2. Prosiding Ari Yunianto - MMT – ITS

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN
PENYELESAIAN PROYEK BERSKALA KECIL DI PT HBL
Ari Yunianto 1) dan Imam Baihaqi 2)
Program Studi Magister Manajemen Teknologi – Manajemen Proyek
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia
e-mail: [email protected]
2) Jurusan Manajemen Bisnis
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia
e-mail: [email protected]
1)
ABSTRAK
Dari hasil pemeriksaaan yang dilakukan oleh Kantor Pusat PT HBL pada tahun 2014 untuk
proyek-proyek berskala kecil (<US$75 MM), ditemukan bahwa 87% proyek mengalami
keterlambatan dalam penyelesaian proyek bila dibandingkan dengan jadwal penyelesaian
proyek yang telah disetujui. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
penyebab keterlambatan dan mengetahui cara untuk menguranginya. Penelitian ini dimulai
dengan survei pendahuluan melalui focus group discussion 1 yang dilakukan untuk
memvalidasi faktor-faktor penyebab keterlambatan dari penelitian terdahulu. Hasil yang
didapat adalah kuesioner utama yang dilakukan untuk menganalisa tingkat kepentingan dan
tingkat kejadian suatu faktor keterlambatan. Data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan
menggunakan Relative Importance Index (RII) untuk menentukan faktor-faktor penyebab
keterlambatan yang paling mendominasi. Selanjutnya dilakukan focus group discussion 2
dengan metode analisa Root Cause Analysis 5 Whys untuk mendapatkan akar permasalahan
dan cara penanganan yang dapat dilakukan. Dari hasil analisa didapatkan 6 faktor dominan
penyebab keterlambatan yaitu lambatnya pengadaan/pembelian material konstruksi karena
kurangnya kemampuan vendors untuk memenuhi standard engineering perusahaan,
keterlambatan dalam pemberian ijin dan persetujuan dari pemerintah karena kurangnya
komunikasi tentang status persetujuan, tidak realistisnya durasi jadwal asli pelaksanaan
proyek karena tidak dilakukannya analisa jadwal proyek, buruknya manajemen dan
pengawasan lapangan karena kurangnya jumlah pengawas, perubahan desain oleh pemilik
proyek selama konstruksi karena kurangnya kualitas gambar yang dipakai dan keterlambatan
dalam pembuatan dokumen desain karena banyaknya proyek yang dilakukan saat bersamaan.
Kata Kunci: Keterlambatan proyek, Manajemen proyek, Relative Importance Index, Root
Cause Analysis.
PENDAHULUAN
PT HBL adalah salah satu perusahaan penghasil minyak dan gas bumi terbesar di
Indonesia yang secara berkesinambungan menjalankan proyek-proyek berskala kecil dengan
tujuan untuk meningkatkan keamanan, kehandalan dan efisiensi dari fasilitas permukaan dan
mempertahankan serta meningkatkan produksi minyak dan gas bumi. Salah satu fokus PT.
HBL dalam menjalankan proyek-proyek tersebut adalah dengan melibatkan semua tim terkait
baik dari tim operasi, tim pemeliharaan, tim rekayasa fasilitas (facilities engineering), tim
ISBN: 978-602-70604-4-9
B-2-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
keselamatan (health, environment dan safety), tim pembelian (procurement) dan tim
penghubung dengan pemerintah (government relations) melalui proses manajemen proyek
untuk menghasilkan perencanaan dan penjadwalan dengan target penyelesaian yang telah
ditentukan di awal dengan harapan proyek-proyek tersebut bisa diselesaikan sesuai jadwal.
Dari hasil pemeriksaaan yang dilakukan oleh Kantor Pusat PT HBL pada tahun 2014
untuk proyek proyek kapital berskala kecil (<US$75 MM), ditemukan bahwa PT HBL
menghadapi permasalahan dalam jadwal penyelesaian proyek proyek tersebut. 87% proyek
mengalami keterlambatan dalam penyelesaian proyek bila dibandingkan dengan jadwal
penyelesaian proyek yang telah disetujui. Hal ini dikarenakan tidak adanya identifikasi
terhadap faktor-faktor penyebab keterlambatan, sehingga tidak ada upaya dan strategi
terencana untuk meminimalisasinya. Keterlambatan proyek yang seringkali terjadi tersebut
akan menyebabkan kerugian bagi pihak pemilik proyek dan kontraktor karena tuntunan waktu
dan biaya, serta penyimpangan kualitas penyelesaian. Selain itu hal ini juga akan
menyebabkan turunnya kredibilitas PT HBL dimata para pemangku kepentingan
(stakeholder) baik itu internal ataupun eksternal.
Keterlambatan adalah salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh industri yang
bergerak dibidang konstruksi karena keterlambatan ini akan menyebabkan dampak yang
signifikan terhadap finansial dan sosial proyek-proyek konstruksi (Shebob, Dawood and
Shah, 2012) . Keterlambatan merupakan suatu fenomena global yang sering terjadi pada
konstruksi industri, di Saudi Arabia dari survei yang dilakukan 70% dari proyek-proyek
konstruksi mengalami keterlambatan dan rata-rata keterlambatan adalah 10% sampai 30%
dari jadwal semula (Assaf dan Al-Hejji, 2005). Keterlambatan suatu proyek bisa disebabkan
oleh beberapa faktor penyebab yang berbeda dari suatu proyek dengan proyek lainnya.
Keterlambatan proyek hanya dapat diminimalisasi ketika penyebab-penyebabnya dapat
diidentifikasi (Culfik, Sarikaya and Altun, 2014).
Penelitian ini akan melihat faktor faktor apa saja yang mempengaruhi keterlambatan
penyelesaian proyek melalui tinjauan pada proyek proyek yang dilakukan di PT HBL Daerah
Operasi Kalimantan dari tahun 2012 sampai 2014. Selain itu untuk perancangan kuesioner
akan diilakukan studi literatur dan survei pendahuluan. Pengumpulan data akan dilakukan
dengan melakukan penyebaran kuesioner dengan respondennya adalah perekayasa proyek
(project engineer) di PT HBL. Analisa data yang digunakan adalah dengan perhitungan
Relative Importance Index (RII). Dari hasil analisa di atas akan ditentukan faktor-faktor
penyebab keterlambatan proyek mulai dari yang tertinggi hingga yang terendah. Selanjutnya
penelitian ini akan melakukan analisa lebih lanjut melalui metode analisa akar permasalahan
(root cause analysis) untuk mendapatkan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk bisa
mengurangi terjadinya penyebab keterlambatan proyek di PT HBL.
METODE
Pada tahapan awal dari penelitian sebelum dilakukan penyebaran kuesioner akhir,
dilakukan survei pendahuluan untuk melihat keterkaitan antara indikator yang ditemukan
pada penelitian terdahulu terhadap proyek-proyek berskala kecil di PT HBL. Tujuan survei
pendahuluan ini adalah untuk menentukan variabel-variabel penelitian yaitu berupa kategori
dan faktor penyebab keterlambatan yang disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik
proyek-proyek berskala kecil di lingkungan industri minyak dan gas daerah operasi
Kalimantan. Survei pendahuluan ini dilakukan melalui focus goup discussion dengan
membahas kuesioner yang berisi 58 faktor penyebab keterlambatan. Dalam diskusi ini akan
divalidasi variabel faktor-faktor penyebab keterlambatan di atas untuk disesuaikan dengan
kondisi yang ada di PT HBL. Focus group discussion ini terdiri dari responden yang
ISBN: 978-602-70604-4-9
B-2-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
merupakan sampel sebuah populasi pegawai PT. HBL yang menangani bidang proyek-proyek
berskala kecil di daerah operasi Kalimantan, dengan kriteria berpengalaman minimal 7 (tujuh)
tahun di bidang proyek pengembangan fasilitas permukaan. Hasil dari survey pendahuluan ini
adalah kuesioner utama yang akan disebarkan kepada para responden.
Setelah didapatkan faktor-faktor penyebab keterlambatan yang merupakan hasil
seleksi dan evaluasi para responden, maka langkah selanjutnya adalah pemberian nilai tingkat
kepentingan terhadap faktor-faktor keterlambatan dan pemberian nilai terhadap tingkat
kejadian faktor keterlambatan tersebut melalui sistem kuesioner yang didistribusikan kepada
responden yang merupakan pegawai PT. HBL yang menangani bidang proyek di daerah
operasi minyak dan gas bumi Kalimantan, dengan kriteria berpengalaman minimal dua (2)
tahun di bidang proyek-proyek pengembangan fasilitas permukaan berskala kecil. Skor
penilaian faktor-faktor penyebab keterlambatan dari tingkat kepentingan dan tingkat
kejadiannya menggunakan Skala Likert.
Untuk penelitian ini agar hasilnya lebih sesuai dengan kondisi yang ada di PT HBL,
faktor-faktor dominan penyebab keterlambatan akan dilihat dari skor hasil penentuan tingkat
kepentingan dan tingkat kejadian faktor-faktor penyebab keterlambatan yang diberikan oleh
responden. Hasil kuesioner digunakan untuk mengukur nilai Relative Importance Index dari
masing-masing faktor penyebab keterlambatan. Perhitungan yang akan dilakukan untuk
penelitian ini adalah dengan menggunakan RII-adjusted yang dapat dilihat pada Persamaan 1.
RII=(∑W+ ∑k)/((A+B)× N)
(1)
Dimana:
RII
= Relative Importance Index
W
= skor nilai Pentingnya suatu faktor keterlambatan
k
= skor nilai kemungkinan terjadinya suatu faktor keterlambatan
A
= skala nilai tertinggi untuk pentingnya suatu faktor keterlambatan
B
= skala nilai tertinggi untuk kemungkinan suatu faktor keterlambatan
N
= jumlah responden
Rentang nilai RII yang dihasilkan adalah antara 0 dan 1. Analisa RII bertujuan untuk
mengetahui berbagai faktor-faktor penyebab keterlambatan proyek di PT HBL. Adapun hasil
dari perhitungan analisa ini menunjukkan peringkat dari keseluruhan variabel dan selanjutnya
ditentukan seberapa dominan atau pentingnya pengaruh dari setiap variabel tersebut. Hasil
perhitungan akan divalidasi dengan menggunakan focus group discussion untuk menentukan
faktor-faktor dominan penyebab keterlambatan yang akan ditindak lanjuti ketahap analisa
akar masalah (Root Cause Analysis). Dalam penelitian ini metode RCA 5 Whys akan
digunakan untuk mengetahui akar permasalahan dari faktor-faktor penyebab keterlambatan
yang dominan di PT HBL. Metode RCA 5 Whys ini dilakukan melalui focus group discussion
yang terdiri dari responden yang merupakan sampel populasi pegawai PT. HBL yang
menangani bidang proyek-proyek berskala kecil di daerah operasi Kalimantan, dengan kriteria
berpengalaman minimal 7 (tujuh) tahun di bidang proyek pengembangan fasilitas permukaan.
Dari akar masalah yang ada penelitian ini akan merekomendasikan cara penanganan atau
langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah akar masalah ini muncul kembali.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Survei pendahuluan dilakukan untuk melihat keterkaitan antara faktor-faktor
penyebab keterlambatan yang ditemukan pada penelitian/studi terdahulu dengan proyekISBN: 978-602-70604-4-9
B-2-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
proyek berskala kecil yang dilakukan di PT HBL. Survei pendahuluan ini dilakukan melalui
focus group discussion 1 yang terdiri dari responden yang menangani bidang proyek-proyek
berskala kecil di daerah operasi Kalimantan dengan kriteria berpengalaman minimal 7 (tujuh)
tahun di bidang proyek pengembangan fasilitas permukaan. Dari enam (6) kategori penyebab
keterlambatan dengan lima puluh delapan (58) faktor yang didapatkan dari studi terdahulu
setelah melalui focus group discussion (FGD) 1 didapatkan sebanyak tiga puluh satu (31)
faktor-faktor penyebab keterlambatan.
Setelah didapatkan faktor-faktor penyebab keterlambatan yang merupakan hasil
seleksi dan evaluasi para responden pada survei pendahuluan maka tahap selanjutnya dalam
proses pengumpulan data adalah survei utama. Dalam tahap ini dilakukan penyebaran
kuesioner kepada responden yang merupakan pegawai PT. HBL yang menangani bidang
proyek di daerah operasi minyak dan gas bumi Kalimantan, dengan kriteria berpengalaman
minimal dua (2) tahun di bidang proyek-proyek pengembangan fasilitas permukaan berskala
kecil. Dari kuesioner yang disebarkan berjumlah 46 kuesioner, kuesioner yang dikembalikan
kepada peneliti berjumlah 41 kuesioner. Adapun profil responden dikelompokkan
berdasarkan pengalaman kerja dan jabatan dalam pekerjaan/proyek dapat dilihat pada Tabel 1.
No
1
2
Tabel 1. Pengelompokan Responden
Pengelompokan Responden
Pengalaman Kerja
< 5 Tahun
> 5 Tahun
8 Orang (20%)
33 Orang (80%)
Jabatan dalam Proyek
Project
Project
Construction
Support
Manager
Engineer
Engineer
Engineer
6 Orang (14%) 27 Orang (66%)
4 Orang (10%)
4 Orang (10%)
Hasil kuesioner dari survei utama digunakan untuk mengukur nilai Relative
Importance Index dari masing-masing faktor penyebab keterlambatan. Perhitungan yang
dilakukan untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan RII-adjusted untuk menunjukkan
peringkat dari keseluruhan variabel dan selanjutnya ditentukan seberapa dominan atau
pentingnya pengaruh dari setiap variabel tersebut. Adapun hasil uji RII dengan 41 responden
dan 31 variabel dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji RII (Relative Importance Index)
ISBN: 978-602-70604-4-9
B-2-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
Setelah dilakukan analisa data dengan uji RII didapatkan 6 faktor dominan penyebab
keterlambatan pelaksanaan proyek berskala kecil di PT HBL yaitu: 1) Lambatnya
pengadaan/pembelian material konstruksi, 2) Keterlambatan dalam pemberian ijin dan
persetujuan dari pemerintah, 3) Tidak realistisnya durasi jadwal asli pelaksanaan proyek, 4)
Buruknya manajemen dan pengawasan Lapangan 5) Perubahan desain oleh pemilik proyek
selama konstruksi dan 6) Keterlambatan dalam pembuatan dokumen desain.
Langkah selanjutnya untuk menjawab tujuan penelitian ketiga yaitu didapatkannya
langkah-langkah untuk mengurangi penyebab keterlambatan penyelesaian proyek di PT HBL
adalah survei akhir melalui focus group discussion 2 yang terdiri dari responden yang
merupakan sampel populasi pegawai PT. HBL yang menangani bidang proyek-proyek
berskala kecil di daerah operasi Kalimantan, dengan kriteria berpengalaman minimal 7 (tujuh)
tahun di bidang proyek pengembangan fasilitas permukaan. Dalam penelitian ini, focus group
discussion 2 akan menggunakan metode Root Cause Analysis (RCA) 5 Whys untuk
mengetahui akar permasalahan dari faktor-faktor penyebab keterlambatan yang dominan di
PT HBL. Berikut hasil pembahasan dari focus group discussion 2:
1. Lambatnya pengadaan/pembelian material konstruksi
Akar permasalahannya adalah karena PT HBL menggunakan Standar Engineering
Perusahaan yaitu CES (Chevron engineering Standard) yang mempunyai spesifikasi dan
persyaratan yang lebih tinggi dan ketat dari standar engineering yang ada di Indonesia.
Hal ini menyebabkan banyak peserta pengadaan/supplier mendapatkan kesulitan untuk
proses pengadaannya karena kebanyakan barang-barang ini diproduksi di luar negeri.
ISBN: 978-602-70604-4-9
B-2-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
2.
3.
4.
Ataupun kalau ada perusahan dalam negeri yang bisa memproduksi jumlahnya terbatas.
Akibatnya untuk pengadaan suatu barang prosesnya menjadi lama karena peserta tidak
memenuhi kuorum dan proses pengadaannya harus dilakukan berulang kali. Untuk
mengatasi hal di atas ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh seorang perekayasa
proyek atau project engineer sebagai berikut: (a) Setelah proses desain dan daftar
material yang dibutuhkan untuk suatu proyek sudah selesai dibuat, perekayasa proyek
harus melakukan identifikasi/pengenalan terhadap material yang tidak di produksi dalam
negeri dan membuat justifikasi agar pengadaan dilakukan melalui proses seleksi
langsung/Direct Selection atau penunjukan langsung/Direct Appointment atau melalui
proses pemesanan dimuka/Blanket Purchase Order agar proses pengadaan tender yang
berulang yang menyebabkan keterlambatan material bisa diatasi. (b) Selain itu yang bisa
dilakukan oleh perekayasa proyek adalah untuk melakukan analisa dan tinjauan
engineering mengenai spesifikasi yang fit-for-purpose untuk suatu proyek. Setelah
analisa selesai perlu dibuat proses waiver/surat pernyataan untuk mendapatkan
persetujuan apabila spesifikasi yang diusulkan tidak sesuai dengan standar engineering
perusahaan.
Keterlambatan dalam pemberian ijin dan persetujuan dari pemerintah
Akar permasalahannya adalah karena kurangnya komunikasi yang dilakukan oleh PT
HBL bagian Operation Support terkait dengan status persetujuan proyek di SKKMigas.
Hal ini menyebabkan status persetujuan proyek tidak diketahui dan tidak bisa dibuat
internal tracking system yang akan membantu perekayasa proyek untuk melakukan atau
memberikan penjelasan mengenai suatu masalah yang menyebabkan suatu dinas di
SKKMigas tidak memberikan persetujuan. Untuk mengatasinya ada beberapa hal yang
bisa dilakukan oleh PT HBL sebagai berikut (a) Meningkatkan komunikasi yang
dilakukan oleh PT HBL bidang Operation Support dengan bagian SKKMigas terkait
dengan status persetujuan proyek (b) Membuat internal tracking system untuk memonitor
status dari persetujuan oleh SKKMigas. (c) Melakukan pertemuan secara berkala untuk
membahas status dari persetujuan dan melakukan klarifikasi segera apabila ada data yang
dibutuhkan oleh SKKMigas.
Tidak realistisnya durasi jadwal asli pelaksanaan proyek
Akar permasalahannya adalah karena tidak semua proyek melakukan risk assessment/
pengkajian resiko terhadap jadwal pelaksanaan dan pembiayaan proyek. Hal ini
disebabkan karena kurangnya jumlah perekayasa proyek atau project Engineer yang
mampu melakukan Cost and Schedule Risk Assessment (CSRA) dan Estimate and
Schedule Assurance Review (ESAR). Dari perekayasa proyek/project engineer di PT
HBL yang berjumlah 12 orang hanya ada 1 orang yang mampu melakukan CSRA dan
ESAR. Hal ini disebabkan karena kurangnya pelatihan untuk CSRA dan ESAR. Pelatihan
ini dibutuhkan oleh perekayasa proyek agar mampu untuk membuat biaya dan jadwal
pelaksanaan proyek yang lebih realistik. Untuk mengatasi hal di atas ada beberapa hal
yang bisa dilakukan oleh sebagai berikut: (a) PT HBL harus membuat rencana pelatihan
CSRA dan ESAR untuk risk assessment/kajian resiko terhadap pembiayaan dan jadwal
proyek. Semua perekayasa proyek diwajibkan untuk mengikuti pelatihan ini. (b)
Melakukan kajian terhadap kebutuhan dari risk assessment pada masing – masing
kategori proyek.
Buruknya manajemen dan pengawasan Lapangan
Akar permasalahannya adalah strategi perusahaan untuk optimisasi resource yang tidak
disertai dengan prioritisasi proyek-proyek yang ada. Hal ini mengakibatkan jumlah
proyek yang membutuhkan manajemen dan pengawasan lapangan lebih banyak dari
jumlah pengawas lapangan yang ada sehingga ada beberapa proyek yang tidak
ISBN: 978-602-70604-4-9
B-2-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
5.
6.
mendapatkan waktu pengawasan yang memadai yang mengakibatkan terjadinya
keterlambatan jadwal pelaksanaan proyek. Untuk mengatasi hal di atas ada beberapa hal
yang bisa dilakukan oleh sebagai berikut: (a) PT HBL harus melakukan prioritisasi
proyek-proyek yang akan dilakukan yang disesuaikan dengan jumlah pengawas lapangan.
Untuk bisa melakukan ini PT. HBL harus membuat kriteria untuk prioritisasi seperti
terkait dengan keselamatan, ketaatan pada peraturan/compliance harus lebih tinggi
prioritasinya dibandingkan dengan proyek yang menambah produksi atau meningkatkan
kehandalan fasilitas (generating revenue project). Untuk proyek-proyek yang termasuk
generating revenue harus dilihat dari sisi keekonomian untuk menentukan prioritasnya.
(b) Setelah prioritisasi selesai, melakukan kajian akan kebutuhan pengawas lapangan dan
jadwal eksekusi pekerjaan, perekayasa proyek/project engineer harus menyiapkan
justifikasi jika diperlukan penambahan resource untuk membantu tugas pengawas
lapangan agar lebih efektif.
Perubahan desain oleh pemilik proyek selama konstruksi
Akar permasalahannya adalah belum terlaksananya program PT HBL untuk
memperbaharui/mengupdate gambar di lapangan yang terkait dengan inisiatif process
safety information. Karena kurangnya proses verifikasi dan pembaharuan terhadap
dokumen lapangan/as built mengakibatkan banyak gambar yang tersimpan didalam data
base yang tidak sesuai dengan kondisi lapangan yang sebenarnya. Hal ini menyebabkan
desain proyek yang berdasarkan gambar yang ada di database menjadi tidak sesuai pada
saat tahap konstruksi yang mengakibatkan gambar desain harus diubah yang pada
akhirnya menyebabkan jadwal pelaksanaan suatu proyek menjadi terlambat. Untuk
mengatasi hal di atas ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh sebagai berikut: (a) PT
HBL harus melakukan kajian terhadap kebutuhan pelaksanaan program
pembaharuan/update Process Safety Information termasuk lingkup prioritasnya. (b)
Meningkatkan kualitas dari hasil verifikasi dokumen kunjungan lapangan/site visit
terhadap gambar lapangan/as-built yang ada. (c) Apabila diperlukan suatu proyek harus
melakukan verifikasi terhadap gambar lapangan yang terkait dengan proyek tersebut.
Keterlambatan dalam pembuatan dokumen desain
Akar permasalahannya adalah karena terlalu banyaknya EWR yang disebut kritikal yang
harus dikerjakan oleh seorang design engineer. Hal ini disebabkan karena belum adanya
standarisasi proses prioritisasi untuk pematangan peluang/maturasi dan proyek. Hal ini
mengakibatkan semua perintah kerja ke tim perekayasa desain/design engineering
dianggap kritikal dan harus diselesaikan pada saat yang bersamaan yang pada akhirnya
berakibat kepada terlambatnya jadwal pelaksanaan proyek karena desain dari suatu
proyek tidak kunjung selesai. Untuk mengatasi hal di atas ada beberapa hal yang bisa
dilakukan oleh sebagai berikut:
(a) Membuat standar proses prioritisasi termasuk matriks untuk melakukan assessment
dari suatu peluang/opportunity dan proyek perusahaan. (b) Menggunakan prioritasi yang
dibuat di atas untuk melakukan penyaringan/screening terhadap perintah kerja yang
masuk ke tim perekayasa desain. (c) Melakukan kajian kebutuhan tenaga kerja/resource
dan mengoptimalkan kontrak engineering yang ada serta strategi dalam utilisasinya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisa data dan hasil pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini
didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
• Didapatkan 6 faktor dominan penyebab keterlambatan pelaksanaan proyek berskala kecil
di PT HBL yaitu: 1) Lambatnya pengadaan/pembelian material konstruksi,
ISBN: 978-602-70604-4-9
B-2-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
•
2) Keterlambatan dalam pemberian ijin dan persetujuan dari pemerintah, 3) Tidak
realistisnya durasi jadwal asli pelaksanaan proyek, 4) Buruknya manajemen dan
pengawasan Lapangan 5) Perubahan desain oleh pemilik proyek selama konstruksi dan
6) Keterlambatan dalam pembuatan dokumen desain.
Dari hasil diskusi melalui focus group discussion didapatkan akar permasalahanya adalah
kemampuan vendor/bidder untuk menyediakan material sesuai dengan spesifikasi dari
PT HBL yang menggunakan Standar Engineering Perusahan yaitu CES (Chevron
engineering Standard), kurangnya komunikasi yang dilakukan oleh PT HBL bagian
Operation Support terkait dengan status persetujuan proyek di SKK Migas, kekurangan
tenaga ahli yang bisa melakukan Cost and Schedule Risk Assessment (CSRA) dan
Estimate and Schedule Assurance Review (ESAR), resource competition untuk bisa
melakukan semua proyek-proyek yang ada yang menyebabkan seorang pengawas
lapangan harus mengawasi eksekusi pekerjaan beberapa proyek yang berlangsung secara
bersamaan dengan tipe proyek dan lokasi yang berbeda, kualitas gambar yang dipakai
untuk membuat desain tidak sesuai dengan kondisi yang ada dilapangan yang
menyebabkan desain tersebut dan banyaknya proyek yang harus dilakukan oleh seorang
design engineer secara bersamaan.
Adapun Saran yang dapat diberikan untuk penelitian lebih lanjut dapat diuraikan sebagai
berikut:
• Penelitian berikutnya dapat dilakukan dengan wilayah penelitian pada proyek-proyek
fasilitas minyak dan gas di wilayah onshore daerah operasi Sumatera atau yang berskala
besar.
• Penelitian dapat dikembangkan dengan area penelitian pada perusahaan minyak dan gas
milik swasta nasional maupun multinasional lainnya ataupun pada perusahaan minyak dan
gas milik negara.
DAFTAR PUSTAKA
A Guide to the Project Management Body of Knowledge (PMBOK Guide) Fifth Edition.
(2013). Pennsylvania: PMI Inc.
Assaf S.A., Al-Hejji S. (2006). Causes of Delay in large construction projects. International
Journal of Project Management 24, 349-357.
Culfik M.S., SArikaya O., Altun H. (2014). Causes of Delays in Construction Projects in
Turkey. 11th International Congress on Advances in Civil Engineering 21-25 October
2014, Istanbul Technical University, Istanbul, Turkey.
Hamzah N., Khoiry M.A., Arshad I., Tawil N.M., Che Ani A.I. (2011). Cause of Construction
Delay-Theoritical Framework. Procedia Engineering 20, 490-495.
Kikwasi G.J. (2012). Causes and Effects of delays and disruptions in construction projects in
Tanzania. Australasian Journal of Construction Economics and Building, Conference
Series 1, 52-59.
Mansfield N.R, Ugwu O.O., Doran T. (1994). Causes of Delay and Cost Overruns in Nigerian
Construction Projects. International Journal of Project Management 12, 254-260.
Owolabi J.D. , Lekan A., Tunji-Olayeni O.O., OwolabiDele P.J. (2014). Causes and Effect of
Delay on Project Construction Delivery Time. International Journal of Education and
Research Vol. 2, 197-207.
ISBN: 978-602-70604-4-9
B-2-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
Sambasivan M., Soon Y.W. (2007). Cause and Effects of delays in Malaysian Construction
industry. International Journal of Project Management 25, 517-526.
Shebob A., Dawood N., Shah R.K. (2012). Development of a methodology for analysing and
quantifying the impact of delay factors affecting construction projects. KICEM
Journal of Construction Engineering and Project Management Vol.2, No 3/Sep 2012,
17-29.
ISBN: 978-602-70604-4-9
B-2-9
Download