Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan
dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen
itu. Jadi manajemen itu suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Ada
beberapa definisi tentang manajemen pada umumnya, walaupun definisi itu beragam
bunyinya, tetapi pada pokoknya unsur-unsur yang ada didalamnya adalah sama
diantaranya adalah :
Hasibuan (2010 : 2) mengatakan bahwa Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur
proses pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif
dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Handoko (2003 : 8) mengatakan bahwa Manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi
dan penggunaan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan
Definisi di atas menjelaskan manajemen adalah usaha mencapai tujuan tertentu
melaluai kegiatan orang-orang.
11
Dalam definisi ini manajemen menitik-beratkan pada usaha memanfaatkan orang
lain dalam pencapaian tujuan tersebut, maka orang-orang dalam organisasi harus jelas
wewenang, tugas dan tanggung jawab pekerjaannya.
Terry, Hasibuan (dalam Permadi 2008 : 8) mengemukakan bahwa Management is a
distinct process consisting of planning, organizing, actuating, and controlling,
performed to determine and accomplish stated objectives by the use human being and
other resources.
Apabila diterjemahkan secara bebas maka pengertian manajemen adalah suatu
proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya.
Pengertian dari masing-masing proses tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Perencanaan, berarti bahwa para manajer memikirkan kegiatan-kegiatan mereka
sebelum dilaksanakan. Berbagai kegiatan ini biasanya didasarkan pada berbagai
metode, rencana atau logika, bukan hanya atas dasar dugaan atau firasat.
2.
Pengorganisasian, berarti para manajer mengkoordinasikan sumber daya, sumber
daya manusia dan material organisasi. Semakin terkoordinasi dan terintegrasi
kerja
organisasi,
semakin
efektif
pencapaian
tujuan-tujuan
Pengkoordinasian merupakan bagian vital pekerjaan manajer.
12
organisasi.
3.
Pengarahan, berarti bahwa para manajer mengarahkan, memimpin dan
mempengaruhi bawahan. Manajer tidak melakukan semua kegiatan sendiri, tetapi
menyelesaikan tugas-tugas melalui orang-orang lain. Mereka juga tidak sekedar
memberikan perintah, tetapi menciptakan iklim yang dapat membantu para
bawahan melakukan pekerjaan secara paling baik.
4.
Pengawasan, berarti para manajer berupaya untuk menjamin bahwa organisasi
bergerak ke arah tujuan-tujuannya. Bila beberapa bagian organisasi ada pada
jalur yang salah, manajer harus membetulkannya.
Dari definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1.
Manajemen merupakan perpaduan antara ilmu dan seni.
2.
Manajemen merupakan proses yang sistematis, terkoordinasi, kooperatif, dan
terintegrasi dalam memanfaatkan unsur-unsurnya (men, money, methods,
materials, machines and market, yang disingkat 6M).
3.
Manajemen terdiri dari beberapa fungsi, yaitu perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), dan pengendalian
(controlling).
4.
Manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan.
2.2 Pengertian dan Fungsi Manajemen Sumberdaya Manusia
2.2.1 Pengertian Manajemen Sumberdaya Manusia
13
Adapun pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia, penulis kutip dari
beberapa para ahli sebagai berikut :
Ranupanojo dan Husnan (skripsi Permadi 2008 : 10) mengemukakan bahwa
Manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan
dari
pengadaan,
pengembangan,
pemberian
kompensasi,
pengintegrasian dan pemeliharaan tenaga kerja dengan maksud untuk membantu
mencapai tujuan perusahaan, individu dan masyarakat.
Manulang (skripsi Permadi 2008 : 11) mengemukakan bahwa Manajemen
personalia adalah seni dan ilmu memperoleh, memajukan dan memanfaatkan
tenaga kerja, sehingga tujuan organisasi dapat direalisir secara daya guna
sekaligus adanya penggairahan bekerja dan para pekerja.
Nitisemito (skripsi Permadi 2008 : 11) mengemukakan bahwa Manajemen adalah
ilmu dan seni untuk melaksanakan antara planning, organizing, controlling,
sehingga efektivitas dan efisiensi personalia dapat ditingkatkan semaksimal
mungkin dalam pencapaian tujuan.
Hasibuan (2010 : 10) mengemukakan bahwa Manajemen personalia adalah ilmu
dan seni mengatur hubungan dan peranan sumber agar efektif dan efisien
membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.
14
Dari beberapa pengertian di atas maka Manajemen Personalia merupakan
bagian dari manajemen yang menitik-beratkan kepada urusan kepegawaian atau
seni mengatur dalam hal kepegawaian dengan melaksanakan proses pencapaian,
pelaksanaan dan pengontrolan yang berhubungan dengan mendapatkan,
mengembangkan, memelihara dan memanfaatkan. Ini berarti meliputi kegiatan
mulai dari penentuan, penarikan, menseleksi, menempatkan, mendidik dan
melatih, memberikan balas jasa sampai kepada memotivasi para pegawai untuk
mendapatkan kepuasan kerja sehingga menimbulkan semangat kerja yang tinggi
terhadap para pegawai dalam pencapaian tujuan. Dalam perkataan lain
manajemen personalia menyangkut usaha penciptaan kondisi pekerjaan yang
lebih baik serta hubungan kemanusiaan yang layak sehingga tujuan perusahaan,
pegawai dan masyarakat dapat terwujud.
2.2.2 Fungsi-fungsi Manajemen Sumberdaya Manusia
Penyelenggaraan manajemen sumberdaya manusia mengandung beberapa
macam kegiatan yang harus dilaksanakan untuk memperoleh gambaran kerja
tentang
pembagian
kerja/fungsi
dan
aktivitas
manajemen
personalia,
sebagaimana pendapat beberapa para ahli, yang diantaranya :
Flippo (skripsi Permadi 2008 : 12), mengemukakan bahwa fungsi-fungsi
manajemen tersebut adalah sebagai berikut :
1. Managerial Function
a. Planning (Perencanaan)
15
b. Organizing (Pengorganisasian)
c. Directing (Pengarahan)
d. Controlling (Pengendalian)
2. Operative Function
a. Procurement (pengadaan)
b. Development (Pengembangan)
c. Compensation (Pengaturan Balas Jasa)
d. Integration (Integrasi)
e. Maintenance (Pemeliharaan)
f. Separation (Pemberhentian)
Penerapan dari fungsi manajerial tersebut dalam manajemen personalia
dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Planning
Untuk manajer personalia perencanaan berarti bahwa menentukan lebih dulu
program personalia yang akan membantu pencapaian tujuan perusahaan yang
telah ditetapkan.
b. Organizing
Setelah apa yang akan dilakukan telah diputuskan, maka perlu dibuat
organisasi untuk melaksanakannya. Jika perusahaan telah menentukan
fungsi-fungsi yang harus dijalankan oleh karyawan, maka manajer personalia
haruslah membentuk organisasi dengan merancang susunan dari berbagai
hubungan antara jabatan, personalia dan faktor-faktor fisik.
16
c. Directing
Kalau kita sudah punya rencana tersebut, maka sudah selayaknya kalau
fungsi selanjutnya adalah melaksanakan pekerjaan tersebut. Berarti
mengusahakan agar karyawan mau bekerja sama secara efektif.
d. Controlling
Setelah fungsi-fungsi personalia dilaksanakan maka fungsi selanjutnya yang
harus
dilaksanakan
adalah
pengawasan,
yaitu
mengamati
dan
membandingkan pelaksanaan dengan rencana dan mengoreksinya apabila
terjadi penyimpangan, atau jika perlu menyesuaikan kembali dengan rencana
yang telah dibuat.
Selanjutnya penerapan dari fungsi operatif dalam manajemen personalia
dapat diuraikan sebagai berikut :
a.
Procurement
Fungsi ini bertujuan untuk memperoleh jumlah dan jenis karyawan yang
tepat untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam fungsi ini tercakup penentuan
bahan tenaga kerja dan penarikannya, seleksi dan penempatannya.
b. Development
Setelah pegawai diperoleh, maka tugas selanjutnya adalah meningkatkan
pengetahuan, keterampilan serta kecakapannya melalui pendidikan dan
latihan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan sebaik mungkin. Kegiatan
ini menjadi penting sehubungan dengan perkembangan teknologi dan makin
kompleksnya tugas manajer.
17
c.
Compensation
Fungsi ini dirumuskan sebagai pemberian balas jasa atau imbalan yang
memadai dan layak kepada karyawan dengan kontribusi yang telah mereka
berikan kepada perusahaan.
d.
Integration
Integrasi merupakan suatu tindakan yang menyangkut penyesuaian
keinginan dari para pegawai dengan keinginan organisasi, untuk itu para
manajer perlu memahami sikap dari karyawan untuk mempertimbangkan
dalam pembuatan berbagai kebijaksanaan organisasi.
e.
Maintenance
Fungsi ini bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kondisikondisi yang telah ada, yang meliputi pemeliharaan kesehatan dan
keselamatan kerja serta komunikasi dengan pegawai.
f.
Separation
Merupakan fungsi terakhir, jika pada fungsi operasional yang pertama,
perusahaan berusaha untuk memperoleh/menarik tenaga kerja maka fungsi
terakhir untuk meningkatkan efektivitas kerja karyawan diperlukan
penyempurnaan dalam pelaksanaan tugas, apabila tindakan-tindakan lain
dalam penyempurnaan tugas tidak efektif, maka pemutusan hubungan kerja
(PHK) merupakan jalan terakhir setelah sebelumnya diberi surat peringatan
terlebih dahulu, yang pada akhirnya perusahaan harus mengembalikannya
lagi ke dalam kondisi yang sebaik mungkin.
18
2.3 Konsep Dasar Motivasi
2.3.1 Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata Motivation, yang artinya dorongan daya batin,
sedangkan to motivate artinya mendorong untuk berprilaku atau berusaha. Motivasi
dalam manajemen, lebih menitikberatkan pada bagaimana caranya mengarahkan daya
dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan
mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.
Pentingnya Motivasi karena Motivasi adalah hal yang menyebabkan,
menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias
untuk mencapai hasil yang optimasl. Motivasi semakin penting karena manajer
membagikan pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan
terintegrasi kepada tujuan yang diinginkan.
Perusahaan tidak hanya mengharapkan karyawan mampu, cakap dan terampil
tetapi yang terpenting mereka memiliki keinginan untuk bekerja dengan giat dan
mencapai hasil kerja yang baik.
T. Hani Handoko (2003:252) mengatakan bahwa pengertian motivasi adalah
sebagai berikut :
“Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong
keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna
mencapai tujuan.”
19
Penjelasan mengenai konsep motivasi manusia menurut Abraham Maslow
(dalam Robbin, 2008: 223) mengacu pada lima kebutuhan pokok yang disusun secara
hirarkis. Tata lima tingkatan motivasi secara secara hierarkis ini adalah kebutuhan
fisiologis, rasa aman, kepemilikan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri.
2.3.2 Indikator Motivasi
Menurut Abraham Maslow bahwa pada setiap diri manusia itu terdiri atas
lima kebutuhan yaitu Kebutuhan Fisik terdiri dari kebutuhan akan perumahan,
makanan, minuman, dan kesehatan. Kebutuhan rasa aman dalam dunia kerja, pegawai
menginginkan adanya jaminan sosial tenaga kerja, pensiun, perlengkapan
keselamatan kerja, dan kepastian dalam status kepegawaian. Kebutuhan sosial,
kebutuhan ini berkaitan dengan menjadi bagian dari orang lain, dicintai orang lain,
dan mencintai orang lain. Kebutuhan pengakuan, kebutuhan yang berkaitan tidak
hanya menjadi bagian dari orang lain. Sedangkan kebutuhan untuk aktualisasi diri,
yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill, dan potensi.
20
Aktualisasi diri
Penghargaan diri
Kepemilikan sosial
Rasa aman
Kebutuhan fisiologis
Sumber : Abraham Maslow
Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan Maslow
Semakin ke atas kebutuhan seseorang semakin sedikit jumlah atau kuantitas
manusia yang memiliki kriteria kebutuhannya.
1. Kebutuhan Fisiologis
Ini adalah kebutuhan biologis. Mereka terdiri dari kebutuhan oksigen,
makanan dan air. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan yang kuat karena jika
seseorang tidak diberi semua kebutuhan, fisiologis yang akan datang pertama
dalam pencarian seseorang untuk kepuasan.
2. Kebutuhan Keamanan
Ketika semua kebutuhan fisiologis puas dan tidak mengendalikan pikiran lagi
dan perilaku, kebutuhan keamanan dapat menjadi aktif. Orang dewasa
memiliki sedikit kesadaran keamanan mereka kebutuhan kecuali pada saat
21
darurat atau periode disorganisasi dalam struktur sosial (seperti kerusuhan
luas). Anak-anak sering menampilkan tanda-tanda rasa tidak aman dan perlu
aman.
3. Kebutuhan Cinta, Sayang dan Kepemilikan
Ketika kebutuhan untuk keselamatan dan kesejahteraan fisiologis puas, kelas
berikutnya kebutuhan untuk cinta, sayang dan kepemilikan dapat muncul.
Maslow menyatakan bahwa orang mencari untuk mengatasi perasaan
kesepian dan keterasingan. Ini melibatkan kedua dan menerima cinta, kasih
sayang dan memberikan rasa memiliki.
4. Kebutuhan Esteem (Penghargaan)
Ketika tiga kelas pertama kebutuhan dipenuhi, kebutuhan untuk harga bisa
menjadi dominan. Ini melibatkan kebutuhan baik harga diri dan untuk
seseorang mendapat penghargaan dari orang lain. Manusia memiliki
kebutuhan untuk tegas, berdasarkan, tingkat tinggi stabil diri, dan rasa hormat
dari orang lain. Ketika kebutuhan ini terpenuhi, orang merasa percaya diri dan
berharga sebagai orang di dunia. Ketika kebutuhan frustrasi, orang merasa
rendah, lemah, tak berdaya dan tidak berharga.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri dapat diartikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dan
penggunaan semua bakat, potensi, serta penggunaan semua kualitas dan
22
kapasitas secara penuh. Karena aktualisasi diri adalah kebutuhan yang paling
tinggi, maka ia menjadi kebutuhan yang paling rendah prioritasnya. Orang
harus memenuhi keempat kebutuhan di bawahnya untuk merasa butuh akan
aktualisasi-diri. Karena itu, menurut Maslow, sangat sedikit di dunia ini orang
yang sudah mencapai tahap aktualisasi-diri; kurang dari 1 (satu) persen dari
seluruh manusia yang ada di bumi.
2.4 Produktivitas Kerja Karyawan
2.4.1 Pengertian Produktivitas Kerja
Simanjuntak (skripsi Noviana 2007 : 16) mengemukakan bahwa
Produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai
(output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input).
Dengan kata lain bahwa produktivitas ada dua dimensi, yaitu :
1. Dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah pada pencapaian untuk
kerja yang maksimal, yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas,
kuantitas dan waktu.
2. Dimensi kedua adalah efesiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan
input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut
dilaksanakan.
23
Siagian (2002) mengatakan bahwa Produktivitas kerja adalah Suatu sikap mental
yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih
baik dari kemarin dan esok harus lebih baik dari hari ini.
Handoko (2003) mengatakan bahwa Produktivitas dapat didefinisikan sebagai
hubungan masukan-masukan dan keluaran-keluaran suatu sistem produksi.
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan
sumberdaya yang ada agar lebih efektif dan efisien.
2.4.2 Indikator Produktivitas Kerja
Indikator-indikator yang dapat menunjukan produktivitas kerja karyawan
menurut Hasibuan (2010 : 51) adalah sebagai berikut :
1. Tingkat Absensi Karyawan
Tingkat absensi karyawan dapat digunakan sebagai alat ukur untuk
mengetahui produktivitas kerja karyawan, karena absensi merupakan data yang
menyangkut tanggung jawab karyawan terhadap pelaksanaan tugasnya masingmasing.
Tingginya tingkat absensi akan berpengaruh terhadap efektifitas dan
efisiensi jalannya operasi perusahaan. Apabila karyawan sering absen, maka akan
menghambat jalannya proses produksi.
24
Rumus yang digunakan untuk menghitung persentasi absensi karyawan
adalah :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑎𝑏𝑠𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
× 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
2. Tingkat Perputaran Tenaga Kerja (Labour Turn Over/LTO)
Tingkat perputaran tenaga kerja suatu perusahaan dapat juga digunakan
sebagai alat ukur untuk mengetahui tingkat produktivitas kerja karyawan, karena
besar kecilnya perputaran karyawan yang terjadi dapat menunjukan ada tidaknya
kesenangan mereka bekerja pada perusahaan tersebut.
Tingginya tingkat perputaran tenaga kerja akan berpengaruh terhadap
efektivitas dan efisiensi jalannya operasi perusahaan, karena perusahaan harus
mengeluarkan biaya tambahan untuk merekrut karyawan baru.
Rumus yang digunakan untuk persentasi LTO adalah :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
× 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Selain 2 (dua) indikator yang telah disebutkan diatas, indikator lain yang
dapat digunakan untuk menilai produktivitas kerja karyawan menurut Siagian
(2002 : 30) adalah sebagai berikut :
1. Kedisiplinan Kerja Karyawan
25
Dimana karyawan secara sadar dan rela mau mentaati dan melaksanakan
seluruh norma-norma, moral dan etika keberadaan ditempat tugas sesuai dengan
jam kerja yang berlaku, kesediaan bekerja lembur apabila diminta, kewajiban
lapor pada atasan apabila seseorang terpaksa mangkir atau sakit, termasuk
kedisiplinan dalam berpakaian.
2. Peningkatan Prestasi Karyawan
Dalam hal ini karyawan selalu berusaha untuk meningkatkan prestasinya,
baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
3. Tanggung Jawab Karyawan
Dalam melaksanakan tugasnya, karyawan tidak menunda-nunda pekerjaan
melainkan termotivasi untuk dapat bekerja dengan lebih baik.
Melalui indikator-indikator di atas maka kita dapat mengukur produktivitas
kerja karyawan pada perusahaan dan dengan memperhatikan hal tersebut dapat
pula dicari upaya-upaya peningkatannya.
2.5 Hubungan Motivasi dengan Produktivitas Kerja
Produktivitas merupakan suatu aspek yang penting bagi perusahaan karena
apabila tenaga kerja dalam perusahaan mempunyai produktivitas kerja yang tinggi,
maka perusahaan akan memperoleh keuntungan dan hidup perusahaan akan terjamin.
Untuk meningkatkan produktivitas kerja perlu adanya tenaga kerja yang
memiliki keterampilan dan keahlian bekerja, karena apabila tenaga kerja tidak
26
memiliki keahlian dan keterampilan akan berakibat menurunnya produktivitas dan
merugikan perusahaan.
Produktivitas dipengaruhi berbagai faktor, baik yang berhubungan dengan
tenaga kerja itu sendiri maupun factor-faktor lainnya, seperti pendidikan,
keterampilan, disiplin kerja, sikap, etika, manajemen, motivasi kerja, teknologi,
sarana, produksi, kesempatan kerja dan kesempatan berprestasi serta lingkungan kerja
yang mendukung.
Produktivitas yang tinggi dapat dicapai jika didukung para karyawan yang
mempunyai motivasi dan lingkungan kerja dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya.
Motivasi dapat menimbulkan kemampuan bekerja serta bekerja sama, maka
secara tidak langsung akan meningkatkan produktivitas. Sedangkan apabila motivasi
karyawan lebih tinggi tetapi tidak didukung lingkungan kerja yang nyaman untuk
bekerja maka hasil produktivitas kerja tidak baik.
Motivasi kerja karyawan tersebut dapat dilakukan melalui pemenuhan kebutuhan
karyawan berdasarkan teori kebutuhan Abraham maslow. Kebutuhan karyawan dari
mulai tingkat fisiologis sampai dengan aktualisasi diri yang terpenuhi akan
memberikan efek yang positiv. Efek tersebut adalah adalah terciptanya keinginan
serta semangat kerja yang tinggi. Kedua hal tersebut akan membuat karyawan
termotivasi dalam bekerja.
Melalui motivasi yang tinggi maka karyawan akan memiliki keinginan yang
tinggi untuk bekerja sehingga produktivitas kerja karyawan juga akan meningkat.
27
Download