BAB I

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Sinyal ( Signalling Theory)
Informasi mengenai kondisi perusahaan sangat dibutuhkan investor
dan hendaknya para pelaku bisnis menyediakan informasi tersebut. Informasi
ini berisi keterangan, catatan, atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu,
saat ini maupun keadaan masa yang akan datang suatu perusahaan. Informasi
yang lengkap, akurat, dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di
pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.
Apabila pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka
diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima
oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham
pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima
informasi tersebut, dimana pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan
dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau
sinyal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal
baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam harga saham, dimana harga
saham menjadi naik sehingga return saham juga meningkat.
10
Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan
untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal.
Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri
informasi. Perusahaan lebih mengetahui kondisi dan prospek yang akan
datang yang akan dialami perusahaan daripada pihak luar (investor, kreditor).
Oleh karena itu, perusahaan merasa perlu untuk memberikan informasi
kepada investor.
Teori sinyal juga mengemukakan tentang bagaimana seharusnya
sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan.
Sinyal ini berupa informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik
ataupun pihak lain yang berkepentingan (contoh : investor). Sinyal yang
diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti
laporan keuangan, laporan kegiatan yang telah dilakukan oleh manajemen
untuk merealisasikan keinginan pemilik, atau bahkan dapat berupa promosi
serta informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik
dari pada perusahaan lain. Dengan adanya informasi tersebut diharapkan akan
mempengaruhi keputusan investor untuk berinvestasi sehingga nantinya akan
berdampak pada return saham.
11
Menurut Jama’an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang
bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada
pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang
sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik.
Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa
perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.
Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh
manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan
informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan
akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas
karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesarbesarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan
laba dan aktiva yang tidak overstate.
Kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang
diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut
bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi yang timbul ketika manajer
lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa
mendatang dibanding pihak eksternal perusahaan. Informasi yang berupa
pemberian peringkat obligasi perusahaan yang dipublikasikan diharapkan
dapat
menjadi
sinyal
kondisi
keuangan
perusahaan
tertentu
dan
menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang yang
dimiliki.
12
Teori signal juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik
(prinsipal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan
menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk
memastikan pihak-pihak yang berkepentingan meyakini keandalan informasi
keuangan yang disampaikan pihak perusahaan (agent), perlu mendapatkan
opini dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat tentang laporan
keuangan (Jama’an, 2008).
13
B. Pasar Modal
1. Definisi Pasar Modal
Pengertian pasar modal secara umum merupakan suatu tempat
bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam
rangka memperoleh modal (Kasmir, 2008:2007). Pada dasarnya, pasar
modal mirip dengan pasar-pasar lain. Untuk setiap pembeli yang berhasil,
selalu harus ada penjual yang berhasil. Jika pihak yang ingin membeli
jumlahnya lebih banyak dibandingkan yang ingin menjual, maka harga
akan menjadi lebih tinggi, sebaliknya bila hanya sedikit yang ingin mebeli
dan ada banyak yang ingin menjual, maka harga akan jatuh.
Yang membedakan pasar modal dengan pasar-pasar lain adalah
komoditi yang diperdagangkan. Pasar modal dapat dikatakan pasar
abstrak, dimana yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang,
yaitu dana yang keterikatannya dalam berinvestasi lebih dari satu tahun.
14
2. Fungsi Pasar Modal
a. Bagi emiten
Bagi emiten, pasar modal berfungsi sebagai sarana pemenuhan
kebutuhan modal dana untuk jangka panjang bagi perusahaan, yang
merupakan alternatif sumber dana selain dari perbankan. Selain itu,
dengan memasuki pasar modal sebuah perusahaan akan terdorong
untuk memanfaatkan manajemennya secara professional karena
sebuah perusahaan yang go public akan disorot oleh masyarakat yang
nantinya menjadi investor.
Tentu saja untuk mendapatkan sorotan positif, perusahaan
harus berprestasi baik. Untuk bisa berprestasi baik, perusahaan harus
dikelola oleh tenaga-tenaga yang professional
b. Bagi Masyarakat
Dari sisi masyarakat sebagai investor, pasar modal berfungsi
sebagai alternative investasi. Jika dilihat komposisi investasi
masyarakat, terutama di Indonesia, maka sebagian besar tertanam
pada tabungan di perbankan. Jelasnya disimpan dalam bentuk
tabungan ataupun deposito.
15
Investasi di bank memang sudah baik, namun untuk lebih
produktif dan menyebar risiko maka diperlukan tempat investasi lain,
salah satunya diinvestasikan di pasar modal dengan membeli saham
atau obligasi (Sawidji. 2009:6). Keuntungan yang
diperoleh
dari
saham disebut deviden, sementara keuntungan yang didapat dari
obligasi adalah kupon.
C. Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG )
1. Definisi IHSG
Indeks Harga saham merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan
kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama
tentang kejadian-kejadian ekonomi. Bahkan saat ini IHS tidak saja
menampung
kejadian-kejadian
ekonomi,
tetapi
juga
menampung
kejadian-kejadian social, politik, dan keamanan. Dengan demikian, IHS
dapat diajdikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai
dasar melakukan analisis statistic atas kondisi pasar terakhir (current
market).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah suatu rangkaian
informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan, sampai
tanggal tertentu dan mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai
pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek
16
Menurut Anoraga dan Pakarti (2011:101) IHSG merupakan indeks
yang menunjukkan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat
di bursa efek yang menjadi acuan tentang perkembangan kegiatan di
pasar modal.
Adapun menurut Sunariyah (2006), indeks harga saham gabungan
adalah seluruh saham yang menggambarkan suatu rangkaian informasi
historis mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham
sampai tanggal tertentu.
IHSG ini bisa digunakan untuk menilai situasi pasar secara umum
atau mengukur apakah harga saham mengalami kenaikan atau penurunan.
IHSG juga melibatkan seluruh harga saham yang tercatat di bursa.
Situasi pasar secara umum baru dapat diketahui jika kita mngetahui
indeks harga saham gabungan. Untuk perhitungan indeks harga saham
gabungan ini, caranya hampir sama dengan menghitung indeks harga
saham individual, tetapi harus menjumlahkan seluruh harga saham yang
tercatat. Rumus untuk menghitung indeks harga saham gabungan (IHSG)
adalah sebagai berikut.
IHSG=(∑Ht/∑Ho) x 100%
∑Ht = Total harga semua saham pada waktu yang berlaku
∑Ho= Total harga semua saham pada waktu dasar
17
Dari harga indeks inilah kita bisa mengetahui apakah kondisi pasar
sedang ramai, lesu, atau dalam keadaan stabil. Angka IHSG
menunjukan di atas 100 berarti kondisi pasar sedang ramai, sedangkan
pada saat IHSG menunjukan dibawah 100 berarti kondisi pasar sedang
lesu, IHSG menunjukan nilai 100 berarti pasar dalam keadaan stabil.
18
D. Nilai Tukar ( Kurs)
1. Definisi Nilai Tukar
Menurut Musdholifah & Tony (2007), nilai tukar atau kurs adalah
perbandingan antara harga mata uang suatu negara dengan mata uang negara
lain. Misal kurs rupiah terhadap dollar Amerika menunjukkan berapa rupiah
yang diperlukan untuk ditukarkan dengan satu dollar Amerika.
Menurut Triyono (2008), kurs (exchange rate) adalah pertukaran
antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau
harga antara kedua mata uang tersebut.
Nilai
adalah sebuah
tukar atau
dikenal
perjanjian yang
pula
dikenal
sebagai kurs dalam
sebagai nilai
keuangan
tukar
mata
uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara dua mata
uang masing-masing negara atau wilayah.
Dalam sistem pertukaran dinyatakan oleh yang pernyataan besaran
jumlah unit yaitu "mata uang" (atau "harga mata uang" atau "sarian mata
uang") yang dapat dibeli dari 1 penggalan "unit mata uang" (disebut pula
sebagai "dasar mata uang"). sebagai contoh, dalam penggalan disebutkan
bahwa kurs EUR-USD adalah 1,4320 (1,4320 USD per EUR) yang berarti
bahwa penggalan mata uang adalah dalam USD dengan penggunaan
penggalan nilai dasar tukar mata uang adalah EUR.
19
Nilai tukar yang berdasarkan pada kekuatan pasar akan selalu berubah
disetiap kali nilai-nilai salah satu dari dua komponen mata uang berubah.
Sebuah mata uang akan cenderung menjadi lebih berharga bila permintaan
menjadi lebih besar dari pasokan yang tersedia. nilai akan menjadi berkurang
bila permintaan kurang dari suplai yang tersedia.
Peningkatan permintaan terhadap mata uang adalah yang terbaik
karena dengan meningkatnya permintaan untuk transaksi uang, atau mungkin
adanya peningkatan permintaan uang yang spekulatif. Transaksi permintaan
uang akan sangat berhubungan dengan tingkat aktivitas bisnis negara
berkaitan, produk domestik bruto (PDB) (gross domestic product (GDP) atau
gross domestic income (GDI)) , dan tingkat permintaan pekerja. Semakin
tinggi tingkat menganggur pada suatu negara akan semakin sedikit
masyarakatnya yang secara keseluruhan akan dapat menghabiskan uang pada
belanja pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa dan Bank Sentral, di
Indonesia dalam hal ini dilakukan oleh Bank Indonesia biasanya akan sedikit
kesulitan dalam melakukan penyesuaian pasokan uang yang dalam
persediaan untuk mengakomodasi perubahan dalam permintaan uang
berkaitan dengan transaksi bisnis.
Dalam mengatasi permintaan uang dengan tujuan untuk spekulatif,
Bank Sentral akan sangat sulit untuk mengakomodasinya akan tetapi akan
selalu mencoba untuk melakukan dengan melakukan penyesuaian tingkat
suku bunga agar seseorang Investor dapat memilih untuk membeli kembali
20
mata uangnya bila (yaitu suku bunga) cukup tinggi, akan tetapi, dengan
semakin tinggi sebuah negara menaikan suku bunganya maka kebutuhan
untuk mata uangnya akan semakin besar pula.
Dalam hal perlakuan tindakan spekulasi terhadap realitas mata uang
akan berkaitan dan dapat menghambat pada pertumbuhan perekonomian
negara serta para pelaku spekulasi akan terus, terutama sejak mata uang
secara sengaja dibuat agar bisa dalam bawah tekanan terhadap mata uang
dalam rangka untuk memaksa agar Bank Sentral dapat menjual mata uangnya
untuk tetap membuat stabilitas (bila hal ini terjadi maka para spekulan akan
berusaha dapat membeli kembali mata uang tersebut dari bank dan pada
harga yang lebih rendah atau selalu akan dekat dengan posisi harapan dengan
demikian pengambilan keuntungan terjadi).
Jadi dapat disimpulkan nilai tukar rupiah adalah suatu perbandingan
antara nilai mata uang satu negara dengan mata uang negara yang lain. Nilai
tukar juga mencerminkan keseimbangan permintaan dan penawaran terhadap
mamta uang dalam negeri maupun mata uang asing $US, merosotnya nilai
tukar rupiah merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat terhadap
mata uang rupiah karena menurunya peran perekonomian nasional atau
karena meningkatnya permintaan mata uang asing sebagai alat pembayaran
international.
21
Kurs juga merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi
aktivitas di pasar saham maupun di pasar uang karena investor cenderung
akan berhati-hati untuk melakukan investasi.
2. Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia
Sejak tahun 1970, negara Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai
tukar, yaitu :
a.
Sistem kurs tetap (1970-1978)
Sesuai dengan Undang-Undang No. 32 tahun 1964, Indonesia
menganut sistem nilai tukar tetap kurs resmi Rp.250/US$, sementara
kurs uang lainnya dihitung berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap
US$. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar pada tingkat yang
ditetapkan,Bank Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar valuta
asing.
b.
Sistem mengambang terkendali (1978-Juli 1997)
Pada masa ini nilai tukar rupiah didasarkan pada sistem sekeranjang
mata uang (basket of curerencies). Kebijakan ini diterapkan bersama
dengan dilakukannya devaluasi rupiah pada tahun 1978. Dengan
sistem ini, pemerintah menetapkan kurs indikasi (pembatas) dan
membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu.
22
Pemerintah hanya melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi
batas atas atau bawah dari spread.
c.
Sistem kurs mengambang (14 agustus 1997-sekarang)
Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US$ semakin
melemah. Sehubungan dengan hal tersebutdan dalam rangka
mengamnakna
cadangan
devisa
yang
terus
berkurang
makapemerintah memutuskkan untuk menghapus tentang intervensi (
sistem nilai tukar mengambang terkendali) dan mulai menganut
sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate)
pada tanggal 14 agustus 1997. Penghapusan tentang intervensi ini
juga dimaksudkan untu mengurangi kegiatan intervensi pemerintah
terhadap rupiah dan memantapkan pelaksanaan kebijakan moneter
dalam negeri.
23
3. Penentuan Nilai Tukar
Ada beberapa faktor penentu yang mempengaruhi nilai tukar, antara
lain sebagai berikut :
a. Faktor Fundamental
Faktor fundamental berkaitan dengan indikator ekonomi seperti
inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar negara,
ekspektasi pasar dan intervensi bank sentral.
b. Faktor Teknis
Faktor teknis berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran
devisa pada saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan,
sementara penawaran tetap, maka harga valuta asing akan terapresiasi,
sebaliknya apabila ada kekurangan permintaan, sementara penawaran
tetap maka nilai tukar valuta asing akan terdepresiasi.
c. Sentimen Pasar
Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita politik
yang bersifat isidentil, yang dapat mendorong harga valuta asing naik
atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau
berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.
24
4. Sistem Kurs Mata Uang
Menurut Triyono (2008) terdapat lima jenis sistem kurs yang berlaku,
yaitu : sistem kurs mengambang (floating exchange rate), kurs tertambat
(pegged exchange rate), kurs tertambat merangkak (crawling pegs),
sekeranjang mata uang (basket of currencies), dan kurs tetap (fixed exchange
rate)
a.
Sistem Kurs mengambang (floating exchange rate)
Kurs ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa adanya
campur tangan pemerintah dalam upaya stabilisasi melalui kebijakan
moneter apabila terdapat campur tangan pemerintah maka sistem ini
termasuk mengambang terkendali (managed floating exchange rate).
b.
Sistem Kurs tertambat (pegged exchange rate)
Suatu negara menambatkan nilai mata uangnya dengan sesuatu atau
sekelompok mata uang negara lainnya yang merupakan negara mitra
dagang utama dari negara yang bersangkutan ini, berarti mata uang negara
tersebut bergerak mengikuti mata uang negara yang menjadi tambatannya.
c.
Sistem Kurs tertambat merangkak (crawling pegs)
Sistem dimana negara melakukan sedikit perubahan terhadap mata
uangnya secara periodic dengan tujuan untuk bergerak kea rah suatu nilai
tertentu dalam rentang waktu tertentu, keuntungan utama dari sistem ini
25
adalah negara dapat mengukur penyelesaian kursnya dalam periode yang
lebih lama jika dibandingkan dengan sistem kurs terambat.
d.
Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies)
Keuntungan dari sistem ini aalah sistem ini menawarkan stabilisasi
mata uang suatu negara karena pergerakan mata uangnya disebar dalam
sekeranjang mata uang. Mata uang dimasukkan dalam keranjang biasanya
ditentukan oleh besar peranannya dalam membiayai perdagangan negara
tertentu.
e. Sistem Kurs tetap (fixed exchange rate)
Sistem dimana negara menetapkan dan mengumumkan suatu kurs
tertentu atas mata uangnya dan menjaga kurs dengan cara membeli atau
menjual valas dalam jumlah yang tidak terbatas dalam kurs tersebut. Bagi
negara yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap sektor luar negeri
maupun gangguan seperti sering mengalami gangguan alam, menetapkan
kurs tetap merupak suatu kebijakan yang berisiko tinggi.
26
E.
Kurs Valuta Asing
Menurut Beams, Anthony, Clement dan Lowensohn (2009:492)
A foreign currency is a currency other than the entity’s functional
currency.
Valuta Asing atau yang disingkat dengan kata “Valas” secara bebas
dapat diartikan sebagai mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai
alat pembayaran yang sah di Negara lain.
Secara lebih luas Valuta Asing dapat juga diartikan sebagai seluruh
kewajiban terhadap mata uang asing yang dapat dibayar di luar negeri, baik
berupa simpanan pada bank di luar negeri maupun kewajiban dalam mata
uang asing.
Nilai tukar dibedakan menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai
tukar riil. Nilai tukar nominal menunjukkan harga relatif mata uang dari dua
negara, sedangkan nilai tukar riil menunjukkan harga relatif barang dari dua
negara. Sistem kurs valuta asing ditentukan oleh permintaan dan penawaran
valuta asing yang terjadi di pasar valuta asing.
Kurs
merupakan
salah
satu
harga
yang
terpenting
dalam
perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar bagi neraca
transaksi berjalan maupun variabel‐variabel makro ekonomi yang lain. Ada
dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan nilai tukar mata uang
yaitu pendekatan moneter dan pendekatan pasar. Dalam pendekatan moneter,
nilai tukar mata uang di definisikan sebagai harga dimana mata uang asing
27
diperjual belikan terhadap mata uang domestik dan harga tersebut
berhubungan dengan penawaran dan permintaan uang.
Naik turunnya nilai tukar mata uang atau kurs valuta asing bisa terjadi
dengan berbagai cara, yakni bisa dengan cara dilakukan secara resmi oleh
pemerintah suatu negara yang menganut sistem managed floating exchange
rate, atau bisa juga karena tarik menariknya kekuatan‐kekuatan penawaran
dan permintaan di dalam pasar (market mechanism) dan lazimnya perubahan
nilai tukar mata uang tersebut bisa terjadi karena empat hal, yaitu: (a)
Depresiasi (depreciation), adalah penurunan harga mata uang nasional
berbagai terhadap mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik
menariknya kekuatan‐kekuatan supply and demand di dalam pasar (market
mechanism). (b) Appresiasi (appreciation), adalah peningkatan harga mata
uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya, yang terjadi karena
tarik menariknya kekuatan‐kekuatan supply dan demand di dalam pasar
(market mechanism). (c) Devaluasi (devaluation), adalah penurunan harga
mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang
dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara. (d) Revaluasi
(revaluation), adalah peningkatan harga mata uang nasional terhadap
berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh
pemerintah suatu negara.
28
F.
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Ainiyatul Himaniyah (2008) dengan
judul Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap IHSG BEI
Periode 2001-2007 memperoleh hasil yaitu variabel Makroekonomi (M2,
Suku Bunga SBI, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah) secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Secara parsial hanya variabel M2
yang berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Ardian Agung Witjaksono
(2010) dengan judul Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga
Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan
Indeks Dow Jones terhadap IHSG (studi kasus pada IHSG di BEI selama
periode 2000-2009) memperoleh hasil yaitu variabel Tingkat Suku Bunga
SBI, dan Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG. Sementara
variabel Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Indeks Nikkei 225 dan
Indeks Dow Jones berpengaruh positif terhadap IHSG.
Penelitian yang dilakukan oleh Ishomuddin (2010) dengan judul Analisis
Pengaruh variabel Makroekonomi Dalam dan Luar Negeri terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI periode 1999.1-2009.12 (Analisis
Seleksi Model OLS-ARCH/GARCH) memperoleh hasil yaitu variabel Inflasi,
BI Rate, JUB, dan DJIA memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
IHSG sedangkan Kurs US$ memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap IHSG.
29
Penelitian yang dilakukan oleh Aditya Novianto (2011) dengan judul
Analisis Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Dolar Amerika/Rupiah (US$/Rp,
Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar (M2) Tehadap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Periode 1999.1-2010.6 memperoleh hasil yaitu variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh secara signifikan, namun secara parsial hanya
variabel kurs dan jumlah uang beredar (M2) yang berpengaruh signifikan
terhadap IHSG
Dan penelitian yang dilakukan uleh Muhammad Zuhdi amin (2012)
dengan judul Pengaruh tingkat inflasi,suku bunga SBI,Nilai kurs dollar usd
danindeks Dow Jones terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
di BEI Periode (2008-2011) memperoleh hasil bahwa semua variabel secara
simultan berpengaruh terhadap pergerakan IHSG Periode 2008-2011.
30
G.
Kerangka Pemikiran dan pengembangan hipotesis
a. Kerangka Pemikiran
Menurut Jogiyanto Hartono (2008:3), Pasar adalah suatu situasi
dimana para pelakunya (penjual dan pembeli) dapat menegosiasikan
pertukaran suatu komoditas atau kelompok komoditas. Modal adalah suatu
yang digunakan oleh perusahaan sebagai sumber dana untuk melaksanakan
kegiatan perusahaan. Sedangkan pasar modal merupakan suatu situasi dimana
para pemjual dan pembeli dapat melakukan negosiasi terhadap pertukaran
suatu komoditas atau kelompok komoditas dan komoditas yang dipertukarkan
disini adalah modal
Menurut Rusdin (2008:1) Pasar modal merupakan kegiatan yang
berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal bertindak sebagai
penghubung antara investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah
melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti obligasi,
saham, dan lainnya
Keputusan Presiden (Kepres) No. 52 Tahun 1976 tentang Pasar Modal
Bab I pasal 1 dimana disebutkan “ Pasar Modal adalah bursa efek seperti
yang dimaksud dalam Undang – Undang No. 15 Tahun 1952 ( Lembaran
Negara, Tahun 1952 No. 67 )”. Jadi Pasar Modal adalah bursa – bursa
perdagangan di Indonesia yang didirikan untuk perdagangan uang dan efek
31
Menurut Mohamad Samsul (2006: 202), perubahan satu variabel
makro ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap harga saham, yaitu
suatu saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya terkena
dampak negatif.Misalnya, perusahaan yang berorientasi impor, depresiasi
kurs rupiah terhadap dolar Amerika yang tajam akan berdampak negatif
terhadap
harga saham perusahaan.
Sementara itu, perusahaan
yang
berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari depresiasi kurs
rupiah terhadap dolar Amerika.
Ini
berarti harga saham
yang terkena dampak negatif akan
mengalami penurunan di Bursa Efek
Indonesia (BEI), sementara
perusahaan yang terkena dampak positif akanmengalami kenaikan harga
sahamnya. Selanjutnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga akan
terkena dampak negatif atau positif tergantung pada kelompok yang
dominan dampaknya.
USD
IHSG
DOW JONES
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
32
b. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh antara tingkat Fluktuasi kurs Valuta asing terhadap harga
Indeks Harga Saham Gabungan di BEI kurun waktu 2010-2012
Misalnya, perusahaan yang berorientasi impor, depresiasi kurs
rupiah terhadap dolar Amerika yang tajam akan berdampak negatif
terhadap harga saham perusahaan. Sementara itu, perusahaan yang
berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari depresiasi kurs
rupiah terhadap dolar Amerika.
Ini
berarti harga saham
yang terkena dampak negatif akan
mengalami penurunan di Bursa Efek
Indonesia (BEI), sementara
perusahaan yang terkena dampak positif akanmengalami kenaikan
harga sahamnya. Selanjutnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
juga akan terkena dampak negatif atau positif tergantung pada kelompok
yang dominan dampaknya.
2. Pengaruh antara antara tingkat Indeks Harga Saham Luar Negeri terhadap
harga Indeks Harga Saham Gabungan di BEI kurun waktu 2010-2012
Perubahan
satu variabel makro ekonomi memiliki dampak yang
berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu saham dapat terkena dampak
positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif.
Jadi perubahan saham asing cenderung bisa mempengaruhi harga
Indeks Harga Saham Gabungan di dalam negeri.
33
Download