Templat tugas akhir S1

advertisement
PENGUKURAN KINERJA UKM WINNER PERKASA
INDONESIA UNGGUL DENGAN PERSPEKTIF
BALANCED SCORECARD
MUHAMMAD UMAR
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengukuran Kinerja
UKM Winner Perkasa Indonesia Unggul dengan Perspektif Balanced Scorecard
adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2016
Muhammad Umar
NIM H34120132
ABSTRAK
MUHAMMAD UMAR. Pengukuran Kinerja UKM Winner Perkasa Indonesia
Unggul dengan Perspektif Balanced Scorecard. Dibimbing oleh LUKMAN
MOHAMMAD BAGA.
Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) adalah usaha kecil menengah
(UKM) yang aktif dalam menjual produk olahan rumput laut dan buah-buahan
sejak 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja keuangan dan nonkeuangan dari WPIU sehingga dapat diketahui kondisi sehat atau tidaknya kinerja
perusahaan. Kinerja WPIU diukur dengan menggunakan metode balanced
scorecard (BSC) pada perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan
pembelajaran dan pertumbuhan. Hasil pengukuran kinerja pada perspektif
keuangan memperlihatkan skor pencapaian kinerja sebesar 8.25 persen dari target,
perspektif pelanggan menghasilkan skor sebesar 32.98 persen, perspektif proses
bisnis internal didapat skor pencapaian kinerja sebesar 23.56 persen, serta
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran menghasilkan skor sebesar 21.80
persen. Pengukuran kinerja dengan BSC pada perusahaan secara keseluruhan
didapat nilai sebesar 86.59 persen. Skor ini menyatakan bahwa WPIU termasuk
UKM dengan kinerja “Sangat Sehat”.
Kata kunci: balanced scorecard, kinerja, rumput laut, UKM
ABSTRACT
MUHAMMAD UMAR. The Performance Measurement of SME with Balanced
Scorecard Perspectives on Winner Perkasa Indonesia Unggul. Supervised by
LUKMAN MOHAMMAD BAGA.
Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) is a small medium enterprise
(SME) which has activity in selling processed seaweed and fruits. In business
activity, WPIU has a problem which is decreased performance on financial
perspective. This study aimed to determine the performance of financial and nonfinancial of WPIU whether or not their business condition was healthy. WPIU
performances were measured using the balanced scorecard method consisted of
perspective on the financial, customer, internal business processes, and learning
and growth. The results showed that the performance of financial perspective
achieved a score of 8.25 percent and the customer's perspective achieved a score
of 32.98 percent. The score achieved by internal business was 23.56 percent and
on learning and growth perspective was 21.80 percent. The score of overall
performance obtained by the company was 86.59 percent. Based on the overall
score, WPIU can be categorized as “Very Healthy” SME.
Keywords: balanced scorecard, performance, seaweed, SME
PENGUKURAN KINERJA UKM WINNER PERKASA
INDONESIA UNGGUL DENGAN PERSPEKTIF
BALANCED SCORECARD
MUHAMMAD UMAR
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2016 ini ialah
strategi pengembangan, dengan judul “Pengukuran Kinerja UKM Winner Perkasa
Indonesia Unggul dengan Perspektif Balanced Scorecard”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Lukman M Baga, MA.Ec selaku
pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak saran dan masukan selama
penelitian, serta Tintin Sarianti, SP MM selaku dosen pembimbing akademik
selama penulis kuliah di program sarjana Agribisnis. Penulis juga
mengungkapkan rasa terima kasih kepada Eva Yolyda Aviny, SP MM dan
Feryanto WK, SP M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan
masukan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada saudara Sugandi selaku pembahas seminar hasil penelitian ini.
Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Maria Gigih Stiarti
selaku pemilik dari UKM Winner Perkasa Indonesia Unggul yang telah
memberikan waktu dan tenaganya untuk membantu penelitian penulis. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas
segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada
seluruh teman-teman Agribisnis angkatan 49 yang telah banyak membantu dalam
menyelesaikan penulisan ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2016
Muhammad Umar
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran Kinerja pada UKM dengan BSC
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan
Peta Strategi Perusahaan
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Penentuan Responden
Metode Pengolahan dan Analisis Data
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah Perkembangan Perusahaan
Visi dan Misi Perusahaan
Struktur Organisasi Perusahaan
Sumber Daya Manusia
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peta Strategi BSC UKM WPIU
Perancangan Matriks Balanced Scorecard UKM WPIU
Pembobotan Perspektif dan Sasaran Strategis
Penilaian Kinerja UKM Winner Perkasa Indonesia Unggul
Implikasi Manajerial
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
ix
ix
ix
1
1
4
5
5
5
6
6
8
6
9
9
14
16
16
16
17
18
21
21
22
22
24
25
25
27
37
39
41
42
42
43
44
46
48
1
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Perkembangan data UMKM dan Usaha Besar (UB) tahun 2012-2013
Kegunaan rumput laut
Jumlah produksi budidaya perikanan alga (rumput laut) Indonesia dan
Dunia
Kriteria usaha mikro, kecil dan menengah
Jenis dan Sumber Data
Model penjabaran strategi dengan matriks BSC
Penilaian bobot indikator (paired comparison)
Kriteria total skor BSC
Jumlah Karyawan UKM WPIU 2016
Penerimaan dan laba bersih tahun 2014 dan tahun 2015
Tingkat kepuasan responden pelanggan UKM WPIU
Identitas karyawan Winner Perkasa Indonesia Unggul tahun 2016
Jumlah karyawan keluar masuk di UKM WPIU
Survei kepuasan karyawan WPIU tahun 2016
Matriks BSC UKM WPIU
Bobot dan prioritas perspektif BSC UKM WPIU
Bobot dan prioritas ukuran strategis perspektif keuangan
Bobot dan prioritas sasaran strategis perspektif proses bisnis internal
Bobot dan prioritas sasaran strategis perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran
Pengukuran kinerja UKM Winner Perkasa Indonesia Unggul
Pengukuran kinerja BSC
1
2
2
10
17
19
20
21
24
28
30
33
34
35
36
37
38
38
38
39
40
DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Perspektif dalam balanced scorecard
The Customer Value Proposition
Perspektif Proses Bisnis Internal
Kerangka pemikiran operasional penelitian
Struktur organisasi UKM WPIU
Peta Strategi BSC UKM WPIU
Alur proses produksi rumput laut olahan UKM WPIU
11
12
13
15
22
27
31
DAFTAR LAMPIRAN
Pembobotan perspektif balanced scorecard
Pembobotan sasaran strategis perspektif proses bisnis internal
Pembobotan sasaran strategis perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Laporan Laba/Rugi UKM WPIU 2014 dan 2015
5. Pembobotan ukuran strategis perspektif keuangan
1.
2.
3.
4.
46
46
47
47
47
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam
perekonomian Indonesia. Adanya UMKM, membantu dalam menggerakkan
perekonomian masyarakat dalam proses meningkatkan kesejahteraan.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM (2014), pada tahun 2012,
UMKM menyumbang Rp4 869.6 triliun atau 59.08 persen dari total PDB nasional
dan menyerap tenaga kerja sebanyak 107 657 709 orang atau 97.16 persen dari
total penyerapan tenaga kerja nasional tercatat. Sedangkan di tahun 2013, UMKM
memberikan sumbangsih sebesar Rp5 440 triliun atau 60.34 persen dari total PDB
nasional, lalu penyerapan tenaga kerja tercatat 114 144 082 orang atau 96.99
persen. Terjadi kenaikan 11.71 persen perkembangan penciptaan PDB Nasional
dan kenaikan penyerapan tenaga kerja sebesar 6.03 persen dibandingkan tahun
2012.
Tabel 1 Perkembangan data UMKM dan Usaha Besar (UB) tahun 2012-2013
Jenis Usaha
Tahun 2012
Jumlah
Usaha Mikro
Usaha Kecil
Usaha Menengah
Total UMKM
Usaha Besar
Total
55 856 176
629 418
48 997
56 534 592
4 968
56 539 560
Pangsa (%)
98.79
1.11
0.09
99.99
0.01
100
Tahun 2013
Jumlah
57 189 393
654 222
52 106
57 895 721
5 066
57 900 787
Pangsa (%)
98.77
1.13
0.09
99.99
0.01
100
Perkembangan 20122013
Jumlah
1 333 217
24 803
3 110
1 361 129
98
1 361 227
(%)
2.39
3.94
6.35
2.41
1.97
2.41
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM (2014)
Tabel 1 memperlihatkan bahwa UMKM di Indonesia merupakan penggerak
perekonomian di industri nasional dengan pangsa sebesar 99.99 persen baik pada
tahun 2012 maupun tahun 2013. Pertumbuhan jumlah UMKM pun meningkat dari
56 534 592 pada tahun 2012 menjadi 57 189 393 di tahun 2013. Hal ini
menunjukkan bahwa UMKM memiliki dampak yang begitu besar bagi
pertumbuhan perekonomian nasional. Menurut Tambunan (2012), UMKM di
negara-negara maju telah menunjukkan perannya sebagai sumber dari inovasi
produksi dan teknologi, pertumbuhan jumlah wirausahawan kreatif, inovatif,
penciptaan tenaga kerja terampil, dan fleksibel dalam proses produksi untuk
menghadapi perubahan permintaan pasar yang cepat. UMKM dapat menjadi
motor penggerak penciptaan inovasi-inovasi produk pada berbagai sumber daya
alam yang melimpah di Indonesia.
Salah satu sumber daya alam yang dapat dikembangkan oleh UMKM di
Indonesia adalah budidaya rumput laut. Rumput laut dikelompokkan berdasarkan
kandungan koloidnya, dimana kelompok penghasil agar dikenal sebagai agarofit,
lalu penghasil karaginan disebut karaginofit dan terakhir kelompok yang dikenal
sebagai alginofit, yaitu penghasil alginat (KKP, 2014). Ketiga kelompok rumput
laut tersebut memiliki penggunaan yang sangat beragam, baik yang diolah secara
sederhana maupun pengolahan yang lebih kompleks untuk dijadikan barang
2
setengah jadi agar dapat diolah lebih lanjut pada industri hilir seperti diperlihatkan
pada Tabel 2.
Tabel 2 Kegunaan rumput laut
Pemanfaatan
Makanan dan Minuman
 Ice cream, yogurt, wafer cream
 Coklat susu, puding instan
 Minuman ringan, jus buah, bir
 Roti
 Permen
 Daging, ikan dalam kaleng
 Saus, salad dressing
 Salad dressing, kecap
 Jelly, selai, sirop, puding
 Makanan bayi
Non Pangan
 Pet food
 Makanan ikan
 Cat, keramik
 Tekstil, kertas, kaca
Farmasi dan kosmetik
 Pasta gigi, sampo, obat dalam bentuk tablet
 Bahan cetak gigi, obat dalam bentuk salep
Agar
Karaginan
Alginat
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (2014)
Pemanfaatan rumput laut yang begitu beragam menjadikannya komoditas
yang penting dalam pengembangan industri perikanan karena memiliki nilai
ekonomi yang tinggi. Berdasarkan data FAO (Food and Agriculture
Organization) tahun 2012, produksi budidaya perikanan alga (didominasi rumput
laut) dunia berjumlah 23.8 juta ton dengan nilai sebesar 6.4 miliar dolar Amerika.
Sebanyak 27.4 persen dari jumlah total produksi alga dunia diproduksi oleh
Indonesia dengan jumlah 6 514 854 ton dan terus meningkat setiap tahunnya.
Tabel 3 Jumlah produksi budidaya perikanan alga (rumput laut) Indonesia dan
Dunia
Negara
Indonesia Volume
produksi (ton)
Pangsa
dari
produksi dunia
(%)
Dunia
Volume
produksi (ton)
1990
2000
2005
2010
2012
100 000
1995
102 000
205 227
910 636
3 915 017
6 514 854
2.66
1.49
2.21
6.74
20.59
27.40
3 765 325
6 849 215
9 306 042
13 518 946
19 009 667 23 776 449
Sumber: The State of World Fisheries and Aquaculture, FAO (2014) diolah
Berdasarkan data pada Tabel 3, pertumbuhan produksi rumput laut di
Indonesia terlihat mengalami pertumbuhan yang pesat. Pertumbuhan produksi
rumput laut Indonesia tertinggi tercatat pada tahun 2000 ke 2005 mencapai 443.72
persen. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki
3
potensi menjadi produsen rumput laut terbesar di dunia apabila tren produksi
rumput laut tetap melaju seperti ini.
Sayangnya hasil produksi rumput laut yang begitu melimpah belum
dimanfaatkan dengan baik oleh industri pengolahan rumput laut dalam negeri.
Ekspor rumput laut kering Indonesia mencapai 64 persen dari total produksi yang
tersebar ke berbagai negara importir tujuan. Berdasarkan data BPS (2014), pada
tahun 2012-2014, Tiongkok sebagai negara tujuan ekspor rumput laut kering
Indonesia terbesar dengan pangsa ekspor sebesar 67.37 persen. Importir terbesar
kedua adalah dari negara Filipina dengan pangsa ekspor sebesar 9.17 persen.
Padahal produksi rumput laut tersebut akan memiliki nilai yang lebih tinggi
apabila diolah menjadi berbagai produk lainnya.
Keadaan tersebut menginisiasi Kementerian Perikanan dan Kelautan yang
merencanakan peraturan pelarangan ekspor produk mentah rumput laut pada
tahun 2020. Kebijakan ini juga didukung oleh Kementerian Perindustian yang
menyiapkan dana sebesar empat miliar rupiah untuk dialokasikan pada pengadaan
mesin pengolahan rumput laut. Hal ini dapat membangkitkan industri-industri
olahan rumput laut di Indonesia, salah satunya yang berpotensi adalah usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Perusahaan baik kecil, menengah, ataupun besar memiliki tujuan untuk
memaksimalkan keuntungan yang didapat. Untuk memaksimalkan keuntungan,
perusahaan perlu memperhatikan kinerja dari berbagai aspek keuangan dan nonkeuangan sehingga dapat diketahui permasalahan yang ada secara seimbang.
Pengukuran kinerja dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan perusahaan dan
membantu merumuskan strategi yang tepat pada masa yang akan datang. Menurut
Erwina (2015), sebagian besar UKM di Indonesia saat ini hanya menggunakan
pengukuran kinerja pada aspek keuangan saja sehingga tidak mengetahui aspekaspek lain yang sejatinya merupakan faktor penting yang mendorong pencapaian
kinerja pada aspek keuangan. Sistem pengukuran kinerja yang efektif akan
mendorong setiap lini perusahaan untuk mencapai target yang diharapan. Hal ini
mengindikasikan kebutuhan setiap perusahaan pada pengukuran kinerja yang
komprehensif dan seimbang antara aspek keuangan dan aspek non-keuangan.
Balanced Scorecard merupakan alat ukur kinerja yang komprehensif dan
seimbang yang membantu perusahaan untuk menerjemahkan visi, misi, dan tujuan
perusahaan ke dalam strategi dan aksi. Pengukuran kinerja menggunakan
Balanced Scorecard (BSC) mencakup empat perspektif, yakni perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan. Pemanfaatan BSC sebagai alat pengukuran
kinerja selama ini hanya digunakan di perusahaan-perusahaan besar. Hal ini
didasari oleh pengukuran kinerja keuangan yang dimanfaatkan oleh perusahaan
tidak lagi memadai untuk mengukur kinerja perusahaan sehingga membutuhkan
alat ukur yang komprehensif yaitu BSC (Kaplan dan Norton, 1992). Hasil dari
penelitian Kaplan dan Norton pada eksperimen awal penggunaan BSC,
perusahaan-perusahaan yang ikut serta dalam ekperimen tersebut menghasilkan
kemampuan pelipatgandaan kinerja keuangan mereka. Penambahan ukuran
kinerja non-keuangan memacu eksekutif untuk memerhatikan dan melaksanakan
usaha-usaha yang menjadi pemacu sesungguhnya untuk mewujudkan kinerja
keuangan. Agar UKM dapat berkembang dan bersaing di industri pengolahan
rumput laut, diperlukan pengetahuan mengenai kinerja bisnis yang dijalani dengan
4
memanfaatkan alat ukur BSC. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Erwina
(2015), penggunaan BSC pada UKM memberikan manfaat bagi pengelola untuk
mengembangkan modal insani dan meningkatkan kinerja UKM. Hasil
implementasi BSC pada UKM di Bogor oleh Erwina pada Indikator-indikator
Kinerja Utama memperlihatkan bahwa pengukuran kinerja dengan pendekatan
BSC layak untuk diterapkan di UKM. Untuk itu penelitian ini mencoba mengukur
kinerja UKM Winner Perkasa Indonesia Unggul sebagai upaya meningkatkan
kinerja agar dapat bersaing di industri pengolahan rumput laut pada tahun 2020.
UKM Winner Perkasa Indonesia Unggul dipilih sebagai objek penelitian karena
telah berpengalaman dalam memproduksi berbagai olahan rumput laut selama 15
tahun.
Perumusan Masalah
Adanya isu pelarangan ekspor rumput laut mentah atau setengah jadi oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2020 mendorong para pelaku
usaha untuk memanfaatkan pengembangan produk-produk olahan rumput laut.
Hal ini semakin ditekankan oleh Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perikanan (Dirjen P2HP) dengan mengalokasikan dana bantuan untuk
pembangunan rumah produksi olahan rumput laut. Isu pelarangan ini bisa menjadi
peluang serta ancaman bagi Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) dalam
mengembangkan usahanya. Bahan baku rumput laut yang melimpah akan menjadi
peluang bagi WPIU dalam mendapatkan pasokannya secara mudah dan murah.
Sedangkan ancaman dari isu pelarangan ini bagi WPIU adalah meningkatnya
persaingan di antara rumah produksi olahan rumput laut yang dapat menyebabkan
tingkat persaingan menjadi semakin ketat, sehingga diperlukan pengetahuan
mengenai kinerja perusahaan agar dapat membantu dalam proses pengambilan
keputusan di masa yang akan datang.
Pengukuran kinerja sangat diperlukan oleh perusahaan agar mengetahui
kesesuaian pencapaian hasil dengan tujuan yang direncanakan. Selama ini, banyak
perusahaan terutama UKM mengukur keberhasilan kinerjanya hanya berdasarkan
ukuran dari segi keuangan. Menurut Kaplan dan Norton (1996), ukuran kinerja
keuangan relatif tidak terlalu mencerminkan indikator keberhasilan suatu
perusahaan karena ukuran kinerja keuangan tidak dapat menunjukkan tujuan
perusahaan dan bagaimana cara memperbaiki kinerja perusahaan. Untuk
mengukur keberhasilan kinerja perusahaan, diperlukan pendekatan yang
komprehensif.
UKM WPIU dalam menjalankan usahanya menghadapi kendala pada
kinerja keuangan yang menurun. Hal ini dapat dilihat dari laba yang didapat pada
tahun 2015 sebesar Rp169 009 920 turun dibandingkan dengan tahun 2014 yang
menghasilkan laba sebesar Rp292 919 000. Selain itu, pengukuran kinerja yang
selama ini dilakukan lebih kepada kinerja keuangan tanpa melihat kinerja nonkeuangan. Hal ini mendasari kebutuhan perusahaan dalam pengukuran kinerja
yang komprehensif dan seimbang agar dapat memacu kinerja keuangan
perusahaan. Salah satu pengukuran kinerja yang komprehensif adalah dengan
menggunakan balanced scorecard (BSC).
5
Pendekatan pengukuran kinerja dengan BSC pada penelitian ini dipilih
karena dapat menyeimbangkan antara aspek keuangan dengan aspek nonkeuangan sehingga akan terjadi keseimbangan pada kinerja bisnis yang dijalani
oleh WPIU. Selama ini pengukuran kinerja non-keuangan tidak menjadi perhatian
bagi pengelola WPIU dalam menjalankan usahanya. Hal ini dapat menimbulkan
kesalahan dalam pengambilan keputusan karena tidak mengetahui secara
menyeluruh kinerja pada aspek-aspek bisnis yang dijalankannya. Pendekatan
dengan BSC dapat memetakan arah pengambilan keputusan perusahaan sesuai
dengan visi, misi dan tujuan yang diyakini sehingga dapat diketahui sebab dan
akibat pada keputusan yang dibuat. Visi dan misi perusahaan diterjemahkan ke
dalam tujuan perusahaan yang kemudian akan diperoleh sasaran-sasaran strategis
perusahaan pada setiap perspektif.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan
yang akan dianalisis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa saja sasaran strategi WPIU untuk mencapai tujuan perusahaan dan
bagaimana bentuk peta strateginya?
2. Seberapa besar capaian kinerja perusahaan WPIU berdasarkan metode BSC?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini secara garis besar adalah mengetahui ukuran
kinerja keuangan dan non-keuangan perusahaan melalui konsep BSC Berdasarkan
uraian pada rumusan masalah diatas, maka tujuan khusus yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui sasaran strategis yang menjadi prioritas bagi WPIU dalam
mencapai tujuan perusahaan.
2. Merumuskan peta strategis perancangan BSC WPIU yang sesuai dengan
sasaran strategis pada setiap perspektif.
3. Mengukur tingkat pencapaian kinerja BSC perusahaan WPIU.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik informasi
maupun masukan bagi berbagai pihak-pihak berikut ini:
1. WPIU, sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan strategi usaha yang
akan dijalankan dalam pengembangan usahanya.
2. Pemerintah, sebagai masukan dalam membuat kebijakan mengenai agribisnis
rumput laut dan UMKM.
3. Kalangan akademisi sebagai tambahan informasi dan penambah wawasan
mengenai pengukuran kinerja menggunakan konsep BSC.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perusahaan WPIU dengan batasan masalah
penelitian adalah:
1. Data yang digunakan adalah data perusahaan yang didapat pada saat
penelitian ini dijalankan pada bulan Februari hingga Agustus 2016.
6
2. Penulis hanya merancang BSC sesuai dengan yang dijabarkan dari visi, misi,
dan tujuan yang telah dibuat oleh perusahaan.
3. Perumusan tolok ukur kinerja mengacu pada kondisi perusahaan dan konsep
balanced scorecard.
TINJAUAN PUSTAKA
Sasaran Strategis UKM
Pengukuran kinerja melalui pendekatan BSC berdasarkan empat perspektif
yaitu, perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran
dan pertumbuhan. Keempat persepektif tersebut menjadi dasar untuk mengukur
kinerja namun tidak bersifat baku. Artinya bahwa pada setiap sasaran strategis di
masing-masing perspektif perusahaan dapat berbeda dengan perusahaan lainnya,
tergantung pada kebutuhan dan tujuan perusahaan tersebut. Penelitian yang
dilakukan oleh Erwina (2015) yaitu merancang penerapan BSC pada UKM di
Bogor menghasilkan delapan sasaran strategis yang didasari oleh kesimpulan yang
didapat dari hasil focus group discussion. Pada persepektif keuangan sasaran
strategisnya adalah meningkatkan profit, sedangkan di perspektif pelanggan
terdapat sasaran strategis meningkatkan loyalitas pelanggan dan meningkatakan
hubungan dengan pelanggan baru. Sasaran strategis di perspektif proses bisnis
internal adalah pengembangan produk yang berkualitas dan pengembangan
layanan bermutu. Kemudian, pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran,
sasaran strategisnya adalah meningkatkan keterampilan karyawan, kepuasan kerja
karyawan, dan mengembangkan pengetahuan karyawan.
Adapun pada penelitian yang dilakukan oleh Mayasari (2009) di Kelompok
Tani Cibeureum, sasaran strategisnya didasari oleh visi dan misi. Visi Kelompok
Tani Cibeureum adalah mempertahankan kelestarian lingkungan dengan sistem
agribisnis dan dengan misi melatih petani untuk tetap menjaga lingkungan dengan
memproduksi beras organik dengan tepat dan meneliti dan mengembangkan bibit
beras organik yang unggul serta menjalin hubungan baik dengan pemasok,
pembeli dan pemerintah. Berdasarkan visi dan misi tersebut, sasaran strategis
yang dihasilkan berupa meningkatkan kepuasan pelanggan pada perspektif
pelanggan, efisiensi biaya dan peningkatan profitabilitas di perspektif keuangan,
peningkatan pengembangan usaha dan pengiriman barang secara kontinyu di
perspektif proses bisnis internal, dan peningkatan kualitas petani pada perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan. Penelitian ini akan menyusun sasaran strategis
pada setiap perspektif berdasarkan visi, misi, dan tujuan perusahaan juga
berdiskusi dengan pemilik perusahaan seperti yang dilakukan oleh Erwina (2015)
dan Mayasari (2009) pada penelitian mereka.
Peta Strategi Perusahaan
Peta strategi dibutuhkan untuk menggambarkan hubungan sebab akibat
yang terjadi antara indikator-indikator kinerja dengan visi, misi dan sasaran
perusahaan. Peta strategi BSC merupakan suatu alat untuk mengkomunikasikan
strategi kepada seluruh karyawan dalam bentuk ukuran-ukuran aktivitas
7
operasional dan menggambarkan proses aset-aset tak berwujud, seperti pelanggan,
proses bisnis internal serta pertumbuhan dan pembelajaran yang memberikan hasil
nyata dalam perspektif keuangan (Annafi 2010).
Pada penelitiannya, Annafi (2010) memetakan strategi perusahaan PT.
Relife Realty Indonesia diawali dengan sasaran strategis pada perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan, yaitu pemanfaatan SIM, tercipta budaya
perusahaan yang efisien dan profesional, meningkatkan kemampuan karyawan,
dan meningkatkan komitmen karyawan. Sasaran strategis yang disebutkan
sebelumnya mempengaruhi kinerja pada sasaran strategi yang terdapat pada
perspektif proses bisnis internal, yaitu meningkatkan kualitas layanan kepada
konsumen, tercipta produk berkualitas dan inovatif, dan meningkatkan efektifitas
kegiatan operasional. Perspektif proses bisnis internal memengaruhi sasaran
strategis pada persepektif pelanggan, yaitu meningkatkan kepuasan dan loyalitas
konsumen, pemilihan calon konsumen yang layak, meningkatkan pangsa pasar,
dan meningkatkan citra perusahaan di masyarakat. Semua sasaran strategis
tersebut akhirnya akan berpengaruh pada kinerja persepektif keuangan yaitu
menarik investor untuk investasi dan perbaikan struktur biaya yang akhirnya akan
meningkatkan nilai laba.
Peta strategi yang dipaparkan oleh Erwina (2015) pada penelitiannya yang
merancang dan mengevaluasi BSC pada UKM di daerah Bogor juga diawali oleh
sasaran strategis pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Sasaran tersebut
adalah meningkatkan keterampilan karyawan, meningkatkan kepuasan kerja
karyawan, dan mengembangkan pengetahuan karyawan. Tiga sasaran startegis
tersebut mempengaruhi sasaran strategis pada proses bisnis internal, yaitu
pengembangan produk berkualitas dan pengembangan layanan bermutu.
Selanjutnya pada persepektif pelanggan terdapat sasaran strategis meningkatkan
loyalitas pelanggan dan meningkatkan hubungan dengan pelanggan baru. Dua hal
tersebut akan mempengaruhi kinerja pada sasaran strategis meningkatkan profit di
perspektif keuangan.
Pengukuran Kinerja pada UKM dengan BSC
Pengukuran kinerja terhadap UKM perlu dilakukan agar dapat mengetahui
apakah kinerja yang dilakukan selama ini sesuai dengan visi misi dan tujuan
perusahaan atau terjadi penyimpangan dari yang diharapkan. Menurut Irawan
(2006), pengukuran kinerja berkaitan dengan penentuan strategi dan langkah yang
akan diambil oleh perusahaan, sehingga apabila pengukuran kinerja tidak tepat,
maka akan menimbulkan kesalahan dalam pengambilan keputusan yang
menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
Penelitian Irawan di PP. Kecap Maja Menjangan dilatarbelakangi oleh
permasalahan krisis ekonomi yang memberikan dampak kenaikan input produksi
sehingga menghambat kinerja industri kecap. Disamping itu munculnya pesaing
baru di industri kecap mengakibatkan persaingan yang lebih kompetitif. Secara
umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengimplementasikan dan menganalisis
konsep BSC pada UKM yang masih menggunakan ukuran keuangan dalam
pengukuran kinerjanya. Metode pengambilan sampel dilakukan secara sengaja
(purposive), pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, memberikan
kuesioner, dan melakukan wawancara kepada pemilik usaha, karyawan, dan
8
pelanggan. Hasil penelitiannya memperlihatkan skor kinerja yang dicapai oleh
perusahaan dengan konsep BSC sebesar 72.91 persen yang mengindikasikan
kinerja perusahaan secara keseluruhan cukup baik namun belum optimal.
Pengukuran kinerja yang baik didasari oleh penggunaan berbagai indikatorindikator ukuran kinerja yang tepat, baik indikator kinerja finansial maupun
indikator kinerja non-finansial. Mayasari (2009) dalam penelitiannya diketahui
indikator kinerja yang digunakan selama ini oleh Kelompok Tani Cibeureum
Jempol berfokus pada kinerja finansial tanpa mengukur kinerja non-finansial,
sehingga tidak dapat diketahui secara mendalam mengenai sebab-akibat yang
mempengaruhi kinerja keseluruhan kelompok tani tersebut. Metode pengolahan
dan analisis data yang digunakan adalah analisis SWOT, BSC, dan AHP
(Analitycal Hierarchy Process). Hasil pengukuran kinerja menggunakan BSC
pada Kelompok Tani Cibereum Jempol memuaskan dengan skor pencapaian
target sebesar 91.4 persen.
Menurut Erwina (2015) dalam tesis yang berjudul “Perancangan dan
Evaluasi Balanced Scorecard sebagai Pengukuran Kinerja Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) di Bogor”, pengukuran kinerja pada perusahaan terutama
UKM hingga saat ini masih menggunakan pengukuran kinerja tradisional yakni
sebatas pengukuran kinerja pada segi keuangan saja. Sebagai pengembangan
modal insani pada UKM, diperlukan pengukuran kinerja yang melihat dari
berbagai perspektif. Penelitian ini bertujuan (1) Mengidentifikasi sasaran strategis
dan peta strategis pada UKM di Bogor (2) Merumuskan indikator kinerja utama
dan inisiatif strategis pada UKM di Bogor serta (3) Mengevaluasi implementasi
pengukuran kinerja dengan pendekatan BSC pada UKM di bogor untuk
mengetahui kelayakan BSC dalam pengukuran kinerja UKM di Bogor. Hasil
penelitian Erwina (2015) merumuskan delapan sasaran strategis yang dijelaskan
dalam hubungan sebab akibat pada peta strategis, 15 indikator kinerja utama
untuk mengukur kinerja di UKM dan 19 inisiatif strategik. Erwina (2015)
menyatakan bahwa pengukuran kinerja dengan pendekatan balanced scorecard
yang melibatkan empat perspektif yaitu, keuangan, pelanggan, proses bisnis
internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran layak diterapkan di UKM.
Perbedaan pengukuran kinerja pada penelitian ini dengan penelitianpenelitian sebelumnya adalah adanya metode Manufacturing Cycle Effectiveness
untuk mengukur kinerja pada perspektif proses bisnis internal. Perbedaan ini
disebabkan oleh berbedanya sasaran strategis yang digunakan oleh para peneliti
sebelumnya di perspektif proses bisnis internal.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terdapat pada
lingkungan perusahaan, baik lingkungan internal maupun eksternal. Faktor pada
lingkungan internal perusahaan dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
perusahaan, namun faktor eksternal perusahaan tidak dapat dipengaruhi oleh
perusahaan. Berbagai faktor-faktor pada lingkungan perusahaan dapat
memberikan dampak positif maupun negatif bagi perusahaan.
Pada penelitian Irawan (2006) di PP. Kecap Maja Menjangan, faktor
eksternal perusahaan sangat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Faktor
eksternal tersebut adalah kenaikan harga bahan baku (kedelai) dan bahan bakar
9
mentah (BBM) yang secara tidak langsung mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan.
Mayasari (2009) menjelaskan bahwa potensi pasar beras organik di Bogor
yang cukup tinggi merupakan salah satu faktor eksternal Kelompok Tani
Cibereum Jempol, namun permintaan yang tinggi tersebut tidak dapat dipenuhi
oleh Kelompok Tani Cibereum Jempol karena produksi per tahun yang selalu
menurun. Produksi yang menurun dipengaruhi oleh faktor internal pada kelompok
tani tersebut, yaitu keterbatasan modal serta jumlah lahan yang terus menurun
karena dijual oleh anggota kelompok tani.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM
(Usaha Mikro Kecil dan Menengah) adalah usaha produktif milik perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana berikut diatur dalam undang-undang ini:
1. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil
atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Mikro merupakan kegiatan usaha yang dapat memperluas lapangan
pekerjaan serta memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada
masyarakat dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan
pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta berperan
mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, usaha mikro adalah salah satu
pilar utama ekonomi nasional yang mendapatkan kesempatan utama,
dukungan, perlindungan serta pengembangan yang secara luas sebagai wujud
pihak yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa harus
mengabaikan peranan usaha besar dan badan usaha milik pemerintah. Lihat
Tabel 4.
10
No.
1.
2.
3.
Tabel 4 Kriteria usaha mikro, kecil dan menengah
Uraian
Kriteria (Rp)
Aset
Omzet per tahun
Usaha Mikro
Maks. 50 Juta
Maks. 300 juta
Usaha Kecil
>50 Juta – 500 Juta
>300 Juta – 2.5
Miliar
Usaha Menengah
>500 Juta – 10 Miliar >2.5 Miliar – 50
Miliar
Sumber: UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM
Konsep Balanced Scorecard
Kaplan dan Norton (1996) menyatakan bahwa BSC memberikan para
eksekutif perusahaan sebuah kerangka komprehensif yang menerjemahkan visi
dan strategi perusahaan ke dalam pengukuran kinerja yang koheren. Pengukuran
kinerja yang digunakan pada BSC berbeda dengan pengukuran kinerja lainnya
yang digunakan sebagai alat untuk mengontrol perilaku dan mengevaluasi kinerja
yang lampau. BSC seharusnya digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan
strategi bisnis dan membantu individu maupun organisasi dalam perusahaan untuk
mencapai tujuan yang sama. BSC merupakan suatu sistem pembelajaran yang
dapat berkomunikasi dan memberikan informasi, bukan sebagai sistem
pengontrol.
Balanced scorecard terdiri dari dua kata, yaitu balanced yang secara harfiah
berarti seimbang dan scorecard yang berarti kartu skor. Menurut Umar (2005),
scorecard adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja
seseorang dan/atau suatu kelompok, juga untuk mencatat rencana skor yang
hendak diwujudkannya. Pada tahap berikutnya, seseorang dan/atau kelompok ini
akan dievaluasi kinerjanya dengan membandingkan antara apa yang telah
dikerjakan dan apa yang telah direncanakan. Sementara itu, pengertian balanced
adalah bahwa kinerja seseorang atau kelompok tertentu akan diukur secara
berimbang. Berimbang antara sisi internal dan eksternal perusahaan, dan
berimbang pula antara perspektif proses dan perspektif orang.
Selanjutnya masih dari penuturan Umar (2005), sistem BSC terdiri atas
empat perspektif jika dilihat dari sisi internal dan eksternal perusahaan, yakni
pespektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
lebih berfokus ke internal perusahaan, kemudian perspektif pelanggan dan
keuangan lebih berfokus ke eksternal perusahaan. Sedangkan, jika dilihat dari sisi
proses dan orang, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dan perspektif
pelanggan lebih berfokus kepada orang, dan perspektif keuangan dan perspektif
proses bisnis internal lebih berfokus kepada proses.
Aspek-aspek Pengukuran dalam BSC
Balanced scorecard merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran, dan
pengendalian yang secara cepat, tepat, dan komprehensif dapat memberikan
pemahaman kepada manajer tentang performa bisnis. Pengukuran kinerja tersebut
memandang unit bisnis dari empat perspektif, yaitu perspektif keuangan,
pelanggan, peroses bisnis dalam perusahaan, serta proses pembelajaran dan
pertumbuhan. (Yuwono et al. 2007).
11
Kaplan dan Norton (1996) menjelaskan secara singkat keempat perspektif
tersebut sebagaimana pada Gambar 1. Perspektif keuangan merupakan bagaimana
kita memuaskan para pemegang saham. Perspektif pelanggan menjelaskan tentang
bagaimana memuaskan pelanggan. Perspektif proses bisnis internal menjelaskan
tentang proses apa saja dalam penciptaan nilai untuk pelanggan dan menciptakan
hasil pada keuangan. Terdapat tiga prinsip proses bisnis yaitu inovasi produk,
operasi/produksi, dan layanan purna jual. Perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan menekankan bagaimana mempertahankan keberlangsungan
kemampuan perusahaan dalam menghadapi perubahan dan peningkatan.
FINANSIAL
“Untuk
berhasil
secara
finansial, apa yang harus kita
lakukan
kepada
para
pemegang saham kita?”
PELANGGAN
“Untuk mewujudkan visi
kita, apa yang harus kita
perlihatkan kepada para
pelanggan kita?”
VISI dan
STRATEGI
PROSES BISNIS
INTERNAL
“Untuk menyenangkan para
pemegang
saham
dan
pelanggan kita, proses
bisnis apa yang harus kita
kuasai dengan baik?”
PERTUMBUHAN dan
PEMBELAJARAN
“Untuk mewujudkan visi kita,
bagaimana kita memelihara
kemampuan
kita
untuk
berubah dan meningkatkan
diri?”
Gambar 1 Perspektif dalam balanced scorecard
Sumber: Kaplan dan Norton (1996)
Perspektif Keuangan
Menurut Yuwono et al. (2007), pengukuran kinerja keuangan akan
menunjukkan apakah perencanaan dan pelaksanaan strategi memberikan
perbaikan yang mendasar bagi keuntungan perusahaan. Perbaikan-perbaikan ini
tercermin dalam sasaran-sasaran yang secara khusus berhubungan dengan
keuntungan yang terukur, pertumbuhan usaha, dan nilai pemegang saham.
Kaplan dan Norton (1996) menyatakan ukuran kinerja finansial merupakan
petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi, dan pelaksanaanya
memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba perusahaan. Tujuan
finansial biasanya berhubungan dengan profitabilitas yang diukur dengan laba
operasi, Return On Capital Employed (ROCE), Return On Asset (ROA) atau
Economic Value Added (EVA). Tujuan financial lainnya mungkin berupa
pertumbuhan penjualan yang cepat atau terciptanya arus kas.
12
Perspektif Pelanggan
Perspektif ini menilai bagaimana pelanggan melihat produk atau jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan. Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok
pengukuran berdasarkan Kaplan dan Norton (1996), yaitu customer core
measurement dan customer value proposition.
a) Customers Core Measurement, memiliki beberapa komponen pengukuran
yaitu:
1. Market share, pengukuran ini mencerminkan bagian yang dikuasai
perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada meliputi jumlah pelanggan,
jumlah penjualan dan volume unit penjualan
2. Customer retention, mengukur tingkat dimana perusahaan dapat
mempertahankan hubungan dengan konsumen.
3. Customer acquisition, mengukur tingkat dimana suatu unit bisnis mampu
menarik pelanggan baru untuk memenangkan bisnis baru.
4. Customer satisfaction, menaksirkan tingkat kepuasan pelanggan terkait
dengan kriteria kinerja spesifik dalam value proposition.
5. Customer profitability, mengukur laba bersih dari seorang pelanggan atau
segmen setelah dikurangi biaya yang khusus diperlakukan untuk
mendukung pelanggan tersebut.
b) Customer Value Proposition merupakan pemicu kinerja yang didasarkan pada
atribut berikut:
1. Product/service attributes, meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga,
kualitas, dan waktu. Pelanggan memiliki preferensi yang berbeda-beda
atas produk yang ditawarkan.
2. Customer relationship, menyangkut perasaan pelanggan terhadap proses
pembelian produk yang ditawarkan perusahaan. Perasaan konsumen ini
sangat dipengaruhi oleh responsivitas dan komitmen perusahaan terhadap
pelanggan berkaitan dengan masalah waktu penyampaian.
3. Image and reputation, menggambarkan faktor-faktor intangible yang
menarik seorang konsumen untuk berhubungan dengan perusahaan.
Model Generik
Nilai
Fungsi
=
Atribut produk/jasa
Kualitas
+
Citra
Harga
+
Hubungan
Waktu
Gambar 2 The Customer Value Proposition
Sumber: Kaplan dan Norton (1996)
Perspektif Proses Bisnis Internal
Kaplan dan Norton (1996) membagi proses bisnis internal ke dalam tiga
bagian, yaitu inovasi, operasi, dan layanan purna jual.
1. Proses Inovasi merupakan proses unit bisnis dalam menggali pemahaman
tentang kebutuhan pelanggan dan menciptakan produk atau jasa yang sesuai.
13
2.
3.
Proses Operasi adalah proses untuk membuat produk/ jasa dan
menyampaikan produk/jasa tersebut ke pelanggan. Pengukuran kinerja yang
terkait dikelompokkan pada waktu, kualitas, dan biaya.
Proses Pelayanan Purna Jual merupakan jasa pelayanan pada pelanggan
setelah penjualan produk/jasa dilakukan. Perusahaan dapat mengukur apakah
upayanya dalam pelayanan purna jual ini telah memenuhi harapan pelanggan
dengan tolok ukur kualitas, biaya, dan waktu. Alur proses bisnis internal
dapat dilihat pada Gambar 3.
Proses Inovasi
Kebutuhan
pelanggan
diidentifikasi
Kenali
pasar
Proses Operasi
Ciptakan
produk/
jasa
Bangun
produk/
jasa
Proses Pelayanan Purna Jual
Luncurkan
produk/
jasa
Layani
Pelanggan
Kebutuhan
pelanggan
terpuaskan
Gambar 3 Perspektif Proses Bisnis Internal
Sumber: Kaplan dan Norton (1996)
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif ini berfokus pada sumber daya manusia yang terdapat pada
organisasi. Bagaimana sumber daya manusia dikelola dengan baik oleh
perusahaan melalui pembelajaran terhadap budaya kerja, softskill, dan hardskill.
Selain faktor sumber daya manusia, Yuwono et al. (2007) menambahkan sistem
dan prosedur organisasi sebagai faktor dalam perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan. Menurut Kaplan dan Norton (1996), proses pembelajaran lebih dari
sekedar pelatihan karena didalamnya terdapat proses mentoring dan tutoring.
Terdapat tiga tolok ukur yang dapat dilihat perusahaan dalam proses ini, yaitu:
1. Employee capabilities atau kemampuan karyawan dalam menyumbangkan
segala kemampuannya untuk organisasi. Dibutuhkan perencanaan dan
implementasi yang baik terhadap keahlian karyawan yang menjamin
kecerdasan dan kreatifitasnya dapat diarahkan untuk mencapai tujuan
organisasi.
2. Information system capabilities atau kemampuan sistem informasi yang
akurat dan tepat waktu sangat dibutuhkan oleh organisasi pada seluruh
tingkatan manajemen.
3. Motivation, empwerment, and alignment. Dibutuhkan dukungan dan motivasi
kepada segenap karyawan untuk berani dalam melakukan berbagai percobaan
dan kegagalan dibarengi dengan upaya penyesuaian yang sejalan dengan
tujuan organisasi.
Kepuasan kerja karyawan dapat diukur menggunakan beberapa skala, yaitu
skala Indeks Deskripsi Jabatan, Kuesioner Kepuasan Kerja Minnesota, dan skala
14
Kepuasan Kerja berdasarkan Ekspresi Wajah (Paramarta dan Haruman, 2005).
Tiga skala tersebut dijelaskan sebagaimana berikut:
1. Indeks Deskripsi Jabatan merupakan skala yang dikembangkan oleh Smith,
Kendall, dan Hulin. Dalam penggunaannya, pertanyaan diberikan kepada
karyawan mengenai pekerjaannya yang dirasa sangat baik dan sangat buruk.
Setiap pertanyaan yang diajukan harus dijawab dengan cara menandai
jawaban ya, tidak, atau tidak ada jawaban.
2. Kuesioner Kepuasan Kerja Minnesota dikembangkan oleh Weiss, David, dan
England. Skala ini terdiri dari pekerjaan yang dirasakan sangat tidak puas,
tidak puas, netral, memuaskan, atau sangat memuaskan. Skala ini memiliki
100 pilihan karena kuesioner ini mengukur kepuasan kerja dengan
menggunakan dua puluh dimensi factor yang masing-masing memiliki lima
pilihan.
3. Skala Kepuasan Kerja berdasarkan Ekspresi Wajah dikembangkan oleh
Kunin pada tahun 1955. Skala ini merupakan gambar wajah-wajah orang
mulai dari sangat gembira, gembira, netral, cemberut, dan sangat cemberut.
Key Performance Indicator
Key Performance Indicator (KPI) atau indikator kinerja utama adalah
indikator yang memberikan informasi mengenai sejauh mana kinerja perusahaan
dalam mencapai target yang diharapkan. Adanya KPI menuntut perusahaan untuk
memiliki visi jelas serta langkah-langkah dalam mencapai tujuannya.
Menurut Luis dan Biromo (2008), key performance indicator atau biasa
disingkat KPI merupakan indikator atau ukuran yang dipakai untuk mengukur
tingkat pencapaian kinerja terhadap sasaran strategi yang telah ditentukan.
Sedangkan menurut Parmenter (2010), KPI merupakan seperangkat ukuran yang
fokus terhadap aspek kinerja organisasi yang paling kritis bagi kesuksesan
organisasi saat ini maupun di masa mendatang.
KPI memililki kaitan erat dengan konsep BSC sebagai alat ukur indikator
dari setiap persepsi yang ada (kecuali persepsi keuangan). Parmenter (2007)
mendefinisikan tujuh karakteristik KPI yaitu sebagai berikut:
1. Ukuran non-finansial (tidak dinyatakan dalam mata uang).
2. Frekuensi pengukuran sering (mingguan, harian atau bahkan tiap jam).
3. Dilaksanakan oleh CEO dan tim manajemen senior.
4. Memahami ukuran yang digunakan dan mengindikasikan secara jelas
tindakan yang perlu dilakukan oleh staf.
5. Mengikat tanggung jawab individu maupun tim.
6. Memiliki dampak yang signifikan
7. Memiliki dampak yang positif (memengaruhi seluruh ukuran kinerja lainnya
secara positif).
Kerangka Pemikiran Operasional
Salah satu UKM yang bergerak dibidang pengolahan rumput laut adalah
Winner perkasa Indonesia Unggul yang dimiliki Ibu Maria Gigih. Pada tahun
2015, kinerja keuangan yang dicapai oleh perusahaan menurun dibandingkan
dengan kinerja keuangan pada tahun sebelumnya. Hal ini menandakan bahwa
15
terdapat beberapa faktor diluar perspektif keuangan yang perlu diperhatikan.
Diperlukan suatu pengukuran kinerja komprehensif yang dapat menilai
keseluruhan perspektif pada UKM WPIU. Pengukuran kinerja yang dibutuhkan
harus sesuai dengan visi dan tujuan dari WPIU agar mengetahui kondisi kinerja
usaha sehingga dapat mengambil keputusan yang terbaik. Secara garis besar,
kerangka penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.
Penurunan kinerja keuangan pada UKM WPIU
Dibutuhkan penilaian
kinerja komprehensif
Visi, Misi, dan Tujuan
Perusahaan
Diterjemahkan ke dalam bentuk Peta
Strategis BSC
Sasaran Strategis
Perspektif
Keuangan
Sasaran Strategis
Perspektif
Pelanggan
Target dan ukuran
strategis
Target dan ukuran
strategis
Sasaran Strategis
Perspektif Proses
Bisnis Internal
Target, sasaran
dan ukuran
strategis
Sasaran Strategis
Perspektif
Pembelajaran dan
Pertumbuhan
Target, sasaran dan
ukuran strategis
Matriks BSC
Pembobotan Metode Paired Comparison
Key Performance Indicator
Hasil Pengukuran BSC Perusahaan
Gambar 4 Kerangka pemikiran operasional penelitian
Penelitian ini berusaha membantu WPIU mengukur kinerja usahanya
menggunakan metode Balanced Scorecard. Metode ini menggunakan tolok ukur
kinerja dari empat perspektif perusahaan, yaitu perspektif keuangan, perspektif
pelanggan, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan. Visi, misi, dan tujuan perusahaan akan diterjemahkan ke dalam
16
bentuk peta strategis yang berisi hubungan sebab akibat sasaran-sasaran strategis
pada setiap perspektif. Setelah itu, dipilih ukuran hasil dalam bentuk lag indicator
dan lead indicator yang paling sesuai dengan sasaran strategis dan kondisi
perusahaan.
Setelah sasaran strategis dan ukuran hasil setiap perspektif didapatkan,
kemudian dapat dirumuskan target yang perlu dilakukan perusahaan. Setelah
perumusan dilakukan, maka hasilnya yang berupa sasaran strategis, ukuran
strategis, target, akan dimasukkan ke dalam model matriks BSC. Sebelumnya,
akan dijabarkan mengenai kondisi masing-masing perspektif pada perusahaan.
Langkah selanjutnya adalah pemberian bobot pada masing-masing sasaran
strategis dan indikator kinerja hasil. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
pencapaian kinerja pada masing-masing indikator hasil terhadap target. Setelah
diketahui bobot nilai masing-masing sasaran strategi, kemudian diukur kinerja
masing-masing indikator pada ukuran strategis agar dapat diketahui pencapaian
kinerja pada tahun sebelumnya terhadap target yang ditetapkan.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Winner Perkasa Indonesia Unggul yang terletak
di Jalan Sawangan Raya No. 16, Perumahan Sawangan Permai, Kecamatan
Sawangan, Kota Depok. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan
bahwa WPIU telah lama melakukan usaha di bidang industri pengolahan rumput
laut sejak tahun 1997 dan memiliki potensi untuk dikembangkan. Kegiatan
pengumpulan data dilaksanakan selama bulan Februari sampai dengan Agustus
2016.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang diambil terdiri dari data primer dan data sekunder, baik
kuantitatif maupun kualitatif. Data primer yang dibutuhkan adalah data mengenai
sejarah dan perkembangan perusahaan, visi dan misi perusahaan, data kepuasan
pelanggan, dan kondisi perusahaan saat ini yang terkait dengan manajemen
strategis perusahaan. Sedangkan, data sekunder yang digunakan adalah data
mengenai produksi rumput laut Indonesia dan dunia, kegunaan rumput laut,
sumbangan UMKM terhadap PDB, dan nilai ekonomi dari industri budidaya
rumput laut.
Sumber data primer adalah melalui pengamatan di lapangan dan wawancara
langsung melalui pengisian kuesioner yang dibuat sesuai dengan kerangka
pemikiran. Sedangkan data sekunder bersumber dari buku-buku literatur
mengenai topik penelitian, artikel ilmiah, situs internet, kumpulan informasi dari
dinas terkait, dan penelitian-penelitian terdahulu. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 5.
17
Tabel 5 Jenis dan Sumber Data
Jenis data
Deskripsi
Primer
1. Gambaran umum
perusahaan
2. Penerimaan dan
pengeluaran WPIU
tahun 2014 dan 2015
3. Proses bisnis internal
(produk inovasi,
proses produksi dan
pengiriman produk,
dan bagaimana
layanan purna jual
yang diberikan)
4. Upah tenaga kerja,
pendidikan tenaga
kerja, kepuasan para
karyawan.
Sekunder
Metode pengumpulan
Sumber data
data
Wawancara dan
Pemilik
usaha
observasi
dan tenaga kerja
Menghimpun data dari
individu
Pemilik usaha
Wawancara
Pemilik
usaha
dan tenaga kerja
Wawancara dan
kuesioner
Pemilik
usaha
dan tenaga kerja
1. Jenis dan kegunaan
rumput laut
Menghimpun data dari
institusi
2. Produksi rumput laut
Indonesia dan Dunia
tahun 1990-2012
Menghimpun data dari
institusi
3. Teori-teori dan
penelitian terdahulu
Penelusuran
4. Sumbangan UMKM
terhadap PDB
Nasional 2012-2013
5. Nilai ekonomi industri
budidaya rumput laut
2012
Menghimpun data dari
institusi
Menghimpun data dari
institusi
Kementerian
Kelautan
Perikanan
Food
Agriculture
Organization
Internet
Perpustakaan
FEM
Kementerian
Koperasi
UKM
Food
Agriculture
Organization
dan
and
dan
dan
and
Metode Penentuan Responden
Penentuan responden untuk mengukur kinerja pada perspektif keuangan dan
proses internal bisnis adalah pemilik usaha. Sedangkan responden untuk
pengukuran kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, melibatkan seluruh
karyawan yang bekerja pada perusahaan.
Penentuan responden untuk mengukur kinerja perspektif pelanggan
dilakukan secara convenience sampling pada 15 pelanggan dengan jumlah
populasi berkisar pada 30 - 40 pelanggan. Penentuan jumlah sampel penelitian
deskriptif berdasarkan Gay dan Diehl (1992) adalah minimal sebesar 10 persen
dari total populasi. Sehingga jumlah 15 pelanggan dianggap lebih dari cukup
untuk mewakili populasi yang ada. Sampel yang dipilih merupakan pelanggan
WPIU yang melakukan pembelian berulang (lebih dari satu kali). Pelanggan
terpilih dianggap dapat mewakili jawaban pelanggan yang sebenarnya.
18
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data-data yang telah dikumpulkan akan diolah menggunakan metode empat
perspektif BSC (balanced scorecard), pembobotan atribut menggunakan metode
paired comparison atau perbandingan berpasangan, dan key performance
indicator sebagai alat pengukuran kinerja. Hasil olahan akan dianalisis dan
disajikan melalui tabel, gambar serta uraian. Langkah-langkah dalam pengolahan
dan analisis data adalah sebagaimana berikut:
1. Menerjemahkan visi dan tujuan perusahaan ke dalam sasaran strategis.
2. Menghubungkan sebab akibat setiap sasaran strategis yang digambarkan oleh
peta strategi.
3. Menentukan ukuran strategis dan target pada setiap sasaran strategis di
masing-masing perspektif.
4. Memberikan bobot pada setiap sasaran strategis pada seluruh perspektif BSC
menggunakan metode paired comparison.
5. Mengukur tingkat pencapaian keberhasilan kinerja terhadap target
menggunakan key performance indicator.
6. Menganalisis hasil dari pengukuran kinerja.
Pengukuran Kinerja Perspektif Keuangan
Pengukuran kinerja perspektif keuangan mempertimbangkan adanya
tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu pertumbuhan, bertahan, dan menuai
hasil. Yuwono et al. (2007) menjelaskan bahwa pada tahap pertumbuhan,
perusahaan biasanya beroperasi dengan arus kas negatif dan tingkat pengembalian
modal rendah. Tolok ukur kinerja yang cocok dalam tahap ini adalah tingkat
pertumbuhan penerimaan dan laba atau penjualan dalam segmen pasar yang
ditargetkan. Kemudian untuk pengukuran profitabilitas dapat diukur
menggunakan rasio Return On Investment (ROI), Return On Asset (ROA), atau
Return On Capital Equity (ROCE).
Data keuangan yang digunakan adalah data pendapatan, pengeluaran dan
biaya perusahaan pada tahun 2014 dan 2015. Kekurangan pencatatan keuangan
yang baik pada tahun 2014 menyebabkan tidak adanya data pengeluaran yang
pasti. Data pengeluaran pada tahun 2014 didapat dari hasil proyeksi pengeluaran
pada tahun 2015 dengan asumsi R/C rasio yang sama atas pertimbangan dari
pemilik perusahaan yang menyatakan tidak adanya perubahan harga pada input
dan output pada kedua tahun tersebut.
Pengukuran Kinerja Perspektif Pelanggan
Pengukuran pada perspektif ini menggunakan indikator tingkat kepuasan
pelanggan dengan alat analisis tabulasi deskriptif. Survei kepuasan pelanggan
akan memuat data kepuasan responden yang dijelaskan dengan variabel pada
customer value proposition. Hasil jawaban responden akan dimasukkan ke dalam
tabel dan dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama dan diukur
persentasenya agar mengetahui variabel yang dominan.
19
Pengukuran Kinerja Perspektif Proses Bisnis Internal
Menurut Irawan (2009) untuk mengetahui ukuran yang tepat dalam
perspektif proses bisnis internal, harus diketahui terlebih dahulu proses mana yang
paling mendukung misi dan strategi perusahaan sehingga didapatkan tema
strategis yang sesuai. Tema strategis yang sesuai akan menghasilkan ukuran yang
tepat sehingga perusahaan dapat mengukur keberhasilannya dalam mencapai tema
tersebut. Pengukuran kinerja pada perspektif ini menggunakan ukuran jumlah
inovasi produk, proses produksi dan penyampaian, serta layanan purna jual.
Pada pengukuran proses inovasi produk, ukuran yang digunakan adalah
banyaknya produk yang tercipta. Sedangkan pada proses produksi dan
penyampaian, ukuran yang digunakan adalah Manufacturing Cycle Effectiveness
(MCE). Kemudian pada proses layanan purna jual, ukuran yang akan digunakan
pada penelitian ini adalah jumlah retur produk yang tidak sesuai harapan
konsumen.
Pengukuran Kinerja Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Proses pengukuran perspektif ini menggunakan karyawan sebagai
responden. Pada prosesnya, karyawan akan diberikan kuesioner untuk menilai
kebutuhan karyawan dan tingkat kepuasan karyawan. Kepuasan kerja diukur pada
tiga aspek proses (Kaplan dan Norton 1996), yaitu employee capabilities,
information system capabilities, dan motivation, empowerment, and alignment.
Skala yang digunakan adalah skala Indeks Deskripsi Kerja dengan jawaban ya,
tidak menjawab, tidak yang dikembangkan oleh Smith, Kendall, dan Hulin
(Paramarta dan Haruman 2015)
Setelah didapatkan ukuran-ukuran masing-masing perspektif, selanjutnya
dijabarkan strategi ke dalam matriks BSC dengan memperhatikan visi, misi dan
tujuan perusahaan sebagaimana terlihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Model penjabaran strategi dengan matriks BSC
Sasaran Stategi
Lag Indicator
Ukuran
Lead Indicator
Target
Perspektif Keuangan
Perespektif Pelanggan
Perspektif Proses Bisnis
Internal
Perspektif Pertumbuhan dan
Pembelajaran
Sumber: Kaplan dan Norton (1996)
Penetapan Prioritas (Paired Comparison)
Metode penetapan prioritas ini digunakan untuk mengetahui tingkat
kepentingan dan pengaruhnya terhadap perusahaan pada setiap sasaran strategi di
seluruh perspektif BSC. Berdasarkan Saaty (1999) penentuan bobot dilakukan
dengan cara mengajukan identifikasi objek secara berpasangan kepada manajer
atau ahli di perusahaan secara indipenden. Metode ini menunjukkan nilai
perbandingan antar indikator perspektif/sasaran strategi dengan skala 1, 2, 3
dengan keterangan berikut:
20
Nilai 1 = perspektif/sasaran strategi sama penting dengan pembanding
Nilai 2 = perspektif/sasaran strategi ini lebih penting daripada perspektif/sasaran
strategi pembanding
Nilai 3 = perspektif/sasaran strategi ini sangat lebih penting daripada
perspektif/sasaran strategi pembanding
Tabel 7 Penilaian bobot indikator (paired comparison)
Indikator
Perspektif/ Perspektif/ Perspektif/
Sasaran
Sasaran
Sasaran
strategi
strategi
strategi
Perspektif/Sasaran strategi
Total
Perspektif/Sasaran strategi
Perspektif/Sasaran strategi
Total
Sumber: Saaty (1999)
Bobot setiap indikator diperoleh dengan menentukan nilai setiap indikator
terhadap nilai jumlah keseluruhan berdasarkan ketentuan rumus berikut:
a𝑖 =
𝑋𝑖
𝑛
∑𝑖=1 𝑋𝑖
Sumber: Saaty (1999)
Keterangan:
𝑎
: Bobot indikator ke-i
Xi
: Nilai indikator ke-i
i
: 1, 2, 3, …, n
n
: Jumlah indikator
Hasil dari pembobotan terhadap keempat perspektif, sasaran-sasaran
strategis dan indikator hasil akan memberikan gambaran mengenai prioritas yang
ditetapkan oleh pemilik usaha. Bobot akan digunakan dalam perancangan BSC
untuk diketahui nilai skor kinerja pada masing-masing indikator.
Pemberian Skor
Pemberian skor digunakan pada tahapan menghitung kinerja pada WPIU,
menghitung skor tiap perspektif, menghitung skor sasaran strategis, dan
menghitung indikator kinerja utama (KPI). Langkah-langkah dalam menghitung
skor KPI adalah pertama-tama diketahui terlebih dahulu target masing-masing
indikator kinerja utama tahun sebelumnya dan realisasi pada tahun sekarang.
Kemudian, hasil realisasi pada tahun sekarang dibandingkan dengan target tahun
sebelumnya untuk mengetahui tingkat pencapaian. Pencapaian dikalikan dengan
100 persen agar didapat skor nilai dalam bentuk persentase capaian. Berdasarkan
Parmenter (2010), rumus untuk menghitung KPI sebagai berikut:
𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖
Skor KPI = 𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 x 100%
21
Setelah didapat skor KPI, kemudian dihitung skor pada kinerja BSC.
Pengukuran skor kinerja BSC didapat dari hasil perhitungan skor KPI dikalikan
dengan persentase bobot pada masing-masing sasaran strategis. Hasil skor pada
masing-masing sasaran strategis kemudian dijumlahkan sehingga didapat total
skor kinerja BSC. Berdasarkan Rangkuti (2011), total skor yang didapatkan
dikelompokkan ke dalam kategori dan kriteria sebagaimana pada Tabel 8.
Tabel 8 Kriteria total skor BSC
Keterangan Total Skor (TS)2
Sangat Sehat
Kurang Sehat
Tidak Sehat
AAA
AA
A
BBB
BB
B
CCC
CC
C
Kriteria
> 95
80 < TS < 95
65 < TS < 80
50 < TS < 65
40 < TS < 50
30 < TS < 40
20 < TS < 30
10 < TS < 20
TS < 10
Sumber: Rangkuti (2011)
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah Perkembangan Perusahaan
Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) berdiri sejak tahun 1996 dengan
nama Pancoran Mas beralamat di Sawangan Permai No 50, Sawangan Baru,
Depok. Pada tahun 1997, Pancoran Mas berusaha mengembangkan usahanya
dengan meminjam modal dari pihak Bank BCA sehingga memiliki jumlah aset
perusahaan sebesar Rp400 000 000 dan omzet per tahun mencapai satu miliar
rupiah. Namun, berbagai masalah dan tantangan dilalui sehingga pada tahun 2007
dengan penuh pertimbangan, diubah badan usaha Pancoran Mas menjadi badan
usaha perseorangan Winner Perkasa Indonesia Unggul.
Perusahaan ini terbentuk dilatarbelakangi oleh kesadaran akan pentingnya
pemanfaatan buah belimbing sebagai icon kota Depok dan juga komoditas rumput
laut yang masih sedikit masyarakat yang mengenal manfaatnya. Pendiri serta
pemilik WPIU, Ibu Maria Gigih Stiarti memiliki cita-cita untuk memberdayakan
masyarakat sekitar agar memiliki penghidupan ekonomi rumah tangga yang lebih
baik. Landasan cita-cita Ibu Maria tersebutlah yang akhirnya melahirkan visi dan
misi perusahaan dalam mensejahterakan masyarakat sekitar melalui
pemberdayaan lingkungan, mendukung program industrialisasi Kementrian
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, serta melahirkan wirausaha baru.
Atas visi dan misi sosial tersebut UKM Winner Perkasa Indonesia Unggul
dinobatkan sebagai Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP)
sehingga tidak hanya berorientasi mengejar keuntungan namun juga memberikan
berbagai pelatihan pengolahan rumput laut kepada masyarakat sekitar.
Pada tahun 2010, UKM Winner Perkasa Indonesia Unggul sebagai UKM
Binaan Kota Depok diberikan bantuan senilai Rp800 000 000 atas perannya dalam
22
memberdayakan masyarakat sekitar serta inovasi dalam mengolah rumput laut dan
belimbing. Bantuan tersebut diberikan dalam bentuk peralatan dan mesin produksi
seperti meja, kompor, tabung gas, oven listrik dengan kapasitas yang cukup besar,
serta berbagai mesin pengolah seperti mesin giling, mesin pembuat es krim, mesin
pembuat mie, mesin penggiling ikan, dsb, sehingga total aset perusahaan yang
dimiliki bernilai 1.2 miliar. Pemerintah Kota Depok juga memberikan bantuan
dalam bentuk lain seperti bantuan promosi dengan menjadikan produk Winner
Perkasa Indonesia Unggul dengan merek dagang Totoka sebagai oleh-oleh pada
setiap kunjungan kerja yang dilakukan.
Visi dan Misi Perusahaan
Visi Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) ialah menyejahterakan
masyarakat sekitar melalui pemberdayaan lingkungan. Adapun misi perusahaan
yaitu memenuhi kebutuhan pasar lokal secara optimal dan membudayakan cinta
produk Indonesia.
Struktur Organisasi Perusahaan
Seperti UKM pada umumnya, struktur organisasi yang dimiliki UKM
Winner Perkasa Indonesia Unggul masih sederhana walaupun sudah ada
pembagian kerja. Struktur Organisasi UKM WPIU dapat dilihat pada Gambar 5.
Pemilik Usaha:
Maria Gigih
Stiarti
Divisi
Keuangan:
Ibu Endang
Divisi Produksi:
Ibu Lina dan
Puah
Divisi
Pemasaran:
Ibu Apsoh
Gambar 5 Struktur organisasi UKM WPIU
Pada struktur organisasi UKM WPIU, terlihat pembagian kerja menjadi tiga
bagian, yaitu divisi keuangan, divisi produksi, dan divisi pemasaran. Namun,
pemegang kendali pusat jalannya operasi masih dipegang oleh pemilik/CEO
perusahaan. Masing-masing karyawan pada divisinya memiliki tugas dan
kewajiban yang berbeda, namun karyawan antar divisi tetap saling membantu
dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya. Adapun tugas dan kewajiban masingmasing jabatan adalah sebagai berikut:
23
Pemilik Usaha
Ibu Maria Gigih Stiarti adalah pemilik tunggal perusahaan juga sebagai
pengambil keputusan tertinggi yang memiliki tugas di antaranya adalah:
a. Menentukan dan menerapkan strategi, dan kebijakan perusahaan.
b. Menyiapkan rencana dan anggaran serta aliran kas keuangan perusahaan.
c. Menetapkan permodalan angaran dan aliran kas keuangan perusahaan.
d. Menetapkan tugas, tanggung jawab, dan wewenang setiap pejabat yang
berada di bawah pimpinannya.
e. Memberikan bimbingan dan pengarahan umum, saran-saran, dan perintah
kepada bawahan dalam rangka pelaksanaan tugas masing-masing.
f. Menjadi pengambil keputusan terakhir untuk internal perusahaan dan untuk
mewakili nama perusahaan.
g. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan perusahaan meliputi kegiatan produksi
hingga pemasaran perusahaan.
h. CEO juga bertanggung jawab atas hubungan dengan stakeholder perusahaan.
Divisi Keungan
Divisi keuangan perusahaan dipegang oleh Ibu Endang, adapun tugas dan
tanggung jawab divisi keuangan adalah sebagai berikut:
a. Mengawasi pemasukan dan pengeluaran perusahaan
b. Membuat laporan keungan perusahaan
c. Bertanggung jawab terhadap CEO atas laporan keuangan perusahaan.
Divisi Produksi
Divisi produksi pada perusahaan WPIU adalah Ibu Lina dan Ibu Puah.
Adapun tugas dan kewajiban divisi produksi adalah sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab terhadap kegiatan produksi perusahaan hingga
pengepakan produk.
b. Memastikan pesanan bisa dipenuhi oleh perusahaan.
c. Memastikan ketersediaan bahan baku dan menjalin komunikasi yang baik
dengan para pemasok bahan baku.
d. Melakukan sortasi bahan baku dan memastikan produk yang dihasilkan
memiliki kualitas yang baik.
Divisi Pemasaran
Kegiatan pemasaran yang dilakukan perusahaan WPIU dipegang oleh divisi
pemasaran yaitu ibu Apsoh. Adapun tugas dan kewajiban divisi pemasaran adalah
sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pemasaran produk
b. Mempromosikan produk kepada konsumen.
c. Bertanggung jawab terhadap kegiatan promosi untuk meningkatan penjualan.
Proses Produksi Olahan Rumput Laut UKM WPIU
Usaha pengolahan rumput laut Ibu Maria dalam melakukan satu kali
produksi rata-rata membutuhkan bahan baku 30 kilogram rumput laut basah.
Rumput laut sebagai bahan utama disortir, dicuci, dan direndam. Lalu dilakukan
24
pencucian sebanyak tiga kali. Setelahnya rumput laut direndam selama 12 hingga
15 jam. Kemudian rumput laut dipotong kecil-kecil lalu direndam kembali selama
satu malam. Penimbangan ulang dilakukan setelah rumput laut direndam agar
diketahui berapa berat akhir rumput laut yang akan diproduksi.
Setelah ditimbang, rumput laut dihaluskan dengan blender dan disaring
menggunakan saringan kasar. Proses ini memakan waktu sebanyak dua jam.
Rumput laut yang sudah dihaluskan dan disaring kemudian dimasak bersama
bahan-bahan tambahan lainnya. Rumput laut yang telah dimasak dimasukkan ke
dalam kontainer untuk didiamkan selama satu jam agar suhunya turun sebelum
dimasukkan ke dalam botol. Setelah suhunya turun, produk olahan rumput laut
dikemas dan dimasukkan ke dalam kardus untuk didistribusikan kepada para
pelanggan. Olahan rumput laut diproduksi menjadi berbagai produk pangan dan
kosmetik seperti jus rumput laut, dodol rumput laut, konsentrat rumput laut, dan
sabun rumput laut.
Sumber Daya Manusia
Jumlah Tenaga Kerja
Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) dalam menjalankan seluruh
kegiatan operasionalnya didukung oleh tenaga kerja yang terdiri dari tenaga kerja
tetap dan tenaga kerja tidak tetap. Jumlah tenaga kerja tetap sebanyak empat orang
sedangkan tenaga kerja tidak tetap sebanyak enam orang. Jumlah tenaga kerja
tidak tetap bisa bertambah tergatung jumlah produksi yang dilakukan oleh
perusahaan. Kondisi ini dapat dilihat di Tabel 9.
Tabel 9 Jumlah Karyawan UKM WPIU 2016
Jenis Karyawan
Karyawan tetap
Karyawan tidak tetap
Total
Jumlah (orang)
4
6
10
Jam Kerja
Perusahaan WPIU memberlakukan jam kerja untuk tenaga kerja tetap mulai
pada hari Senin sampai Sabtu pukul 08.00 WIB sampai 17.00 WIB dengan waktu
istirahat dimulai pukul 12.00 WIB sampai 13.00 WIB. Sedangkan jam kerja untuk
tenaga kerja tidak tetap tergantung pada ada tidaknya pekerjaan yang bisa
dikerjakan oleh tenaga kerja tidak tetap.
Sistem Pengupahan
Perusahaan WPIU memberlakukan sistem pengupahan mingguan untuk
tenaga kerja tetap yaitu berkisar Rp250 000 – Rp300 000 dan pengupahan harian
kepada tenaga kerja tidak tetap sebesar Rp20 000 – Rp30 000. Selain itu, tenaga
kerja juga mendapatkan beberapa fasilitas dari UKM WPIU meliputi tunjangan
kesehatan, santunan apabila terjadi kecelakaan, dan THR (Tunjangan Hari Raya)
yang diberikan kepada seluruh tenaga kerja.
25
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peta Strategi BSC UKM WPIU
Proses perancangan pengukuran kinerja dengan pendekatan BSC dimulai
dengan menyusun peta strategi pada UKM WPIU yang menggambarkan
hubungan kausal dari visi dan tujuan perusahaan menjadi sasaran-sasaran strategis
pada setiap perspektif. Melalui penyusunan peta strategi, UKM WPIU akan lebih
mudah menerapkan setiap sasaran strategi ke dalam tindakan untuk meningkatkan
kinerja perusahaannya. Setiap individu/personil pada UKM WPIU akan lebih
mudah memahami tindakan yang dilakukan dan akibatnya terhadap tujuan yang
selama ini ingin dicapai perusahaan. Sebelum disusun peta strategi UKM WPIU,
perlu adanya proses penerjemahan visi dan tujuan perusahaan ke dalam setiap
sasaran strategis pada masing-masing perspektif.
Visi dan Tujuan Perusahaan
Visi WPIU ialah menyejahterakan masyarakat sekitar melalui
pemberdayaan lingkungan. Adapun misi perusahaan yaitu memenuhi kebutuhan
pasar lokal secara optimal dan membudayakan cinta produk Indonesia.
Berdasarkan visi ini, UKM WPIU dalam proses bisnisnya, baik dari pengadaan
bahan baku produksi hingga proses produksi melibatkan masyarakat-masyarakat
yang kurang mampu sehingga memiliki tambahan pendapatan untuk menghidupi
keluarganya.
Adapun Tujuan UKM WPIU adalah menjadi perusahaan terdepan dalam
industri pengolahan hasil budidaya rumput laut di bidang makanan, minuman, dan
kosmetik di Indonesia. Tujuan tersebut didapat berdasarkan misi perusahaan yang
ingin memenuhi kebutuhan pasar lokal dan membudayakan cinta produk
Indonesia. Perwujudan tujuan perusahaan memerlukan waktu yang panjang,
diperlukan keyakinan yang kuat dan semangat tiap individu dalam perusahaan
untuk mencapai tujuan. Keyakinan dasar atas tujuan perusahaan WPIU ini
melahirkan sasaran-sasaran strategis yang diyakini dapat menjadi panduan bagi
perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Sasaran strategis berfungsi sebagai
arahan kebijakan dalam pengambilan keputusan pada kegiatan operasional dari
berbagai tingkatan manajerial.
Sasaran Strategis Perusahaan
Sasaran strategis berfungsi sebagai arahan kebijakan dalam pengambilan
keputusan pada kegiatan operasional dari berbagai tingkatan manajerial. Berikut
sasaran strategis pada setiap perspektif berdasarkan tujuan perusahaan UKM
WPIU:
Perspektif Keuangan
Untuk menjadi perusahaan yang terdepan di bidang pengolahan rumput
laut, dibutuhkan kinerja keuangan yang baik agar dapat membantu UKM WPIU
dalam mengembangkan usahanya. Pengukuran kinerja keuangan yang selama ini
digunakan oleh perusahaan hanya berdasarkan perhitung laba yang didapat. Laba
sendiri tidak cukup menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk menilai
26
baik atau tidaknya kinerja keuangannya. Diperlukan rasio profitabilitas ROA
(Return On Asset) yang menggambarkan besarnya pengembalian terhadap aset
yang dikeluarkan perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, sasaran strategis pada
perspektif ini yang menjadi perhatian WPIU adalah meningkatkan laba dari
penjualan dan peningkatan profitabilitas.
Perspektif Pelanggan
Pelanggan merupakan hal yang utama bagi keberlangsungan suatu bisnis
usaha. Pada perspektif ini dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi kondisi dan
keinginan pelanggan. UKM Winner Perkasa Indonesia Unggul berfokus untuk
memberikan yang terbaik kepada pelanggan. Sasaran strategis yang ditetapkan
oleh UKM WPIU adalah meningkatnya kepuasan pelanggan.
Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal merupakan perspektif yang menilai proses
internal perusahaan dalam menciptakan produknya sehingga dapat memenuhi
harapan pemilik usaha dan kebutuhan pelanggan. Kaplan dan Norton (1996)
menyatakan bahwa terdapat tiga proses pada proses bisnis internal perusahaan
yaitu, proses inovasi, proses operasi, dan proses pelayanan purna jual.
Pada perspektif proses bisnis internal, WPIU menekankan pada
peningkatan layanan purna jual, efektifitas waktu produksi, dan inovasi produk
baru. Tiga hal ini menjadi sasaran strategi dari WPIU untuk mengembangkan
usahanya.
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Proses pembelajaran dan pertumbuhan menjadi proses yang sangat penting
bagi setiap perusahaan dalam membangun usahanya, tak terkecuali dengan WPIU.
Proses pembelajaran dan pertumbuhan mementingkan sumber daya manusia
sebagai aset intangible perusahaan untuk mencapai visi dan misi perusahaan.
Sesuai dengan visi perusahaan yang ingin menyejahterakan masyarakat sekitar,
maka perusahaan dalam pengadaan tenaga kerja didapat dari ibu-ibu rumah
tangga di sekitar rumah produksi. Kesejahteraan karyawan dapat dilihat dari
seberapa tingkat kepuasan kerja selama ini dan manfaat apa yang didapat oleh
ibu-ibu rumah tangga yang menjadi karyawan. Maka dari itu, sasaran strategi pada
perspektif ini adalah meningkatnya kepuasan karyawan dan meningkatnya
keterampilan karyawan.
Berdasarkan Gambar 6, dapat dilihat bahwa pada perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan, sasaran strategis antara meningkatnya kepuasan karyawan dan
meningkatnya keterampilan karyawan memiliki hubungan timbal balik. Kinerja
karyawan akan mempengaruhi dua sasaran strategis pada perspektif proses bisnis
internal. Kinerja pada sasaran strategis meningkatkan layanan purna jual dan
efektifitas waktu produksi akan memengaruhi tingkat kepuasan konsumen pada
perspektif pelanggan. Kemudian, sasaran strategis inovasi produk dan
meningkatnya kepuasan konsumen akan memengaruhi kinerja dari sasaran
strategis meningkatnya laba dari penjualan.
27
Visi dan Misi Perusahaan
Visi WPIU ialah mensejahterakan masyarakat sekitar melalui pemberdayaan
lingkungan. Adapun misi perusahaan yaitu memenuhi kebutuhan pasar lokal
secara optimal dan membudayakan cinta produk Indonesia.
Tujuan Perusahaan
Tujuan UKM WPIU adalah menjadi perusahaan terdepan dalam industri
pengolahan hasil budidaya rumput laut dibidang makanan, minuman, dan
kosmetik di Indonesia.
Perspektif Keuangan
Meningkatnya Laba
dan Profitabilitas dari
Penjualan
Perspektif Pelanggan
Meningkatnya
Kepuasan Pelanggan
Perspektif Proses Bisnis Internal
Inovasi Produk
Baru
Efektifitas
waktu produksi
Meningkatkan
layanan purna
jual
Perspektif Pembelajaran
Dan Pertumbuhan
Meningkatnya
kepuasan
karyawan
Meningkatnya
keterampilan
karyawan
Gambar 6 Peta Strategi BSC UKM WPIU
Perancangan Matriks Balanced Scorecard UKM WPIU
Perancangan matriks BSC yang tepat dibutuhkan oleh UKM Winner
Perkasa Indonesia Unggul dalam mengembangkan usahanya dan dapat bersaing
dengan kompetitor. Perancangan matriks strategi dengan konsep BSC disesuaikan
dengan kondisi dan tujuan perusahaan yang memiliki hubungan sebab akibat di
masing-masing perspektif.
Perancangan matriks strategi BSC menggunakan analisis terhadap kinerja
perspektif-perspektif di perusahaan, yaitu perspektif pelanggan, perspektif proses
internal bisnis, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, serta perspektif
keuangan. Hasil analisis kondisi pada masing-masing perspektif akan
menciptakan ukuran strategis (lag dan lead indicator) dan target pada setiap
sasaran strategis yang sudah ditetapkan sebelumnya.
28
Perspektif Keuangan
Keuangan merupakan aspek penting bagi setiap perusahaan, tanpa kinerja
keuangan yang baik, perusahaan akan mengalami kerugian hingga kebangkrutan.
Seperti yang dikemukakan oleh Rangkuti (2011), laba merupakan salah satu rasio
rentabilitas yang menggambarkan keuntungan yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan dalam hal ini yaitu pada usaha kecil dan menengah. UKM Winner
Perkasa Indonesia Unggul agar dapat mengembangkan usahanya, perlu
perancangan strategi keuangan yang baik. Permasalahan yang terjadi pada UKM
WPIU adalah menurunnya tingkat penerimaan dan laba bersih tahun 2015 dapat
dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Penerimaan dan laba bersih tahun 2014 dan tahun 2015
Tahun
Penerimaan (Rp)
Biaya (Rp)
Laba bersih (Rp)
2014
1 167 699 000
886 456 990
281 242 010
2015
673 791 000
551 518 990
162 272 010
Total penerimaan tahun 2015 dicapai UKM WPIU sebesar Rp673 791 000
dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp504 781 080 sehingga laba yang
didapat sebesar Rp162 272 010. Apabila dilihat pada tahun sebelumnya,
penerimaan UKM WPIU yang diraih mencapai Rp1 167 699 000, hampir dua kali
lipat dari tahun 2015. Laba yang didapat pada tahun 2014 sebesar Rp281 242 010.
Ketika dibandingkan antara laba tahun 2015 dengan 2014, maka dapat diketahui
bahwa laba tahun 2015 adalah 57.7 persen dari laba yang didapat pada tahun 2014.
Target laba yang ingin dicapai tahun 2015 sebesar 100 persen dari tahun 2014
namun ternyata masih jauh dari yang diharapkan. Kinerja keuangan yang turun
kemungkinan besar diakibatkan oleh pemutusan hubungan kerjasama dengan
pihak Superindo, Carrefour, dan Giant. Menurut pemilik UKM WPIU, kerjasama
tersebut memang menghasilkan penjualan yang lebih banyak namun persyaratan
dan tuntutan yang diminta dirasa terlalu membebani. Sehingga pada tahun 2015,
UKM WPIU memutuskan hubungan kerjasama tersebut yang berakhir pada
penurunan penerimaan dan laba.
Sasaran strategis pada perspektif ini yang menjadi perhatian WPIU adalah
meningkatkan laba dari penjualan. Lag indicator yang digunakan adalah laba yang
didapat, sedangkan lead indicator yang digunakan adalah peningkatan penjualan.
Target yang ditetapkan pada tahun 2016 adalah sebesar 70 persen dari laba tahun
2014 atau sebesar Rp 205 043 300.
Selain laba, peningkatan profitabilitas perlu dihitung agar mengetahui
seberapa besar perusahaan mendapatkan profit dari aset yang digunakan.
Perhitungan ini menggunakan rumus Return On Asset (ROA), yaitu total laba
kotor/sebelum pajak (Lampiran 4) dibagi dengan total aset yang dimiliki
perusahaan. Aset yang dimiliki perusahaan UKM WPIU sebesar 1.2 miliar rupiah
termasuk rumah, mesin, dan kendaraan yang dimiliki. Sehingga didapat nilai
ROA tahun 2014 sebesar 0.244 atau 24.4 persen yang berarti setiap satu rupiah
aset yang digunakan perusahaan menghasilkan tingkat pengembalian sebesar
0.244 rupiah, sedangkan pada tahun 2015 dengan nilai aset yang dianggap tetap,
maka ROA yang didapat bernilai sebesar 0.141 atau 14.1 persen yang memiliki
arti setiap satu rupiah aset yang digunakan menghasilkan sebesar 0.141 rupiah.
Terlihat turunnya tingkat profitabilitas perusahaan UKM WPIU pada tahun 2015
29
disebabkan laba yang dihasilkan menurun cukup jauh dibandingkan tahun
sebelumnya.
Perspektif Pelanggan
Menurut Kaplan dan Norton (1996), tingkat kepuasan pelanggan dapat
diukur dengan menilai kriteria-kriteria yang ada pada customer value proposition.
Customer Value Proposition merupakan pemicu kinerja yang didasarkan pada
atribut berikut:
 Product/service attributes, meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga,
kualitas, dan waktu. Pelanggan memiliki preferensi yang berbeda-beda
atas produk yang ditawarkan.
 Customer relationship, menyangkut perasaan pelanggan terhadap proses
pembelian produk yang ditawarkan perusahaan. Perasaan konsumen ini
sangat dipengaruhi oleh responsivitas dan komitemen perusahaan terhadap
pelanggan berkan dengan masalah waktu penyampaian.
 Image and reputation, menggambarkan faktor-faktor intangible yang
menarik seorang konsumen untuk berhubungan dengan perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut, maka lag dan lead indicator yang digunakan
pada sasaran strategis meningkatkan kepuasan konsumen adalah sebagai berikut.
 Lag Indicator
: atribut customer value proposition
 Lead indicator : tingkat kepuasan pelanggan
 Target
: 80 persen
Target ditetapkan sebesar 80 persen berdasarkan pertimbangan atas diskusi yang
dilakukan dengan pemilik usaha Ibu Maria.
Survei kepuasan pelanggan yang diberikan kepada 15 orang diharapkan
dapat mewakili keseluruhan pelanggan WPIU yang berjumlah 30-40 orang. Hasil
survei kepuasan pelanggan memperlihatkan tingkat kepuasan konsumen terhadap
atribut-atribut customer value proposition. Pemberian nilai skor pada masingmasing atribut menggunakan acuan skala Likert dengan penjelasan sebagaimana
berikut:
1. Nilai 1 diartikan sebagai sangat tidak puas/sangat tidak setuju
2. Nilai 2 diartikan sebagai kurang puas/kurang setuju
3. Nilai 3 diartikan sebagai netral
4. Nilai 4 diartikan sebagai puas/setuju
5. Nilai 5 diartikan sebagai sangat puas/sangat setuju
Hasil kepuasan responden terhadap atribut rasa dan fungsi, harga, kualitas,
kemasan, pelayanan, minat pembelian berulang, dan tanggung jawab atas produk
yang dijual oleh WPIU ditampilkan pada Tabel 11. Atribut kemasan dan merek
menjelaskan citra pelanggan terhadap produk yang dijual, lalu pada atribut
pelayanan, minat pembelian berulang, dan tanggung jawab atas produk yang
dijual menjelaskan hubungan yang tercipta antara konsumen dengan UKM WPIU.
30
Tabel 11 Tingkat kepuasan responden pelanggan UKM WPIU
Skor Nilai
Rataan
No Indikator
1 2 3 4 5
Atribut produk
1.
Rasa dan fungsi
- - 6 8 1
3.67
2.
Harga
- 2 5 6 2
3.53
3.
Kualitas
- - 7 6 2
3.67
Citra
4.
Kemasan dan Merek
- - 6 9 3.60
Hubungan
5.
Pelayanan
- - 5 8 2
3.80
6.
Minat untuk pembelian kembali
- 1 5 8 1
3.60
7.
Tanggung jawab terhadap pelanggan - - 3 9 3
4.00
atas produk yang dijual
Rataan Skor Total
3.69
Tabel 11 memperlihatkan bahwa untuk atribut rasa dan fungsi, harga,
kualitas dan kemasan memiliki rataan skor nilai diatas 3.5 yang berarti responden
menilai produk yang dihasilkan oleh WPIU telah memuaskan. Hanya pada atribut
harga, terdapat dua responden yang tidak puas disebabkan adanya kenaikan harga
pada produk jus belimbing dan rumput laut serta harga konsentrat yang berada
diatas harga pasar sirup. Kenaikan harga terjadi karena adanya kenaikan harga
pada bahan baku, sedangkan harga konsentrat yang cukup tinggi apabila
dibandingkan dengan sirup di pasaran karena dua produk tersebut berbeda jenis.
Responden tersebut kurang memiliki pengetahuan terhadap produk yang
ditawarkan dan menganggap konsentrat sama dengan sirup.
Responden merasa puas dengan layanan yang diberikan oleh pihak WPIU.
Rataan pada indikator tanggung jawab terhadap pelanggan atas produk yang dijual
memiliki nilai tertinggi, hal ini disebabkan oleh WPIU yang menjamin
pengembalian barang atas produk yang rusak atau tidak sesuai harapan konsumen.
Berdasarkan hasil survei kepuasan pelanggan yang dilakukan, mayoritas
responden yang telah melakukan pembelian produk WPIU merasa puas atas
atribut rasa, harga, kualitas, kemasan, pembelian dan layanan yang diberikan oleh
WPIU. Total rataan hasil penilaian kepuasan konsumen sebesar 3.69 dari rentang
skor 1-5 sehingga total skor dibagi lima lalu dikalikan 100 persen sehingga
didapat nilai 73.9 persen pelanggan merasa puas.
Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal melihat bagaimana proses sebuah
perusahaan menghasilkan produk/jasa yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen.
Menurut Kaplan dan Norton (1996), terdapat tiga proses yaitu proses inovasi,
proses operasi, dan proses pelayanan purna jual. Pada perspektif proses bisnis
internal, UKM WPIU menekankan kepada inovasi produk, efektifitas waktu
produksi, dan layanan purna jual.
31
Inovasi Produk Baru
Inovasi produk baru merupakan sasaran strategi dalam mengembangkan
berbagai produk baru untuk memberikan penciptaan nilai baru. Perusahaan WPIU
memiliki misi untuk terus menciptakan berbagai inovasi produk. Setiap tahunnya,
target WPIU adalah menciptakan tiga buah produk baru. Inovasi produk
diharapkan dapat menarik konsumen baru serta mengembangkan kegiatan bisnis
yang dijalani.
Sasaran strategi inovasi produk baru memiliki lag indicator (hasil) dari
banyaknya jumlah inovasi produk yang tercipta, sedangkan lead indicator-nya
(pemicu kerja) adalah meningkatnya jenis-jenis produk yang diproduksi. Adapun
hasil pencapaian sebanyak dua buah produk, yaitu mie lele dan sistik lele.
Sayangnya proses inovasi yang dilakukan tidak didasari oleh pengenalan pasar
terlebih dahulu sehingga produk-produk yang dihasilkan (mie lele dan sistik lele)
tidak dijual dan tidak menambah penerimaan yang didapat oleh perusahaan.
Efektifitas Waktu Produksi
Menurut Kaplan dan Norton (1996), proposisi nilai yang disampaikan
kepada pelanggan sasaran sering dikaitkan dengan mencakup waktu respon yang
singkat sebagai atribut kinerja yang penting. Lead indicator pada sasaran strategis
ini adalah penambahan jumlah tenaga kerja. Diharapkan dengan penambahan
jumlah tenaga kerja, proses produksi akan bisa lebih cepat terselesaikan.
Pengukuran lag indicator yang sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan
untuk mengukur waktu dari alur proses produksi adalah Manufacturing Cycle
Effectiveness (MCE), yang didefinisikan sebagai berikut (Kaplan dan Norton,
1996):
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
𝑀𝐶𝐸 =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐾𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
Rasio ini bernilai kurang dari satu karena:
Waktu Keseluruhan = Waktu Produksi + Waktu Inspeksi + Waktu Penyampaian
+ Waktu Penyimpanan/Tunggu
Usaha pengolahan rumput laut Ibu Maria dalam melakukan satu kali
produksi rata-rata membutuhkan bahan baku 30 kilogram rumput laut basah.
Berikut proses produksi olahan rumput laut pada UKM WPIU.
Penyortiran dan penimbangan
rumput laut
Penghalusan
menggunakan blender
Pencucian, pemotongan dan
perendaman
Pemasakan rumput laut
Penimbangan ulang
Penirisan rumput laut
Pengemasan dalam kemasan dan kardus
Gambar 7 Alur proses produksi rumput laut olahan UKM WPIU
32
Rumput laut sebagai bahan utama disortir, dicuci, dan direndam. Lalu
dilakukan pencucian sebanyak tiga kali dengan jeda 20 menit perendaman setiap
pencucian dengan total waktu yang dihabiskan sebesar 1.5 jam. Setelahnya
rumput laut direndam selama 12 hingga 15 jam. Kemudian rumput laut dipotong
kecil-kecil lalu direndam kembali selama satu malam atau 12 jam. Penimbangan
ulang dilakukan setelah rumput laut direndam agar diketahui berapa berat akhir
rumput laut yang akan diproduksi membutuhkan waktu sebanyak satu jam.
Selesai ditimbang, rumput laut dihaluskan dengan blender dan disaring
menggunakan saringan kasar. Proses ini memakan waktu sebanyak dua jam.
Rumput laut yang sudah dihaluskan dan disaring kemudian dimasak bersama
bahan-bahan tambahan lainnya selama tiga jam. Rumput laut yang telah dimasak
dimasukkan ke dalam kontainer untuk didiamkan selama satu jam agar suhunya
turun sebelum dimasukkan ke dalam botol. Setelah suhunya turun, produk olahan
rumput laut dikemas dan dimasukkan ke dalam kardus untuk didistribusikan yang
memakan waktu sebanyak dua jam. Total waktu produksi yang dibutuhkan dalam
satu kali produksi sebanyak 37.5 jam.
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan inspeksi mengenai kondisi
produk sebelum didistribusikan sebesar satu jam. Sedangkan waktu penyampaian
produk kepada seluruh konsumen sekitar membutuhkan waktu sekitar tiga jam.
Pada proses penyimpanan/tunggu digunakan waktu sebesar tiga jam untuk
menghubungi para pelanggan dan mempersiapkan alat transportasi. Total waktu
keseluruhan produksi hingga penyampaian UKM WPIU sebesar 44.5 jam. Maka
nilai MCE dari UKM WPIU dapat dilihat sebagai berikut.
37.5
𝑀𝐶𝐸 =
= 0.843
44.5
Nilai MCE yang diperoleh UKM WPIU sebesar 0.843 atau 84.3 persen
yang berarti waktu yang digunakan untuk produksi tergolong cukup efektif karena
mendekati nilai satu walaupun belum optimal. Kinerja pada lag indicator ini
belum mencapai target yang diharapkan yaitu sebesar 90 persen.
Meningkatnya Layanan Purna Jual
Proses layanan purna jual adalah proses jasa yang diberikan oleh perusahaan
kepada pelanggan setelah penjualan atas produk tersebut terjadi. WPIU melihat
layanan purna jual sangat berpengaruh terhadap kepuasan konsumen, yang
akhirnya akan berdampak pada profit perusahaan. Maka dari itu, WPIU
memberikan layanan purna jual dengan cara jaminan pengembalian barang
apabila ada produk yang dijual tidak sesuai dengan yang diharapkan konsumen
(kemasan rusak, tidak dapat dikonsumsi, expired) dan diganti dengan produk
sejenis yang baru tanpa konsumen mengeluarkan sedikitpun biaya tambahan.
Sasaran strategi meningkatnya layanan purna jual adalah untuk
mempertahankan citra baik WPIU di mata konsumen agar tetap loyal dalam
melakukan pembelian. Lag indicator (hasil) dilihat dari banyaknya produk yang
dikembalikan oleh konsumen. Adapun lead indicator (pemicu kerja) dari sasaran
strategi ini adalah memastikan standar operasional produksi (SOP) dijalankan
dengan benar. Target yang diharapkan adalah nol atau tidak ada produk yang
dikembalikan.
Pada tahun 2014, pengembalian produk dari konsumen dikarenakan
ketidaksesuaian dengan kualitas yang diinginkan sebesar nol atau tidak ada
33
pengembalian. Hal ini juga terjadi pada tahun 2015 sehingga menggambarkan
bahwa kinerja UKM WPIU pada sasaran strategi ini telah sesuai dengan target
yang diharapkan.
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Proses pembelajaran dan pertumbuhan menjadi proses yang sangat penting
bagi setiap perusahaan dalam membangun usahanya, tak terkecuali dengan
Winner Perkasa Indonesia Unggul. Proses pembelajaran dan pertumbuhan
mementingkan sumber daya manusia sebagai aset intangible perusahaan untuk
mencapai visi dan misi perusahaan. WPIU memiliki karyawan tetap sebanyak
empat orang. Perspektif ini akan menilai bagaimana kepuasan karyawan selama
ini agar dapat menciptakan suasana yang produktif dan kondusif bagi
keberlangsungan usaha. Responden yang diteliti sebanyak dua orang disebabkan
satu karyawan sedang sakit dan seorang lagi sedang mengikuti pelatihan dari
Dinas Koperasi dan UMKM. Sasaran strategi untuk WPIU pada perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan adalah meningkatnya kepuasan karyawan.
Meningkatnya Kepuasan Karyawan.
Lag indicator (hasil)
: Jumlah keluar masuk karyawan
Lead indicator (pemicu kerja): Survei kepuasan karyawan
Target
: 100 persen
Perlu diketahui tingkat kepuasan karyawan saat ini agar dapat dievaluasi
faktor-faktor apa saja yang perlu diperbaiki agar dapat meningkatkan kepuasan
karyawan. Survei kepuasan karyawan dinilai berdasarkan karakteristik pada
budaya organisasi, yaitu inisiatif individual, toleransi terhadap risiko, pengarahan,
dan integrasi. Tabel 12 memaparkan identitas responden dalam survei kepuasan
karyawan.
Tabel 12 Identitas karyawan Winner Perkasa Indonesia Unggul tahun 2016
Karakteristik Responden
Karyawan (orang)
Persentase (%)
Usia
26 – 35 tahun
2
100
Jenis Kelamin
Wanita
2
100
Pendidikan
SMP
1
50
SMA
1
50
Lama Kerja
3 tahun
1
50
11 – 15 tahun
1
50
Data pada Tabel 12 menunjukkan bahwa karyawan WPIU berjenis kelamin
wanita dengan usia pada rentang 26 - 35 tahun dengan pendidikan SMP dan SMA.
Satu responden memilik lama bekerja di WPIU tiga tahun, lalu sisanya 11 – 15
tahun. Kemudian pada Tabel 13 memperlihatkan tingkat keluar masuk karyawan
dari tahun 2014 dan 2015. Hasilnya menunjukkan bahwa dari empat karyawan
tetap pada tahun 2014 tidak mengalami perubahan komposisi karyawan. Hal ini
menandakan bahwa karyawan puas dengan pekerjaan yang dijalani selama ini.
34
1.
2.
3.
4.
Tabel 13 Jumlah karyawan keluar masuk di UKM WPIU
Komposisi Karyawan UKM WPIU
Tahun 2014
Tahun 2015
Ibu Endang
Ibu Endang
Ibu Apsoh
Ibu Apsoh
Ibu Puah
Ibu Puah
Ibu Lina
Ibu Lina
4 orang
4 orang
Selanjutnya pada Tabel 14 disajikan data-data penilaian hasil survei
responden terhadap kepuasan karyawan pada kondisi kerja di perusahaan.
Berdasarkan Paramarta dan Haruman (2005), skala yang digunakan dalam
pengukuran kepuasan kerja adalah Indeks Deskripsi Jabatan dengan jawaban ya,
tidak tahu/tidak ada jawaban/netral, dan tidak. Terdapat tiga tolok ukur yang dapat
dilihat perusahaan dalam proses ini (Kaplan dan Norton 1996), yaitu:
1. Employee capabilities atau kemampuan karyawan dalam menyumbangkan
segala kemampuannya untuk organisasi. Dibutuhkan perencanaan dan
implementasi yang baik terhadap keahlian karyawan yang menjamin
kecerdasan dan kreatifitasnya dapat diarahkan untuk mencapai tujuan
organisasi.
2. Information system capabilities atau kemampuan sistem informasi yang
akurat dan tepat waktu sangat dibutuhkan oleh organisasi pada seluruh
tingkatan manajemen.
3. Motivation, empowerment, and alignment. Dibutuhkan dukungan dan
motivasi kepada segenap karyawan untuk berani dalam melakukan berbagai
percobaan dan kegagalan dibarengi dengan upaya penyesuaian yang sejalan
dengan tujuan organisasi.
Hasil yang diperoleh dalam survei di Tabel 14 memperlihatkan bahwa aspek
Employee Capabilities karyawan WPIU dapat dikategorikan sangat baik dengan
nilai rataan 2.75. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan sangat memperhatikan
lingkungan kerja (kenyamanan, kebersihan, hubungan antar karyawan, dan
hubungan dengan atasan), menyelesaikan pekerjaan sesuai target, dan pekerjaan
selama ini dilakukan secara bersama-sama dengan saling membantu. Perusahaan
tidak selalu menghukum karyawan namun diberikan teguran/peringatan dalam
pemberian sanksi terhadap pekerjaan diluar prosedur.
Selajutnya mengenai aspek information system capabilities, pemantauan
terhadap hasil mutu kerja karyawan oleh atasan dinilai oleh responden sebesar 2.5.
Responden terbagi dua antara karyawan yang merasa selalu diawasi dan tidak
selalu/kadang-kadang diawasi. Pembagian kerja yang dilakukan perusahaan pada
kenyataannya tidak terlalu spesifik, namun pembagian seperti ini dinilai
memuaskan oleh responden karena pekerjaan antar karyawan dilakukan saling
tolong-menolong. Terkait kesempatan berkomunikasi dengan atasan, responden
terbagi ke dalam dua bagian, selalu berkomunikasi dan tidak selalu. Kemudian
dalam memberikan bantuan/saran kepada atasan, responden sepakat tidak
selalu/kadang-kadang memberikan bantuan/saran kepada atasan, hal ini diihat dari
skor rataan yang diberikan sebesar dua. Total rataan nilai keseluruhan sebesar 2.5
yang memiliki keterangan sangat baik.
35
Tabel 14 Survei kepuasan karyawan WPIU tahun 2016
Indikator
1
Employee Capabilities
Perhatian terhadap lingkungan kerja
Menyelesaikan pekerjaan sesuai target
Pemberian sanksi bila bekerja di luar
prosedur
Rekan kerja memberikan bantuan
dalam pekerjaan
Information system capabilities
Pemantauan dari atasan terhadap mutu
hasil kerja
Penilaian karyawan tentang
pembagian kerja
Kesempatan berkomunikasi dengan
atasan
Memberikan bantuan/saran kepada
atasan
Motivation, empowerment, and
alignment
Kegiatan dapat memperat hubungan
karyawan
Perhatian terhadap keselamatan dan
kesehatan
Keterlibatan karyawan dalam
pengambilan keputusan
Keamanan dan kenyamanan fasilitas
kerja
Bersedia memperbaiki pekerjaan
Berkeinginan memacu prestasi kerja
Total Hasil
Arti Penilaian Rataan Hasil:
1 – 1.49
(sangat buruk)
1.5 – 1.99
(buruk)
2 – 2.49
(baik)
2.5 – 3
(sangat baik)
Skor Nilai
2
3
Rataan
0
0
0
0
0
2
2
2
0
2.75
3.0
3.0
2.0
0
0
2
3.0
0
1
1
2.5
2.5
0
0
2
3.0
0
1
1
2.5
0
2
0
2.0
Keterangan
Ya, selalu
Ya, selalu
Tidak selalu
Ya, selalu
Ya, selalu dan
tidak tahu
Puas
Ya selalu dan
tidak tahu
Tidak selalu
2.92
0
0
2
3.0
Ya
0
0
2
3.0
0
0
2
3.0
Ya, sangat
diperhatikan
Ya, selalu
0
0
2
3.0
Ya
0
0
0
1
2
1
3.0
2.5
Ya, selalu
Tinggi dan
sedang
Sangat Baik
2.72
Pada aspek motivation, empowerment, and alignment, secara keseluruhan
memiliki hasil nilai rataan sebesar 2.92. Responden memiliki ikatan hubungan
yang erat antar responden yang terjadi karena kegiatan produksi yang dilakukan di
UKM WPIU. Karyawan WPIU juga merasa bahwa perusahaan sangat
memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) para karyawannya.
Kemudian responden merasa selalu dilibatkan dalam pengambilan keputusan,
biasanya responden dilibatkan pada saat mengambil keputusan dalam melakukan
kegiatan operasional. Lalu keamanan dan kenyamanan fasilitas kerja yang
diperoleh oleh karyawan dirasa telah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
responden. Responden juga bersedia memperbaiki pekerjaan apabila terdapat hasil
yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Namun dalam
hal keinginan untuk memacu prestasi kerja, hasil survei memperlihatkan
responden terbagi dalam dua bagian, yang memiliki keinginan tinggi dan sedang
36
Meningkatnya Keterampilan Karyawan
Keterampilan karyawan merupakan hal penting untuk mendukung
keberlangsungan proses usaha UKM Winner Perkasa Indonesia Unggul sehingga
diperlukan peningkatan keterampilan karyawan. Keterampilan dapat diperoleh
dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan instansi terkait maupun
swasta.
Lag indicator pada sasaran strategi ini adalah jumlah karyawan terampil.
Lead indicator pada sasaran strategi ini adalah tingkat keterampilan karyawan.
Target yang ingin dicapai 2015 adalah empat orang, dan target 2016 adalah empat
orang. Pencapaian yang dicapai oleh WPIU pada tahun 2015 adalah dua orang.
Semua perspektif WPIU yang telah diuraikan secara ringkas dapat dilihat melalui
Matriks BSC pada Tabel 15.
Tabel 15 Matriks BSC UKM WPIU
Sasaran Strategis
Perspektif Keuangan
 Meningkatnya laba dan
profitabilitas dari
penjualan
Perspektif Pelanggan
 Meningkatnya
kepuasan pelanggan
Perspektif Proses Bisnis
Internal
 Meningkatnya layanan
purna jual


Efektifitas waktu
produksi
Inovasi produk baru
Perspektif Pembelajaran
dan Pertumbuhan
 Meningkatnya
kepuasan karyawan
 Meningkatnya
keterampilan karyawan
Ukuran strategis
Target
Hasil (Lag Indicator)
Pemicu kerja (Lead 2015
Indicator)
Laba yang didapat
ROA
Peningkatan
penjualan
Atribut customer value
proposition
Tingkat kepuasan
pelanggan
Bnyaknya produk
yang dikembalikan
oleh konsumen
MCE
Memastikan SOP
80%
dijalankan dengan
benar
Menambah tenaga
90%
kerja
Meningkatnya
tiga
ragam produk yang produk
diproduksi
Jumlah inovasi produk
yang tercipta
Jumlah keluar masuk
karyawan
Jumlah karyawan
dengan keahlian
khusus
100 %
100 %
80%
Survei
kepuasan
100%
karyawan
Meningkatnya
empat
jumlah karyawan
orang
berkeahlian khusus
Tabel 15 memperlihatkan sasaran strategis, ukuran strategis, dan target
WPIU tahun 2015 pada semua perspektif. Perspektif pelanggan terdapat satu
sasaran strategis, yaitu meningkatnya kepuasan pelanggan. Perspektif proses
bisnis internal terdapat tiga sasaran strategis yaitu, meningkatnya layanan purna
jual, mempertahankan produk berkualitas, dan inovasi produk baru. Pada
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, terdapat sasaran strategis yaitu
37
meningkatnya kepuasan karyawan dan meningkatnya keterampilan karyawan.
Sasaran strategis pada perspektif keuangan hanya satu, yaitu meningkatnya laba
dari penjualan. Target yang diharapkan pada masing-masing sasaran strategis
tidaklah sama, penetapan target didasarkan pada pencapaian kinerja pada tahun
sebelumnya dan perkiraan pemilik usaha untuk pencapaian kinerja pada tahun
berikutnya.
Pembobotan Perspektif dan Sasaran Strategis
Pembobotan pada masing-masing perspektif BSC diperlukan untuk
mengetahui seberapa besar posisi dan peranan perspektif tersebut terhadap
pencapaian tujuan yang diinginkan, yaitu penentuan prioritas sasaran strategis.
Proses pembobotan dilakukan menggunakan metode paired comparison yang
diperlihatkan pada halaman lampiran. Adanya nilai bobot yang berbeda,
memberikan informasi kepada pihak UKM WPIU bahwa yang menjadi prioritas
sasaran strategis adalah sasaran strategis yang memiliki bobot paling besar. Hasil
pembobotan masing-masing perspektif BSC ditunjukkan pada Tabel 16.
Tabel 16 Bobot dan prioritas perspektif BSC UKM WPIU
Perspektif
Bobot
Persentase
Prioritas
Keuangan
0.143
14.3
Pelanggan
0.357
35.7
Proses Bisnis Internal
0.25
25.0
Pembelajaran dan
0.25
25.0
Pertumbuhan
Total
1
100
3
1
2
2
Tabel 16 memperlihatkan kriteria perspektif pelanggan menempati urutan
prioritas pertama sebagai perspektif yang paling berperan dengan bobot 0.357.
Hal ini menunjukkan bahwa pemilik perusahaan berasumsi perspektif pelanggan
merupakan perspektif terpenting dibandingkan dengan perspektif yang lain.
Perspektif selanjutnya yang berperan yaitu perspektif proses bisnis internal dan
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dengan nilai bobot yang sama, yaitu
sebesar 0.25. Terakhir perspektif yang dinilai tidak terlalu penting dibandingkan
dengan perspektif lainnya adalah perspektif keuangan dengan nilai bobot sebesar
0.143.
Perspektif Keuangan
Pada perspektif keuangan, sasaran strategis yang ingin dicapai berjumlah
satu, yaitu meningkatnya laba dan profitabilitas dari penjualan sehingga memiliki
bobot yang sama dengan bobot perspektif, yaitu 0.143. Sasaran strategis ini
memiliki dua ukuran strategis (lag indicator) yaitu laba bersih dan ROA. Masingmasing lag indicator tersebut memiliki nilai yang sama yaitu 0.0715. Tabel 17
memperlihatkan bobot ukuran strategis pada perspektif keuangan.
38
Tabel 17 Bobot dan prioritas ukuran strategis perspektif keuangan
Ukuran strategis
Bobot
Bobot BSC
Prioritas
(dikali 0.143)
Laba bersih (K1)
0.5
0.0715
1
ROA (K2)
0.5
0.0715
1
Perspektif Pelanggan
Pada perspektif pelanggan, sasaran strategi yang ditetapkan hanya satu,
yaitu meningkatnya kepuasan pelanggan. Sasaran strategi pada perspektif ini tidak
perlu dilakukan pembobotan dengan metode paired comparison karena bobotnya
akan bernilai satu sehingga akan sama dengan bobot pada perspektif yaitu 0.357.
Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal memiliki persentase bobot 25 persen.
Sasaran strategi pada perspektif proses bisnis internal terdiri dari tiga sasaran
strategis, yaitu (I1) inovasi produk baru, (I2) efektifitas waktu produksi,dan (I3)
meningkatnya layanan purna jual. Hasil bobot dan prioritas pada sasaran strategis
perspektif proses bisnis internal dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Bobot dan prioritas sasaran strategis perspektif proses bisnis internal
Sasaran strategis
Bobot
Bobot BSC Prioritas
(dikali 0.25)
Inovasi produk baru (I1)
0.51
0.128
1
Efektifitas waktu produksi (I2)
0.39
0.097
2
Meningkatnya layanan purna jual (I3)
0.1
0.025
3
Tabel 18 menunjukkan bahwa sasaran strategis inovasi produk baru
merupakan prioritas utama bagi UKM WPIU. Selanjutnya diikuti oleh sasaran
strategis efektifitas waktu produksi, kemudian meningkatnya layanan purna jual.
Hal ini menggambarkan bahwa UKM WPIU memiliki keinginan untuk terus
melakukan inovasi produk.
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran memiliki dua sasaran strategis,
yaitu (G1) meningkatnya kepuasan karyawan dan (G2) meningkatnya
keterampilan karyawan. Hasil bobot dan prioritas pada sasaran strategis perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 Bobot dan prioritas sasaran strategis perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran
Sasaran strategis
Bobot
Bobot BSC Prioritas
(dikali 0.25)
Meningkatnya kepuasan karyawan
0.9
0.225
1
Meningkatnya keterampilan karyawan
0.1
0.025
2
Berdasarkan Tabel 19, sasaran strategis meningkatnya kepuasan karyawan
merupakan prioritas dalam perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Kemudian
diikuti oleh sasaran strategis meningkatnya keterampilan karyawan. Pemilik usaha
39
UKM WPIU, Ibu Maria, lebih menghargai kepuasan karyawan dengan alasan
bahwa kepuasan karyawan akan menciptakan karyawan-karyawan yang loyal
yang dapat membantu perkembangan usaha UKM WPIU.
Penilaian Kinerja UKM Winner Perkasa Indonesia Unggul
Penilaian kinerja UKM Winner Perkasa Indonesia Unggul menggunakan
Key Performance Indicator (KPI). Dengan adanya pengukuran kinerja
menggunakan KPI, perusahaan dapat menilai dan mengevaluasi kinerja
perusahaan dalam mencapai target yang telah ditetapkan. Indikator yang
digunakan dalam pengukuran KPI adalah lag indicator sasaran strategis pada
masing-masing perspektif BSC. Hasil pengukuran kinerja menggunakan KPI
dapat dilihat pada Tabel 20.
Berdasarkan pengukuran kinerja KPI, UKM WPIU telah mencapai target
sebesar 76.22 persen dari keseluruhan target yang sudah di tetapkan. Indikator
yang mencapai target ialah jumlah retur barang/produk yang tidak sesuai.
Sedangkan indikator lainnya belum mencapai target sehingga diperlukan evaluasi
agar pada tahun selanjutnya target yang sudah ditetapkan dapat dicapai oleh UKM
WPIU.
Tabel 20 Pengukuran kinerja UKM Winner Perkasa Indonesia Unggul
Key Performance Indicator
Laba bersih (EAT)
ROA (EBIT/Total aset)
Target
Realisasi
Pencapaian Target
2015 (a)
2015 (b)
(b:a) %
2016 (%)
281 242 010 162 272 010
57.68
70
24.41%
14.08%
57.68
20
Tingkat kepuasan pelanggan
80%
Jumlah inovasi produk baru
3
MCE
90%
Jumlah retur barang/produk
0
yang tidak sesuai
Tingkat kepuasan karyawan
100%
Jumlah karyawan yang
4 orang
memiliki keterampilan
khusus
Hasil Kinerja KPI
73.9%
2
84.3%
0
92.37
67
93.67
100
80
100
90
100
91.32%
2 orang
91.32
50
95
100
76.22
Setelah pengukuran kinerja menggunakan KPI, selanjutnya hasil
pengukuran kinerja KPI dimasukkan ke dalam matriks BSC untuk diketahui skor
yang didapat. Skor pencapaian pada KPI akan dikalikan dengan bobot prioritas
pada masing-masing sasaran strategis di setiap perspektif BSC. Hasil skor
pengukuran kinerja BSC menunjukkan bahwa kinerja WPIU pada tahun 2015
dalam pencapaian sasaran strategi sebesar 86.59 persen sehingga termasuk ke
dalam golongan kondisi “Sangat Sehat” kategori AA. Pengukuran skor kinerja
BSC WPIU dapat dilihat pada Tabel 21.
40
Tabel 21 Pengukuran kinerja BSC
Sasaran Strategis
Ukuran strategis
Hasil (Lag Indicator)
Perspektif Pelanggan
Meningkatnya
kepuasan pelanggan
Tingkat kepuasan
pelanggan terhadap
kualitas, harga, dan citra
atau reputasi produk.
Perspektif Proses Bisnis Internal
Meningkatnya layanan Jumlah retur barang/
purna jual
produk yang tidak sesuai
dengan harapan
konsumen
Efektifitas waktu
MCE
produksi
Skor KPI
(%)
Bobot
(%)
Skor %
(Skor
KPI x
Bobot)
92.37
35.7
32.98
100
12.8
12.8
93.67
9.7
9.09
jumlah inovasi produk
yang tercipta
Skor Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
67
2.5
1.68
Meningkatnya
kepuasan karyawan
91.32
22.5
20.55
50
2.5
1.25
Inovasi produk baru
Tingkat kepuasan
karyawan
Meningkatnya
Jumlah karyawan
keterampilan
dengan keahlian khusus
karyawan
Skor perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Perspektif Keuangan
Meningkatnya laba
Laba yang didapat
dan profitabilitas dari
penjualan
ROA
Skor perspektif keuangan
Total Skor
23.56
21.80
57.68
7.15
4.13
57.68
7.15
4.12
8.25
86.59
100
Berdasarkan Tabel 21, kinerja UKM WPIU secara keseluruhan dalam
perspektif BSC dapat diartikan “Sangat Sehat”, hal ini terlihat dari nilai total skor
BSC sebesar 86.59 persen. Perspektif dengan nilai skor terendah adalah pada
perspektif keuangan, hal ini dikarenakan bobot prioritas yang ditetapkan oleh
pemilik UKM WPIU pada perspektif ini memang yang terendah. Selain itu,
pemutusan hubungan kerjasama dengan beberapa supermarket menyebabkan
turunnya penerimaan yang diterima. Perspektif ini perlu dicermati oleh pemilik
UKM WPIU apabila usahanya ingin berkembang dan mencapai tujuan perusahaan
yang dicita-citakan.
Pada perspektif pelanggan, didapat nilai skor BSC sebesar 32.98 persen
yang merupakan perspektif dengan nilai tertinggi. Walau kinerjanya masih belum
mencapai target yang diinginkan, kinerja perspektif yang menjadi prioritas utama
UKM WPIU ini dapat dikatakan sudah cukup baik. Tingkat kepuasan pelanggan
terhadap customer value proposition yang ditawarkan perusahaan berada dalam
41
kategori baik namun perlu adanya peningkatan untuk keberhasilan jangka panjang
perusahaan.
Skor akhir pada perspektif proses internal bisnis perusahaan sebesar 23.56
persen menunjukkan kinerja yang baik walaupun belum optimal. Secara
keseluruhan, hanya pada sasaran strategis inovasi produk baru masih jauh dari
target yang diharapkan. Inovasi produk yang diciptakan juga masih belum di uji
coba di pasar sehingga belum diketahui seberapa besar penerimaan yang akan
didapat dan reaksi pelanggan terhadap produk baru tersebut. Sedangkan, pada
sasaran strategis meningkatnya layanan purna jual sudah mencapai target dan
sasaran strategis efektifitas waktu produksi hampir mencapai target.
Kemudian pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, skor nilai BSC
yang didapat sebesar 21.80 persen menandakan kinerja yang cukup baik.
Karyawan dapat dikatakan telah puas dengan kondisi kerja yang ada dengan nilai
kinerja KPI sebesar 91.32 persen walaupun belum mencapai target yang
diharapkan. Adapun mengenai keterampilan yang dimiliki oleh karyawan, baru
mencapai setengah dari target yang diharapkan yaitu dua orang dari total
karyawan tetap berjumlah empat orang.
Implikasi Manajerial
Implikasi manajerial yang dapat direkomendasikan kepada pemilik UKM
WPIU untuk mengukur dan menilai kinerja secara komprehensif maka BSC layak
diterapkan. Hasil BSC dapat membantu perusahaan dalam menilai keberhasilan
pencapaian pada target yang diharapkan sehingga dapat memacu kinerja pada
bagian-bagian yang dirasa lebih penting. Mengukur kinerja dengan BSC tidak
hanya dilihat dari perspektif keuangan saja tetapi juga melihat perspektif nonkeuangan lainnya, yaitu perspektif pelanggan, proses internal bisnis, dan
pertumbuhan dan pembelajaran. Langkah awal dalam menerapkan BSC pada
UKM WPIU adalah dengan cara membuat pencatatan kinerja secara berkala,
dapat dalam kurun waktu setiap minggu, setiap bulan, atau tergantung dengan
kebutuhan perusahaan.
UKM WPIU juga perlu memperhatikan inovasi produk pada proses
pembelajaran dan pertumbuhan. Inovasi produk sebaiknya memerhatikan kondisi
lingkungan pasar yang dituju dan direncanakan lebih matang sehingga produk
yang dihasilkan menghasilkan profit. Pada perspektif keuangan, perusahaan
mengalami kinerja yang kurang baik dengan skor akhir sebesar 8.25. Hal ini
disebabkan oleh putusnya hubungan kerja sama dengan beberapa supermarket
dengan sebab kontrak yang terlalu mengikat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
kinerja keuangan, UKM WPIU perlu mencari mitra kerja sama selain supermarket
yang memberikan keleluasan bagi perusahaan dalam melakukan kegiatan
bisnisnya sehingga akan meningkatkan penjualannya. Salah satu mitra yang
memungkinkan adalah bekerja sama dengan beberapa penyedia tempat di wilayah
wisata seperti yang sedang diusahakan WPIU saat ini di Pasar Apung Lembang.
Kegiatan pelatihan bagi karyawan juga sangat penting untuk dilakukan
karena selama ini hanya pemilik usaha yang mengambil keputusan. Apabila
pemilik usaha sedang berhalangan, maka kegiatan bisnis akan berhenti beroperasi
karena ketidakmampuan karyawan dalam mengambil keputusan yang cepat dan
tepat. Pelatihan bagi karyawan juga dapat meningkatkan kepuasan karyawan yang
42
berimbas kepada peningkatan kinerja pada produksi dan pelayanan kepada
pelanggan. Pelayanan pelanggan yang baik akan meningkatkan kepuasan
pelanggan sehingga tercipta hubungan yang baik yang akan menguntungkan
perusahaaan dalam waktu jangka panjang.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penelitian perancangan strategi balanced scorecard yang dilakukan pada
UKM Winner Perkasa Indonesia Unggul menghasilkan simpulan sebagaimana
berikut:
1. Sasaran strategis yang menjadi prioritas terdapat pada perspektif pelanggan
dengan nilai akhir yang cukup memuaskan walaupun belum mencapai target
yang diharapkan. Perspektif ini memiliki sasaran strategis meningkatnya
kepuasan pelanggan yang diukur melalui survei kepuasan pelanggan terhadap
kriteria-kriteria pada customer value proposition.
2. Perancangan strategi dengan konsep balanced scorecard pada UKM Winner
Perkasa Indonesia Unggul menghasilkan berbagai sasaran strategis dan
ukuran strategis pada setiap perspektif yang ada. Meningkatnya laba dan
profitabilitas dari penjualan merupakan sasaran strategi pada perspektif
keuangan yang diukur dengan laba bersih dan ROA; meningkatnya kepuasan
pelanggan pada perspektif pelanggan diukur melalui survey kepuasan
pelanggan; inovasi produk baru diukur dengan jumlah produk baru yang
dihasilkan, efektivitas waktu produksi diukur dengan MCE, dan
meningkatnya layanan purna jual diukur dengan jumlah retur barang oleh
konsumen pada proses bisnis internal; meningkatnya kepuasan dan
keterampilan karyawan pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran
diukur dengan survey kepuasan kerja dan jumlah karyawan yang diberi
pelatihan. Semua hubungan sebab akibat sasaran strategis pada masingmasing perspektif digambarkan pada peta strategi sehingga dapat dilihat
langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan dari UKM
WPIU.
3. Pencapaian kinerja UKM WPIU dinilai secara keseluruhan dengan metode
BSC tergolong dalam kategori Sangat Sehat. Kondisi ini menunjukkan bahwa
kinerja UKM WPIU cukup optimal. Berdasarkan penentuan prioritas UKM
WPIU, perspektif yang selama ini menjadi prioritas utama adalah perspektif
pelanggan yang menjadi fokus utama perusahaan dalam mengembangkan
usahanya. Sedangkan perspektif keuangan yang tidak menjadi fokus
perusahaan mengalami kinerja yang jauh dari target yang diharapkan. Hal ini
bisa menjadi bahan evaluasi bagi perusahaan untuk lebih memerhatikan
kondisi keuangannya.
43
Saran
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kondisi kinerja UKM Winner
Perkasa Indonesia Unggul selama penelitian, maka disarankan:
1. Hasil pengukuran kinerja pada UKM WPIU dengan balanced scorecard
sebaiknya dijadikan bahan pertimbangan untuk dimasukkan ke dalam
manajemen strategis perusahaan.
2. UKM WPIU disarankan untuk melakukan pembenahan terhadap sistem
pembukuan arus kas yang lebih tertata dengan satuan yang jelas agar dapat
mengetahui secara tepat kinerja dari perspektif keuangan.
3. Perusahaan juga perlu membangun sebuah divisi yang fokus terhadap
penelitian dan pengembangan produk-produk inovasi agar dapat dijual di
pasar sehingga menambah penerimaan yang didapat.
4. Sebaiknya pemerintah mengkaji terlebih dahulu kesiapan industri pengolahan
rumput laut rumahan sebelum memberlakukan peraturan pembatasan ekspor
rumput laut mentah. Pemerintah perlu memberikan pelatihan dan bimbingan
yang berkelanjutan sehingga akhirnya hasil budidaya rumput laut bisa diserap
dan dimanfaatkan secara maksimal oleh industri pengolahan rumput laut
dalam negeri.
5. Bagi penelitian selanjutnya, dapat diteliti lebih lanjut terkait pengembangan
strategi dengan mengacu pada kinerja yang ditampilkan pada penelitian ini
dan melihat lebih dalam mengenai kondisi lingkungan eksternal dan internal
perusahaan.
44
DAFTAR PUSTAKA
Amalia R. 2009.Strategi Pengembangan Usaha Jus Buah Pada Winner Perkasa
Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): IPB
Annafi A. 2010. Perancangan Strategi Dengan Perspektif Balanced Scorecard
Pada PT Relife Realty Indonesia Depok [skripsi]. Bogor (ID): IPB
Erwina. 2015. Perancangan Dan Evaluasi Balanced Scorecard Sebagai
Pengukuran Kinerja Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Di Bogor [thesis].
Bogor (ID): IPB
[FAO] Food and Agriculture Organization Of The United Nations. 2014. The
State of World Fisheries and Aquaculture: Opportunities and challenges.
Rome (IT): United Nation
Gay DL, Diehl PL. 1992. Research Methods for Business and Management. New
York (US): MacMillan Publishing Co.
Irawan AW. 2006. Persiapan Balanced Scorecard Sebagai Instrumen Pengukuran
Kinerja Pada Pengelolaan Usaha Kecil (Studi Kasus: PP. Kecap Maja
Menjangan, Majalengka) [skripsi]. Bogor (ID): IPB
Kaplan RS, Norton DP. 1996. The Balanced Scorecard: Translating Strategy Into
Action.Massachusetts (US): Harvard Business Press
[KKP RI] Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2014. Profil
Peluang Usaha dan Invesatas Rumput Laut. Jakarta (ID): KKP RI
[KKUKM RI] Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia (ID). 2014. Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan
Usaha Besar (UB) Tahun 2012 - 2013. [internet]. [diunduh 2016 Januari 23].
Tersedia pada: http://www.depkop.go.id/berita-informasi/data-informasi/dataumkm/?eID=tx_rtgfiles_download&tx_rtgfiles_pi1%5Buid%5D=9
Luis S, Biromo P. 2008. Step By Step In Cascading Balanced Scorecard To
Functional Scorecard. Jakarta (ID): Gramedia pustaka utama.
Mayasari L. 2009. Analisis Balanced Scorecard Dalam Strategi Pengembangan
Produksi Dan Pemasaran Beras Organik Pada Kelompok Tani Cibereum
JempolKelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor [skripsi].
Bogor (ID): IPB
Mulyadi. 2007.Sistem Terpadu Pengelolaan Kinerja Personel Berbasis Balanced
Scorecard. Yogyakarta (ID): UPP Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN
Paramarta V, Haruman T. 2005. Kepuasan Kerja: Konsep, Teori, Pendekatan, dan
Skala Pengukurannya. [jurnal]. [diunduh 2016 September 5]. Tersedia pada:
http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/1575/CO
NTENT%20VIP%20%2B%20TENDI%20HARUMAN.pdf?sequence=7
Parmenter D. 2010. Mengembangkan, Mengimplementasikan dan Menggunakan:
Key Performance Indicators. Jakarta (ID): PPM
Pemerintah Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tentang UMKM. Jakarta (ID): Sektretariat Negara
Rangkuti F. 2011. SWOT Balanced Scorecard. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka
Utama
Saaty TL. 1999. Fundamental of The Analytic Network Process. Kobe (JP):
University of Pittsburgh
45
Tambunan TH. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia: Beberapa Isu
Penting. Jakarta (ID): Salemba Empat.
Umar H. 2005. Evaluasi Kinerja Perusahaan. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka
Utama
Yuwono S, Sukarno E, Ichsan M. 2007. Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced
Scorecard: Menuju Organisasi yang Berfokus pada Strategi. Jakarta (ID): PT
Gramedia Pustaka Utama
46
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembobotan perspektif balanced scorecard
Perspektif
Perspektif Perspektif Perspektif Perspektif
Total Skor
Keuangan Pelanggan Proses
Pembelajaran
Bisnis
dan
Internal
Pertumbuhan
Perspektif
Keuangan
Perspektif
Pelanggan
1/2
2
Perspektif
1
Proses Bisnis
Internal
½
Perspektif
2
Pembelajaran
dan
Pertumbuhan
1
1
½
2
0.143
2
1
5
0.357
2
3.5
0.25
3.5
0.25
14
1
½
Total
Lampiran 2 Pembobotan sasaran strategis perspektif proses bisnis internal
Sasaran
Strategis
I1
Inovasi Produk
(I1)
I2
I3
Total
Skor
1
3
4
0.51
2
3
0.39
5/6
0.1
7.833
1
Efektifitas
1
waktu produksi
(I2)
Meningkatnya
layanan purna
jual (I3)
Total
1/3
1/2
47
Lampiran 3 Pembobotan sasaran strategis perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan
Sasaran Strategis G1
G2
Total
Skor
Meningkatnya
kepuasan
karyawan
Meningkatnya
keterampilan
karyawan
3
1/3
Total
3
0.9
1/3
0.1
3.333
1
Lampiran 4 Laporan Laba/Rugi UKM WPIU 2014 dan 2015
Pemasukan/Pengeluaran
2014 (Rp)
2015 (Rp)
Total Penerimaan
1 167 699 000
673 791 000
HPP
834780000
479 781 080
Laba Kotor
323 919 000
194 009 920
Beban Usaha
40.000.000
25.000.000
(biaya transportasi,
administrasi, promosi, dll)
Laba/Rugi Sebelum Pajak
292 919 000
169 009 920
(EBIT)
Beban Pajak
11 676 990
6737910
Laba Bersih (EAT)
281 242 010
162 272 010
Total Aset
1 200 000 000
1 200 000 000
ROA (EBIT/Total Aset)
24.4
14.1
Lampiran 5 Pembobotan ukuran strategis perspektif keuangan
Sasaran Strategis G1
G2
Total
Skor
Laba bersih (K1)
1
0.5
1
0.5
2
1
ROA (K1)
Total
1
1
48
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 April 1994. Penulis merupakan
anak kedua dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Asep Sudarman dan Ibu Erni
Hendarini. Penulis mengenyam pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2
Bogor kemudian melanjutkan studi ke jenjang berikutnya di SMA Negeri 1
Bogor. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah atas, penulis melanjutkan
pendidikannya di Program Sarjana (S1) Departemen Agribisnis, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta
Mandiri (UTM) pada tahun 2012.
Penulis aktif dalam berbagai kegiatan yang bersifat akademik maupun nonakademik. Penulis pernah mendapatkan medali perak pada kejuaran renang
Fakultas Ekonomi dan Manajemen di acara Sportakuler pada tahun 2014. Penulis
juga mendapatkan prestasi Juara 2 lomba menulis cerpen tingkat universitas pada
acara IPB Art Contest (IAC) 2014. Selain itu, di bidang akademik, penulis
mengikuti kompetisi PKM-Kewirausahaan menghasilkan produk Greenema yang
merupakan produk pestisida organik dan berhasil didanai oleh DIKTI.
Penulis juga aktif berorganisasi menjadi Kepala Divisi Kesekretariatan di
organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tarung Derajat pada periode 2013.
Selanjutnya penulis menjadi ketua UKM Tarung Derajat selama dua periode pada
tahun 2014 dan 2015. Penulis juga aktif di organisasi sosial Forum Relawan
Penanggulangan Bencana (FOREPNA) IPB pada tahun 2014. Selama di
Departemen Agribisnis, penulis juga ikut tergabung di organisasi kerohaniaan
Islam di Divisi Pengembangan Sumber daya Internal (PSDI). Penulis juga
mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) periode Januari
2015 – Juni 2016.
Download