
19,3
8,94
6,16
4,95
237
19,4
8,89
6,09
4,88
239
19,4
8,85
6,04
4,82
241
19,4
8,81
6,00
4,77
6
7
8
9
10
5,99
5,59
5,32
5,12
4,96
5,14
4,74
4,46
4,26
4,10
4,76
4,35
4,07
3,86
3,71
4,53
4,12
3,84
3,63
3,48
4,39
3,97
3,69
3,48
3,33
4,28
3,28
3,58
3,37
3,22
4,21
3,79
3,50
3,29
3,14
4,15
3,73
3,44
3,23
3,07
4,10
3,68
3,18
3,18
3,02
11
12
13
14
15
4,48
4,75
4,67
4,60
4,54
3,98
3,89
3,81
3,74
3,68
3,59
3,49
3,41
3,34
3,29
3,36
3,26
3,18
3,11
3,06
3,20
3,11
3,03
2,96
2,90
3,09
3,00
2,92
2,85
2,79
3,01
3,91
2,83
2,76
2,71
3,95
3,85
2,77
2,70
2,64
3,90
2,80
2,71
2,65
2,59
16
17
18
19
20
4,94
4,45
4,41
4,38
4,35
3,63
3,59
3,55
3,52
3,49
3,24
3,20
3,16
3,13
3,10
3,01
2,96
2,93
2,90
2,87
2,85
2,81
2,77
2,74
2,71
2,74
2,70
2,66
2,63
2,60
2,66
2,61
2,58
2,54
2,51
2,59
2,55
2,51
2,48
2,45
2,54
2,49
2,46
2,42
2,39
21
22
23
24
25
4,32
4,30
4,28
4,26
4,24
3,47
3,44
3,42
3,40
3,39
3,07
3,05
3,03
3,01
2,99
2,84
2,82
2,80
2,78
2,76
2,68
2,66
2,64
2,62
2,60
2,57
2,55
2,53
2,51
2,49
2,49
2,46
2,44
2,42
2,40
2,42
2,40
2,37
2,36
2,34
2,37
2,34
2,32
2,30
2,28
30
40
60
120
∞
4,22
4,08
4,40
3,92
3,84
3,32
3,23
3,15
3,07
3,00
2,92
2,84
2,76
2,68
2,60
2,69
2,61
2,53
2,45
2,37
2,53
2,45
2,37
2,29
2,21
2,42
2,34
2,25
2,18
2,10
2,33
2,25
2,17
2,09
2,01
2,27
2,18
2,10
2,02
1,94
2,21
2,12
2,04
1,96
1,88
99
Lampiran 9. Durbin Watson d Statistic: Significance point of dL at dU at 0.05 level
Sinificance
k=1
n
k= 2
k= 3
k= 4
dL
dU
dL
dU
dL
dU
dL
dU
6
7
8
9
10
0.610
0.700
0.763
0.824
0.879
1.049
1.356
1.332
1.320
1.320
0.467
0.559
0.629
0.697
1.895
1.777
1.699
1.641
0.368
0.455
0.525
2.287
2.128
2.016
0.296
0.376
2.588
2.414
11
12
13
14
15
0.927
0.971
1.000
1.045
1.087
1.324
1.337
1.340
1.350
1.361
0.658
0.812
0.861
0.905
0.936
1.604
1.579
1.562
1.550
1.543
0.595
0.658
0.715
0.767
0.823
1.929
1.864
1.816
1.779
1.750
0.444
0.512
0.574
0.632
0.685
2.283
2.177
2.094
2.030
2.977
16
17
18
19
20
1.106
1.132
1.168
1.180
1.201
1.371
1.381
1.391
1.401
1.411
0.982
1.015
1.046
1.074
1.100
1.539
1.534
1.528
1.510
1.501
0.857
0.897
0.952
0.967
0.999
1.728
1.710
1.696
1.685
1.676
0.734
0.779
0.820
0.859
0.984
2.935
2.900
2.872
2.848
2.828
Download