4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Port paralel Komputer PC, Note book atau Laptop sudah berada sebagian besar di semua rumah, gedung atau perkantoran. Kebanyakan komputer lebih sering digunakan untuk keperluan ketik mengetik, film, musik dan permainan. Padahal komputer juga bisa digunakan untuk keperluan pengontrolan peralatan elektronik rumah tangga seperti lampu, kipas angin, airconditioner dan lain-lain dengan memanfaatkan port paralel (Port printer) pada komputer tersebut. Dalam dunia komputer, port adalah satu set instruksi atau perintah sinyal dimana mikroprosesor atau CPU (Cental prosessing Unit) menggunakannya untuk memindahkan data dari atau kepiranti lain. Penggunaan umum port adalah untuk berkomunikasi dengan printer, modem, keyboard dan display. Kebanyakan portport komputer adalah berupa kode digital, dimana tiap-tiap sinyal atau bit adalah berupa kode biner 1 atau 0. 2.1.1 Penjelasan Umum Port Paralel Port paralel banyak digunakan dalam berbagai macam aplikasi antar muka. Potr ini membolehkan kita memiliki masukan hingga 8 bit atau keluaran hingga 12 bit pada saat yang bersamaan, dengan hanya membutuhkan rangkaian eksternal sederhana untuk melakukan suatu tugas tertentu. Port paralel ini terdiri dari 4 jalur kontrol, 5 jalur status dan 8 jalur data. Biasanya dapat di jumpai sebagai port pencetak (printer), dalam bentuk konektor DB-25 betina (female). Port paralel yang baru, distandarisasi dengan IEEE. 128 yang dikeluarkan pada tahun 1984. Standar ini mendefinisikan 5 macam mode operasi berikut: 1. Mode Kompatibilitas 2. Mode Nibel 5 3. Mode Byte 4. Mode EEP (Enhanced Parallel port) 5. Mode ECP (Enhanced Capabilities Port) Tujuan standarisasi ini untuk membantu merancang penggerak (driver) dan piranti yang baru yang kompatibel antara satu dengan yang lainnya serta kompatibel mundur (back ward) dengan SPP (Standard Printer Port). Mode kompatibilitas, Nibel dan Byte menggunakan perangkat keras standar yang tersedia pada kartu port paralel asli sedangkan mode ECP dan mode EEP membutuhkan perangkat keras tambahan yang mampu bekerja secara cepat, namun masih kompatibel dengan SPP. Sebagaimana diketahui, mode kompatibilitas atau mode centronic hanya mampu mengirim data searah saja pada kecepatan normal 50 Kbyte perdetik namun dapat lebih dipercepat hingga 150 Kbyte perdetik, maka harus diubah menjadi mode Nibel atau Byte.. Mode Nibel mampu memasukkan data nibel (4 bit). Sedangkan mode Byte menggunakan sifat dua arah dari port parallel untuk memasukkan data byte (8 bit). 2.1.2 Diagram Pin Port Paralel Gambar 2.1 Susunan pin DB-25 Ada dua macam konektor port paralel, yaitu 36 pin dan 25 pin. Konektor 36 pin dikenal dengan nama Centronics dan konektor 25 pin dikenal dengan DB-25. Centronics lebih dahulu ada dan digunakan dari pada konektor DB-25. DB-25 diperkenalkan oleh IBM (bersamaan dengan DB-9, untuk 6 serial port), yang bertujuan untuk menghemat tempat. Karena DB-25 lebih praktis, maka untuk koneksitor paralel port pada computer sekarang hanya di gunakan DB-25. Dari 25 pin konektor DB-25 tersebut, hanya 17 pin yang digunakan untuk saluran pembawa informasi dan yang berfungsi sebagai ground 8 pin. Ketujuh belas saluran informasi itu terdiri dari tiga bagian, yakni data 8 bit, status 5 bit, dan control 4 bit. Bit control dan status berfungsi sebagai” jabat tangan “ dalam proses penulisan data ke port pararel. Adapun fungsi dari masing-masing port parallel DB-25 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1 Daftar pin DB-25 DB 25 In/Out Nama Sinyal Register Bit 1 Out nStrobe C0- 2 Out Data 0 D0 3 Out Data 1 D1 4 Out Data 2 D2 5 Out Data 3 D3 6 Out Data 4 D4 7 Out Data 5 D5 8 Out Data 6 D6 9 Out Data 7 D7 10 In nACK S6+ 11 In Busy S7- 12 In Paper End S5+ 13 Out Select S4+ 14 In nAutoFeed C1- 15 In nError S3+ 16 Laut nInit C2+ 17 Laut nSelectIn C3- 18-25 ←→ Ground 7 2.1.3 Alamat-alamat Port Paralel Port paralel umumnya memiliki tiga alamat dasar yang bisa digunakan, alamat dasar 3BCH pertama kali diperkenalkan sebagai alamat port paralel pada kartu-kartu video lama. Alamat ini kemudian sempat menghilang, pada saat port paralel di cabut dari kartu-kartu video. Sekarang muncul kembali sebagai pilihan untuk port paralel yang terpadu dengan motherboard, yang konfigurasinya dapat diubah melalui BIOS. Tabel 2.2 Alamat port paralel Alamat Penjelasan 3BCH-3BFH Digunakan untuk para parallel port di kartu Video, tidak mendukung alamat ECP. 378H-37FH Alamat untuk LPT1 278-27FH Alamat untuk LPT2 LPT1 biasanya memiliki alamat dasar $378, sedangkan LPT2 adalah $278h. Ini adalah alamat umum yang biasa di jumpai, namun alamat-alamat dasar ini bisa berlainan antara satu computer dengan lainnya. Saat pertama kali komputer dihidupkan, BIOS (Basic Input/Output System) akan menentukan jumlah port yang dimiliki kemudian diberi label LPT1, LPT2, LPT3. Pertama kali BIOS akan memeriksa alamat $3BC, jika ditemukan parallel pada alamat tersebut, maka akan diberi label LPT1, kemudian di cari pada lokasi berikutnya $378, jika ditemukan akan diberi label selanjutnya yang sesuai. Bisa jadi LPT1 jika tidak ditemukan port paralel dialamat tersebut. Alamat port terakhir yang diperiksa adalah $278 dan mengikuti langkah-langkah yang telah dijelaskan tadi. Sehingga memungkinkan kita memiliki LPT2 dengan alamat $378 bukan $278 sebagaimana yang diharapkan. 2.1.4 Register-register dari Port Paralel Semua data, kontrol, dan status dari port paralel berhubungan dengan register-register yang ada didalam komputer. Dengan mengakses langsung 8 register-register tersebut, masukan dan keluaran dari port paralel dapat diatur. Register-register pada port paralel adalah: 1. Register data 2. Register status 3. Register kontrol Pada umumnya di komputer personal alamat dasar LPT1 adalah 0×378 (378 hexadecimal) dan LPT2 adalah 0×278. Alamat dari ketiga register tersebut diatas dapat ditentukan dengan menjumlahkan alamat dasar dari port paralel dengan bilangan desimal tertentu. Misalnya kita ingin mengakses register data dari port paralel LPT1, alamat register datanya sama dengan alamat dasar dari LPT1 yaitu 0×378. Sedangkan alamat register status sama dengan alamat register dasar + 1 atau 0×379 dan alamat register kontrolnya sama dengan alamat register dasar + 2 atau 0x37A. Hal tersebut berlaku juga pada LPT2. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat ditabel dibawah ini: Tabel 2.3 Register Port Register 2.2 LPT1 LPT2 Register data (alamat dasar + 0) 0x378 0x278 Register data (alamat dasar + 0) 0x379 0x279 Register data (alamat dasar + 0) 0x37A 0x27A Komponen-Komponen Pendukung 2.2.1 Relay Relay adalah komponen elektronoka berupa saklar elektronik yang digerakkan oleh arus listrik. Secara prinsip, relai merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada batang besi (solenoid) di dekatnya. Ketika solenoid dialiri arus listrik, tuas akan tertarik karena adanya gaya magnet yang terjadi pada solenoid sehingga kontak saklar akan menutup. Pada saat arus 9 dihentikan, gaya magnet akan hilang, tuas akan kembali ke posisi semula dan kontak saklar kembali terbuka. Relay biasanya digunakan untuk menggerakkan arus/tegangan yang besar (misalnya peralatan listrik 4 ampere AC 220 V) dengan memakai arus tegangan yang kecil (misalnya 0.1 ampere 12 Volt DC). Dalam pemakaiannya biasanya relay yang digerakkan dengan arus DC dilengkapi dengan diode yang di-paralel dengan lilitannya dan dipasang terbalik yaitu anoda pada tegangan (-) dan katoda pada tegangan (+). Ini bertujuan untuk mengantisipasi sentakan listrik yang terjadi pada saat relay berganti posisi dari on ke off agar tidak merusak komponen disekitarnya. Penggunaan relay perlu memperhatikan tegangan pengontrolnya serta kekuatan relay men-switch arus/tegangan. Biasanya ukurannya tertera pada body relay. Misalnya relay 12VDC/4A 220v, artinya tegangan yang diperlukan sebagai pengontrolnya adalah 12 Volt DC dan mampu men-switch arus listrik (maksimal) sebesar 4ampere pada tegangan 220 Volt. Gambar 2.2 Rangkaian Relay Sebaiknya relay difungsikan 80% saja dari kemampuan maksimalnya agar aman, lebih rendah lagi lebih aman. Relay jenis lain ada yang namanya reedswicht atau relay lidi. Relay jenis ini beupa batang kontak terbuat dari besi pada tabung kaca kecil yang dililit dengan kawat. Pada saat lilitan kawat dialiri arus, kontak besi tersebut akan menjadi magnet dan saling menempel sehingga menjadi saklar yang On. Ketika arus pada lilitan di hentikan medan magnet hilang dan kontak kembali Terbuka (Off). 10 Gambar 2.3 Rangkaian penggerak (driver) Relay Gambar 2.4 Bentuk fisik Relay 2.2.2 Transformator Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang digunakan untuk mengubah besaran tegangan arus listrik bolak-balik (AC), seperti menaikkan atau menurunkan tegangan listrik (voltase). Transformator bekerja berdasarkan prinsip fluks listrik dan magnet dimana antara sisi sumber (primer) dan beban (sekunder) tidak terdapat hubungan secara fisik tetapi secara elektromagnetik. Gambar 2.5 Bagian-bagian transformator 11 Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa transformator terdiri dari dua buah kumparan yakni kumparan primer dan sekunder yang bekerja dengan sistem induksi, untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut. Gambar 2.6 Prinsip kerja transformator Pada saat tegangan sebesar V1 (220V AC) diberikan pada kumparan primer, arus AC Ip pun mengalir pada kumparan primer yang menghasilkan medan magnet pada inti ferit. Medan magnet tersebut menginduksi kumparan sekunder sehingga menghasilkan tegangan V2 (24V AC) pada kumparan sekunder yang terhubung dengan beban R (30 Ohm). Hubungan antara tegangan primer dan sekunder dapat dinyatakan oleh persamaan berikut. .....................................................(2.1) Dimana: Vs = Tegangan sekunder Vp = Tegangan primer Ns = Jumlah lilitan sekunder Np = Jumlah lilitan primer 12 Hubungan antara arus primer dan sekunder dapat dinyatakan oleh persamaan berikut: ….....………………………………(2.2) Dimana: Ip = Arus primer Is = Arus sekunder Sedangkan daya dari transformator dapat dihitung menggunakan persamaan berikut: P = Vs x Is (Watt)…….……………………. (2.3) Persamaan-persamaan diatas merupakan persamaan untuk kondisi ideal dimana daya yang diberikan pada kumparan primer akan ter-konversi sempurna pada kumparan sekunder. Pada dunia nyata daya listrik yang terkonversi pada kumparan Sekunder tidaklah 100% sempurna melainkan ada daya yang ter-konversi menjadi panas. Besarnya perbedaan rasio daya primer dan sekunder disebut efisiensi (η). ………………………..………….. (2.4) Dimana: Ps = Daya kumparan sekunder (Watt) Pp = Daya kumparan primer (Watt) 2.2.2.1 Jenis-jenis transformator 13 1. Step-Up DC.Transformator step-up adalah transformator yang memiliki lilitan sekunder lebih banyak daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik tegangan. Transformator ini biasa ditemui pada pembangkit tenaga listrik sebagai penaik tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi yang digunakan dalam transmisi jarak jauh. Gambar 2.7 Simbol transformator step-up 2. Step-Down Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator jenis ini sangat mudah ditemui, terutama dalam adaptor AC-DC. Gambar 2.8 Simbol transformator step-down 3. Autotransformator Transformator jenis ini hanya terdiri dari satu lilitan yang berlanjut secara listrik, dengan sadapan tengah. Dalam transformator ini, sebagian lilitan primer juga merupakan lilitan sekunder. Fasa arus dalam lilitan sekunder selalu berlawanan dengan arus primer, sehingga untuk tarif daya 14 yang sama lilitan sekunder bisa dibuat dengan kawat yang lebih tipis dibandingkan transformator biasa. Keuntungan dari autotransformator adalah ukuran fisiknya yang kecil dan kerugian yang lebih rendah daripada jenis dua lilitan. Tetapi transformator jenis ini tidak dapat memberikan isolasi secara listrik antara lilitan primer dengan lilitan sekunder. Gambar 2.9 Simbol autotransformator Selain itu, autotransformator tidak dapat digunakan sebagai penaik tegangan lebih dari beberapa kali lipat (biasanya tidak lebih dari 1,5 kali). 4. Autotransformator variabel Autotransformator variabel sebenarnya adalah autotransformator biasa yang sadapan tengahnya bisa diubah-ubah, memberikan perbandingan lilitan primer-sekunder yang berubah-ubah Gambar 2.10 Simbol autotransformator variable 2.2.2.2 Efisiensi Transformator Efisiensi transformator didefinisikan sebagai perbandingan antara daya listrik keluaran dengan daya listrik yang masuk pada transformator. Pada transformator ideal efisiensinya 100 %, tetapi pada kenyataannya efisiensi tranformator selalu kurang dari 100 %.hal ini karena sebagian 15 energi terbuang menjadi panas atau energi bunyi. Efisiensi transformator dapat dihitung dengan: ....…………… (2.5) Gambar 2.11 Bentuk fisik Trafo step-down DC 2.2.3 Transistor Transistor adalah komponen elektronika yang tersusun dari dari bahan semi konduktor yang memiliki 3 kaki yaitu: basis (B), kolektor (C) dan emitor (E). Berdasarkan susunan semikonduktor yang membentuknya, transistor dibedakan menjadi dua tipe, yaitu transistor PNP dan transistor NPN. Untuk membadakan transistor PNP dan NPN dapat dari arah panah pada kaki emitornya. Pada transistor PNP anak panah mengarah ke dalam dan pada transistor NPN arah panahnya mengarah ke luar. (a) (b) Gambar 2.12 (a). Transistor jenis NPN, (b) Transistor jenis PNP Transistor memiliki 2 persambungan, satu diantara Emiter dan Basis, disebut dengan Dioda Emiter, dan lainnya diantara Kolektor dan Basis, disebut dengan Dioda Kolektor. 16 Karena setiap dioda memiliki 2 kemungkinan prategangan, yaitu Prategangan Maju (forward biased) dan Prategangan Mundur (reverse biased). Jika kedua Dioda (Dioda Emiter dan Dioda Kolektor) diberi prategangan maju, maka kedua Dioda tersebut akan menghantarkan arus yang cukup besar. Demikian juga, jika kedua dioda diberi prategangan mundur, maka hanya arus yang sangat kecil, kalau tidak bisa dikatakan tidak terjadi arus, yang melalui kedua dioda. Kedua prategangan ini, tidak menghasilkan karakteristik yang cukup baik. Oleh sebab itu Dioda Emiter diberi prategangan maju dan Dioda Kolektor diberi prategangan mundur (disebut dengan Prategangan Maju- Mundur). Gambar 2.13 Prategangan pada dioda Transistor memiliki 4 (empat) kemungkinan prategangan. Gambar 2.14 menunjukan kurva karakteristik kualitatif dari Transistor. Gambar 2.14 Daerah kerja transistor 17 Kurva tersebut mengindikasikan bahwa terdapat 4 (empat) buah daerah operasi, yaitu: Daerah Saturasi (Saturation Region), Daerah Potong (Cutoff Region), Daerah Aktif (Active Region), dan Daerah Breakdown. Karakteristik dari masing-masing daerah operasi Transistor tersebut dapat diringkas sebagai berikut: Daerah Potong: Dioda Emiter diberi prategangan mundur. Akibatnya, tidak terjadi pergerakan elektron, sehingga arus Basis, IB = 0. Demikian juga, arus Kolektor, IC = 0, atau disebut ICEO (Arus Kolektor ke Emiter dengan harga arus Basis adalah 0). Daerah Saturasi Dioda Emiter diberi prategangan maju. Dioda Kolektor juga diberiprategangan maju. Akibatnya, arus Kolektor, IC, akan mencapai harga maksimum, tanpa bergantung kepada arus Basis, IB, dan βdc. Hal ini, menyebabkan Transistor menjadi komponen yang tidak dapat dikendalikan. Untuk menghindari daerah ini, Dioda Kolektor harus diberiprateganan mundur, dengan tegangan melebihi VCE(sat), yaitu tegangan yang menyebabkan Dioda Kolektor saturasi. Daerah Aktif Dioda Emiter diberi prategangan maju. Dioda Kolektor diberi prategangan mundur. Terjadi sifat-sifat yang diinginkan, sebagaimana penjelasan pada bagian sebelumnya. Transistor menjadi komponen yang dapat dikendalikan. Daerah Breakdown Dioda Kolektor diberiprategangan mundur yang melebihi tegangan Breakdown-nya, BVCEO (tegangan breakdown dimana tegangan Kolektor ke Emiter saat Arus Basis adalah nol). Sehingga arus Kolektor, IC, melebihi spesifikasi yang dibolehkan. Transistor dapat mengalami kerusakan. 18 Gambar 2.15 Jenis-jenis transistor 2.2.4 Dioda Dioda adalah kristal yang menggabung separuh semikonduktor type-n dan separuh semikonduktor type-p, atau disebut pula pn junction. Sisi p (Anoda) mempunyai banyak hole (pembawa mayoritas) dan sisi n (Katoda) mempunyai banyak elektron (pembawa mayoritas). Ujung badan dioda biasanya diberi bertanda, berupa gelang atau berupa titik, yang menandakan letak katoda. Simbol dioda dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 2.16 Semi konduktor tipe p dan n Dioda juga merupakan piranti non-linier karena grafik arus terhadap tegangan bukan berupa garis lurus, hal ini karena adanya potensial penghalang (Potential Barrier). Ketika tegangan dioda lebih kecil dari tegangan penghambat tersebut maka arus dioda akan kecil, ketika tegangan dioda melebihi potensial penghalang arus dioda akan naik secara cepat. Dioda hanya bisa dialiri arus DC searah saja, pada arah sebaliknya arus DC tidak akan mengalir. Apabila dioda silikon dialiri arus AC maka yang mangalir hanya satu arah saja sehingga arus output dioda berupa arus DC. Gambar 2.17 Simbol dioda 19 Bila anoda diberi potensial positif dan katoda negatif, dikatakan dioda diberi forward bias dan bila sebaliknya, dikatakan dioda diberi reverse bias. Gambar 2.18 Forward biased Jika diberi arah maju (tegangan positif => anoda dan tegangan negatif => katoda) akan menghantarkan arus. Gambar 2.19 Reverse biased jika diberi arah mundur (tegangan positif => katoda dan tegangan negatif => anoda) tidak akan menghantarkan arus. Pada forward bias, perbedaan voltage antara katoda dan anoda disebut threshold voltage atau knee voltage. Besar voltage ini tergantung dari jenis diodanya, bisa 0.2V, 0.6V dan sebagainya. Bila dioda diberi reverse bias (yang beda voltagenya tergantung dari tegangan catu) tegangan tersebut disebut tegangan terbalik. Tegangan terbalik ini tidak boleh melampaui harga tertentu, harga ini disebut breakdown voltage, misalnya dioda type 1N4001 sebasar 50V. 20 Gambar 2.20 Grafik Dioda Lengkap Gambar 2.21 Jenis-jenis dioda 2.2.5 Regulator Tegangan Sebuah rangkaian elektronik tidak dapat bekerja tanpa Power Supply (sumber tegangan). Power Supply tersebut dapat berupa sumber tegangan AC atau sumber tegangan DC. Sumber tegangan untuk sebuah rangkaian elektronika harus stabil dengan daya yang harus disesuaikan kebutuhan. Contoh, sebuah IC TTL (Transitor Transistor Logic) membutuhkan tegaganan DC stabil 5 Volt, IC CMOS membutuhkan tegangan DC stabil 12 Volt, Z80 membutuhkan tegangan DC stabil 5 Volt, dan sebagainya. Salah satu metode agar dapat menghasilkan tegangan output DC stabil adalah dengan menggunakan IC 78XX untuk tegangan positif dan IC 79XX untuk tegangan negatif dalam sistem Regulator Tegangan. Di bawah ini 21 adalah besarnya tegangan output yang dapat dihasilkan IC regulator 78XX dan 79XX dimana XX adalah angka yang menunjukan besar tegangan output stabil. 1. IC 7805 untuk menstabilkan tegangan DC +5 Volt 2. IC 7809 untuk menstabilkan tegangan DC +9 Volt 3. IC 7812 untuk menstabilkan tegangan DC +12 Volt 4. IC 7824 untuk menstabilkan tegangan DC +24 Volt 5. IC 7905 untuk menstabilkan tegangan DC -5 Volt 6. IC 7909 untuk menstabilkan tegangan DC -9 Volt 7. IC 7912 untuk menstabilkan tegangan DC -12 Volt 8. IC 7924 untuk menstabilkan tegangan DC -24 Volt Berikut adalah skema elektronik Regulator Tegangan menggunakan IC78XX dan IC 79XX dimana “XX” adalah tegangan stabil DC output. Gambar 2.22 Dual Voltage Power Suply 22 IC regulator tersebut akan bekerja sebagai regulator tegangan DC yang stabil jika tegangan input di atas atau sama dengan MIV (Minimum Input Voltage), sedangkan arus maksimum beban output yang diperbolehkan harus kurang dari atau sama dengan MC (Maximum Current) sesuai karakteristik masing-masing. 2.2.6 Resistor Resistor merupakan komponen elektronika yang berfungsi untuk membatasi arus listrik dan juga digunakan sebagai pembagi tegangan listrik, atau resistor dapat dikatakan juga sebagai penentu besarnya suatu arus dan tegangan listrik pada suatu rangkaian elektronika. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa resistor berfungsi untuk menahan arus listrik sehingga setiap resistor memiliki nilai tahanan (resistansi) tertentu. Satuan besarnya nilai tahanan suatu resistor adalah Ohm (Ω). Ohm diambil dari seseorang bernama Georg Simon Ohm yang berkebangsaan Jerman, dimana dia adalah fisikawan penemu hubungan antara arus, tegangan dan tahanan pada suatu rangkaian listrik yang kemudian dikenal sebagai hukum Ohm. Gambar 2.23 Simbol Resistor 2.2.6.1 Kode Warna Resistor Nilai tahanan pada suatu resistor ditampilkan pada badan resistor dan berupa kode, pada umumnya kode tersebut terbagi atas dua macam yaitu kode warna dan kode angka. 23 Gambar 2.24 Daftar kode warna resistor Kode warna ini berbentuk seperti cincin yang melingkari badan resistor, untuk lebih mudahnya, penjelasan perhitungan nilai resistansi pada resistor adalah sebagai berikut: Gambar 2.25 Gelang warna resistor Pada cincin 1 (warna hitam) merupakan digit pertama, cincin 2 (warna coklat) merupakan digit kedua, cincin 3 (warna merah) merupakan faktor pengali, dan cincin 4 (warna emas) merupakan toleransi. Setiap warna pada cincin memiliki nilai yang berbeda, untuk mengetahui nilai– nilai setiap warna tersebut perhatikan tabel berikut. 24 Tabel 2.4 Kode warna resistor Dari gelang resistor diatas dapat dihitung nilai tahanannya. Cincin 1 (coklat) = digit pertama / nilai = 1 Cincin 2 (ungu) = digit kedua / nilai = 7 Cincin 3 (merah) = faktor pengali = x 102Ω Cincin 4 (emas) = toleransi = ± 5% Jadi nilai resistor tersebut adalah: = 17 x 100Ω dengan toleransi ± 5% = 1700Ω dengan toleransi ± 5% Nilai toleransi pada resistor merupakan kualitas dari resistor itu sendiri, walaupun resistor memiliki nilai tahanan yang tetap, tetapi pada kenyataannya nilai tahanan ini dapat berubah jika terpengaruh oleh faktor 25 eksternal misalnya adalah suhu (temperatur). Besarnya perubahan terhadap suhu tersebut tergantung dari nilai toleransi yang tertera pada cincin ke empat pada badan resistor. Dari hasil perhitungan nilai tahanan tersebut diatas diperoleh hasil 1700Ω dengan toleransi ± 5%, maka rentang nilai minimum dan maksimum resistor tersebut adalah: 1700Ω x 5% = 85Ω Nilai minimum = 1700Ω - 85Ω = 1615Ω Nilai maksimum = 1700Ω + 85Ω = 1785Ω Jadi rentang nilai tahanan dari resistor tersebut jika terjadi perubahan suhu adalah 1615Ω-1785Ω. Semakin kecil nilai toleransi maka semakin kecil pula rentang-nya perubahan nilai tahanan suatu resistor, atau dengan kata lain semakin kecil nilai toleransi semakin baik pula kualitas resistor tersebut. Untuk kode angka cara pembacaannya hampir sama sama dengan kode warna hanya tampilannya langsung berupa angka. Sebagai contoh: Suatu resistor di badannya terdapat kode angka 471. Maka 4 merupakan digit pertama, 7 merupakan digit kedua, dan 1 merupakan faktor pengali. Sehingga nilai resistor tersebut 47 x 101Ω = 470Ω. 2.2.6.2 Disipasi Panas Pada resistor Jika suatu arus listrik yang melewati resistor meningkat, maka akan dihasilkan panas dan jika arus tersebut terus meningkat hingga melewati batas maksimum maka resistor akan rusak. Untuk mencegah hal tersebut, selain memiliki nilai tahanan dan toleransi, resistor juga memiliki nilai disipasi dalam Watt. Biasanya nilai disipasi pada resistor adalah 1/16W, 1/8W, 1/4W, 1/2W, 1W, 2W, 5W, dan seterusnya. 26 Gambar 2.26 Disipasi pada resistor Nilai disipasi pada resistor berguna agar sebuah resistor dapat bertahan dari panas, pada kondisi arus listrik maksimum yang melewatinya. Semakin besar nilai disipasinya semakin besar ukuran resistor-nya. Untuk menentukan daya yang akan mengalir melalui resistor digunakan rumus berikut ini. …...................…...….…………………. (2.6) ….……..………….…………………… (2.7) ….…………………...………………… (2.8) Dimana: P adalah daya dalam Watt (W) V adalah tegangan dalam Volt (V) I adalah arus listrik dalam Ampere (A) R adalah tahanan resistor dalam Ohm (Ω) 27 2.2.7 Kapasitor Kapasitor (Kondensator) yang dalam rangkaian elektronika dilambangkan dengan huruf “C” adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi/muatan listrik di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Kapasitor ditemukan oleh Michael Faraday (1791-1867). Satuan kapasitor disebut Farad (F). Satu Farad = 9 x 1011 cm2 yang artinya luas permukaan kepingan tersebut. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutub negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutub positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini tersimpan selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Gambar 2.27 Prinsip dasar kapasitor 2.2.7.1 Kapasitansi Kapasitansi didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1 coulomb = 6.25 x 1018 elektron. Kemudian Michael 28 Faraday membuat postulat bahwa sebuah kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat memuat muatan elektron sebanyak 1 coulombs. Dengan rumus dapat ditulis : Q = C V ………………………………………….. (2.9) Q = muatan elektron dalam C (coulombs) C = nilai kapasitansi dalam F (farad) V = besar tegangan dalam V (volt) Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung dengan mengetahui luas area plat metal (A), jarak (t) antara kedua plat metal (tebal dielektrik) dan konstanta (k) bahan dielektrik. Dengan rumus dapat di tulis sebagai berikut : C = (8.85 x 10-12) (k A/t) ………………………….(2.10) Berikut adalah tabel contoh konstanta (k) dari beberapa bahan dielektrik yang disederhanakan. Tabel 2.5 Konstanta dielektrik bahan kapasitor Untuk rangkaian elektronik praktis, satuan farad adalah sangat besar sekali. Umumnya kapasitor yang ada di pasaran memiliki satuan : µ F, nF dan pF. 1 Farad = 1.000.000 µF (mikro Farad) 1 µF = 1.000.000 pF (piko Farad) 1 µF = 1.000 nF (nano Farad) 1 nF = 1.000 pF (piko Farad) 29 1 pF = 1.000 µµF (mikro-mikro Farad) Konversi satuan penting diketahui untuk memudahkan membaca besaran sebuah kapasitor. Misalnya 0.047µF dapat juga dibaca sebagai 47nF, atau contoh lain 0.1nF sama dengan 100pF. Kondensator diidentikkan mempunyai dua kaki dan dua kutub yaitu positif dan negatif serta memiliki cairan elektrolit dan biasanya berbentuk tabung. Gambar 2.28 Simbol kapasitor Sedangkan jenis yang satunya lagi kebanyakan nilai kapasitasnya lebih rendah, tidak mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya, kebanyakan berbentuk bulat pipih berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya seperti tablet atau kancing baju yang sering disebut kapasitor (capacitor) Gambar 2.29 Bentuk dan simbol kapasitor Gambar 2.30 Jenis-jenis kapasitor 30 2.2.7.2 Bentuk dan macam kondensator Berdasarkan kegunaannya kondensator di bagi menjadi : 1) Kondensator tetap (nilai kapasitasnya tetap tidak dapat diubah) 2) Kondensator elektrolit (Electrolit Condenser = Elco) 3) Kondensator variabel (nilai kapasitasnya dapat diubah-ubah) Pada kapasitor yang berukuran besar, nilai kapasitansi umumnya ditulis dengan angka yang jelas. Lengkap dengan nilai tegangan maksimum dan polaritasnya. Misalnya pada kapasitor elco dengan jelas tertulis kapasitansinya sebesar 100µF25v yang artinya kapasitor/ kondensator tersebut memiliki nilai kapasitansi 100 µF dengan tegangan kerja maksimal yang diperbolehkan sebesar 25 volt.. Kapasitor yang ukuran fisiknya kecil biasanya hanya bertuliskan 2 (dua) atau 3 (tiga) angka saja. Jika hanya ada dua angka, satuannya adalah pF (pico farads). Sebagai contoh, kapasitor yang bertuliskan dua angka 47, maka kapasitansi kapasitor tersebut adalah 47 pF. Jika ada 3 digit, angka pertama dan kedua menunjukkan nilai nominal, sedangkan angka ke-3 adalah faktor pengali. Faktor pengali sesuai dengan angka nominalnya, berturut-turut 1 = 10, 2 = 100, 3 = 1.000, 4 = 10.000, 5 = 100.000 dan seterusnya. Untuk kapasitor polyester nilai kapasitansinya bisa diketahui berdasarkan warna seperti pada resistor. Tabel 2.6 Kode warna kapasitor 31 Seperti komponen lainnya, besar kapasitansi nominal ada toleransinya. Pada tabel 2.6 diperlihatkan nilai toleransi dengan kode-kode angka atau huruf tertentu. Dengan tabel tersebut pemakai dapat dengan mudah mengetahui toleransi kapasitor yang biasanya tertera menyertai nilai nominal kapasitor. Misalnya jika tertulis 104 X7R, maka kapasitansinya adalah 100nF dengan toleransi +/-15%. Sekaligus diketahui juga bahwa suhu kerja yang direkomendasikan adalah antara -55Co sampai +125Co . Tabel 2.7 Kode karakteristik kapsitor Dari penjelasan di atas bisa diketahui bahwa karakteristik kapasitor selain kapasitansi juga tak kalah pentingnya yaitu tegangan kerja dan temperatur kerja. Tegangan kerja adalah tegangan maksimum yang diijinkan sehingga kapasitor masih dapat bekerja dengan baik. Misalnya kapasitor 10uF25V, maka tegangan yang bisa diberikan tidak boleh melebihi 25 volt dc. Umumnya kapasitor-kapasitor polar bekerja pada tegangan DC dan kapasitor non-polar bekerja pada tegangan AC. Sedangkan temperatur 32 kerja yaitu batasan temperatur dimana kapasitor masih bisa bekerja dengan optimal. Misalnya jika pada kapasitor tertulis X7R, maka kapasitor tersebut mempunyai suhu kerja yang direkomendasikan antara -55Co sampai +125Co. Biasanya spesifikasi karakteristik ini disajikan oleh pabrik pembuat di dalam datasheet. Rangkaian kapasitor secara seri akan mengakibatkan nilai kapasitansi total semakin kecil. Di bawah ini contoh kapasitor yang dirangkai secara seri. Gambar 2.31 Rangkaian seri kapasitor Pada rangkaian kapasitor yang dirangkai secara seri berlaku rumus. …………………………. (2.11) Rangkaian kapasitor secara paralel akan mengakibatkan nilai kapasitansi pengganti semakin besar. Di bawah ini contoh kapasitor yang dirangkai secara paralel. Gambar 2.32 Rangkaian Pararel kapasitor Pada rangkaian kapasitor paralel berlaku rumus : ……………………………. (2.12) 2.2.7.3 Fungsi Kapasitor Fungsi penggunaan kapasitor dalam suatu rangkaian : 33 1) Sebagai kopling antara rangkaian yang satu dengan rangkaian yang lain (pada PS = Power Supply). 2) Sebagai filter dalam rangkaian PS. 3) Sebagai pembangkit frekuensi dalam rangkaian antenna. 4) Untuk menghemat daya listrik pada lampu neon. 5) Menghilangkan bouncing (loncatan api) bila dipasang pada saklar 2.8 Tampilan Borland Delphi 7.0 Jendela IDE Delphi 7.0 mempunyai perangkat-perangkat yang dapat dipergunakan untuk memudahkan seorang programmer dalam membuat program. Secara default , Borland telah mengatur letak perangkat-perangkat sedemikian rupa, perangkat-perangkat tersebut diantaranya : Gambar 2.33 Tampilan Borland Delphi 7.0 a. Menu 34 Menu pada Delphi memiliki kegunaan seperti menu pada aplikasi Windows lainnya. Dari menu ini programmer dapat memanggil, menyimpan program, menjalankan program, meremove komponen atau menambahkan komponen baru dan lain sebagainya. Singkatnya segala sesuatu yang berhubungan dengan IDE Delphi dapat Anda lakukan dari menu. Gambar 2.34 Menu Borland Delphi b. Speed Bar Speed Bar atau yang sering juga disebut toolbar, berisi kumpulan tombol yang tidak lain adalah pengganti beberapa item menu yang sering digunakan. Dengan kata lain, setiap tombol pada Speed Bar menggantikan salah satu item menu. Sebagai contoh, tombol kiri atas adalah pengganti File New , tombol disebelah kanannya adalah pengganti menuFile Open , dan seterusnya. Gambar 2.35 Tampilan ToolBar c. Component Palette Component Palette berisi kumpulan icon yang melambangkan komponenkomponen pada VCL ( Visual Component Library ). VCL adalah merupakan pustaka komponen yang dengannya Anda dapat membangun sebuah aplikasi. Pada Component Palette , terdapat beberapa tab, yaitu Standard , Additionals , Data Access , Data Controls dan lain sebagainya. Gambar 2.36 Tampilan Component Palette d. Object TreeView 35 Gambar 2.37 Tampilan Object TreeView Object TreeView berisi struktur pohon yang menampilkan semua nama komponen yang telah Anda letakkan pada form designer atau biasa juga disebut dengan hirarki seperti pada Windows Explorer . e. Object Inspector Gambar 2.38 Tampilan Object Inspector Object Inspector digunakan untuk mengubah karakteristik dari sebuah komponen. Ada dua tab pada Object Inspector , yaitu Properties dan Events . Pada tab Properties Anda dapat mengubah nilai dari beberapa komponen yang telah diletakkan pada form , sedangkan tab Eventsdigunakan untuk menyisipkan kode untuk menangani kejadian tertentu. Kejadian dapat dibangkitkan karena bebarapa hal, seperti 36 pengklikan mouse, penekanan tombol keyboard, penutupan jendela dan lain sebagainya. f. Form Designer Form Designer merupakan tempat dimana programmer dapat merancang jendela aplikasi atau tempat untuk desain interface dari aplikasi Windows . Desain form dilakukan dengan cara meletakkan komponen-komponen yang diambil dari Component Palette . Gambar 3.39 Tampilan Form Designer g. Code Editor Gambar 3.40 Tampilan Code Editor 37 Code Editor adalah tempat dimana programmer menuliskan kode program yang pernyataan-pernyataannya dalam bahasa Object Pascal . Hal utama yang perlu diperhatikan dalam Code Editor adalah Anda tidak perlu menuliskan seluruh kode sumber karena Delphi telah menuliskan semacam kerangka sumber. 2.7.1 Jenis-jenis komponen standar Delphi 7 Komponen Fungsi Pointer adalah komponen khusus dan terdapat disetiap tab dalam Pointer component palatte. Komponen pointer adalah komponen select yang digunakan untuk memilih komponen dalam form designer. Sebuah kontainer yang digunakan untuk menampung komponen Frames frame dapat diletakkan dalam form atau frame-frame yang lain. Komponen yang digunakan untuk membuat menu bar dan menu MainMenu drop down. Komponen ini bersifat inv isible. Komponen yang digunakan untuk membuat menu popup yang PopUp Menu akan muncul jika pemakai melakukan proses klik kanan. Komponen ini bersifat invisible. Komponen ini hanya digunakan untuk menambahkan teks di Label dalam form Komponen yang digunakan untuk menerima satu baris teks yang Edit merupakan data input pemakai. Komponen ini juga dapat digunakan untuk menampilkan teks. Komponen Memo dipakai untuk memasukkan atau menapilkan Memo beberapa baris teks di dalam form. Komponen yang dipakai untuk membuat button yang akan Button dipakai untuk memilih pilihan di dalam aplikasi. Jika mengklik komponen button tersebut maka suatu perintah atau kejadian akan dijalankan 38 Komponen yang digunakan untuk memilih atau membatalkan CheckBox suatu pilihan, yaitu dengan cara mengklik komponen. Komponen yang digunakan untuk memberikan sekelompok RadioButton pilihan dan hanya ada satu pilihan yang dapat dipilih. Untuk memilih salah satu pilihan adalah dengan mengklik tombol pilihan yang diinginkan. Komponen yang digunakan untuk membuat sebuah daftar pilihan, ListBox dimana hanya ada satu pilihan yang dapat dipilih. Untuk mencari dan kemudian memilih salah satu pilihan yang terdapat di dalam daftar dapat menggunakan batang penggulung. Komponen yang digunakan untuk membuat sebuah daftar pilihan, ComboBox dimana hanya ada satu pilihan yang dapat dipilih. Untuk mencari dan kemudian memilih salah satu pilihan yang terdapat di dalam daftar dapat menggunakan mengklik tombol drop down Komponen ini mempunyai fungsi yang sama seperti batang ScrollBar penggulung yang terdapat dalam program-program berbasis Windows pada umumnya. Sebuah kontainer yang dapat digunakan untuk mengelompokkan GroupBox komponen-komponen lain seperti Radio Button, CheckBox dan komponen kontainer yang lain. Komponen ini merupakan komponen kombinasi dari GroupBox RadioGroup dan didesain untuk membuat sekelompok RadioButton. Sebuah kontainer yang dapat digunakan untuk membuat Panel StatusBar, ToolBar dan ToolPalette. Komponen yang berisi daftar action yang digunakan bersama- ActionList sama dengan komponen dan kontrol seperti item menu dan button.