A. Pendahuluan Hipertensi merupakan keadaan

advertisement
masalah kesehatan dengan prevalensi
A. Pendahuluan
Hipertensi
merupakan
keadaan
yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%,
dimana tekanan di pembuluh darah
sesuai dengan data Riskesdas 2013
naik secara persisten (WHO, 2015)1.
(Depkes RI, 2014)3.
Kebanyakan
orang
dengan
Kebanyakan
pasien
hipertensi
hipertensi tidak mempunyai gejala
mempunyai faktor resiko lain yang
atau
menyertai
keluhan
sama
sekali,
ini
seperti
dislipidemia,
mengapa hipertensi dikenal sebagai
riwayat keluarga dengan penyakit
“silent
2015)1.
kardiovaskular, obesitas, merokok,
Hipertensi di layanan primer sudah
dan diabetes (Weber, 2013)4. Pasien
dikenal sebagai penyakit tersering
diabetes mellitus dengan hipertensi
yang bisa menyebabkan penyakit
mempunyai resiko tinggi terhadap
yang lebih berbahaya seperti infark
penyakit
myokard, stroke, gagal ginjal, dan
merupakan
kematian
prematur
killers”
jika
(WHO,
tidak
terdiagnosis
segera dan tidak ditangani dengan
benar (James et al., 2013)22.
tantangan
Indonesia.
Hipertensi
penyebab
tertinggi
dan
kematian
pada
pasien
diabetik (Aksnes et al., 2012)5.
Diabetes mellitus dan hipertensi
Sampai saat ini, hipertensi masih
merupakan
kardiovaskular
besar
di
merupakan
merupakan penyakit yang saling
berhubungan dan merupakan faktor
predisposisi
terkuat
timbulnya
kondisi yang sering ditemukan pada
aterosklerosis. Hipertensi dua kali
pelayanan
lebih sering ditemukan pada pasien
kesehatan.
kesehatan
Hal
itu
primer
merupakan
mempunyai
diabetes
mellitus
dibanding
orang
yang
tidak
Keputusan
terapi
farmakologis
mengandung
pertimbangan
mempunyainya. Prevalensi hipertensi
selalu
dengan
meningkat
manfaat,
dan
Meminimalkan resiko pengobatan
diabetes
dikarenakan
hipertensi
non
resiko
dan
keamanan.
insulin dependent diabetes mellitus
dengan
meningkat
ketidakamanan
pemberian
antihipertensi
dengan
seiring
Diperkirakan
dengan
35-75%
usia.
komplikasi
meminimalkan
masalah
obat
tujuan
kardiovaskular dan ginjal pada pasien
meningkatkan kualitas hidup pasien
diabetes
dengan resiko minimal (Baharuddin
mellitus
dihubungkan
et al., 2013)6.
dengan hipertensi.
B. Metode
yang dikembangkan oleh Snedecor
Penelitian ini menggunakan desain
dan
penelitian
deskriptif
Cochran
hasil
perhitungan
dengan
didapatkan besar sampel sebesar 46.
pengumpulan data secara retrospektif
Jadi besar sampel minimal pada
dan
penelitian ini adalah 46 catatan medik
dianalisis
Subyek
secara
penelitian
yang
adalah seluruh pasien
dengan
diabetes
deskriptif.
dipakai
hipertensi
mellitus
yang
yang sesuai kriteria inklusi dan
eksklusi.
Kriteria Inklusi pada penelitian ini
memiliki rekam medis yang lengkap
adalah
rekam
medis
dan di rawat di Rumah Sakit PKU
terdiagnosis
Muhammadiyah Yogyakarta Unit 2
diabetes mellitus pada bulan Januari
periode Januari 2015 – September
2015 – September 2016, tercatat
2016. Dengan menggunakan rumus
menggunakan
hipertensi
pasien
dengan
antihipertensi
dan
tercantumkan nilai tekanan darah dan
kadar gula darah pada rekam medis
sedangkan kriteria eksklusinya yaitu
pasien dengan data rekam medis yang
Jumlah
Dari Tabel 2, didapatkan jumlah
pasien pada kategori usia 18-59
dibanding kategori usia lebih dari 59
C. Hasil Penelitian
Penelitian yang dilakukan pada
pasien hipertensif dengan diabetes
mellitus di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit 2, dengan total
berjumlah
24
49
tahun sebanyak 25 orang (51,02%)
tidak lengkap.
subjek
20-50 Th
49
pasien
didapatkan hasil sebagai berikut :
Dari tabel 1 diketahui dari 49
sampel terdapat 27 pasien berjenis
kelamin laki-laki (55,10%) dan 22
pasien berjenis kelamin perempuan
(44,90%).
Tabel 1. Karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin
Variabel
Jumlah
Laki-laki
27
Perempuan
22
Jumlah
49
Tabel 2. Karakteristik pasien
berdasarkan usia
Usia
Jumlah
18-59 Th
25
tahun yang berjumlah 24 orang
(48,98%).
Dari Tabel 3, didapatkan 29 pasien
terdiagnosis
hipertensi
dengan
diabetes mellitus tanpa penyakit
penyerta
lain
terdiagnosis
dan
20
hipertensi
pasien
dengan
diabetes mellitus dengan penyakit
penyerta lainnya.
Tabel 3. Karakteristik pasien
berdasarkan diagnosis
Diagnosis
Jumla
h
HT+DM
29
HT+DM+Komplik
20
asi lain
Jumlah
49
Tabel 4. Karakteristik pasien
berdasarkan komplikasi lain
Diagnosis
Jumlah
Gagal Jantung
10
CKD
4
3
Gagal
Jantung+CKD
Stroke
IHD
Jumlah
(27,16%)
2
1
adalah
jenis
yang
Valsartan
digunakan
sebanyak
43,
Irbesartan 22 dan Candesartan 20 .
20
Diuretik lain sebanyak 68 (21,73%),
Dari tabel 4 di atas diperoleh
jenis
yang
digunakan
adalah
sebanyak
52,
pasien dengan penyakit penyerta
Furosemid
gagal jantung sebanyak 10 pasien
Spironolacton 13 dan Manitol 3.
(50%), CKD sebanyak 4 pasien
ACEI sebanyak 25 (7,99%), jenis
(20%), gagal jantung disertai CKD
yang digunakan adalah Captopril
sebanyak
sebanyak
3
pasien(15%),
stroke
20,
Lisinopril
4
dan
sebanyak 2 pasien (10%) dan IHD
Ramipril 1. Beta Blocker sebanyak
sebanyak 1 pasien (5%).
15(4,79%), jenis yang digunakan
Tabel 5. Pola Penggunaan Obat
Antihipertensi
Jumlah
CCB
111
ARB
87
Diuretik
68
ACEI
25
Beta Bloker
15
Alfa2 Agonis
9
CCB
merupakan
jenis
adalah Bisoprolol sebanyak 12 dan
Carvedilol 3. Alfa 2 Agonis sebanyak
9 (2,88%), jenis yang digunakan
adalah Clonidin sebanyak 9 dan tidak
didapatkan
penggunaan
diuretik
thiazide dalam sampel penelitian ini.
antihipertensi yang paling banyak
Tabel 6. Ketepatan Terapi
digunakan, sebanyak 111 (35,46%),
Antihipertensi menurut JNC 8.
jenis yang paling banyak digunakan
adalah
Amlodipin
sebanyak
87,
diikuti Nifedipin 8, Perdipin 3, Adalat
8 dan Herbeser 5. ARB sebanyak 85
Hasil
Sesuai
Tidak
Sesuai
Jumlah
45
4
pasien dengan penyakit ginjal kronik
49
Jumlah
Dari tabel 6 didapatkan 45 sampel
(91,84%)
yang
sesuai
dengan
guideline terapi antihipertensi JNC 8
(CKD). Terdapat 4 pasien memenuhi
rekomendasi 8 namun rekomendasi 4
belum terpenuhi.
3. Hasil Evaluasi yang “Tidak
dan 4 (8, 16%) yang tidak sesuai.
Terdapat 5 poin rekomendasi JNC
Sesuai”
8 yang berhubungan dengan topik
Hasil “Tidak Sesuai” didapatkan
penelitian ini yaitu rekomendasi 4,
karena terdapat terapi pada pasien
rekomendasi
yang tidak sesuai dengan poin-poin
5,
rekomendasi
6,
rekomendasi 8 dan rekomendasi 9.
rekomendasi JNC 8 yang berkaitan.
1. Rekomendasi 5 dan 6
Terdapat 4 pasien yang tidak sesuai
Rekomendasi 5 dan 6 berisi
rekomendasi JNC 8.
tentang target tekanan darah dan
D. Pembahasan
pemilihan jenis terapi inisial untuk
1. Karakteristik Pasien Berdasarkan
pasien hipertensi dengan diabetes
Usia.
mellitus. Terdapat 16 pasien yang
Semakin bertambah usia maka
memenuhi rekomendasi 5 dan 6 dan
semakin tinggi juga risiko hipertensi,
23
faktor
pasien
yang
memenuhi
rekomendasi 6 saja.
utama
dalam
terjadinya
hipertensi adalah elastisitas dinding
2. Rekomendasi 4 dan 8
pembuluh darah semakin menurun
Rekomendasi 4 dan 8 berisi
dengan bertambahnya umur (Hanifa,
tentang target tekanan darah dan
2011)7. Oleh karena itu prevalensi
pemilihan jenis terapi inisial untuk
hipertensi di kalangan usia lanjut
cukup tinggi yaitu sekitar 40%
2015-September 2016
didominasi
dengan tingkat kematian sekitar 50%
oleh pasien berjenis kelamin laki-laki
di atas umur 60 tahun (Iqbal, 2011)8.
meskipun tidak secara signifikan. Hal
Dalam penelitian ini jumlah yang
ini dikarenakan usia rata-rata sampel
lebih tinggi meskipun tidak secara
jenis kelamin laki-laki lebih tinggi
signifikan pada kategori usia 18-59
yaitu 63,96 tahun dibanding rata-rata
tahun sebanyak 25 orang (51,02%)
usia jenis kelamin perempuan yaitu
dibanding kategori usia lebih dari 59
55,95 yang sesuai dengan teori faktor
tahun yang berjumlah 24 orang
risiko usia, yaitu semakin meningkat
(48,98%), hal ini bersesuaian dengan
usia maka semakin tinggi juga risiko
studi prevalensi Hipertensi pada
hipertensi (Iqbal, 2011)8. Hal lain
Diabetes
oleh
yang berkaitan dengan ini adalah
yang
hipertensi lebih banyak ditemukan
menyatakan 75,6% dari 250 total
pada pria dibandingkan wanita pada
sampel yang diteliti berusia kurang
usia
dari 60 tahun.
mempunyai hormon estrogen yang
2. Karakteristik Pasien Berdasarkan
dapat melindungi dari hipertensi dan
Jenis Kelamin.
komplikasinya.
Mellitus
Venugopal
Dari
tipe
tahun
hasil
disimpulkan
2
2014
penelitian
pasien
dapat
Hipertensi
produktif
memasuki
karena
wanita
Namun
menopause,
ketika
prevalensi
hipertensi pada wanita dan pria
dengan Diabetes Mellitus di Rumah
cenderung
Sakit
penurunan kadar estrogen (Mansjoer,
PKU
Muhammadiyah
Yogyakarta Unit 2 periode Januari
2014)9.
setara
karena
terjadi
3. Karakteristik Pasien Berdasarkan
Diagnosis dan Komplikasi.
29
penyerta
jumlahnya
adalah
gagal
jantung
(59,18%)
sebanyak 10 pasien (20,40%). Hasil
menderita hipertensi dan diabetes
ini didapatkan karena hipertensi dan
mellitus tanpa penyakit penyerta lain
diabetes mellitus merupakan 2 dari 3
yang merupakan yang terbanyak
faktor risiko utama gagal jantung
dibanding dengan 20 pasien (40,82%)
(Roger, 2014)10. Hal yang sama juga
yang terdiagnosis dengan hipertensi
terjadi
dan diabetes mellitus dengan penyakit
merupakan salah satu faktor risiko
penyerta lain. Hal ini dikarenakan
paling kuat terjadinya CKD ditambah
diabetes mellitus sendiri merupakan
dengan diabetes mellitus yang juga
salah
penyerta
merupakan salah satu faktor risiko
prevalensinya
menengah untuk CKD (Singh et al.,
satu
hipertensi
memang
pasien
penyakit
selain diabetes mellitus yang tertinggi
Dari hasil penelitian diperoleh data
sebanyak
Sedangkan
penyakit
yang
sudah
diketahui
lebih
banyak dibanding dengan penyakit
untuk
CKD,
hipertensi
2013)11.
4. Pola Penggunaan Antihipertensi.
penyerta lain, namun pada penelitian
Berdasarkan hasil penelitian pada
ini sampel dengan diabetes mellitus
gambar 8, CCB merupakan jenis
dibandingkan
antihipertensi yang paling banyak
dengan
penyakit
penyerta lain sehingga jumlah pasien
digunakan
terdiagnosis
dengan
Diuretik lain, ACEI, Beta Blocker dan
diabetes mellitus tanpa penyakit
Alfa 2 Agonis. CCB merupakan
penyerta lain lebih tinggi.
antihipertensi yang paling banyak
hipertensi
diikuti
dengan
ARB,
digunakan
karena
vasodilator dengan
merupakan
aksi
diuretik
digunakan
diagnosis
dikarenakan
penyerta
adanya
seperti
gagal
ringan, CCB dianggap sebagai pilihan
jantung kongestif yang salah satu
terapi yang baik pada sebagian besar
terapi lini utamanya adalah diuretik
pasien hipertensi yang mengalami
loop (Furosemid), thiazide maupun
peningkatan
aldosterone
resistancy.
peripheral
(Vidt
&
vascular
Borazanian,
1991)12.
antagonist
(Spironolacton).
Untuk pemilihan jenis obat CCB
Selain itu CCB dan ARB adalah
yang
paling
banyak
rekomendasi lini pertama dalam
Amlodipin,
pengobatan hipertensi menurut JNC 8
Amlodipin merupakan long-acting
oleh karena itu jenis antihipertensi ini
calcium antagonist sehingga lebih
cukup umum digunakan namun untuk
efektif dalam menurunkan tekanan
ACEI
merupakan
darah pada pasien hipertensi esensial
rekomendasi lini pertama JNC 8
dibanding dengan nifedipin yang
mulai
digunakan
merupakan short-acting (Cappuccio
karena beberapa hal, yaitu risiko efek
et al., 1993)13. Sedangkan untuk ARB
samping yang ditimbulkan cukup
jenis
mengganggu yaitu batuk kering dan
digunakan
menurut rekomendasi 9 JNC 8 tidak
dikarenakan Valsartan 160mg lebih
diperbolehkan digunakan bersama
efektif dalam menurunkan tekanan
ARB (James et al., 2013)2. Sedangkan
darah sistolik dan diastolik dibanding
jenis diuretik lain cukup banyak
Irbesartan 150mg dan lebih efektif
meskipun
kurang
umum
obat
hal
yang
ini
adalah
dikarenakan
paling
adalah
banyak
Valsartan
menurunkan tekanan darah diastolik
rekomendasi-rekomendasi
dan
dibandingkan dengan Candesartan
algoritma terapi menurut JNC 8.
2009)14.
Terdapat 5 poin rekomendasi JNC
Pemilihan jenis obat ACEI yang
8 yang berhubungan dengan topik
terbanyak adalah Captopril, selain
penelitian ini yaitu rekomendasi 4
karena memang obat yang paling
yang berisi tentang target tekanan
umum digunakan oleh klinisi dalam
darah dan inisiasi terapi pasien yang
menangani hipertensi dan tidak ada
menderita CKD, rekomendasi 5 yang
bukti-bukti yang mendukung bahwa
berisi tentang target tekanan darah
Captopril tidak lebih baik dalam
dan inisiasi
terapi
menurunkan tekanan darah dibanding
menderita
diabetes
ACEI lain namun Captopril diketahui
rekomendasi 6 yang berisi tentang
sebagai ACEI yang terendah dalam
pemilihan jenis antihipertensi pada
kaitannya terhadap insidensi gagal
pasien dengan diabetes mellitus,
ginjal dibanding ACEI lain (Sun et
rekomendasi 8 yang berisi tentang
al., 2016)15.
pemilihan jenis antihipertensi pada
16mg
5.
(Nixon
Evaluasi
et
al.,
Penggunaan
Terapi
Antihipertensi menurut JNC 8.
mellitus,
pasien dengan CKD dan rekomendasi
rekomendasi sebelumnya.
membandingkan sampel mulai dari
1.
target
Jumlah
darah,
yang
9 yang menyimpulkan rekomendasi-
Evaluasi ini dilakukan dengan
tekanan
pasien
jenis
Rekomendasi 5 dan 6
pasien
yang
hasil
antihipertensi yang digunakan dan
evaluasinya memenuhi rekomendasi
indikasi-indikasi
5 dan 6 sebanyak 16 dan yang
lainnya
dengan
memenuhi
rekomendasi
6
saja
sebanyak 23.
yang
belum
tercapai
meskipun
pemilihan terapi sudah memenuhi
Pada rekomendasi 5 menyatakan
rekomendasi 6. Target tekanan darah
bahwa pada populasi usia 18 tahun
yang ditetapkan pada rekomendasi 5
atau lebih dengan diabetes, inisiasi
adalah <140/90 mmHg berdasarkan
terapi farmakologi untuk menurunkan
Expert Opinion dikarenakan tidak ada
tekanan darah pada tekanan darah
RCT yang memiliki data bahwa
sistolik 140 mmHg atau lebih atau
pasien diabetes dengan tekanan darah
tekanan darah diastolik 90 mmHg
<140/90 mmHg memiliki outcome
atau lebih, dan target terapi tekanan
yang lebih baik dibanding yang tidak,
darah sistolik <140 mmHg dan
namun terdapat 3 RCT (SHEP, Syst-
tekanan darah diastolik <90 mmHg.
Eur, UKPDS)
Rekomendasi 6 menyatakan bahwa
bahwa terapi pada target tekanan
pada populasi usia 18 tahun atau lebih
darah sistolik lebih rendah dari 150
dengan diabetes pemilihan jenis
mmHg meningkatkan hasil kesehatan
antihipertensi untuk inisial terapi
kardiovaskular dan cerebrovaskular
harus termasuk diuretik thiazide,
serta menurunkan mortalitas (James
CCB, ACEI, atau ARB, oleh karena
et al., 2013)2. Untuk rekomendasi 6
itu pasien nomor 5, 6, 7, 8, 14, 16, 23,
yaitu tentang pemilihan jenis terapi
28, 29, 30, 31, 33, 34, 36, 37, 38, 39,
didasarkan dari RCT yang hanya
42, 43, 44, 45, 46 dan 47 tidak
meneliti tentang satu jenis obat
memenuhi
5
antihipertensi dengan lainnya yang
dikarenakan target tekanan darah
bukan plasebo. Keempat obat yang
rekomendasi
yang menyatakan
direkomendasikan ini dinilai dari
lebih, dan terapi dengan target
angka
outcome
tekanan darah sistolik <140 mmHg
kardiovaskuler, serebrovaskuler dan
dan target tekanan darah diastolik <90
ginjal yang pada akhirnya beta bloker
mmHg dan inisial (atau tambahan)
tidak direkomendasikan untuk terapi
terapi antihipertensi harus termasuk
inisial karena mempunyai angka
ACEI atau ARB. Ini berlaku untuk
kematian akibat kardiovaskular lebih
seluruh
tinggi dibanding 4 obat rekomendasi.
hipertensi tanpa melihat ras atau
Alfa
status diabetes.
mortalitas,
2
Antagonis
direkomendasikan
juga
tidak
sebagai
terapi
pasien
CKD
dengan
Pasien 17, 20, 21 dan 40 adalah
inisial karena memperburuk keadaan
pasien
cerebrovaskular dan gagal jantung
mellitus dengan CKD oleh karena itu
dibanding 4 obat rekomendasi JNC 8
rekomendasi JNC 8 yang diterapkan
(James et al., 2013)2.
pada
2.
Rekomendasi 4 dan 8
Pada
rekomendasi
4
hipertensi
pasien-pasien
dan
ini
diabetes
adalah
rekomendasi 4 dan 8 yaitu pemilihan
dan
8
obat harus termasuk ACEI atau ARB
menyatakan bahwa pada populasi
dan target tekanan darah <140/90
berumur 18 tahun atau lebih dengan
mmHg. Pasien 17, 20, 21 dan 40
penyakit ginjal kronik (CKD), inisiasi
sudah memenuhi rekomendasi 8
terapi farmakologi untuk menurunkan
namun untuk rekomendasi 4 masih
tekanan darah diastolik pada 140
belum terpenuhi dikarenakan kondisi
mmHg atau lebih atau tekanan darah
tekanan darah yang naik turun setiap
diastolik kurang dari 90 mmHg atau
pengobatan hal ini kemungkinan
besar disebabkan kondisi CKD dari
terapi yang diberikan yaitu kombinasi
masing-masing pasien. Rekomendasi
ACEI dan ARB, pasien 12 pada P1
4 yang menjelaskan tentang target
terdapat terapi kombinasi antar ACEI
terapi didasarkan dari bukti bahwa
dan ARB dan begitu juga pasien 19
target tekanan darah < 130/80 mmHg
pada P1. Hal ini berkaitan dengan
tidak lebih baik atau hasilnya sama
rekomendasi
dengan target tekanan darah < 140/90
menyatakan tidak direkomendasikan
mmHg
8
untuk menggunakan antihipertensi
merekomendasikan tekanan darah
jenis ACEI dan ARB pada satu pasien
cukup
140/90mmHg.
yang sama, meskipun penggunaan
Sedangkan untuk pemilihan jenis
kombinasi ACEI dan ARB akan
antihipertensi ini didasarkan dari cara
menurunkan 2 sampai 3 mmHg
kerja dari obat jenis antihipertensi ini,
dibanding terapi tunggal namun untuk
ACEI dan ARB yang bekerja pada
outcome
sistem renin angiotensin sehingga
mengalami gangguan ginjal (renal
outcome terhadap ginjal lebih baik
impairment) lebih tinggi sehingga
dibandingkan dengan antihipertensi
tidak disarankan untuk menggunakan
jenis lain (James et al., 2013)2.
terapi kombinasi ACEI dan ARB
3.
oleh
karena
dibawah
JNC
Hasil Evaluasi yang “Tidak
9
JNC
8
yang
jangka panjang risiko
(Misra & Stevermer, 2009)16.
Sesuai”
Untuk pasien 9 didapatkan hasil
kesamaan
yang “Tidak Sesuai” dikarenakan
antara sampel yang hasil evaluasinya
tidak adanya ACEI atau ARB pada
“Tidak Sesuai”, pasien 3 pada P3
P3
Terdapat
beberapa
yang
mengakibatkan
ketidaksesuaian dengan rekomendasi
dengan diabetes mellitus di rumah
8. Penggunaan ACEI atau ARB pada
sakit
pasien
akan
Yogyakarta Unit 2 periode Januari
memberikan prognosis yang lebih
2015-September 2016, didapatkan 45
baik karena diketahui bahwa ACEI
pasien
atau
pemberian
dengan
ARB
CKD
dapat
mengurangi
PKU
Muhammadiyah
(91,84%)
sesuai
terapi
dalam
antihipertensi
keparahan dari hipertrofi ventrikel
dengan guideline JNC 8 dan 4 pasien
kiri, dilatasi, remodeling, dan gagal
(8,16%)
jantung yang cukup umum pada
pemberian
pasien
dengan guideline JNC 8.
CKD
oleh
karena
itu
pemberian ACEI atau ARB pada
tidak
sesuai
terapi
dalam
antihipertensi
F. Saran
pasien CKD akan menurunkan risiko
1. Perlu dilakukan penelitian lebih
kejadian kardiovaskular. Selain itu
lanjut mengenai evaluasi penggunaan
ACEI atau ARB juga bisa sebagai
antihipertensi pada pasien hipertensi
agen renoprotective pada pasien CKD
dengan diabetes mellitus menurut
yang berkontribusi langsung terhadap
JNC 8 dengan metode prospektif di
perbaikan prognosis pasien CKD
rumah sakit PKU Muhammadiyah
(Molnar et al., 2014)17.
Yogyakarta Unit 2 agar memperoleh
E. Kesimpulan
gambaran pada skala yang lebih
Dari
hasil
disimpulkan
ketepatan
penelitian
bahwa
terapi
dapat
evaluasi
farmakologis
antihipertensi pada pasien hipertensi
besar.
2.
Tenaga
medis
mempertimbangkan
penggunaan
agar
lebih
mengenai
antihipertensi
yang
diberikan kepada pasien hipertensi
dengan
diabetes
mellitus
agar
didapatkan outcome yang lebih baik.
3.
Untuk
pihak
RS
PKU
7.
8.
9.
10.
Muhammadiyah Yogyakarta Unit 2
11.
agar lebih memperjelas penulisan
data rekam medis seperti penulisan
nama, dosis dan frekuensi pemberian
obat
agar
mendapatkan
lebih
mudah
informasi
12.
dalam
yang
13.
bersumber dari data rekam medis.
DAFTAR PUSTAKA
14.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
WHO. (2015). Q&As on hypertension.
Dipetik April 1, 2016, dari WHO:
http://www.who.int/features/qa/82/en/
James P.A., M., Suzanne Oparil, M., Barry L.
Carter, P., William C. Cushman, M., Cheryl
Dennison-Himmelfarb, R. A., Joel Handler,
M. Olugbenga Ogedegbe. (2013). 2014
Evidence-Based
Guideline
for
the
Management of High Blood Pressure in
Adults Report From the Panel Members
Appointed to the Eighth Joint National
Committee (JNC 8), 508-515.
DEPKES RI. (2014). Penyajian Pokok-pokok
Hasil RISKESDAS 2013. Dipetik April 4,
2016, dari http:// www.depkes.go.id/
resources/download/
genera1/pokok20
020hasi1o o2 0riskesdas° o202013.pdf
Weber, M., Schiffrin, E. L., B, W. W., Mann,
3., & Lindholm, L. (2014). Clinical Practice
Guidelines or the Management of
Hypertension in the Community .' A
Statement by the American Society 0
Hypertension and the International Society of
Hypertension. The Journal of Clinical
Hypertension, 14-26.
Aksnes, T., Skfim, S, & Kjeldsen, S. (2012).
Treatment of hypertension in diabetes: what
is the best therapeutic option?, 727-734.
Baharudin, P. K., & Suwandi, D. (2013).
Perbandingan efektifitass dan efek samping
obat antihipertensi terhadap penurunan
tekanan darah pasien hipertensi.
15.
16.
17.
Hanifa, A. (2011). Prevalensi Hipertensi
Sebagai Penyebab Penakit Ginjal Kronik Di
Unit Hemodialisis RSUP H. Adam Malik
Medan tahun 2009.
Iqbal, M. (2011), Clinical Perspective on the
Management of Hypertension, Indian Journal
of Clinical Medicine, p.2.
Mansjoer, A. (2014). Kapita Selekta jilid 1 (4
ed.). Jakarta: Media Aesculapius.
Roger L. V. (2014). Epidemiology of Heart
Failure.
Dikutip
Mei
2017
dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P
MC3806290/
Singh, K. A., Youssef M.F,, Bharati V.M. &
Kuyilan K.S. (2013). Epidemiology and risk
factors of chronic kidney disease in India –
results from the SEEK (Screening and Early
Evaluation of Kidney Disease) study. Di kutip
Mei
2017
dari
https://bmcnephrol.biomedcentral.com/articl
es/10.1186/1471-2369-14-114
Vidt D.G., Borazanian R.A. (1991). Calcium
channel blockers in geriatric hypertension.
Dikutip
Mei
2017
dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1824
630
Cappuccio F.P, Markandu N.D, Singer D.R,
(1993). Double-blind comparison between
nifedipine and amlodipine for the treatment
of essential hypertension. Dikutip Mei 2017
dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8410
927
Nixon R.M., E Müller, A Lowy & H Falvey
(2009). Valsartan vs. Other angiotensin II
receptor blockers in the treatment of
hypertension: a meta-analytical approach.
Dikutip
Mei
2017
dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P
MC2779985/
Sun WP., HaiBin Z, JinCheng G, XueKun Z.
(2016). Comparison of the Efficacy and
Safety of Different ACE Inhibitors in Patients
With Chronic Heart Failure Dikutip Mei
2017
dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P
MC4753869/
Misra S. & Stevermer J. (2009). ACE
inhibitors and ARBs: One or the other—not
both—for high-risk patients. Dikutip Mei
2017
dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P
MC3183919/
Molnar MZ, Kalantar-Zadeh K, Lott EH &
Lu JL (2014). Angiotensin-converting
enzyme inhibitor, angiotensin receptor
blocker use, and mortality in patients with
chronic kidney disease. Dikutip Mei 2017
dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2426
9363
Download