BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Payudara 2.1.1. Definisi Kanker Payudara Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara, bisa berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobusnya) maupun komponen selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan payudara (Rasjidi, 2010). Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang kejadiannya bermula dari sel-sel di payudara yang tidak normal dan terus tumbuh berlipat ganda dan pada akhirnya membentuk benjolan pada payudara. Pertumbuhan sel yang terusmenerus akan menyebabkan tingkat keparahan yang terus berlanjut pada payudara karena sel-sel akan menyebar (metastasis) pada bagian tubuh lainnya sehingga berpeluang menyebabkan kematian (WHO, 2011). Penyebaran kanker terjadi melalui getah bening, deposit, dan tumbuh di kelenjar aksila atau supraklavikula. Kemudian melalui pembuluh darah kanker menyebar ke organ lain seperti paru, hati, tulang, dan otak (Luwia, 2003). 2.1.2.Faktor Risiko Kanker Payudara Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang menderita kanker payudara, antara lain : Universitas Sumatera Utara 1.) Faktor Genetik Semua saudara dari penderita kanker payudara memiliki risiko mengalami kanker payudara, saudara tingkat pertama (saudara kandung, orangtua, anak) dimana peningkatan risiko dua sampai tiga kali lipat dibandingkan dengan populasi umum. Dengan demikian, probabilitas kumulatif bahwa seorang perempuan berusia 30 tahun, yang saudara kandung perempuan atau ibunya pernah mengalami kanker payudara, menderita kanker payudara pada usia 70 tahun adalah 8 sampai 18 persen. Beberapa peneliti bahkan mengamati adanya risiko yang lebih tinggi bila dua atau lebih anggota yang terkena, bila pasien yang terkena berusia pramenopause, atau bila pasien memiliki kanker payudara bilateral, tetapi pengamatan ini tidak konsisten pada studi epidemiologik. 2.) Faktor Endokrin Usia pubertas yang dini (menstruasi pertama sebelum usia 12 tahun), menopause yang lambat (setelah usia 55 tahun), dan kehamilan pertama pada usia lanjut secara independen berkaitan dengan peningkatan insidensi kanker payudara. Risiko kanker payudara lebih tinggi pada perempuan yang kehamilan pertamanya setelah usia 30 tahun. 3.) Pemakaian Obat-obatan Seperti penggunaan hormone estrogen (menghilangkan gejala pascamenopause) dapat meningkatkan risiko menderita penyakit kanker payudara. Penggunaan kontrasepsi oral selama lebih dari 10 tahun dapat Universitas Sumatera Utara meningkatkan kemungkinan menderita kanker sebelum usia 45 tahun dan jika digunakan selama lebih dari 4 tahun sebelum kehamilan cukup bulan yang pertama, maka dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara. 4.) Radiasi Korban kasus bom di Jepang yang selamat menunjukkan peningkatan risiko kanker payudara pada korban tersebut yang terkena radiasi nuklir. Banyak uji lain pada wanita yang terpapar radiasi ionisasi dosis tinggi juga menunjukkan adanya peningkatan risiko. 5.) Mengkonsumsi Alkohol Wanita yang sering mengkonsumsi alkohol akan berisiko tinggi terkena kanker payudara karena alkohol menyebabkan organ hati menjadi lemah sehingga hati bekerja lebih keras dan sulit memproses estrogen agar keluar dari tubuh (Mulyani, 2013). 6.) Mengkonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Mengkonsumsi makanan cepat saji saat usia dini dapat menyebabkan kegemukan sehingga berisiko terkena kanker payudara. Lemak tubuh akan meningkat ditambah jarangnya berolahraga sehingga berlanjut pada resistensi insulin sehingga keinginan untuk mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat meningkat. Lemak yang lebih banyak akan berlanjut lebih banyak pula kadar estrogen sehingga pertumbuhan payudara dan menstruasi lebih cepat (Utama, 2014). Universitas Sumatera Utara 2.1.3.Gejala Kanker Payudara 1.) Gejala yang paling sering terjadi (Baughman & Hackley, 2000) a. Adanya massa (keras, irreguler, dan tidak nyeri tekan) atau penebalan pada payudara atau daerah aksila. b. Rabas puting payudara unilateral, persisten, dan spontan yang mempunyai karakter serosanguinosa, mengandung darah atau encer. c. Retraksi atau inversi putting susu d. Perubahan ukuran, bentuk, atau tekstur payudara (asimetris). e. Pengerutan atau pelekukan kulit di sekitarnya. f. Kulit yang bersisik di sekeliling puting susu. 2.) Gejala penyebaran lokal atau regional (Baughman & Hackley, 2000) a. Kemerahan, ulserasi, edema, atau pelebaran vena. b. Perubahan peau d’orange (seperti kulit jeruk). c. Pembesaran kelenjar getah bening aksila. 3.) Gejala metastasis (Baughman & Hackley, 2000) a. Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal. b. Hasil toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura. 2.1.4.Jenis-jenis Kanker Payudara Jenis-jenis kanker payudara yaitu (Tim CancerHelps, 2010) : 1.) Duktal Karsinoma In Situ (DCIS) Universitas Sumatera Utara Jenis ini merupakan tipe kanker payudara non invasif paling umum.DCIS berarti sel-sel kanker berada di dalam duktus dan belum menyebar keluar dinding duktus ke jaringan payudara di sekitarnya. Sekitar satu hingga lima kasus baru kanker payudara adalah DCIS. Hampir semua wanita dengan kanker tahap ini dapat disembuhkan. Mammografi merupakan cara terbaik untuk mendeteksinya. 2.) Lobular Karsinoma In Situ (LCIS) LCIS bukan kanker, tetapi terkadang digolongkan sebagai tipe kanker payudara non invasif. Bermula dari kelenjar yang memproduksi air susu, tetapi tidak berkembang melewati dinding lobules. Mammografi rutin sangat disarankan pada kanker tipe ini. 3.) Invasif atau Infiltrating Duktal Karsinoma (IDC) IDC merupakan jenis kanker payudara yang paling umum dijumpai.Timbulnya sel kanker bermula dari duktus, menerobos dinding duktus, dan berkembang ke dalam jaringan lemak payudara. Kanker akan menyebar ke organ tubuh lainnya melalui system getah bening dan aliran darah. Sekitar 8-10 kasus kanker payudara merupakan jenis ini. 4.) Invasif atau Infiltrating Lobular Karsinoma (ILC) Kanker ini dimulai dari lobules. ILC sama seperti dengan IDC, dapat menyebar ke bagian lain di dalam tubuh. 5.) Kanker Payudara Terinflamasi (IBC) Universitas Sumatera Utara IBC merupakan jenis kanker payudara invasif yang jarang terjadi.Hanya 1-3% dari semua kasus kanker payudara adalah tipe IBC.Jenis ini biasanya tidak terjadi benjolan tunggal atau tumor pada payudara.Kanker jenis ini membeuat kulit payudara terlihat merah dan terasa hangat.Kulit payudara tampak tebal dan mengerut seperti kulit jeruk. 2.1.5.Stadium Kanker Payudara Stadium kanker payudara menurut American Joint Committee on Cancer Staging of Breast Carcinoma, yaitu : Stadium Keterangan 0 Disebut kanker non invasif. Ada dua tipe, yaitu DCIS dan LCIS. I Kanker invasif kecil, tumor berukuran 2 cm atau kurang dan tidak menyerang kelenjar getah bening. IIA Kanker invasif, ukuran tumor 2 cm atau kurang dan sudah menyerang kelenjar getah bening, tetapi jika lebih dari 2 cm dan kurang dari 5 cm tidak menyerang kelenjar getah bening. IIB Kanker invasif, ukuran tumor lebih dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm sudah menyerang kelenjar getah bening, dan jika lebih dari 5 cm belum menyerang kelenjar getah bening. IIIA Kanker invasif ukuran berapapun dengan kelenjar getah bening terfiksasi atau karsinoma berukuran lebih dari 5 cm dengan metastasis Universitas Sumatera Utara kelenjar getah bening nonfiksasi. IIIB Karsinoma inflamasi, karsinoma yang menginvasi dinding dada, karsinoma yang manginvasi kulit, atau setiap karsinoma dengan metastasis ke kelenjar getah bening. IV Sel kanker sudah menyebar ke organ lainnya. 2.1.6.Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan, yaitu : 1.) Biopsi payudara : memberikan diagnose definitive terhadap massa dan berguna untuk klasifikasi histologi pertahapan dan seleksi terapi yang tepat. 2.) Foto thoraks : untuk mengkaji adanya metastase. 3.) CT Scan dan MRI : untuk mendeteksi penyakit payudara, massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara yang mengeras yang sulit diperiksa dengan mammografi. 4.) Ultrasonografi (USG) : mendeteksi perbedaan antara massa padat dan kista pada wanita yang jaringan payudaranya keras. 5.) Mammografi : mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. 2.1.7.Komplikasi Kanker Payudara Universitas Sumatera Utara Menurut Carpenito (1999) dan R. Sjamsuhidayat (2004), komplikasi kanker payudara yaitu : 1.) Gangguan neurovascular 2.) Metastasi : otak, paru-paru, tulang, hati, dll. 3.) Fraktur patologi 4.) Fibrosis payudara 5.) Kematian 2.1.8.Pengobatan Kanker Payudara Pengobatan kanker payudara meliputi : pembedahan, terapi hormon, radiasi, terapi imunologi, dan kemoterapi (NJ Ye, 2011). 1.) Pembedahan Prosedur pembedahan tergantung pada stadium penyakit, jenis tumor, umur, dan kondisi pasien secara umum. 2.) Terapi Hormon Terapi hormon dapat mengahambat pertumbuhan tumor dan dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir. 3.) Radiasi Radiasi dilakukan dengan sinar X Gamma dengan intensitas tinggi untuk membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan. 4.) Terapi Imunologik Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, Universitas Sumatera Utara trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor juga dapat menjadi terapi pilihan. Pasien juga sebaiknya menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab. 5.) Kemoterapi Pemberian obat anti kanker yang dapat diberikan dengan cara oral dan diinfuskan ke pasien. Tujuan dari kemoterapi untuk membunuh sel kanker.Kemoterapi adjuvan diberikan setelah operasi pembedahan untuk jenis kanker payudara yang belum menyebar dengan tujuan untuk mengurangi risiko timbulnya kembali kanker payudara.Kemoterapi neoadjuvan diberikan sebelum operasi.Manfaat utamanya untuk mengecilkan kanker yang berukuran besar sehingga cukup kecil untuk operasi pengangkatan. 2.2. Kemoterapi 2.2.1.Definisi Kemoterapi Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan untuk membunuh sel kanker pada payudara, tetapi juga di seluruh tubuh (Nugroho, 2013). Kemoterapi adalah suatu pengobatan dengan menggunakan suatu obat yag berfungsi untuk membunuh sel kanker (Dewi, 2009). Kemoterapi merupakan terapi sistemik, yang berarti obat menyebar ke seluruh tubuh dan dapat mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh atau bermetastase ke tempat lain (Rasjidi, 2007). Universitas Sumatera Utara Pemberian kemoterapi tidak hanya diberikan sekali saja, namun harus secara berulang (berseri), yang berarti pasien menjalani kemoterapi setiap dua seri, tiga seri, ataupun empat seri dimana setiap seri terdapat proses pengobatan kemoterapi diselingi dengan periode pemulihan kemudian dilanjutkan dengan periode pengobatan kembali dan begitu seterusnya sesuai dengan obat kemoterapi yang diberikan (Tjokronegoro, 2006). 2.2.2.Jenis-jenis Kemoterapi Jenis-jenis kemoterapi yang biasa digunakan pada kanker payudara (American Cancer Society), yaitu : 1.) Adjuvan Kemoterapi jenis ini diberikan sesudah operasi, dapat sendiri atau bersamaan dengan radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel kanker yang telah bermetastase, biasanya ada 6 siklus. 2.) Neoadjuvan Kemoterapi yang diberikan sebelum terapi mengecilkan massa tumor, biasanya diberikan bersamaan dengan radioterapi, biasanya ada 3 siklus. 3.) Kemoterapi untuk kanker payudara stadium lanjut Kemoterapi juga dapat digunakan sebagai pengobatan utama untuk wanita dengan kanker yang telah menyebar di luar payudara dan daerah ketiak pada waktu ditemukan, atau jika kankernya menyebar setelah pengobatan pertama dan diberikan dalam jangka panjang. 2.2.3.Cara Pemberian Kemoterapi Universitas Sumatera Utara 1.) Intra Vena Pemberian secara intravena untuk terapi sistemik, dimana obat setelah melalui jantung dan hati baru sampai ke tumor primer.Cara ini paling banyak digunakan untuk kemoterapi. 2.) Intra Arteri Pemberian intra arteri adalah terapi regional melalui arteri yang memasok darah ke daerah tumor dengan cara infus intra arteri menggunakan kateter dan pompa arteri. Infus intra arteri tersebut memberikan obat selama beberapa jam atau hari. Namun, pemberian dengan cara ini jarang dilakukan karena membutuhkan sarana yang cukup banyak, seperti : radiologi diagnostik, mesin atau alat filter, serta memerlukan keterampilan tersendiri. 3.) Perfusi Regional Perfusi regional adalah cara untuk memberikan obat dengan dosis tinggi langsung ke daerah tumor tanpa menimbulkan toksisitas pada sirkulasi umum dengan cara sirkulasi ekstra korporal menggunakan mesin jantung-paru. 4.) Pemberian Per Oral Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian per oral, diantaranya adalah chlorambucil dan etoposide (VP-16). 5.) Intracavitair Obat disuntikkan ke dalam rongga tubuh, seperti intra: pleura, peritoneum, pericardial, vesikal, atau tekal. 6.) Topikal Universitas Sumatera Utara Pemberian salep Fluorouracil pada kanker kulit. 2.2.4.Syarat Pemberian Kemoterapi 1.) Ukuran tumor Jika ukuran tumor masih 3 cm, maka pasien tidak perlu diberi pengobatan kemoterapi.Pasien harus mendapat kemoterapi ketika ukuran tumor mencapai 5cm. 2.) Status kelenjar getah bening Jika sel kanker payudara sudah berada di kelenjar getah bening selama atau sebelum pembedahan dan berisiko tinggi untuk bermetastasis. 3.) Usia Semakin muda pasien kanker payudara maka pertimbangan dokter untuk melakukan kemoterapi semakin besar. Hal ini dilakukan agar proses penyembuhannya bisa dilakukan optimal. 4.) Derajat keganasan sel kanker Jika hasil diagnosis menyatakan bahwa derajat keganasan kanker sudah mencapai tingkat 3, maka pasien wajib mendapat kemoterapi. 5.) Status hormon Jika sel kanker sensitif terhadap hormone progesterone dan estrogen, terapi hormone, seperti tamoxifen (Soltamox), fulvestrant (Faslodex) atau aromatase Universitas Sumatera Utara inhibitors (Arimidex, Femara, Aromasin), maka dianjurkan untuk diberikan kemoterapi (adjuvant). 6.) Masalah kesehatan Masalah kesehatan tertentu, seperti penyakit jantung atau diabetes, dapat mempengaruhi obat kemoterapi yang digunakan. 2.2.5.Obat-obat Kemoterapi Berikut jenis-jenis golongan obat kemoterapi (Oxford American Handbook of Oncology): 1.) Alkylating agents Golongan obat ini merupakan salah satu agen anti-kanker yang sering digunakan. Agen-agen sitotoksik memberikan efek antiproliferatif dengan cara mengikat gugus alkil molekul seluler. Alkilasi DNA terjadi melalui pembentukan intermediet reaktif yang menyerang situs nukleofilik. Mayoritas agen alkylating menyebabkan penyilangan DNA yang menghasilkan penghambatan sintesis DNA dan kematian sel. Obat ini secara langsung merusak DNA untuk mencegah sel kanker berkembang biak. Agen-agen ini bekerja di semua fase siklus sel. Agen alkylating umum mengobati leukemia, limfoma, penyakit Hodgkin, multiple myeloma, sarkoma, dan kanker paruparu, payudara, dan ovarium. Karena obat ini merusak DNA, maka dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang ke sumsum tulang. Contoh: Cyclofosfamide. 2.) Antimetabolit Universitas Sumatera Utara Antimetabolit adalah sekumpulan obat yang memengaruhi sintesis (pembuatan) DNA atau RNA dan mencegah perkembangbiakan sel. Obat golongan jenis ini umumnya digunakan untuk mengobati leukemia, kanker payudara dan kanker ovarium. Contoh: Methotrexate dan Fluorouracil. 3.) Antibiotik antitumor (Antrasiklin) Antibiotik anti-tumor ini mengganggu enzim yang terlibat dalam replikasi DNA dan digunakan untuk berbagai jenis kanker.Obat ini bekerja di semua fase siklus sel. Pertimbangan utama ketika memberikan obat ini adalah bahwa secara permanen dapat merusak jantung jika diberikan dalam dosis tinggi.Karena itu, batas dosis seumur hidup sering ditempatkan pada obat ini. Contoh: Doxorubicin dan Epirubicin. 4.) Topoisomerase inhibitor Obat ini mengganggu enzim yang disebut topoisomerase, yang membantu memisahkan untai DNA sehingga mereka dapat disalin.Obat ini digunakan untuk mengobati leukemia tertentu, serta paru-paru, indung telur, saluran pencernaan, dan kanker lainnya. Contoh: Topotecan, Irinotecan, Etoposide dan Teniposide. 5.) Selective Estrogen Receptor Modulators (SERMs) Obat-obatan golongan ini bekerja secara agonis parsial terhadap estrogen endogen, dimana bersifat antiestrogenik terhadap kanker payudara tetapi bersifat agonis estrogen terhadap organ lainnya seperti tulang, lipid darah dan endometrium. Sebagai adjuvant, SERMs dapat menghambat perkembangan Universitas Sumatera Utara sel kanker payudara dan juga mencegah metastasis selanjutnya.Akan tetapi penggunaan jangka panjang obat-obat golongan SERMs, terutama tamoxifen, menimbulkan efek samping yang cukup berat, bahkan meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks. Contoh: Tamoxifen. Obat-obat yang Cyclophosphamide, sering digunakan Epirubicin, pada pasien Fluorouracil, kanker payudara, Methotrexate, yaitu Mitomycin, Mitozantrone, Doxorubicin, Docetaxel (Taxotere), Gemcitabine (Gemzar). Terapi kombinasi yang biasa digunakan, yaitu CMF, FEC, FEC-T, E-CMF, AC, EC, dan MMM. 2.2.6.Efek Samping Kemoterapi Berat ringannya efek samping tergantung pada jenis obat kemoterapi, kondisi tubuh, dan kondisi psikis pasien.Efek samping kemoterapi timbul karena obat-obat kemoterapi sangat kuat dan tidak hanya membunuh sel kanker, tetapi juga menyerang sel-sel yang masih sehat.Efek samping dapat muncul ketika sedang dilakukan pengobatan atau beberapa waktu setelah pengobatan (Bakhtiar, 2012). Menurut American Cancer Society, efek samping kemoterapi yang sering terjadi yaitu: 1.) Sistem sirkulasi dan imunitas Pemantauan darah rutin adalah bagian penting dari kemoterapi karena obat dapat membahayakan sel-sel di sumsum tulang, di mana darah diproduksi.Hal ini dapat mengakibatkan beberapa masalah.Sel darah merah membawa oksigen ke jaringan.Anemia terjadi ketika tubuh tidak menghasilkan sel darah Universitas Sumatera Utara merah yang cukup, membuat pasien menjadi sangat lelah. Gejala lain anemia meliputi kulit pucat, merasa dingin, sulit berpikir, dan lemas. Kemoterapi juga dapat membuat kadar trombosit menjadi rendah (trombositopenia) yang dapat membuat tubuh cepat memar dan mudah berdarah. Gejalanya adalah mimisan, terdapat darah dalam muntahan dan kotoran, dan rasa sakit yang tidak biasa saat menstruasi.Beberapa obat kemoterapi dapat membuat otot jantung menjadi lemah, yang mengakibatkan kardiomiopati atau gangguan pada ritme jantung (aritmia). Ini akan mempengaruhi kemampuan jantung untuk memompa darah. Beberapa obat kemoterapi dapat meningkatkan risiko serangan jantung. 2.) Sistem intergumen (rambut, kulit, dan kuku) Banyak obat kemoterapi yang mempengaruhi folikel rambut dan dapat menyebabkan rambut rontok dalam beberapa minggu perawatan pertama. Rambut rontok dapat terjadi pada kepala, alis, bulu mata, dan tubuh. Rambut rontok bersifat sementara.Pertumbuhan rambut baru biasanya dimulai beberapa minggu setelah perawatan terakhir.Beberapa pasien mengalami iritasi kecil pada kulit seperti kekeringan, gatal, dan ruam.Kuku pada jari tangan dan kaki dapat berubah menjadi cokelat atau kuning dan menjadi rapuh.Pertumbuhan kuku mungkin sangat lambat dan dapat membuat kuku menjadi mudah patah.pada kasus yang berat, kuku pasien dapat terlepas dari tempatnya. 3.) Sistem seksual dan reproduksi Universitas Sumatera Utara Kemoterapi dapat memiliki efek pada hormon.Pada wanita, perubahan hormon dapat membuat menstruasi tidak teratur atau tiba-tiba mengalami menopause.Wanita yang menjalani kemoterapi mungkin mengalami kekeringan pada jaringan vagina. Obat kemoterapi yang diberikan selama kehamilan dapat menyebabkan cacat lahir.Pada pria, beberapa obat kemoterapi dapat membahayakan sperma atau menurunkan jumlah sperma dan infertilitas yang sementara atau permanen.Gejala-gejala seperti kelelahan, kecemasan, dan fluktuasi hormon dapat mengganggu dorongan seksual pada perempuan dan laki-laki. 4.) Sistem pencernaan Beberapa efek samping yang paling umum dari kemoterapi melibatkan saluran pencernaan. Efek samping kemoterapi pada sistem pencernaan yaitu luka di mulut, kehilangan nafsu makan, sakit menelan, mual, muntah, diare, dan konstipasi (American Cancer Society, 2012). Kemoterapi dapat menyebabkan luka di mulut, dimana dapat membuat area mulut menjadi kering dan iritasi bahkan sampai berdarah. Luka di mulut bukan hanya terasa sakit, tetapi dapat menjadi terinfeksi oleh kuman/organisme yang biasa hidup di dalam mulut. Luka di mulut biasanya terjadi 5 sampai 14 hari setelah kemoterapi (American Society of Clinical Oncology, 2015).Tingkat keparahan luka di mulut dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu ringan, sedang, berat. Luka di mulut dikategorikan ringan jika pasien mengalami luka di mulut, tetapi tidak terasa sakit. Luka di mulut dikategorikan sedang jika lukanya Universitas Sumatera Utara terasa sakit tetapi masih bisa makan. Luka di mulut dikategorikan berat jika lukanya terasa sakit dan pasien tidak bisa makan (sampai membutuhkan pertolongan dokter). Efek samping selanjutnya adalah kehilangan nafsu makan. Pasien mungkin dalam beberapa hari tidak bisa makan yang disebabkan oleh mual dan adanya luka di mulut. Hal ini dapat membuat pasien mengalami kehilangan selera makan. Kehilangan selera makan juga dikategorikan menjadi ringan, sedang, dan berat. Kehilangan selera makan dikategorikan ringan jika pasien hanya sedikit tidak nafsu makan. Selanjutnya dikategorikan sedang jika pasien biasanya tidak merasa lapar. Kemudian dikategorikan berat jika pasien tidak mau makan. Sakit menelan adalah efek samping kemoterapi selanjutnya. Sakit menelan juga dikategorikan menjadi ringan, sedang, dan berat. Sakit menelan dikategorikan ringan jika pasien masih mampu untuk menelan. Sakit menelan dikategorikan sedang jika pasien membutuhkan asupan makanan yang lunak, dan kategorikan berat jika pasein sama sekali tidak mampu untuk makan (sampai membutuhkan pertolongan dokter). Efek samping selanjutnya adalah mual dan muntah. Mual dan muntah adalah efek samping kemoterapi yang paling ditakuti. Seberapa sering pasien mengalami mual dan muntah dan seberapa parah mual dan muntah tersebut dipengaruhi oleh obat yang dikonsumsi. Mual dan muntah dapat terjadi selama kemoterapi ataupun beberapa jam setelah kemoterapi. Kadang-kadang, mual dan muntah yang berat dapat berlangsung selama beberapa hari. Mual dan muntah masing-masing dapat dikategorikan Universitas Sumatera Utara menjadi ringan, sedang, dan berat. Mual dikategorikan ringan jika pasien masih dapat makan. Mual dikategorikan sedang jika pasien masih dapat makan/minum tetapi lebih sedikit dari biasanya. Mual dikategorikan berat jika pasien tidak dapat makan atau minum (sampai membutuhkan pertolongan dokter). Muntah juga dikategorikan menjadi ringan, sedang, dan berat. Muntah dikategorikan ringan jika pasien mengalami mual selama sekali dalam sehari. Muntah dikategorikan sedang jika pasien mengalami muntah selama 2-5 kali dalam sehari. Muntah dikategorikan berat jika pasien mengalami muntah sebanyak 6 kali atau lebih dalam sehari (sampai membutuhkan pertolongan dokter). Selanjutnya adalah diare. Ketika kemoterapi menyerang lapisan sel pada usus, maka dapat menyebabkan diare. Pasien dikatakan mengalami diare jika BAB 2 kali atau lebih dalam waktu 4 jam. Dalam kasus yang berat, dokter akan memberikan obat anti diare. Beberapa obat kemoterapi dapat mengakibatkan diare. Diare dapat dikategorikan ringan, sedang, dan berat. Dikatakan ringan jika pasien BAB <4 kali per hari. Diare dikatakan sedang jika pasien BAB sebanyak 4-6 kali per hari, serta dikategorikan berat jika pasien BAB sebanyak 7-8 kali per hari. Efek samping kemoterapi pada sistem pencernaan yang terakhir adalah konstipasi. Beberapa pasien kemoterapi dapat mengalami konstipasi akibat kemoterapi. Ada juga beberapa pasien yang mengalami konstipasi karena kurang pergerakan, makan lebih sedikit dari biasanya, perubahan diet, atau karena penggunaan obat-obat tertentu. Pasien dikatakan mengalami konstipasi Universitas Sumatera Utara jika tidak BAB selama 2 hari atau lebih. Kategori konstipasi dapat dibagi menjadi ringan, sedang, dan berat. Konstipasi dikategorikan ringan jika pasien tidak BAB selama 2 hari atau lebih. Konstipasi dikategorikan sedang jika pasien tidak BAB selama 3 sampai 4 hari. Konstipasi dikategorikan berat jika pasien tidak BAB selama lebih dari 4 hari (American Cancer Society, 2012). 5.) Sistem eksresi (ginjal dan kandung kemih) Ginjal bekerja untuk mengeluarkan obat kemo ketika masuk ke dalam tubuh. Dalam proses ini, beberapa sel ginjal dan kandung kemih bisa mengalami iritasi atau rusak. Gejala kerusakan ginjal yaitu buang air kecil menurun, pembengkakan tangan dan kaki (edema), dan sakit kepala.Gejala iritasi kandung kemih meliputi perasaan terbakar ketika buang air kecil dan peningkatan frekuensi buang air kecil. 6.) Sistem skeletal Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan kadar kalsium menurun dan mengakibatkan pengeroposan tulang.Hal ini dapat menyebabkan osteoporosis terkait kanker, terutama pada wanita pascamenopause dan mereka yang menopause.Wanita yang mengalami kanker payudara memiliki risiko tinggi untuk osteoporosis dan patah tulang.Hal ini disebabkan oleh kombinasi dari obat-obatan dan tingkat penurunan estrogen.Daerah yang paling umum mudah patah adalah tulang belakang dan panggul, pinggul, dan pergelangan tangan. 7.) Psikologis dan emosional Universitas Sumatera Utara Pasien kemoterapi mungkin merasa takut, stres, atau cemas terkait perubahan yang terjadi, baik dari segi penampilan maupun kesehatan.Beberapa orang mungkin menderita depresi.Rutinitas kerja, keuangan, dan tanggung jawab keluarga saat menjalani pengobatan kanker dapat menjadi sangat berat untuk dijalani.Oleh sebab itu, pasien sangat dianjurkan untuk mengikuti komunitas kanker supaya dapat mengurangi tingkat stress, dapat memperoleh dukungan dan motivasi. Obat-obat kemoterapi memberikan efek samping tertentu terhadap penderita kanker payudara. Berikut ini efek-efek yang ditimbulkan dari beberapa obat-obatan kemoterapi kanker payudara, yaitu: (1) Cyclophosphamide menyebabkan nyeri, hilang selera makan, anemia, dan rambut rontok; (2) Fluorouracilmenyebabkan diare, nyeri, mukositis, dan anemia; (3) Methotrexate menyebabkan anemia, mulut terasa pedih, diare, dan rambut rontok; (4) Epirubicin dan doxorubicin menyebabkan rambut rontok, nyeri, anemia, mulut terasa pedih, dan perubahan kulit; (5) Mitoxantrone menyebabkan rambut rontok dan nyeri; (6) Mitomycin menyebabkan anemia dan nyeri; (7) Taxotere (docetaxel) menyebakan anemia, rambut rontok secara total (rambut di seluruh tubuh), serta perubahan kulit dan kuku. Universitas Sumatera Utara