neo ll IP !w!u WP '(EWI) tun!@ u m d W@P uqeyfquad !urepEu&u m e ' p o !*quo7 e w w ~ a l'pwxuroq !sdaseqw IT viewaw 6ueA q~uem 'OHM irunuw ' ( ~ 1 ) UWOH 6u!seala~ p!aAu depeq~at jwa~sq!nq!suas ueaey6u!uw ledep 6ueA p p ~ q s uouuoq UeyedNW ~ b 4 (9661.) ~ a uedsWWE) I N n W 'UNllUaW u w w EI u e 1 9 e e y m ~ e s'veley6u!uad !tuep6uatu w e qaIaw (981) u!aloId 6u!pu!8 pw.441 uep u!syo~glepey '~!d! s ~ ~ s ~ J ) u o ~ !eyewaw 6ue.4 q!uem eped '(~661.)ueq6u1uun3 w n w 'leuou w e q w p p u r n MW 'uwnuw v l w e ! !ma)w ~ a VPR q HSI Iepey nl!eA ' p ~ g!s6uy d e p e ~ a lu o ~ q s a b ~uour~oq d W e 6 u d emUeq u e y w 6 u w (~861.)qexW3 '(PI) u ! s y W U ~ P(EL) u ! u a 4 w u l H (S ')I uouuo~ 6 u n e 1 n ~ ~w sAu EI!~d e p e w ~ q 'w P~JQ ~ 6 u ydepetpal l e w q !sdasequoy qnre6uad pua6ua.u ledepuad w e x u ! e W w epv ' ( ~ ' 1N ~ E lueldu! ) uep '(!d qelepe ~ O I 3 l ~ a b l d uep uabqsa ue~ndllm uow~oq 6unpue6uaw 6ueA uey6uepas 'yguns s!ua! qelepe ua6o~lsa uouuoq 6unpue6uaw 6ueA Isdasequoy '~ueldu! nqe )!lny qemeq !sdasequoy )ele uep u!qeJ welep !sdasequoy lele 'yquns 'l!d qndtlaw epe 6ueA l~lyala pdasequoy apcpw '%~'69ledepJal ~sdasequoy lele ueyeun66uacll qelal 6ueA Snd '~sdase~luoy lele n)es qeles q!l!tuaw welep uenlueq ueynllakaw !u! yoduolay e66u!qas uellweqay epunuau .;nlun ueu!6u!aylaq 6ueA (snd) Jnqns e!sn uelue%ed % S'SL IedePJal '1.661. unuel (Inas) e!sauopul uqeqasay uep y e ~ b w a!aNnS ~ l!seq lrunuaw .yopuo6 [wapua qeJaep ueyed~atu e6nl eAuese!q 6ueA 6unun6 6ua~al-6ua~alay ynseuuq 'uetueppad qeJaepqeJaep ay qeqtuewd e~alqelas d uep e!6eqeq 6ueA qepns !u! 8~ l u e ~ b ~ ~ p efienlay q ueypnlnmau w a s yeue uep nq! uee~qqelasayueyley6u!uau nl!eA 'epue6 uenfnuaq eumua~aa e6~enlan w e ~ f i o ~ d NVnlnHVON3d 'my06D!uepua pue p l .$is1 :uo!)da3eqm IeuouuoH :splom Ken uqeyr m ~lauad] ) ,3dnol6jo l e q ueq 1aq6!q A~ue3y1u61s a m a dm16 '[WLI:(z))Lz pue v d m 6 jo p l W N ~ S 'sdno16 WIW 6 w e H S w~ a s jo a3ueMyp 1umy!u6!s ou aIam aJa!U :suognl3uo3 .Llanipadsa rysrl pue 'Mrl6-3 am 3 d m ~ 6pue 8 d m 6 d m ~ 6ml(31n) uonanxa auun jo anfen ue!pau arU '~l3~!WdSaJ lw/nd 6'9 pue 1p16rlE'Q 'lp/6rl L'8 aJam 3 pue 8 d m 6 'V dnol6 10) p l wnlas JO anlen ue!paw ~ jo anlen uetpaw a q l :%Insan a u 'lw/nrl 1.1 a m 3 dm16 aI!w '(ltu/nrl 9'1.)a pue v d m 6 ~qH S wtuas .(uoyez!(uals10 tuopua 'onl) uogda3enum (euouuoquou 6utsn 3 dno~6pue uo113a!u! 6u!sn 8 dna6 '(I!#) u o q d w u m h p n urnworn y d m :smolpj se ( d m 6 lpea JOJ uawom E)Apnls s!q peEe uauwm paymu 40 s d m 6 e m u m e p w u m ' p ~ s 6uela6eyy ~p ue6uemes l o lwws aam s m A l o eaR 3Iweua 001 u! (pp srea.4 ~ 2 uewom ) 6uaue p w n p u a sem Apn)s loquo3 ase3 v :spoqlayy 'ueuom pauRU Jo p l Pue H S l tuNaS qlm q d m 4 u a p w q h e n jo d!qsuoqela a q Apms 01 uqepuauxaaJ sem II 'uo03uY Pml6 WAWaw ol w d a o e q u m ~euawoqW n l o pella a q q peleia) ?pas leJaAas way s6u!puy oqe am sacllgacllos a m w w e snou!e~unwu! sa6ell!n qocua) ~ ! P ~ P 'eaE u ! PIN u! osle Inq w n u! Aluo IW 'paqmd u a q seq tue160ld h!uueld Al!uej :puno1613eg m~ v owz an,a m u 'eae 1496 v p u a se w ! u & V3NV N 3 U 0 9 31W30N3 NI NIXONAH1ONV (HsI) NOWNOH 9NllVlnWIlS NVWOM 03lNMVW 4 0 (PI) OlOtlAHl WnN3S HUM NOlld3SWlN03 1VNOWNOH 3 0 dlHSNOllVl3tl3Hl 13WlS0V WO~NOF) I W ~ Q mma N~ la tlnsns wsn N V ~ N V S VVIINVM ~ vavd I1NVO H S l IVllN NV9N30 1VNOWNOH ISd3SVNlNOU NVVNn9ON3d NV9NIIHIIH PGM 2004.27(2): 17-24 HubunginpenggUnaar; serum, tetapi terjadi penurunan ambilan T3 oleh resin. Namun, menumt Tatum (1978). meski secara laboratorium tejadi perubahan, tetapi seeara klinis tidak bermanifestasi. Jadi, meskipun TBG meningkat, secara klinis tidak terjadi perubahan fungsi tiroid. Sedangkan Benson (1978) dan Talwar (1986) mengatakan, progesteron bukan hanya memacu fungsi tiroid untuk menghasilkan Smksin. tetapi juga memacu ekskresi iodium melalui urin. Sebagaimana dijeiaskan oleh Greenspan (1998) peningkatan sensitivitas tirotrof terhadap TRH akan meningkatkan TSH. Peningkatan TSH tersebut akan memacu kelenjar gondok untuk lebih akM mensintesis lebih banyak tiroksin. Bila ha1 ini berlangsung lama dapat menimbulkan pembesaran kelenjar gondok. Padahal biasanya di daerah endemi gondok asupan iodium kurang sehingga pemakaian kontrasepsi hormonal mungkin dapat memperberat kekurangan iodium yang sudah ada. Gangguan fungsi tiroid umumnya dideteksi dari perubahan kadar TSH, T4 dan T3. Pada penelitian ini tidak dilakukan analisis T3. Selain penggunaan alat kontrasepsi hormonal faktw penCng yang hams diperhatikan ikut berpengaruh terhadap status iodium adalah konsumsi iodium (tergambar dari banyaknya iodium yang dibuang dalam urin (UiE), status gizi, konsumsi bahan makanan Cnggi sianida dan konsumsi iodium. Untuk menambah informasi mengenai hubungan pemakaian kontrasepsi hormonal terhadap nilai TSH, dan T4 di daerah endemi gondok dilakukan penelitian ini. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan pengelola pragram penanggulangan GAKl di daerah endemi gondok. CARA Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang pada bulan Juni sampai November tahun 2004 dengan desain penelitian 'Kasus Kontrol". Subjek penelitian adalah Pasangan Usia Subur (PUS) b e ~ m u r20 - 40 tahun. Selain berumur 2040 tahun, kriteria ikiusi PUS rneliputi pengguna alat kontrasepsi lebih dari 6 bulan tinggal di wilayah penelitian minimal 3 tahun, tidak menggunakan obat antitimid. Sampel penelitian terdiri dari 3 kelompok: kelompok I adalah kelompok PUS pengguna alat kontrasepsi hormonal [ ~ i l ) kelomrmk , I1 adalah kelompdc PUS m g g u n a alal uon~rasepahormonal (s~nbk)dan kelomkn Ill adalan keom3ok PUS vana uaak menaounakan ilat kontrasepii hormonai(I$, kalender i i n steril). Besar sampel dihitung dengan rumus Lemeshow (1993) unluk kasus kontrol, dengan nilai keleliCan a sebesar 95%, dan kekuatan uji p sebesar 80% dan perkiraan perbedaan nilai horrnon T4 antara pengguna dan bukan pengguna alat kontrasepsi hormonal sebesar 2,6 ugldl (berdasarkan hasil penelitian Adfin. 1995). Jadi. masing-masing kelompok terdiri dari 38 orang. Data yang dikumpulkan mencakup data identitas, kesehatan (termasuk status gondok, alat kontrasepsi dan lama pemakaiannya), konsumsi makanan, data antropometri dan data biokimia (TSH dan T4), sedangkan data h o m n T3 tidak dikumpulkan. Data identitas dan alat konbasepsi dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan fwmulir. Data kesehatan dan status gondok dikumpulkan oleh dokter yang telah berpengalaman. Penimbangan berat badan dilakukan dengan menggunakan timbangan injak digital merek 'SECA" dan pengukuran Cnggi badan menggunakan alat pengukur tinggi badan 'microtoise". Data konsumsi makanan dilakukan dengan wawancara memakai metode food recall 2x24 jam. Pemeriksaan kadar hormon TSH, T4 dan kadar iodium dalam urin (UIE) dilakukan di Laboratorium GAKi, Magelang. Analisis TSH dan T4 menggunakan metcda 'ELIZA' pmduksi Human dan analisis iodium urine (UIE) menggunakan metode 'Wet Digestion'. Status gizi dihitung menurut lndeks Massa Tubuh (IMT), yaitu berat badan (dalam kg) per Cnggi badan (dalam meter) kuadrat. HASlL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Sampel Hasil pengumpulan data karakteristik sampel, seperti umur, pendidikan dan jenis pekejaan ibu disajikan pada Tabel 1 Pada Tabel 1 terlihat bahwa jenis kontrasepsi yang digunakan oleh kelompok PUS berumur kurang dari 30 tahun adalah suntik sebesar 42,156, alat KB n o n - h m n a l (IUD, Stecil) sebesar 34,2% dan pengguna alat KB hormonal b m p a pi1 sebesar 26,3%. Sedangkan pada kelompok PUS berumur lebih dari 30 tahun yang menggunakan alat kontrasepsi hormmal berupa pi1 sebesar 73,7%, sunt~ksebesar 57.9% dan yang menggunaKan nonhormonal sebesar 65.8% Dan hasll UI stabsbk Wak ditemukan adanya perbedaan antara kelmpok PGM 2004,27(2): 17-24 Hubunganpenggunaankmtrasepsi hMnonal umur dengan alat kontrasepsi yang digunakan (X = 2,105; P = 0.349). Tingkat pendidikan ibu sangat penting dalam pem man kontrasepsi fang d.gunakan. Pada Tabel 1 tarnlak bahwa P,S vana berwndid kan lebih dari 9 tajlun ternyata l e b i suka menggunakan konhasepsi non hormonal seperfj IUD, kondom dan steril sebesar 81.6%. Secara statistik ditemukan perbedaan yang berrnakna antara lama pendidikan dan alal kontrasepsi yang digunakan (X' = 9.E45; P = 0.W7). Suryati, K; dkk Dilihat d a i jenis peketjaan ibu, konbasepsi hormonal suntik dan pi1 lebih banyak digunakan oleh ibu-ibu yang tidak bekerja dan bumh tani, sedangkan ibu yang bekerja sebagai pegawai negeri dan swasta lebih banyak yang menggunakan alat kontrasepsinon-hormonal. 2. Konsumsi Sianida dan Zat Gizl Hasil pengumpulan data konsumsi goibcgen sianida dan konsumsi zat gizi disajikan pada Tabel 2. Tabel I Distribusi PUS Menurut Karakterktik Sarnpl pada Ketiga Kelornpok Penelaian Pekerjaan lbu - Tidak bekerja - Tanilburuh tani - PNSISwasta Total 20 15 3 52,6 39,5 7.9 19 15 4 50,O 395 10,5 17 10 11 44,8 263 28.9 38 100,O 38 100,O 38 100,O Pada Tabel 2 terlihat bahwa median konsumsi goitrogen sianida pada ketiga kelompok penelitian hampir sama; masing-masing sebesar 3,5 mg, 3.2 rng dan 3.0 ~nglhr.Dengan uii Kmskal-Walls tidak ditemukan perbedaan yang bermakna (X2=0,250; P=0.605). D~band~nakandenaan hasil ~enelitian tahun 2003, yan{ dilakukin oleh aidi in di Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, 11,357' 0,087 konsumsi sianida yang berasal dari makanan sehari-hari pada penelitian ini jauh lebih rendah. Hal ini disebabkan karena jumlah dan jenis sayuran yanp. dikonsumsi wak berbeda denaan hasil . penelitian tahun 2 ~ Pada f penelitian tahun 2003. banvak WUS vana rnenaonsumsi daun tanakil ~" dan selida air; ' k&ua yenis sayuran tersebut mengandung sianida tinggi. ~~ PGM 2004,27(2): 17.24 W.K: dkk Hutunganpmggmaar konlresepsihumonsi Tabd 2 Median Konsumsi Gonrogrn S k n h dm llrtun K o n s u d Zd OLd plQ i(rtlglK wWitbn Varlabel Energi (kkai) Protein (g) Lemak (g) Vit C (mc) Keterangan: adalah anaka median " adalah p i 5 dan P75 Rata-rata konsumsi energi untuk k@a kelompok penelitian yang paling tinggi adalah kelompok PVS pengguna kontawpsi suntik sebesar 1428 kkal disusul deh kekmpdc PUS pengguna kontrasepsi non h o m n a i sebesar 1361 Kkai dan yang paling rendah adalah kelompdc PUS pengguna kontrasepsi berupa pi1 sebesar 1277 kkal. Walaupun demikian dengan uji Anova tidak ditemukan adanya perbedaan konsumsi energi pada ketiga keiompok penelitian (F.0.521, p=0,6&I). Konsumsi protein, lemak dan vitamin C untuk kelompok PUS yang menggunah konbasepsi berupa pi1 lebih rendah dibandingkan dengan dua keiompok lain, tetapi secara statistik tidak bermakna (P>0,05). Dibandingkan dengan angka kearkupan gizi (AKG) untuk kelcinpok wanita, konsumsi energi untuk ketiga kelompok penelitim masih di bawah AKG. Kelompok PUS pengguna pil, suntik dan nonhomxxlal masingmasing sebesar 65.8%, 67,5% dan 70.0%. Konsumsi protein untuk ketiga kelompok peneiitian sudah cukup baik, lebih dari 70,0% AKG. Konsumsi vitamin C d m zat besi untuk ketiga kelompok penelitian cukup baik, lebih dari 80,0% AKG. Status GM Variabel lain yang berpenga~hpada status iodium adalah status gizi. Gambwan stabs gizi PUS pada ke6ga kelcinpok penelitim disajikan pada tabel berikut. Tabel 3 Distribusi PUS Bedasarkan Status Gid p a d l Ket@ Kslompok Pendnirn I Kelompok IM T -Kurus :< 18.5 - Normal : 18.5 - 24.9 - Gemuk : 25 - 29.9 - Obesitas : > 30 Suntik 5.3 Paaa t a ~ edl atas tampa* bahwa pmpwsi PUS van0 kontrase~si h m a l becuoa , - -menaa~nakan ~ " " pi1 mempunyai status gizi leb;h (gemuk dan &) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok suntik 10.5 I dan non-homal. Keadam ini seswi dengan hasil SDKl tahun 2002-2003 (2). . .. vmo . menpemukakan bahwa masalah y a y dlhadapi pengguna aiat konhasepsi pi1 adalah k e n a i h berat badan. - Hubunganpenggunaan konfrasepsi h m a l PGM 2004.27(2): 17-24 Status lodium Suryali. K; dkk Median kadar h m TSH dan T4 dan UIE unhrk ketiga kelompok penelitian disajikan padaTaM 4. Status lodium dapat dilihat dari median kadar hormon TSH dan Tiroksin (T4) dalam serum. Tab14 Median Kadar TSH, T4 dan Kadar lodium dalam Urin (VIE) pada Ketiga Kelompok Peneliian (~gldl) Kadar UIE (pg/L) 8.7 157,O 7.3; 10,7 112;215 8,3 7,8 ; 10.4 69 5,2 ;8.6 0,000 199,O 125;246 163 105;240 0,843 Pada Tabel 4 terlihat bahwa median kadar TSH untuk kelompok pengguna alat konbasepsi pi1sama dengan pengguna kontrasepsi suntik sebesar 1,6 pU/ml, sedangkan pada kelompok n m hormonal sebesar 1.7 pU/ml. Secara statistik tidak ada perbedaan yang berrnakna (X1=0,314 ; P-0.865). Hasil ini sesuai dengan penelitian Anfin (1995) yang dilakukan di daerah endemi gondok Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman menunjukkan bahwa penggunaan Norplan selama 3 bulan tidak menaikkan kadar TSH. Median kadar T4 pada kelompok PUS pengguna kontrasepsi hormonal berupa pi1 dan suntik masingmasing sebesar 8,7 pg/dl dan 8,3 pgldl, sedangkan pada kelompok PUS pengguna non-hormonal sebesar 6,9 pgldl. Dengan uji Kruskal-Walls ditemukan perbedaan yang sangat bermakna (X' = 16,146; df=2 dan P=0.000). Hasil ini sesuai dengan Greenspan (1998) dan Cunningham (1995) yang mengemukakan bahwa h m n esbugen atau penggunaan pi1 sebagai kontrasepsi oral akan meningkatkan kadar timksin dan TBG. Pada tabel di atas tampak median kadar iodium dalam urin (UIE) untuk kelompok non hormonal terlihat paling rendah sebesar 163 ugiL, dan yang paling tinggi adalah kelompok pengguna alat kontrasepsi suntik. Walaupun demikian median kadar iodium dalam urin dengan uji Kmskall Walls tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna ( X2= 0,345, p= 0,843). Status iodium berdasarkan TSH dikategocikan menjadi dua yaitu status yodium rendah bila kadar TSH >SpU/ml dan normal bila kadar TSH < 5pUlml. Distribusi PUS berdasarkan nilai TSH untuk kefqa kelompok penelitian disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Distribusi Sampel Berdasarkan Status lodium pada Ketiga Kelompok Peneliian Status lodium (TSH < 5 pUlml) Rendah (TSH > 5 pU/ml) Pada Tabel 5 terlihal bahwa status iodium pada ketiga kelompok penelitian cukup baik, hanya ada 2 orang (5,3%) PUS yang mempunyai status iodium kurang pada kelompok pengguna kontrasepsi pi1 Pil 36 (947%) 2 (5,3%) Kelompok Suntik Non-Hormonal 38 36 (100,0%) (94,7%) 2 (5.3%) dan 2 orang (5,3%) pada kelmpok n m - h m a l . Dengan uji pmporsi tidak ditemukan perbedaan status iodium antara kelompok pengguna alat kontrasepsi hormonal (pil) dan non-hormonal. PGM 2004.27(2): 17-24 Sutyatl, K; dkk ~ p e n l l g r n s a n k a r b s s a p s i ~ dm Cnggi (hipertimid) bila nilai T4 r 12 @dl. Disbibusi sampel Masarkan nilai T4 disajih Status iodium berdasarkan nilai hamon W n (T4) dikategorikan menjadi 4, yaitu rendah bila nilai T4 kurang dari 6 pgldl, normal rendah bila nilai T4 6 4 9 ~gldl,normal tinggi bila nilai T4 9-11.9 ~ I d l Distribusi Saqml ~ pada Tabel 6 TaM6 h Nib1 l 14 l ppdr i(rtigl lWonpok P d * n Kok4npk Pil Status 1 4 n % 15,8 42,l 28,9 13,2 100.0 6 16 11 5 38 Rendah: < 6 pgldl Normal Rendah: 6 - 8.9 pgldl Normal Tinggi: 9 - 11.9 pgldl Tinggi 2 12 @I TOTAL menggabungh k-pok pus ~ a n gmempun~ai nilai T4 r 12 pgldl ke dalam kelkmpok W S dengan status T4 nonal tinggi. Hasil analisis menunjukkan ada hubungrn yang sangat erat antara penggunm konbasepsi dengan status iodium (F=13,565, dt.2 dan P=0,001). Pada Tabel 6 terlihat bahwa PUS yang mempunyai kadar tiroksin rendah pada khmpok pi1 ada 6 orang (15.8%) dan kelmpok rim-hormonal ada 12 orang (31,6%). Sebagian besar PUS (52,6%) pada kelompok non-hormonal memp~nyai kadar T4 normal rendah (68,9 pgldl). Sedangkan pada kelompok pengguna alat konbasepsi hormonal berupa pi1 dan suntik masing-masing sebesar 42,1% dan 60,5% mempunyai kadar T4 berkisar 9 - 11,9 pgldl. Ada kecendemngan PUS pengguna kontrasepsi hormonal menjadi hipertimid karena ada sebagian PUS yang mempunyai kadar 14 lebih dari 12,O vgldi. Pada kelompok pengguna kontrasepsi pi1 ada 5 orang (13,2%) dan pada kelompok suntik sebanyak 7 orang (18,4%). Untuk rnengetahui hubungan antara penggunaan kontrasepsi dengan status iodium, dilakukan uji Kruskal-Walls, setelah lama Penggunnn Kontrarrprl Variabel yang mungkin berpengmh $madap status iodium adalah lama penggunaan alat kontrwepsi. Disbibusi PUS berdasarkan lama penggunaan dat konlrasepsi diijikan pada Tabd 7. Pada Tabel 7 tedihat bahwa pmporsi WUS yang menggunakan abt kontrasepsi 6 - 12 bulan. 13 -35 bulan dan lebih dari 36 bulan untuk masing-masing kelompok tidak jauh berbeda. hbel7 Distribusi PUS Berdasarkan LIM PenggIIINan Kontnrepi prc* bt@Kll~fIIpdcRndltlm -- 1 x 1 n 6 - I 7 hlllan 1 9 1 Kelompok Suntik I I 23.7 1 / n 11 I % 28.9 I 1 I Non-Hormonal n % 10 1 26.3 PGM 2004,27(2): 17-24 Hubunganpmggunaan konlmswpsi hormonal Suryati, K; dkk Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status lodium jenis alat KB, umur, konsumsi sianida, konsumsi iodiurn, lama penggunaan alat KB dan status gizi, disajikan pada Tabel 8. Untuk mengetahui hubungan variabel dependen (kadar T4) dengan variabel independen, sepelti: Tabel 8 Hubungan Antan Vatiabel Dependen (14) dengan Variabel Independen 2 100 uglL (0) -Lama Penggunaan KB r 36 bln (I) < 36 bln (0) - Slatus Gizi (IMT) 2 25 (1) < 25 (0) 15 68 5 13 41 53 0.664 0.415 1,616 0,5514,216 3 15 19 75 0,155 0,694 0,789 0,202-2,930 Pada Tabel 8 tampak bahwa variabel kontrasepsi yang digunakan me~pakanvariabel yang sangat berhubungan erat dengan status iodium (X2 = 10.309 dan P-0.001). Kelompok PUS pengguna alat kontrasepsi hormonal mempunyai cdd rasio 0,18 ka!i untuk mempunyai status iodium rendah dibandingkan dengan kelompok PUS yang menggunakan alat konlrasepsi non hormonal. Untuk mel~hathubungan bersih dan penggunaan alat konlrasepsi terhadap status iodium dilakukan uji multiregresi logistik dengan metode Backward (N=114). Hasil uji multiregresi logislik juga menunjukkan bahwa faktor yang sangat berhubungan dengan status iodium rendah atau normal adalah jenis konlrasepsi yang digunakan. Kelompok PUS yang nmnggunakan alat kontrasepsi h o m n a l berisiko 0,15 kali untuk mempunyai status iodium rendah dibandingkan dengan kelompok PUS yang menggunakan alal kontrasepsi nonhormonal dengan nilai OR=0,147 dan 95% CI = 0,053 - 0,529) (Terlampir). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal di daerah penelitian justru mempunyai efek melindungi tejadinya hipotimid. Dari hasil penmriksaan kadar TSH dan h o r n tiroksin (T4) dan UIE pada pengguna kontaasepsi hormonal dan n o n - h o m a l di Kecamatan PGM 2004,27(2): 17-24 Hubungm~mkamssepsc~al Sawangan Kabupaten Magelang, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Median kadar TSH d m haman limksin (T4) pada, baik pengguna kontrasepsi hwmonal maupun non-hormonal, masih dalam batas normal. Presentase PUS dengan kadar T4 tingg~ (12 pgldl) sebesar 15,8% d m berada pada kelompok pengguna konbasepsi hormonal. 2. Median kadar iodium d a l m min sebagai garnbaran konsumsi iodium yang bmwl dari kapsul, garam dan makanan untuk ketiga kelompok peneli6an sudah cukup Gnggi; masing-masing sebesar 157 pgldl, 199 pgldl dan 163pgldl 3. Tidak ditemukan perbedaan median kadar TSH untuk ketiga kelompok penefitian. Nilai median kadar TSH kelompok pengguna konbasepsi hormonal (pi1 dan suntik) sama besamya, yakni 1,6pU/ml, dan kelompok non hormonal sebesar 1.5pUlml. 4. Dilemukan perbedaan yang benakna (P<O,WOO) median kadar h o m n timksin (T4) pada ketiga kelompok penelitian. Nilai kadar tiroksin (T4) kelompok pengguna alat kontrasepsi hormonal (pi1 dan suntik) masingmasing sebesar 8,7 pgldl dan 8,3pgldl dan kelompok non-hormonal sebesar 6,gpgIdl. 5. Tidak ditemukan adanya perbedaan nilai median kadar TSH dan T4 antara pengguna alat kontrasepsi pi1 (campuran estrogen dan progesteron) dengan suntik (progesteron). 6. Ditemukan hubungan yang bermakna antara pengguna kontrasepsi h o m n a l dengan kadar hormon Tiroksin (T4). Kelompok PUS yang menggunakan kontrasepsi hormonal berisiko 0,18 kali untuk mempunyai status yodium rendah dibandingkan dengan kelompk nonhormonal. SARAN Untuk dapat memberikan saran yang lebih akurat terhadap program, masih diplukan Suyafi. K:dklc pendiim m a n desain kohw unbk mengeMu pengaruh penggunaan konbasepsi h m d terhadap kadar T4 bebas karma h m ini lebih fungsional dibandingkan b y a n kadar 74 tow. RUJUKAN 1. Arifin. 2. Pengmh Penggunaan Norpbnt Terhadap Kadar T3, T4 d m TSH pada Akseptor di Daerah Gmdok Endemik. Berkala Nmu Ke&kteranl995,27: 3. 2. BPS. Indwhesia. Demqlraphtc and He& Survey 2002-2003. Jakarta: Central Bearau of Statistics, 2003. 3. Benson BC. Current Obstebic & Gynaamlogy Diagnostic and Treabnent. Los Altos, Califmia: Laye Medical P u b l i i o n , 1978. 4. BKKBN. lnformasi Pelayanm Konbasepsi. Jakarta: BKKBN, 1994. 5. Cmxato, HB; Diaz, S; Brandeis. AM; Johanson, E. Plasma levonatgestrel and prcgestin levels in women treated wilh silastic covered rods containing levonorgestrel. Contraception 1985,23:197-209. 6. Cunningham, FG; Mac Donald, PC; Gant, NF. Obstetri Williams. Edisi 18. J a m : EGC, 1995. 7. Greenspan, FS. Endckhologi Dasar dm Klinik. Jakarta: EGC, 1998. 8. Lameshow, et al. Adequacy of Simple Size in Heallh Studies. Geneva: WHO, 1990. 9. Talwar. GP. Textbook of Blochemisby. Philaddphia: WB Saunders Cmpany. 1986. 10.Tatum. Contmeptm on Current Obstebic and Gynaeodogy Diagrwsfk and Treatment. Los Altos. California: Lange Madical Publications, 1978. 11. WHO. Oral Conbaceplives: Technical and Safety Aspects. Geneva: WHO, 1982.