bab ii tinjauan pustaka - Perpustakaan Universitas Mercu Buana

advertisement
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi
llmu pada dasarnya adalah pengetahuan tentang suatu hal, baik yang
menyangkut alam (natural) atau sosial (kehidupan masyarakat), yang diperoleh
manusia melalui proses berpikir. Pengertian ilmu dalam dunia ilmiah menuntut tiga
ciri; yaitu pertama, llmu harus merupakan suatu pengetahuan yang didasarkan pada
logika; kedua, ilmu harus terorganisasikan secara sistematik, ketiga, ilmu harus
berlaku umum.9
Komunikasi pada dasarnya merupakan proses penyampaian pesan dari seorang
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat bantu yang pada akhirnya
menimbulkan efek atau akibat. Komunikasi diartikan sebagai suatu proses berbagi
(share) pesan dari satu pihak menjadi milik bersama.
Ilmu komunikasi adalah salah satu ilmu pengetahuan sosial yang bersifat
multidisipliner. Disebut demikian karena pendekatan-pendekatan yang dipergunakan
berasal dari dan menyangkut berbagai bidang keilmuan (displin) lamnya seperti
linguistik,
sosiologi,
psikologi,
antropologi,
politik,
dan
ekonomi.
Sifat
"kemultidisiplinan" ini tidak dapat dihindari karena objek pengamatan dalam ilmu
9
S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, Universitas Terbuka-Jakarta, 2002
10
11
komunikasi sangat luas dan kompleks, menyangkut berbagai aspek sosial, budaya,
ekonomi dan politik dari kehidupan manusia.
llmu komunikasi sebagai salah satu ilmu pengetahuan sosial, pada dasarnya
difokuskan
pada
pemahaman
tentang
bagaimana
tingkah
laku
manusia
dalam menciptakan dan menginterpretasikan pesan-pesan untuk tujuan tertentu.
Teori pada dasarnya merupakan "konseptualisasi atau penjelasan logis dan
empiris tentang suatu fenomena". Teori memiliki dua ciri umum; pertama. semua
teori adalah abstraksi tentang suatu hal, dengan demikian teori sifatnya terbatas. Teori
tentang radio kemungkinan besar tidak dapat dipergunakan untuk menjelaskan hal-hal
yang menyangkut televisi. Kedua, semua teori adalah konstruksi ciptaan individual
manusia, oleh sebab itu sifatnya relative, dalam arti tergantung pada cara pandang
pencipta teori, sifat, dan aspek hal yang diamati, serta kondisi-kondisi lain yang
mengikat seperti waktu, tempat, dan lingkungan sekitarnya.
Teori komunikasi pada dasarnya merupakan "konseptualisasi atau penjelasan
logis tentang fenomena peristiwa komunikasi daiam kehidupan manusia". Peristiwa
yang dimaksud, seperti yang dimaksud oleh Better dan Chaffee, mencakup produksi,
proses, dan pengaruh dan system-system tanda dan lambang yang terjadi dalam
kehidupan manusia.
Sifat dan tujuan teori, menurut Abraham Kaplan (1964) adalah bukan semata
untuk menemukan fakta yang tersembunyi, tetapi juga suatu cara untuk melihat fakta,
mengorganisasikan serta mempresentasikan fakta tersebut. Teori yang baik adalah
teori yang konseptualisasi dan penjelasannya didukung oleh fakta serta dapat
12
diterapkan dalam kehidupan nyata. Apabila konsep dan penjelasan teori tidak sesuai
dengan realitas maka keberlakuannya diragukan dan teori demikian tergolong teori
semu.
Ada beberapa patokan yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam
mengevaluasi teori; pertama, adalah cakupan teoritis (theoretical scope). Yang jadi
persoalan pokok disini adalah apakah suatu teori yang dibangun memiliki prinsip
generality atau keberlakuan umum.
Patokan yang kedua adalah kesesuaian (appropriateness), yakni apakah isi teori
sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan atau permasalahan-permasalahan teoritis yang
diteliti. Patokan yang ketiga adalah heuristic, yang dipertanyakan adalah apakah
suatu teori yang dibentuk punya potensi untuk menghasilkan penelitian atau teoriteori lainnya yang berkaitan. Patokan yang keempat adalah Validitas (validity) atau
konsistensi internal dan eksternal, konsistensi internal mempersoalkan apakah konsep
dan penjelasan teori konsisten dengan pengamatan, sementara itu konsistensi
eksternal mempertanyakan apakah teori yang dibentuk didukung oleh teori-teori
lainnya yang telah ada. Patokan yang kelima adalah kesederhanaan (Parsimony), inti
pemikirannya adalah bahwa teori yang baik adalah teori yang berisikan penjelasanpenjelasan yang sederhana.10
Penjelasan dalam teori dapat dibagi dalam dua kategori yaitu penjelasan yang
memfokuskan pada orang atau pelaku (person centered) dan penjelasan yang
memfokuskan pada situasi (situation centered). Penjelasan yang memfokuskan pada
10
S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, Universitas Terbuka-Jakarta, 2002, hal 11
13
orang atau pelaku menunjuk pada faktor-faktor internal yang ada dalam diri
seseorang (pelaku), sementara penjelasan yang memfokuskan pada situasi menunjuk
pada faktor-faktor yang ada diluar diri orang tersebut.
Salah satu konteks atau tingkatan analisis dan teori-teori komunikasi yaitu
komunikasi massa dimana komunikasi dilakukan melalui media massa yang
ditujukan kepada sejumlah khalayak yang besar. Proses komunikasi massa
melibatkan aspek-aspek komunikasi intra pribadi, komunikasi antar pribadi,
komuniksi kelompok dan komunikasi organisasi.
Teori-teori komunikasi massa umumnya memfokuskan perhatiannya pada halhal yang menyangkut struktur media, hubungan media dengan masyarakat, hubungan
antara media dan khalayak, aspek-aspek budaya dari komunikasi massa, serta dampak
atau hasil komunikasi massa terhadap individu.
2.2. Komunikasi Massa
Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu sisi mengandung pengertian
suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada
publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari,
digunakan, dan dikonsumsi oleh audience. Pusat dari studi mengenai komunikasi
massa adalah media. Media merupakan organisasi yang menyebarkan informasi yang
berupa produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya
dalam masyarakat, sebagaimana dengan politik atau ekonomi, media merupakan
14
suatu sistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang
lebih luas.
Proses komunikasi massa dapat dibahas dengan model S-M-C-R-E atau dapat
mengikuti formula Harold D.Lasswell, "Who Says What In Which Channel To Whom
and With What Effect?" Dalam pembahasan ini akan dititikberatkan kepada
bagaimana media komunikasi itu mencapai dan mempengaruhi khalayaknya. Pusat
perhatian kita tujukan kepada arus komunikasi massa, mulai dari pesan-pesan yang
disampaikan melalui media massa, sampai kepada tanggapan atau efek pesan dari
anggota-anggota di dalam mass audience. Dengan bantuan model ini kita akan
memusatkan perhatian kepada aliran pesan-pesan komunikasi massa sejak
disebarluaskan melalui media massa, hingga mencapai dan memperoleh efek dari
khalayak massa (mass audience) yang terakhir.11
Teori stimulus-respons pada dasarnya merupakan suatu prinsip dasar yang
sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan
demikian, seseorang dapat menjelaskan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media
dan reaksi audience. McQuail (1994:234) menjelaskan elemen utama dari teori ini
adalah pesan (Stimulus), seorang penerima atau receiver (Organisme) dan efek
(Respons).
Prinsip stimulus-respons ini merupakan dasar dari teori jarum hipodermik, teori
klasik mengenai proses terjadinya efek media massa yang sangat berpengaruh.
11
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia-Jakarta, 2004.
15
Seperti yang telah dijelaskan diatas, teori jarum hipodermik memandang bahwa
sebuah pemberitaan media massa diibaratkan sebagai obat yang disuntikkan kedalam
pembuluh darah audience, yang kemudian audience akan bereaksi seperti yang
diharapkan.
Dalam
masyarakat
massa,
dimana
prinsip
stimulus-respons
mengansumsikan bahwa pesan informasi dipersiapkan oleh media dan didistribusikan
secara sistematis dan dalam skala yang luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut
dapat diterima oleh sejumlah besar individu, bukan ditunjukkan pada orang per orang.
Kemudian sejumlah besar individu itu akan merespons pesan informasi itu.
Penggunaan teknologi telematika yang semakin luas dimaksudkan untuk reproduksi
dan distribusi pesan informasi itu sehingga diharapkan dapat memaksimalkan jumlah
penerima dan respons oleh audience, sekaligus meningkatkan respons oleh audience.
Pada tahun 1970, Melvin DeFleur melakukan modifikasi terhadap teori
stimulus-respons dengan teorinya yang dikenal sebagi perbedaan individu dalam
komunikasi massa (individual differences). Disini diasumsikan, bahwa pesan-pesan
media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi secara berbeda-beda dengan
karakteristik pribadi dari para anggota audience. Teori DeFleur ini secara eksplisit
telah mengakui adanya intervensi variable-variabel psikologis yang berinteraksi
dengan terpaan media massa dalam menghasilkan efek. Berangkat dari teori
perbedaan individu dan stimulus-respons ini, DeFleur mengembangkan model
psikodinamik yang didasarkan pada keyakinan bahwa kunci dari persuasi yang efektif
terletak pada modifikasi struktur psikologis internal dan individu.
16
Melalui modifikasi inilah respons tertentu yang diharapkan muncul dalam
perilaku individuakan tercapai. Esensi dari model ini adalah fokusnya pada vriabelvariabel yang berhubungan dengan individu sebagai penerima pesan, suatu kelanjutan
dari asumsi sebab akibat, dan mendasarkan pada perubahan sikap sebagai ukuran bagi
perubahan perilaku (Sendjaja, 2002:5.14).12
Analisis media mengenal adanya dua dimensi komunikasi massa. Dimensi
pertama memandang dan sisi media kepada masyarakat luas beserta institusiinstitusinya. Pandangan ini menggambarkan keterkaitan antara media dengan
berbagai institusi lain seperti politik, ekonomi, pendidikan, agama, dan sebagainya.
Teori-teori yang menjelaskan keterkaitan tersebut, mengkaji posisi atau kedudukan
media dalam masyarakat dan terjadinya saling mempengaruhi antara berbagai
struktur kemasyarakatan dengan media. Pendekatan ini merupakan dimensi makro
dan teori komunikasi massa.
Dimensi kedua melihat kepada hubungan antara media dengan audience, baik
secara kelompok maupun individual. Teori-teori mengenai hubungan antara media
dengan audience, terutama menekankan pada efek-efek individu dan kelompok
sebagai hasil interaksi dengan media. Pendekatan ini disebut sebagai dimensi mikro
dan teori komunikasi massa.
Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar,
majalah, radio, televisi, dan film. Dalam kerangka behaviorisme, media massa adalah
faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik,
12
H.M Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Pranada Media Group, 2007
17
pelaziman operan, atau proses imitasi (belajar sosial). Khalayak sendiri dianggap
sebagai kepala kosong yang siap untuk menampung seluruh pesan komunikasi yang
dicurahkan kepadanya. Pesan komunikasi dianggap sebagai "benda" yang dilihat
sama baik oleh komunikator maupun komunikate.13
Studi tentang komunikasi massa pada umumnya membahas tentang efek. Dalam
hal ini terdapat dua aliran yang banyak mewarnai teori-teori komunikasi massa.
Aliran pertama beranggapan bahwa media massa memiliki efek yang langsung dapat
mempengaruhi individu sebagai audience, semenfara aliran kedua beranggapan
bahwa proses pengaruh dari media massa tidak terjadi secara langsung, melainkan
mclalui perantaraan hubungan komunikasi antar pribadi.
Aliran yang pertama adalah teori stimulus-respons yang pada gilirannya telah
memberi inspirasi pada teori jarum hipodemik yang sangat terkenal. Asumsi
stimulus-respons mengacu kepada isi media massa sebagai stimuli yang disebarkan
dan menerpa individu (organisme) akan menghasilkan respons tertentu yang
berkaitan dengan stimuli yang diberikan. Audience yang pasif secara langsung
dipengaruhi
oleh
apa
yang
mereka
lihat
dan
menerima
pesan
tanpa
mempertimbangkan manfaatnya.
Aliran yang kedua yang diwakili oleh teori komunikasi dua tahap
mengemukakan bahwa media tidak membuat orang langsung terpengaruh oleh
muatan informasi yang dibawanya. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa proses
pengaruh yang biasanya diartikan sebagai perubahan sikap dan perilaku terjadi justru
13
Jalalludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya-Bandung, 2000.
18
melalui perantaraan orang-orang yang dikenal dengan sebutan pemuka pendapat.
Dalam hal ini proses yang terjadi adalah pemuka pendapat memperoleh informasi
dari media, dan kemudian dapat menyebarluaskannya kepada orang-orang lain
disekitarnya. Pemuka pendapat ini pula yang berperan dalam merekomendasikan dan
mengkonfirmasikan perubahan sikap dan perilaku masyarakat disekitarnya. 14
Teori difusi inovasi merupakan gabungan dari prinsip-prinsip teori stimulusrespons dan teori komunikasi dua tahap. Artinya dengan memanfaatkan kekuatan
media massa sampai pada taraf tertentu, proses komunikasi juga melibatkan jaringan
antar pribadi yang akan memperkuat tingkat adopsi seseorang atas sesuatu inovasi.
2.3. Televisi sebagai saluran Komunikasi Massa
Menurut teori "uses and gratification", perbedaan motif dalam konsumsi media
massa menyebabkan kita bereaksi pada media massa secara berbeda pula. Lebih
lanjut ini berarti bahwa efek media massa juga berlainan pada setiap anggota
khalayaknya. Kepada pencari informasi media massa diduga mempunyai efek
kognitif yang menguntungkan. Kepada pencari identitas, media massa mungkin
menimbulkan efek afektif yang mengerikan. Kepada pencari model, media massa
mungkin mendorong perilaku yang meresahkan. Pendekatan "uses and gratification"
mempersoalkan apa yang dilakukan orang pada media, yakni mengutamakan media
sebagai alat pemuas kebutuhan.15
14
15
S. Djuarsa Sendjaja, Teori Korminikasi, Universitas Terbuka-Jakarta, 2002.
Jalalludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya-Banduiig, 2000.
19
Menurut Mc Luhan, media massa adalah perpanjangan dari alat indra kita.
Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang, atau tempat
yang tidak kita alami secara langsung. Dunia ini terlalu luas untuk kita masuki
semuanya. Media massa datang menyampaikan informasi tentang sosial dan politik;
televisi menjadi jendela kecil untuk menyaksikan berbagai peristiwa yang jauh dari
jangkauan alat indra kita.
Realitas yang ditampilkan media adalah realitas yang sudah diseleksi-realitas
tangan kedua (second hand reality). Televisi memilih tokoh-tokoh tertentu untuk
ditampilkan dan mengesampingkan tokoh yang lain. Karena kita tidak dapat dan tidak
sempat mengecek peristiwa-peristiwa yang disajikan media, kita cenderung
memperoleh informasi itu semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media
massa.
Teori Kultivasi merupakan salah satu teori yang membahas mengenai pengaruh
dampak dari media televisi. Asumsi dari teori ini yaitu; (1) Televisi merupakan media
komunikasi yang unik. (2) Semakin banyak seseorang menghabiskan waktu untuk
menonton televisi, semakin kuat kecenderungan orang menyamakan realitas televisi
dengan realitas sosial, (3) Light Viewers (penonton ringan) cenderung menggunakan
jenis media dan sumber informasi yang lebih bervariasi. Sementara Heavy Viewers
(penonton berat) cenderung mengandalkan televisi sebagai sumber informasi mereka.
(4) Terpaan pesan televisi yang terus menerus menyebabkan pesan tersebut diterima
khalayak sebagai pandangan konsensus masyarakat. (5) Televisi membentuk
mainstreaming (kemampuan memantapkan dan menyeragamkan berbagai pandangan
20
di masyarakat tentang dunia disekitar mereka) dan resonance (pengaruh pesan media
dalam persepsi realita dikuatkan ketika apa yang dilihat orang di televisi adalah apa
yang mereka lihat dalam kehidupan nyata), (6) Perkembangan teknologi baru
semakin
memperkuat
pengaruh
media
televisi.
Konteks
penelitian
yang
melatarbelakangi teori ini adalah menyangkut acara kekerasan di televisi dan
meningkatnya angka kejahatan di masyarakat.
2.4. Reality Show
Reality show adalah jenis tayangan yang menampilkan aktifitas nyata dari
pembawa acara dan segala aspek pendukung acara (talent, objek, loksi, situasi,
dramatika).16 Salah satunya Tayangan Deddy Corbuzier Master Mentalist, acara ini
membuat banyak orang kagum akan aksi yang diperlihatkan orang yang selama ini
menjadi sosok dunia magician Indonesia. Lewat atraksinya yang memukau membuat
banyak orang ingin melihat dan ikut berpartisipasi secara langsung atraksi dalam
pertunjukkan sulap yang diperagakannya.
Berbeda dengan show-show Dedy Courbuzier sebelumnya, kali ini tampil
dengan konsep ”One Man Show” dimana deddy corbuzier menjadi host dan
membawakan acaranya sendiri dengan kekuatan kata-katanya, Deddy akan
berinteraksi dengan audience dalam suasana yang hangat.
Fakta dan data mengatakan jenis tayangan reality show adalah tayangan televisi
terbanyak setelah tayangan berita yang dibuat di muka bumi ini. Dari sisi teknis,
16
Sony set, Menjadi Perancang Program Televisi Profesional, 2008
21
tayangan ini lebih mudah dan lebih cepat penggarapannya dibanding tayangan drama,
game show, ataupun variety show. Banyak sekali penulis acara televisi yang
berlomba menawarkan ide untuk diproduksi. Walaupun berbasis kenyataan, reality
show membutuhkan penanganan tersendiri dari para kreatornya, memolesnya menjadi
tayangan yang menarik dan memasukkan beberapa unsur dramatis. Unsur dramatis
yang dikedepankan dapat berupa rasa bahagia, takut dan senang. Tampilan ekspresi
dari objek yang dituju sedapat mungkin bisa terlihat menarik di depan kamera.17
2.4.1 Jenis-jenis Reality Show
Ada beberapa jenis-jenis reality TV yang dibuat RCTI dengan sebutan
reality show yang dimana mereka menyuguhkan program tersebut sedemikian
rill sehingga audiens/khalayak merasakan sesuatu yang beda dari biasanya
diantara lain :18
- Deddy Corbuzier Master Mentalist
- Tomy Rafael Master Hipnotis
- Mata-mata
- Rumah hadiah
- Tak ada yang abadi
- Bedah rumah
- Idola cilik
17
18
Ibid
http://www.rcti.com/show/
22
2.4.2 Krakteristik Reality Show
Program yang disesuaikan dalam reality televisi atau reality show ini
sangat unik, dimana keunikan menjadi unsur utama dalam pertunjukkan atraksi
sulap tunggal manapun dan merupakan unsur penilaian yang paling utama
dalam proses penilaian masyarakat.19 Karakteristik itu mencakup beberapa hal
dan salah satunya yaitu : sesuatu yang nyata dan rill serta original dan membuat
para audiens juga merasakan. Hal yang dirasakan oleh para penonton yang ada
di studio dan berpartisipasi secara langsung dalam program acara yang
disuguhkan atau dibuat oleh stasiun televisi tersebut. Jika kita amati tayangan
reality show di layar kaca Indonesia akhir-akhir ini khususnya reality show
kembali mempertunjukkan atraksi sulap tunggal setelah reality show berjenis
ajang pencarian bakat telah usai. kesuksesan reality show atraksi pertunjukkan
sulap tunggal itu tidak terlepas dari sifat dasar keinginan manusia yang
mengidolakan seseorang karena adanya globalisasi budaya khususnya pop
culture (budaya populer) yang melanda dunia termasuk Indonesia. Globalisasi
pop culture itu terjadi berkat kemajuan teknologi komunikasi yang bermula
sejak abad ke-20 seperti radio, televisi hingga internet. Begitu banyak
pengertian tentang pop culture namun secara sederhana dapat didefinisikan
sebagai budaya komersial yang disukai, diproduksi secara massa dan diikuti
oleh massa pula.
19
Kapan lagi.com/13/11/08 reality show
23
Munculnya pop culture itu tidak bisa dihindarkan lantaran adanya
perubahan sosial yang dihasilkan kemajuan industri. Perkenalan masyarakat
industri dan pergeseran pola hidup modern tersebut menjadi bagian budaya jam
kerja dan waktu libur, menimbulkan sebuah akibat yaitu adanya peluang untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat akan hiburan. Sebagaimana diketahui salah
satu kebutuhan mendasar manusia adalah hiburan.
Dapat dipahami bahwa produk tayangan reality show di televisi sebagai
salah satu ekspresi pop culture yang sengaja dirancang industri hiburan agar
dapat memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat di dunia ini termasuk Indonesia
karena sifat reality show itu bisa mempengaruhi persepsi masyarakat pemirsa
acara tersebut bahwa yang disaksikan itu bisa terjadi pada diri mereka. Seperti
halnya beraneka ragam pertunjukkan atraksi sulap tunggal yang banyak
bertebaran di televisi yang bisa menghibur namun masyarakat umum yang
menyukai dunia persulapan.
2.4.3 Perkembangan Reality Show
Reality show merupakan salah satu jenis genre yang menjadi program
tayangan kuis. Genre ini mulai berkembang di tanah air sejak reformasi pada
era reformasi kompetisi program dari para penyelenggara siaran apapun mulai
terasa ketat. Perkembangannya itu bermula dari munculnya industri-industri
pertelevisi. Hadirnya sejumlah production house menjadikan keragaman jenis
genre kuis untuk mendapatkan kemenangan.
24
Dalam suatu pemasaran produksi tayangan reality di era reformasi
mengandalkan jenis pemasaran following marketing. Dimana akibatnya terjadi
homogimisiasi dimana kesuksesan suatu acara akan ditiru stasiun televisi laind
an berharap ikut meraih sukses. Reality show menurut harian Kompas Jum’at,
14 Mei 2004, bukan suatu barang baru buat insan production house, stasiun
televisi swasta di Indonesia, kalau dahulu kala sifatnya hanya hiburan kini
bertambah menjadi sarana untuk mencari bibit baru dalam bermain sulap yang
sedang populer baru-baru ini akan tetapi, kembali menjadi format pertunjukkan
sulap dengan menampilkan para pesulap tunggal yang handal dan terkenal
dalam mempertunjukkan kemampuannya dalam bermain sulap dan melibatkan
penonton yang menyaksikan di studio secara langsung untuk ikut berpartisipasi
dalam bermain sulap bersamanya .
2.5. Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi
ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi
dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi, Walaupun begitu,
menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga
atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori.
Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. David Krech
dan Richard S. Crutchfield menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural.
25
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang
termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan
persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan
respons pada stimuli itu. faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik
dan efek-efek saraf yang ditimbulkan pada system saraf individu. 20 Sedangkan Brian
Fellows dalam Deddy Mulyana mendefinisikan, bahwa persepsi adalah proses yang
memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisis informasi.21
Dapat dikatakan bahwa persepsi ini merupakan cara pandang seseorang
terhadap sesuatu atau informasi. Bisa saja dalam situasi yang sama seseorang akan
memiliki pandangan yang berbeda dengan orang lain, hal ini bisa terjadi karena setiap
orang akan melihat sesuatu hal melalui panca inderanya. Namun setiap orang akan
berbeda dalam mengikuti, mengatur dan menginterprestasikan informasi yang masuk.
Pada proses persepsi terdapat dua tahapan, antara lain : perhatian (attention) dan
penafsiran (interpretation). Kemudian setelah tahapan tersebut akan muncul suatu
respon yang disebut kognitif.
Proses terjadinya persepsi dapat dilihat dengan skema model :
Stimulus ----> atensi ----> interprestasi ----> kognisi22
20
Jalalludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya-Bandung, 2000.
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaj Rosdakarya, 2000, hal. 167
22
Dabid A. Aaker and John G. Mayer, Advertising Management, Prencise Hall, Inc, New Jersey, 1996,
hal. 236
21
26
1. Perhatian (attention)
Faktor yang sangat mempengaruhi persepsi adalah perhatian (attention) perhatian
adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam
kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita
mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera lain.23 Manusia akan lebih
memperhatikan hal-hal yang dianggap menarik dari pada tidak menarik. Apa yang
menjadi perhatian kita, kadang-kadang dapat lolos dari perhatian orang lain. Kita
cenderung memperhatikan hal-hal tertentu yang penting dan yang diminati saja. Kita
cenderung menonton program atau acara ditelevisi tertentu, hal-hal seperti akan
menentukan kita untuk menaruh perhatian.
Keaneth A. Anderson memberikan definisi tentang perhatian yang merupakan
proses mental ketika stimuli/rangkaian stimuli/rangkaian stimuli menjadi menonjol
pada saat stimuli lainnya melemah.24
Pada tahap perhatian setiap individu dalam memberikan perhatian terhadap suatu
stimuli dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor situasional yang lebih
menitikberatkan pada apa yang ada pada stimuli itu sendiri dan faktor proposal yang
berasal dari individu itu sendiri, dan faktor yang ada pada stimuli antra lain ukuran,
arahan kontras, warna bentuk dan posisi.
23
24
Ibid, hal. 237
Dedi Sudiana, Komunikasi Periklanan, Remaja Rosdakarya,m 1986, hal. 39
27
Demikian
juga
diketahui
bahwa
suatu
program
reality
show
dapat
membangkitkan perhatian melalui penggunaan bentuk-bentuk dan kata-kata yang ada
pada tayangan program tersebut.
Atensi rangsangan terbagi dalam dua faktor (persepsi bersifat selective) yaitu :
a. Faktor internal
Faktor-faktor sosial, budaya, biologis, psiologis dan psikologis
b. Faktor internal
Yakni atribut-atribut objek yang dipersepsikan seperti gerakan intensitas, kontras,
kebaruan dan perulangan objek yang dipersepsikan.25
2. Penafsiran (interpretation)
Sebuah perhatian dalam tahap interprestasi mengandung makna dan persepsi pada
tahap ini terjadi proses penyederhanaan (simplication), pengolahan (distort), serta
penyusunan (organize).
Persepsi menurut Alie Djahri adalah merupakan proses dimana rangsangan
terhadap alat indra mendapat makna lain pengertian. Dalam proses inilah segala
macam pengalaman atas objek, peristiwa atau hal-hal lain ditafsirkan dan
disimpulkan sehingga menjadi informasi kegiatan proses ini melibatkan unsur-unsur
seperti harapan, motivasi dan memori.26
25
26
Alie Djahri, Modul Psikologi Komunikasi, Fisip UI Jakarta, 1992, hal. 27
Ibid, hal. 27
28
Proses pembentukan kesan/persepsi :
a. Stereotyping, yaitu pengalaman-pengalaman baru akan dimasukan pada laci
kategori yang ada dalam memori kita.
b. Implicit personality theory, yaitu setiap orang mempunyai konsepsi tentang sifatsifat apa yang berkaitan dengan sifat-sifat apa.
c. Atribusi, yaitu proses penyimpulan motif, maksud dan karakteristik orang lain
dengan melihat pada prilakunya tampak.
Untuk lebih memahami persepsi berikut adalah beberapa definisi persepsi lainnya
yang penulis tutup dibuku ilmu komunikasi suatu pengantar Deddy Mulyana, diantara
lain :
a. Brian Fellows
Persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organism menerima dan
menganalisis informasi.
b. Kenneth A. Sereno dan Edward M. Bodakan
Persepsi adalah sarana yang memungkinkan kita memperoleh kesadaran di luar
sekeliling dan lingkungan kita.
c. Fhilip Goodacve dan Jeniffer Foiters
Persepsi ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Latar belakang budaya.
2. Pengalaman masa lalu.
3. Nilai yang dianut.
29
4. Bentuk yang berkembang.27
3. Pengetahuan (kognitif)
Kemudian, setelah tahap perhatian dan interprestasikan, akan muncul respon yang
disebut kognitif.
Kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau
dipersepsikan masyarakat. Kognitif terjadi pada diri komunikan yang sifatnya
informative bagi dirinya.
Kognitif membahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak
dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan
pengetahuannya (kognitif), melalui media massa, dapat diperoleh berbagai informasi
tentang tempat yang belum pernah dikunjungi, orang teknologi baru atau benda. Pada
saat mempresepsikan, hal ini berkaitan dengan kebutuhan kognitif, yaitu usaha untuk
memperkuat informasi, pengetahuan serta pengertian tentang lingkungan eksternal.
Persepsi merujuk pada cara di mana kita menginterpretasikan atau mengerti pesan
yang diproses oleh system indera kita. Proses persepsi didahului oleh proses sensasi.
Persepsi adalah cara kita menginterpretasikan atau mengerti pesan yang telah
diproses oleh system inderawi kita. Dengan kata lain, persepsi adalah proses memberi
makna pada sensasi.
Komunikasi interpersonal amat bergantung pada persepsi interpersonal. Bila kita
menganggap tetangga kita sombong dan feodal, kita akan menghindari bercakapcakap dengan dia. Bila, kita mempersepsikan kawan kita sebagai orang cerdas, bijak,
dan senang membantu, kita akan banyak meminta nasihat kepadanya. Kelley tokoh
27
Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations, PT. Grafiti, Jakarta, 1994, hal. 23
30
atribusi, pernah melakukan eksperimen pada mahasiswa ekonomi di Massachusets
Institute of Technology, mereka diberitahu bahwa dosennya berasal dari luar kota,
dan untuk kepentingan fakultas mereka diminta menilai dosen itu. Kepada satu
kelompok disampaikan biografi ringkas tentang dosen itu seperti orang yang
mengenalnya menilainya sebagai orang yang hangat, rajin, kritis, praktis, dan teguh
pendirian.
Kepada kelompok lain, biografi itu menyatakan orang yang mengenalnya
menganggapnya sebagai orang yang agak dingin, rajin, kritis, praktis, dan teguh
pendirian. Selain diduga dosen yang dilukiskan hangat menyampaikan kuliah dengan
baik, bersifat ramah dan menyenangkan, pada kelompok pertama, 56 persen
mahasiswa terlibat dalam diskusi, pada kelompok kedua, yang diberitahu bahwa
dosen itu agak dingin, hanya 32 persen mahasiswa yang terlibat dalam diskusi.Pada
kenyataannya, seperti telah diuraikan diatas persepsi orang sering kali tidak cermat,
bila kedua pihak menanggapi yang lain secara tidak cermat, terjadilah kegagalan
komunikasi (communication breakdowns).
Menurut teori Cognitive Consistency dari fritz heider, manusia selalu berusaha
mencapai konsistensi dalam sikap dan perilakunya, kata heider” kita cenderung
menyukai orang, kita ingin memilih sikap yang sama dengan kita, dan jika kita
menyukai orang, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita.”kita ingin
memiliki sikap yang sama dengan orang yang kita sukai, supaya seluruh unsur
kognitif kita konsisten.28
28
Jalalludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya-Bandung, 2000, hal.28
31
2.6.
Khalayak
Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca,
pendengar, pemirsa, audience, decoder atau komunikan. Khalayak adalah salah satu
aktor dari proses komunikasi. Karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaikan, sebab
berhasil tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak. Suatu
kegiatan komunikasi yang diboikot oleh khalayak sudah pasti komunikasi itu akan
gagal dalam mencapai tujuannya.
Khalayak dalam studi komunikasi bisa berupa individu, kelompok, dan
masyarakat. Menjadi tugas seorang komunikator untuk mengetahui siapa yang akan
menjadi khalayaknya sebelum proses komunikasi berlangsung.
2.6.1 Jenis-jenis Khalayak
Ada tiga aspek yang harus diketahui oleh komunikator menyangkut
tentang khalayaknya, yakni aspek sosiodemografik, aspek profil psikologis,
dan aspek karakteristik perilaku khalayak.
2.6.1.1. Aspek sosiodemografik
Aspek sosiodemografik, antara lain(1)Jenis kelamin, apakah
khalayak itu mayoritas laki-laki atau wanita. (2) Usia, apakah khalayak
umumnya anak-anak, remaja, atau orang tua. (3) Populasi, apakah
jumlah khalayak kurang dari 10 orang atau lebih dari 50 orang. (4)
Lokasi, apakah khalayak umumnya tinggal di desa atau di kota. (5)
Tingkat pendidikan, apakah mereka rata-rata sarjana atau hanya tamatan
sekolah dasar. (6) Bahasa, apakah mereka mengerti bahasa Indonesia
32
atau tidak. (7) Agama, apakah semuanya beragama islam atau ada yang
beragama lain. (8) Pekerjaan, apakah mereka umumnya petani, nelayan,
guru, atau pengusaha. (9) Ideologi, apakah mereka umumnya anggota
partai tertentu atau tidak. (10) Pemilihan media, apakah mereka rata-rata
memiliki pesawat TV, berlangganan surat kabar atau tidak.
2.6.1.2. Aspek profil psikologis
Dari aspek profil psikologis ialah memahami khalayak dari
segi kejiwaan, antara lain : (1) Emosi, apakah mereka rata-rata memiliki
temperamen, mudah tersinggung, sabar, atau periang. (2) Bagaimana
pendapat-pendapat mereka. (3) Adakah keinginan mereka yang perlu
dipenuhi. (4) Adakah selama ini mereka menyimpan rasa kecewa,
frustasi atau dendam.
2.6.1.3. Aspek karakteristik perilaku khalayak
Aspek karakteristik perilaku khalayak, perlu diketahui antara
lain : (1) Hobi, apakah mereka pada umumnya suka olahraga, menyanyi,
atau pelesiran. (2) Nilai dan norma, hal-hal apa yang menjadi tabu bagi
mereka. (3) Mobilitas sosial, apakah mereka umumnya suka berpergian
atau tidak. (4) Perilaku komunikasi, apakah mereka suka berterus terang
atau tidak.
Berdasarkan data yang diperoleh dari survey, buku statistik dan wawancara
seorang komunikator yang profesional sudah dapat menetapkan tujuan atau sasaran
33
yang ingin dicapai, isi pesan yang ingin disampaikan, media yang akan digunakan
serta teknik-teknik atau strategi yang dipakai untuk mempengaruhi khalayak.
Mengenai tujuan yang ingin dicapai harus jelas, sederhana, dapat
dispesifikasi, realistis dalam arti dapat dilaksanakan, serta terdapat keseimbangan
antara biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia. Tujuan yang telah ditetapkan menjadi
pedoman dalam kegiatan komunikasi yang akan dilakukan. Seorang komunikator
perlu memahami bahwa penerima adalah salah satu aktor yang sangat menentukan
berhasil tidaknya proses komunikasi. Karena itu penerima dalam mendecode atau
menyerap pesan harus dilihat sebagai suatu proses kegiatan yang aktif dengan
memanfaatkan saluran-saluran organic dan mekanik yang ada. Derajat pesan yang
dapat diserap oleh penerima dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain keterampilan
berkomunikasi, tingkat pengetahuan, system sosial dan budaya penerima (Berlo,
1961).29
29
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Raja Grafindo Persada, 2006, Hal 30
Download