BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Psoriasis

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Psoriasis merupakan sejenis penyakit kulit yang penderitanya mengalami proses
pergantian kulit yang terlalu cepat. Kemunculan penyakit ini terkadang untuk
jangka waktu lama atau timbul atau hilang. Berbeda dengan pergantian kulit pada
manusia normal yang biasanya berlangsung selama tiga sampai empat minggu,
proses pergantian kulit pada penderita psoriasis berlangsung secara cepat yaitu
sekitar 2–4 hari, (bahkan bisa terjadi lebih cepat) pergantian sel kulit yang banyak
dan menebal.
Psoriasis dapat dijumpai di seluruh belahan dunia dengan angka kesakitan (insidens
rate) yang berbeda. Segi umur, Psoriasis dapat mengenai semua usia, namun
biasanya lebih kerap dijumpai pada dewasa.
Di dunia, penyakit kulit ini diduga mengenai sekitar 2 sampai 3 persen penduduk.
Data nasional prevalensi psoriasis di Indonesia belum diketahui. Namun di RSUPN
Dr. Cipto Mangunkusumo, selama tahun 2000 sampai 2001, insiden psoriasis
mencapai 2,3 persen. Penyakit ini tidak mengenal usia, semua umur dapat terkena.
Tapi puncak insidensinya di usia dua puluhan dan lima puluhan.
Tidak ada fakta yang menunjukkan bahwa penyakit ini lebih dominan menyerang
salah satu jenis kelamin. Pria maupun wanita memiliki peluang yang sama untuk
terserang penyakit ini. Mengingat banyaknya masalah yang bisa terjadi
pada psoriasis, maka perhatian dan perawatan pada psoriasis tidak boleh di abaikan
agar terhindar dari komplikasi. Berdasarkan kondisi tersebut, maka kelompok
membuat makalah tentang psoriasis. Karena perawat perlu mengetahui tentang
asuhan keperawatan padapsoriasis, agar dapat melakukan asuhan keperawatan
dengan baik.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1
Bagaimana anatomi dan fisiologi Sistem Integumen?
1.2.2
Bagaimana definisi psoriasis?
1.2.3
Apa saja klasifikasi dari psoriasis?
1.2.4
Bagaimana insidensi dari psoriasis?
1.2.5
Apa etiologi psoriasis?
1.2.6
Bagaimana pathofisiologi dari psoriasis?
1.2.7
Apa manifestasi klinis dari psoriasis?
1.2.8
Apa saja komplikasi dari psoriasis?
1.2.9
Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari psoriasis?
1.2.10
Bagaimana penatalaksanaan dari psoriasis?
1.2.11
Bagaimana pencegahan terhadap psoriasis?
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan umum
Untuk mempelajari dan memahami tentang Psoriasis dan melaksanakan asuhan
keperawatan dengan gangguan sistem Integumen.
1.3.2
Tujuan khusus
1.
Untuk memahami anatomi dan fisiologi psoriasis
2.
Untuk memahami definisi psoriasis
3.
Untuk memahami klasifikasi psoriasis
4.
Untuk memahami insidensi psoriasis
5.
Untuk memahami etiologi psoriasis
6.
Untuk memahami pathofisiologi psoriasis
7.
Untuk memahami manifestasi klinis psoriasis
8.
Untuk memahami komplikasi psoriasis
9.
Untuk memahami pemeriksaan diagnostik psoriasis
10.
Untuk memahami penatalaksanaan psoriasis
11.
Untuk memahami pencegahan terhadap psoriasis
1.4 Manfaat
Memberikan pemaparan secara detail mengenai penyakit pasien Psoriasis dan
mampu melaksanakan Asuhan Keperawatannya dengan baik, Khususnya bagi
Mahasiwa dan mahasiswi STIKES Ngudia Husada Madura.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan Fisiologi sistem Integumen
2.1.1
Anatomi Kulit
Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar yang membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira
15% berat badan. Kulit terdiri atas tiga lapisan, yang masing-masing memiliki
berbagai jenis sel dan memiliki fungsi yang bermacam-macam. Ketiga lapisan
tersebut adalah epidermis, dermis, dan subkutis.
2.1.2
1.
Anatomi kulit secara histopatologik
Epidermis
Epidermis merupakan struktur lapisan kulit terluar. Sel-sel epidermis terus-menerus
mengalami mitosis, dan bergantian dengan yang baru sekitar 30 hari. Epidermis
mengandung reseptor-reseptor sensorik untuk sentuhan, suhu, getaran, dan nyeri.
Komponen utama epidermis adalah protein keratin, yang dihasilkan oleh sel-sel
yang disebut keratinosit. Keratin adalah bahan yang kuat dan memiliki daya tahan
tinggi, serta tidak larut dalam air. Keratin mencegah hilangnya air tubuh dan
melindungi epidermis dari iritan atau mikroorganisme penyebab infeksi. Keratin
adalah komponen utama apendiks kulit, rambut dan kuku.
Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis. Melanosit menyintesis
dan mengeluarkan melanin sebagai respons terhadap rangsangan hormone
hipofisis anterior, hormone perangsang melanosit (melonacyte stimulating
hormone, MSH). Melanosit merupakan sel-sel khusus epidermis yang terutama
terlibat dalam produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit dan rambut. Semakin
banyak melanin, semakin gelap warnanya. Melanin diyakini dapat menyerap cahaya
ultraviolet dalam sinar matahari yang berbahaya. Sel-sel imun, yang disebut sel
langerhans terdapat di seluruh epidermis. Sel langerhans mengenali partikel asing
atau mikroorganisme yang masuk ke kulit dan membangkitkan suatu serangan
imun. Stress dapat mempengaruhi fungsi sel langerhans dengan meningkatkan
rangsang simpatis. Radiasi ultraviolet dapat merusak sel langerhans, mengurangi
kemampuannya mencegah kanker.
Penampang kulit
a.
Stratum korneum (lapisan tanduk)
merupakan lapisan kulit yang paling luar da terdiri dari beberapa lapis sel-sel
gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi
keratin (zat tanduk).
b.
Stratum lusidum
Terdapat dibawah stratum korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti
dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin.
c.
Stratum granulosum (lapisan keratohialin)
Merupakan bagian dengan 2 -3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutirbutir kasar yang terdiri atas keratohialin dan terdapat inti di antaranya
d.
Stratum spinosum
Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk paligonal yang besarnya berbedabeda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak
mengandung gikogen dengan inti terletak di tengah-tengah.
e.
Stratum basale
Terdiri dari sel-sel berbentuk kubus / kolumnar yang tersusun vertikal pada
pembatasan dermo epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Lapisan ini
berfungsi reproduksi dengan adanya mitosis. Terdapat pula sel pembentuk melanin
(melanosit) yang merupakan sel-sel berwarna muda dengan sitoplasma basofilik
dan inti gelap dan mengandung butir pigmen (melanosomes).
2.
Dermis
Dermis atau kutan (cutaneus) merupakan lapisan kulit di bawah epidermis yang
membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan struktur pada
kulit.Lapisan papila dermis berada langsung di bawah epidermis dan tersusun
terutama dari sel-sel fibroblas yang dapat menghasilkan salah satu bentuk kolagen.
Dermis juga tersusun dari pembuluh darah dan linfe, serabut saraf, kelenjar
keringat dan sebasea, serta akar rambut. Suatu bahan mirip gel, asam hialuronat,
disekresikan oleh sel-sel jaringan ikat. Bahan ini mengelilingi protein dan
menyebabkan kulit menjadi elastis dan memiliki turgor (tengangan), sel mast juga
terdapat di dermis.
Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin) , Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis
dan fibrosa padat dengan elemen-elemen seluler dan folikel rambut. Secara garis
besar dibagi menjadi 2 bagian:
a.
Pars papilare : bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut
saraf dan pembuluh darah.
b.
Pars retikulare : bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan.
3.
Lapisan subkutis
Lapisan subkutis kulit terletak di bawah dermis. Lapisan ini terdiri dari atas lemak
dan jaringan ikat di mana berfungsi untuk memberikan bantalan antara lapisan kulit
struktur internal seperti otot dan tulang, serta sebagai peredam kejut dan insulator
panas. Jaringan subkutan dan jumlah lemak yang tertimbun merupakan faktor
penting dalam pengaturan suhu tubuh.
4.
Rambut
Rambut di bentuk dari keratin melalui proses diferensiasi, sel-sel epidermis tertentu
akan membentuk folikel-folikel rambut. Folikel rambut di sokong oleh matriks kulit
dan akan berdiferensiasi menjadi rambut. Kemudian suatu saluran epitel akan
terbentuk, melalui saluran inilah rambut akan keluar ke permukaan tubuh. Pada
kulit kepala, kecepatan pertumbuhan rambut biasanya 3 mm per hari. Setiap folikel
rambut melewati siklus: pertumbuhan (rambut anagen), stadium intermidia (rambut
katagen) dan involusi (rambut telogen). Stadium anagen kulit kepala dapat
bertahan selama kurang kebih 3 tahun, sedangkan telogen hanya bertahan 3 bulan
saja. Begitu folikel rambut mencapai stadium telogen, maka rambut akan rontok.
Pada akhirnya rambut akan mengalami regenerasi menjadi stadium anagen dan
akan terbentuk rambut baru.
Warna rambut ditentukan oleh jumlah melanin yang beragam dalam batang
rambut. Rambut yang berwarna kelabu atau putih mencerminkan tidak adanya
pigmen tersebut. Pada bagian tubuh tertentu, pertumbuhan rambut dikontrol oleh
hormo-hormon seks. Kuantitas dan distribusi rambut rambut dapat dipengaruhi oleh
kondisi endokrin. Pada banyak kasus, kemoterapi dan terapi radiasi pada kanker
akan menyebabkan penipisan rambut atau pelemahan batang rambut sehingga
terjadi alopesia (kerontokan rambut) yang parsial atau total dari kulit kepala
maupun bagian tubuh yang lain.
5.
Kuku
Kulit merupakan lempeng keratin mati yang di bentuk oleh sel-sel epidermis matriks
kuku. Yang di sebut lunula yang tertutup oleh lipatan kuku bagian proksimal dan
kutila. Maka rammbut dan kuku tidak mempunyai ujung saraf dan tidak mempunyai
aliran darah . Pertumbuhan kuku berlangsung terus panjang hidup dengan
pertumbuhan rata-rata 0,1 mm per hari. Pertumbuhan ini berlangsung lebih cepat
pada kuku jari tnagan dari pada kuku jari kaki dan cenderung melambat bersamaan
dengan proses penuaan.
2.1.3
1.
Kelenjar pada kulit
Kelenjar sebasea
Menyertai folikel rambut. Kelenjar ini mengeluarkan bahan berminyak yang disebut
sebum ke saluran di sekitarnya. Untuk setiap lembar rambut terdapat sebuah
kelenjar sebasea yang sekretnya akan melumasi rambut dan membuat rambut
menjadi lunak, serta lentur.
2.
Kelenjar keringat
Ditemukan pada kulit di sebagian besar permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama
terdapat pada telapak tangan dan kaki. Hanya glans penis, bagian tepi bibir, telinga
luar, dan dasar kuku yang tidak mengandung kelenjar keringat. Kelenjar keringat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
a.
Kelenjar merokrin
Ditemukan pada semua daerah kulit. Saluran keluarnya bermuara langsung ke
permukaan kulit.
b.
Kelenjar apokrin
Terdapat di daerah aksila, anus, skrotum, dan labia mayora. Saluran keluarnya pada
umumnya bermuara ke dalam folikel rambut. Kelenjar apokrin yang khusus
dan dinamakan kelenjar seruminosa di jumpai pada telinga luar, tempat kelenjar
tersebut memproduksi serumen.
2.1.4
Fungsi kulit
Kulit juga memiliki peran dalam komunikasi nonverbal, sebagai contoh dalam
kaitannya dengan emosi, misalnya wajah kemerahan dalam menahan marah atau
malu dan petunjuk tentang kondisi usia seseorang dan status kesehatan.
1.
Proteksi
Kulit yang menutupi sebagian besar tubuh memiliki ketebalan sekitar 1 atau 2 mm
yang memberikan perlindungan yang sangat efektif terhadap trauma fisik, kimia,
dan biologis dari invasi bakteri.
2.
Sensasi
Ujung-ujung reseptor serabut saraf pada kulit memungkinkan tubuh untuk
memantau secara terus-menerus keadaan lingkungan di sekitarnya.fungsi utama
reseptor pada kulit adalah mengindra suhu, rasa nyeri, sentuhan yang ringan dan
tekanan (atau sentuhan yang berat).
3.
Termoregulasi
Peran kulit dalam pengaturan panas meliputi sebagai penyekat tubuh, vasokontriksi
(yang memengaruhi aliran darah dan hilangnya panas ke kulit), dan sensasi suhu.
Perpindahan suhu dilakukan pada sistem vascular, melalui mekanisme
penghilangan panas. Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara simultan.
Pengeluaran panas secara normal melalui radiasi, konduksi, konveksi, dan
evaporasi.
a.
Radiasi adalah perpindahan panas dari dari permukaan suatu objek ke
permukaan objek lain tanpa keduanya bersentuhan.
b.
Konduksi merupakan pengeluaran panas dari satu objek ke objek lain melalui
kontak langsung.
c.
Konveksi merupakan suatu perpindahan panas akibat adanya gerakan udara
yang secara langsung kontak dengan kulit.
d.
Evaporasi perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas. Kirakira 600-900 ml sehari menguap dari kulit dan paru, yang mengakibatkan yang
mengakibatkan kehilangan air dan panas.
4.
Metabolisme
Sinar matahari dengan jumlah yang dapat ditoleransi sangat diperlukan tubuh
manusia. Ketika radiasi sinar ultraviolet memberikan paparan, maka sel-sel
epidermal di dalam stratum spinosum dan stratum germinativum akan mengonversi
pelepasan steroid kolesterol menjadi vitamin D3 atau kolekalsiferol. Organ hati
kemudian mengonversi kolekalsiferol menjadi produk yang digunakan organ ginjal
untuk mensintesis hormon kalsitriol. Kalsitriol merupakan komponen yang penting
untuk membantu absorpsi kalsium dan fosfor di dalam usus halus.
Ketidakadekuatan dari pengiriman kalsitriol akan menghambat pemeliharaan dan
pertumbuhan tulang.
5.
Keseimbangan air
Stratum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan demikian akan
mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh
dan mempertahankan kelembapan dalam jaringan subkutan.
6.
Penyerapan zat atau obat
Berbagai senyawa lipid (zat lemak) dapat diserap lewat stratum korneum, termasuk
vitamin (A dan D) yang larut lemak dan hormon-hormon steroid. Obat-obat dan
substansi lain dapat memasuki kulit lewat epidermis melalui jalur transepidermal
atau lewat lubang-lubang folikel.
2.2
Definisi
Penyakit psoriasis adalah penyakit akibat kegagalan proses pematangan kulit. Kulit
normalnya mengalami proses penggantian selama 28 hari.
Akan tetapi, pada kasus ini, penggantian kulit semakin cepat ( hanya hitungan hari
saja) sehingga epidermis tidak terbentuk normal dan berlapis lapis/bersisik.
Psoriasis merupakan penyakit kulit menahun dengan kelainan berupa kemerahan
disertai pembentukan sisik-sisik berwarna perak yang bertumpuk berlapis lapis,
mungkin terdapat diseluruh badan, tetapi terbanyak di lengan dan tungkai. (Ramali
& Pamoentjak, 1997)
Psoriasis merupakan penyakit kulit yang bersifat kronis dan residif yang ditandai
oleh adanya makulat eritematosa, bentuknya dapat bulat atau lonjong yang
tertutup skuama tebal, trasparan, atau putih keabu abuan . (Djuanda, 2001)
2.3
2.3.1
a.
Klasifikasi
Berdasarkan ukurannya
Psoriasis punctata / punctiformis : ukuran lesi milier / titik-titik
b.
Psoriasis guttata : ukuran lebih besar dari pada puctata, yaitu sebesar titik
air. Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan
diseminata, umumnya setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian atas
atau sehabis influenza atau morbili, terutama pada anak dan dewasa muda. Selain
itu, juga dapat timbul setelah infeksi yang lain, baik bakterial maupun viral, pada
stres, luka pada kulit, penggunaan obat tertentu (antimalaria dan beta bloker)
c.
2.3.2
a.
Psoriasis numuler : ukurannya numuler
Berdasarkan ruam dan tempat lesinya
Psoriasis Vulgaris :
Hampir 80 % penderita psoriasis adalah tipe Psoriasis Plak yang secara ilmiah
disebut juga Psoriasis Vulgaris. Dinamakan pula tipe plak karena lesi-lesinya
umumnya berbentuk plak.
b.
Psoriasis pustulosa :
Ada dua pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap sebagai
penyakit tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat dua bentuk
psoriasis pustulosa, bentuk lokalisata dan generalisata. Bentuk lokalisata contohnya
psoriasis pustulosa palm-plantar (Barber) yang menyerang telapak tangan dan kaki
serta ujung jari. Sedangkan bentuk generalisata, contohnya psoriasis pustulosa
generalisata akut (von Zumbusch) jika pustula timbul pada lesi psoriasis dan juga
kulit di luar lesi, dan disertai gejala sistemik berupa panas / rasa terbakar.
c.
Psoriasis serbodika:
Lesinya mengikuti predileksi seborea, tetapi gambaran klinisnya tetap seperti
psiriasis hanya skuamanya menjadi berminyak
d.
Psoriasis antropatiko:
Terjadi diatas sendi-sendi kecil di tangan dan kaki
e.
Psoriasis fleksural :
1.
Timbul di daerah lipatan dan berlawanan dengan tempat-tempat predileksis
pada umumnya
2.
Tempat-tempat predileksis
a)
Kulit kepala
b)
Batas daerah berambut dan tidak berambut
c)
Tengkuk
d)
Interskapula
e)
Lumbosakral
f)
Areola mammea, lipatan mammea, dan umbilikus
g)
Bagian ekstensor siku dan lutut
h)
Punggung kaki dekat pergelangan
i)
Kuku
j)
Mukosa
k)
Sendi-sendi kecil
f.
Psoriasis Eritroderma
Disebabkan oleh pengobatan topikal terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang
meluas. Bentuk ini dapat juga ditimbulkan oleh infeksi, hipokalsemia, obat
antimalaria, tar dan penghentian kortikosterid, baik topikal maupun sistemik.
Biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat eritema
dan skuama tebal universal. Ada kalanya lesi psoriasis masih tampak samar-samar,
yakni lebih eritematosa dan kulitnya lebih meninggi.
2.4 Insidensi
Walaupun psoriasis terjadi secara universal, namun prevalensinya pada tiap
populasi bervariasi di berbagai belahan dunia. Studi epidemiologi dari seluruh dunia
memperkirakan prevalensi psoriasis berkisar antara 0,6 sampai 4,8%. Prevalensi
psoriasis bervariasi berdasarkan wilayah geografis serta etnis. Di Amerika Serikat,
psoriasis terjadi pada kurang lebih 2% populasi dengan ditemukannya jumlah kasus
baru sekitar 150,000 per tahun. Pada sebuah studi, insidensi tertinggi ditemukan di
pulau Faeroe yaitu sebesar 2,8%. Insidensi yang rendah ditemukan di Asia (0,4%)
misalnya Jepang dan pada ras Amerika-Afrika (1,3%). Sementara itu psoriasis tidak
ditemukan pada suku Aborigin Australia dan Indian yang berasal dari Amerika
Selatan.
2.5 Etiologi
1.
Genetik / herediter
2.
Infeksi
3.
Faktor cuaca
4.
Trauma
5.
Faktor psikologis
6.
Faktor Endokrin
7.
Gangguan Metabolik
8.
Obat-obatan
9.
Alkohol dan merokok
1
10. Sinar matahari : Dilaporkan 10 % terjadi perburukan lesi.
2.6 Pathofisiologi
Psoriasis adalah penyakit kulit kronis dan residif dengan bentik lesi yang khas
berupa penebalan epidermis dengan penggantian epidernis yang cepat. Pergantian
epidermis pada kulit berlangsung cepat sekali, kira-kira 7 kali lebih cepat dari
biasanya. Ini terjadi karena morfologi sel dan biokimia dalam masing-masing sel
berubah, produksi tonfilamen keratin dan butir-butir keratohinalin berkurang, serta
adenosin 3-4 monofosfat (AMP siklik) pada lesi psorialis yang sangat diperlukan
untuk pengaturan aktifitas mitosis sel-sel epidermis berkurang.
Akumulasi sel limfosit dan monosit di puncak-puncak papil dermis di dalam stratum
basalis menyebabkan pembesaran dan pemanjangan papil-papil demis. Akibatnya,
epidermo dermal bertambah luas, lipatan-lipatan lapisan basal germinatifum
bertambah banyak sehingga pertumbuhan kulit lebih pendek dari normal, yakni 28
hari menjadi 3-4 hari. Dengan adanya pertumbuhan kulit yang cepat, maka stratum
granulosum tidak tebentuk, dan didalam stratum korneum terjadi parakeratosis (sel
keratin yang masih mengadung inti). Proses pematangan dan keratinasi gagal
mencapai tahap sempurna sehingga terbentuk plak psoriatik.
Secara fisiologis, waktu yang diperlukan untuk suatu pertukaran normal sel
epidermis adalah sekitar 28-30 hari. Pada psoriasis, epidermis di bagian yang
terkena diganti setiap 3-4 hari. Psoriasis pada dasarnya adalah kondisi inflamasi
kulit dengan proses diferensiasi yang reaktif terhadap epidermis secara abnormal
dan hiperpoliferasi. Kondisi ini memberikan manifestasi pertukaran sel epidermis
menjadi sangat cepat. Pertukaran sel yang cepat ini menyebabkan peningkatan
derajat metabolisme dan peningkatan aliran darah ke sel untuk menunjang
metabolisme tersebut. Peningkatan aliran darah menimbulkan eritema. pertukaran
dan poliferasi yang cepat tersebut menyebabkan terbentuknya sel-sel yang kurang
matang. trauma ringan pada kulit dapat menimbulkan peradangan berlebihan
sehingga epidermis menebal dan terbentuklah plak.
Psoriasis biasanya muncul pada usia akhir dekade ke dua. Perjalanan alamiah
penyakit ini sangat berfluktuasi. misalnya, sinar matahari, istirahat, dan musim
panas biasanya baik untuk penderita psoriasis . infeksi saluran nafas bagian atas
dapat memacu kekambuhan psoriasis akut dengan manifestasi erupsi pustula kecil
multiple di tubuh generalisata yang di tandai oleh pustula multiple di sertai plak
radang di kenal sebagai psoriasis pustularis.
1.4
1)
Komplikasi
Artritis psoriatika
Nyeri pada sendi yang disebabkan oleh psoriasis mirip dengan artritis reumatoid
2)
Infeksi pernapasan
Bakteri yang menginfeksi kulit mengikuti aliran darah hingga sampai di paru –
paru`dan menyebabkan gangguan pada pernapasan.
1.5
Pemeriksaan Diagnosis
1.
Pemeriksaan kulit
2.
Gambaran Histopatologi
3.
Laboratorium
1.6
1.6.1
a.
Penatalaksanaan
Topikal
Preparat ter
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya adalah anti
radang. Preparat ter berguna pada keadaan-keadaan:
1.
Bila psoriasis telah resisten terhadap steroid topikal sejak awal atau
takhifilaksis oleh karena pemakaian pada lesi luas.
2.
Lesi yang melibatkan area yang luas sehingga pemakaian steroid topikal
kurang bijaksana.
3.
Bila obat-obat oral merupakan kontra indikasi oleh karena terdapat penyakit
sistemik.
4.
Menurut asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang berasal
dari : Fosil (misalnya iktiol), Kayu (misalnya oleum kadini dan oleum
ruski), Batubara (misalnya liantral dan likuor karbonis detergen)
b.
Kortikosteroid
Kerja steroid topikal pada psoriasis diketahui melalui beberapa cara, yaitu:
1.
Vasokonstriksi untuk mengurangi eritema
2.
Menurunkan turnover sel dengan memperlambat proliferasi seluler
3.
Efek anti inflamasi, dimana diketahui pada psoriasis, leukosit memegang
peranan dan steroid topikal dapat menurunkan inflamasi
c.
Ditranol (antralin)
Antralin mempunyai efek sitostatik, sebab dapat mengikat asam nukleat,
menghambat sintesis DNA dan menggabungkan uridin ke dalam RNA nukleus. Obat
ini dikatakan efektif pada Psoriasis Gutata. Kekurangannya adalah mewarnai kulit
dan pakaian. Konsentrasi yang digunakan biasanya 02 - 0,8 % dalam pasta, salep,
atau krim. Lama pemakaian hanya ¼ – ½ jam sehari sekali untuk mencegah iritasi
penyembuhan dalam 3 minggu.
d.
Calcipotriol
Calcipotriol ialah sintetik vit D yang bekerja dengan menghambat proliferasi sel dan
diferensiasi sel terminal, meningkatkan diferensiasi terminal keratinosit, dan
menghambat proliferasi keratinosit. Preparatnya berupa salep atau krim 50
mg/g. Efek sampingnya berupa iritasi, yakni rasa terbakar dan tersengat, dapat pula
telihat eritema dan skuamasi. Rasa tersebut akan hilang setelah beberapa hari obat
dihentikan.
e.
Tazaroten
Merupakan molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya menghambat proliferasi dan
normalisasi petanda differensiasi keratinosit dan menghambat petanda proinflamasi
pada sel radang yang menginfiltrasi kulit. Tersedia dalam bentuk gel, dan krim
dengan konsentrasi 0,05 % dan 0,1 %. Bila dikombinasikan dengan steroid topikal
potensi sedang dan kuat akan mempercepat penyembuhan dan mengurangi iritasi.
Efek sampingnya ialah iritasi berupa gatal, rasa terbakar, dan eritema pada 30 %
kasus, juga bersifat fotosensitif.
f.
Emolien
Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit. Pada batang tubuh (selain
lipatan), ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salep dengan bahan
dasar vaselin 1-2 kali/hari, fungsinya juga sebagai emolien dengan akibat
meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Jadi emolien sendiri tidak mempunyai efek
antipsoriasis.
1.6.2
a.
Sistemik
Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis, dan diindikasikan pada Psoriasis
Eritroderma, Psoriasis Artritis, dan Psoriasis Pustulosa Tipe Zumbusch. Dimulai
dengan prednison dosis rendah 30-60 mg (1-2 mg/kgBB/hari), atau steroid lain
dengan dosis ekivalen. Setelah membaik, dosis diturunkan perlahan-lahan,
kemudian diberi dosis pemeliharaan. Penghentian obat secara mendadak akan
menyebabkan kekambuhan dan dapat terjadi Psoriasis Pustulosa Generalisata.
b.
Sitostatik
Obat sitostatik yang biasa digunakan ialah metotreksat (MTX). Indikasinya ialah
untuk psoriasis, Psoriasis Pustulosa, Psoriasis Artritis dengan lesi kulit, dan Psoriasis
Eritroderma yang sukar terkontrol dengan obat. Dosis 2,5-5 mg/hari selama 14 hari
dengan istirahat yang cukup. Dapat dicoba dengan dosis tunggal 25 mg/minggu
dan 50 mg tiap minggu berikutnya. Dapat pula diberikan intramuskular 25
mg/minggu, dan 50 mg pada tiap minggu berikutnya. Kerja metotreksat adalah
menghambat sintesis DNA dengan cara menghambat dihidrofolat reduktase dan
dengan demikian menghasilkan kerja antimitotik pada epidermis. Penyelidikan in
vitro akhir-akhir ini, metotreksat 10-100 kali lebih efektif dalam menghambat
proliferasi sel-sel limfoid.
c.
DDS
DDS (diaminodifenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan Psoriasis Pustulosa tipe
Barber dengan dosis 2 × 100 mg / hari. Efek sampingnya ialah anemia hemolitik,
methemoglobinemia, dan agranulositosis.
d.
Etretinat (tegison, tigason)
Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A digunakan bagi psoriasis
yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya.
Etretinat efektif untuk Psoriasis Pustular dan dapat pula digunakan untuk psoriasis
eritroderma.
1.6.3
Fototerapi
Sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat digunakan
untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan penyinaran secara
alamiah, tetapi sayang tidak dapat diukur dan jika berlebihan maka akan
memperparah psoriasis. Oleh Karena itu, digunakan sinar ultraviolet artfisial,
diantaranya sinar A yang dikenal sebagai UVA. Sinar tersebut dapat digunakan
secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen (8-metoksipsoralen,
metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter yang
dikenal sebagai pengobatan cara Goeckerman. PUVA efektif pada 85% kasus, ketika
psoriasis tidak berespon terhadap terapi yang lain. Karena psoralen bersifat
fotoaktif, maka dengan UVA akan terjadi efek sinergik. Diberikan 0,6 mg/kgbb
secara oral 2 jam sebelum penyinaran ultraviolet. Dilakukan 2x seminggu,
kesembuhan terjadi 2-4 kali pengobatan. Selanjutnya dilakukan pengobatan
rumatan (maintenance) tiap 2 bulan.
1.7
Pencegahan
1.
Mandi setiap hari
2.
Gunakan pelembab
3.
Tutup daerah yang terkena dampak dalam semalam
4.
Paparkan seminim mungkin sinar matahari ke kulit
5.
Gunakan obat krim atau salep
6.
Hindari pemicu psoriasis
7.
Hindari minum alkohol
Download