( Terjemahan : Terjemahan : Al Imam berkata

advertisement
٤
Bab 4 Air Bekas Orang Junub dan Selainnya
!1% -12 0# /% -. +,% $% *'% $% &'() $% !"# ( )
BL M> 9 JI 9K@ $; ?> 09 (E 9 94 6 8
7 :9D 4 H
E ; 56 9 G F
E '9 "4 D 09 (E 9 A
@ B9 C4 D $9 ?> 6 8
7 :9<; =9 4 45 31#
Terjemahan :
Al Imam berkata, (Riwayat 1) akhbaronaa Sufyan dari Az-Zuhri dari Urwah dari
Aisyah bahwa Rasulullah pernah mandi dari suatu Qodh/Faroq, aku dan Beliau mandi dari satu bejana
Ta’liqiy :
Hadits riwayat 1 dalam bab ini para perowinya adalah perowi para Aimah yang
masyhur. Sufyan disini adalah Sufyan bin Uyyainah. selain itu juga hadits ini
diriwayatkan juga oleh Imam Bukhori dalam “Shahihnya” (no. 250) dari jalan Ibnu Abi
Dzi’b dari Zuhri dst.. Imam Muslim dalam “Shahihnya” (no. 753), Imam Ahmad dalam
“Musnadnya” (no. 24089), Imam Baihaqi dalam “Sunannya” (no. 923), Imam Abu
Awanah dalam “Mustakhrojnya” (no. 655), Imam Ibnu Jarud dalam “Al Muntaqo” (no.
57), Imam Humaidi dalam “Musnadnya” (no. 167) dari jalan Sufyan diatas . begitu juga
Imam Muslim dalam “Sahihnya” (no. 753) dan Imam Nasa’I dalam “Sunannya” (no.
228) melalui jalan Al Laits bin Sa’ad dari Zuhri dan seterusnya. Imam Darimi dalam
“Sunannya” (no.775) melalui jalan Ja’far bin Burqon. Imam Thobroni dalam “Mu’jam
Autsath” (no. 376) melalui jalan Ayyub bin Musa. Dalam “Mujam Autsath” (no. 2391)
dari jalan Ibrohim bin Sa’ad dari Az Zuhri dari Al Qosim bin Muhammad bin Abu Bakar
dari Aisyah , Ibrohim dan Al Qosim perowi yang tsiqoh dan para ulama lainnya. Al
Faroq adalah bejana yang volumenya 3 Sho’ dan ukuran sekarang setara dengan 8,263
Liter sebagaimana dikatakan oleh DR. Rafat dalam “Taliq Al Umm”. Dalam riwayat
Imam Ibnu Hibban dalam “Shahihnya” (no. 1218) terdapat tambahan bahwa Beliau adalah mandi Junub. Hadits ini menunjukan juga harmonisnya rumah tangga Beliau ,
karena sikapnya yang mesra dengan istri-istrinya untuk menyempatkan diri mandi
dalam satu bejana.
31# !1% -12 0# ?U T 0S.0:= 05 J8 R' K 0C= 5 K 'Q% $P $% O $% N? !V
Terjemahan :
(Riwayat 2) akhbaronaa Malik dari Naafi’ dari Ibnu Umar bahwa ia berkata :
‘Laki-laki dan perempuan pada zaman Rasulullah berwudhu secara bersamaan’.
Ta’liqiy :
Hadits Mauquf riwayat 2 dalam bab ini para perowinya adalah mata rantai emas
dalam periwayatan (Silisilah Dzahab). Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Bukhori
dalam “Shahihnya” (no. 193), Imam Al Hakim dalam “Mustadroknya” (no. 8844), Imam
Ibnu Hibban dalam “Shohihnya” (no. 1282), Imam Baihaqi dalam “Ma’rifatus Sunan”
(no. 400) dan selainnya. Sekilas melihat lafadz hadits ini ada ganjalan dalam pikiran
kita, bagaimana bentuk berwudhu secara bersama antara kaum laki-laki dan wanita?
Barangkali penjelasan Al Hafidz Ibnu Hajar dalam “Fathul Bari” dapat menyingkirkan
ganjalan tersebut :
4 06SX.09 :9=9 0E45 J98[9 9R[' ] 4 E 9; ?9 ] 4 \;04 $; %9 Z[: $;P> -4YM9 9 G *9BM> 9 +49M > J9QD 4 069 9:9=9 0E45 3; /E X4 '>(4W
] b454 9 G > !; 14 %9 `@'9 " B>M9 J9K@ $; ?> " ;04 > +9?[BC4 :9QE D *9`9=[)9 G *9BM> -41%9 J7 4_E (9 9 *9BM> -41%9 J7 4_E (9 G B>M9 O>.0; ?9 > ^!>QR9
9R[' 4 45 E 9; ?9 ] 4 0Eg
; #9 $; %9 E 4YM9 9QP@ E ; %9 Z[: $;P> f
9 9R4 B; 4 9 G @9Rb4D J98[9 9R[' e9Q:>R; > B9 9 d; :9#; > >,4CD 4c(9
F@':9"D QE D nB.
> O!>Qm
9 D : +9<1k ;(4 4 4 G " ^!>QR9 " ;04 $; ?> '>(]j i41> 09 (E 9 G 4 bD X.09 :9!94 J98[ >bD 9 X3h6 4 0Ed(9 cD =99 4 06SX.09 :9=9
'9Q%E $;P> $; %9 O>9 $; %9 ]1 B;!d9%E $; %9 '>Q:9; ?E s=@'t4 $; ?> r=>Bg
9 D 4c(9 > +9Q=;)9 E $;P> q!>g2
9 > J9p@D *> B9 M; 09 P@ ^MX'o
9 ?E O9 4 9 B; 4 9 G
f90m
9 D > -4; b4D9 G E ; ?> 'X/u4 :9=9 3; /v156 B>M9 J9K@ $; ?> 3; /E 9 ?9 J98[9 4 E'X/u4 :9=9 P9g2
; 49 39 ]1#9 9 > !; 14 %9 ]1 -]12
9 nd@X '9 o
9 P;4 E X4
\@9gQ9 D9 y
> 9R; X)@P nw:9x
; !94 B;P9 X?49 G f9mg
> D E)E ;d4 e9Q:>R; > $; ?> O@9? 4 : 4C=E D 4
“Dhahirnya laki-laki dan perempuan mengambil air dalam satu keadaan. Imam Ibnut Tiin
menukil dari sekelompok ulama bahwa maksudnya adalah laki-laki dan wanita berwudhu
secara bersamaan pada satu tempat, namun laki-laki disatu bagian dan wanita disatu
bagian lainnya. Tambahan pada hadits sebelumnya “dari bejana yang satu”,
menggugurkan pendapat ini, seolah-olah yang berkata ini menganggap jauh tidak
berkumpulnya laki-laki dan wanita yang bukan Mahromnya (Ajnabi). Imam Ibnut Tiin
menanggapi sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Sahnuun bahwa maknanya adalah
laki-laki berwudhu, lalu pergi, kemudian datang para wanita untuk berwudhu pada
tempat tersebut. namun ia menyelisihi Dhohirnya kata “bersamaan”, para ahli bahasa
berkata : ‘AL Jamii’ (bersamaan) lawan dari terpisah. Telah terdapat riwayat yang tegas
dalam “Shohih Ibnu Khuzaimah” semakna hadits ini dari jalam Mu’tamir dari Abdullah
dari Naafi’ dari Ibnu Umar bahwa Ibnu Umar melihat Nabi dan para sahabatnya sedang berwudhu dan para wanita sama-sama berwudhu dari bejana yang satu (yang
dipergunakan Nabi ). Tanggapan yang lebih tepat adalah tidak ada larangan untuk
berbarengan berwudu sebelum diturunkannya ayat Hijab, adapun setelah turun ayat
kewajiban Hijab, maka para wanita yang berwudhu bersama Nabi adalah dari kalangan
isteri dan wanita-wanita Mahromnya Rasulullah ”.
BL M> 9 JI 9K@ $; ?> { 31# !1% -12 { z-d@X9 94 6 8
7 :9D 4 H
E ; Y6 :9 +,% $% !P $% *'% $P \( $% N? !1% -12 € ( 8:< H5  +0Q!? $% ~d% $P $% J} | $% =` $P 'Q% $% +!!% $P -12 0# 8: H5 H +,% $% +=B *? $% 32% $% +!!% $P !"# BM JK $? 31#
H +,% $% 3#C $% ' | „# $% ƒ ( ) sP sP H1 ‚' BM JK $? 31# !1% +P $? BM JK $? 31# !1% -12 0# 8: H5
Terjemahan :
(Riwayat 3) akhbaronaa Malik dari Hisyam bin Urwah dari Bapaknya dari Aisyah ia berkata : ‘aku dan Rasulullah mandi pada satu bejana’.
(Riwayat 4) akhbaronaa Ibnu Uyyainah dari Amr’ bin Dinar dari Abisy Sya’syaa’ dari Ibnu
Abbas dari Maimunah bahwa ia dan Nabi mandi pada satu bejana’.
(Riwayat 5) akhbaronaa Sufyan bin ‘Uyyainah dari ‘Aashim dari Mu’aadzah Al ‘Adawiyah
dari Aisyah ia berkata : ‘aku dan Rasulullah mandi pada satu bejana terkadang (Ummul
Mukminin Maimunah ) berkata kepada Nabi , ‘sisakan aku..sisakan aku’.
(Riwayat 6) Diriwayatkan dari Salim Abun Nadhor dari Al Qosim dari Aisyah ia berkata :
‘aku dan Rasulullah mandi karena janabah pada satu bejana’.
Ta’liqiy :
Hadits riwayat 3 semua sanadnya perowi shahih, diriwayatkan juga oleh Imam
Bukhori dalam “Shahihnya” (no. 5956) dan Imam Muslim dalam “Sahihnya” (no. 753).
Hadits riwayat 4 sanadnya terdiri dari para perowi tsiqoh. Abusy Sya’syaa’ adalah Jabir
bin Zaid (w. 93 atau 103) seorang Imamnya Tabi’I washthun. Diriwayatkan juga oleh
Imam Bukhori dalam “Shahihnya” (no. 253).
Hadits riwayat 5 sanadnya juga terdiri dari para perowi tsiqoh. ‘Aashim adalah Ibnu
Sulaiman Al Ahwal (w. >140 H) seorang Tabi’I yang tsiqoh, Mu’aadzah binti Abdullah
(w. 83 H) seorang Tabi’I washthuh yang tsiqoh. Hadits dengan lafadz ini juga
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam “Musnadnya) melalui jalan in (no. 24599) dan
melalui jalan Hisyam bin Urwah dari Bapaknya dari Aisyah (no. 25609).
Hadits riwayat 6 sanadnya juga terdiri dari para perowi tsiqoh, Salim bin Abi Umayyah
Abun Nadhor (w. 106 H) seorang Tabi’I shoghir yang tsiqoh. Berdasarkan tahun
wafatnya Imam Salim ini, maka antara Imam Syafi’I dengan Imam Salim ada
perantaranya lagi karena Imam Syafi’I lahir 150 H dan wafat 204 H, sehingga mustahil
beliau bertemu dengan Imam Salim. Namun riwayat ini memiliki beberapa penguat
diantaranya :
1. Diriwayatkan oleh Imam Nasa’I dalam “Sunannya” (no. 235) dari jalan :
39 #> 4CD H
E ; Q> #9 4 4 3@ #> 4CD $E P; $@ Q9 M; X' BE d; %9 -@h4XBM9 4 4 +6 d9; ˆE 9h4XBM9 4 4 B‡ >9 9h4XBM9 4 4 -41%; †… B> d; %9 $E P; BE XQg
9 ?E 9'9 d9; 4
H
; 44 +4 9 ,>9% $; %9 ‰
6 [Bg
9 =E
Semua perowi adalah perowi tsiqoh.
2. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam “Musnadnya” (no. 24014) dari jalan :
H
; 44 +4 9 ,>9% $; %9 !P $% G4+Q9 14 #9 @P4 $; %9 G4+Q9 14 #9 @P4 $@ P; '9 Q9 %E $; %9 G‡3!; 9 (E 9h4XBM9
Husyaim bin Basyrii (104-183 H) seorang perowi yang tsiqoh, Amr bin Abu Salamah
bin Abdur Rokham bin Auf (w. 132 H) adalah perowi yang shoduq, sedangkan
ayahnya perowi yang tsiqoh dan ayah ayahnya adalah sahabat mulia Abdur Rohman
bin Auf .
Hadits yang menceritakan mesranya Nabi dengan para istrinya untuk
menyempatkan mandi bersama juga diriwayatkan dari sebagian istri Nabi lainnya
seperti Ummul Mukminin Ummu Salamah sebagaimana dalam riwayat-riwayat yang
shahih.
$? +,% 8: 31# !1% -12 0# Ž Œ, "P 8:<= ~bP ‹ cb cŠ ( )
bP Bd 0( ‘K $?_ m= ! B! T +! H8! dM2 "P 8:<= Q/? BM Y +P $? BM JK
.ŒP ` :M ŒP T J ~’
Terjemahan :
(Imam Syafi’i) berkata, berdasarkan riwayat-riwayat diatas, kami berpendapat tidak
masalah untuk mandi dari bekasnya orang yang junub dan orang yang haidh, karena
Rasulullah dan Aisyah pernah mandi pada satu bejana karena junub dan masing-masing
mandi dari bekas pasangannya. Begitu juga haid tidak berada ditangan dan orang Mukmin
tidak najis. Hanyalah ia beribadah dengan menyentuh air pada kondisi tertentu.
Ta’liqiy :
Perkataan Imam Syafi’I bahwa haidh tidaklah berada di tangan adalah sabda
Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Sahihnnya :
”> B> =9 -> H
; 8
9 !; 4 N
> :9
9 !; M9 ] K@
“Sesungguhnya haidhmu bukan berada di tanganmu”.
Begitu juga perkataan beliau rohimahulloh bahwa orang Mukmin tidak najis adalah
sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori-Muslim :

E m
E ; =9 Ž4 $9 ?> _; QE D ] K@
“Sesungguhnya Mukmin tidak najis”.
Disini Imam Syafi’I berpendapat bahwa air bekasnya orang junub dan haidh
yang merupakan salah satu air Musta’mal adalah tetap suci, hal ini kembali kepada
kaedah yang telah dijelaskan oleh Imam Syafi’I sebelumnya bahwa air suci jika
bercampur dengan benda suci, maka selama benda suci tidak merubah kemutlakan air,
hukum air tersebut tetap suci dan mensucikan. Namun yang masyhur dalam madzhab
pengikut Imam Syafi’I bahwa air musta’mal adalah suci saja tidak dapat mensucikan.
Imam Nawawi berkata dalam “Al Majmu” (1/151) :
'(t 05 ? .JQ1 i‹ Z:b8 T (c 1% '/u‚ ! i‹ ‹P B% '(t Q:8 '5 B (e')
$P BQ™ += (BM .y= ‰‹h +"!M ˜ $% — •#0= 0P :•1– •18 0/V B N? P BC
.+j1<? +#— — +}} .+""š +#— — +!} .% 0/ 0( ? M2 .d(cQ5 '(t $8
“kami telah sebutkan bahwa air Musta’mal adalah suci menurut madzhab Syafi’I tanpa
ada perselisihan dan ia tidak suci menurut madzhab kami. Dalam dua permasalahan ini
(yakni apakah air musta’mal itu suci dan atau mensucikan?) terdapat perbedaan
pendapat. Adapun hukum bahwa air musta’mal suci juga merupakan pendapatnya Imam
Malik, Imam Ahmad dan mayoritas ulama Salaf dan Kholaf. Imam Abu Yusuf mengatakan
najis sedangkan dari pendapatnya Imam Abu Hanifah ada 3 riwayat. Riwayat pertama
dinukil oleh Imam Muhammad ibnul Hasan bahwa ia suci, sama dengan madzhab kami,
dikatakan oleh penulis kita Asy-Syaamil dan selainnya dan ini pendapat yang masyhur
dari Imam Abu Hanifah. Riwayat kedua ia najis ringan dan riwayat yang ketiga air
Musta’mal najis berat”.
Imam Mawardi dalam kitabnya “Al Hawi” membawa permasalahan ini bahwa bekas air
yang dimaksud ada dua jenis, berikut perkataan beliau rohimahulloh :
UE 0Em=9 4 › Q9 ; :98
; ?E 4c/9 4 0/u 3YM 9/!> > >9Q; :>#; B9 ; P9 J7 9%; b4D $@ %9 4 E 4 f
‡ '; .
9 : > 9P'; .
9 @ 0E/]u 4 ; 4 ] 4 3; 14 %; > >9Q; :>#; U@ 90R9 $; ?> N
9 >4 OE 9Q; =9 414 0/u 3YM > > ; P9 @ 9Q; :>#; B9 ; P9 J7 9p@D > 4 E 4 f
‡ '; .
9 9 . E 'E 56 cD 9#9 9? -41%9 E 69Q; :>#; BL M> 9 JI 9? $; ?> *> 9 9/]u > +6 %9 9Qm
9 D ”9 '@ :9
; =9 D 4 ~
9 bD P9 49 G
“Ketahuilah bahwa sisa bekas bersuci ada dua : jenis pertama adalah sisa air dari anggota
tubuh yang telah habis pakai, maka ini Musta’mal yang tidak boleh menggunakannya
sebagaimana yang telah berlalu. Jenis yang kedua adalah sisa air pada bejana setelah habis
digunakan, maka tidak ada halangan untuk menggunakan bekas pakainya dan juga tidak
mengapa sekelompok orang menggunakannya air pada satu wadah secara bersamasama”.
Alasan bahwa air Musta’mal suci tapi tidak mensucikan adalah sebagaimana
dikatakan oleh Syaikh Al Bujaimiry dalam “Al Hasiyah alal Khothib” (1/254) :
> C> !>Cg
; 9 > z&@ 09 X E g
9 Xg2
9 9Q54 sœ 14 uD ?E 'E !; 4 E XK zq2
9 b4D 09 (E 9 4 !>C4 G @ Q9 ; :98
; QE D J7 9QD @ 9Q; :>#; O@ ; ?9 +> ]1%> > •
9 1> :E; 6 : ‡ !@d; 9
. z> > X' > P@ \9 )9 R9 9Q54 ^Bzd9 9 > >9Q; :>#; $; ?> O9 @?E $; Y> 49 s‡ 14 uD ?E 4 !>9 G > '@ !; 4 9
“diperselisihkan alasan pelarangan penggunaan air Musta’mal. Dikatakan dan ini yang
rojih bahwa air tersebut menjadi tidak mutlak sebagaimana yang dirojihkan oleh Imam
Nawawi dalam tahqiqnya dan juga selain beliau. Ada juga yang mengatakan ia air mutlak
namun dilarang penggunaannya dalam rangka ibadah sebagaimana ditegaskan oleh
Imam Ar-Rofi’I”.
Barangkali pendapat yang rajih sebagaimana dhohir dari pendapat Imam Syafi’I
dalam kitab Al Umm ini adalah air Musta’mal suci dan mensucikan. Imam Ibnu Hazm
telah menegaskan status air Musta’mal ini bahwa ia suci dan mensucikan dan beliau
telah menyanggah pendapat para ulama yang berbeda dalam masalah ini dengan
bantahan yang bersemangat disertai komentar-komentar pedasnya. Dalam “Al Muhalla”
(masalah no. 141) beliau menegaskan :
P b.0 &c J 0( GBR0= „ ' J? BR J0# G+Pm1 P 8< Nc5 G),R Q:8 JP J0.0
+1 +='" !P 0 N ('P * *'? ‹R P ž.0: 5 J0# G(
+P !P P 8: (0EQXQ!9:94 J¡ 9? EBm
@ 9 3; 14 4 J… 98[ 3E :E8
; ?9 4 ; 4 > ,>9<D $9 ?> 3; Y6 ; ?> B‡ M9 4 J… 9R ; 4 'œ "4 #9 -41%9 ; 4 -9.'; ?9 3; :E; 56 D K@9 ) HPh w ? ? ? ŽK B¤ 0( R0 18 ,0. T J ”':= BMŽ £ ‹ Go¢ „ J? 5 3
/:P' H1R Bm8? /15 ¥Ž H1R) :31# !1% -12 0# .:goP e0uC? $C!:? eV
hBM * $C!:? eV ' w o¢ „ OP J? w!o¦ £ ‹ Gw¢ „ \‹8 !1% = 3 (J B— „ K 0/t
!"# $% { €='– 0( { `` $P Bd% h `B8? h `` 0P h ˜'%Ž $P h 3!18 $P h O!P $P Bd%
$? #'P q8? 31# !1% -12 0# ) :H 0? HP O!P' $% !C% $P BQ™ $P Bd% $% &0}
$? !% P 8<! J cb= ž.0:? 5 T \‹#Ž ( $? h •1:¢ ‹ eVŽ $? ? (B!P 5 J?
Nc B(? 5 ƒB=  *'P G+P 8 § J0.0 T 0% 5 cY( GC'? K P2 i't
JŽ K B= `'= K ¨ GZC!P Q:8? J? c( G' ¨ ec P 8 ¨ GH18 •Y P HS. B J N
'/u= „ 3!1# M & 5 ƒB= *'d G'© 01 ' J? cb! G0 P '/t &c J $? 'uC (
$8 0 0( * ? w1š Ž ? c( G' 0% /u T Q:8? ' J? RU? B B=BR J‚ ŽK ª} 0
* Pg2 O!V `` 0h | &0} !"# 0 = 0( GAP | $P Ju% x 3!('P &'od
“Wudhu dengan menggunakan air Musta’mal adalah diperbolehkan, begitu juga mandi
untuk janabah, sama saja apakah terdapat air selainnya atau tidak, yaitu air yang
digunakan untuk berwudhu atau mandi janabah itu sendiri atau selainnya, sama saja
apakah yang berwudhu itu laki-laki atau perempuan. Dalilnya adalah firman Allah :
“dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah” (QS. Al
Maidah (5) : 6).
Ayat ini umum untuk seluruh air tanpa ada pengkhususan. Dan juga sabda Nabi :
“Dijadikan untuk kami bumi semuanya sebagai masjid dan tanah dapat dijadikan alat bersuci
selama tidak mendapatkan air ”.
Nabi juga meng-umum-kannya tanpa mengkhususkannya. Sehingga tidak boleh
mengkhususkan air itu terlarang digunakan sesuatu yang tidak dikhususkan oleh Nash
lain atau ijma yang pasti. Ar Robii’ binti Maudz berkata : ‘bahwa Rasulullah mengusap kepalanya dengan bekas air yang ada di tangannya’. Adapun dalil dari ijma
adalah tidak akan berselisih 2 orang Muslim bahwa setiap orang yang berwudhu ia akan
mengambil air lalu mencuci kedua lengannya dari mulai ujung jari tangan sampai siku,
demikian juga semua anggota wudhu pada saat berwudhu dan pada saat mandi Janabah.
Diketahui secara darurat/pasti oleh orang yang menyaksikan tatacara tersebut, bahwa air
yang ditampung oleh telapak tangan lalu dicucikannya dari ujung lengan sampai yang
terakhir (sikunya) ini adalah air Musta’mal (bekas) secara pasti. Lalu ia celupkan kembali
tangannya ke bejana dimana bercucuran air yang telah mengenai anggota tubuh, lalu ia
mengambil air lain untuk anggota wudhu lainnya, maka secara pasti diketahui oleh orang
yang akalnya masih selamat bahwa ia tidak bersuci untuk anggota tubuhnya yang kedua
kecuali dengan air baru yang telah bercampur dengan air Musta’mal (bekas pakai) pada
saat membasuh anggota tubuh lainnya, ini adalah sesuatu yang tidak mungkin dapat
dihindari. Ini adalah pendapatnya (yang mengatakan air Musta’mal suci dan mensucikan)
dari kalangan ulama seperti : Imam Hasan Al Bashri, Imam Ibrohim An Nakho’iy, Imam
Athoo bin Robaah, Imam Sufyan Ats-Tsauri, Imam Abu Tsaur, Imam Dawud dan semua
madzhab dhohiri”.
Download