ma) owz mma tlnsns

advertisement
neo
ll IP !w!u WP '(EWI) tun!@ u m d W@P
uqeyfquad !urepEu&u
m e ' p o !*quo7
e w w ~ a l'pwxuroq !sdaseqw IT viewaw
6ueA q~uem 'OHM irunuw ' ( ~ 1 ) UWOH
6u!seala~ p!aAu depeq~at jwa~sq!nq!suas
ueaey6u!uw ledep 6ueA p p ~ q s uouuoq
UeyedNW ~ b 4 (9661.)
~ a uedsWWE) I N n W
'UNllUaW
u w w EI u e 1 9 e e y m ~ e s'veley6u!uad
!tuep6uatu w e qaIaw (981) u!aloId
6u!pu!8 pw.441 uep u!syo~glepey '~!d! s ~ ~ s ~ J ) u o ~
!eyewaw 6ue.4 q!uem eped '(~661.)ueq6u1uun3
w n w 'leuou w e q w p p u r n MW
'uwnuw v l w e ! !ma)w ~ a VPR
q HSI Iepey
nl!eA ' p ~ g!s6uy d e p e ~ a lu o ~ q s a b ~uour~oq
d
W e 6 u d emUeq u e y w 6 u w (~861.)qexW3 '(PI)
u ! s y W U ~ P(EL) u ! u a 4 w u l H
(S
')I
uouuo~
6 u n e 1 n ~ ~w
sAu EI!~d e p e w ~ q 'w
P~JQ
~ 6 u ydepetpal l e w q !sdasequoy qnre6uad
pua6ua.u ledepuad w e x u ! e W w epv
' ( ~ ' 1N ~ E lueldu!
)
uep '(!d qelepe ~ O I 3 l ~ a b l d
uep uabqsa ue~ndllm uow~oq 6unpue6uaw
6ueA uey6uepas 'yguns s!ua! qelepe ua6o~lsa
uouuoq 6unpue6uaw 6ueA Isdasequoy '~ueldu!
nqe )!lny qemeq !sdasequoy )ele uep u!qeJ welep
!sdasequoy lele 'yquns 'l!d qndtlaw epe 6ueA l~lyala
pdasequoy apcpw '%~'69ledepJal ~sdasequoy
lele ueyeun66uacll qelal 6ueA Snd '~sdase~luoy
lele n)es qeles q!l!tuaw welep uenlueq ueynllakaw
!u! yoduolay e66u!qas uellweqay epunuau .;nlun
ueu!6u!aylaq 6ueA (snd) Jnqns e!sn uelue%ed
% S'SL IedePJal '1.661. unuel (Inas) e!sauopul
uqeqasay uep y e ~ b w a!aNnS
~ l!seq lrunuaw
.yopuo6 [wapua qeJaep ueyed~atu
e6nl eAuese!q 6ueA 6unun6 6ua~al-6ua~alay
ynseuuq 'uetueppad qeJaepqeJaep ay qeqtuewd
e~alqelas
d
uep e!6eqeq 6ueA
qepns !u! 8~ l u e ~ b ~
~ p efienlay
q
ueypnlnmau w a s yeue uep
nq! uee~qqelasayueyley6u!uau nl!eA 'epue6
uenfnuaq eumua~aa e6~enlan w e ~ f i o ~
d
NVnlnHVON3d
'my06D!uepua pue p l .$is1 :uo!)da3eqm IeuouuoH :splom Ken
uqeyr m ~lauad]
) ,3dnol6jo l e q ueq 1aq6!q A~ue3y1u61s
a m a dm16
'[WLI:(z))Lz
pue v d m 6 jo p l W N ~ S 'sdno16 WIW 6 w e H S w~ a s jo a3ueMyp 1umy!u6!s ou aIam aJa!U :suognl3uo3
.Llanipadsa
rysrl
pue
'Mrl6-3 am 3 d m ~ 6pue 8 d m 6 d m ~ 6ml(31n) uonanxa auun jo anfen ue!pau
arU '~l3~!WdSaJ
lw/nd 6'9 pue 1p16rlE'Q 'lp/6rl L'8 aJam 3 pue 8 d m 6 'V dnol6 10) p l wnlas JO anlen ue!paw
~
jo anlen uetpaw a q l :%Insan
a u 'lw/nrl 1.1 a m 3 dm16 aI!w '(ltu/nrl 9'1.)a pue v d m 6 ~qH S wtuas
.(uoyez!(uals10 tuopua 'onl) uogda3enum (euouuoquou 6utsn 3 dno~6pue uo113a!u!
6u!sn 8 dna6 '(I!#) u o q d w u m h p n urnworn y d m :smolpj se ( d m 6 lpea JOJ uawom E)Apnls s!q
peEe uauwm paymu 40 s d m 6 e m u m e p w u m ' p ~ s 6uela6eyy
~p
ue6uemes
l o lwws aam s m A
l o eaR 3Iweua 001 u! (pp srea.4 ~
2 uewom
)
6uaue p w n p u a sem Apn)s loquo3 ase3 v :spoqlayy
'ueuom
pauRU Jo p l Pue H S l tuNaS qlm q d m 4 u a p w q h e n jo d!qsuoqela a q Apms 01 uqepuauxaaJ sem
II 'uo03uY Pml6 WAWaw ol w
d
a
o
e
q
u
m ~euawoqW n l o pella a q q peleia) ?pas leJaAas way s6u!puy
oqe am sacllgacllos a m w w e snou!e~unwu! sa6ell!n qocua)
~ ! P ~ P 'eaE
u ! PIN u! osle Inq w n u! Aluo IW 'paqmd u a q seq tue160ld h!uueld Al!uej :puno1613eg
m~
v
owz
an,a m u 'eae 1496 v p u a se w ! u &
V3NV N 3 U 0 9 31W30N3 NI
NIXONAH1ONV (HsI) NOWNOH 9NllVlnWIlS
NVWOM 03lNMVW 4 0 (PI)
OlOtlAHl WnN3S HUM NOlld3SWlN03 1VNOWNOH 3 0 dlHSNOllVl3tl3Hl
13WlS0V
WO~NOF)
I W ~ Q mma
N~
la tlnsns wsn N V ~ N V S VVIINVM
~
vavd
I1NVO H S l IVllN NV9N30 1VNOWNOH ISd3SVNlNOU NVVNn9ON3d NV9NIIHIIH
PGM 2004.27(2): 17-24
HubunginpenggUnaar;
serum, tetapi terjadi penurunan ambilan T3 oleh
resin. Namun, menumt Tatum (1978). meski secara
laboratorium tejadi perubahan, tetapi seeara klinis
tidak bermanifestasi. Jadi,
meskipun TBG
meningkat, secara klinis tidak terjadi perubahan
fungsi tiroid. Sedangkan Benson (1978) dan Talwar
(1986) mengatakan, progesteron bukan hanya
memacu fungsi tiroid untuk menghasilkan Smksin.
tetapi juga memacu ekskresi iodium melalui urin.
Sebagaimana dijeiaskan oleh Greenspan (1998)
peningkatan sensitivitas tirotrof terhadap TRH akan
meningkatkan TSH. Peningkatan TSH tersebut
akan memacu kelenjar gondok untuk lebih akM
mensintesis lebih banyak tiroksin. Bila ha1 ini
berlangsung lama dapat menimbulkan pembesaran
kelenjar gondok. Padahal biasanya di daerah
endemi gondok asupan iodium kurang sehingga
pemakaian kontrasepsi hormonal mungkin dapat
memperberat kekurangan iodium yang sudah ada.
Gangguan fungsi tiroid umumnya dideteksi dari
perubahan kadar TSH, T4 dan T3. Pada penelitian
ini tidak dilakukan analisis T3. Selain penggunaan
alat kontrasepsi hormonal faktw penCng yang hams
diperhatikan ikut berpengaruh terhadap status
iodium adalah konsumsi iodium (tergambar dari
banyaknya iodium yang dibuang dalam urin (UiE),
status gizi, konsumsi bahan makanan Cnggi sianida
dan konsumsi iodium. Untuk menambah informasi
mengenai hubungan pemakaian kontrasepsi
hormonal terhadap nilai TSH, dan T4 di daerah
endemi gondok dilakukan penelitian ini. Hasil
penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan
pengelola pragram penanggulangan GAKl di
daerah endemi gondok.
CARA
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sawangan
Kabupaten Magelang pada bulan Juni sampai
November tahun 2004 dengan desain penelitian
'Kasus Kontrol". Subjek penelitian adalah
Pasangan Usia Subur (PUS) b e ~ m u r20 - 40
tahun. Selain berumur 2040 tahun, kriteria ikiusi
PUS rneliputi pengguna alat kontrasepsi lebih dari 6
bulan tinggal di wilayah penelitian minimal 3 tahun,
tidak menggunakan obat antitimid. Sampel
penelitian terdiri dari 3 kelompok: kelompok I adalah
kelompok PUS pengguna alat kontrasepsi hormonal
[ ~ i l ) kelomrmk
,
I1 adalah kelompdc PUS m g g u n a
alal uon~rasepahormonal (s~nbk)dan kelomkn Ill
adalan keom3ok PUS vana uaak menaounakan
ilat kontrasepii hormonai(I$, kalender i i n steril).
Besar sampel dihitung dengan rumus Lemeshow
(1993) unluk kasus kontrol, dengan nilai keleliCan a
sebesar 95%, dan kekuatan uji p sebesar 80% dan
perkiraan perbedaan nilai horrnon T4 antara
pengguna dan bukan pengguna alat kontrasepsi
hormonal sebesar 2,6 ugldl (berdasarkan hasil
penelitian Adfin. 1995). Jadi. masing-masing
kelompok terdiri dari 38 orang.
Data yang dikumpulkan mencakup data
identitas, kesehatan (termasuk status gondok, alat
kontrasepsi dan lama pemakaiannya), konsumsi
makanan, data antropometri dan data biokimia
(TSH dan T4), sedangkan data h o m n T3 tidak
dikumpulkan. Data identitas dan alat konbasepsi
dikumpulkan
dengan
cara
wawancara
menggunakan fwmulir. Data kesehatan dan status
gondok dikumpulkan oleh dokter yang telah
berpengalaman.
Penimbangan berat badan dilakukan dengan
menggunakan timbangan injak digital merek
'SECA"
dan
pengukuran Cnggi badan
menggunakan alat pengukur tinggi badan
'microtoise". Data konsumsi makanan dilakukan
dengan wawancara memakai metode food recall
2x24 jam.
Pemeriksaan kadar hormon TSH, T4 dan kadar
iodium dalam urin (UIE) dilakukan di Laboratorium
GAKi, Magelang. Analisis TSH dan T4
menggunakan metcda 'ELIZA' pmduksi Human
dan analisis iodium urine (UIE) menggunakan
metode 'Wet Digestion'.
Status gizi dihitung menurut lndeks Massa
Tubuh (IMT), yaitu berat badan (dalam kg) per
Cnggi badan (dalam meter) kuadrat.
HASlL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Sampel
Hasil pengumpulan data karakteristik sampel,
seperti umur, pendidikan dan jenis pekejaan ibu
disajikan pada Tabel 1
Pada Tabel 1 terlihat bahwa jenis kontrasepsi
yang digunakan oleh kelompok PUS berumur
kurang dari 30 tahun adalah suntik sebesar 42,156,
alat KB n o n - h m n a l (IUD, Stecil) sebesar 34,2%
dan pengguna alat KB hormonal b m p a pi1 sebesar
26,3%. Sedangkan pada kelompok PUS berumur
lebih dari 30 tahun yang menggunakan alat
kontrasepsi hormmal berupa pi1 sebesar 73,7%,
sunt~ksebesar 57.9% dan yang menggunaKan nonhormonal sebesar 65.8% Dan hasll UI stabsbk Wak
ditemukan adanya perbedaan antara kelmpok
PGM 2004,27(2): 17-24
Hubunganpenggunaankmtrasepsi hMnonal
umur dengan alat kontrasepsi yang digunakan (X =
2,105; P = 0.349).
Tingkat pendidikan ibu sangat penting dalam
pem man kontrasepsi fang d.gunakan. Pada Tabel
1 tarnlak bahwa P,S vana berwndid kan lebih dari
9 tajlun ternyata l e b i suka menggunakan
konhasepsi non hormonal seperfj IUD, kondom dan
steril sebesar 81.6%. Secara statistik ditemukan
perbedaan yang berrnakna antara lama pendidikan
dan alal kontrasepsi yang digunakan (X' = 9.E45;
P = 0.W7).
Suryati, K; dkk
Dilihat d a i jenis peketjaan ibu, konbasepsi
hormonal
suntik dan pi1 lebih banyak
digunakan oleh ibu-ibu yang tidak bekerja dan
bumh tani, sedangkan ibu yang bekerja sebagai
pegawai negeri dan swasta lebih banyak yang
menggunakan alat kontrasepsinon-hormonal.
2. Konsumsi Sianida dan Zat Gizl
Hasil pengumpulan data konsumsi goibcgen
sianida dan konsumsi zat gizi disajikan pada Tabel
2.
Tabel I
Distribusi PUS Menurut Karakterktik Sarnpl pada Ketiga Kelornpok Penelaian
Pekerjaan lbu
- Tidak bekerja
- Tanilburuh tani
- PNSISwasta
Total
20
15
3
52,6
39,5
7.9
19
15
4
50,O
395
10,5
17
10
11
44,8
263
28.9
38
100,O
38
100,O
38
100,O
Pada Tabel 2 terlihat bahwa median konsumsi
goitrogen sianida pada ketiga kelompok penelitian
hampir sama; masing-masing sebesar 3,5 mg, 3.2
rng dan 3.0 ~nglhr.Dengan uii Kmskal-Walls tidak
ditemukan perbedaan yang bermakna (X2=0,250;
P=0.605). D~band~nakandenaan hasil ~enelitian
tahun 2003, yan{ dilakukin oleh aidi in di
Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang,
11,357'
0,087
konsumsi sianida yang berasal dari makanan
sehari-hari pada penelitian ini jauh lebih rendah. Hal
ini disebabkan karena jumlah dan jenis sayuran
yanp. dikonsumsi wak berbeda denaan hasil
.
penelitian tahun 2 ~ Pada
f penelitian tahun 2003.
banvak WUS vana rnenaonsumsi daun tanakil
~" dan
selida air; ' k&ua yenis sayuran tersebut
mengandung sianida tinggi.
~~
PGM 2004,27(2): 17.24
W.K: dkk
Hutunganpmggmaar konlresepsihumonsi
Tabd 2
Median Konsumsi Gonrogrn S k n h dm llrtun K o n s u d Zd OLd plQ i(rtlglK
wWitbn
Varlabel
Energi (kkai)
Protein (g)
Lemak (g)
Vit C (mc)
Keterangan:
adalah anaka median
" adalah p i 5 dan P75
Rata-rata konsumsi energi untuk k@a
kelompok penelitian yang paling tinggi adalah
kelompok PVS pengguna kontawpsi suntik
sebesar 1428 kkal disusul deh kekmpdc PUS
pengguna kontrasepsi non h o m n a i sebesar 1361
Kkai dan yang paling rendah adalah kelompdc PUS
pengguna kontrasepsi berupa pi1 sebesar 1277
kkal. Walaupun demikian dengan uji Anova tidak
ditemukan adanya perbedaan konsumsi energi
pada ketiga keiompok penelitian (F.0.521,
p=0,6&I).
Konsumsi protein, lemak dan vitamin C untuk
kelompok PUS yang menggunah konbasepsi
berupa pi1 lebih rendah dibandingkan dengan dua
keiompok lain, tetapi secara statistik tidak bermakna
(P>0,05).
Dibandingkan dengan angka kearkupan gizi
(AKG) untuk kelcinpok wanita, konsumsi energi
untuk ketiga kelompok penelitim masih di bawah
AKG. Kelompok PUS pengguna pil, suntik dan nonhomxxlal masingmasing sebesar 65.8%, 67,5%
dan 70.0%. Konsumsi protein untuk ketiga
kelompok peneiitian sudah cukup baik, lebih dari
70,0% AKG. Konsumsi vitamin C d m zat besi untuk
ketiga kelompok penelitian cukup baik, lebih dari
80,0% AKG.
Status GM
Variabel lain yang berpenga~hpada status
iodium adalah status gizi. Gambwan stabs gizi
PUS pada ke6ga kelcinpok penelitim disajikan
pada tabel berikut.
Tabel 3
Distribusi PUS Bedasarkan Status Gid p a d l Ket@ Kslompok Pendnirn
I
Kelompok
IM T
-Kurus :< 18.5
- Normal : 18.5 - 24.9
- Gemuk : 25 - 29.9
- Obesitas : > 30
Suntik
5.3
Paaa t a ~ edl atas tampa* bahwa pmpwsi PUS
van0
kontrase~si h m a l becuoa
, - -menaa~nakan
~ " "
pi1 mempunyai status gizi leb;h (gemuk dan &)
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok suntik
10.5
I
dan non-homal. Keadam ini seswi dengan hasil
SDKl tahun 2002-2003 (2).
. .. vmo
. menpemukakan
bahwa masalah y a y dlhadapi pengguna aiat
konhasepsi pi1 adalah k e n a i h berat badan.
-
Hubunganpenggunaan konfrasepsi h m a l
PGM 2004.27(2): 17-24
Status lodium
Suryali. K; dkk
Median kadar h
m TSH dan T4 dan UIE unhrk
ketiga kelompok penelitian disajikan padaTaM 4.
Status lodium dapat dilihat dari median kadar
hormon TSH dan Tiroksin (T4) dalam serum.
Tab14
Median Kadar TSH, T4 dan Kadar lodium dalam Urin (VIE) pada Ketiga Kelompok Peneliian
(~gldl)
Kadar UIE
(pg/L)
8.7
157,O
7.3; 10,7
112;215
8,3
7,8 ; 10.4
69
5,2 ;8.6
0,000
199,O
125;246
163
105;240
0,843
Pada Tabel 4 terlihat bahwa median kadar TSH
untuk kelompok pengguna alat konbasepsi pi1sama
dengan pengguna kontrasepsi suntik sebesar 1,6
pU/ml, sedangkan pada kelompok n m hormonal
sebesar 1.7 pU/ml. Secara statistik tidak ada
perbedaan yang berrnakna (X1=0,314 ; P-0.865).
Hasil ini sesuai dengan penelitian Anfin (1995) yang
dilakukan di daerah endemi gondok Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman menunjukkan
bahwa penggunaan Norplan selama 3 bulan tidak
menaikkan kadar TSH.
Median kadar T4 pada kelompok PUS pengguna
kontrasepsi hormonal berupa pi1 dan suntik masingmasing sebesar 8,7 pg/dl dan 8,3 pgldl, sedangkan
pada kelompok PUS pengguna non-hormonal
sebesar 6,9 pgldl. Dengan uji Kruskal-Walls
ditemukan perbedaan yang sangat bermakna (X' =
16,146; df=2 dan P=0.000).
Hasil ini sesuai dengan Greenspan (1998) dan
Cunningham (1995) yang mengemukakan bahwa
h m n esbugen atau penggunaan pi1 sebagai
kontrasepsi oral akan meningkatkan kadar timksin
dan TBG.
Pada tabel di atas tampak median kadar iodium
dalam urin (UIE) untuk kelompok non hormonal
terlihat paling rendah sebesar 163 ugiL, dan yang
paling tinggi adalah kelompok pengguna alat
kontrasepsi suntik. Walaupun demikian median
kadar iodium dalam urin dengan uji Kmskall Walls
tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna
( X2= 0,345, p= 0,843).
Status iodium berdasarkan TSH dikategocikan
menjadi dua yaitu status yodium rendah bila kadar
TSH >SpU/ml dan normal bila kadar TSH < 5pUlml.
Distribusi PUS berdasarkan nilai TSH untuk kefqa
kelompok penelitian disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5
Distribusi Sampel Berdasarkan Status lodium pada Ketiga Kelompok Peneliian
Status lodium
(TSH < 5 pUlml)
Rendah (TSH > 5 pU/ml)
Pada Tabel 5 terlihal bahwa status iodium pada
ketiga kelompok penelitian cukup baik, hanya ada 2
orang (5,3%) PUS yang mempunyai status iodium
kurang pada kelompok pengguna kontrasepsi pi1
Pil
36
(947%)
2
(5,3%)
Kelompok
Suntik
Non-Hormonal
38
36
(100,0%)
(94,7%)
2
(5.3%)
dan 2 orang (5,3%) pada kelmpok n m - h m a l .
Dengan uji pmporsi tidak ditemukan perbedaan
status iodium antara kelompok pengguna alat
kontrasepsi hormonal (pil) dan non-hormonal.
PGM 2004.27(2): 17-24
Sutyatl, K; dkk
~ p e n l l g r n s a n k a r b s s a p s i ~
dm Cnggi (hipertimid) bila nilai T4 r 12 @dl.
Disbibusi sampel Masarkan nilai T4 disajih
Status iodium berdasarkan nilai hamon W n
(T4) dikategorikan menjadi 4, yaitu rendah bila nilai
T4 kurang dari 6 pgldl, normal rendah bila nilai T4
6 4 9 ~gldl,normal tinggi bila nilai T4 9-11.9 ~ I d l
Distribusi Saqml ~
pada Tabel 6
TaM6
h Nib1
l 14
l ppdr i(rtigl lWonpok P d * n
Kok4npk
Pil
Status 1 4
n
%
15,8
42,l
28,9
13,2
100.0
6
16
11
5
38
Rendah: < 6 pgldl
Normal Rendah: 6 - 8.9 pgldl
Normal Tinggi: 9 - 11.9 pgldl
Tinggi 2 12 @I
TOTAL
menggabungh k-pok
pus ~ a n gmempun~ai
nilai T4 r 12 pgldl ke dalam kelkmpok W S dengan
status T4 nonal tinggi. Hasil analisis menunjukkan
ada hubungrn yang sangat erat antara penggunm
konbasepsi dengan status iodium (F=13,565, dt.2
dan P=0,001).
Pada Tabel 6 terlihat bahwa PUS yang
mempunyai kadar tiroksin rendah pada khmpok pi1
ada 6 orang (15.8%) dan kelmpok rim-hormonal
ada 12 orang (31,6%). Sebagian besar PUS
(52,6%) pada kelompok non-hormonal memp~nyai
kadar T4 normal rendah (68,9 pgldl). Sedangkan
pada kelompok pengguna alat konbasepsi
hormonal berupa pi1 dan suntik masing-masing
sebesar 42,1% dan 60,5% mempunyai kadar T4
berkisar 9 - 11,9 pgldl. Ada kecendemngan PUS
pengguna kontrasepsi hormonal menjadi hipertimid
karena ada sebagian PUS yang mempunyai kadar
14 lebih dari 12,O vgldi. Pada kelompok pengguna
kontrasepsi pi1 ada 5 orang (13,2%) dan pada
kelompok suntik sebanyak 7 orang (18,4%).
Untuk
rnengetahui
hubungan
antara
penggunaan kontrasepsi dengan status iodium,
dilakukan
uji
Kruskal-Walls,
setelah
lama Penggunnn Kontrarrprl
Variabel yang mungkin berpengmh $madap
status iodium adalah lama penggunaan alat
kontrwepsi. Disbibusi PUS berdasarkan lama
penggunaan dat konlrasepsi diijikan pada Tabd
7. Pada Tabel 7 tedihat bahwa pmporsi WUS yang
menggunakan abt kontrasepsi 6 - 12 bulan. 13 -35
bulan dan lebih dari 36 bulan untuk masing-masing
kelompok tidak jauh berbeda.
hbel7
Distribusi PUS Berdasarkan LIM PenggIIINan Kontnrepi prc* bt@Kll~fIIpdcRndltlm
--
1 x 1
n
6
- I 7 hlllan
1
9
1
Kelompok
Suntik
I
I
23.7
1
/
n
11
I
%
28.9
I
1
I
Non-Hormonal
n
%
10 1
26.3
PGM 2004,27(2): 17-24
Hubunganpmggunaan konlmswpsi hormonal
Suryati, K; dkk
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status
lodium
jenis alat KB, umur, konsumsi sianida, konsumsi
iodiurn, lama penggunaan alat KB dan status gizi,
disajikan pada Tabel 8.
Untuk mengetahui hubungan variabel dependen
(kadar T4) dengan variabel independen, sepelti:
Tabel 8
Hubungan Antan Vatiabel Dependen (14) dengan Variabel Independen
2 100 uglL (0)
-Lama Penggunaan KB
r 36 bln (I)
< 36 bln (0)
- Slatus Gizi (IMT)
2 25 (1)
< 25 (0)
15
68
5
13
41
53
0.664
0.415
1,616
0,5514,216
3
15
19
75
0,155
0,694
0,789
0,202-2,930
Pada Tabel 8 tampak bahwa variabel
kontrasepsi yang digunakan me~pakanvariabel
yang sangat berhubungan erat dengan status
iodium (X2 = 10.309 dan P-0.001). Kelompok PUS
pengguna alat kontrasepsi hormonal mempunyai
cdd rasio 0,18 ka!i untuk mempunyai status iodium
rendah dibandingkan dengan kelompok PUS yang
menggunakan alat konlrasepsi non hormonal.
Untuk mel~hathubungan bersih dan penggunaan
alat konlrasepsi terhadap status iodium dilakukan
uji multiregresi logistik dengan metode Backward
(N=114). Hasil uji multiregresi logislik juga
menunjukkan bahwa faktor yang sangat
berhubungan dengan status iodium rendah atau
normal adalah jenis konlrasepsi yang digunakan.
Kelompok PUS yang nmnggunakan alat
kontrasepsi h o m n a l berisiko 0,15 kali untuk
mempunyai status iodium rendah dibandingkan
dengan kelompok PUS yang menggunakan alal
kontrasepsi nonhormonal dengan nilai OR=0,147
dan 95% CI = 0,053 - 0,529) (Terlampir). Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi
hormonal di daerah penelitian justru mempunyai
efek melindungi tejadinya hipotimid.
Dari hasil penmriksaan kadar TSH dan h o r n
tiroksin (T4) dan UIE pada pengguna kontaasepsi
hormonal dan n o n - h o m a l di Kecamatan
PGM 2004,27(2): 17-24
Hubungm~mkamssepsc~al
Sawangan Kabupaten Magelang, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Median kadar TSH d m haman limksin (T4)
pada, baik pengguna kontrasepsi hwmonal
maupun non-hormonal, masih dalam batas
normal. Presentase PUS dengan kadar T4
tingg~ (12 pgldl) sebesar 15,8% d m berada
pada kelompok pengguna konbasepsi
hormonal.
2. Median kadar iodium d a l m min sebagai
garnbaran konsumsi iodium yang bmwl dari
kapsul, garam dan makanan untuk ketiga
kelompok peneli6an sudah cukup Gnggi;
masing-masing sebesar 157 pgldl, 199 pgldl
dan 163pgldl
3. Tidak ditemukan perbedaan median kadar TSH
untuk ketiga kelompok penefitian. Nilai median
kadar TSH kelompok pengguna konbasepsi
hormonal (pi1 dan suntik) sama besamya, yakni
1,6pU/ml, dan kelompok non hormonal sebesar
1.5pUlml.
4. Dilemukan perbedaan yang benakna
(P<O,WOO) median kadar h o m n timksin (T4)
pada ketiga kelompok penelitian. Nilai kadar
tiroksin (T4) kelompok pengguna alat
kontrasepsi hormonal (pi1 dan suntik) masingmasing sebesar 8,7 pgldl dan 8,3pgldl dan
kelompok non-hormonal sebesar 6,gpgIdl.
5. Tidak ditemukan adanya perbedaan nilai
median kadar TSH dan T4 antara pengguna alat
kontrasepsi pi1 (campuran estrogen dan
progesteron) dengan suntik (progesteron).
6. Ditemukan hubungan yang bermakna antara
pengguna kontrasepsi h o m n a l dengan kadar
hormon Tiroksin (T4). Kelompok PUS yang
menggunakan kontrasepsi hormonal berisiko
0,18 kali untuk mempunyai status yodium
rendah dibandingkan dengan kelompk nonhormonal.
SARAN
Untuk dapat memberikan saran yang lebih
akurat terhadap program, masih diplukan
Suyafi. K:dklc
pendiim m a n desain kohw unbk mengeMu
pengaruh penggunaan konbasepsi h m d
terhadap kadar T4 bebas karma h m ini lebih
fungsional dibandingkan b y a n kadar 74 tow.
RUJUKAN
1. Arifin. 2. Pengmh Penggunaan Norpbnt
Terhadap Kadar T3, T4 d m TSH pada
Akseptor di Daerah Gmdok Endemik.
Berkala Nmu Ke&kteranl995,27: 3.
2. BPS. Indwhesia. Demqlraphtc and He&
Survey 2002-2003. Jakarta: Central Bearau
of Statistics, 2003.
3. Benson BC. Current Obstebic & Gynaamlogy
Diagnostic and Treabnent. Los Altos,
Califmia: Laye Medical P u b l i i o n , 1978.
4. BKKBN. lnformasi Pelayanm Konbasepsi.
Jakarta: BKKBN, 1994.
5. Cmxato, HB; Diaz, S; Brandeis. AM;
Johanson, E. Plasma levonatgestrel and
prcgestin levels in women treated wilh silastic
covered rods containing levonorgestrel.
Contraception 1985,23:197-209.
6. Cunningham, FG; Mac Donald, PC; Gant, NF.
Obstetri Williams. Edisi 18. J a m : EGC,
1995.
7. Greenspan, FS. Endckhologi Dasar dm
Klinik. Jakarta: EGC, 1998.
8. Lameshow, et al. Adequacy of Simple Size in
Heallh Studies. Geneva: WHO, 1990.
9. Talwar. GP. Textbook of Blochemisby.
Philaddphia: WB Saunders Cmpany. 1986.
10.Tatum. Contmeptm on Current Obstebic
and Gynaeodogy Diagrwsfk and Treatment.
Los Altos. California: Lange Madical
Publications, 1978.
11. WHO. Oral Conbaceplives: Technical and
Safety Aspects. Geneva: WHO, 1982.
Download