masalah kesehatan dengan prevalensi A. Pendahuluan Hipertensi merupakan keadaan yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, dimana tekanan di pembuluh darah sesuai dengan data Riskesdas 2013 naik secara persisten (WHO, 2015)1. (Depkes RI, 2014)3. Kebanyakan orang dengan Kebanyakan pasien hipertensi hipertensi tidak mempunyai gejala mempunyai faktor resiko lain yang atau menyertai keluhan sama sekali, ini seperti dislipidemia, mengapa hipertensi dikenal sebagai riwayat keluarga dengan penyakit “silent 2015)1. kardiovaskular, obesitas, merokok, Hipertensi di layanan primer sudah dan diabetes (Weber, 2013)4. Pasien dikenal sebagai penyakit tersering diabetes mellitus dengan hipertensi yang bisa menyebabkan penyakit mempunyai resiko tinggi terhadap yang lebih berbahaya seperti infark penyakit myokard, stroke, gagal ginjal, dan merupakan kematian prematur killers” jika (WHO, tidak terdiagnosis segera dan tidak ditangani dengan benar (James et al., 2013)22. tantangan Indonesia. Hipertensi penyebab tertinggi dan kematian pada pasien diabetik (Aksnes et al., 2012)5. Diabetes mellitus dan hipertensi Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan kardiovaskular besar di merupakan merupakan penyakit yang saling berhubungan dan merupakan faktor predisposisi terkuat timbulnya kondisi yang sering ditemukan pada aterosklerosis. Hipertensi dua kali pelayanan lebih sering ditemukan pada pasien kesehatan. kesehatan Hal itu primer merupakan mempunyai diabetes mellitus dibanding orang yang tidak Keputusan terapi farmakologis mengandung pertimbangan mempunyainya. Prevalensi hipertensi selalu dengan meningkat manfaat, dan Meminimalkan resiko pengobatan diabetes dikarenakan hipertensi non resiko dan keamanan. insulin dependent diabetes mellitus dengan meningkat ketidakamanan pemberian antihipertensi dengan seiring Diperkirakan dengan 35-75% usia. komplikasi meminimalkan masalah obat tujuan kardiovaskular dan ginjal pada pasien meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes dengan resiko minimal (Baharuddin mellitus dihubungkan et al., 2013)6. dengan hipertensi. B. Metode yang dikembangkan oleh Snedecor Penelitian ini menggunakan desain dan penelitian deskriptif Cochran hasil perhitungan dengan didapatkan besar sampel sebesar 46. pengumpulan data secara retrospektif Jadi besar sampel minimal pada dan penelitian ini adalah 46 catatan medik dianalisis Subyek secara penelitian yang adalah seluruh pasien dengan diabetes deskriptif. dipakai hipertensi mellitus yang yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria Inklusi pada penelitian ini memiliki rekam medis yang lengkap adalah rekam medis dan di rawat di Rumah Sakit PKU terdiagnosis Muhammadiyah Yogyakarta Unit 2 diabetes mellitus pada bulan Januari periode Januari 2015 – September 2015 – September 2016, tercatat 2016. Dengan menggunakan rumus menggunakan hipertensi pasien dengan antihipertensi dan tercantumkan nilai tekanan darah dan kadar gula darah pada rekam medis sedangkan kriteria eksklusinya yaitu pasien dengan data rekam medis yang Jumlah Dari Tabel 2, didapatkan jumlah pasien pada kategori usia 18-59 dibanding kategori usia lebih dari 59 C. Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan pada pasien hipertensif dengan diabetes mellitus di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 2, dengan total berjumlah 24 49 tahun sebanyak 25 orang (51,02%) tidak lengkap. subjek 20-50 Th 49 pasien didapatkan hasil sebagai berikut : Dari tabel 1 diketahui dari 49 sampel terdapat 27 pasien berjenis kelamin laki-laki (55,10%) dan 22 pasien berjenis kelamin perempuan (44,90%). Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Variabel Jumlah Laki-laki 27 Perempuan 22 Jumlah 49 Tabel 2. Karakteristik pasien berdasarkan usia Usia Jumlah 18-59 Th 25 tahun yang berjumlah 24 orang (48,98%). Dari Tabel 3, didapatkan 29 pasien terdiagnosis hipertensi dengan diabetes mellitus tanpa penyakit penyerta lain terdiagnosis dan 20 hipertensi pasien dengan diabetes mellitus dengan penyakit penyerta lainnya. Tabel 3. Karakteristik pasien berdasarkan diagnosis Diagnosis Jumla h HT+DM 29 HT+DM+Komplik 20 asi lain Jumlah 49 Tabel 4. Karakteristik pasien berdasarkan komplikasi lain Diagnosis Jumlah Gagal Jantung 10 CKD 4 3 Gagal Jantung+CKD Stroke IHD Jumlah (27,16%) 2 1 adalah jenis yang Valsartan digunakan sebanyak 43, Irbesartan 22 dan Candesartan 20 . 20 Diuretik lain sebanyak 68 (21,73%), Dari tabel 4 di atas diperoleh jenis yang digunakan adalah sebanyak 52, pasien dengan penyakit penyerta Furosemid gagal jantung sebanyak 10 pasien Spironolacton 13 dan Manitol 3. (50%), CKD sebanyak 4 pasien ACEI sebanyak 25 (7,99%), jenis (20%), gagal jantung disertai CKD yang digunakan adalah Captopril sebanyak sebanyak 3 pasien(15%), stroke 20, Lisinopril 4 dan sebanyak 2 pasien (10%) dan IHD Ramipril 1. Beta Blocker sebanyak sebanyak 1 pasien (5%). 15(4,79%), jenis yang digunakan Tabel 5. Pola Penggunaan Obat Antihipertensi Jumlah CCB 111 ARB 87 Diuretik 68 ACEI 25 Beta Bloker 15 Alfa2 Agonis 9 CCB merupakan jenis adalah Bisoprolol sebanyak 12 dan Carvedilol 3. Alfa 2 Agonis sebanyak 9 (2,88%), jenis yang digunakan adalah Clonidin sebanyak 9 dan tidak didapatkan penggunaan diuretik thiazide dalam sampel penelitian ini. antihipertensi yang paling banyak Tabel 6. Ketepatan Terapi digunakan, sebanyak 111 (35,46%), Antihipertensi menurut JNC 8. jenis yang paling banyak digunakan adalah Amlodipin sebanyak 87, diikuti Nifedipin 8, Perdipin 3, Adalat 8 dan Herbeser 5. ARB sebanyak 85 Hasil Sesuai Tidak Sesuai Jumlah 45 4 pasien dengan penyakit ginjal kronik 49 Jumlah Dari tabel 6 didapatkan 45 sampel (91,84%) yang sesuai dengan guideline terapi antihipertensi JNC 8 (CKD). Terdapat 4 pasien memenuhi rekomendasi 8 namun rekomendasi 4 belum terpenuhi. 3. Hasil Evaluasi yang “Tidak dan 4 (8, 16%) yang tidak sesuai. Terdapat 5 poin rekomendasi JNC Sesuai” 8 yang berhubungan dengan topik Hasil “Tidak Sesuai” didapatkan penelitian ini yaitu rekomendasi 4, karena terdapat terapi pada pasien rekomendasi yang tidak sesuai dengan poin-poin 5, rekomendasi 6, rekomendasi 8 dan rekomendasi 9. rekomendasi JNC 8 yang berkaitan. 1. Rekomendasi 5 dan 6 Terdapat 4 pasien yang tidak sesuai Rekomendasi 5 dan 6 berisi rekomendasi JNC 8. tentang target tekanan darah dan D. Pembahasan pemilihan jenis terapi inisial untuk 1. Karakteristik Pasien Berdasarkan pasien hipertensi dengan diabetes Usia. mellitus. Terdapat 16 pasien yang Semakin bertambah usia maka memenuhi rekomendasi 5 dan 6 dan semakin tinggi juga risiko hipertensi, 23 faktor pasien yang memenuhi rekomendasi 6 saja. utama dalam terjadinya hipertensi adalah elastisitas dinding 2. Rekomendasi 4 dan 8 pembuluh darah semakin menurun Rekomendasi 4 dan 8 berisi dengan bertambahnya umur (Hanifa, tentang target tekanan darah dan 2011)7. Oleh karena itu prevalensi pemilihan jenis terapi inisial untuk hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40% 2015-September 2016 didominasi dengan tingkat kematian sekitar 50% oleh pasien berjenis kelamin laki-laki di atas umur 60 tahun (Iqbal, 2011)8. meskipun tidak secara signifikan. Hal Dalam penelitian ini jumlah yang ini dikarenakan usia rata-rata sampel lebih tinggi meskipun tidak secara jenis kelamin laki-laki lebih tinggi signifikan pada kategori usia 18-59 yaitu 63,96 tahun dibanding rata-rata tahun sebanyak 25 orang (51,02%) usia jenis kelamin perempuan yaitu dibanding kategori usia lebih dari 59 55,95 yang sesuai dengan teori faktor tahun yang berjumlah 24 orang risiko usia, yaitu semakin meningkat (48,98%), hal ini bersesuaian dengan usia maka semakin tinggi juga risiko studi prevalensi Hipertensi pada hipertensi (Iqbal, 2011)8. Hal lain Diabetes oleh yang berkaitan dengan ini adalah yang hipertensi lebih banyak ditemukan menyatakan 75,6% dari 250 total pada pria dibandingkan wanita pada sampel yang diteliti berusia kurang usia dari 60 tahun. mempunyai hormon estrogen yang 2. Karakteristik Pasien Berdasarkan dapat melindungi dari hipertensi dan Jenis Kelamin. komplikasinya. Mellitus Venugopal Dari tipe tahun hasil disimpulkan 2 2014 penelitian pasien dapat Hipertensi produktif memasuki karena wanita Namun menopause, ketika prevalensi hipertensi pada wanita dan pria dengan Diabetes Mellitus di Rumah cenderung Sakit penurunan kadar estrogen (Mansjoer, PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 2 periode Januari 2014)9. setara karena terjadi 3. Karakteristik Pasien Berdasarkan Diagnosis dan Komplikasi. 29 penyerta jumlahnya adalah gagal jantung (59,18%) sebanyak 10 pasien (20,40%). Hasil menderita hipertensi dan diabetes ini didapatkan karena hipertensi dan mellitus tanpa penyakit penyerta lain diabetes mellitus merupakan 2 dari 3 yang merupakan yang terbanyak faktor risiko utama gagal jantung dibanding dengan 20 pasien (40,82%) (Roger, 2014)10. Hal yang sama juga yang terdiagnosis dengan hipertensi terjadi dan diabetes mellitus dengan penyakit merupakan salah satu faktor risiko penyerta lain. Hal ini dikarenakan paling kuat terjadinya CKD ditambah diabetes mellitus sendiri merupakan dengan diabetes mellitus yang juga salah penyerta merupakan salah satu faktor risiko prevalensinya menengah untuk CKD (Singh et al., satu hipertensi memang pasien penyakit selain diabetes mellitus yang tertinggi Dari hasil penelitian diperoleh data sebanyak Sedangkan penyakit yang sudah diketahui lebih banyak dibanding dengan penyakit untuk CKD, hipertensi 2013)11. 4. Pola Penggunaan Antihipertensi. penyerta lain, namun pada penelitian Berdasarkan hasil penelitian pada ini sampel dengan diabetes mellitus gambar 8, CCB merupakan jenis dibandingkan antihipertensi yang paling banyak dengan penyakit penyerta lain sehingga jumlah pasien digunakan terdiagnosis dengan Diuretik lain, ACEI, Beta Blocker dan diabetes mellitus tanpa penyakit Alfa 2 Agonis. CCB merupakan penyerta lain lebih tinggi. antihipertensi yang paling banyak hipertensi diikuti dengan ARB, digunakan karena vasodilator dengan merupakan aksi diuretik digunakan diagnosis dikarenakan penyerta adanya seperti gagal ringan, CCB dianggap sebagai pilihan jantung kongestif yang salah satu terapi yang baik pada sebagian besar terapi lini utamanya adalah diuretik pasien hipertensi yang mengalami loop (Furosemid), thiazide maupun peningkatan aldosterone resistancy. peripheral (Vidt & vascular Borazanian, 1991)12. antagonist (Spironolacton). Untuk pemilihan jenis obat CCB Selain itu CCB dan ARB adalah yang paling banyak rekomendasi lini pertama dalam Amlodipin, pengobatan hipertensi menurut JNC 8 Amlodipin merupakan long-acting oleh karena itu jenis antihipertensi ini calcium antagonist sehingga lebih cukup umum digunakan namun untuk efektif dalam menurunkan tekanan ACEI merupakan darah pada pasien hipertensi esensial rekomendasi lini pertama JNC 8 dibanding dengan nifedipin yang mulai digunakan merupakan short-acting (Cappuccio karena beberapa hal, yaitu risiko efek et al., 1993)13. Sedangkan untuk ARB samping yang ditimbulkan cukup jenis mengganggu yaitu batuk kering dan digunakan menurut rekomendasi 9 JNC 8 tidak dikarenakan Valsartan 160mg lebih diperbolehkan digunakan bersama efektif dalam menurunkan tekanan ARB (James et al., 2013)2. Sedangkan darah sistolik dan diastolik dibanding jenis diuretik lain cukup banyak Irbesartan 150mg dan lebih efektif meskipun kurang umum obat hal yang ini adalah dikarenakan paling adalah banyak Valsartan menurunkan tekanan darah diastolik rekomendasi-rekomendasi dan dibandingkan dengan Candesartan algoritma terapi menurut JNC 8. 2009)14. Terdapat 5 poin rekomendasi JNC Pemilihan jenis obat ACEI yang 8 yang berhubungan dengan topik terbanyak adalah Captopril, selain penelitian ini yaitu rekomendasi 4 karena memang obat yang paling yang berisi tentang target tekanan umum digunakan oleh klinisi dalam darah dan inisiasi terapi pasien yang menangani hipertensi dan tidak ada menderita CKD, rekomendasi 5 yang bukti-bukti yang mendukung bahwa berisi tentang target tekanan darah Captopril tidak lebih baik dalam dan inisiasi terapi menurunkan tekanan darah dibanding menderita diabetes ACEI lain namun Captopril diketahui rekomendasi 6 yang berisi tentang sebagai ACEI yang terendah dalam pemilihan jenis antihipertensi pada kaitannya terhadap insidensi gagal pasien dengan diabetes mellitus, ginjal dibanding ACEI lain (Sun et rekomendasi 8 yang berisi tentang al., 2016)15. pemilihan jenis antihipertensi pada 16mg 5. (Nixon Evaluasi et al., Penggunaan Terapi Antihipertensi menurut JNC 8. mellitus, pasien dengan CKD dan rekomendasi rekomendasi sebelumnya. membandingkan sampel mulai dari 1. target Jumlah darah, yang 9 yang menyimpulkan rekomendasi- Evaluasi ini dilakukan dengan tekanan pasien jenis Rekomendasi 5 dan 6 pasien yang hasil antihipertensi yang digunakan dan evaluasinya memenuhi rekomendasi indikasi-indikasi 5 dan 6 sebanyak 16 dan yang lainnya dengan memenuhi rekomendasi 6 saja sebanyak 23. yang belum tercapai meskipun pemilihan terapi sudah memenuhi Pada rekomendasi 5 menyatakan rekomendasi 6. Target tekanan darah bahwa pada populasi usia 18 tahun yang ditetapkan pada rekomendasi 5 atau lebih dengan diabetes, inisiasi adalah <140/90 mmHg berdasarkan terapi farmakologi untuk menurunkan Expert Opinion dikarenakan tidak ada tekanan darah pada tekanan darah RCT yang memiliki data bahwa sistolik 140 mmHg atau lebih atau pasien diabetes dengan tekanan darah tekanan darah diastolik 90 mmHg <140/90 mmHg memiliki outcome atau lebih, dan target terapi tekanan yang lebih baik dibanding yang tidak, darah sistolik <140 mmHg dan namun terdapat 3 RCT (SHEP, Syst- tekanan darah diastolik <90 mmHg. Eur, UKPDS) Rekomendasi 6 menyatakan bahwa bahwa terapi pada target tekanan pada populasi usia 18 tahun atau lebih darah sistolik lebih rendah dari 150 dengan diabetes pemilihan jenis mmHg meningkatkan hasil kesehatan antihipertensi untuk inisial terapi kardiovaskular dan cerebrovaskular harus termasuk diuretik thiazide, serta menurunkan mortalitas (James CCB, ACEI, atau ARB, oleh karena et al., 2013)2. Untuk rekomendasi 6 itu pasien nomor 5, 6, 7, 8, 14, 16, 23, yaitu tentang pemilihan jenis terapi 28, 29, 30, 31, 33, 34, 36, 37, 38, 39, didasarkan dari RCT yang hanya 42, 43, 44, 45, 46 dan 47 tidak meneliti tentang satu jenis obat memenuhi 5 antihipertensi dengan lainnya yang dikarenakan target tekanan darah bukan plasebo. Keempat obat yang rekomendasi yang menyatakan direkomendasikan ini dinilai dari lebih, dan terapi dengan target angka outcome tekanan darah sistolik <140 mmHg kardiovaskuler, serebrovaskuler dan dan target tekanan darah diastolik <90 ginjal yang pada akhirnya beta bloker mmHg dan inisial (atau tambahan) tidak direkomendasikan untuk terapi terapi antihipertensi harus termasuk inisial karena mempunyai angka ACEI atau ARB. Ini berlaku untuk kematian akibat kardiovaskular lebih seluruh tinggi dibanding 4 obat rekomendasi. hipertensi tanpa melihat ras atau Alfa status diabetes. mortalitas, 2 Antagonis direkomendasikan juga tidak sebagai terapi pasien CKD dengan Pasien 17, 20, 21 dan 40 adalah inisial karena memperburuk keadaan pasien cerebrovaskular dan gagal jantung mellitus dengan CKD oleh karena itu dibanding 4 obat rekomendasi JNC 8 rekomendasi JNC 8 yang diterapkan (James et al., 2013)2. pada 2. Rekomendasi 4 dan 8 Pada rekomendasi 4 hipertensi pasien-pasien dan ini diabetes adalah rekomendasi 4 dan 8 yaitu pemilihan dan 8 obat harus termasuk ACEI atau ARB menyatakan bahwa pada populasi dan target tekanan darah <140/90 berumur 18 tahun atau lebih dengan mmHg. Pasien 17, 20, 21 dan 40 penyakit ginjal kronik (CKD), inisiasi sudah memenuhi rekomendasi 8 terapi farmakologi untuk menurunkan namun untuk rekomendasi 4 masih tekanan darah diastolik pada 140 belum terpenuhi dikarenakan kondisi mmHg atau lebih atau tekanan darah tekanan darah yang naik turun setiap diastolik kurang dari 90 mmHg atau pengobatan hal ini kemungkinan besar disebabkan kondisi CKD dari terapi yang diberikan yaitu kombinasi masing-masing pasien. Rekomendasi ACEI dan ARB, pasien 12 pada P1 4 yang menjelaskan tentang target terdapat terapi kombinasi antar ACEI terapi didasarkan dari bukti bahwa dan ARB dan begitu juga pasien 19 target tekanan darah < 130/80 mmHg pada P1. Hal ini berkaitan dengan tidak lebih baik atau hasilnya sama rekomendasi dengan target tekanan darah < 140/90 menyatakan tidak direkomendasikan mmHg 8 untuk menggunakan antihipertensi merekomendasikan tekanan darah jenis ACEI dan ARB pada satu pasien cukup 140/90mmHg. yang sama, meskipun penggunaan Sedangkan untuk pemilihan jenis kombinasi ACEI dan ARB akan antihipertensi ini didasarkan dari cara menurunkan 2 sampai 3 mmHg kerja dari obat jenis antihipertensi ini, dibanding terapi tunggal namun untuk ACEI dan ARB yang bekerja pada outcome sistem renin angiotensin sehingga mengalami gangguan ginjal (renal outcome terhadap ginjal lebih baik impairment) lebih tinggi sehingga dibandingkan dengan antihipertensi tidak disarankan untuk menggunakan jenis lain (James et al., 2013)2. terapi kombinasi ACEI dan ARB 3. oleh karena dibawah JNC Hasil Evaluasi yang “Tidak 9 JNC 8 yang jangka panjang risiko (Misra & Stevermer, 2009)16. Sesuai” Untuk pasien 9 didapatkan hasil kesamaan yang “Tidak Sesuai” dikarenakan antara sampel yang hasil evaluasinya tidak adanya ACEI atau ARB pada “Tidak Sesuai”, pasien 3 pada P3 P3 Terdapat beberapa yang mengakibatkan ketidaksesuaian dengan rekomendasi dengan diabetes mellitus di rumah 8. Penggunaan ACEI atau ARB pada sakit pasien akan Yogyakarta Unit 2 periode Januari memberikan prognosis yang lebih 2015-September 2016, didapatkan 45 baik karena diketahui bahwa ACEI pasien atau pemberian dengan ARB CKD dapat mengurangi PKU Muhammadiyah (91,84%) sesuai terapi dalam antihipertensi keparahan dari hipertrofi ventrikel dengan guideline JNC 8 dan 4 pasien kiri, dilatasi, remodeling, dan gagal (8,16%) jantung yang cukup umum pada pemberian pasien dengan guideline JNC 8. CKD oleh karena itu pemberian ACEI atau ARB pada tidak sesuai terapi dalam antihipertensi F. Saran pasien CKD akan menurunkan risiko 1. Perlu dilakukan penelitian lebih kejadian kardiovaskular. Selain itu lanjut mengenai evaluasi penggunaan ACEI atau ARB juga bisa sebagai antihipertensi pada pasien hipertensi agen renoprotective pada pasien CKD dengan diabetes mellitus menurut yang berkontribusi langsung terhadap JNC 8 dengan metode prospektif di perbaikan prognosis pasien CKD rumah sakit PKU Muhammadiyah (Molnar et al., 2014)17. Yogyakarta Unit 2 agar memperoleh E. Kesimpulan gambaran pada skala yang lebih Dari hasil disimpulkan ketepatan penelitian bahwa terapi dapat evaluasi farmakologis antihipertensi pada pasien hipertensi besar. 2. Tenaga medis mempertimbangkan penggunaan agar lebih mengenai antihipertensi yang diberikan kepada pasien hipertensi dengan diabetes mellitus agar didapatkan outcome yang lebih baik. 3. Untuk pihak RS PKU 7. 8. 9. 10. Muhammadiyah Yogyakarta Unit 2 11. agar lebih memperjelas penulisan data rekam medis seperti penulisan nama, dosis dan frekuensi pemberian obat agar mendapatkan lebih mudah informasi 12. dalam yang 13. bersumber dari data rekam medis. DAFTAR PUSTAKA 14. 1. 2. 3. 4. 5. 6. WHO. (2015). Q&As on hypertension. Dipetik April 1, 2016, dari WHO: http://www.who.int/features/qa/82/en/ James P.A., M., Suzanne Oparil, M., Barry L. Carter, P., William C. Cushman, M., Cheryl Dennison-Himmelfarb, R. A., Joel Handler, M. Olugbenga Ogedegbe. (2013). 2014 Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood Pressure in Adults Report From the Panel Members Appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8), 508-515. DEPKES RI. (2014). Penyajian Pokok-pokok Hasil RISKESDAS 2013. Dipetik April 4, 2016, dari http:// www.depkes.go.id/ resources/download/ genera1/pokok20 020hasi1o o2 0riskesdas° o202013.pdf Weber, M., Schiffrin, E. L., B, W. W., Mann, 3., & Lindholm, L. (2014). Clinical Practice Guidelines or the Management of Hypertension in the Community .' A Statement by the American Society 0 Hypertension and the International Society of Hypertension. The Journal of Clinical Hypertension, 14-26. Aksnes, T., Skfim, S, & Kjeldsen, S. (2012). Treatment of hypertension in diabetes: what is the best therapeutic option?, 727-734. Baharudin, P. K., & Suwandi, D. (2013). Perbandingan efektifitass dan efek samping obat antihipertensi terhadap penurunan tekanan darah pasien hipertensi. 15. 16. 17. Hanifa, A. (2011). Prevalensi Hipertensi Sebagai Penyebab Penakit Ginjal Kronik Di Unit Hemodialisis RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2009. Iqbal, M. (2011), Clinical Perspective on the Management of Hypertension, Indian Journal of Clinical Medicine, p.2. Mansjoer, A. (2014). Kapita Selekta jilid 1 (4 ed.). Jakarta: Media Aesculapius. Roger L. V. (2014). Epidemiology of Heart Failure. Dikutip Mei 2017 dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P MC3806290/ Singh, K. A., Youssef M.F,, Bharati V.M. & Kuyilan K.S. (2013). Epidemiology and risk factors of chronic kidney disease in India – results from the SEEK (Screening and Early Evaluation of Kidney Disease) study. Di kutip Mei 2017 dari https://bmcnephrol.biomedcentral.com/articl es/10.1186/1471-2369-14-114 Vidt D.G., Borazanian R.A. (1991). Calcium channel blockers in geriatric hypertension. Dikutip Mei 2017 dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1824 630 Cappuccio F.P, Markandu N.D, Singer D.R, (1993). Double-blind comparison between nifedipine and amlodipine for the treatment of essential hypertension. Dikutip Mei 2017 dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8410 927 Nixon R.M., E Müller, A Lowy & H Falvey (2009). Valsartan vs. Other angiotensin II receptor blockers in the treatment of hypertension: a meta-analytical approach. Dikutip Mei 2017 dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P MC2779985/ Sun WP., HaiBin Z, JinCheng G, XueKun Z. (2016). Comparison of the Efficacy and Safety of Different ACE Inhibitors in Patients With Chronic Heart Failure Dikutip Mei 2017 dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P MC4753869/ Misra S. & Stevermer J. (2009). ACE inhibitors and ARBs: One or the other—not both—for high-risk patients. Dikutip Mei 2017 dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P MC3183919/ Molnar MZ, Kalantar-Zadeh K, Lott EH & Lu JL (2014). Angiotensin-converting enzyme inhibitor, angiotensin receptor blocker use, and mortality in patients with chronic kidney disease. Dikutip Mei 2017 dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2426 9363