BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Definisi Budaya organisasi
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya
yang diciptakan.Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik
dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan
masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak
menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat
menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku
atau bertindak.Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam
organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi
efektivitas organisasi secara keseluruhan.
Menurut moohead dan griffin 2004 yang menyatakan bahwa budaya organisasi
merupakan seperangkat nilai, yang diterima selalu benar, yang membantu
seseorang dalam organisasi untuk memahami tindakan-tindakan mana yang dapat
diterima dan mana yang tidak dapat diterima.budaya organisasi mempunyai peran
yang sangat besar dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi menurut
beberapa ahli :
Davis dalam Lako (2005;29) menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan
pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang dipahami, dijiwai dan dipraktekan
7
oleh organisasi sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi
dasar aturan perilaku dalam organisasi.
Block dalam Moeljono, 2005 : 3 berpendapat bahwa hanya perusahaanperusahaan dengan budaya organisasi efektif yang dapat menciptakan peningkatan
produktivitas, meningkatkan rasa ikut memiliki dari karyawan, dan pada akhirnya
meningkatkan keuntungan perusahaan.
Menurut Krech (dalam Moeljono 2005 : 9) Budaya organisasi adalah sebagai
suatu pola semua susunan, baik material maupun perilaku yang sudah diadopsi
masyarakat sebagai suatu cara tradisional dalam memecahkan masalah-masalah
para anggotanya.
Edgar Schein dalam Fred Luthans (2006) menyatakan bahwa budaya organisasi
adalah pola asumsi dasar diciptakan atau dikembangkan oleh kelompok tertentu
saat mereka menyesuaikan diri dengan masalah-masalah eksternal dan internal
yang telah bekerja cukup baik serta dianggap berharga dan karena itu diajarkan
pada anggota baru sebagai cara yang benar untuk menyadari, berpikir dan
merasakan hubungan dengan masalah tesebut.
2.1.1 Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Sunarto dalam Riani (2011:8-11) menyebutkan bahwa organisasi
mempunyai beberapa fungsi, antara lain :
a. Pengikat Organisasi, budaya organisasi berfungsi sebagai pengikat seluruh
komponen organisasi
8
b. Integrator, budaya organisasi merupakan alat untuk menyatukan beragam
sifat, karakter, bakat dan kemampuan yang ada di dalam organisasi
c. Identitas Organisasi, budaya organisasi merupakan salah satu idenititas
organisasi
d. Energi untuk mencapai kerja yang tinggi, berfungsi sebagai suntikan
energi untuk mencapai kinerja yang tinggi
e. Ciri Kualitas, budaya organisasi merupakan representasi dari cirri kualitas
yang berlaku dalam organisasi tersebut
f. Motivator, budaya organisasi juga merupakan pemberi semangat bagi para
anggota organisasi
g. Pedoman Gaya Kepemimpinan, adanya perubahan di dalam organisasi
akan membawa pandangan baru tentang kepemimpinan
h. Value Enchancer, meningkatkan nilai stakeholders-nya, yaitu anggota
organisasi, pelanggan, pemasok dan pihak-pihak lain yang berhubungan
dengan organisasi
2.1.2 Tipe Budaya Organisasi
Budaya organisasi menurut Kreitner dan Kinicki (2005;87) mempunyai
beberapa tipe sebagai berikut :
a. Budaya Konstruktif
Budaya konstruktif adalah budaya dimana para karyawan di dorong untuk
berinteraksi dengan orang lain dan mengerjakan tugas dan proyeknya
dengan
cara
yang
akan
membantu
9
mereka
dalam
memuaskan
kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembang. Tipe budaya ini
mendukung keyakinan normative yang berhubungan dengan pencapaian
tujuan aktualisasi diri, penghargaan yang manusiawi, dan persatuan.
b. Budaya pasif-defensif
Budaya ini bercirikan keyakinan yang memungkinkan bahwa karyawan
berinteraksi dengan karyawan lain dengan cara mengancam keamanan
kerja sendiri. Tipe ini mendorong keyakinan normatif yang berhubungan
dengan persetujuan, conventional, ketergantungan dan penghindaran.
c. Budaya agresif-defensif
Budaya ini mendorong karyawannya untuk mengerjakan tugasnya dengan
keras untuk melindungi keamanan kerja dan status mereka.Tipe budaya ini
lebih mencerminkan keyakinan normative tentang kekuasaan, oposisi,
kompetitif dan perfeksionis.
2.1.3 Karakteristik Budaya Organisasi
Menurut Robbins (2007), memberikan 7 karakteristik budaya organisasi
sebagai berikut :
1. Inovasi dan keberanian mengambil resiko yaitu sejauh mana karyawan
diharapkan menjalankan presisi, analisis, dan perhatian pada hal-hal detail.
2. Perhatian terhadap detail yaitu sejauh mana keryawan diharapkan
menjalankan presisi, analisis dan perhatian pada hal-hal detail
10
3. Berorientasi pada hasil yaitu sejauh mana manajemen berfokus lebih pada
hasil ketimbang teknik atau proses yang digunakan untuk mencapai hasil
tersebut.
4. Berorientasi kepada manusia yaitu sejauh mana keputusan-keputusan
manajemen mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang
ada didalam organisasi.
5. Berorientasi pada tim yaitu sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja di
organisasi pada tim ketimbang individu-individu.
6. Agresivitas yaitu sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif
ketimang santai.
7. Stabilitas yaitu sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan
dipertahankannya
status
quo
dalam
perbandingannya
dengan
pertumbuhan.
2.1.4 Dimensi Budaya Organisasi
5R yaitu budaya organisasi yang dikenal sebagai salah satu budaya kerja
dari negara jepang sudah melegenda. Dalam PT.Sanken Argadwija budaya yang
dipakai yaitu 5R tersebut karena misi dari perusahaan Sanken Argadwija yaitu
menghasilkan produk yang berkualitas jepang dan dari situlah budaya
organisasinya pun memakai budaya 5R yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan
Rajin.
11
1. Ringkas, yaitu merupakan prinsip kerja pemilahan barang yakni memilah
antara barang yang masih bisa digunakan ataupun yang tidak dan antara
barang yang reject dan yang siap pakai.
2. Rapi, yaitu barang yang dirapikan sesuai dengan tempat penyimpanan dan
juga standar penyimpanannya.
3. Resik, yaitu membersihkan lingkungan.
4. Rawat, yaitu agar masing-masing individu dapat menerapkan secara
kontinu ketiga prinsip sebelumnya dan pelaksanaan fase rawat ini akan
membuat lingkungan selalu terjaga secara terus menerus.
5. Rajin, lebih mengarah kepada membangun
kesadaran masing-masing
individu untuk secara konsisten menjalankan fase sebelumnya dan
menjalankan prinsip kerja tersebut meskipun tidak diawasi oleh atasannya.
2.1.5 Pengaruh Budaya Organisasi terdahap kinerja karyawan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang
diciptakan.Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam
keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat
satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu
pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan
pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak.Seiring
dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula
dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara
keseluruhan.
12
Menurut moohead dan griffin 2004 yang menyatakan bahwa budaya organisasi
merupakan seperangkat nilai, yang diterima selalu benar, yang membantu
seseorang dalam organisasi untuk memahami tindakan-tindakan mana yang dapat
diterima dan mana yang tidak dapat diterima.budaya organisasi mempunyai peran
yang sangat besar dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
2.2 Komunikasi Organisasi
2.2.1 Definisi Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan
organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi
(Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh
organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya
berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang
harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa
pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang
disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada
anggotanya secara individual.
2.2.2 Kerangka Pemahaman Komunikasi
Menurut John R. Wenburg dan William W. Wilmot juga Kenneth K. Sereno dan
Edward M. Bodaken setidaknya ada tiga kerangka pemahaman komunikasi, yaitu:
1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah
13
Komunikasi dipahami sebagai proses penyampaian pesan searah dari seseorang/
lembaga kepada seseorang/kelompok lainnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pemahaman komunikasi sebagai suatu proses satu arah ini oleh Michael
Burgoon disebut sebagai “definisi berorientasi sumber” (source-oriented
definition).
2. Komunikasi sebagai interaksi
Komunikasi dipahami sebagai proses aksi-reaksi, sebab-akibat, yang arahnya
bergantian. Komunikasi interaksi dipandang lebih dinamis daripada komunikasi
satu arah.Unsur penting dalam komunikasi interaksi adalah feedback (umpan
balik).
3. Komunikasi sebagai transaksi
Komunikasi dipahami sebagai kegiatan menafsirkan perilaku orang lain. Ada
proses encoding dan decoding pesan verbal maupun nonverbal. Semakin banyak
peserta komunikasi maka transaksi yang terjadi akan semakin rumit. Kelebihan
konsep ini adalah komunikasi dipahami sebagai konsep yang tidak membatasi
pada komunikasi yang disengaja saja.Pemahaman ini mirip dengan “definisi
berorientasi penerima” (receiver-oriented definition), yaitu menekankan pada
variabel-variabel yang berbeda yaitu penerima dan makna pesan bagi
penerima.Penerimaan pesan disini bersifat dua arah.
14
2.2.3 Fungsi Komunikasi organisasi
Sendjaja (2004) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai
berikut:
•
Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem
pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu
organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih
baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap
anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti.
Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk
membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang
terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan
informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi
tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan
sebagainya.
•
Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang
berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh
terhadap fungsi regulatif, yaitu: a. Berkaitan dengan orang-orang yang
berada dalam tataran manajemen,
yaitu
mereka yang
memiliki
kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan.
Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya
dilaksanakan sebagaimana semestinya. b. Berkaitan dengan pesan. Pesanpesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan
15
membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak
boleh untuk dilaksanakan.
•
Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan
kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang
diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka
untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab
pekerjaan
yang
dilakukan
secara sukarela
oleh karyawan akan
menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan
sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
•
Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran
yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan
dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal
tersebut, yaitu: a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus
dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan
organisasi. b. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar
pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun
kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan
keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan
terhadap organisasi.
Griffin (2005) dalam A First Look at Communication Theory, membahas
komunikasi organisasi mengikuti teori management klasik, yang menempatkan
suatu bayaran pada daya produksi, presisi, dan efisiensi. Adapun prinsip-prinsip
dari teori management klasikal adalah sebagai berikut:
16
•
kesatuan komando- suatu karyawan hanya menerima pesan dari satu
atasan
•
rantai skalar- garis otoritas dari atasan ke bawahan, yang bergerak dari
atas sampai ke bawah untuk organisasi; rantai ini, yang diakibatkan oleh
prinsip kesatuan komando, harus digunakan sebagai suatu saluran untuk
pengambilan keputusan dan komunikasi.
•
divisi pekerjaan- manegement perlu arahan untuk mencapai suatu derajat
tingkat spesialisasi yang dirancang untuk mencapai sasaran organisasi
dengan suatu cara efisien.
•
tanggung jawab dan otoritas- perhatian harus dibayarkan kepada hak
untuk memberi order dan ke ketaatan seksama; suatu ketepatan
keseimbangan antara tanggung jawab dan otoritas harus dicapai.
•
disiplin- ketaatan, aplikasi, energi, perilaku, dan tanda rasa hormat yang
keluar seturut kebiasaan dan aturan disetujui.
•
mengebawahkan kepentingan individu dari kepentingan umum- melalui
contoh peneguhan, persetujuan adil, dan pengawasan terus-menerus.
2.2.4 Pendekatan Komunikasi Organisasi
Selanjutnya, Griffin menyadur tiga pendekatan untuk membahas
komunikasi organisasi. Ketiga pendekatan itu adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan sistem. Karl Weick (pelopor pendekatan sistem informasi)
menganggap struktur hirarkhi, garis rantai komando komunikasi, prosedur
operasi standar merupakan mungsuh dari inovasi. Ia melihat organisasi
17
sebagai kehidupan organis yang harus terus menerus beradaptasi kepada suatu
perubahan
lingkungan
dalam
orde
untuk
mempertahankan
hidup.
Pengorganisasian merupakan proses memahami informasi yang samar-samar
melalui pembuatan, pemilihan, dan penyimpanan informasi. Weick meyakini
organisasi akan bertahan dan tumbuh subur hanya ketika anggota-anggotanya
mengikutsertakan banyak kebebasan (free-flowing) dan komunikasi interaktif.
Untuk itu, ketika dihadapkan pada situasi yang mengacaukan, manajer harus
bertumpu pada komunikasi dari pada aturan-aturan.
Teori Weick tentang pengorganisasian mempunyai arti penting dalam
bidang komunikasi karena ia menggunakan komunikasi sebagai basis
pengorganisasian manusia dan memberikan dasar logika untuk memahami
bagaimana
orang
pengorganisasian
berorganisasi.
memenuhi
fungsi
Menurutnya,
pengurangan
kegiatan-kegiatan
ketidakpastian
dari
informasi yang diterima dari lingkungan atau wilayah sekeliling. Ia
menggunakan istilah ketidakjelasan untuk mengatakan ketidakpastian, atau
keruwetan, kerancuan, dan kurangnya predictability. Semua informasi dari
lingkungan sedikit banyak sifatnya tidak jelas, dan aktivitas-aktivitas
pengorganisasian
dirancang
untuk
mengurangi
ketidakpastian
atau
ketidakjelasan.
2. Pendekatan budaya. Asumsi interaksi simbolik mengatakan bahwa manusia
bertindak tentang sesuatu berdasarkan pada pemaknaan yang mereka miliki
tentang sesuatu itu. Mendapat dorongan besar dari antropolog Clifford Geertz,
18
ahli teori dan ethnografi, peneliti budaya yang melihat makna bersama yang
unik adalah ditentukan organisasi. Organisasi dipandang sebagai budaya.
Suatu organisasi merupakan sebuah cara hidup (way of live) bagi para
anggotanya, membentuk sebuah realita bersama yang membedakannya dari
budaya-budaya lainnya.
Pacanowsky dan para teoris interpretatif lainnya menganggap bahwa
budaya bukan sesuatu yang dipunyai oleh sebuah organisasi, tetapi budaya
adalah sesuatu suatu organisasi. budaya organisasi dihasilkan melalui
interaksi dari anggota-anggotanya. Tindakan-tindakan yang berorientasi tugas
tidak hanya mencapai sasaran-sasaran jangka pendek tetapi juga menciptakan
atau memperkuat cara-cara yang lain selain perilaku tugas ”resmi” dari para
karyawan, karena aktivitas-aktivitas sehari-hari yang paling membumi juga
memberi kontribusi bagi budaya tersebut.
Pendekatan ini mengkaji cara individu-individu menggunakan cerita-cerita,
ritual, simbol-simbol, dan tipe-tipe aktivitas lainnya untuk memproduksi dan
mereproduksi seperangkat pemahaman.
3. Pendekatan kritik. Stan Deetz, salah seorang penganut pendekatan ini,
menganggap bahwa kepentingan-kepentingan perusahaan sudah mendominasi
hampir semua aspek lainnya dalam masyarakat, dan kehidupan kita banyak
ditentukan
oleh
keputusan-keputusan
yang
dibuat
atas
kepentingan
pengaturan organisasi-organisasi perusahaan, atau manajerialisme.
19
2.2.5 Jenis komunikasi
1. Komunikasi intrapribadi
Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) adalah komunikasi
dengan diri sendiri, baik kita sadari atau tidak.Misalnya berpikir.
2. Komunikasi antarpribadi
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara
orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan respon verbal maupun
nonverbal berlangsung secara langsung.Bentuk khusus komunikasi antarpribadi
ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang hanya melibatkan dua
individu, misalnya suami-istri, dua sejawat, guru-murid.Ciri-ciri komunikasi
diadik adalah pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat;
pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara langsung
dan simultan.
3. Komunikasi kelompok (kecil)
Komunikasi kelompok merujuk pada komunikasi yang dilakukan sekelompok
kecil orang (small-group communication). Kelompok sendiri merupakan
sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama
lain untuk mencapai tujuan bersama, saling mengenal satu sama lain, dan
memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Komunikasi
antarpribadi berlaku dalam komunikasi kelompok.
20
4. Komunikasi publik
Komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah
orang (khalayak), yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi publik
meliputi ceramah, pidato, kuliah, tabligh akbar, dan lain-lain. Ciri-ciri komunikasi
publik adalah: berlangsung lebih formal; menuntut persiapan pesan yang cermat,
menuntut kemampuan menghadapi sejumlah besar orang; komunikasi cenderung
pasif; terjadi di tempat umum yang dihadiri sejumlah orang; merupakan peristiwa
yang direncanakan; dan ada orang-orang yang ditunjuk secara khusus melakukan
fungsi-fungsi tertentu.
5. Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasi (organizational communication) terjadi dalam suatu
organisasi, bersifat formal dan informal, dan berlangsung dalam jaringan yang
lebih besar dari komunikasi kelompok.Komunikasi organisasi juga melibatkan
komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, dan komunikasi publik tergantung
kebutuhan.
6. Komunikasi massa
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan
media massa cetak maupun elektronik yang dikelola sebuah lembaga atau orang
yang dilembagakan yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar,
anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara
serentak, cepat dan selintas.
21
2.2.6 Empat Dimensi Komunikasi Organisasi
Empat Dimensi Komunikasi Organisasi menurut Rivai dan Sagala (2011)
yaitu :
A. Komunikasi dari atas ke bawah
Yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang
berada
pada
tataran
manajemen
mengirimkan
pesan
kepada
bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah :
a. Pemberian atau peyimpanan instruksi kerja
b. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk
dilaksanakan
c. Penyampaian
informasi
mengenai
peraturan-peraturan
berlaku
d. Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik
Ada 4 metode dalam penyampaian informasi kepada para pegawai :
a. Metode tulisan
b. Metode lisan
c. Metode tulisan diikuti lisan
d. Metode lisan diikuti tulisan
22
yang
B. Komunikasi dari bawah ke atas
Yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan mengirim pesan
kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini
adalah :
a. Penyampaian informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang
sudah dilaksanakan.
b. Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan
ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan
c. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan
d. Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri
maupun pekerjaannya.
C. Komunikasi Horisontal
Yaitu komunikasi yang berlangsung diantara para karyawan
ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus
komunikasi horisotal yaitu :
a. Memperbaiki koordinasi tugas
b. Upaya pemecahan masalah
c. Saling berbagi informasi
d. Upaya pemecahan konflik
e. Membina hubungan melalui kegiatan bersama
23
D. Komunikasi Diagonal / Lintas Saluran
Yaitu tindak komunikasi untuk berbagi informasi melewati batasbatas fungsional.Spesialis staf biasanya paling aktif dalam komunikasi
lintas saluran ini karena biasanya tanggung jawab mereka berhubungan
dengan jabatan fungsional. Karena terdapat banyak komunikasi lintas
saluran yang dilakukan spesialis staf dan orang-orang lainnya yang
perlu berhubungan dalam rantai-rantai perintah lain, diperlukan
kebijakan organisasi untuk membimbing komunikasi lintas saluran.
Dua kondisi yang harus dipenuhi dalam menggunakan komunikasi
lintas saluran :
a. Setiap pegawai yang ingin berkomunikasi melintas saluran harus
meminta izin terlebih dahulu dari atasannya langsung.
b. Setiap pegawai yang terlibat dalam komunikasi lintas saluran harus
memberitahukan hasil komunikasinya kepada atsannya.
2.2.7 Pengaruh Komunikasi Organisasi terdahap kinerja karyawan
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan
organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi
(Wiryanto, 2005). Menurut kohler 2005 Komunikasi merupakan aktivitas dasar,
dalam melaksanakan pekerjaan karyawan tidak lepas dari komunikasi dengan
sesama rekan sekerja, dengan atasan dan dengan bawahan.komunikasi yang baik
dapat menjadi sarana yang tepat dalam meningkatkan kinerja karyawan.
24
2.3. KINERJA
2.3.1.DEFINISI KINERJA
Menurut Mangkunegara (2009:67) kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Menurut Rivai (2005;309) kinerja adalah perilaku nyata yang ditampilakan setiap
orang sebagai prsetasi kerja yang dihasiklan oleh karyawan sesuai dengan
peranannya dalam perusahaan.
Menurut kottler (2008) kinerja pegawai adalah yang mempengaruhi seberapa
banyak mereka member kintribusi kepada organisasi.Perbaikan kinerja baik untuk
individu maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan
kinerja organisasi.
2.3.2 Tujuan Kinerja
Menurut Rivai (2005:311) tujuan dari penilaian kinerja didasari oleh dua
alasan pokok, yaitu :
A. Manajer memerlukan untuk mengevaluasi yang objektif terhadap kinerja
karyawan pada masa yang lalu yang digunakan untuk membuat keputusan
dimasa yang akan datang.
B. Manajer memerlukan alat untuk mambantu karyawan dalam memperbaiki
pekerjaan, merencanakan pekerjaan, mengembangkan kemampuan dan
25
keterampilan untuk pengembangan karier dan memperkuat kualitas
hubungan.
Selain itu tujuan dari penilaian kerja karyawan adalah :
a. Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan karyawan
b. Untuk pengambilan keputusan administrative
c. Untuk pengembangan SDM
d. Mendorong pertanggung jawaban dari karyawan
e. Memperkuat hubungan antar karyawan dengan pimpinan melalui
diskusi tentang kemajuan kinerja karyawan
f. Untuk mengembangkan dan menetapkan pekerjaan
2.3.3. Unsur-unsur kinerja
Unsur-unsur kinerja karywan merupakan kriteria mengenai kinerja
karyawan dikatakan baik atau kurang, menurut Hasibuan (2008;95) unsureunsurnya adalah sebagai berikut :
A. Kesetiaan
Kinerja karyawan bisa diukur dari kesetiaan karyawan terhadap tugas dan
tanggung jawab pada pekerjaanya.
B. Prestasi kerja
Prestasi kerja karyawan harus dinilai baik dari sisi kualitas maupun kuantitas
dalam menjadi tolak ukur kinerja
26
C. Kedisiplinan
Kedisiplinan pegawai dalam mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku dan
melaksanakan instruksi yang diberikan kepadanya dalam mencari tola ukur
kerja.
D. Kreativitas
Kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitas dan mengeluarkan
potensi yang dimiliki dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga bekerja
lebih baik.
E. Kerjasama
Kerjasama diukur dari kesediaan karyawan dalam berpartisipasi dan bekerja
sama dengan karyawan lain sehingga pekerjaanya semakin baik.
F. Kecakapan
Kecakapan karywan dalam menyelesaikan pekerjaan yang telah dibebankan
kepadanya akan menjadi tola ukur dalam meningkatkan kinerja
G. Tanggung jawab
Kemampuan karyawan dalam menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat
waktu sesuai dengan tanggung jawab jabatan masing-masing.
27
H. Efektivitas dan efisiensi
Penggunaan waktu sebaik-baiknya dalam melaksanakan pekerjaan dan
memanfaatkan fasilitas perusahaan dengan baik misalkan penggunaan telepon,
listrik dan sebagainya.
2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu ( Mangkunegara, 2005):
a) Faktor individu
Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki
integritas
yang
tinggi
antara
fungsi
psikis
(rohani)
dan
fisiknya
(jasmaniah).Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik
maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik.Konsentrai yang baik
ini merupakan modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan
mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan
atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi.
b) Faktor lingkungan organisasi
Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam
mencapai kinerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain uraian
jabatan yang jelas, otoritas yang memadai, target kerja yang menantang, pola
komunikasi yang efektif, hubungan kerja yang harmonis, iklim kerja yang respek
dan dinamis, peluang berkarier dan fasilitas kerja yang relatif memadai.
28
2.3.5 Indikator Kinerja karyawan
Menurut Robbins 2006 indikator untuk mengukur kinerja karyawan secara
individu ada 5 indikator yaitu :
a.
Kualitas
Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang
dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan
karyawan
b.
Kuantitas
Kuantitas merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti
jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
c.
Ketepatan waktu
Merupakan tingkat aktivitas yang diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan,
dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu
yang tersedia untuk aktivitas lain.
d.
Efektivitas
Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang, teknologi,
bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil dari setiap unit
dalam penggunaan sumber daya.
29
e.
Kemandirian
Merupak tingkat seseorang karyawan yang nantinya akan dapat menjalankan
fungsi kerjanya komitmen kerja. Merupakan suatu tingkat dimana karyawan
mempunyai komitmen kerja dengan instansi dan tanggung jawab karyawan
terhadap kantor.
2.3.6Kaitan antara budaya dan komunikasi organisasi terhadap kinerja
karyawan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya
yang diciptakan.Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik
dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan
masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak
menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat
menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku
atau bertindak.Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam
organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi
efektivitas organisasi secara keseluruhan.
Menurut moohead dan griffin 2004 yang menyatakan bahwa budaya organisasi
merupakan seperangkat nilai, yang diterima selalu benar, yang membantu
seseorang dalam organisasi untuk memahami tindakan-tindakan mana yang dapat
diterima dan mana yang tidak dapat diterima.budaya organisasi mempunyai peran
yang sangat besar dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
30
Dan komunikasi dalam hal yaitu Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan
penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun
informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Menurut kohler 2005
Komunikasi merupakan aktivitas dasar, dalam melaksanakan pekerjaan karyawan
tidak lepas dari komunikasi dengan sesama rekan sekerja, dengan atasan dan
dengan bawahan.komunikasi yang baik dapat menjadi sarana yang tepat dalam
meningkatkan kinerja karyawan.
2.3.7Penelitian Terdahulu
Junet Zebua (2010)
Junet zebua melakukan penelitian dengan judul “pengaruh budaya
organisasi dan insentif terhadap kinerja karyawan staff rekam medic Rumah sakit
umum pusat H.Adam malik Medan”.Dalam penelitian ini dinyatakan bahwa
keseluruhan budaya organisasi masih tidak baik dalam mempengaruhi kinerja
karyawan.Hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yang disebar ke
responden.Dimana 23 responden (51%) mengatakan masih tidak baik dan 22
responden (48.9%) mengatakan tidak baik.
Manggarisan Sinaga (2008)
Manggarisan sinaga melakukan penelitian mengenai pengaruh budaya
organisasi dan reward terhadap kinerja karyawan pada PT.Soelong Laoet Medan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa budaya organisasi dan reward secara simultan
penelitian menunjukan bahwa budaya organisasi dan reward secara simultan
maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Nilai koefisien
31
determinasi di peroleh sebesar 84,4 % dimana kinerja karyawan dapat dijelaskan
oleh variable independen budaya organisasi, dan reward sebesar 84,4% dan 15.6%
dijelaskan oleh variable independen lainnya yang tidak dimasukan dalam
penelitian ini.
Dede Hasan Kurniadi (2008)
Dede hasan kurniadi melakukan penelitian mengenai pengaruh budaya
organisasi dan komunikasi organisasi terhadap kinerja pegawai Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat.Hal ini mengandung makna bahwa budaya organisasi dan
komunikasi organisasi cukup dominan dalam mempengaruhi terhadap kinerja
pegawai .penelitian ini juga menemukan bahwa terdapat variable-variabel lain
diluar budaya dan komunikasi organisasi yang turut serta mempengaruhi terhadap
kinerja pegawai.
2.3.8Kerangka Berfikir
Kerangka pemikiran adalah suatu diagram yang menjelaskan secara garis
besar alur logika berjalannya sebuah penelitian. Kerangka pemikiran dibuat
berdasarkan pertanyaan penelitian (research question), dan merepresentasikan
suatu himpunan dari beberapa konsep serta hubungan diantara konsep-konsep
tersebut (Polancik, 2009)
Komponen utama pada kerangka pemikiran yaitu variable independen, variable
dependen, variable moderator, variable intervening, variable control.
Disini penulis akan mencoba menjelaskan kerangka pemikiran dengan
menggunakan 3 variabel.
32
X1 yaitu meneliti tentang Budaya Organisasi
X2 yaitu meneliti tentang Komunikasi Organisasi
Variabel Y yaitu tentang kinerjakaryawa
Budaya Organisasi
X1
H2
kinerja Karyawan
Y
Komunikasi Organisasi
H3
X2
H1
Gambar 2.1
kerangka berpikir
2.3.9 Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu anggapan yang mungkin benar digunakan
sebagai dasar pembuatan keputusan atau mengarahkan penyelidikan selanjutnya.
Maka perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
33
Bagaimana pengaruh Budaya dan komuniksi organisasi terhadap kinerja
karyawan
Hipotesis alternatif :
Dalam penelitian 3 variabel di atas bahwa Budaya organisasi (X1) dan
Komunikasi organisasi (X2) sangat berhubungan erat dan sangat berpengaruh
terhadap Kinerja karyawan (Y).
1. H1 = Diduga terdapat pengaruh yang positif antara budaya dan komunikasi
organisasi terhadap kinerja karyawan.
2.
H2 = di duga terdapat pengaruh yang positif antara Budaya terhadap kinerja
karyawan
3.
H3 = di duga terdapat pengaruh yang positif antara Komunikasi organisasi
terhadap kinerja karyawan
34
Download