KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

advertisement
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
GEDUNG DJUANDA I, JALAN DR. WAHIDIN NOMOR I, JAKARTA 10710, KOTAK POS 21
TELEPON (021) 3449230 (20 saluran) FAKSIMILE (021) 3500842; SITUS www.kemenkeu.go.id
KETERANGAN PERS
Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G-20 dan
Partisipasi Indonesia dalam Pertemuan Musim Semi Bank Dunia dan IMF
Washington, D.C., 17-22 April 2013
“Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 Kembali Menegaskan Komitmen
Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi dan Penyediaan Lapangan Kerja”
1. Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (MGM) G20 kembali bertemu untuk
kedua kalinya selama tahun 2013 di bawah Presidensi Rusia. Pertemuan kali ini
diselenggarakan bersamaan dengan pelaksanaan Pertemuan Musim Semi Bank Dunia
dan Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington, DC, Amerika Serikat, pada
tanggal 19-20 April 2013. Menteri Keuangan Republik Indonesia memimpin Delegasi
Indonesia (Delri) Kementerian Keuangan pada pertemuan G20 tersebut, dan di sela
MGM G20, dan berpartisipasi pula pada berbagai pertemuan yang diselenggarakan
Bank Dunia dan IMF pertemuan bilateral dengan institusi multilateral dan negara
sahabat.
2. Pertemuan MGM G20 dilaksanakan di tengah kondisi perekonomian global yang belum
menunjukkan perkembangan yang signifikan, dan masih tingginya tingkat risiko akibat
krisis utang pemerintah di Eurozone dan belum jelasnya arah penyelesaian jurang fiskal
di Amerika Serikat. Kondisi tersebut tercermin dari menurunnya proyeksi pertumbuhan
global dan kawasan dari yang diperkirakan sebelumnya oleh IMF melalui world
economic outlook (WEO).
3. MGM sepakat bahwa perekonomian global telah berhasil menghindari risiko-risiko
utama yang dapat membawa kepada situasi terburuk, dan saat ini kondisi pasar
keuangan terus menunjukkan upaya peningkatan. Namun demikian, pertumbuhan
ekonomi global tetap lemah dan tingkat pengangguran masih tinggi di banyak negara.
Sementara itu proses pemulihan rekonomi sendiri tidak merata di seluruh kawasan.
Dalam hal ini negara-negara berkembang berpendapatan menengah (emerging market
countries atau EMCs) masih mengalami pertumbuhan yang tinggi namun dengan
kecenderungan menurun, sementara proyeksi pertumbuhan di negara maju mengalami
kontraksi dari periode sebelumnya. Perekonomian Amerika Serikat sendiri menunjukkan
peningkatan dalam permintaan sektor swasta. Namun demikian dalam konteks global,
ketidakpastian kebijakan serta isu intermediasi di dalam pelaksanaan pemulihan krisis
juga terus memberikan tekanan kepada prospek pertumbuhan ke depan. Oleh karena
1/5
itu, MGM sepakat untuk menekankan fokus pembahasan kepada tantangan jangka
menengah di banyak negara, terutama terkait konsolidasi fiskal dan sustainabilitas
keuangan.
4. Dalam hal ini, MGM sepakat bahwa G20 pelu melakukan lebih banyak aksi nyata untuk
mendukung pencapaian pertumbuhan global yang kuat, berkesinambungan dan
berimbang dalam jangka menengah dan jangka panjang. Hal ini sangat penting dalam
upaya menjaga momentum ekonomi global dan menghindari terjadinya resesi ekonomi
terburuk yang akan berdampak negatif kepada seluruh negara di dunia, terutama
negara-negara berkembang dan berpendapatan rendah. Dalam hal ini, MGM menyikapi
dengan positif upaya dan tindakan nyata dari beberapa negara anggota G20, terutama
negara yang memiliki posisi fiskal yang kuat, untuk memberikan stimulus untuk
mendukung kegiatan ekonomi domestik.
5. Secara khusus, para Menteri menyoroti perkembangan di negara maju, antara lain
Jepang, Korea, China, Amerika Serikat dan Kawasan Euro. G20 mempelajari dengan
seksama kebijakan moneter quantitative easing (pencetakan uang baru untuk
mendorong permintaan) di Jepang yang ditujukan untuk mengerem deflasi dan
meningkatkan permintaan domestik. Sementara itu, Korea mengumumkan kebijakan
makroekonomi aktif mereka untuk mendukung kegiatan perekonomian.
Namun
demikian, G20 memandang langkah-langkah tersebut belum cukup tegas, mengingat
pelemahan ekonomi global masih terus terjadi. Oleh karenanya, MGM meminta
kawasan Euro untuk memperkuat fondasi kesatuan ekonomi dan moneter mereka,
termasuk rencana penerapan kesatuan pengawasan perbankan, mengurangi
fragmentasi sektor keuangan dan memperkuat neraca sektor perbankan.
6. Lebih jauh MGM meminta Amerika Serikat untuk terus menekankan kebijakannya
kepada konsolidasi fiskal, terutama untuk berupaya menekan defisit anggaran.
Permintaan yang sama juga diarahkan kepada Jepang untuk menyusun rencana fiskal
jangka menengahnya yang kredibel. Menjaga ketersinambungan fiskal di negaranegara maju dipandang oleh MGM sangat penting, terutama upaya untuk terus
membangun strategi jangka menengah sesuai dengan komitmen yang disepakati oleh
para Pemimpin G20 di KTT Los Cabos, Meksiko, pada bulan Juni 2012.
7. MGM juga sepakat untuk terus mendorong negara anggota mengadopsi regim nilai
tukar yang lebih fleksibel yang sesuai kondisi fundamental ekonomi domestik. Dalam
hal ini, negara anggota G20 diminta untuk menghindari kebijakan penuruan nilai tukar
yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan kompetitif, termasuk dalam rangka
tujuan proteksionisme. MGM memandang penting upaya menghindari naiknya volatilitas
aliran modal yang berlebihan dan pergerakan nilai tukar yang berfluktuasi yang
berdampak negatif kepada stabilitas sektor keuangan. Oleh karenanya MGM
menghimbau negara-negara G20 agar kebijakan moneter hendaknya diarahkan kepada
tujuan stabilitas harga domestik yang mendukung upaya pemulihan ekonomi sesuai
mandat dari masing-masing bank sentral di negara anggota. Dalam hal
dilaksanakannya monetary easing, maka negara anggota hendaknya sangat berhatihati dalam implementasinya dengan memperhitungkan dampak negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi global.
2/5
8. MGM juga membahas kelanjutan reformasi tata kelola Dana Moneter Internasional
(IMF), terutama yang terkait isu legitimasi dan efektivitas dari reformasi tersebut. Dalam
hal ini, para Menteri dan Gubernur memandang penting agar proses ratifikasi 2010 IMF
Quota and Governance Reform dapat diselesaikan segera oleh seluruh negara
anggota. MGM mendukung keputusan Dewan DIrektur IMF untuk mengintegrasikan
kesepakatan akhir dari penyusunan formula kuota dengan rencana 15 th General Review
of Quotas IMF, yang diharapkan dapat diselesaikan pada Bulan Januari 2014. MGM
sepakat agar distribusi kuota di IMF dapat disesuaikan dengan perkembangan dan
merefleksikan timbangan kontribusi masing-masing negara anggota dalam
perekonomian global. Disamping itu, MGM juga akan terus mendukung upaya
perlindungan kepentingan negara-negara berkembang dan negara miskin di IMF
melalui peningkatan hak suara dan representasi. Terkait distribusi quota ke 15,
Indonesia bersama sebagian besar negara anggota G20 mendukung penggunaan
pendekatan gross domestic product (GDP) dengan timbangan purchasing power parity
(PPP) yang merefleksikan kekuatan ekonomi suatu negara di dalam perekonomian
global.
9. Dalam kesempatan pertemuan di Washington DC tersebut, MGM juga membahas uaya
penguatan tata kelola utang pemerintah yang saat ini menjadi tantangan terbesar bagi
peningkatan ekonomi global. Dalam kaitan ini, G20 sepakat bahwa penting bagi negara
anggota untuk menerapkan kebijakan yang merefleksikan upaya pengelolaan utang
yang hati-hati dan kredibel, yang mencerminkan keberlangsungan (sustainabilitas) fiskal
jangka panjang. MGM menekankan bahwa inisiatif untuk memiliki sebuah tata kelola
utang yang baik akan membantu suatu negara dalam melaksanakan strategi fiskal
jangka menengah, termasuk yang terkait dengan macro-fiscal development dan
contingent liabilities.
10. Pertemuan Washington juga menyoroti pentingnya peningkatan kerja sama antara
regional financial arrangements (RFAs) yang merupakan inisiatif lembaga pemantauan
(surveillance) perkembangan ekonomi kawasan dengan lembaga pemantauan
multilateral (IMF) untuk mendukung peningkatan kapasitas jaringan pengaman sistem
keuangan global (global financial safety nets – GFSN). Dalam hal ini, MGM
mengharapkan agar peran dari masing-masing institusi ini dapat saling mendukung
(complementary) yang mana masing-masing pihak tetap menjaga independensi dalam
mendukung stabilitas sistem keuangan dan pertumbuhan global. Untuk
pelaksanaannya, para Menteri sepakat agar prinsip-prinsip kerjasama IMF dan RFAs
sebagaimana diadopsi di KTT Cannes tahun 2011 dapat dijadikan sebagai dasar untuk
peningkatan kerjasama diantara kedua institusi surveillance tersebut.
11. Salah satu inisiatif penting dari Pertemuan Washington DC tersebut yaitu upaya untuk
meningkatkan ketersediaan pembiayaan investasi jangka panjang. MGM sepakat
pentingnya pembahasan isu-isu pembiayaan investasi jangka panjang, khususnya
pembiayaan infrastruktur, dalam upaya memperkuat pertumbuhan ekonomi dan
penciptaan lapangan kerja kedepan. Oleh karenanya, para Menteri meminta kepada
G20 Study Group on Financing for Investment yang diketuai oleh Indonesia dan
Jerman, untuk bersama-sama dengan organisasi internasional seperti Bank Dunia, IMF,
FSB, UN,CTAD, dan OECD serta seluruh negara anggota lain untuk melaksanakan
3/5
kajian dan pembahasan isu ini melalui dua jalur kerja (workstream), yaitu jalur pertama
berupa evaluasi komitmen atau country specific factors dari negara anggota terkait isu
pembiayaan jangka panjang. Jalur kedua memfasilitasi kontribusi organisasi
internasional untuk melakukan kajian mendalam dan spesifik pada area-area yang
dianggap signifikan dalam mempengaruhi ketersediaan pembiayaan jangka panjang,
seperti isu pengembangan pasar obligasi dalam mata uang lokal. Disamping itu, jalur
kedeua mendiskusikan dampak reformasi regulasi keuangan global, dan upaya
penciptaan alternatif instrument baru untuk meningkatkan partisipasi sektor swasta dan
investor institusional dalam pembiayaan investasi jangka panjang terutama pembiayaan
infrastruktur.
12. MGM juga membahas progress implementasi dari reformasi regulasi keuangan global
yang mencakup pelaksanaan Basel III, over the counter (OTC) derivaties, shadow
banking dan upaya penerapan dari legal entity identifier (LEI) sesegera mungkin dalam
upaya untuk menciptakan praktek-praktek bisnis yang sehat secara global. Dalam
kesempatan tersebut, para Menteri dan Gubernur juga membahas upaya peningkatan
keuangan inklusif yang dapat mendukung partisipasi kaum wanita dan tenaga kerja
muda untuk memiliki akses kepada layanan keuangan formal. Dalam hal ini, G20 tetap
pada komitmen untuk mendukung inisiatif-inisiatif yang dihasilkan oleh Global
Partnership on Financial Inclusion (GPFI). Disamping itu, dalam pembahasan isu
regulasi keuangan, para Menteri juga menyampaikan pandangan terkait penguatan
sistem dan regulasi perpajakan internasional, termasuk penghindaran perpajakan
melalui tax base erosion and profit shifting (BEPS).
13. Di sela pertemuan G20, Menteri Keuangan dan Delri berpartisipasi pada serangkaian
seminar dan forum yang diselenggarakan oleh Bank Dunia dan IMF. Delri terlibat dalam
Seminar Penguatan Kerjasama Likuiditas Global (IMF) dan Regional dengan
beberapa regional financial arrangements (RFA) yang ada di beberapa kawasan seperti
CMIM (Chiang Mai Initiative Multilarization) di Asia. Melalui kerjasama lembaga
multilateral dan regional ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan negara-negara
anggota RFAs dalam mengantisipasi dan mengatasi krisis dan mempercepat aksi tindak
IMF dan RFAs dalam mengatasi krisis dengan menghindari duplikasi dan birokrasi
kerja. Pada Seminar Middle Income Countries (MICs), negara-negara berkembang
berpendapatan menengah termasuk Indonesia berbagi pengalaman dalam mengatasi
ketidakseimbangan distribusi pendapatan yang tercermin dari tingginya indeks Gini ratio
di MIC. Para menteri keuangan MIC sependapat pendidikan menjadi kunci solusi dalam
mempersempit ketidakadilan pendapatan dan distribusi kesejahteraan. Demikian pula,
praktek-praktek terbaik dalam kebijakan fiskal didiskusikan pada Fiscal Forum termasuk
keberhasilan dan kegagalan berbagai negara dalam reformasi struktural di bidang
kebijakan fiskal.
14. Delri terlibat pada berbagai pertemuan bilateral dengan institusi global dan negaranegara sahabat. Dalam pertemuan dengan Presiden Group Bank Dunia (GBD),
didiskusikan reformasi dan peningkatan pelayanan GBD kepada negara anggota
dengan fokus kembali kepada misi pembentukan GBD dalam mengatasi kemiskinan.
Pada kesempatan tersebut, Delri menyampaikan pula keberhasilan dan tantangan
program pembangunan di Indonesia, dan upaya Indonesia dalam mempercepat
4/5
pencapaian pembangunan termasuk melalui penciptaan berbagai daerah unggulan di
tanah air. Delri melakukan pula dialog terbuka dengan lembaga keuangan dan
organisasi pengusaha di Amerika Serikat seperti Presiden EXIM Bank, USINDO, dan
US-ASEAN berkenaan dengan potensi peningkatan investasi dan perdagangan ke dua
negara termasuk mencari solusi dan pemberian penjelasan atas kendala bisnis yang
dialami para pengusaha. Pada pertemuan bilateral dengan 6 negara anggota G20 yang
berasal dari Benua Asia, didiskusikan peningkatan kapasitas Bank Pembangunan Asia
(Asian Development Bank) dalam peningkatan pembiayaan pembangunan dan
penguatan institusi publik negara-negara berkembang di Asia termasuk peningkatan
pembiayaan di bidang infrastruktur.
Informasi lebih lanjut hubungi:
Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral
Badan Kebijakan Fiskal
Kementerian Keuangan
Telp. (021) 34831678
Faks. (021) 34831677
5/5
Download